majalah tazkia edisi desember 2015

16
Puisi Pedal Penguasa Cerpen Berat Motivasi Kisah Inspiratif Mahasiswa Tiongkok yang Menggetarkan Hati Artikel Utama Kesungguhan Mengemban Amanah Photo by Eneas

Upload: vankhue

Post on 31-Dec-2016

239 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

PuisiPedal Penguasa

CerpenBerat

MotivasiKisah Inspiratif Mahasiswa

Tiongkok yang Menggetarkan Hati

Artikel UtamaKesungguhan Mengemban Amanah

Photo by Eneas

Salam Redaksi

Susunan Redaksi Media Informasi Islam

Pemimpin Umum : Hafiz | Pimpinan Redaksi : Nikma | Sekbend : Diaz | HRD : Fauzi | Staff : Amir, Azzam, Dhita, Erma, Fadli, Halimah. Hanif, Ilyas, Lingga, Mifta, Resna, Ridho, Riri, Yunus, Arra, Busri, Dianty, Hammam, Haris, Ima, Nisa, Ruqi, Sigit, Sinta, Ulma, Yazid, Yuni |

Daftar isi

Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil'alamin

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat hingga

majalah Tazkia dapat hadir kembali. Tak lupa sholawat serta salam kami

ucapkan kepada teladan kami, teladan seluruh umat, Nabi Muhammad

SAW.

Pada edisi Desember 2015 ini, kami mengangkat tema tentang para

pengemban amanah. Sesungguhnya setiap makhluk di bumi ini, tanpa

terkecuali, diberikan amanah oleh Allah. Begitupun manusia. Allah

berfirman dalam surah Al-Ahzab ayat 72 yang artinya “Sesungguhnya kami

telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung,

maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir

akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.

Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”

Bagaimana bisa kita menanggung amanah yang begitu berat? Sedang

pertanggungjawaban yang tak mudah akan ditagih di akhirat kelak.

Bagaimana bisa kita menyanggupi sebuah amanah untuk dipikul? Sedang

lelah selalu menemani kita dalam perjalanan menuntaskannya. Namun

dibalik itu semua, akan ada balasan yang setimpal bagi orang-orang yang

dapat memikul amanah dengan baik, dengan niat karena Allah.

Semoga dengan mengangkat tema ini, majalah Tazkia dapat mengingatkan

kita kembali tentang pertanggungjawaban kita terhadap amanah yang kita

emban. Begitupun dengan balasan yang akan kita terima di akhirat kelak.

Wassalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh

1

2

3

4

5

7

8

10

11

12

Salam Redaksi

Artikel Utama I

Cerpen

Motivasi

Doa

Artikel Utama II

Sains

Puisi

Artikel Utama III

Fatwa Ulama

Fiqih 13

1

Artikel Utama

Kesungguhan Mengemban Amanah

Sekecil apapun sebuah pekerjaan jika kita mengiringinya

dengan hati yang resah dan perasaan terpaksa,

pekerjaan tersebut akan terasa sangat berat, terasa

seperti memikul beban seribu gunung. Dan sebaliknya,

sebesar apapun sebuah pekerjaan, kalau dilakukan

dengan penuh keikhlasan dan kegembiraan dalam

menyambut pekerjaan tersebut, maka akan terasa

sangat ringan dan menyenangkan.

“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah

kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka

semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan

mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah

amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu

amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al-Ahzab (33) : 72)

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip riwayat Ibnu Abbas

r.a bahwa sebelum Allah menawarkan amanah kepada

manusia dan kemudian menerima amanah tersebut,

amanah itu telah ditawarkan kepada tiga makhluk

terbesar (langit, bumi, dan gunung) akan tetapi mereka

menolaknya. Bukan karena mereka tidak menginginkan

keutamaan dan kemuliaan yang Allah janjikan, bukan

pula karena mereka tidak patuh kepada Allah, tetapi

karena takut jika mereka tidak dapat menjalankan

amanah tersebut. Tawaran tersebut adalah “Pilihan” dan

bukanlah perintah. Allah pun telah menetapkan, barang

siapa yang mengambil amanah dan melaksanakan

dengan sebaik-baiknya, maka Allah telah janjikan

kepadanya ketinggian derajat dan kemuliaan, tetapi jika

ia mengambil amanah tersebut dan ia lalai terhadapnya,

maka Allah akan menimpakan azab dan menghinakan-

nya. Ketiga makhluk terbesar tersebut takut jikalau

mereka tidak dapat menjalankan amanahnya dengan

baik.

Salah satu ajaran Al-Qur'an yang sering ditekankan

adalah masalah amanah. Dalam sumber-sumber islam

(Al-Qur'an dan Hadits) banyak terdapat anjuran kepada

manusia untuk menjaga dan bersikap amanah.

Pentingnya amanah ini menjadi lebih kuat lagi lantaran

masalah amanah ini tidak berbeda pada manusia yang

baik dan manusia yang buruk, artinya siapapun yang

dapat menjaga amanahnya dengan baik, tidak ada

perbedaan diantaranya, karena mengemban amanah

merupakan hal yang baik secara manusiawi. Janganlah

kita merasa bangga jika dibebani amanah, tanpa

mengetahui apakah diri kita sudah sanggup dan dapat

bersikap amanah. Ikhlas dan Istiqomah adalah sifat-sifat

penunjang dalam mengemban sebuah amanah.

Lalu, bagaimana urgensi mengemban amanah pada

kehidupan seorang mahasiswa? Kesanggupan dan

kesungguhan dalam mengemban amanah adalah hal

yang mutlak dimiliki oleh seorang mahasiswa yang

beriman, t idak hanya bagi mereka yang akt i f

berorganisasi atau mencari majelis ilmu yang ia minati,

tetapi secara keseluruhan. Tanggung jawab kita kepada

orang tua, adalah sebuah amanah yang telah orang tua

berikan kepada kita agar dapat selalu belajar dan menjadi

orang yang lebih baik. Jangan sampai kita mengabaikan-

nya karena sengaja menutup mata terhadap amanah itu,

ataupun terlena karena menikmati masa muda yang

sebenarnya merupakan waktu yang sangat singkat. Lalu

tanggung jawab kita kepada Allah, bagaimana kita dapat

berhura-hura dan menyia-nyiakan waktu yang telah Allah

amanahi sementara banyak orang yang telah Allah

masukkan ke dalam neraka dan memohon pengam-

punan agar ia dapat selalu beribadah di dunia?. Orang

yang memiliki kesadaran akan amanah ini sudah

sewajarnya jika ia menghindar dari perbuatan yang sia-

sia dan selalu memberikan manfaat dari setiap perbuatan

yang ia lakukan. Marilah kita pergunakan waktu yang

telah Allah amanahkan kepada kita dengan sebaik-

baiknya. Allahumma Yassir Wala Tu'assir, ya Allah

mudahkanlah dan jangan engkau persulit. (Ruqi)

2

Cerpen

BERAT Seluruh penjuru kelas tampak riuh dari luar. Tepuk

tangan sana-sini diiringi gema satu nama yang disebut-

sebut. Jika kau ingin lebih tahu, masuklah ke dalam. Ada

pemandangan yang sedikit kontras di pojok bangku

deretan paling depan.

“Selamat, Bro!” seru Hendra sembari menepuk-nepuk

pundak Hasan, hingga mengakibatkan bahu Hasan

sedikit berguncang.

Hasan terdiam. Wajahnya tampak tegang. Ia sendiri tak

tampak bahagia layaknya teman-teman sekelas yang

mengelukan namanya. Entah mengapa, sejenak

terlintas pikiran aneh yang menggelayuti otaknya.

Apakah ia telah salah memilih posisi duduk? Barangkali.

Buktinya kini ia malah menjadi pusat perhatian. Bahkan,

di hari pertama menginjakkan kaki di sekolah ini, ia bisa

terpilih menjadi ketua kelas. Sesuatu yang tidak pernah

dibayangkannya selama sembilan tahun bertualang di

dunia sekolah.

Pikiran aneh itu mungkin benar. Kini ia merasakan

darahnya benar-benar menyurut dan terasa berkumpul

di satu tempat. Wajahnya tak hanya tegang, tetapi juga

pucat. Hasan membuka kepalan tangannya. Ia mulai

bergetar. Bukan. Bukan tangannya yang bergetar. Tetapi

kursi yang didudukinyalah yang mulai berkhianat. Ia tak

lagi nyaman untuk seorang Hasan.

Kursi itu mulai bergetar. Semakin lama semakin kuat.

Seolah berusaha menciptakan lubang di lantai tempat

kaki kayunya memijak. Sementara Hasan memandang

sekitar. Orang-orang di sekelilingnya membalas dengan

tatapan ganjil. Sebuah tangan yang sedikit berurat dan

keriput tampak berusaha menyentuh pundak kirinya.

Tetapi sebelum Hasan benar-benar merasakan

sentuhan itu, tiba-tiba semuanya berubah gelap.

***

Semburat cahaya nyaris membutakan matanya.

Hasan berdiri tercengang di suatu tempat yang tidak

pernah ia lihat sebelumnya. Tempat asing yang bahkan

ia curigai tidak terdapat di belahan bumi manapun.

Tangannya masih terangkat berusaha menutupi silau

yang menusuk matanya. Dengan rasa penasaran yang

sangat, ia berusaha menurunkan sebelah tangannya,

mencoba membuka kedua matanya perlahan.

Beberapa meter dari tempatnya berdiri, daratan luas

tampak berkilau bak lautan cahaya. Samar-samar Hasan

mulai melihat titik-titik yang menjadi sumber cahaya

tersebut. Dengan segenap kemampuan penglihatan

yang dipaksakan, Hasan bisa melihat titik-titik itu sebagai

mimbar-mimbar agung. Bukan mimbar biasa. Tetapi

mimbar cahaya.

Diiringi rasa penasaran dan takjub tak tertahankan,

Hasan berjalan perlahan mendekati salah satu mimbar

terdekat. Ia ingin bertanya kepada seseorang yang berdiri

di atasnya, dapatkah ia memiliki mimbar cahaya seperti

itu? Jika iya, bagaimana cara untuk mendapatkannya?

Semakin lama, langkah kaki Hasan semakin ringan

saja rasanya. Seolah ia sedang berjalan di atas lapisan

udara yang berjarak hanya beberapa milimeter dari

tanah. Sosok berwibawa dan karismatik yang berdiri di

atas mimbar itu tampak semakin berseri menyambut

kedatangan Hasan. Sosok itu mulai mengulurkan

tangannya. Namun sebelum Hasan berhasil menyambut

uluran tangan itu, tubuhnya tiba-tiba terlempar jauh ke

belakang. Berputar-putar. Seperti diterbangkan badai

hebat yang tak kenal lalu. Ia benar-benar merasa sedang

berada di poros putaran, ketika dengan misterius sebuah

suara muncul dan menyelimuti pendengarannya

Katakan bahwa kau tidak menginginkannya

Yakinkan dirimu bahwa kau tidak memintanya

Jangan dikejar

Berat…

Sungguh berat…

Entah berapa saat lamanya, hingga badai itu berbaik

hati menghentikan ulahnya. Kini, Hasan sudah terdampar

di tempat yang baru. Tetapi sama-sama asing. Suara

misterius itu sudah hilang dan menyisakan jejak berupa

denging telinga yang cukup panjang.

3

Hasan berdiri kaku di suatu titik. Dari sana ia bisa

menyaksikan sebuah kengerian yang luar biasa. Sebuah

dinding api setinggi tak hingga bergejolak hebat. Di

dalamnya seperti diisi oleh lautan manusia yang tampak

begitu sengsara. Menggeliat-geliat kepanasan, berteriak

begitu kerasnya, menangis dan meraung, kehausan,

kelaparan, disiksa berulang-ulang…

tempat macam apa ini? Batin Hasan.

Matanya terpaku melihat satu lagi kengerian.

Seseorang jatuh terlempar entah dari mana. Tiba-tiba isi

perutnya terburai begitu saja. Usus, lambung, semuanya

dengan berdarah-darah keluar dari perutnya. Ia

berguling-guling menggilas isi perutnya sendiri. Teriakan

kesakitan terdengar begitu memilukan, seolah-olah

semua penduduk bumi bisa mendengarnya.

Bagaimana jika engkau menjadi seseorang yang

memerintahkan kepada kebaikan, tetapi kau sendiri

tidak melakukannya?

Hasan kembali mendengar suara misterius itu.

Jika kau mengembannya

Meskipun tak meminta

Bahkan menginginkannya

Jalankanlah dengan baik

Suara itu kembali menghilang.

Tiba-tiba Hasan menjadi begitu ketakutan.

Dipandangnya lagi sosok yang masih berguling-guling

di atas isi perutnya sendiri. Hasan seperti bisa

merasakan kesakitan sosok itu. Dengan refleks ia lantas

memegangi perutnya seraya memejamkan mata.

Dengan sekejap semuanya kembali seperti semula…

***

Pak Toriq mendaratkan telapak tangannya di bahu

Hasan. Selama beberapa saat Hasan tidak bereaksi

sama sekali. Tatapannya kosong. Sepertinya ia sedang

memikirkan sesuatu.

“Hasan?” panggil Pak Toriq.

Hasan masih terdiam. Sementara di bangku bagian

belakang, beberapa orang terdengar saling berbisik.

“Baru dipilih menjadi ketua kelas aja udah pucat begitu,”

kata Rozi yang duduk tepat di belakang Hasan.

“Padahal tugas-tugasnya kan ga seberapa berat,” teman

sebangkunya menimpali.

Rozi mengangguk mengiyakan, lantas tersenyum.

Namun senyuman itu lebih tampak seperti seringai

meremehkan.

Entah bagaimana, bisikan-bisikan itu dapat ditangkap

pendengaran Hasan dan membuatnya kembali sadar.

Hatinya bergejolak menanggapi. Tolong katakan,

amanah macam apa yang bisa kau sebut ringan!

Batinnya.

“Hasan, kau baik-baik saja, Nak?” tanya Pak Toriq

seraya mengguncang-guncangkan pundak Hasan

perlahan.

Hasan menoleh spontan. Tiba-tiba perasaannya

berubah kalut. Hatinya diliputi rasa takut. Ia menatap Pak

Toriq, wali kelas barunya, dengan mata berkaca-kaca.

“Berat, Pak. Saya takut…” lirihnya.

“Cukuplah Allah sebagai penolong. Kau bisa, Nak!”

-selesai-

.

Bagaimana jika engkau menjadi seseorang yang

memerintahkan kepada kebaikan, tetapi kau sendiri tidak

melakukannya?

(Ulma)

Kisah Inspiratif Mahasiswa Tiongkok yang Menggetarkan Hati

Motivasi

Bila Anda adalah seorang mahasiswa yang

sering mengeluhkan tugas menumpuk dan

k e w a l a h a n m e n g e j a r n i l a i I P y a n g

membanggakan, anda patut menyimak kisah

inspiratif seorang mahasiswa dari negeri Tirai

Bambu, Guo Shijun.

Kendati masih berusia muda, Guo Shijun

merupakan sosok mahasiswa tangguh dengan

sederet cobaan. Guo Shijun adalah seorang

pemuda Tiongkok yang terlahir dari keluarga amat

sederhana. Di usianya yang masih kecil, Guo

Shijun harus dihadapkan pada

k e n y a t a a n b a h w a I b u n y a

mengalami gangguan penyakit

mental disamping harus berjuang

keras melawan penyakit meningitis

yang dideritanya. Di sinilah awal

perjuangan dan kisah inspiratif Guo

Shijun yang harus rela untuk

merawat Ibundanya. Jelang masa

memasuki bangku kuliah, cobaan

dan kisah inspiratif Guo Shijun

dalam merawat orang tua kian bertambah lantaran

sang ayah mengalam kecelakaan kerja dan

terjatuh dari gedung bangunan setinggi 15 meter.

Akibatnya, Ayah Guo Shi jun mengalami

kelumpuhan pada bagian pinggang hingga seluruh

tubuh bagian bawah. Mengetahui keadaan ini,

akhirnya sang kakek dan nenek Guo Shijun pun

bergerak untuk membantunya merawat sang

Bunda. Namun, keduanya mengaku kuwalahan

bila harus membantu Shijun untuk merawat sang

ayah. Alih-alih menyerah dengan hasrat untuk

melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan

tinggi atau pergi menelantarkan sang ayah, Guo

Shijun bangkit menjadi sosok pemuda tangguh

yang sukses menebarkan kisah inspiratif bagi

teman-teman dan pemuda seusianya.

Yap, dengan memikul beban berat bagi anak-

anak seusianya, Guo Shijun yang cerdas justru

berhasil membujuk pihak universitas agar ia

diizinkan untuk merawat sang ayah sambil terus

belajar untuk berada di posisi teratas jajaran

siswa teladan di kampusnya.Kisah inspiratif Guo

Shijun yang pintar dan berbakti pada orang tua ini

tak pelak berhasil meluluhkan pihak universitas

dan akhirnya mengizinkannya untuk merawat

sang ayah di asrama.

Kisah inspiratif Shijun juga semakin bergulir

manakala ia berhasil menepati janjinya dengan

menduduki posis i teratas di

Universitas tempat ia menuntut

i lmu. Dedikasi Shi jun dalam

merawat orang tuanya yang tak

kenal lelah dan pantang mengeluh

ini benar-benar menjadi sebuah

kisah inspirat i f yang sangat

m e n g g e t a r k a n j i w a . U n t u k

membiayai biaya kuliah, biaya

h i d u p s e h a r i - h a r i , s e r t a

pengobatan sang ayah, sang

pemi l ik k isah insp i ra t i f dar i

Tiongkok ini mengandalkan bantuan pinjaman

uang dari saudara dan teman-temannya. Tak

hanya menggantungkan bantuan dari teman dan

saudara, kisah inspiratif Guo Shijun semakin

bertambah ketika ia juga selalu berupaya keras

u n t u k m e m p e r o l e h b e a s i s w a u n t u k

membantunya berjuang menghadapi segala

cobaan dan mengejar prestasi. Ketika ditanya

tentang pengalaman dan kisah inspiratif yang

dimilikinya, Shijun memberikan pernyataan yang

sangat singkat dan bijaksana untuk ukuran anak

seusianya: “Saya tak bisa berkata bahwa hidup

itu mudah. Satu-satunya hal yang saat ini bisa

saya lakukan untuk keluar dari masalah ini adalah

dengan bekerja keras dan tidak mengeluh. Saya

pikir bila kelak saya sudah lulus segala

permasalahan ini akan jadi lebih mudah”

“Saya tak bisa berkata bahwa hidup itu mudah. Satu-satunya hal yang saat ini bisa saya lakukan untuk keluar dar i masalah ini adalah dengan b e k e r j a k e r a s d a n � d a k mengeluh. Saya pikir bila kelak s a y a s u d a h l u l u s s e g a l a permasalahan ini akan jadi lebih mudah”

(Dianty)

5

Doa

D a l a m h i d u p , k i t a h e n d a k n y a s e l a l u

mengembalikan semua urusan kepada Allah SWT.

Dengan menghadirkan Allah SWT, maka insya

Allah segala urusan kita akan berjalan dengan

lancar. Begitu pula dalam mengemban amanah.

Nah, kali ini, ada sebuah doa yang pernah

diucapkan oleh Nabi Musa AS yang terdapat dalam

QS. Thoha ayat 25 - 28, yang dapat diterapkan

dalam kehidupan sehari - hari yang berkaitan

dengan mengemban amanah. Berikut doanya.

رب ٱشرح لى صدرى

ریسو لي أمرى

وٱحلل عقدة من لسانى

یفقھوا قولي

“Robbisyroh lii shodrii, wa yassir lii amrii, wahlul

'uqdatammillisaanii, yafqohuu qoulii.”

Artinya: “Ya Rabbku, lapangkanlah untukku

dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan

lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya

mereka mengerti perkataanku.”

Hikmah kita membaca doa ini adalah, pertama,

dada (hati) kita akan dilapangkan. Ketika hati

sudah lapang, maka kita akan lebih mudah

menyampaikan apa yang ingin kita sampaikan

pada orang lain. Kedua, urusan kita menjadi

lancar. Mengemban amanah dari orang lain

merupakan sesuatu yang tidak mudah, maka

berdoalah kepada-Nya supaya dimudahkan.

Ketiga, lisan kita akan dimudahkan dalam

berbicara dan orang yang mendengar ucapan kita

akan memahami apa yang kita utarakan. Ketika

kita menyampaikan amanah kepada orang lain,

maka berdoa serta berusahalah agar amanah

yang disampaikan jelas sehingga mudah dipahami

oleh orang lain tersebut.

Nilai tambahnya adalah, doa ini sangat mudah

dilafalkan dan juga tidak hanya berlaku pada saat

mengemban amanah saja, namun juga untuk hal -

hal lainnya dalam kehidupan sehari - hari kita.

Semoga Allah SWT mempermudah urusan dan

ucapan kita. Aamiin.

Kuatkanlah, ya Allah

(Hammam)

64

Amanah adalah kata dengan sejuta makna. Ia bisa bermakna ganda sebab kata amanah bisa menjadi kata sifat dan bisa menjadi kata kerja. Kata sifat apabila di awal kalimatnya ada subjek, misalnya kalimat “Si Fulan ini adalah orang yang amanah”, makna kata amanah disini berarti dapat dipercaya atau bertanggungjawab. Tetapi amanah bisa menjadi kata kerja apabila kata amanah menjadi subjek, misalnya pada kalimat “Sebaiknya amanah ini diberikan kepada Si Fulan”, makna kata amanah ini berarti sebuah tanggung jawab atau pekerjaan.

A l lah Azza wa Ja l la berfi rman : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menunaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila kalian menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. [An-Nisa : 58]

Ibnu Katsir berkata dalam tafsir ayat ini, Allah Ta ' a l a m e m b e r i t a k a n b a h w a s a n y a I a memerintahkan untuk menunaikan amanah-amanah kepada ahlinya.

Di dalam hadits yang hasan dari Samurah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:'' Tunaikan amanah kepada orang yang memberi amanah kepadamu, dan janganlah kamu menghianati orang yang mengkhianatimu” [D i r iwaya tkan o leh Imam Ahmad dan Ahlussunnan]

Dalam hadits tersebut mencakup semua

bentuk amanah-amanah yang wajib atas

manusia mulai dari hak-hak Allah Azza wa Jalla

atas hamba-hamba-Nya, seperti : shalat, zakat,

puasa, kaffarat, nazar dan lain sebagainya,

dimana ia diamanahkan atasnya dan tidak

seorang hamba pun yang mengetahuinya,

sampai kepada hak-hak sesama hamba, seperti ;

titipan atau yang lainnya dari apa-apa yang

mereka amanahkan tanpa mengetahui adanya

bukti atas itu. Maka Allah memerintahkan untuk

menunaikannya, barangsiapa yang tidak

menunaikannya di dunia diambil darinya pada

hari Kiamat.

Dalam kehidupan ini, kita semua tidak akan

pernah terlepas dari amanah Sang Khaliq,

karena hakikatnya kita hidup menjadi manusia

adalah amanah dari-Nya. Bagaimana tidak?

Tersebab kita yang berasal dari sel sperma ini

telah terpilih oleh Allah dari berjuta sel sperma

lainnya untuk menjadi pemenang dalam

'pertarungan' membuahi sel telur. Begitupun

aktivitas dakwah, maka amanah adalah sesuatu

keniscayaan bagi seorang aktivis dakwah.

Karena amanah merupakan tulang punggung

dakwah, bagaimana mungkin dakwah ini

menyebar jika amanah amar ma'ruf tak diemban

oleh para dai, lalu bagaimana pula kalau amanah

nahi munkar tak ada yang mengembannya?

Artikel Utama

7

Amanah memang memerlukan para pengem-

bannya untuk dapat berjalan sesuai harapan

Sang Pemberi. Namun para pengemban

amanah tak selalu sesuai harapan, sebab

mereka adalah manusia biasa yang setiap saat

berpeluang melakukan khilaf dan salah.

Berlandasankan teori itu para pengemban

amanah ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga

tipe, yaitu:

1. Mereka yang secara tampak penglihatan

manusia adalah orang yang memegang

amanah. Namun, secara batin mereka

adalah orang yang menyia-nyiakannya.

Merekalah orang-orang munafik yang

menampakkan sesuatu yang berbeda

dengan batin mereka dan mencitrakan diri

dengan sesuatu yang berbeda dari apa yang

mereka rahasiakan. Saat mereka datang

menemui orang-orang yang beriman,

mereka kesankan diri mereka adalah orang

yang ber iman, amanah, ju ju r, dan

menunaikan janji, mereka tampakkan hal itu

karena takut kehilangan tempat di sisi orang-

orang yang beriman. Sebaliknya, apabila

mereka bertemu orang-orang kafir, mereka

tampakkan kekufuran mereka. Mereka inilah

yang senantiasa berkamuflase menampak-

kan keimanan dan menyembunyikan

kekufuran, menampakkan sesuatu yang

berbeda dari keyakinan. Secara zahir, orang

memandangnya sebagai orang yang amanah,

padahal di dalam hatinya terdapat makar, tipu

daya, dan pengkhiantan. Sebenarnya mereka

ini menipu diri mereka sendiri. Mereka sangka

mereka menipu Allah dan orang-orang yang

beriman, padahal hakikatnya mereka tipu diri

mereka sendiri, mereka membuat makar dan

kebinasaan yang hakiki untuk diri mereka di

dunia dan akhirat.

2.Mereka yang tidak amanah baik secara zahir

maupun batin. Mereka ini adalah orang-orang

kafir. Zah i r dan bat in mereka sama,

menampakkan kekufuran kepada Allah,

menentang agama-Nya, dan jauh dari syariat-

Nya.

3 . O r a n g - o r a n g y a n g b e r i m a n y a n g

mengemban amanah dan menunaikannya.

Bersungguh-sungguh sekua t tenaga

mewujudkannya. Mereka adalah ahlul iman

dan ahlul karamah di dunia dan akhirat.

Setiap anak adam yang lahir dimuka bumi pasti

diberi amanah kepadanya. maka embanlah

amanah itu dan jangan engkau sia-siakan.

Karena setiap sesuatu yang dibebankan pasti

dimintai pertanggngjawabannya. ketahuilah

bahwa amanah terbesar yang di emban oleh

manusia ialah amanah menjadi Hamba Allah,

barangsiapa yang tidak dapat menjaganya,

maka perlu diragukan tentang perkara

amanahnya yang lain. (Yuni)

Pengemban Amanah

8

Sains

Kebanyakan dari kita pasti akan merasa jijik dengan

serangga yang satu ini, yaitu lalat. Serangga ini

terkenal hidup di tempat-tempat yang kotor seperti

tempat pembuangan sampah atau selokan. Lalat juga

sering hinggap di makanan dan minuman. Hal tersebut

tentunya menyusahkan manusia karena lalat

membawa banyak bakteri sekaligus penyakit

mengingat lalat sering berada di tempat-tempat kotor.

Namun tahukah kalian bahwa di samping banyaknya

penyakit yang dibawanya, lalat juga membawa obat

(cure)?

Dalam sebuah hadits r iwayat Abu Hurairah,

bahwasanya Rasulullah bersabda:

“Apabila lalat jatuh di bejana salah satu di antara kalian

maka celupkanlah karena pada salah satu sayapnya

terdapat penyakit dan pada sayap lainnya terdapat

obat penawarnya”

(HR. Bukhari, Ibn Majah, dan Ahmad)

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lalat ternyata

memang “membawa” obat. Penelitian yang dilakukan

oleh Cornell University, sebagaimana yang dilansir oleh

bbc.com, menyebutkan bahwa genom pada lalat

rumah dapat menawarkan petunjuk untuk obat bagi

berbagai macam penyakit manusia. Mereka

melakukan penelitian dengan membandingkan genom

dari berbagai macam lalat, seperti lalat buah, lalat tse-

tse, dan lalat rumah. Dari penelitian tersebut

ditemukan gen yang membuat lalat rumah kebal

terhadap patogen yang ada di tempat tinggalnya.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Department of

Biological Sciences, Macquarie University, Australia

di mana mereka menemukan bahwa terdapat antibiotik

pada permukaan tubuh lalat. Salah satu universitas

terkemuka di Amerika Serikat, yakni Stanford

University, melalui penelitian mereka terhadap lalat

buah juga menemukan fakta menarik bahwa sel-sel

pada otak lalat buah mampu menghasilkan insulin yang

berguna sebagai obat untuk penyakit diabetes.

Kebenaran ilmiah dari hadits di atas dipertegas dalam

buku Treasure in the Sunnah, a Scientific Approach (El-

Naggar, 2005) di mana dikatakan bahwa sekelompok

peneliti dari Mesir dan Saudi Arabia melakukan

percobaan pada beberapa wadah air, jus, dan madu.

Mereka membiarkan lalat hinggap pada wadah-wadah

tadi. Kemudian mereka menyelupkan lalat pada

sebagian wadah-wadah tadi. Uji miskroskopis

menunjukkan cairan pada wadah yang tidak dicelupi

lalat mengandung banyak virus dan bakteri, sementara

cairan pada wadah yang dicelupi lalat t idak

mengandung virus maupun bakteri.

Dari paparan di atas kita dapat mengetahui alangkah

indahnya ajaran yang dibawa Rasulullah Saw. Oleh

karena itu hendaknya kita senantiasa menjalankan

hidup kita berdasarkan Al-Qur'an dan hadits. Karena

Allah menurunkan perintah maupun larangan

bukannya tanpa suatu alasan.

(Arra)

9

Puisi

Pedal Penguasa

Kala delusi mendiris angan

Dan siluet api tak lagi terpendar

Biar kuramu perli menjadi puja

Aku pirau

Aku bacar

Candrasaku menembus zenit

Akulah senjata mayapada

Aku telah berurat di sanubari umat

Dan kau harus tunduk!

Kau menyelingar

Saat aku menjelma menjadi teja

Kalung membang kuning

Diseling arakan mega

Sementara kau terpuruk

Di bilik berabarkan tepas

Kau memekik

Aku tak peduli

Aku hilang tepa salira

Hingga caung wajahmu

Hingga cangkirku penuh tempias danur

Hingga dahagaku penuh bulan

Tak kusangka

Aku meretas labium partitur

Sampai kau dan aku hilang

Bersama amanah yang perlina

Oleh Haryanto

10

Artikel Utama

Bentuk-bentuk pengemban amanah

Setiap manusia di dunia ini tidak akan bisa lepas dari

suatu amanah. Berbagai macam amanah merupakan

kewajiban yang harus kita laksanakan, baik untuk diri

sendiri maupun untuk orang lain. Berikut merupakan

bentuk-bentuk amanah dalam kehidupan sehari-hari :

1.Memelihara titipan dan mengembalikannya seperti

semula

Apabila seorang muslim dititipi oleh orang lain, misalnya

barang berharga, karena yang bersangkutan akan pergi

jauh misalnya ke luar negeri maka titipan itu harus

dipelihara dengan baik dan pada saatnya dikembalikan

kepada yang punya, utuh seperti semula. Diantara

sebab-sebab kenapa Nabi Muhammad SAW sejak

mudanya di Mekah sudah terkenal dengan gelar al Amin

adalah karena beliau sangat dipercaya oleh penduduk

Mekah untuk menyimpan dan memelihara barang

titipan, kemudian mengembalikannya seperti semula.

Penduduk-penduduk Mekkah yang akan ke luar negeri

merasa aman dan tenang menitipkan barang-barang

berharga kepada Beliau.

2.Menjaga rahasia

Apabila seseorang dipercaya untuk menjaga rahasia,

apakah rahasia pribadi, keluarga, organisasi, atau lebih-

lebih lagi rahasia negara dia wajib menjaganya supaya

tidak bocor kepada orang lain yang tidak berhak

mengetahuinya. Apabila seseorang menyampaikan

sesuatu yang penting dan rahasia kepada kita itulah

amanah yang harus dijaga.

3.Tidak menyalahgunakan jabatan

Jabatan adalah amanah yang wajib dijaga. Segala

bentuk penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan

pribadi, keluarga, atau kelompoknya termasuk

perbuatan tercela melanggar amanah. Misalnya

mengangkat orang-orang yang tidak mampu untuk

menduduki jabatan tertentu hanya karena dia sanak

saudara atau kenalannya, padahal ada orang lain yang

lebih mampu dan pantas menduduki jabatan tersebut.

4. Menunaikan kewajiban dengan baik

Allah SWT memikulkan ke atas pundak manusia tugas-

tugas yang wajib dia laksanakan baik dalam

hubungannya dengan Allah SWT maupun dengan

sesama makhluk lainnya. Tugas seperti itu disebut

takhlif, manusia yang ditugasi disebut mukallaf, dan

amanahnya disebut amanah takhlif. Amanah inilah

yang secara metaforis digambarkan oleh Allah SWT

tidak mampu dipikul oleh langit, bumi dan gunung-

gunung karena beratnya tetapi manusia bersedia

memikulnya.

5.Memelihara semua nikmat yang diberikan Allah SWT

Semua nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada

umat manusia adalah amanah yang harus dijaga dan

dimanfaatkan dengan baik. Umur, kesehatan, harta

benda, ilmu, dan lain-lain adalah amanah yang wajib

dipelihara dan dipertanggungjawabkan. Harta benda

misalnya, harus kita pergunakan untuk mencari

keridhaan Allah SWT baik untuk memenuhi kebutuhan

sendiri, keluarga, maupun kepentingan umat.

6.Sikap Anak kepada orang tua

Diantara amanah yang lain adalah amanah anak-anak

dalam bersikap di hadapan orang tuanya. Jika anda

mengambil uang milik orang tua tanpa seizin dari

mereka berarti anda tidak menjaga amanah seorang

anak meskipun jumlah uang yang anda ambil sedikit

jumlahnya. Ingatlah bahwa amanah itu bersifat total

tidak parsial. Namun yang disebut sebagai perbuatan

amanah adalah anda harus izin terlebih dahulu kepada

orang tua Anda.

7. Amanah dalam menjaga agama

Jenis amanah yang terakhir dan merupakan amanah

paling besar adalah amanah dalam menjaga nilai-nilai

agama dan menyiarkan kepada seluruh manusia.

Sadarlah bahwa kita bertanggung jawab atas agama

ini dan kita akan mempertanggungjawabkan di

hadapan Allah SWT.

Semua bentuk amanah tersebut merupakan tanggung

jawab yang tidak akan lepas dari setiap umat muslim.

Sebagai umat muslim, kita harus bisa menjaga semua

amanah tersebut agar kita dapat menjadi insan yang

mulia di sisi Allah SWT.(Sigit)11

Fatwa Ulama suap menyuap dalam perdagangan

Manusia diciptakan dimuka bumi ini adalah sebagai

khalifah yang diberi amanah untuk menjaga dan

merawat bumi, baik dari segi fisik bumi itu sendiri

maupun akhlak manusia yang ada didalamnya. Perlu

diketahui bahwa kita semua adalah pemimpin, baik

pemimpin bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat,

agama, bangsa, maupun negara, yang akan diminta

per tanggung jawabannya d i akh i ra t . Namun,

kenyataannya belumlah sesuai dengan realita yang ada.

Banyak pemimpin dimuka bumi ini yang mengatakan

bahwa mereka akan menjalankan visi dan misi mereka

serta akan senantiasa mengemban amanah yang

diberikan, akan tetapi itu hanya sedikit saja. Padahal,

tanpa disadari mereka-mereka yang tidak menjalankan

amanah itu ada disekitar kita. Salah satu contohnya

adalah dikutip dari buku fatwa-fatwa kontemporer DR.

Yusuf Al-Qaradhawi tentang suap menyuap antara

perusahaan obat-obatan hewan dengan dokter-dokter

pemberi resep obat. Dokter-dokter pemberi resep obat

tersebut tidak akan memberikan resep obat apabila

perusahaan tersebut tidak memberikan komisi atas

penjualan obat-obatan tersebut. Apabila perusahaan

tidak memberi komisi, maka perusahaan akan

mengalami kebangkrutan karena penentu terjualnya

obat adalah karena adanya resep dari dokter. Sikap

dokter ini tentu tidaklah baik dan tidak menjalankan

amanahnya sebagai seorang dokter yang seharusnya

memberikan resep obat dan tidak meminta komisi

kepada perusahaan, karena pada intinya dokter tidak

mempunyai hak terhadap hasil penjualan obat.

Kenyataan tersebut lalu dijawab oleh Ulama DR. Yusuf

Al-Qaradhawi. Beliau mengatakan bahwa penyakit

zaman sekarang adalah maraknya kecenderungan

mater ia l i s t i s dan ber lomba- lombanya orang

memperebutkan harta dunia, berupaya merengkuhnya

dan mengusahakan berbagai keuntungannya tanpa

memerhatikan yang halal dan meninggalkan apa-apa

yang diharamkan oleh Allah SWT. Seperti yang

diterangkan di dalam Shahih Al-Bukhari, Nabi bersabda

bahwa kelak akan datang kepada manusia suatu masa di

mana seorang tidak peduli harta yang diambilnya apakah

berasal dari yang halal atau yang haram. Budaya ini

marak berlangsung di kalangan pedagang dan pebisnis

yang senantiasa hitung menghitung angka-angka, dan

mereka dituntut oleh pasar serta persaingan ketat untuk

mendapatkan harta baik dengan cara halal ataupun

haram kecuali orang yang dirahmati oleh Allah dan hanya

sedikit mereka yang melakukan perdagangan

berdasarkan niat untuk mendapatkan rahmat Allah swt

Perusahaan sebagai produsen atau penjual, barangkali tidak ingin menyogok siapapun, akan tetapi karena dokter adalah yang memutuskan untuk membeli obat ini dan itu, dan melebihkannya obat-obat lain dari segi kualitasnya, harganya yang murah atau yang lainnya. Maka, dokter inilah yang meminta dari perusahaan atau agennya sejumlah komisi dari transaksi yang hendak diteken kontraknya. Pokok dalam masalah ini adalah hendaknya membiarkan semua orang memasuki pasar persaingan secara fair, dengan berbagai kesempatan yang sama.

Pada kasus ini, terlihat bahwa dokter ataupun orang yang mempunyai pengaruh besar terhadap orang lain, ternyata tidaklah menjalankan amanahnya dengan baik karena telah merugikan orang lain dan tidak sesuai dengan tugasnya sebaga i seorang dok te r. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah An-Nisa ayat 58 yaitu: sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil, sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.

Dari kasus ini Ulama DR. Yusuf Al-Qaradhawi berpendapat bahwa kiranya pantas untuk masuk dalam orang yang mengambil hak orang lain atau menghindari kezhaliman dengan syarat tidak menyebabkan kezhaliman terhadap orang lain pula dan tidak pula melebihi dari hak yang mestinya didapatkannya.

Kita berharap bahwa kita dapat menjalankan amanah dan fungsi kita sebagai khalifah serta melakukan segala kegiatannya dengan niat karena Allah swt. Marilah kita sebagai generasi-generasi penerus Islam, hendaknya menjadikan Rasulullah dan para sahabatnya sebagai teladan kita sehingga akan menciptakan generasi yang mempunyai akhlak yang baik dan amanah. Ingatlah bahwa kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah yang telah diberikan kepada masing-masing kita.

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil, sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.(Q.S. An-Nisa: 58) (Haris)

12

Fiqih AmanahSesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampai-

kan amanah kepada yang berhak menerimanya,.....”

(QS. An-Nisa': 58)

Setiap manusia pasti memiliki beban amanah di

pundaknya, suatu tanggung jawab yang nantinya

akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah

Ta'ala di akhirat. Allah memberikan amanah pada

setiap individu sesuai dengan kadar kemampuan-

nya. Seperti firman Allah dalam surat Al-Baqarah :

286, “ Allah tidak membebani seseorang melainkan

sesuai kesanggupannya....”. Seperti yang kita tahu,

anak kecil tidaklah mampu mengemban amanah

yang sama dengan orang dewasa. Apabila anak

kecil mengemban amanah seperti halnya orang

dewasa, maka amanah tersebut tidaklah dapat

dilaksanakan dengan maksimal atau bahkan tidak

terlaksana. Begitulah Allah Yang Maha Bijaksana

tahu porsi yang pas untuk hambaNya dalam

mengembankan amanah.

Tunaikanlah amanah

Besar atau kecil amanah yang dibebankan kepada

kita, hendaknya kita tunaikan. Apabila amanah itu

tidak kita kita tunaikan, maka akan berakibat pada

diri kita sendiri maupun orang lain. Dampaknya, kita

tidak akan mendapat kepercayaan dari orang lain

lagi, karena telah mengecewakan dan membuat

kerugian. Allah Ta'ala berfirman : “Hai orang-orang

yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah

dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu

mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan

kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-

Anfal : 27)

Amanah kepemimpinan

Manusia diciptakan oleh Allah Ta'ala untuk menjadi

pemimpin di muka bumi ini. Di mana manusia

sebagai pemimpin atau khalifah di muka bumi harus

senantiasa menjalankan amanah kepemimpinnya

dengan baik yaitu memakmurkan dan melestarikan

bumi. “Dialah yang menjadikan kamu khalifah-

khalifah di muka bumi.” (QS. Fathir : 39)

Pada saat ini banyak manusia yang lalai dari

amanahnya sebagai khalifah, sehingga yang mereka

lakukan justru menimbulkan kerusakan-kerusakan

dimuka bumi ini, yang akhirnya memberikan kerugian

bagi banyak orang. Kerusakan-kerusakan yang

timbul merupakan hasil dari ulah tangan manusia

sendiri yang berujung pada banyaknya bencana yang

silih berganti. “Telah nampak kerusakan di darat dan

di laut disebabkan kareana perbuatan tangan

manusia, Allah menghendaki agar mereka merasa-

kan sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar

mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum :

41)

Dahulu saat Allah akan memberikan amanah yang

berat tersebut kepada ciptaanNya, tidak ada satupun

yang sanggup mengembannya karena tahu bahwa

terlalu berat beban yang akan dipikulnya. Namun,

manusia yang merupakan makhluk lemah dan bodoh

dengan berani menerima tawaran yang diberikan

oleh Allah Ta'ala tersebut. “ Sesungguhnya kami

telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi

dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk

memikul amanat itu dan mereka khawatir akan

mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh

manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan

amat bodoh.” (QS. Al-Ahzab : 72).

Setiap manusia adalah pemimpin, baik pemimpin di

antara manusia atau bagi dirinya sendiri. Dan setiap

pemimpin pasti akan dimintai pertanggung-

jawabannya di akhirat atas apa yang dilakukannya.

Sebaik-baik pemimpin adalah yang mampu memberi

kemanfaatan bagi yang dipimpinnya. Dan seburuk-

buruk pemimpin adalah yang lalai dari apa yang

diamanahkannya serta memberikan keburukan bagi

yang dipimpinnya.

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata : Saya

mendengar Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam

bersabda :” Kalian adalah pemimpin yang akan

dimintai pertanggunjawaban atas kepemimpinannya.

Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan

dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan-

nya. Istri adalah pemimpin di rumah suaminya, dan

akan dimintai pertanggungjawaaban atas kepe-

mimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam

13

mengelola harta tuannya, dan akan dimintai

pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya.

Oleh karena itu, kalian sebagai pemimpin akan

dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan-

nya.” (HR. Bukhari Muslim)

Janganlah Berkhianat

Apabila kita diberi kepercayaan untuk mengemban

suatu amanah , hendaknya kita selesaikan amanah

itu dengan sebaik mungkin, dengan segala

kemampuan. Termasuk ciri orang munafik apabila

kita melalaikan atas amanah yang dibebankan

kepada kita. Seperti yang disebutkan dalam sebuah

hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia

berkata : Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam

bersabda “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga,

yaitu : Apabila berkata ia dusta, apabila berjanji ia

mengingkari, dan apabila dipercaya ia berkhianat.”

(HR. Bukhari Muslim)

Kekuatan Mengemban Amanah

Untuk senantiasa menjaga diri dari kelalaian

mengemban amanah, dibutuhkan kekuatan

penunjang agar amanah yang ada dipundak dapat

terlaksana dengan baik. Kemampuan mengemban

amanah bukan pada kuantitas amanah yang

diemban, melainkan pada kualitas diri kita dalam

mengemban amanah tersebut. Kekuatan tersebut

antara lain :

Kekuatan hati

Kekuatan hati adalah dengan mengingat Allah,

pemenuhan kebutuhan hati sangat penting, agar ruh

atau jiwa memliki semangat hidup. Tanpa adanya

pemenuhan kebutuhan hati maka jiwa akan mati dan

tidak sanggup mengemban amanah besar yang

dilimpahkan pada kita. Menjaga kedekatan kita

kepada Allah merupakan sumber kekuatan yang

paling penting. Karena hal ini berkaitan erat dengan

niat serta keikhlasan kita. Kekuatan hati dapat kita

pupuk dengan banyak beribadah kepada Allah

Ta'ala. Allah akan senantiasa menolong hamba-

hambanya yang beriman. “ Sesungguhnya Kami

menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang

beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari

berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” (QS. Al-Mu'min

: 51). Dengan semakin berkualitasnya keimanan kita

maka or ientasi amalpun akan senant iasa

mengharap keridhaan dan barokah dari Allah Ta'ala.

Apabila kita lalai dalam menjaga keimanan kita, bisa

jadi orientasi kita akan beralih hanya untuk mengejar

nafsu dunia. Semuanya itu dibutuhkan keikhlasan

dalam menjalankan setiap amanah yang diberikan.

Kekuatan Akal

Akal merupakan pembeda antara manusia dengan

hewan. Dengan akal manusia lebih mulia dari

makhluk lainnya. Tentu saja digunakan untuk hal

kebaikan dan memberikan manfaat pada orang lain.

Dengan adanya ilmu dan wawasan yang luas maka

amanah yang ada di pundak kita akan lebih mudah

dijalankan. Nilai kita pun akan lebih tinggi dihadapan

Allah dan manusia. “ Hai orang-orang yang beriman,

apabila dikatakan padamu : Berlapang-lapanglah

dalam majelis, maka Allah akan memberikan

kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan :

Berdirilah kamu, maka berdirilah. Niscaya Allah akan

meninggikan orang-orang yang beriman diantara

kamu dan dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan. “ (QS. Al-

Mujadilah : 11)

Kekuatan Fisik

Selain kekuatan hati dan kekuatan akal, dibutuhkan

pula kekuatan fisik yang akan menentukan

terlaksananya amanah. Apabila kekuatan hati dan

kekuatan akal terpenuhi, tetapi kekuatan fisik lemah,

maka sama saja kita tidak bisa merealisasikan

amanah dengan baik.

Menjaga kondisi fisik agar senantiasa sehat

merupakan suatu keharusan. Bukankah mukmin

yang kuat lebih dicintai Allah dibanding mukmin yang

lemah? Dalam sebuah Hadits Riwayat Muslim

dikatakan bahwa“ Mukmin yang kuat itu lebih baik dan

disukai Allah daripada mukmin yang lemah”

Dan seburuk-buruk orang yang lalai dari amanah

adalah orang yang diberi tanggung jawab yang besar

untuk mengelola negara atau mengurus banyak

orang (rakyat), tetapi kebijakan yang dibuat hanya

untuk kepentingan hawa nafsu sendiri, tidak memberi

kebaikan untuk rakyat yang dipimpinnya, justru hanya

memberi keburukan. Hal seperti ini yang dapat

dikategorikan dengan pengkhianatan terhadap

rakyat. Dari Abu Sa'id Al Khudry Radhiyallahu 'Anhu,

bahwasanya Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam

bersabda :Setiap pengkhianat, pada hari kiamat nanti

mempunyai sebuah bendera yang ditancapkan di

pantatnya, lantas dengan bendera itu ia ditarik ke atas

sesuai dengan pengkhianatannya. Ingatlah tiada

pengkhianatan yang lebih jahat melebihi pemimpin

rakyat yang berkhianat.” (HR. Muslim)

14