makalah dr rudi
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas MM dr. rudiTRANSCRIPT

MAKALAH
BUSINESS PERFORMANCE MANAGEMENT
Pembimbing :
Dr. MM Rudi Prihatno,dr., M.Kes, M.Si.Med, Sp.AN-KNA
Oleh :
Arfin Heri Indarto
P2CC13062
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT
PURWOKERTO
2015

BAB I
TERMINOLOGI BUSINESS PERFORMANCE MANAGEMENT
A. Pengertian BPM
Kata Manajemen Kinerja merupakan penggabungan dari kata
manajemen dan kinerja. Manajemen berasal dari kata yang berarti
mengatur. Manajemen merupakan suatu proses yang menggunakan
metode ilmu dan seni untuk menerapkan fungsi-fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian pada kegiatan-kegiatan
dari sekelompok manusia yang dilengkapi dengan sumber daya/faktor
produksi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan lebih dahulu,
secara efektif dan efisien. Pengertian lain menjelaskan bahwa manajemen
adalah proses yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengendalian terhadap penggunaan sumber daya yang dimiliki, baik
manusiadan material untuk mencapai tujuan.
Dari beberapa definisi manajemen yang diberikan oleh para ahli,
dapat disimpulkan manajemen mencakup tiga aspek, yaitu:
a. Pertama : manajemen sebagai proses
b. Kedua : adanya tujuan yang telah ditetapkan
c. Ketiga : mencapai tujuan secara efektif dan efisien
Kata kinerja merupakan singkatan dari yang padanannya dalam
bahasa Inggris adalah performance, yang sering diindonesiakan menjadi
kata performa. (Wirawan, 2009)
Pengertian Kinerja menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
(Veithzal Rivai dan Ahmad Fawzi, 2005)
1. Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada
tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta
(Stolovitch and Keeps, 1992)
2. Kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada
diri pekerja (Griffin, 1987)
3. Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk
menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang harus memiliki derajat

kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan ketrampilan
seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa
pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan
bagaimana mengerjakannya (Hersey and Blanchard, 1993)
4. Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan
tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat
tercapai dengan baik (Donelly, Gibson and Ivancevich, 1994)
5. Kinerja sebagai kualitas dan kuantitas pencapaian tugas-tugas, baik
yang dilakukan oleh individu, kelompok maupun perusahaan
(Schermerhorn, Hunt and Osborn, 1991)
6. Kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan (Ability=A),
motivasi (motivation=M) dan kesempatan (Opportunity=O) atau
Kinerja = ƒ(A x M x O); artinya: kinerja merupakan fungsi dari
kemampuan, motivasi dan kesempatan (Robbins,1996)
Dengan demikian, kinerja adalah kesediaan seseorang atau
kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan
menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil
seperti yang diharapkan. Dari kedua kata manajemen dan kinerja, jika
digabungkan menjadi satu kata baru yaitu Manajemen Kinerja
(Performance Management). Beberapa definisi diungkapkan oleh para ahli
sebagai berikut: (Wibowo, 2007)
1. Manejemen kinerja sebagai proses komunikasi yang dilakukan secara
terus menerus dalam kemitraan antara karyawan dengan atasan
langsungnya. Proses komunikasi ini meliputi kegiatan membangun
harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan yang akan
dilakukan (Bacal, 1994).
2. Manajemen kinerja sebagai sarana untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik dari organisasi, tim dan individu dengan cara memahami dan
mengelola kinerja dalam suatu kerangka tujuan, standar, dan
persyaratan-persyaratan atribut yang disepakati (Armstrong, 2004).

3. Manajemen kinerja merupakan gaya manajemen yang dasarnya adalah
komunikasi terbuka antara manajer dan karyawan yang menyangkut
penetapan tujuan, memberikan umpan balik baik dari manajer kepada
karyawan maupun sebaliknya (Schwartz, 1999)
4. Manajemen kinerja merupakan dasar dan kekuatan pendiring yang
berada di belakang semua keputusan organisasi, usaha kerja dan alokasi
sumberdaya (Costello, 1994)
Dengan memperhatikan pendapat para ahli, maka dapat dirumuskan
bahwa pada dasarnya manajemen kinerja merupakan gaya manajemen
dalam mengelola sumberdaya yang berorientasi pada kinerja yang
melakukan proses komunikasi secara terbuka dan berkelanjutan dengan
menciptakan visi bersama dan pendekatan strategis serta terpadu sebagai
kekuatan pendorong untuk mencapai tujuan organisasi.
Manajemen kinerja bisnis adalah seperangkat manajemen dan
proses analitik yang mengatur pengelolaan kinerja organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah dipilih . Sinonim dari manajemen kinerja
bisnis yaitu Corporate Performance Management (CPM) atau Enterprise
Performance Management. Business Performance Management (BPM)
juga merupakan sistem real-time yang memberi pesan kepada manager
tentang potensi kesempatan, masalah dan ancaman yang akan datang, dan
mendukung manager untuk bertindak melalui model dan kolaborasi. BPM
mengacu pada kerangka kerja untuk mengatur dan mengoptimalisasi
proses bisnis, metodologi, metrik, dan teknologi yang digunakan oleh
perusahaan untuk mengukur, memonitor, mendorong dan mengelola
kinerja bisnis.
Manajemen kinerja bisnis memiliki tiga kegiatan utama:
1. Pemilihan tujuan oragnisasi
2. Konsolidasi informasi pengukuran yang relevan dengan kemajuan
organisasi terhadap tujuan-tujuan tersebut, dan
3. Intervensi yang dilakukan oleh manajer dengan tujuan untuk
meningkatkan kinerja di masa mendatang terhadap tujuan-tujuan
tersebut.

BPM meliputi tiga komponen utama :
1. Merupakan satu set terpadu yaitu manajemen dan proses analitik yang
didukung oleh teknologi
2. Alat bagi perusahaan untuk menentukan tujuan strategis yang
digunakan untuk mengukur/mengelola kinerja.
3. Metode dan alat untuk memantau indikator kinerja utama (KPI) yang
terkait dengan strategi organisasi
BPM adalah hasil dari Business Intelligence dan menggabungkan
banyak teknologi, aplikasi, dan teknik. Business Intelligence merupakan
elemen penting dari BPM.
B. Siklus Bussines Performance Managament
Business Performance Management (BPM) merupakan pendekatan
yang mengubah strategi bisnis menjadi tindakan/aksi yang memiliki empat
langkah proses, dimana proses-proses tersebut terbagi atas strategi dan
pelaksanaan (Eckerson, 2009). BPM memiliki keunggulan dalam bidang
pemenuhan kebutuhan strategi perusahaan dengan melakukan pengukuran
terhadap proses-proses perusahaan.
Gambar 1 dibawah ini secara ringkas menggambarkan proses
tersebut dimana kedua langkah pertama yaitu strategize dan plan
menggambarkan strategi, sedangkan kedua langkah terakhir yaitu
monitor/analyze dan act /adjust menggambarkan pelaksanaan dari strategi
tersebut. Adapun keempat langkah tersebut :

Gambar 1. Business Performance Management Cycle
1. Strategize
Para eksekutif menentukan misi, tujuan, penggerak utama dari nilai
bisnis dan bagaimana cara untuk mengukurnya. Contoh dari penggerak
utama tersebut yaitu kepuasan pelanggan yang tinggi atau kualitas
produk yang sangat baik. Key Performance Indicators merupakan
Indikator yang memberikan informasi sejauh mana kita telah berhasil
mewujudkan target kerja yang telah ditetapkan.
2. Plan
Kelompok-kelompok di dalam organisasi mengembangkan rencana
untuk menindak lanjuti strategi bisnis dan mengalokasikan sumber-
sumber daya. Perencanaan ini memungkinkan terciptanya inisiatif,
proyek, dan proses-proses yang baru, atau perbaikan terhadap inisiatif,
proyek, dan proses- roses yang telah ada.
3. Monitor / Analyze
Elemen yang paling penting di dalam BPM
adalah sebuah tool yang memungkinkan pengguna untuk memonitor
dan menganalisis performa pada waktu yang tepat dan secara tepat
melakukan tindakan yang dapat meningkatkan performa perusahaan,
yaitu performance dashboard. BPM yang juga
merupakan performance dashboard berfungsi untuk membuat laporan
dan analisis informasi, infrastruktur untuk mengumpulkan dan
mengintegrasikan data dari bermacam-macam sumber, sistem
penyimpanan data, seperti data warehouse dan datamart, dan alat
untuk melakukan monitor dan manajemen.
4. Act / Adjust
Proses ini adalah yang terpenting di dalam BPM. Proses ini
merupakan komponen pelaksanaan strategi. Performance
dashboard merupakan tool yang memiliki peranan penting di dalam
proses act/adjust karena tool ini mengirimkan pesan kepada pengguna
terhadap masalah yang potensial, serta menyediakan pengguna

informasi detil dan petunjuk untuk membantu mereka membuat
keputusan yang cepat dan berkualitas.
C. Proses pengendalian BPM
Proses pengendalian kinerja dalam perusahaan merupakan sebuah
proses yang cukup kompleks yang melibatkan berbagai tingkatan
manajemen dalam perusahaan. Secara umum tingkat manajerial yang akan
terlibat dalam proses pengendalian kinerja perusahaan meliputi tingkat
aktivitas harian, tingkat operasional, dan juga tingkat strategis.
Ketiga tingkatan ini akan mengorganisasikan dan mensinergikan
kegiatan mereka dalam mencapai dan mengendalikan kinerja perusahaan.
Semua tingkatan dalam perusahaan akan bekerja dalam sebuah proses
pengendalian kinerja perusahaan yang terdiri dari berbagai loop dan
kegiatan yang dapat digambarkan dalam diagram diatas.
1. Loop pertama adalah Strategic Feedback Loop yang dimulai dengan
penyusunan strategi perusahaan dan melakukan analisa terhadap
skenario yang akan dihadapi perusahaan. Hasil dari formulasi strategi
perusahaan akan menjadi masukan bagi perencanaan dan penyusunan
anggaran perusahaan.

2. Loop kedua adalah Operational Feedback Loop yang seringkali
menjadi tanggung jawab dan kegiatan para manajer perusahaan dalam
menjalankan strategi yang telah dicanangkan yang terdiri dari empat
proses utama yaitu:
a. Perencanaan dan Penganggaran (Planning and Budgeting)
b. Komunikasi (Communicate)
c. Pengawasan (Monitor)
d. Peramalan (Forecast)
3. Loop yang ketiga adalah Activity dan Process Feedback Loop yang
terdiri dari dua kegiatan utamayaitu :
a. Transaction Reporting yang meliputi penyediaan laporan
kegiatan transaksional yang bersifatharian.
b. Business Activity Monitoring (BAM) yaitu sebuah event driven
architecture yang akan memonitor KPI secara proaktif dan
memberikan hasil laporan langsung kepada manager operasi.

BAB II
INDIKATOR BUSINESS PERFORMANCE MANAGEMENT
Pengukuran kinerja digunakan untuk membantu organisasi dalam
menentukan keberhasilan dari tujuan organisasi. Indicator kinerja dapat
dimonitor dengan menggunakan teknik business intelligence untuk menilai
keadaan bisnis dan membantu menentukan tindakan. Tindakan pemamntauan
indicator kinerja secara real time dikenal sebagai business activity monitoring.
Indaktor kinerja sering digunakan untuk memberi nilai suatu kegiatan yang
sulit di ukur seperti keuntungan pengembangan kepemimpinan, keterlibatan,
layanan dan kepuasan. Contoh penggunaan indicator kinerja :
1. Jumlah pelanggan baru yang diperoleh
2. Analisis demografi calon pelanggan
3. Status pelanggan
4. Jumlah kehilangan pelanggan
5. Pendapatan yang dihasilkan oleh populasi pelanggan
6. Kumpulan hutang buruk dan hubungan pelanggan
7. Profitabilitas berdasarkan demografi pelanggan dan segmentasi pelanggan
berdasrkan profitabilitas.
a. Pengertian indicator kinerja
Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan (BPKP, 2000). Sementara menurut Lohman (2003), indikator
kinerja (performance indicators) adalah suatu variabel yang digunakan
untuk mengekspresikan secara kuantitatif efektivitas dan efisiensi proses
atau operasi dengan berpedoman pada target-target dan tujuan organisasi.
Jadi jelas bahwa indikator kinerja merupakan kriteria yang digunakan
untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan
dalam ukuran-ukuran tertentu.

Indikator kinerja (performance indicator) sering disamakan dengan
ukuran kinerja (performance measure). Namun sebenarnya, meskipun
keduanya merupakan kriteria pengukuran kinerja, terdapat perbedaan
makna. Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak
langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi
kinerja, sehingga bentuknya cenderung kualitatif. Sedangkan ukuran
kinerja adalah kriteria kinerja yang mengacu pada penilaian kinerja secara
langsung, sehingga bentuknya lebih bersifat kuantitatif. Indikator kinerja
dan ukuran kinerja ini sangat dibutuhkan untuk menilai tingkat
ketercapaian tujuan, sasaran, dan strategi.
Definisi Critical Success Factors (CSF)
Critical Success Factors (faktor keberhasilan utama) adalah suatu
area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area
CSF ini menggambarkan preferensi manajerial dengan memperhatikan
variabel-variabel kunci finansial dan non-finansial pada kondisi waktu
tertentu. Suatu CSF dapat digunakan sebagai indikator kinerja atau
masukan dalam menetapkan indikator kinerja. Identifikasi terhadap CSF
dapat dilakukan terhadap berbagai faktor misalnya, potensi yang dimiliki
organisasi, kesempatan, keunggulan, tantangan, kapasitas sumber daya,
dana, sarana-prasarana, regulasi atau kebijakan organisasi, dan sebagainya.
Untuk memperoleh CSF yang tepat dan relevan, CSF harus secara
konsisten mengikuti perubahan yang terjadi dalam organisasi. Setiap
organisasi mempunyai CSF yang berbeda-beda karena sangat tergantung
pada unsur-unsur apa dari organisasi tersebut yang dapat menentukan
keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan.
CSF sering disamakan pengertiannya dengan key performance
indicator (KPI) yang sebenarnya sangat berbeda. KPI adalah sekumpulan
indikator yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang
bersifat finansial maupun nonfinansial untuk melaksanakan operasi dan
kinerja unit bisnis. Indikator ini dapat digunakan oleh manajer untuk
mendeteksi dan memonitor capain kinerja.
Pengembangan Indikator Kinerja

Penggunaan indikator kinerja sangat penting untuk mengetahui
apakah suatu aktivitas atau program telah dilakukan secara efisien dan
efektif. Indikator untuk tiap-tiap unit organisasi berbeda-beda tergantung
pada tipe pelayanan yang dihasilkan. Penentuan indikator kinerja perlu
mempertimbangkan komponen berikut:
1. Biaya pelayanan (cost of service)
Indikator biaya biasanya diukur dalam bentuk biaya unit (unit
cost), misalnya biaya per unit pelayanan. Beberapa pelayanan mungkin
tidak dapat ditentukan biaya unitnya,karena output yang dihasilkan
tidak dapat dikuantifikasi atau tidak ada keseragaman tipe pelayanan
yang diberikan. Untuk kondisi tersebut dapat dibuat indicator kinerja
proksi, misalnya belanja per kapita.
2. Penggunaan (utilization)
Indikator penggunaan pada dasarnya membandingkan antara
jumlah pelayanan yang ditawarkan (supply of service) dengan
permintaan publik (public demand). Indikator ini harus
mempertimbangkan preferensi publik, sedangkan pengukurannya
biasanya berupa volume absolut atau persentase tertentu, misalnya
persentase penggunaan kapasitas. Contoh lain adalah rata-rata jumlah
penumpang per bus yang dioperasikan. Indikator kinerja ini digunakan
untuk mengetahui frekuensi operasi atau kapasitas kendaraan yang
digunakan pada tiap-tiap jalur.
3. Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards)
Indikator kualitas dan standar pelayanan merupakan indicator
yang paling sulit diukur, karena menyangkut pertimbangan yang
sifatnya subyektif. Penggunaan indicator kualitas dan standar
pelayanan harus dilakukan secara hati-hati karena kalau terlalu
menekankan indicator ini justru dapat menyebabkan kontra produktif.
Contoh indicator kualitas dan standar pelayanan misalnya perubahan
jumlah komplain masyarakat atas pelayanan tertentu.
4. Cakupan pelayanan (coverage)

Indikator cakupan pelayanan perlu dipertimbangkan apabila
terdapat kebijakan atau peraturan perundangan yang mensyaratkan
untuk memberikan pelayanan dengan tingkat pelayanan minimal yang
telah ditetapkan.
5. Kepuasan (satisfaction)
Indikator kepuasan biasanya diukur melalui metode jajak
pendapat secara langsung. Bagi pemerintah daerah, metode
penjaringan aspirasi masyarakat (need assessment), dapat juga
digunakan untuk menetapkan indicator kepuasan. Namun demikian,
dapat juga digunakan indicator proksi misalnya jumlah komplain.
Pembuatan indicator kinerja tersebut memerlukan kerja sama antar unit
kerja. Syarat-syarat Indikator Ideal
Indikator kinerja bisa berbeda untuk setiap organisasi, namun
setidaknya ada persyaratan umum untuk terwujudnya suatu indikator
yang ideal. Menurut Palmer (1995), syarat-syarat indikator yang ideal
adalah sebagai berikut:
1. Consitency. Berbagai definisi yang digunakan untuk merumuskan
indicator kinerja harus konsisten, baik antara periode waktu
maupun antar unit-unit organisasi.
2. Comparibility. Indikator kinerja harus mempunyai daya banding
secara layak.
3. Clarity. Indikator kinerja harus sederhana, didefinisikan secara
jelas dan mudah dipahami.
4. Controllability. Pengukuran kinerja terhadap seorang manajer
publik harus berdasarkan pada area yang dapat dikendalikannya.
5. Contingency. Perumusan indikator kinerja bukan variabel yang
independen dari lingkungan internal dan eksternal. Struktur
organisasi, gaya manajemen, ketidakpastian dan kompleksitas
lingkungan eksternal harus dipertimbangkan dalam perumusan
indikator kinerja.

6. Comprehensiveness. Indikator kinerja harus merefleksikan semua
aspek perilaku yang cukup penting untuk pembuatan keputusan
manajerial.
7. Boundedness. Indikator kinerja harus difokuskan pada faktor-
faktor utama yang merupakan keberhasilan organisasi.
8. Relevance. Berbagai penerapan membutuhkan indicator spesifik
sehingga relevan untuk kondisi dan kebutuhan tertentu.
9. Feasibility. Target-target yang digunakan sebagai dasar perumusan
indikator kinerja harus merupakan harapan yang realistik dan dapat
dicapai.
Sementara itu, syarat indikator kinerja menurut BPKP (2000)
adalah sebagai berikut:
1. Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada
kemungkinan kesalahan interpretasi.
2. Dapat diukur secara obyektif baik yang bersifat kuantitatif maupun
kualitaitf, yaitu dua atau lebih mengukur indicator kinerja
mempunyai kesimpulan yang sama.
3. Relevan, indikator kinerja harus menangani aspek-aspek obyektif
yang relevan.
4. Dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk menunjukkan
keberhasilan masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak serta
proses.
5. Harus cukup flesibel dan sensitive terhadap perubahan/penyesuaian
pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan
6. Efektif. Data/informasi yang berkaitan dengan indicator kinerja
yang bersangkutan dapat dikumpulkan, diolah, dan dianalisis
dengan biaya yang tersedia.
Balanced Scorecard merupakan contoh sistem pengukuran
kinerja. Balance scorecard diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton. Ia
menekankan keseimbangan antara ukuran strategis dalam upaya
mencapai keselarasan tujuan, sehingga mendorong bawahan untuk
bertindak sesuai dengan tujuan organisasi. Untuk mendukung

keselarasan, tujuan Balance scoredcard merupakan alat dalam
mempokouskan organisasi, meningkatkan komunikasi, menetapkan
tujuan organisasi, dan menyediakan umpan balik bagi manajemen.
Setiap ukuran dalam Balance scorecard menekankan aspek
strategi organisasi. Dalam membuat Balance scorecsrd, eksekutif
harus memilih seperangkat ukuran yang :
1. Menunjukan faktor kritis secara akurat yang akan menentukan
kesuksesan strategi perusahaan.
2. Menunjukan hubungan diantara ukuran individual sebagai
penyebeb
3. Menyediakan pandangan yang lebih luas tentang status terkini
perusahaan.
Ukuran ini merupakan indokator yang menunjukan kepada
manajemen apa yang telah terjadi sebaliknya ukuran pemicu adalah
indikator terdepan yang menunjukan kemajuan bagian-bagian penting
dari penenerapan suatu strategi. Balanced scorecard memiliki 4
perspektif :
1. Perspektif keuangan
Kinerja keuangan mengukur kinerja perusahaan dalam
memperoleh laba dan nilai pasar. Ukuran keuangan biasanya
diwujudkan dalam profitabilitas, pertumbuhan dan nilai pemegang
saham. Alat ukur yang biasa digunakan adalah return on
investement dan residual income.
2. Perspektif kepuasan pelanggan
Kepuasan pelanggan ini diukur dari bagaimana perusahaan
dapat memuaskan pelannggan. Alat ukur yang bias digunakan
adalah market share, custemer retension, customer acquisition,
customer satisfaction dan custumer profitability.
3. Perspektif proses bisnis internal
Dalam perspektif ini kinerja perusahaan diukur dsri magaimana
perusahaan dapat meghasilkan prodek atau jasa secara efisien dan

efektif. Ukuran yang biasa digunakan adalah kualitas, response
time, cost dan pengnalan produk baru.
4. perspekif pertumbuhan & pembelajaran
Perspektif ini menekankan pada magaimana perusahaan dapat
berinovasi dan terus tumbuh dan berkembang agar dapat bersaing
dimasa sekarang maupun dimasa datang. Oleh karena itu sumber
daya ditutut untuk produktif dan terus belajar agar mempunyai
kemampuan dalam berinovasi dan mengembangkan produk baru
yang memiliki value bagi custumer. Alat ukur yang biasa dipakai
adalah employee satisfactiondan information sytem availebel.

BAB III
PENERAPAN BUSINESS PERFORMANCE MANAGEMENT DI RUMAH
SAKIT
Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan sekaligus sebagai
entitas yang memiliki tanggung jawab kepada shareholder dan stakeholder harus
cerdik dan bijaksana dalam merancang manajemen strategi. Seiring dengan
kemajuan teknologi, pengaruh globalisasi, tingkat persaingan yang semakin tinggi
dan perilaku pasien yang semakin jeli dan kritis dalam memilih pelayanan
kesehatan menjadi pemicu rumah sakit untuk selalu memberikan pelayanan yang
optimal kepada masyarakat. Oleh karena itu faktor keuangan tidak dapat lagi
dijadikan sebagai satu-satunya pedoman untuk menilai kinerja manajemen rumah
sakit. Untuk itu diperlukan sebuah konsep yang nyata dan applicable bagi rumah
sakit untuk dapat meningkatkan kinerjanya baik secara keuangan dan non
keuangan. Konsep Balanced scorecard terbukti sebagai terobosan cerdas dan
inovatif yang membantu rumah sakit untuk dapat unggul dan kreatif dalam
meningkatkan kinerja manajemen.
Konsep balanced scorecard sudah banyak di terapkan di beberapa rumah
sakit diantaranya Rumah Sakit Islam Kustati Surakarta, Rumah Sakit Umum
Daerah Indramayu, RS IPHI Pedan Kabupaten Klaten, RSUD Prof.Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto dengan melakukan penelitian Pengukuran kinerja dengan
menggunakan perspektif Balanced Scorecard menunjukkan hasil cukup baik,
dengan pengecualian pengukuran kinerja perspektif keuangan. Pengukuran kinerja
menggunakan balanced scorecard yang dilakukan dengan meneliti perspektif
konsumen, perspektif proses bisnis internal, perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan dan perspektif keuangan (Darmiyati, 2013. Megawati, 2010. Dian,
2004)

BAB IV
KESIMPULAN
1. Manajemen kinerja bisnis adalah seperangkat manajemen dan proses
analitik yang mengatur pengelolaan kinerja organisasi untuk mencapai
tujuan yang telah dipilih .
2. BPM mengacu pada kerangka kerja untuk mengatur dan
mengoptimalisasi proses bisnis, metodologi, metrik, dan teknologi
yang digunakan oleh perusahaan untuk mengukur, memonitor,
mendorong dan mengelola kinerja bisnis.
3. Siklus BPM meliputi strategize, plan, monitor/analyze dan act /adjust.
4. Salah satu contoh pengukuran penilaian kinerja dapat menggunakan
Balanced scorecard.

DAFTAR PUSTAKA
Dian, M. 2004. Pengukuran Kinerja Pada RSUD Prof.DR. Margono Soekarjo Purwokerto dengan Menggunakan Metode Balanced Scorecard. Skripsi. Teknik Industri FTI UII. Yogyakarta
Darmiyati, J. 2013. Penerapan Balanced Scorecard Sebagai Metode Pengukuran Kinerja Pada Rs Iphi Pedan Kabupaten Klaten. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang
Megawati, D.S., 2010. Analisa Kemungkinan Penerapan Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Islam Kustati Surakarta Dengan Menggunakan Balanced Scorecard. Skrpsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Rivai, V dan Basri,A.V.M., 2005. Performance Appraisal Cetakan Pertama, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Stolovitch, Harold D., and Keeps, Erica J., 1992, Handbook of Human Performance Technology A Comprehensive Guide for Analysis and Solving Performance Problem in Organizations. San Francisco: Jersey-Bass Publisher
Toha, Muharto. 2002. Perilaku Organisasi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia: Teori Aplikasi dan Penelitian. Jakarta : Salemba Empat.