makalah askep anak dgn isk fix

42
MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH KELOMPOK XVI : Nisya Andesita I1B110008 Agustin Rahayu P. I1B110009

Upload: rizkhy-wahyu

Post on 01-Feb-2016

123 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

vacbacbacbadc

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH

KELOMPOK XVI :

Nisya Andesita I1B110008

Agustin Rahayu P. I1B110009

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Banjarbaru

Februari, 2013

Page 2: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat di jaman sekarang tidak lepas dari yang namanya sakit. Sakit

merupakan ketidak seimbangan dalam tubuh tidak hanya fisik tapi juga

psikologinya.

Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit misalnya personal

hygiennya(kebersihan diri sendiri), jika personal hygiennya kurang terpenuhi

maka orang tersebut mungkin lebih rentan terkena penyakit.

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada

saluran kemih. ISK merupakan salah satu kasus yang sering terjadi dalam

masyarakat. Walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan,

biasanya urin tidak mengandung bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau

ginjal dan berkembang biak dalam urin, terjadilah ISK. Jenis ISK yang paling

umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai sistitis.

Gejala yang dapat timbul dari ISK yaitu perasaan tidak enak berkemih (disuria,

Jawa: anyang-anyangen). Tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak

menimbulkan gejala disebut sebagai ISK asimtomatis. (Coyle & Prince, 2005)

ISK dapat disebabkan oleh kebiasaan yang tidak baik (kurang minum,

menahan kemih), kateterisasi, dan penyakit serta kelainan lain. serta berhubungan

dengan gonta ganti pasangan..yang kita tidak tau juga kalau pasangan itu

membawa bakteri dari pasangan lain. terutama kalau sistem ketahanan tubuh

sudah berkurang, apa saja jenis bakteri akan sangat gampang sekali masuk ke

dalam tubuh. Menurut WHO Indonesia menduduki peringkat ke-3 dunia tentang

ISK yaitu dengan persentase 30%. Belgia menduduki posisi pertama dengan

persentase 55%, disusul oleh Amerika Serikat diposisi ke-2 dengan persentase

44%.

Page 3: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

B. Tujuan

a.       Tujuan Umum

Adapun tujuan penulisan makalah yang berjudul asuhan keperawatan pada

anak dengan infeksi saluran kemih adalah untuk mengetahui konsep dan

asuhan keperawatan yang diberikan pada anak dengan masalah perkemihan

yaitu dengan penyakit infeksi saluran kemih.

b.      Tujuan Khusus

Adapun tujan khusus dari makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Mahasiswa mengetahui definisi dari infeksi saluran kemih.

b. Mahasiswa mengetahui etiologi atau penyebab terjadinya infeksi saluran

kemih

c. Mahasiswa mengetahui patofisiologi dari penyakit infeksi saluran kemih.

d. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang pada anak dengan infeksi

saluran kemih.

e. Mahassiswa mengetahui manifestasi klinis pada anak dengan infeksi

saluran kemih.

f. Mahasiswa mengetahui pertumbuhan dan perkembangan pada anak

dengan infeksi saluran kemih.

g. Mahasiswa mengetahui hospitalisasi pada anak dengan infeksi saluran

kemih.

h. Mahasiswa mengetahui terapi yang diberikan pada anak dengan infeksi

saluran kemih.

i. Mahasiswa mengetahui pengkajian pada kasus infeksi saluran kemih pada

anak.

j. Mahasiswa mengetahui diagnosa yang muncul pada kasus infeksi saluran

kemih pada anak.

k. Mahasiswa mengetahui rencana asuhan keperawatan pada anak dengan

infeksi saluran kemih.

Page 4: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk

menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih.

1.  Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari

semua umur baik pada anak, remaja, dewasa maupun pada umur lanjut.

2.  Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria

dengan angka populasi umum, kurang dari 515%, untuk menyatakan adanya

ASK harus ditemukan bakteri didalam urin. Bakteriuria bermakna yang disertai

gejala pada saluran kemih disebut bakteriunia bergejala sedangkan yang tanpa

gejala kemih disebut bakteriunia tanpa gejala. Mikro organisme yang paling

sering menyebabkan ISK adalah jenis bakteri aerob. Saluran kemih normal

tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba yang lain, karena itu rutin dalam ginjal

dan buli-buli biasanya steril. Walaupun demikian uretra bagian bawah terutama

pada bagian yang mendekati kandung kemih.

Selain bakteri aerob, ISK dapat disebabkan oleh virus, nagi, dan jamur.

Ada kalanya ISK tanpa bakteriuria, ditemukan pada keadaaan-keadaan :

1.  Fokus infeksi tidak dilewati urin, misalnya pada lesi dini pielonefritis karena

infeksi hematogen.

2.  Bendungan total pada bagian yang menderita infeksi.

3.  Bakteriuria disamakan karena pemberian antibiotika.

B. Etiologi

Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih adalah jenis

bakteri aerob. Pada kondisi normal, saluran kemih tidak dihuni oleh bakteri atau

mikroba lain, tetapi uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh

bakteri yang jumlahnya makin berkurang pada bagian yang mendekati kandung

kemih. Infeksi saluran kemih sebagian disebabkan oleh bakteri, namun tidak

tertutup kemungkinan infeksi dapat terjadi karena jamur dan virus. Infeksi oleh

Page 5: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

bakteri gram positif lebih jarang terjadi jika dibandingkan dengan infeksi gram

negatif.

Lemahnya pertahanan tubuh telah menyebabkan bakteri dari vagina,

perineum (daerah sekitar vagina), rektum (dubur) atau dari pasangan (akibat

hubungan seksual), masuk ke dalam saluran kemih. Bakteri itu kemudian

berkembang biak di saluran kemih sampai ke kandung kemih, bahkan bisa sampai

ke ginjal.

Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri-bakteri di

bawah ini :

a. Kelompok anterobacteriaceae seperti :

1. Escherichia coli

2. Klebsiella pneumoniae

3. Enterobacter aerogenes

4. Proteus

5. Providencia

6. Citrobacter

b. Pseudomonas aeruginosa

c. Acinetobacter

d. Enterokokus faecalis

e. Stafilokokus sarophyticus

C. Epidemiologi

Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2%

anak laki-laki. Kejadian infeksi saluran kemih pada bayi baru lahir dengan berat

lahir rendah mencapai 10-100 kali lebih besar disbanding bayi dengan berat lahir

normal (0,1-1%).  Sebelum usia 1 tahun, infeksi saluran kemih lebih banyak

terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan setelahnya, sebagian besar infeksi saluran

kemih terjadi pada anak perempuan. Misalnya pada anak usia pra sekolah di mana

infeksi saluran kemih pada perempuan mencapai 0,8%, sementara pada laki-laki

hanya 0,2% dan rasio ini terus meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian

infeksi saluran kemih pada anak perempuan 30 kali lebih besar dibanding pada

anak laki-laki. Pada anak laki-laki yang disunat, risiko infeksi saluran kemih

Page 6: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

menurun hingga menjadi 1/5-1/20 dari anak laki-laki yang tidak disunat. Pada usia

2 bulan – 2 tahun, 5% anak dengan infeksi saluran kemih mengalami demam

tanpa sumber infeksi dari riwayat dan pemeriksaan fisik. Sebagian besar infeksi

saluran kemih dengan gejala tunggal demam ini terjadi pada anak perempuan.

D. Patofisiologi

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik

dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari

tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya

ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:

Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: factor anatomi

dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki

sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi,

kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan

sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.

Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal Secara hematogen yaitu: sering

terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah

penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi

struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen,

yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung

kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan

distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini

mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih

menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan

gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar

ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi

ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan

penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai

hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu,

neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia

60 tahun.

Page 7: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

Akumulasi etiologi & faktor risiko ( infeksi mikroorganisme, penggunaan steroid dalam jangka panjang, usia lanjut, anomali saluran kemih, cedera uretra)

Makanan terkontaminasi mikroorganisme masuk lewat mulut

Jaringan parut total tersumbat

HCL lambung

Obstruksi saluran kemih yang bermuara ke vesika urinaria (VU)

Peningkatan tekanan VU

Penebalan dinding VU

Hidup Tidak hidupRisiko infeksi

Kesulitan berkemih

↓ kontraksi otot VU

Bakteremia primer

Kuman mengeluarkkan endoktoksin

Usus terutama yang player

Retensi urin

Depresi saraf perifer

Distensi uretral

ureter

Mati Bakteremia sekunder

Tidak difagosit difagosit

Peningkatan frekuensi/ dorongan kontraksi uretral

Peradangan

Gangguan eliminasi urin

Oliguria

Pembuluh darah kapiler

Reinteraksi abdominal

Intoleransi aktivitas

Cepat lelah

Hipertermi

Menekan termoregulator

Hipotalamus

Nyeri

Procesia di kulit

Tidak hipertermi

Kekurangan volume cairan

Mual muntah

obstruksi

Page 8: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

E. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Sukandar (2009) analisis urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin

segar tanpa putar, kultur urin, serta jumlah kuman/mL urin merupakan protokol

standar untuk pendekatan diagnosis ISK. Pengambilan dan koleksi urin, suhu dan

teknik transportasi sampel urin harus sesuai dengan protokol yang

dianjurkan.Pada pemeriksaan urinalysis ditemukan lekosit dan hematuria. Dan

kultur urin akan diketahui bakteri penyebabnya Pemeriksaan laboratorium dan

pemeriksaan penunjang lainnya adalah sebagai berikut:

1. Analisa Urin (urinalisis)

Pemeriksaan urinalisis meliputi:

Leukosuria (ditemukannya leukosit dalam urin).

Dinyatakan positif jika terdapat 5 atau lebih leukosit (sel darah putih) per

lapangan pandang dalam sedimen urin.

Hematuria (ditemukannya eritrosit dalam urin).

Merupakan petunjuk adanya infeksi saluran kemih jika ditemukan eritrosit

(sel darah merah) 5-10 per lapangan pandang sedimen urin. Hematuria bisa

juga karena adanya kelainan atau penyakit lain, misalnya batu ginjal dan

penyakit ginjal lainnya.

Untuk pemeriksaan infeksi saluran kemih, digunakan urin segar (urin

pagi). Urin pagi adalah urin yang pertama – tama diambil pada pagi hari setelah

bangun tidur. Digunakan urin pagi karena yang diperlukan adalah pemeriksaan

pada sedimen dan protein dalam urin. Sampel urin yang sudah diambil, harus

segera diperiksa dalam waktu maksimal 2 jam. Apabila tidak segera diperiksa,

maka sampel harus disimpan dalam lemari es atau diberi pengawet seperti asam

format.

Bahan untuk sampel urin dapat diambil dari:

Urin porsi tengah, sebelumnya genitalia eksterna dicuci dulu dengan air

sabun dan NaCl 0,9%.

Urin yang diambil dengan kateterisasi 1 kali.

Urin hasil aspirasi supra pubik.

Bahan yang dianjurkan adalah dari urin porsi tengah dan aspirasi supra

pubik.

Page 9: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

2. Pemeriksaan bakteri (bakteriologis)

Pemeriksaan bakteriologis meliputi:

Mikroskopis .

Bahan: urin segar (tanpa diputar, tanpa pewarnaan).

Positif jika ditemukan 1 bakteri per lapangan pandang.

Biakan bakteri .

Untuk memastikan diagnosa infeksi saluran kemih.

3. Pemeriksaan kimia

Tes ini dimaksudkan sebagai penyaring adanya bakteri dalam urin.

Contoh, tes reduksi griess nitrate, untuk mendeteksi bakteri gram negatif. Batasan:

ditemukan lebih 100.000 bakteri. Tingkat kepekaannya mencapai 90 % dengan

spesifisitas 99%.

4. Tes Dip slide (tes plat-celup)

Untuk menentukan jumlah bakteri per cc urin. Kelemahan cara ini tidak

mampu mengetahui jenis bakteri.

5. Pemeriksaan radiologis dan penunjang lainnya

Prinsipnya adalah untuk mendeteksi adanya faktor predisposisi infeksi

saluran kemih, yaitu hal – hal yang mengubah aliran urin dan stasis urin, atau hal

– hal yang menyebabkan gangguan fungsional saluran kemih. Pemeriksaan

tersebut antara lain berupa:

a. Foto polos abdomen

Dapat mendeteksi sampai 90% batu radio opak

b. Pielografi intravena (PIV)

Memberikan gambaran fungsi eksresi ginjal, keadaan ureter, dan distorsi

system pelviokalises. Untuk penderita: pria (anak dan bayi setelah episode

infeksi saluran kemih yang pertama dialami, wanita (bila terdapat hipertensi,

pielonefritis akut, riwayat infeksi saluran kemih, peningkatan kreatinin plasma

sampai < 2 mg/dl, bakteriuria asimtomatik pada kehamilan, lebih dari 3

episode infeksi saluran kemih dalam setahun. PIV dapat mengkonfirmasi

adanya batu serta lokasinya. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi batu

radiolusen dan memperlihatkan derajat obstruksi serta dilatasi saluran kemih.

Page 10: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setelah > 6 minggu infeksi akut sembuh,

dan tidak dilakukan pada penderita yang berusia lanjut, penderita DM,

penderita dengan kreatinin plasma > 1,5 mg/dl, dan pada keadaan dehidrasi.

c. Sistouretrografi saat berkemih

Pemeriksaan ini dilakukan jika dicurigai terdapat refluks vesikoureteral,

terutama pada anak – anak. Ultrasonografi ginjal Untuk melihat adanya tanda

obstruksi/hidronefrosis, scarring process, ukuran dan bentuk ginjal, permukaan

ginjal, masa, batu, dan kista pada ginjal.

d. Pielografi antegrad dan retrograde

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat potensi ureter, bersifat invasive dan

mengandung factor resiko yang cukup tinggi. Sistokopi perlu dilakukan pada

refluks vesikoureteral dan pada infeksi saluran kemih berulang untuk mencari

factor predisposisi infeksi saluran kemih.

e. CT-scan

Pemeriksaan ini paling sensitif untuk menilai adanya infeksi pada parenkim

ginjal, termasuk mikroabses ginjal dan abses perinefrik. Pemeriksaan ini dapat

membantu untuk menunjukkan adanya kista terinfeksi pada penyakit ginjal

polikistik. Perlu diperhatikan bahwa pemeriksaan in lebih baik hasilnya jika

memakai media kontras, yang meningkatkan potensi nefrotoksisitas.

f. DMSA scanning

Penilaian kerusakan korteks ginjal akibat infeksi saluran kemih dapat

dilakukan dengan skintigrafi yang menggunakan (99mTc) dimercaptosuccinic

acid (DMSA). Pemeriksaan ini terutama digunakan untuk anak – anak dengan

infeksi saluran kemih akut dan biasanya ditunjang dengan sistoureterografi saat

berkemih. Pemeriksaan ini 10 kali lebih sensitif untuk deteksi infeksi korteks

ginjal dibanding ultrasonografi.

F. Manifestasi Klinis

Gejala ISK bervariasi tergantung dari lokasi infeksi bakteri pada saluran

kemih. ISK diklasifikasikan sebagai berikut:

o Menurut lokasi infeksi :

ISK bawah infeksi pada uretra dan kandung kemih.

Page 11: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

ISK atas infeksi pada ureter dan ginjal

o Menurut gejala:

Bakteriuria asimptomatis ( tanpa disertai gejala )

Bakteriuria simptomatis ( disertai gejala )

o Menurut komplikasi:

ISK sederhana ( tanpa faktor predisposisi )

ISK berkomplikasi ( disertai faktor perdisposisi )

Gejala klinis ISK dapat bervariasi dan tumpang tindih.

o ISK bawah (sistitis, urethritis) :

Nyeri atau rasa terbakar pada saat kencing

Sering kencing

Tidak dapat menahan kencing

Rasa susah kencing

Nyeri perut bagian bawah

Demam

o ISK atas (uretritis, pyelonefritis):

Demam

Muntah

Nyeri kosto-vertebral yaitu nyeri di belakang atau samping sekitar pinggang

Gejala klinis ISK pada anak secara umum, yaitu:

Anak < 3 tahun : demam, muntah, gelisah

Anak > 3 tahun : demam, nyeri perut, muntah, hilang nafsu makan, sering

kencing, nyeri pada saat kencing.

Gejala infeksi saluran kemih pada anak – anak, meliputi:

1. Diarrhea

2. Menangis tanpa henti yang tidak dapat dihentikan dengan usaha tertentu

(misalnya: pemberian makan, dan menggendong

3. Kehilangan nafsu makan

4. Demam

5. Mual dan muntah

Untuk anak – anak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan berupa:

Page 12: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

1. rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah (dengan infeksi pada

ginjal)

2. seringnya berkemih

3. ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang normal, dengan kata

lain, urin berjumlah sedikit (oliguria)

4. tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi perut

5. rasa sakit pada perut dan daerah pelvis

6. rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)

7. urin berwarna keruh dan memilki bau menyengat

Neonatus

Penelitian di Swedia yang menggunakan teknik pengumpulan dengan

kantong menemukan UTI pada 1,4% neonatus asimtomatik, dan insidensi

bakteriuria asimtomatik berkisar antara 1-3%. Pada bayi preterm, insidensi

bakteriuria berkisar antara 2,4-5,6%; hasil yang paling dapat dipercaya

menunjukkan angka 2,4% melalui pungsi suprapubik. Inseidensi pada anak laki-

laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, tetapi tidak ada penjelasan yang jelas.

Pada neonatus, gejala cenderung lebih sistemik dibandingkan pada anak

yang lebih tua. Gejala yang paling lazim adalah kegagalan tumbuh-kembang,

disertai dengan nafsu makan yang kurang, muntah, serta diare. Sekitar 30% bayi

dengan UTI simtomatik memperlihatkan gejala sistem saraf pusat (yaitu, letargi,

iritabilitas, serangan kejang, koma) dan hampir 20% menunjukkan tanda yang

mengesankan septikimia. Gejala kolik merupakan tampilan yang hanya dijumpai

pada sekitar 5%.

Bayi

Insidensi bakteriuria asimtomatik pada anak berusia 1 bulan-2 tahun

adalah ~3%. Gejala pada kelompok usia ini relatif tidak spesifik. Masalah makan,

kegagalan pertambahan berat secara normal, gejala saluran cerna, dan demam

yang tidak terjelaskan tampak menonjol. Dalam kelompok usia ini terdapat lebih

banyak anak yang memperlihatkan tanda yang mengesankan infeksi saluran

bagian bawah (disuria, urgensi, dan frekuensi).

Balita

Page 13: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

Anak prasekolah juga menunjukkan insidensiinfeksi asimtomatik hingga

setinggi 2-3%. Gejala pada anak usia ini lebih terbatas pada saluran

genitourinaria; keluhan nyeri perut bawah, demam, disuria, dan frekuensi serta

urgensi lazim dijumpai. Meskipun frekuensi gejala sistemik cenderung berkurang,

kecuali untuk pielonefritis, anak dengan UTI masih bisa datang dengan kejang

demam. Enuresis telah dilaporkan pada 7-30% anak prasekolah dengan UTI.

Kekambuhan enuresis siang atau malam hari lebih bermakna daripada enuresis

noktruna.

Anak Usia Sekolah

Pada kelompok ini, insidensi bakteriuria anak perempuan 30 kali lebih

besar daripada laki-laki (1,2 versus 0,04%). Insidensi tahunan telah diperkirakan

sebesar 0,4 % tetapi insidensi menurun dari 2,2% pada 6 tahun menjadi 0,75 pada

12 tahun. Karena insidensi menggambarkan jumlah infeksi yang ada dalam

populasi pada suatu saat, perspektif yang lebih baik terhadap masalah bisa

diperoleh dengan mempertimbangkan fakta bahwa 5-6% dari semua perempuan

akan mengalami sekurang-kurangnya satu episode bakteriura bermakna antara

usia 6-18 tahun. Dalam satu penelitian, risiko berkembangnya Uti simtomatik

sebelum usia 11 tahun adalah 3% untuk perempuan dan 1,1% untuk laki-laki.

Pada anak yang lebih tua, gejala UTI klasiklah yang lebih menonjol. Demam

lazim dijumpai, juga nyeri abdomen, nyeri suprapubik, dan nyeri punggung,

disuria, dan urgensi serta frekuensi.

G. Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh

bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan

merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui

tumbuh kematangan dan belajar.

Peristiwa pertumbuhan pada anak dapat terjadi perubahan tentang besarnya,

jumlah, ukuran di dalam tingkat sel, organ maupun individu, sedangkan peristiwa

perkembangan pada anak dapat terjadi pada perubahan bentuk dan fungsi

kematangan organ mulai dari aspek social, emosional dan intelektual.

Page 14: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak setiap individu

akan mengalami siklus berbeda setiap kehidupan manusia. Peristiwa tersebut

dapat secara cepat maupun lambat tergantung dari individu atau lingkungan.

Proses percepatan dan perlambatan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa

factor, diantaranya :

1. Factor Herediter

Factor herediter merupakan factor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam

mencapai tumbuh kembang anak di samping factor lain. Yang termasuk factor

herediter adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa. Factor ini dapat

ditentukan dengan intensitas dan kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat

sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya

pertumbuhan tulang.

Pada pertumbuhan dan perkembangan anak dengan jenis kelamin laki-laki

setelah lahir akan cenderung lebih cepat atau tinggi pertumbuhan tinggi badan dan

berat badan dibandingkan dengan anak perempuan dan akan bertahan sampai usia

tertentu mengingat anak perempuan akan mengalami pubertas lebih dahulu dan

kebanyakan anak perempuan akan mengalami pubertas lebih dahulu dan

kebanyakan anak perempuan akan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dan

besar ketika masa pubertas dan begitu juga sebaliknya di saat anak laki-laki

mencapai pubertas maka laki-laki cenderung lebih besar.

Kemudian pada ras atau suku bangsa juga memiliki peran dalam

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat dilihat pada suku

bangsa tertentu memiliki kecenderungan lebih besar atau tinggi seperti bangsa

Asia cenderung lebih pendek dan kecil dibandingkan dengan bangsa Eropa atau

lainnya.

2. Faktor Lingkungan

Factor lingkungan merupakan factor yang memegang peranan penting dalam

menentukan tercapai atau tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Yang termasuk

factor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal, lingkungan yang masih

dalam kandungan dan lingkungan postnatal yaitu lingkungan setelah bayi lahir.

Page 15: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

Lingkungan prenatal

Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi sampai lahir yang

meliputi gizi pada waktu ibu hamil, lingkungan mekanis seperti posisi janin dalam

uterus, zat kimia atau toksin seperti penggunaan obat-obatan, alcohol atua

kebiasaan merokok ibu hamil, hormonal seperti adanya somatotropin, plasenta,

tiroid, insulin dan lain-lain. Yang berpengaruh pada pertumbuhan janin.

Lingkungan postnatal

Selain factor lingkungan intrauteri terdapat lingkungan setelah lahir yang

dapat memepengaruhi tumbuh kembang anak seperti, budaya lingkungan, status

ekonomi keluarga, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak dalam keluarga,

dan status kesehatan.

Budaya Lingkungan

Dalam hal ini adalah masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak dalam memahami atau mempersepsikan pola hidup sehat.

Sebagai contoh anak yang dalam usia tumbuh kembang memerlukan makanan

yang bergizi karena terdapat adat atau budaya tertentu terdapat makanan yang

dilarang. Pada masa tertentu padahal makanan tersebut dibutuhkan untuk

perbaikan gizi, maka tentu akan mengganggu atau menghambat tumbuh kembang.

Status Sosial Ekonomi

Hal ini dapat terlihat anak dengan social ekonomi tinggi, tentunya pemenuhan

kebutuhan gizi sangat cukup baik dibandingkan dengan anak dengan social

ekonomi rendah. Demikian juga dengan status pendidikan keluarga, misalnya

tingkat pendidikan rendah akan sulit untuk menerima arahan dalam pemenuhan

gizi dan mereka sering tidak mau atau tidak meyakini pentingnya pemenuhan

kebutuhan gizi atau pentingnya pelayanan kesehatan lain yang menunjang dalam

membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.

Nutrisi

Nutrisi adalah salah satuv komponen yang penting dlaam menunjang

keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan yang menjadi kebutuhan

untuk tumbuh dan berkembang selama masa pertumbuhan, terdapat kebutuhan zat

gizi yang diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air.

Kebutuhan ini sangat diperlukan pada masa-masa tersebut, apabila kebutuhan

Page 16: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

tersebut tidak atau kurang terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan

perkembangannya.

Iklim/Cuaca

Hal ini dapat dilihat pada masa musim tertentu, kebutuhan gizi dapat mudah

diperoleh. Demikian juga terdapat musim tertentu pula terkadang kesulitan

mendapatkan makanan yang bergizi seperti saat musim kemarau penyediaan air

bersih atau sumber makanan sangat kesulitan.

Olahraga/ Latihan Fisik

Olahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembangan anak, karena dapat

meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai oksigen ke seluruh tubuh dapat

teratur. Selain itu latihan juga meningkatkan stimulasi perkembangan otot dan

pertumbuhan sel. Demikian juga dalam aspek social, anak dapat mudah

melakukan interaksi dengan temannya sesuai dengan jenis olahraganya.

Posisi Anak dalam Keluarga

Posisi anak dalam keluarga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan. Hal ini dapat dilihat pada anak pertama atau tunggal, dalam aspek

perkembangan secara umum kemampuan intelektual lebih menonjol dan cepat

berkembang karena sering berinteraksi dengan orang dewasa, akan tetapi dalam

perkembangan motoriknya kadang-kadang terlambat karena tidak ada stimulasi

yang biasanya dilakukan saudara kandungnya. Demikian juga pada anak kedua

atau berada di tengah kecenderungan orangtua yang merasa biasa dalam merawat

anak lebih percaya diri sehingga kemampuan untuk beradaptasi anak lebih cepat

dan mudah, akan tetapi dalam perkembangan intelektual biasanya terkadang

kurang apabila dibanding dengan anak pertamanya, kecenderungan tersebut juga

tergantung kepada keluarga.

Status Kesehatan

Hal ini dapat terlihat apabila anak dengan kondisi dengan kondisi sehat dan

sejahtera maka percepatan untuk tumbuh kembang sangat mudah, akan tetapi

apabila kondisi status kesehatan kurang maka akan terjadi perlambatan. Sebagai

contoh, pada saat tertentu anak seharusnya mencapai puncak dalam pertumbuhan

dan perkembangan, akan tetapi apabila saat itu pula terjadi penyakit kronis yang

ada pada diri anak, maka pencapaian kemampuan untuk maksimal dalam tumbuh

Page 17: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

kembang anak terhambat, karena anak memiliki rasa kritis. Beberapa kondisi yang

dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak misalnya adanya kelaianan

perkembangan fisik atau disebut cacat fisik (sumbing, juling, kaki bengkok, dan

lain-lain). Adanya kelainan dalam perkembangan saraf seperti gangguan motorik,

gangguan wicara, gangguan personal sosial, adanya kelainan perkembangan

perilaku seperti hiperaktif, gangguan belajar, depresi, dan lain-lain.

H. Hospitalisasi

Hospitalisasi merupakan pengalaman yang penuh tekanan, utamanya karena

perpisahan dengan lingkungan normal dimana orang lain berarti, seleksi perilaku

koping terbatas, dan perubahan status kesehatan. Hospitalisasi merupakan suatu

proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan klien

untuk tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai

pemulangannya kembali kerumah. Selama proses tersebut anak dan orang tua

dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan

dengan pengalaman yang sangat traumatic dan penuh dengan stress.

Anak akan menunjukkan berbagai perilaku sebagai reaksi terhadap pengalaman

hospitalisasi. Reaksi tersebut bersifat individual, dan sangat bergantung pada

tahapan usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, system

pendukung yang tersedia, dan kemampuan koping yang dimilkinya, pada

umumnya, reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan,

kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Berikut ini reaksi anak terhadap

hospitalisai sesuai dengan tahapan perkambangannya .

1) Masa bayi (0 – 1 tahun)

Masalah utama terjadi adalah karena dampak dari perpisahan dengan orang tua

sehingga ada gangguan pembentukkan rasa percaya dan kasih sayang. Pada anak

usia lebih dari 6 bulan  terjadi stranger anxiety atau cemas atau cemas apabila

berhadapan dengan orang yang tidak dikenalnya dan cemas karena perpisahan.

Reaksi yang sering muncul pada anak ini adalah menangis, marah, dan banyak

melakukan gerakan sebagai sikap stranger anxiety.

2) Masa todler (2-3 tahun) 

Page 18: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

Anak usia todler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber stresnya.

Sumber stress yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respon perilakunya

sesuai dengan tahapannya :

a) Tahap protes, perilaku yang ditunjukkan adalah menangis kuat, menjerit

memanggil orang tuanya dan menolak perhatian yang diberikan oleh orang

lain.

b) Tahap putus asa, perilaku yang ditunjukan adalah menagis berkurang, anak

tidak aktif, kurang menunjukan minat untuk bermain dan makan, sedih, dan

apatis

c) Tahap pengingkaran, perilaku yang ditunjukan adalah secara samar mulai

menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal, dan anak mulai

terlihat menyukai lingkungannya.

3) Masa prasekolah (3-6 tahun) 

Perawatan anak dirumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan

yang dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan, yaitu

lingkungan rumah, permainan, dan teman sepermainannya. Reaksi terhadap

perpisahan yang ditunjukan anak usia prasekolah adalah dengan menolak makan,

sering bertanya, menangis walaupun secara perlahan, dan tidak kooperatif

terhadap tenaga kesehatan, perawatan dirumah sakit mengakibatkan anak

kehilangan control terhadap dirinya.

4) Masa sekolah (6-12 tahun)

Perawatan dirumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan lingkungan yang

dicintainya, yaitu keluarga dan terutama pada kelompok sosialnya yang dapat

menimbulkan kecemasan. Kehilangan control juga terjadi akibat dirawat dirumah

sakit karena adanya pembatasan aktivitas. Kehilangan control tersebut berdampak

pada perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya

karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan social, perasaan takut

mati, dan adanya kelemahan fisik.

5) Masa remaja (12 – 18 tahun)

Perawatan dirumah sakit menyebabkan timbulnya rasa cemas karena harus

berpisah dengan teman sebayanya. Telah diuraikan pada kegiatan belajar

sebelumnya bahwa anak remaja begitu percaya dan sering kali terpengaruh oleh

Page 19: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

kelompok sebayanya (geng). Apabila harus dirawat dirumah sakit anak akan

merasa kehilangan dan timbul perasaan cemas karena perpisahan tersebut.

Pembatasan aktivitas dirumah sakit membuat anak kehilangan control terhadap

dirinya dan bergantung pada keluarga atau petugas kesehatan dirumah sakit.

Reaksi yang sering muncul pada terhadap pembatasan aktivitas ini adalah

menolak perawatan atau tindakan yang dilakukan padanya atau anak tidak mau

kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri dari keluarga, sesama

pasien dan petugas kesehatan (isolasi).

I. Terapi

o Pengobatan secara umum

Pengobatan terhadap panas, muntah, dehidrasi, dan lain lain. Disamping

itu anak dianjurkan untuk banyak minum, dan jangan membiasakan kencing.

Pengobatan simptomatik terhadap keluhan sakit kencing dapat diberikan

fenazipiridin (pyridium) 7-10mg/kgBB/hari. Disamping itu perlu juga mencari

atau mengurangi atau menghilangkan faktor predisposisi seperti obstipasi,

alergi, investasi cacing, dan memperhatikan kebersihan perineum meskipun

usaha-usaha ini kadang-kadang tidak selalu berhasil.

o Pengobatan khusus

Pengobatan infeksi akut

Pengobatan yang segera dan adekuat pada fase akut dapat mencegah atau

mengirangi timbulnya pielonefritis kronis. Pada keadaan berat atau panas

tinggi dan keadaan umum lemah, pengobatan segera dilakukan tanpa

menunggu hasil biakan urin dan uji resistensi kuman. Pada infeksi akut yang

simpleks diberikan aantibiotik/kemoterapi oral. Yang sering dipakai sebagai

pilihan utama adalah ampisilin, kotrimoksazol, sulfisoksazol, asam nalidiksat,

dan nitrofurantoin. Sebagai pilihan kedua adalah golongan aminoglikosid,

sefaleksin, doksisiklin. Pengobatan diberikan selama 7 hari.

Pengobatan dan pencegahan infeksi berulang

Dari 30-50% pasien ISK didapati infeksi berulang dan 50% diantaranya

tanpa gejala. Oleh karena itu perlu dilakukan biakan ulang pada minggu

Page 20: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

pertama setelah pengobatan fase akut, 1 bulan kemudian, 3 bulan, dan

seterusnya tiap 3 bulan selama 2 tahun.

Setiap infeksi berulang harus diobati seperti pengobatan pada fase akut.

Bila reinfeksi terjadi 2 kali, maka pengobatan dilanjutkan dengan pengobatan

profilaksis, dengan obat-obatan antiseptis urin (nitrofurantoin, kotrimoksazole,

sefaleksin, metenamin mandelat). Pada umumnya deiberikan ¼ dosis normal, 1

kali sehari pada malam hari selama 3 bulan. Bila ISK disertai kelainan

anatomis (complicated urinary infection), maka hasil pengobatan kurang

memuaskan. Profilaksis dilakukan selama 6 bulan dan bila perlu sampai 2

tahun.

Koreksi pembedahan

Bila pada pemeriksaan radiologis ditemukan obstruksi maka perlu

dilakukan koreksi bedah. Pada keadaan pionefrosis atau pielonefritis atrofik

kronik tindakan nefroktomi kadang perlu dilakukan.

Page 21: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

I.    Pengkajian

Identitas

Nama

Umur

Jenis kelamin

Suku bangsa

Pekerjaan

Pendidikan

Alamat

Tanggal MRS

Diagnosa medis

RIWAYAT KESEHATAN

a. Keluhan utama : -  Disuria

-    Polakisria

-    Nyeri

-    Terdesak kencing yang berwarna terjadi bersamaan.

b.  Riwayat penyakit sekarang

Penyebab dari disuria disebabkan karena masuknya organisme eschericea coli

kedalam kolon.

c.  Riwayat penyakit dahulu

Apakah sebelumnya pernah sakit ISK.

d.  Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.

e.  Riwayat psikososial dan spiritual

Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan

gangguan dalam beribadat karena klien lemah.

f.  Pola-pola fungsi kesehatan

1. Pola nutrisi dan metabolisme

Page 22: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

Klien mengalami penurunan nafsu makan karena mual, muntah saat makan

sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.

2.  Pola eliminasi

Eliminasi alvi klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah

baring lama. Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan karena ada

organisme yang masuk sehingga urine tidak lancar.

3.  Pola aktifitas dan latihan

Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total agar tidak

terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.

4. Pola tidur dan istirahat

Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan dengan imobilisasi yang

lama.

5. Pola persepsi dan konsepsi diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan ketakutan

merupakan dampak psikologi klien.

6.  Pola hubungan dan peran

Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan dengan klien dirawat di

rumah sakit dan klien harus bedrest total.

7.  Pola penanggulangan stress

Biasanya klien sering melamun dan merasa sedih karena keadaan sakitnya.

8.  Pola tata nilai dan kepercayaan

Dalam hal beribadah biasanya terganggu karena bedrest total dan tidak

boleh melakukan aktivitasi karena penyakitnya.

g.  Pemeriksaan Fisik

1.  Keadaan Umum

Didapatkan klien tampak lemah, nadi 100x/menit, T = 119/60

2. Tingkat Kesadaran

Normal GCS 4-5-6

3. Sistem Respirasi

Pernafasan normal yaitu 20x/menit, nafsu normal

4. Sistem Kardiovaskuler

Terjadi penurunan tekanan darah

Page 23: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

5.  Sistem Integumen

Kulit kering, turgor kulit menurun, rambut agak kusam.

6.  Sistem Gastrantestinal

Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor.

7.  Sistem Muskuloskeletal.

Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.

8. Sistem Abdomen

Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya

peradangan akut maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang

mengenai pelvis ginjal, pielonefritis, cystitis, uretra.

II.  Diagnosa

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih

dan sruktur traktus urinarius lain

2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada

kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain

3. Hipertermi berhubugan dengan pelepasan toksin oleh bakteri

III.            Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Intervensi Rasional

1. Nyeri

berhubungan

dengan inflamasi

dan infeksi uretra,

kandung kemih

dan sruktur traktus

urinarius lain

Tujuan :

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

   Pantau haluaran

urine terhadap

perubahan warna,

baud an pola

berkemih, masukan

dan haluaran setiap

8 jam dan pantau

hasil urinalisis ulang

   Catat lokasi,

lamanya intensitas

skala (1-10)

penyebaran nyeri.

untuk mengidentifikasi

indikasi kemajuan atau

penyimpangan dari

hasil yang diharapkan

o membantu

mengevaluasi

tempat obstruksi

dan penyebab

nyeri

o meningkatkan

relaksasi,

menurunkan

Page 24: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

selama 3x 24 jam

pasien merasa

nyaman dan

nyerinya

berkurang.

Kriteria Hasil :

1.  Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih.

2.  Kandung kemih tidak tegang

3.  Pasien nampak tenang

4.  Ekspresi wajah tenang

   Berikan tindakan

nyaman, seprti

pijatan punggung,

lingkungan istirahat

   Bantu atau dorong

penggunaan nafas

berfokus

   Berikan perawatan

perineal

   Jika dipaang kateter

indwelling, berikan

perawatan kateter 2

nkali per hari.

Kolaborasi

o Konsul dokter bila:

sebelumnya

kuning gading-

urine kuning,

jingga gelap,

berkabut atau

keruh. Pla

berkemih berubah,

sring berkemih

dengan jumlah

sedikit, perasaan

ingin kencing,

menetes setelah

berkemih. Nyeri

menetap atau

tegangan otot.

o membantu

mengarahkan

kembali perhatian

dan untuk relaksasi

otot.

o untuk mencegah

kontaminasi uretra

o Kateter

memberikan jalan

bakteri untuk

memasuki kandung

kemih dan naik ke

saluran

perkemihan

o Temuan- temuan

ini dapat memeberi

tanda kerusakan

jaringan lanjut dan

perlu pemeriksaan

luas

o analgesic memblok

lintasan nyeri

sehingga

mengurangi nyeri

o akibat dari haluaran

urin memudahkan

berkemih sering

dan membentu

membilas saluran

berkemih

Page 25: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

bertambah sakit

o Berikan analgesic

sesuia kebutuhan

dan evaluasi

keberhasilannya

o Berikan antibiotic.

Buat berbagai

variasi sediaan

minum, termasuk

air segar .

Pemberian air

sampai 2400

ml/hari

2. Perubahan pola

eliminasi

berhubungan

dengan obstruksi

mekanik pada

kandung kemih

ataupun struktur

traktus urinarius

lain

Kriteria hasil :Pola

eliminasi

membaik, tidak

terjadi tanda-tanda

gangguan

berkemih (urgensi,

   Awasi pemasukan

dan pengeluaran

karakteristi urin

   Dorong

meningkatkan

pemasukan cairan

   Kaji keluhan

kandung kemih

penuh

   status mental:,

perilaku atau tingkat

kesadaran

memberikan informasi

tentang fungsi ginjal

dan adanya komplikasi

peningkatan hidrasi

membilas bakteri.

retensi urin dapat

terjadi menyebabkan

distensi

jaringan(kandung

kemih/ginjal)Observasi

perubahan

akumulasi sisa uremik

dan

ketidakseimbangan

elektrolit dapat menjadi

Page 26: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

oliguri, disuria)

   Kecuali

dikontraindikasikan:

ubah posisi pasien

setiap dua jam

Kolaborasi

  Awasi pemeriksaan

laboratorium;

elektrolit, BUN,

kreatinin

toksik pada susunan

saraf pusat

untuk mencegah statis

urin

pengawasan terhadap

disfungsi ginjal

3. Hipertermi

berhubugan

dengan pelepasan

toksin oleh bakteri

Tujuan :

Suhu tubuh da-lam

batas nor-mal

dengan kriteria :

Suhu : 360 – 37 0 C

Bibir tidak pecah-

pecah.

  Observasi tan-da-

tanda vital.

  Beri kompres dingin

pada daerah dahi

dan ketiak.

  Anjurkan klien untuk

minum banyak

  Anjurkan pada klin

untuk isti-rahat total.

  Tanda-tanda vital dapat

berubah dengan

adanya peningkatan

suhu tubuh.

  Dengan memberi

kompres dingin terjadi

pemin-dahan panas ke

dingin melalui proses

konduksi.

  Dengan minum yang

banyak di-harapkan

dapat mengganti peng-

uapan cairan yang

keluar aki-bat panas.

  Istirahat mutlak dapat

mencegah terjadinya

perfo-rasi usus.

Page 27: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

IV.  Implementasi

Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dan rencana

tindakan meliputi beberapa bagian yaitu validasi, secara keperawatan memberikan

asuhan keperawatan dan pengumpulan data (Lumidar 1990)

V.   Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang matematis dari rencana tindakan dari

masalah kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan

cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan kesehatan lainnya (Ependi,

1995)

Page 28: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

BAB IV

PENUTUP

B. Kesimpulan

Infeksi saluran kemih secara umum dapat disebabkan oleh E.coli atau

penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab

infeksi saluran kemih pertama pada sekitar 90% wanita muda. Gejala dan tanda-

tandanya antara lain : sering kencing, disuria, hematuria dan piuria. Adanya

keluhan nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas.

Bakteri yang dapat menimbulkan infeksi saluran kemih selain E.coli melalui

infeksi nosokomial Klebsiella, Proteus, Providencia, Citrobacter, P. aeruginosa,

Acinetobacter, Enterococcus faecalis dan Stafilokokus saprophyticus.

Media pembiakan yang sesuai untuk berbagai mikroorganisme penyebab

meningitis adalah media agar darah dan agar mac conkey.

C. Saran

Semoga untuk ke depan dapat ditingkatkan kesehatan dan kebersihan

pribadi tiap – tiap individu sehingga dapat terhindar dari penyakit Cystitis

khususnya, dan penyakit infeksi bakteri secara umum.

Page 29: Makalah Askep Anak Dgn ISK Fix

DAFTAR PUSTAKA

Dengoes Marilyn E, 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC, Jakarta

Tessy Agus, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3, FKUI. Jakarta.

Mansjoer A, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 FKUI. Jakarta.

Jawetz. E , Melnick & Adelberg : Mikrobiologi Kedokteran, edisi 20 EGC Jakarta

1996