makalah epidemiologi

Upload: rifah-sabariah

Post on 13-Oct-2015

78 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    1/28

    MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    KEBIJAKAN KESEHATAN

    Di Susun Oleh:

    1) Aenolia Farizki Novi (P07134012 001)

    2) Dhika Juliana Sukmana (P07134012 009)

    3) Dian Ekawati (P07134012 010)

    4) Mang Bagus Purwantadi (P07134012 024)

    5) Muhammad Rizqi Adityansyah (P07134012 025)6) Nurkomalasari (P07134012 033)

    7) Nurul Hikmatil Hasanah (P07134012 035)

    8) Rival Anugrah Ramdhani (P07134012 039)

    9) Siti Rifah Sabariah (P07134012 043)

    10) Suriyani (P07134012 045)

    11) Wahyu Kurnia (P07134012 046)

    12) Winda Permata Sari (P07134012 048)

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

    JURUSAN ANALIS KESEHATAN MATARAM

    Jalan Praburangkasari Dasan Cermen Cakranegara Telepon (0370) 631160

    2014

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    2/28

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

    hanya dengan segala rahmat dan karunia-Nya sajalah penulis dapat membuat

    makalah tentang KEBIJAKAN KESEHATAN ini. Adapun tujuan dari penyusunan

    makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang Kebijakan Kesehatan

    dalam epidemiologi.

    Kami juga sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

    yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa

    makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi materi maupun bahasanya. Hal

    tersebut terjadi karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman

    yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

    demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,

    khususnya mahasiswa Poltekkes Kemenkes Mataram dan semua pihak pada

    umumnya.

    Mataram, Mei 2014

    Tim Penyusun

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    3/28

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar ............................................................................................. i

    Daftar Isi ........................................................................................................ ii

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ................................................................................... 3

    B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4

    C. Tujuan ................................................................................................ 4

    BAB II. PEMBAHASAN

    A. Kebijakan Kesehatan ......................................................................... 6

    B. Perencanaan dan Penyusunan Kebijakan Kesehatan ........................ 8

    C. Implementasi atau Pelaksanaan Kebijakan Kesehatan ...................... 15

    D. Evaluasi Kebijakan Kesehatan .......................................................... 21

    BAB III. PENUTUP

    A. Kesimpulan ......................................................................................... 25

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 27

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    4/28

    3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sektor kesehatan merupakan bagian penting perekonomian diberbagai

    negara. Sejumlah pendapat menyatakan bahwa sektor kesehatan sama seperti

    spons yang menyerap banyak sumber daya nasional untuk membiayai banyak

    tenaga kesehatan. Pendapat yang lain mengemukakan bahwa sektor

    kesehatan seperti pembangkit perekonomian, melalui inovasi dan investasi

    dibidang technologi biomedis atau produksi dan penjualan obat

    obatan, atau

    dengan menjamin adanya populasi yang sehat yang produktif secara ekonomi.

    Sebagian warga masyarakat mengunjungi fasilitas kesehatan sebagai pasien

    atau pelanggan, dengan memanfaatkan rumah sakit, klinik atau apotik; atau

    sebagai profesi kesehatan: perawat, dokter, tenaga pendukung kesehatan,

    apoteker, atau manajer. Karena pengambilan keputusan kesehatan berkaitan

    dengan hal kematiandan keselamatan, kesehatan diletakkan dalam

    kedudukan yang lebih istimewa dibanding dengan masalah sosial yang

    lainnya.

    Kesehatan juga dipengaruhi oleh sejumlah keputusan yang tidak ada

    kaitannya dengan layanan kesehatan : kemiskinan mempengaruhi kesehatan

    masyarakat, sama halnya dengan polusi, air kotor atau sanitasi yang buruk.

    Kebijakan ekonomi, seperti pajak merokok, atau alkohol dapat pula

    mempengaruhi perilaku masyarakat. Penyebab mutakhir meningkatnya

    obesitas ditengah masyarakat mencakup kesediaan makanan cepat saji yang

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    5/28

    4

    murah namun tinggi kalori, penjualan soft drinks disekolah, juga menurunnya

    kebiasaan berolahraga.

    Memahami hubungan antara kebijakan kesehatan dan kesehatan itu

    sendiri menjadi sedemikian pentingnya sehingga memungkinkan untuk

    menyelesaikan masalah kesehatan utama yang terjadi saat ini, meningkatnya

    obesitas, wabah HIV/AIDS, meningkatnya resistensi obat sekaligus

    memahani bagaimana perekonomian dan kebijakan lain berdampak pada

    kesehatan. Kebijakan kesehatan memberi arahan dalam pemilihan teknologi

    kesehatan yang akan dikembangkan dandigunakan, mengelola dan

    membiayai layanan kesehatan, atau jenis obat yang dapat dibeli bebas. Untuk

    memahami hal tersebut, perlu mengartikan apa yang dimaksud dengan

    kebijakan kesehatan.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa yang dimaksud dengan Kebijakan Kesehatan?

    2. Bagaimana perencanaan dan penyusunan dalam kebijakan kesehatan?

    3. Bagaimana pelaksanaan dalam kebijakan kesehatan?

    4. Bagaimana mengevaluasi hasil dari suatu kebijakan kesehatan?

    C. Tujuan

    1. Mahasiswa dapat memahami mengenai kebijakan kesehatan.

    2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang perencanaan dan penyususnan dalam

    kebijakan kesehatan.

    3. Mahasiswa dapat mengetahui pelaksanaan dalam kebijakan kesehatan.

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    6/28

    5

    4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana mengevaluasi hasil

    dari suatu kebijakan kesehatan.

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    7/28

    6

    BAB II

    PEMBAHASAN

    1. KEBIJAKAN KESEHATAN

    Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti

    kebijakan. Thomas Dye menyebutkan kebijakan sebagai pilihan pemerintah

    untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever government

    chooses to do or not to do). Friedrich mengatakan bahwa yang paling pokok

    bagi suatu kebijakan adalah adanya tujuan (goal), sasaran (objective) atau

    kehendak (purpose) (Abidin, 2002).

    Definisi kebijakan publik dari Thomas Dye tersebut mengandung

    makna bahwa :

    a. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah.

    b. Kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak

    dilakukan oleh badan pemerintah (Abidin, 2002).

    Menurut Dunn proses kebijakan publik terdiri dari lima tahapan yaitu

    sebagai berikut :

    a. Penyusunan agenda (agendaseting), yakni suatu proses agar suatu

    masalah bisa mendapat perhatian dari pemerintah.

    b. Formulasi kebijakan (policyformulation), yakni suatu proses

    perumusan pilihan - pilihan atau alternatif pemecahan masalah oleh

    pemerintah.

    c. Penentuan kebijakan (policyadoption), yakni suatu proses dimana

    pemerintah menetapkan alternatif kebijakan apakah sesuai dengan

    kriteria yang harus dipenuhi, menentukan siapa pelaksana kebijakan

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    8/28

    7

    tersebut, dan bagaimana proses atau strategi pelaksanaan kebijakan

    tersebut.

    d. Implementasi kebijakan (policyimplementation), yaitu suatu proses

    untuk melaksanakan kebijakan supaya mencapai hasil, pada tahap ini

    perlu adanya dukungan sumber daya dan penyusunan organisasi

    pelaksana kebijakan.

    e. Evaluasi kebijakan (policyevaluation), yakni suatu proses untuk

    memonitor dan menilai hasil atau kinerja kebijakan (Subarsono,2005).

    Kebijakan publik bersifat multidisipliner termasuk dalam bidang

    kesehatan sehingga kebijakan kesehatan merupakan bagian dari kebijakan

    publik. Dari penjelasan tersebut maka diuraikanlah tentang pengertian

    kebijakan kesehatan yaitu konsep dan garis besar rencana suatu

    pemerintah untuk mengatur atau mengawasi pelaksanaan pembangunan

    kesehatan dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal pada

    seluruh rakyatnya (AKK USU, 2010).

    Kebijakan kesehatan merupakan pedoman yangmenjadi acuan bagi

    semua pelaku pembangunan kesehatan, baik pemerintah, swasta, dan

    masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan dengan

    memperhatikan kerangka desentralisasi dan otonomi daerah (Depkes RI,

    2009).

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    9/28

    8

    2. PROSES PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN

    Dalam melaksanakan suatu kebijakan dibutuhkan suatu

    perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi seperti yang dijelaskan di atas.

    Aspek-aspek tersebut sangat dibutuhkan dalam membangun terwujudnya

    suatu perencanaan kesehatan melalui suatu kebijakan kesehatan.

    Dalam suatu Kebijakan Kesehatan terdapat proses perencanaan

    kebijakan. Proses mengacu kepada cara bagaimana kebijakan dimulai,

    dikembangkan atau disusun, dinegosiasi, dikomunikasikan, dilaksanakan

    dan dievaluasi. Pendekatan yang paling sering digunakan untuk

    memahami proses kebijakan adalah dengan menggunakan apa yang

    disebut tahapan heuristiks (Sabatier dan JenkinsSmith 1993). Yang

    dimaksud disini adalah membagi proses kebijakan menjadi

    serangkaian tahapan sebagai alat teoritis, suatu model dan tidak

    selalu menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi didunia nyata.

    Namun, serangkaian tahapan ini membantu untuk memahami

    penyusunan kebijakan dalam tahapantahapan yang berbeda:

    a. Identifikasi masalah dan isu

    Menemukan bagaimana isu isu yang ada dapat masuk kedalam

    agenda kebijakan, mengapa isu isu yang lain justru tidak pernah

    dibicarakan.

    b. Perumusan kebijakan

    Menemukan siapasaja yang terlibat dalam perumusan kebijakan,

    bagaimana kebijakan dihasilkan, disetujui, dan dikomunikasikan.

    c. Pelaksanaan Kebijakan

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    10/28

    9

    Tahap ini yang paling sering diacuhkan dan sering dianggap sebagai

    bagian yang terpisah dari kedua tahap yang pertama. Namun, tahap ini

    yang diperdebatkan sebagai tahap yang paling penting dalam

    penyusunan kebijakan sebab bila kebijakan tidak dilaksanakan, atau

    dirubah selama dalam pelaksanaan, sesuatu yang salah mungkin terjadi

    dan hasil kebijakan tidak seperti yang diharapkan.

    d. Evaluasi kebijakan

    Temukan apa yang terjadi pada saat kebijakan dilaksanakan.

    Bagaimana pengawasannya, apakah tujuannya tercapai dan

    apakah terjadi akibat yang tidak diharapkan. Tahapan ini merupakan

    saat dimana kebijakan dapat diubah atau dibatalkan serta kebijakan

    yang baru ditetapkan.

    Perencanaan yang baik, mempunyai beberapa ciri-ciri yang harus

    diperhatikan. Menurut Azwar (1996) ciri-ciri tersebut secara sederhana dapat

    diuraikan sebagai berikut :

    Bagian dari sistem administrasi

    Suatu perencanaan yang baik adalah yang berhasil

    menempatkan pekerjaan perencanaan sebagai bagian dari sistem

    administrasi secara keseluruhan. Sesungguhnya, perencanaan pada

    dasarnya merupakan salah satu dari fungsi administrasi yang amat

    penting. Pekerjaan administrasi yang tidak didukung oleh perencanaan,

    bukan merupakan pekerjaan administrasi yang baik.

    Dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    11/28

    10

    Suatu perencanaan yang baik adalah yang dilakukan secara

    terus-menerus dan berkesinambungan. Perencanaan yang dilakukan

    hanya sekali bukanlah perencanaan yang dianjurkan. Ada hubungan

    yang berkelanjutan antara perencanaan dengan berbagai fungsi

    administrasi lain yang dikenal. Disebutkan perencanaan penting untuk

    pelaksanaan, yang apabila hasilnya telah dinilai, dilanjutkan lagi

    dengan perencanaan. Demikian seterusnya sehingga terbentuk suatu

    spiral yang tidak mengenal titik akhir.

    Berorientasi pada masa depan

    Suatu perencanaan yang baik adalah yang berorientasi pada

    masa depan. Artinya, hasil dari pekerjaan perencanaan tersebut,

    apabila dapat dilaksanakan, akan mendatangkan berbagai kebaikan

    tidak hanya pada saat ini, tetapi juga pada masa yang akan datang.

    Mampu menyelesaikan masalah

    Suatu perencanaan yang baik adalah yamg mampu

    menyelesaikan berbagai masalah dan ataupun tantangan yang

    dihadapi. Penyelesaian masalah dan ataupun tantangan yang

    dimaksudkan disini tentu harus disesuaikan dengan kemampuan.

    Dalam arti penyelesaian masalah dan ataupun tantangan tersebut

    dilakukan secara bertahap, yang harus tercermin pada pentahapan

    perencanaan yang akan dilakukan.

    Mempunyai tujuan

    Suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan

    yang dicantumkan secara jelas. Tujuan yang dimaksudkandi sini

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    12/28

    11

    biasanya dibedakan atas dua macam, yakni tujuan umum yang

    berisikan uraian secara garis besar, serta tujuan khusus yang berisikan

    uraian lebih spesifik.

    Bersifat mampu kelola

    Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu kelola,

    dalam arti bersifat wajar, logis, obyektif, jelas, runtun, fleksibel serta

    telah disesuaikan dengan sumber daya. Perencanaan yang disusun

    tidak logis serta tidak runtun, apalagi yang tidak sesuai dengan sumber

    daya bukanlah perencanaan yang baik.

    Pendekatan Perencanaan Kebijakan Kesehatan dengan Segitiga

    Kebijakan.

    Segitiga kebijakan kesehatan merupakan suatu pendekatan

    yang sudah sangat disederhanakan untuk suatu tatanan hubungan yang

    kompleks, dan segitiga ini menunjukkan kesan bahwa keempat faktor

    dapat dipertimbangkan secara terpisah. Tidak demikian seharusnya.

    Pada kenyataannya, para pelaku dapat dipengaruhi (sebagai seorang

    individu atau seorang anggota suatu kelompok atau organisasi) dalam

    konteks dimana mereka tinggal dan bekerja; konteks dipengaruhi oleh

    banyak faktor, seperti: ketidakstabilan atau ideologi, dalam hal

    sejarah dan budaya; serta proses penyusunan kebijakan

    bagaimana isu dapat menjadi suatu agenda kebijakan, dan

    bagaimana isu tersebut dapat berharga dipengaruhi oleh pelaksana,

    kedudukan mereka dalam strutur kekuatan, norma dan harapan mereka

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    13/28

    12

    sendiri. Dan isi dari kebijakan menunjukan sebagian atau seluruh bagian

    ini. Jadi, segitiga tersebut tidak hanya membantu dalam berpikir

    sistematis tentang pelakupelaku yang berbeda yang mungkin

    mempengaruhi kebijakan, tetapi juga berfungsi seperti peta yang

    menunjukkan jalanjalan utama sekaligus bukit, sungai, hutan, jalan

    setapak danpemukiman.

    Konteks

    Actor

    Individu

    Grup

    Organisasi

    Isi/ Content Proses

    Gambar 1.1 Segitiga Analisis Kebijakan; Sumber: Walt and Gilson (1994)

    Seperti yang pembaca lihat dalam Gambar 1.1., pelaku berada

    ditengah kerangka kebijakan kesehatan. Pelaku dapat digunakan

    untuk menunjuk individu (seorang negarawan Nelson Mandela,

    mantan Presiden Afrika Selatan, misal), organisasi seperti World bank

    atau perusahaan multinasional seperti Shell, atau bahkan suatu Negara

    atau pemerintahan. Namun, penting untuk dipahami bahwa itu semua

    adalah penyederhanaan. Individu tidak dapat dipisahkan dari organisasi

    dimana mereka bekerja dan setiap organisasi atau kelompok dibangun

    dari sejumlah orang yang berbeda, yang tidak semuanya menyuarakan

    hal yang sama, yang masingmasing memiliki norma dan kepercayan

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    14/28

    13

    yang berbeda.

    Dalam babbab selanjutnya, pembaca akan melihat banyak

    pelaku yang berbeda beserta cara untuk membedakan mereka supaya

    dapat mengkaji siapa yang memiliki pengaruh dalam proses kebijakan.

    Sebagai contoh: ada banyak cara untuk menggambarkan

    kelompokkelompok diluar daerah. Dalam hubungan internasional, ada

    kebiasaan untuk membicarakan pelakupelaku non pemerintah. Ilmuwan

    politik menganggapnya sebagai kelompok yang berkepentingan dan

    kelompok yang menekan. Dalam perkembangan literatur,

    kelompokkelompok ini sering disebut organisasi sosial masyarakat

    (organisasi yang berdiri diantara pemerintah dan individu/keluarga). Yang

    membedakan dari pelaku pemerintah adalah mereka tidak mencari

    kekuatan politik yang formal untuk diri mereka sendiri, meskipun mereka

    benarbenar ingin mempengaruhi mereka yang memiliki kekuasan politik

    secara formal.

    Terkadang sejumlah kelompok yang berbeda berkumpul untuk

    menunjukkan sikap mereka terhadap isu tertentu disebut sebagai

    gerakan sosial atau gerakan masyarakat. Sebagai contoh, gerakan

    yang dilakukan oleh kelompokkelompok yang berbeda di tahun

    1980an membuat perubahan politik dalam rezim sosialis di Eropa Timur.

    Banyak gerakan social yang berjuang untuk kemerdekaan, otonomi atau

    melawan rezim politik tertentu (gerakan Zapatista di Provinsi Chiapas,

    Mexico, adalah bagian dari suatu gerakan diseluruh Amerika Latin untuk

    mempertahankan hak penduduk asli).

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    15/28

    14

    Para pelaku ini berusaha untuk mempengaruhi proses politik

    ditingkat lokal, nasional, atau internasional. Seringkali mereka

    merupakan bagian jaringan yang sering disebut sebagai partner, untuk

    mengkonsultasikan dan memutuskan kebijakan diseluruh tingkatan

    ini. Di tingkat lokal, sebagai contoh, pekerja kesehatan masyarakat

    dapat bekerja dengan pegawai lingkungan, guru sekolah setempat, dan

    bahkan perusahaan setempat. Dalam sisi spektrum yang lain, para pelaku

    ini dapat pula dihubungkan dengan pelaku lain antar daerah, sebagai

    contoh, mereka bisa menjadi anggota jaringan kerja antar pemerintahan

    (yakni: pejabat pemerintahan dalam satu departemen dari pemerintahan

    suatu negara, mengambil pelajaran dari pilihanpilihan yang diambil oleh

    pejabat pemerintahan dari satu Negara yang lain); atau mereka bisa saja

    menjadi bagian dari komunitas kebijakan jaringan professional yang

    saling bertemu dalam forum ilmiah atau bekerja sama dalam proyek

    penelitian. Yang lain mungkin membentuk jaringan isu bertindak

    bersama dalam satu isu tertentu. Di Bab 6 pembaca akan belajar banyak

    mengenai perbedaan diantara kelompokkelompok ini beserta peran

    mereka dalam proses kebijakan.

    Untuk memahami seberapa besar pengaruh para pelaku tersebut

    dalam proses kebijakan berarti pula memahami konsep kekuasaan, dan

    bagaimana kekuasaan tersebut digunakan. Para pelaku mungkin

    berusaha untuk mempengaruhi kebijakan, tetapi sampai dimana pengaruh

    tersebut tergantung pada bagaimana mereka memandang kekuasaan

    tersebut. Kekuasaan dapat dikategorikan berdasarkan kekayaan

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    16/28

    15

    pribadi, kepribadian, tingkat atau akses kepada ilmu pengetahuan,

    atau kewenangan, tetapi hal tersebut sangat berhubungan dengan

    organisasi dan struktur (termasuk jaringan kerja) dimana para pelaku

    individu ini bekerja dan tinggal. Ahli sosiologi dan ilmu politik membahas

    hubungan diantara lembaga dan struktur dengan mengedepankan

    pengertian bahwa kekuasaan para pelaku (pejabat) terikat dalam stuktur

    organisasi mereka sendiri

    3. IMPLEMENTASI ATAU PELAKSAAN KEBIJAKAN

    Implementasi adalah proses untuk melaksanakan kebijakan supaya

    mencapai hasil. Kebijakan yang telah direkomendasikan untuk dipilih oleh

    policy makers bukanlah jaminan bahwa kebijakan tersebut pasti berhasil

    dalam implementasinya (Subarsono,2005).

    Secara garis besar fungsi implementasi adalah untuk membentuk

    suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan ataupun sasaran-

    sasaran kebijakan publik diwujudkan sebagai outcome (hasil akhir)

    kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah (Wahab, 2008).

    Van Meter dan Horn menyatakan bahwa implementasi kebijakan

    menghubungkan antara tujuan kebijakan dan realisasinya dengan hasil

    kegiatan pemerintah dimana tugas implementasi adalah membangun

    jaringan yang memungkinkan tujuan kebijakan publik direalisasikan melalui

    aktivitas instansi pemerintah yang melibatkan berbagai pihak yang

    berkepentingan (policy stake holders) (Subarsono, 2005).

    Tahap implementasi kebijakan dapat dicirikan dan dibedakan

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    17/28

    16

    dengan tahap pembuatan kebijakan. Pembuatan kebijakan disatu sisi

    merupakan proses yang memiliki logika bottom-up, dalam arti proses

    kebijakan diawali dengan penyampaian aspirasi, permintaan atau

    dukungan dari masyarakat. Sedangkan implementasi kebijakan disisi lain

    didalamnya memiliki logika top-down, dalam arti penurunan alternatif

    kebijakan yang abstrak atau makro menjadi tindakan konkrit atau mikro

    (Parsons, 2008).

    Langkah implementasi kebijakan dapat disamakan dengan fungsi

    actuating dalam rangkaian fungsi manajemen. Aksi disini merupakan fungsi

    tengah yang terkait erat dengan berbagai fungsi awal, seperti perencanaan

    (planning), pengorganisasian (organizing), pembenahan personil (stuffing)

    dan pengawasan (controlling). Sebagai langkah awal pada pelaksananan

    adalah identifikasi masalah dan tujuan serta formulasi kebijakan. Untuk

    langkah akhir dari rangkaian kebijakan beradapada monitoring dan evaluasi

    (Abidin, 2002).

    Implementasi kebijakan dipengaruhi oleh beberapa variabel dan

    masing- masing variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain.

    Dalam pandangan Edward III (1980), implementasi kebijakan mempunyai

    4 variabel yaitu :

    Komunikasi

    Implementasi kebijakan mensyaratkat implementor mengetahui apa

    yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus

    ditransmisikan kepada kelompok sasaran sehinggaakan mengurangi distorsi

    implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    18/28

    17

    bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka

    kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran (Subarsono,

    2005). Semakin tinggi pengetahuan kelompok sasaran atas program maka

    akan mengurangi tingkat penolakan dan kekeliruan dalam mengaplikasikan

    kebijakan (Indiahono, 2009).

    Sumber Daya

    Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan

    konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk

    melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya tersebut

    dapat berwujud sumberdaya manusia maupun sumberdaya finansial

    (Subarsono, 2005). Sumberdaya manusia adalah kecukupan baik kualitas dan

    kuantitas implementor yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran.

    Sumberdaya finansial adalah kecukupan modal dalam melaksanakan

    kebijakan. Keduanya harus diperhatikan dalam implementasi kebijakan. Tanpa

    sumberdaya, kebijakan hanya tinggal dikertas menjadi dokumen saja

    (Indiahono, 2009).

    Disposisi

    Disposisi adalah watak dan karateristik yang dimiliki oleh implementor

    seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki

    disposisi yang baik makadia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik

    seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor

    memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan maka

    proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif (Subarsono,2005).

    Kejujuran mengarahkan implementor untuk tetap berada dalam arah program

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    19/28

    18

    yang telah digariskan dalam program. Komitmen dan kejujurannya

    membawanya semakin antusias dalam melaksanakan tahap-tahap program

    secara konsisten. Sikap yang demokratis akan meningkatkan kesan baik

    implementor dan kebijakan dihadapan anggota kelompok sasaran. Sikap

    ini akan menurunkan resistensi dari masyarakat dan menumbuhkan rasa

    percaya dan kepedulian kelompok sasaran terhadap implementor dan

    kebijakan (Indiahono, 2009).

    Struktur Birokrasi

    Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan

    memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah

    satu daria spek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya

    prosedur operasi yang standar (SOP atau standard operating procedures).

    SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Struktur

    organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan

    dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan

    kompleks. Ini menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel (Subarsono,

    2005).

    Keempat variabel diatas dalam model yang dibangun oleh Edward

    memiliki keterkaitan satu dengan yang lain dalam mencapai tujuan dari

    kebijakan. Semuanya saling bersinergi dalam mencapai tujuan dan satu

    variabel akan mempengaruhi variabel yang lain. Misalnya bila implementor

    tidak jujur akan mudah sekali melakukan markup dan korupsi atas dana

    kebijakan sehingga program tidak optimal dalam mencapai tujuannya.

    Begitu pula bila watak dari implementor kurang demokratis akan sangat

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    20/28

    19

    mempengaruhi proses komunikasi dengan kelompok sasaran. Model

    implementasi dari Edward ini dapat digunakan sebagai alat

    menggambarkan implementasi program diberbagai tempat dan waktu.

    Tidak semua kebijakan berhasil dilaksanakan secara sempurna

    karena pelaksanaan kebijakan pada umumnya memang lebih sukar dari

    sekedar merumuskannya. Proses perumusan memerlukan pemahaman

    tentang berbagai aspek dan disiplin ilmu terkait serta pertimbangan

    mengenai berbagai pihak namun apa yang dilaksanakan. Kesenjangan

    tersebut bisa disebabkan karena tidak dilaksanakan dengan sebagaimana

    mestinya (non implementation) dan karena tidak berhasil atau gagal dalam

    pelaksanaannya (unsuccessful implementation) (Abidin)

    Dalam implementasi kebijakan terdapat beberapa faktor eksternal

    yang biasanya mempersulit pelaksanaan suatu kebijakan, antara lain :

    KondisiFisik

    Terjadinya perubahan musim atau bencana alam. Dalam banyak hal

    kegagalan pelaksanaan kebijakan sebagai akibat dari faktor-faktor alam

    ini sering dianggap bukan sebagai kegagalan dan akhirnya diabaikan,

    sekalipun dalam hal-hal tertentu sebenarnya bisa diantisipasi untuk

    mencegah dan mengurangi resiko yang terjadi.

    Faktor Politik

    Terjadinya perubahan politik yang mengakibatkan pertukaran

    pemerintahan dapat mengubah orientasi atau pendekatan dalam

    pelaksanaan bahkan dapat menimbulkan perubahan pada seluruh

    kebijakan yang telah dibuat. Perubahan pemerintahan dari kepala

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    21/28

    20

    pemerintahan kepada kepala pemerintahan lain dapat menimbulkan

    perbedaan orientasi sentralisasi ke desentralisasi sistem pemerintahan,

    perubahan dari orientasi yang memprioritaskan strategi industrialisasi ke

    orientasi agri-bisnis, perubahan dari orientasi yang memprioritaskan

    pasar terbuka ke strategi dependensi dan sebagainya. Pelaksanaan

    kebijakan tetap dianggap lebih sukar. Dalam kenyataannya sering terjadi

    implementationgap yaitu kesenjangan atau perbedaan antara apa yang

    dirumuskan dengan

    Attitude

    Attitude dari sekelompok orang yang cenderung tidak sabar menunggu

    berlangsungnya proses kebijakan dengan sewajarnya dan memaksa

    melakukan perubahan. Akibatnya, terjadi perubahan kebijakan sebelum

    kebijakanitu dilaksanakan. Perubahan atas sesuatu peraturan perundang-

    undangan boleh saja terjadi, namun kesadaran untuk melihat berbagai

    kelemahan pada waktu baru mulai diberlakukan tidak boleh dipandangs

    ebagaia ttitude positi fdalam budaya bernegara.

    Terjadi penundaan karena kelambatan atau kekurangan faktor inputs.

    Keadaan ini terjadi karena faktor-faktor pendukung yang diharapkan

    tidak tersedia pada waktu yang dibutuhkan, atau mungkin karena salah

    satuf aktor dalam kombinasi faktor-faktor yang diharapkan tidak cukup.

    Kelemahan salah satulangkah dalam rangkaian beberapa langkah

    pelaksanaan.

    Jika pelaksanaan memerlukan beberapa langkah yang berikut: A> B> C>

    D, kesalahan dapat terjadi diantara A dengan B atau diantara B dengan C

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    22/28

    21

    dan atau antara C dengan D.

    Kelemahan pada kebijakan itu sendiri.

    Kelemahan ini dapat terjadi karena teori yang melatarbelakangi

    kebijakan atau asumsi yang dipakai dalam perumusan kebijakan tidak

    tepat (Abidin, 2002).

    Kebijakan yang baik mempunyai tujuan yang rasional dan diinginkan,

    asumsi yang realistis dan informasi yang relevan dan lengkap. Tetapi tanpa

    pelaksanaan yang baik, sebuah rumusan kebijakan yang baik sekalipun

    hanya akan merupakan sekedar suatu dokumen yang tidak mempunyai

    banyak arti dalam kehidupan bermasyarakat (Abidin, 2002).

    4. EVALUASI KEBIJAKAN KESEHATAN

    Evaluasi adalah proses pengumpulan dan analisis data secara

    sistematis yang diperlukan dalam rangka pengambilan keputusan, GAO

    (1992:4). Evaluasi akan menghasilkan umpan balik dalam kerangka efektifitas

    pelaksanaan suatu kebijakan. Menurut Departement of Health & Human

    Service, evaluasi adalah proses untuk mengumpulkan informasi.

    Sebagaimana dengan proses pada umumnya, evaluasi harus dapat

    mendefinisikan komponen-komponen fase dan teknik yang akan dilakukan.

    Menurut W. Dunn, istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan,

    masing-masing menunjukkan pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil

    kebijakan dan program. Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    23/28

    22

    dengan penaksiran, pemberian angka, dan penilaian kata-kata yang

    menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti yang lebih

    spesifik. Evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau

    manfaat hasil kebijakan.

    Pengertian lain dikemukakan oleh Peter H. Rossi (1993:5)

    menyebutkan bahwa evaluasi merupakan aplikasi penilaian yang sistematis

    terhadap konsep, desain, implementasi, dan manfaat aktivitas dan program

    dari suatu organisasi. Dengan kata lain, evaluasi dilakukan untuk menilai dan

    meningkatkan cara-cara dan kemampuan berinteraksi organisasi yang pada

    akhirnya akan meningkatkan kinerjanya.

    Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis, pemberian nilai,

    atribut, apresiasi dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi atas

    permasalahan yang ditemukan. Dalam berbagai hal, evaluasi dilakukan

    melalui monitoring terhadap sistem yang ada.Namun demikian, evaluasi

    kadang-kadang tidak dapat dilakukan dengan hanya menggunakan informasi

    yang dihasilkan oleh sistem informasi pada organisasi saja.

    Segitiga kebijakan kesehatan dapat digunakan untuk mengkaji

    atau memahami kebijakan tertentu atau pembaca dapat

    menerapkannya untuk merencanakan suatu kebijakan khusus. Yang

    pertama tadi mengacu kepada pengkajian kebijakan, sedangkan yang

    kedua mengenai pengkajian untuk kebijakan. Pengkajian kebijakan pada

    umumnya bersifat retrospektif pengkajian ini melihat kembali

    penentuan kebijakan (bagaimana kebijakan dapat dimasukkan kedalam

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    24/28

    23

    agenda, bagaimana awal dan perumusannya, apa isi kebijakan tersebut

    (konten). Pengkajian ini juga meliputi evaluasi dan monitoring kebijakan

    apakah dapat mencapai tujuan? Apakah dapat dianggap berhasil?

    Pengkajian untuk kebijakan biasanya bersifat prospektif pengkajian

    yang melihat ke depan dan mencoba untuk mengantisipasi apa yang akan

    terjadi jika suatu kebijakan tertentu dilaksanakan. Pengkajian ini

    memberikan pemikiran strategis untuk masa mendatang dan dapat

    mengarah ke advokasi dan lobi kebijakan. Sebagai contoh: sebelum

    pemerintah Inggris mengeluarkan peraturan tentang penggunaan sabuk

    pengaman mobil yang wajib untuk mengurangi angka kematian karena

    kecelakaan, pemerintah Inggris mengadakan kampanye pendidikan

    nasional untuk mempengaruhi masyarakat pada bukti yang

    menunjukkan bahwa sabuk pengamanmengurangi kematian dan

    pemerintah juga mengkonsultasi pihak kepolisian dan perusahaan

    mobil sebelum kebijakan tentang pemakaian wajib sabuk pengaman

    dan pihak kepolisian menjamin pelaksanaannya.

    Sebuah contoh tentang bagaimana pengkajian kebijakan dapat

    membantu dalam tindakan untuk kebijakan dapat dilihat dalam penelitian

    yang dilakukan oleh McKee et al. (1996) dimana mereka

    membandingkan kebijakan yang dilaksanakan di sejumlah negara

    berpenghasilan tinggi dalam pencegahan kematian bayi mendadak

    kadang disebut dengan cot deaths. Penelitian telah menemukan

    bahwa kematian semacam ini dapat dihindari dengan menidurkan bayi

    terlentang. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa bukti telah

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    25/28

    24

    ditemukan awal tahun 1980-an tetapi baru dilaksanakan beberapa

    tahun kemudian dan sejumlah negara tidak segera menetapkan cara ini

    agar mendorong orang tua untuk menidurkan bayi mereka

    terlentang.Penelitian tersebut menyebutkan bahwa bukti statistik dianggap

    tidak penting, sama halnya dengan pemerintah dibanyak negara yang tidak

    tanggap akan adanya angka kematian bayi mendadak yang selalu

    meningkat meski banyak bukti disekitar mereka. Sebaliknya, mereka

    lebih menekankan pada program -program yang disiarkan media, serta

    kegiatan dan feedbackoleh LSM yang dianggap lebih penting.Pelajaran

    yang dapat diambil tentang kebijakan tergantung pada sistem politik:

    dalam pemerintahan federal, nampaknya ada penyebaran kewenangan,

    kegiatan pusat sulit dilaksanakan. Hal ini dapat diatasi dengan

    kampanye regional yang terorganisasi baik, serta mengajak LSM dan

    media untuk ikut memperhatikan isu tersebut. Di sebuah negara, layanan

    statistik yang terdesentralisasi mengakibatkan kelambatan dalam

    memperoleh data kematian. Akibatnya pengenalan masalah memerlukan

    waktu lebih lama. Penulis menyimpulkan bahwa masih banyak negara

    yang harus mengkaji kembali tatanan mereka dalam menghadapi bukti

    tantangan kesehatan masyarakat.

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    26/28

    25

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan kesehatan

    merupakan pedoman yang menjadi acuan bagi semua pelaku pembangunan

    kesehatan, baik pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penyelenggaraan

    pembangunan kesehatan, dimana diperlukaan perencanaan kebijakan

    kesehatan yang memiliki

    Bagian dari sistem administrasi

    Dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan

    Berorientasi pada masa depan

    Mampu menyelesaikan masalah

    Mempunyai tujuan

    Bersifat mampu kelola (dapat dikelola dan dilaksanakan)

    Sebelum dan setelah dilakukan pelaksanaan, perlu adanya evaluasi

    hasil dari kebijakan kesehatan yang telah ditetapkan maupun hasil setelah

    pelaksanaan kebijakan kesehatan. Evaluasi hasil dari pembuatan kesehatan

    ditujukan untuk menilai kecocokan keputusan yang telah dibuat dengan situasi

    atau kondisi untuk pelaksanaan kebijakan tersebut. Sedangkan evaluasi yang

    dilakukan setelah pelaksanaan kebijakan bertujuan untuk menilai efektivitas

    dan keberhasilan dari kebijakan kesehatan yang telah dilaksanakan. Jika

    ditemukan adanya suatu kekurangan dalam pelaksanaannya maka dapat

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    27/28

    26

    segera diambil tindakan untuk menyempurnakan kebijakan kesehatan yang

    telah dibuat dan dilaksanakan.

  • 5/23/2018 MAKALAH EPIDEMIOLOGI

    28/28

    27

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 2012. Evaluasi Kebijakan Kesehatan.www.catatansiwiro.blogspot.com.

    Diakses pada tanggal 5 Mei 2014 pukul 20:00 WITA

    Anonim, 2014. Kebijakan Kesehatan.

    http://digilib.usu.ac.id/download/kebijakankesehatan . Diakses pada tanggal

    5 Mei 2014 pukul 20:00 WITA

    Buse, Kent, Nicholas Mays and Gill. 1994. Making Health Policy Understanding

    Health Policy. Diakses pada tanggal 5 Mei 2014 pukul 20:00 WITA

    http://www.catatansiwiro.blogspot.com/http://www.catatansiwiro.blogspot.com/http://www.catatansiwiro.blogspot.com/http://digilib.usu.ac.id/download/kebijakankesehatanhttp://digilib.usu.ac.id/download/kebijakankesehatanhttp://digilib.usu.ac.id/download/kebijakankesehatanhttp://www.catatansiwiro.blogspot.com/