makalah asuhan keperawatan medikal bedah

39
KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Katarak MaturMakalah ini disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB penyelesaian penulisan makalah ini, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu atas segala bentuk bantuan dan bimbingannya, penulis mengucapkan terima kasih kepada : Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya serta bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Surakarta, 14 Desember 2012 Penyusun 1

Upload: agus-triantoo

Post on 27-Oct-2015

1.045 views

Category:

Documents


64 download

DESCRIPTION

sip

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Katarak Matur”

Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB penyelesaian penulisan

makalah ini, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak penulisan makalah ini

dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu atas segala bentuk bantuan dan bimbingannya, penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Semoga makalah ini

bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya serta bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, 14 Desember 2012

Penyusun

1

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………................................. i

KATA PENGANTAR ……………………………………….........................1

DAFTAR ISI …………………………………………………....................2

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang ................…………………………...........................................3

II. Rumusan Masalah………………………………...................................................3

III. Tujuan Penulisan ...…...………………………….................................................4

IV. Definisi.……….…...………………………….......................................................4

V. Klasifikasi………………………………………………………………………. 4

VI. Patofisiologi...…...…………………………............................................................7

VII. Manifestasi Klinis...…...…………………………................................................. 8

VIII. Penatalaksanaan...…...…………………………................................................. 8

IX. Konsep Asuhan Keperawatan...…...…………………………............................. 8

BAB II PEMBAHASAN

I. Asuhan keperawatan Post op Katarak…………………………………………… 13

BAB III PENUTUP

I. Kesimpulan………………………………………………….............................. 27

II. Saran…………………………………………………....................................... 27

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 28

2

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG     

Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan

pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata.

            Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan katarak senilis ini

merupakan proses degeneratif (kemunduran ). Perubahan yang terjadi bersamaan dengan

presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang akan mengganggu

pembiasan cahaya.

            Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat terjadi pada umur

pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami perubahan lensa walau

mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan penglihatan.

            Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruh an yang terjadi pada

lensa mata yang dapat terjadi akibat ghidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa

atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif.

Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh

cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah

dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.

II. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah diantaranya :

1. Apa pengertian katarak?

2. Bagaimana klasifikasi dari katarak ?

3. Bagaimana manifestasi klinik dari katarak ?

4. Bagaimana penatalaksanaan dari kasus katarak ?

3

III. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian katarak

2. Untuk mengetahui klasifikasi dari katarak

3. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari katarak

4. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari kasus katarak

A. DEFINISI

Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di

dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998). Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara

progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada

semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).

Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi

cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme

normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat

perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam

perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi.

B. KLASIFIKASI KATARAK

Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :

1. Katarak perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.

2. Katarak kongenital, juvenil, dan senil.

3. Katarak komplikata.

4. Katarak traumatik.

Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :

a. Katarak kongenital

Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir, dan

terjadi akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin. Biasanya kelainan ini tidak

meluas mengenai seluruh lensa. Letak kekeruhan sangat tergantung pada saat terjadinya

gangguan metabolisme serat lensa: Katarak kongenital yang terjadi sejak perkembangan

serat lensa terlihat segera setelah bayi IahIr sampai berusia 1 tahun.

4

b. Katarak juvenil

Katarak juvenil yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat terjadi karena lanjutan

katarak kongenital yang makin nyata, penyulit penyakit lain, katarak komplikata, yang

dapat terjadi akibat penyakit lokal pada satu mata, seperti akibat uveitis anterior.

glaukoma, ablasi retina, miopia tinggi, ftisis bulbi, yang mengenai satu mata, penyakit

sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid, dan miotowa distrofi,'yang mengenai kedua

mata dan akibat trauma tumpul.

c. Katarak senil

Katarak senil biasanya mulai pada usia 50 tahun, kecuali bila disertai

dengan penyakit lainnya seperti diabetes melitus yang akan terjadi lebih cepat. Kedua

mata dapat terlihat dengan derajat kekeruhan yang sama ataupun berbeda. Pada katarak

senil akan terjadi degenerasi lensa secara perlahan-lahan. Tajam penglihatan akan

menurun secara berangsur-angsur. Katarak senil merupakan katarak yang terjadi akibat

terjadinya degenerasi serat lensa karena proses penuaan.

Katarak senil dapat dibagi dalarn 4 stadium, yaitu :

1. Stadium insipien, di mana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa.

Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Pasien akan

mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda dengan satu matanya. Pada

stadium ini., proses degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalarn lensa sehingga

akan terlihat biiik mata depan dengan kedalaman yang normal, iris dalarn posisi biasa

disertai dengan kekeruhan ringan pada lensa. Tajam penglihatan pasien belum

terganggu.

2. Stadium imatur, di mana pada stadium ini lensa yang degeneratif mulai menyerap

cairan mata ke dalarn lensa sehingga lensa menjadi cembung. Pada stadium ini,

terjadi pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak intumesen. Pada stadium ini

dapat terjadi miopisasi akibat lensa mata menjadi cembung, sehingga pasien

menyatakan tidak perlu kacamata sewaktu membaca dekat. Akibat lensa yang

bengkak, iris terdorong ke depan, biiik mata dangkal dan sudut bilik mata akan

sempit atau tertutup.

5

3. Stadium matur, merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium terjadi

kekeruhan seluruh lensa. Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam keadaan

seimbang dengan cairan dalam mata sehingga ukuran lensa akan menjadi normal

kembali. Pada pemeriksaan terlihat iris dalam posisi normal, bilik mata depan normal,

sudut bilik mata depan terbuka normal, uji bayangan iris negatif. Tajam penglihatan

sangat menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif.

4. Stadium hipermatur, di mana pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut lensa

dan korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa tenggelam dalam korteks

lensa (katarak Morgagni). Pada stadium ini jadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga

bahan lensa ataupun korteks yang cair keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan.

Pada stadium matur akan terlihat lensa yang lebih kecil daripada normal, yang akan

mengakibatkan iris tremulans, dan bilik mata depan terbuka.

C. ETIOLOGI

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia

seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi,

katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.

Penyebab katarak lainnya meliputi :

Faktor keturunan.

Cacat bawaan sejak lahir. (congenital)

Masalah kesehatan, misalnya diabetes.

Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.

gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)

gangguan pertumbuhan,

Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.

Rokok dan Alkohol

Operasi mata sebelumnya.

Trauma (kecelakaan) pada mata.

Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.

6

Penglihatan /Buta

D. PATOFISIOLOGI

Dalam keadaan normal transfaransi lensa terjadi karena adanya keseimbangan antara

protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam membran sesemi

permeable. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap, mengakibatkan

jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein pada bagian lain sehingga membentuk massa

transparan ataubbintik kecil di sekitar lensa, membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan

katarak.

Terjadinya penumpukan cairan / degenasi dan desintegrasi pada serabut tersebut

menyebabkan jalannya cahayanya terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan.

PATHWAY (Sumber: Sidarta Ilyas, (1997), Katarak, Jakarta: FKUI)

7

Perubahan KumanDegeneratifTrauma

Jumlah proteinKompresi sentral (serat)Perubahan serabut

Membentuk massaDensitas Keruh

Keruh

Pembedahan Katarak

Pre Operasi- Kecemasan

meningkat

- Kurang

pengetahuan

Post Operasi- Gangguan rasa

nyaman (nyeri)

- Resiko tinggi

terjadinya infeksi

- Resiko tinggi

terjadinya injuri :

Peningkatan

TIO.

Perdarahan

Menghambat jalan cahaya

- Gangguan sensori persepsi visual

- Risiko tinggi cidera fisik

E. MANIFESTASI KLINIK

Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif (seperti

rabun jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata

seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak

benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menja di negatif (-).

Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan

komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.

Gejala umum gangguan katarak meliputi :

• Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

• Peka terhadap sinar atau cahaya.

• Dapat melihat dobel pada satu mata.

• Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.

• Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

F. PENATALAKSANAAN

Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembesaran laser.

Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat

digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula (Pokalo,

1992)

Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan reflaksi kuat sampai titik

dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.

Pembedahan katarak adalah pembedahan yang sering dilakukan pada orang berusia lebih

dari 65. masa kini, katarak paling sering diangkat dengan anestesia lokal berdasar pasien rawat

jalan, meskipun pasien perlu dirawat bila ada indikasi medis. Keberhasilan pengembalian

penglihatan yang bermanfaat dapat dicapai pada 95% pasien.

Kebanyakan operasi dilakukan dengan anestesi lokal (retrobulbar atau peribulbar), yang

dapat mengimobilisasi mata. Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan

8

klaustreofobia sehubungan dengan graping bedah. Anestesi umum diperlukan bagi yang tidak

bisa menerima anestesi lokal, yang tidak mampu bekerjasama dengan alasan fisik atau

psikologis, atau yang tidak berespon terhadap anestesi lokal

G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Aktivitas/istirahat

Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.2. Neuro sensori

Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di ruang gelap. Perubahan kaca mata atau pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. Pupil nampak kecoklatan atau putih susu dan peningkatan air mata.

3. Pengetahuan

Pemahaman tentang katarak, kecemasan.4. Pemeriksaan diagnostik

Optotip Snellen, Oftalmoskopi, Slitlamp biomikroskopi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. PRE OPERATIF

i. Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan penurunan ketajaman

penglihatan, penglihatan ganda.

Tujuan : gangguan persepsi sensori teratasi.Kriteria hasil :

oDengan penglihatan yang terbatas klien mampu melihat lingkungan semaksimal

mungkin.

INTERVENSI RASIONAL

1. Orientasikan pasien terhadap lingkungan

aktifitas.

2. Observasi tanda disorientasi dengan tetap

berada di sisi pasien.

3. Dorong klien untuk melakukan aktivitas

sederhana seperti menonton TV, radio, dll

4. Anjurkan pasien menggunakan kacamata

Memperkenalkan pada pasien tentang

lingkungan dam aktifitas sehingga dapat

meninggalkan stimulus penglihatan.

Mengurangi ketakutan pasien dan

meningkatkan stimulus.

Meningkatkan input sensori

Menurunkan penglihatan perifer dan

9

katarak

5. Posisi pintu harus tertutup terbuka,

jauhkan rintangan.

gerakan.

Menurunkan penglihatan perifer dan

gerakan.

ii. Cemas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan kemungkinan kegagalan untuk

memperoleh penglihatan kembali.

Tujuan : kecemasan teratasiKriteria hasil :Mengungkapkan kekhawatirannya dan ketakutan mengenai pembedahan yang akan dijalani.

INTERVENSI RASIONAL

1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan relaks,

berikan dorongan untuk verbalisasi dan

mendengarkan dengan penuh perhatian.

2. Yakinkan klien bahwa ansietas mempunyai

respon normal dan diperkirakan terjadi pada

pembedahan katarak yang akan dijalani.

3. Sajikan informasi menggunakan metode dan

media instruksional.

4. Jelaskan kepada klien aktivitas premedikasi

yang diperlukan.

5. Berikan informasi tentang aktivitas

penglihatan dan suara yang berkaitan dengan

periode intra operatif

Membantu mengidentifikasi

sumber ansietas.

Meningkatkan keyakinan klien

Meningkatkan proses belajar dan

informasi tertulis mempunyai

sumber rujukan setelah pulang.

Pengetahuan yang meningkat

akan menambah kooperatif klien

dan menurunkan kecemasan.

Menjelaskan pilihan

memungkinkan klien membuat

keputusan secara benar.

1. POST- OPERASI

a) Gangguan rasa nyaman nyeri b/d injury fisik

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri berkurangKriteria hasil: i. Pasien menunjukan ekspresi wajah rileksii. Skala nyeri 2-3

10

No INTERVENSI RASIONAL

1 Observasi intensitas dan skala nyeri Mengetahui derajat nyeri

2 Jelaskan pada pasien tentang penyebab timbulnya nyeri

Agar pasien tenang dan meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyebab nyeri

3 Ajarkan pasien teknik distraksi dan relaksasi

Menurunkan tingkat nyeri

4 Kolaborasi pemberian analgetik Mengurangi rasa nyeri

b) Resiko infeksi b/d luka sayatan pada mata

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan tidak terjadi infeksiKriteria hasil: i. TTV dalam batas normalii. Leukosit dalam batas normaliii.Luka kering, tidak ada tanda REEDA

No INTERVENSI RASIONAL

1 Obervasi TTV Suhu tinggi menunjukan adanya proses infeksi

2 Observasi tanda-tanda infeksi (REEDA)

Deteksi dini adanya infeksi

3 Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik dan antiseptik dalam perawatan luka

mencegah infeksi

4 Kolaborasi pemberian antibiotik Mencegah perkembangan mikroorganisme

11

BAB IIPEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN DIAGNOSA PRE DAN POST

OPERASI KATARAK MATUR DI RUANG FLAMBOYAN

RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

I. DATA DEMOGRAFI

A. Biodata

- Nama Pasien :Ny. R

- Usia :90 tahun

- Jenis kelamin :Perempuan

- Alamat ( lengkap dengan no.telp ) :Semono, Sambi, Boyolali

- Suku / bangsa :Jawa / Indonesia

- Status pernikahan :Kawin

- Agama / keyakinan :Islam

- Pekerjaan / sumber penghasilan :Petani

- Diagnose medic :Katarak matur

- No. medical record :414364

- Tanggal masuk :Rabu, 28 November 2012

- Tanggal pengkajian :Rabu, 28 November 2012

B. Penanggung jawab

- Nama :Tn.W

- Usia :45 tahun

- Jenis kelamin :Laki - laki

- Pekerjaan / sumber penghasilan :Buruh

- Hubungan dengan klien :Anak

12

II. KELUHAN UTAMA

PRE OP : pasien mengatakan pandangan kabur

POST OP:Setelah operasi pasien mengatakan nyeri di mata sebelah kanan

III. RIWAYAT KESEHATAN

A. Riwayat kesehatan sekarang

Kedua mata pasien mulai kabur sejak 6 bulan yang lalu, proses terjadinya

berangsur-angsur. Upaya yang dilakukan yaitu memeriksakan ke RSUD Pandan Arang.

B. Riwayat kesehatan Lalu

Pasien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu.

IV. RIWAYAT PSIKOSOSI AL

a. Sosial interaksi

Kemampuan berinteraksi menurun karena pendengaran berkurang.

b. Konsep diri

Pasien mengatakan gugup karena pertama akan menjalani operasi.

c. Spiritual

Pasien beragama islam dan yakin kesehatan dari Allah SWT.

d. Tingkat Kecemasan

Pasien terlihat cemas ditunjukkan dengan berkali-kali duduk dan kembali berbaring

lagi ini termasuk tingkat kecemasan 2 yaitu kecemasan sedang dari skala tingkat

kecemasan 1-3 (Halminton,2001)

V. PEMERIKSAAN FISIK

A. Kesadaran : Compos Mentis

B. Tanda-tanda vital

- Suhu :36,5 oC

- Nadi :92 x / menit

- Pernafasan :20 x / menit

- Tekanan darah :160 / 90

C. Kepala : mesocephal

13

D. Mata : simetris, lapang pandang menyempit, konjungtiva tidak anemis, kondisi

lensa keruh, sclera tampak putih keruh

E. Mulut : bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi

F. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

G. Telinga : simetris, tidak ada serumen

H. Pulmo :

I : pengembangan dada ka-ki sama, tidak ada retraksi otot dada

P : tidak ada nyeri tekan

P : sonor

A : vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan

I. Cor

I : ictus cordis tidak terlihat

P : ictus cordis teraba di ICS 5, tidak ada nyeri tekan

P : redup

A : S1: lup, S2: dup

H. Abdomen :

I : datar, tidak ada asites

A : bising usus 12x/menit

P : tidak ada nyeri tekan

P : timpani

I. Ekstremitas :

Sup : tidak ada edema, terpasang infuse Nacl 20 tpm di ekstermitas sinistra

Inf : tidak ada edema, rom aktif

J. Genetalia : bersih

VI. AKTIVITAS SEHARI-HARI

A. Nutrisi

Sebelum sakit : pasien makan 3x sehari dengan porsi cukup , pasien pantang makan telur

asin, ikan asin, dan telur puyuh

Saat dikaji : Pasien makan habis ¾ porsi makan.

14

B. Eliminasi ( BAB & BAK )

BAB

Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek

Saat dikaji : pasien mengatakan BAB dua hari 1 kali dengan konsistensi lembek

BAK

Sebelum sakit : pasien mengatakan BAK 4-5 kali sehari

Saat dikaji : pasien mengatakan BAK 3-4 kali sehari

C. Istirahat tidur

Sebelum sakit : pasien mengatakan tidur 7-8 jam

Saat dikaji :pasien mengatakan tidur 6-7 jam

D. Aktivitas / mobilitas fisik

Sebelum sakit : pasien bertani di sawah dekat rumahnya

Saat di kaji : pasien hanya berbaring dan duduk . Pasien terlihat lemah.

VII. TEST DIAGNOSTIK

HASIL LABORATORIUM

Tanggal : Kamis, 29 November 2012

Pemeriksaan Lab Hasil Satuan Angka NormalBHP Lab 1HemoglobinEritrositLeukositLimfositNeutrofilMonositHematokritTrombositMCVMCHMCHCENZIMATIKSGOTSGPT

11,84,89,722,255,410,136,716489,828,834,2

32,116,4

gr/dl106/ul103/ul%%%%103/ulFlPgg/dl

unit/Lunit/L

L: 12-18/P: 11-16L:4,6-6,2/P:4,2-5,44,5-11,020-4050-703-15L:40-54/P:35-47150-44080,0-100,027-3432-36

<37<31

15

GULA DARAHGula puasa2 jam PPsewaktu

--125

mg/100mlmg/100mlmg/100ml

60-10070-130<130

VIII. THERAPY

1. Obat tetes mata a. timolol o,25% 8x tetes/12 jam

2. Terapi parenterala. Infus RL 20 tpm

3. Injeksia. cefriaxon 1000mg/ 12 jamb. ketorolac 30mg/12 jam

1.1 DATA FOKUS

DATA OBYEKTIF DATA SUBYEKTIF

PRE OP

- Tanda-tanda vital

Suhu : 36,5 C TD : 160/90mmhg

Nadi :92 x / menit RR :20 x / menit

- Pasien terlihat lemah

- Pandangan terasa kabur

- Lensa mata keruh

- Pasien terlihat cemas ditunjukkan dengan

berkali-kali duduk dan kembali berbaring

lagi.

- Tingkat kecemasan 2 (kecemasan sedang)

dari skala 1-3 (Halminton,20)

PRE OPERASI

- Pasien mengatakan pandangan kabur

- Pasien mengatakan gugup karena akan

menjalani operasi

POST OPERASI

- Pasien mengatakan nyeri di matanya sebelah

kanan

16

POST OP

- Terdapat luka post operasi katarak di mata

sebelah kanan

- Pasien terlihat menahan nyeri di mata

sebelah kanan setelah di operasi

- Skala Nyeri

P : nyeri dirasakan saat istirahat

Q : nyeri seperti ditekan, tajam

R :di mata sebelah kanan

S : skala nyeri 6 T: sering

1.2 ANALISA DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1 DO :

Suhu : 36,5 C

Nadi :92 x / menit

Pernafasan :20 x / menit

Tekanan darah :160/90

mmHg

- Lensa keruh

DS :

- Pasien mengatakan pandangan mata

kabur

Resiko Cidera Penurunan ketajaman

penglihatan

2 DO :

- Pasien terlihat cemas ditunjukkan

dengan berkali-kali duduk dan kembali

berbaring lagi.

- Tingkat kecemasan 2 (kecemasan

sedang) dari skala kecemasan 1-3

Cemas Proses operasi yang

dijalani

17

(Halminton,2001)

DS : Pasien mengatakan gugup karena

akan menjalani operasi

3 DO :

- Pasien terlihat menahan nyeri di

mata sebelah kanan setelah di

operasi

- Terdapat luka post operasi di mata

sebelah kanan

- Pasien terlihat lemah

- DS : Pasien mengatakan nyeri di

matanya sebelah kanan.

P : nyeri dirasakan saat istirahat

Q : nyeri seperti ditekan, tajam

R : mata sebelah kanan

S : skala nyeri 6

T : sering

Gangguan rasa

nyaman (nyeri akut)

Agen injury fisik

4 DO : ada luka post operasi katarak

DS : Pasien mengatakan sudah di

operasi

Resiko infeksi Adanya luka insisi

post operasi

1.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

18

1. PRE-OPERASI

a. Resiko Cedera b/d penglihatan menurunb. Cemas b/d proses operasi yang akan dijalani

2. POST- OPERASI

a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d injury fisikb. Resiko infeksi b/d luka sayatan pada mata

1.4 INTERVENSI KEPERAWATAN

2. PRE-OPERASI

a. Resiko Cedera b/d penglihatan menurun

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan tidak terjadi cedera.Kriteria hasil: i. Pasien mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarii. Pasien mampu menidentifikasi kebiasaan lingkungan

No INTERVENSI RASIONAL

1 Observasi tanda disorientasi dengan tetap berada di samping pasien

Mengurangi ketakutan pasien

2 Ajarkan pasien untuk melakukan aktivitas sederhana

Mempertahankan perasaan normal tanpa meningkatkan stress

3 Orientasikan pasien dengan lingkungan sekitar

Memperkenalkan pasien dengan lingkungan sekitar

4 Anjurkan keluarga pasien untuk menjauhkan benda tajam dari pasien

Menghindarkan

pasien dari cedera

5 Kolaborasi dalam pemberian obat tetes mata

Mempercepat proses penyembuhan

19

b. Cemas b/d proses operasi yang akan dijalani

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kecemasan pasien teratasiKriteria hasil: i. Pasien mampu mengungkapkan kekhawatirannyaii. Pasien menunjukan ekspresi wajah rileks, tingkat kecemasan berkurang menjadi 1

No INTERVENSI RASIONAL

1 Observasi tingkat kecemasan pasien

Tingkat kecemasan 1-3 (halminton,2001)

1. Kecemasan ringan 2. Kecemasan sedang3. Kecemasan berat

Mengetahui seberapa kecemasan pasien dalam menghadapi operasi

2 Ciptakan lingkungan yang nyaman

(anjurkan pasien posisi supinasi)

Mengurangi kecemasan pasien

3 Jelaskan aktivitas pre medikasi pada pasien (latihan nafas dalam)

Agar pasien kooperatif dalam tindakan medis dan keperawatan

4 Berikan kenyamanan pada pasien dengan menemani pasien

Menurunkan kecemasan menjelang operasi

3. POST- OPERASI

c) Gangguan rasa nyaman nyeri b/d injury fisik

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri berkurangKriteria hasil: iii.Pasien menunjukan ekspresi wajah rileksiv. Skala nyeri 2-3

No INTERVENSI RASIONAL

1 Observasi intensitas dan skala nyeri Mengetahui derajat nyeri

20

2 Jelaskan pada pasien tentang penyebab timbulnya nyeri

Agar pasien tenang dan meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyebab nyeri

3 Ajarkan pasien teknik distraksi dan relaksasi

Menurunkan tingkat nyeri

4 Kolaborasi pemberian analgetik Mengurangi rasa nyeri

d) Resiko infeksi b/d luka sayatan pada mata

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan tidak terjadi infeksiKriteria hasil: iv. TTV dalam batas normalv. Leukosit dalam batas normalvi. Luka kering, tidak ada tanda REEDA

INTERVENSI RASIONAL

1 Obervasi TTV Suhu tinggi menunjukan adanya proses infeksi

2 Observasi tanda-tanda infeksi (REEDA)

Deteksi dini adanya infeksi

3 Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik dan antiseptik dalam perawatan luka

mencegah infeksi

4 Kolaborasi pemberian antibiotik Mencegah perkembangan mikroorganisme

1.5 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. Dx

Waktu Implementasi Respon

1 28 November 2012

(pre op)

13.30 WIB

Mengenalkan orientasi lingkungan dengan tetap berada disamping pasien serta mengorientasikan lingkungan sekitar pasien

DO : pasien terlihat memahami penjelasan perawat

DS : pasien mengatakan mengingat lingkungan di

21

sekitarnya

1 15.00 Mengajarkan pasien untuk melakukan aktivitas sederhana seperti turun dari tempat tidur

DO : pasien duduk di samping tempat tidur

DS : -

1 19.00 Memberi edukasi keluarga pasien untuk menjauhkan benda tajam dari pasien

DO : kelurga pasien mengikuti saran perawat

DS : keluarga pasien mengatakan paham

2 19.30 Mengobservasi tingkat kecemasan pasien

Tingkat kecemasan 1-3 (halminton,2001)

1. Kecemasan ringan 2. Kecemasan sedang3. Kecemasan berat

DO : pasien terlihat cemas

- Tingkat kecemasan 2

(kecemasan sedang) dari

skala kecemasan 1-3

(Halminton,2001)

DS : pasien mengatakan gugup

2 20.00 Menciptakan lingkungan yang nyaman dengan mengatur posisi supinasi

DO : pasien terlihat rileks

DS : -

2 20.30 Menjelaskan aktivitas pre medikasi seperti melatih nafas dalam

DO : pasien terlihat bisa nafas dalam

DS : -

1

21.00

Memberikan terapi medis pemberian obat tetes timolol

DO : obat tetes masuk ke rongga mata

DS : -

2 21. 30 Memberikan kenyamanan dengan DO : pasien rileks

22

menemani pasien DS : -

3 29 November 2012

(post op)

09.00

Mengobservasi intensitas dan skala nyeri

DO :

P: nyeri terasa saat istirahat

Q: nyeri seperti ditekan, tajam

R: mata sebelah kanan

S: Skala nyeri 6

T: sering

DS :-

3 10.00 Mengajarkan teknik distraksi dengan mengajak cerita pasien

DO : pasien bercerita tentang cucu-cucunya

DS :Pasien mengatakan nyeri berkurang

3 11.00 Memberi penjelasan pada pasien tentang penyebab nyeri

DO : pasien memahami penjelasan perawat

DS: -

3 11.30 Mengajarkan teknik relaksasi dengan latihan nafas dalam

DO: pasien rileks,nyeri berkurang dari 6 menjadi 2

DS :

Pasien mengatakan nyeri

23

berkurang

3, 4 13.00 Memberikan terapi medis cefriaxon 1gr dan ketorolac 30 mg

DS : pasien mengatakan kemeng

DO : obat masuk per selang IV

4 14.00 Mengobservasi TTV dan tanda-tanda infeksi

DS : -

DO :

TD : 150/90 mmHg

N: 92x/menit

RR : 20x/menit

S : 365 C

Belum muncul tanda REEDA

24

1.6 EVALUASI

No

Dx Waktu Evaluasi

1 28 November 2012

S : pasien mengatakan mulai mengenali lingkungan sekitar

O : pasien bisa menunjukan arah ke kamar mandi

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

a. Anjurkan keluarga pasien untuk menjauhkan benda tajam dari pasien

b. Orientasikan pasien dengan lingkungan sekitar

c. Kolaborasi dalam pemberian obat tetes mata timolol 8x tetes

2 28 November 2012

S :- pasien mengatakan gugup berkurang

O :

- Pasien terlihat berlatih nafas dalam, pasien terlihat rileks dengan posisi tidur supinasi.

- Tingkat kecemasan pasien berkurang dari 3 menjadi 1A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

a. Ciptakan lingkungan yang nyamanb. Jelaskan aktivitas pre medikasi pada pasien

25

3 29 November 2012

S : pasien mengatakan nyeri berkurang

O :

-P : nyeri berkurang dengan istirahat

-Q: nyeri seperti ditekan

-R: mata sebelah kanan

-S: skala nyeri 2

-T : hilang timbul

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi

a. Ajarkan pasien teknik distraksi dan relaksasib. Kolaborasi pemberian analgetik ketorolac

30mg/12 jam 4 29 November

2012S : pasien mengatakan badannya tidak panas

O : luka kering, tidak ada pus, TD: 150/90 mmHg. S: 365C. N: 90x/menit. RR: 20x/menit

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

a. Lakukan perawatan luka tiap 2hari sekalib. Kolaborasi pemberian antibiotik cefriaxon 1

gr/12 jam

26

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengkajian dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek biopsikososial, cultural dan

spiritual dengan mencari data dari berbagai sumber.

2. Perencanaan Asuhan Keperawatan ditentukan berdasarkan rencana keperawatan dan

implementasi yang prioritas sesuai dengan tingkat kebutuhan klien.

27

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Sidarta. 2002. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI.

Carpenito, Lynda Juall, (1999), Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 6, EGC, Jakarta.

Doengoes, Mariyln E., (2000) Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.

28