majalah diffa edisi 14 - februari 2012

72
diffa edisi 14 Februari 2012 Motivator tanpa Lengan dan Kaki S E T A R A D A L A M K E B E R A G A M A N dia Kamila Andini & Michael: “Tu- han Itu Ajaib,” h.06 Media Dunia Disabilitas Perpustakaan Ramah Disabilitas h.27 Pendidikan Inklusi dalam Realitas h.32 BONUS: Audio CD Nick Vujinic No. 14 Februari 2012 O Rp 21.500, dummy diffa_14 baru.indd 1 1/21/12 12:27 AM

Upload: rudy-gunawan

Post on 30-Mar-2016

260 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Liputan Utama: Nick Vujinic Motivator tanpa Lengan dan Kaki

TRANSCRIPT

Page 1: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Motivator tanpa Lengan dan Kaki

S E T A R A D A L A M K E B E R A G A M A Ndi!a

Kamila Andini & Michael: “Tu-han Itu Ajaib,” h.06

Media Dunia Disabilitas

PerpustakaanRamah Disabilitas h.27

PendidikanInklusi dalamRealitas h.32

BONUS:Audio CD

Nick Vujinic

No. 14 -‐ Februari 2012 Rp 21.500,-‐

dummy diffa_14 baru.indd 1 1/21/12 12:27 AM

Page 2: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

dummy diffa_14 baru.indd 2 1/21/12 12:27 AM

Page 3: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

mata hati

03diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Rumah Besar

Penyandang

DisabilitasDid

i Pur

nom

o

di!aS E T A R A D A L A M K E B E R A G A M A N

Pemimpin Perusahaan/Pemimpin RedaksiFX Rudy Gunawan

General ManagerJonna Damanik

Redaktur EksekutifNestor Rico Tambunan

KonsultanYunanto Ali, HandoyoSinta Nuriah WahidMohamad Sobary, Jefri Fernando

RedakturIrwan Dwi KustantoAria IndrawatiMila K. KamilPurnama Ningsih

KontributorAndhika Puspita Dewi (Semarang)Fadjar Sodiq (Bandung)Jerry Omona (Papua)Muhlis Suhaeri (Pontianak)Yovinus Guntur (Surabaya)Bambang Prasetyo (Bandung)

Redaktur BahasaArwani

Redaktur KreatifEmilia Susiati

Fotografer Adrian Mulja

IlustratorDidi Purnomo

PemasaranSigit D. Pratama

AdministrasiEka Rosdiana

Distribusi dan SirkulasiJonna DamanikBerliaman HalohoPT Trubus Media SwadayaJl Gunung Sahari III/7Jakarta Pusat 10610

PenerbitPT Diffa Swara MediaYayasan Mitra Netra

PercetakanPT Penebar Swadaya

Alamat RedaksiJl. Salemba Tengah No. 39 BB Lt. 2 Jakarta Pusat 12430

Telepon 62 21 44278887Faxs 62 21 3928562e-mail: [email protected]

DALAM sebuah pertemuan di Yogyakarta dengan sejumlah orang yang

peduli pada masa depan yang lebih baik bagi Indonesia, tercetus ide dari

salah seorang peserta untuk turut memikirkan nasib komunitas penyan-­

dang disabilitas sebagai bagian dari masyarakat. Mereka selama ini jarang

terpikirkan dalam kegiatan-­kegiatan semacam itu. Berbagai persoalan

sosial, ekonomi, politik yang melanda bangsa kita sepertinya menyita seluruh perhatian

dan energi berbagai kelompok dan individu yang peduli pada nasib bangsa. Tentu, kondisi

ini bukan karena kesengajaan, melainkan lebih karena persoalan komunitas penyandang

disabilitas di negara kita memang telah terpinggirkan demikian jauh selama berpuluh

atau mungkin beratus tahun. Komunitas penyandang disabilitas seakan terlempar dari

lingkara n kehidupan yang dibatasi tembok pemisah normal dan tidak normal.

Penyandang disabilitas tak bisa masuk ke dalam rumah besar sebuah peradaban

masyarakat karena rumah itu sudah terpagari oleh pemahaman yang salah tentang makna

normal dan tidak normal. Penyandang disabilitas dianggap tidak normal dalam konstruksi

sosial-­budaya banyak masyarakat di berbagai belahan dunia. Pemahaman ini yang kemu-­

dian secara luar biasa menyingkirkan penyandang disabilitas dari arus utama kehidupan

masyarakat. Ukuran kenormalan yang dipakai umumnya berdasarkan keutuhan kondisi

kemanusiaan yang seharusnya menjadi alat ukur utama kenormalan seseorang akhirnya

terbengkalai. Teronggok hingga berkarat di gudang pengap dan gelap rumah besar peradab-­

an itu.

Rumah peradaban akhirnya justru membunuh kemanusiaan sebagai jantung per-­

Rumah di mana para penyandang disabilitas mendapat tempat sebagai sesama manusia

tidak serta merta mengakibatkan turunnya harkat dan martabat. Kebaikan hati yang tulus

masyarakat tak juga membuka pintu rumah peradaban mereka bagi para penyandang di-­

sabilitas. Padahal, jika rumah peradaban itu juga menjadi rumah besar penyandang disabili-­

tas, banyak hal bisa menjadi lebih baik.

kembali jika kita menjadikan rumah peradaban kita sebagai rumah besar penyandang

disabilitas. Kita tak pernah tahu betapa sebenarnya telah begitu lama kita kehilangan hati

mun kita tetap bisa menghidupkan nati nurani meski kita sudah membunuhnya ratusan

besar penyandang disabilitas.

FX Rudy Gunawan

diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Motivator tanpa Lengan dan Kaki

S E T A R A D A L A M K E B E R A G A M A Ndi!a

Kamila Andini & Michael: “Tu-han Itu Ajaib,” h.06

Media Dunia Disabilitas

PerpustakaanRamah Disabilitas h.27

PendidikanInklusi dalamRealitas h.32

BONUS:Audio CD

Nick Vujinic

No. 14 -‐ Februari 2012 Rp 21.500,-‐

dummy diffa_14 baru.indd 3 1/21/12 12:27 AM

Page 4: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

sambung rasa

04 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Diffa untuk Indonesia

kepada saya tentang disabilitas dan membuat saya lebih mengerti tentang disabilitas walau-­

kesempatan pertamakali bagi saya untuk beker-­jasama dengan disabel secara langsung dan saya membuat event tersebut dengan harapan akan menjadikan galeri-­galeri umum lain khusus-­nya di Yogyakarta berpikir untuk menyediakan sarana yang aksesibel bagi disabilitas, semacam

-­mui, bukan hanya di toko buku besar, tapi dapat ditemukan dimana-­mana agar majalah yang

disabilitas ini semakin mudah dijangkau. Teri-­makasih saya atas nama Metropolelightberry

tentu saja agar semakin banyak orang yang per-­duli dengan disabilitas.

Theresia Agustina Sitompul

Did

i Pur

nom

o

dummy diffa_14 baru.indd 4 1/21/12 12:27 AM

Page 5: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

daftar isi

05diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Langkah-langkah Mandiri Kalangan Disabilitas 09

Cahaya di Tengah Kegelapan

16Semangat Kesetaraan Disabilitas

dalam Seni 20

sosokMusikus Arranger Tunanetra 24

kolom mas bejo Kosong itu Isi, Terbatas itu Tak

Terbatas 30

persepsiPendidikan Inklusif dalam

Realitas 32

sudut pandangEkspresi Perjuangan dari

Paralympic 35

apresiasi 38jejak 39puisi 44konsultasi pendidikan 46bingkai bisnis 50bugar 54inklusif 56pindai 60bisikan angin 64biografi 66cermor 69pelangi 70

dummy diffa_14 baru.indd 5 1/21/12 12:27 AM

Page 6: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

cerita sampul

06 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Tuhan Itu Ajaib

MICHAEL Antoni masih harus men-­

jalani terapi saat dijemput untuk

Rekor Muri untuk pianis tunanetra

dan autis termuda dalam memainkan

jalani terapi sejak usia balita hingga kini usianya 9 tahun.

Tahap-­tahap perkembangan diri Michael sebagai anak

dwituna (tunanetra dan autis) memang harus didampingi

terus oleh para terapis. Tapi dengan cara itu Tuhan justru

nia bakat istimewa sebagai pianis. Tuhan itu ajaib. Michael

Michael sudah akrab dengan piano sejak dalam kan-­

dungan. Kakak perempuan Michael yang berbeda usia

ketika Michael dalam kandungan, sang ibu,

Mentalia Kurnia, harus terus menemani

latihan dan ujian piano Christin,

kakak Michael. Itulah perkenalan

dini Michael dengan piano. Den-­

ting piano klasik sudah merasuk ke

dalam dirinya sejak ia masih janin.

Mi-­ chael yang kemudian

lahir sebagai bayi

tunanetra dan juga

autis, awalnya ten-­

tu membuat shock

ayah, Kwok Kwong

Ting, dan sang ibu

mau tak mau harus

menerima kenyataan

itu. Tentu ini bukan

hal mudah bagi

orang tua mana pun.

Perlu perjuangan

dan proses panjang

Foto

: Sig

it D

Pra

tam

a

06 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

dummy diffa_14 baru.indd 6 1/21/12 12:27 AM

Page 7: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

07diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

untuk sampai pada tahap menerima kenyataan itu.

langsung meluncur menuju lokasi pemotretan. Kamila

Andini, sutradara muda perempuan yang tengah naik daun,

sudah menunggu. Ya, Michael bakal berpasangan dengan

an dulu, ya. Aku Mbak Dini,” sapa Dini ramah. Lalu tanpa

canggung Dini meraih tangan Michael dan menggeng-­

dengan ramah meski wajahnya terlihat capek seusai terapi.

Mirror Never Lies, tersenyum senang

mendapat jawaban Michael. Film yang menjadi debut

pertama Dini itu telah mendapat banyak penghargaan di

Entah karena ketulusan hati Dini atau karena kepolosan

jiwa Michael, keduanya langsung akrab. Michael bahkan

terlihat langsung mau bermanja-­manja pada Dini. Anak

yang sehari-­hari selalu disibukkan belajar piano, terapi, dan

melihat cantiknya Dini lewat mata hatinya sehingga jadi

ingin segera memasuki masa puber.

ini, memang anak yang tak menyusahkan orang tuanya.

Ia bisa diajak bicara dan diberi pengertian untuk keingin-­

an-­keinginan yang tak diizinkan orang tuanya. Meski

kadang ia juga protes dengan bersikap diam membisu. Tapi

sekarang masih susah adalah membuat Michael bicara jika

ia ingin makan, pipis, atau buang air besar,” tutur ibunya.

Jadi, kalau tidak ditanya, Michael bisa tahan seharian tidak

makan, tidak pipis, dan tidak buang air besar. Itulah sebab-­

nya kedua orang tua Michael tidak boleh lupa bertanya tiga

hal penting itu. Jika terlupa, jelas Michael bisa sakit perut,

baik karena lapar maupun karena menahan lapar. Atau bisa

juga esoknya harus menjemur kasur jika lupa menanyakan

sudah pipis atau belum.

dalam acara Indonesia Pusaka Competition untuk bermain

piano solo di depan Presiden Yudhoyono pada Desember

ra dan para pemenang serta peserta lainnya diundang oleh

Presiden. Di acara itulah Michael unjuk kebolehan se bagai

pianis tunanetra dan autis berusia 9 tahun tapi dengan

keajaiban Tuhan,” tutur sang ibu penuh rasa syukur. Me-­

nondisabilitas saja sangat susah, tapi jemari Michael bisa

menyatu dengan sonata itu meski tak bisa melihat seperti

apa bentuk tuts piano. Itulah keajaiban nyata yang siang itu

juga merasakan hal itu. Keajaiban itu juga dirasakan Kamila

Andini siang itu.

Frg

dummy diffa_14 baru.indd 7 1/21/12 12:28 AM

Page 8: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

piranti

MAGNETIC double easel merupakan

alat melukis yang dilengkapi dengan

tempat krayon, dudukan yang praktis

berpola dua kuda-­kuda sangat mudah

digunakan bagi anak penyandang

tidak membuat berantakan.

Menurut Ketua Yayasan Autisma Indonesia dr Melly

halusnya jelek sekali,” katanya. Melukis dapat menyentuh

di atas kanvas. Kesulitan berinteraksi dan berkomunikasi

dengan dunia luar juga bisa disalurkan lewat karya ini.

menunjukkan dukungannya terhadap anak. Ditambah juga

bisa memupuk kepercayaan diri anak lewat hasil gore-­

san tangannya. Di sekitar kita, kata Melly, sesungguhnya

survei resmi yang menunjukkan prevalensinya.

Aryani menyebutkan, lewat sebuah studi baru-­baru ini, tim

ladelphia mengungkapkan, otak pada anak autis bereaksi

lebih lamban terhadap suara dibanding anak normal. Timo-­

thy Roberts, yang memimpin penelitian, menyebut kan

temuan ini mendukung bukti teori besar bahwa autisme

merupakan gangguan pada koneksivitas pada otak.

Alat melukis bagi autis Magnetic Double Easel ini meru-­

pakan salah satu dari kategori 10 Toys That Speak to Autism

versi jenis mainan Toys R Us.

Asrini Mahdia

Alat Lukis Anak Autis: Magnetic Double Easel

08 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

dummy diffa_14 baru.indd 8 1/21/12 12:28 AM

Page 9: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

retina

09diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Langkah-langkah Mandiri Kalangan

Disabilitas

Kita harus jujur, di negeri kita yang berdasar

Pancasila ini upaya-‐upaya pertolongan dan kemajuan

yang dicapai kalangan disabilitas lebih banyak dilakukan lembaga atau

organisasi swasta. Peran-‐peran lembaga atau

organisasi non-‐pemerintah ini lebih sering lebih

“bunyi” dan bermanfaat secara nyata. Fo

to: S

igit

D P

rata

ma

09diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

dummy diffa_14 baru.indd 9 1/21/12 12:28 AM

Page 10: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

10 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Foto

: Adr

ian

Mul

ya

Dok

Fot

o: S

IGA

P

dummy diffa_14 baru.indd 10 1/21/12 12:28 AM

Page 11: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

11diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

PENANGANAN dan pelayanan untuk penyandang disabilitas di

Indonesia tidak hanya dilakukan lembaga atau organisasi resmi

seperti PPCI (Persatuan Penyandang Cacat Indonesia) dan ber bagai

organisasi cabangnya, misalnya Pertuni (Persatuan Tunanetra

Indonesia). Tapi juga oleh lembaga-­lembaga non-­pemerintah seperti

tunarungu), dan banyak organisasi lain.

namun namun cukup berperan dalam pemberdayaan masyarakat disabilitas. Ini

sebagian dari mereka.

BILiC, Bandung Bandung Independent Living Center (BILiC) adalah lembaga swadaya yang

mengetahui dan memahami kebutuhannya. Berani mengungkapkan ide dan

keinginan dan mau melakukan ide tersebut. Dengan demikian mereka menjadi

percaya diri dan mandiri sesuai kondisi masing-­masing.

Upaya penguatan penyandang disabilitas ini dilakukan dengan peer con-­

selling atau peer support

supporter

visor. Baik relawan supporter, maupun supervisor harus melalui pelatihan yang

Foto

: Sig

it D

Pra

tam

a

dummy diffa_14 baru.indd 11 1/21/12 12:28 AM

Page 12: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

12 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

sahabat untuk sahabat” ini, upaya

membangun kemandirian para pe-­

karena ada kesamaan kondisi pendu-­

kung dan yang didukung. Kondisi ini

juga membuat keluarga penyandang

disabilitas lebih terbuka dan percaya.

mendapat kesempatan belajar tentang

kembali, Cucu, yang penyandang

tunadaksa kaki, merintis gerakan Inde-­

pendent Living bersama beberapa te-­

man, antara lain Faisal Rusdi, seorang

penyandang celebral palsy yang

Faisal, yang kini menjadi suami-­istri,

bergantian jadi Ketua BILiC, sebelum

menyangkut penyandang disabilitas

bersama organisasi lain bergerak di

bidang kecacatan, seperti PPCI, Per-­

tuni, dan sebagainya. Karena itu, BILiC

tidak hanya dikenal luas di kawasan

Bandung atau Jawa Barat, tapi juga di

tingkat nasional, bahkan regional.

kan pelatihan peer counseling atau

peer support secara alamiah dan rutin

melaksanakan home peer support.

BILiC bermarkas di rumah tinggal Yati

sudah berapa banyak penyandang

disabilitas yang tercerahkan lewat ge-­

rakan independent living BILiC ini.

Mimi Institute, Jakarta Mimi Institue didirikan Dra. V.L.

yang sudah lama banyak berkiprah di

dunia disabilitas. Mimi antara lain ikut

Ia juga pendiri dan ketua pertama

Penyandang tunanetra pemegang

gelar master dari UI dan Leeds Univer-­

sity, Inggeris, ini memang memiliki

keinginan besar untuk menciptakan

orang menerima penyandang disa-­

bilitas sebagai bagian dari keragaman

dalam masyarakat Indonesia. Untuk

itu pula ia mendirikan Mimi Institute,

Lewat lembaga yang bermarkas

Barat, Mimi membuat berbagai la-­

yanan dan modul-­modul dalam

rangka mainstreaming (pengarusuta-­

nya kegiatan kita ada tiga, konsultasi,

yang sedang menempuh studi dok-­

toral di Vrije Universiteit, Amsterdam,

Belanda ini.

Dalam kegiatan konsultasi,

Mimi Institute memberikan layanan

individu untuk keluarga yang memi-­

liki anggota penyandang disabilitas,

baik karena bawaan maupun aki-­

memberikan konseling kepada

orangtua yang punya anak cacat. Itu

anak diarahkan kemana. Atau yang

sudah dewasa, atau karena sakit atau

kecelakaan, bagaimana,” jelas Mimi.

Tujuannya, agar penyandang dis-­

abilitas lebih percaya diri, bisa melihat

sisi lain dari hidup mereka dalam

juga membuat program personality

development buat remaja, anak-­anak

muda. Ada pelatihan personality dan

terapi, lalu bagaimana mereka? Kita

bikin workshop, pelatihan-­pelatihan.

Pendidikan life skills,” lanjut Mimi.

Menurut Mimi, penyandang di-­

sabilitas harus di-­empowring.”Mereka

Foto

: Faj

ar S

odiq

Foto

: Adr

ian

Mul

ya

dummy diffa_14 baru.indd 12 1/21/12 12:28 AM

Page 13: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

13diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

“...melayani kebutu-‐

han pendidikan pe-‐

nyandang tuna netra

ganda bukanlah hal

yang tidak mung-‐

kin...”

harus berani, harus mau ngomong.

Kita tidak bisa meminta lingkungan

berubah, kalau orang cacatnya nggak

ngomong juga. Lewat program-­pro-­

gram training disability dan karier de-­

velopment, mereka jadi bisa ngomong.

Tapi kalau mereka sudah ngomong,

masyarakat tetap tidak berubah, juga

susah. Karena itu kita bikin juga train-­

ing untuk membangun awereness

masyarakat,” jelas Mimi.

Karena itu, Mimi Instute juga

modul-­modul edukasi untuk sekolah

atau universitas, lembaga, kantor-­

bertujuan meningkatkan kesadaran

masyarakat terhadap perbedaan

sebagai hal yang biasa untuk dihar-­

gai. Untuk sekolah misalnya, me-­

reka menyediakan pelatihan modul

anak-­anak special need. Kita ajukan

edukasi, training-­training, ada parent-­

ing school,” jelas Mimi.

Dalam rangka membangun ke-­

percayaan diri penyandang disabilitas

dan pengertian masyarakat ini, Mimi

Instute juga melakukan publikasi,

antara lain menerbitkan buku-­buku.

melakukan program kegiatan dengan

tujuan yang sama. Contohnya, pem-­

penyandang disabilitas. Pendirian

memperkenalkan dan mendekatkan

masyarakat untuk lebih mengenal du-­

nia disabilitas. Juga sebagai eksprimen

pelajaran kepada para penyandang

disabilitas untuk memahami bagaima-­

Mainstreaming itu harus

dilakukan terus menerus, tidak putus-­

putus,” ujar Mimi. Dan ia yakin, semua

itu ada hasil.

Foto

: Adr

ian

Mul

ya

Foto

: Sig

it D

Pra

tam

a

13diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

dummy diffa_14 baru.indd 13 1/21/12 12:28 AM

Page 14: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

14 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

SIGAP, YogyaPenyandang disabilitas sering

dipandang sebelah mata. Karena itu,

aksesbilitas layanan publik, kesehatan

hingga jaminan sosial untuk me-­

reka dari pemerintah sangat minim.

Untuk menjawab persoalan ini, tahun

bersama tiga teman;; Joni Yulianto,

atau pertemuan, kami urunan. Tahun

bangun kegiatan advokasi. Program

awalnya edukasi publik dan peman-­

pelatihan kepada para penyandang

disabilitas untuk menjadi pemantau

jauh pelanggaran merugikan hak poli-­

di bidang pendidikan. Dalam ren-­

nung Kidul, dengan tujuan agar anak-­

anak pada umumnya memiliki dan

kan advokasi menolak diskriminasi

mencabut persyaratan dalam ujian

masuk, yaitu ‘tidak mempunyai cacat

tubuh dan ketunaan lain yang dapat

menganggu proses belajar mengajar

pemerintah sering kalah langkah dan terkesan kurang mengerti disabilitas ketimbang

lembaga swasta ...

Foto

: Sig

it D

Pra

tam

a

dummy diffa_14 baru.indd 14 1/21/12 12:28 AM

Page 15: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

15diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

halaman iklan

itu kami melakukan aksi protes dan

mengirim surat pengaduan ke Kom-­

pada layanan publik halte bus trans

kan sosialisi hak disabilitas dengan

menerbitkan majalah dwi-­bulanan

dan promosi hak disabilitas.

Antara Mimpi dan Kenyataan. Buku

ini berisi kisah para disabilitas, yang

menunjukkan para disabilitas bukan-­

lah sosok buruk yang tidak memiliki

kemampuan. Tujuannya, memberi-­

kan edukasi kepada masyarakat agar

merubah mindset-­nya tentang kaum

dissabilitas.

Kegiatan lainnya adalah melaku-­

kan training dan empowerment,

antara lain membuat kurikulum dan

modul untuk pelatihan di tingkat

an untuk pejabat publik sangat pent-­

ing, mengingat mereka inilah para

eksekutor kebijakan daerah. Dengan

demikian diharapkaan para pejabat

publik mampu membuat kebijakan

delapan tahun, advokasi dan sosialiasi

memberi implikasi pada perubahan

kebijakan, akses layanan publik dan

berpengaruh pada kebijakan pe me ri-­

n tah. Misalnya pada proses pemenu-­

han layanan kesehatan dan sosial.

Dalam bidang pendidikan, sekolah

inklusi juga mulai tumbuh. Diharap-­

kan seiring perkembangan, mindset

masyarakat makin bisa berubah,” ujar

Di bidang aksesbilitas pelayanan

sudah akes, mal juga sudah. Yang

melakukan program penelitian dan ri-­

riset aksesbilitas, dan berbagai kegiatan

yang berkaitan, seperti memproduksi

disabilitas.

Dalam program pemberdayaan,

an di dusun-­dusun, dan pendam-­

pingan penyandang disabilitas korban

kekerasan dan diskriminasi. Di bidang

penyandang disabilitas mendapatkan

hak keseteraan dalam mengenyam

pendidikan. Dalam pemberdayaan

pelatihan-­ pelatihan kewirausahaan

untuk meningkatkan tingkat ekonomi

para penyandang disabilitas. Lang-­

kah-­langkah yang sangat realis dan

Pelajaran untuk Pemerintah Masih banyak gerakan lembaga

atau organisasi lain dalam bidang

pemberdayaan disabilitas atau penya-­

daran masyarakat, di berbagai jenis

tunadaksa, tunarungu, tunarungu,

hingga autis.

pembinaan dan pengembangan olah-­

ini hasil gagasan Ibu Aryanto dari

Asih Budi dengan ahli dari Fakultas

memberikan kepercayaan diri, belajar

disiplin dan sehat melalui olahraga.

Tapi kemudian berkembang de ngan

pesat. Prestasinya mendapat pen-­

gakuan, baik di tingkat nasional,

regional, maupun internasional.

penyandang tunagrahita, sejak yang

terakhir di Athena, Yunani, Juni lalu,

dan selalu berprestasi bagus. Dalam

nisasi yang independen, meskipun

mendapat bantuan dari Kemenpora.

Contoh lain adalah United Cere-­

menyalurkan kursi roda gratis kepada

para penyandang disabilitas di seluruh

Indonesia. Lembaga yang dipimpin

tunadaksa kursi roda, master lulusan

gratis atas bantuan sponsor-­sponsor

yang dicari sendiri.

Kita harus, jujur pemerintah justru

sering kalah langkah dari organisasi

atau lembaga kecil yang mandiri ini.

Bukan hanya lebih lambat, bahkan

sering terkesan kurang mengerti kebu-­

tuhan disabilitas, termasuk lembaga

pemerintah yang berkaitan, seperti

Pendidikan.

Kalaupun kalah gesit, sebenarnya

tidak apa, asal memiliki rasa tanggung

jawab. Pemerintah tinggal mengadop-­

si gerakan atau layanan yang sudah

berjalan baik ini. Atau, program tetap

dijalankan lembaga swasta, pemerin-­

tah mendukung dengan kebijakan dan

dana. Kita masih perlu belajar lebih

banyak.

* Nestor -‐ Fajar

dummy diffa_14 baru.indd 15 1/21/12 12:28 AM

Page 16: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

empati

16 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Masyarakat dan Penyandang Disabilitas

Sama-sama Masih Perlu Didik

DRA.

penyandang disabilitas yang tak pernah henti berbuat.

ini mendirikan Mimi Institute, yang bergerak dibidang pengarusutamaan

(mainstreaming) disabilitas.

Apa lagi yang masih berkecamuk dalam benak dan ingin dilakukan kan-­

didat doktor ini? Berikut petikan percakapan dengan diffa.

Visi Mimi Institute itu apa sebenarnya? Mainstreaming. Kegiatan edukasi sehingga masyarakat bisa mendapat-­

jauh lebih ramah saat berinteraksi dengan orang-­orang penyandang cacat.

untuk meningkatkan semangat juang dan kemandirian dalam membantu

diri mereka saat berinteraksi dengan masyarakat.

Kegiatannya apa saja?Kegiatan ada tiga, konsultasi, edukasi dan publikasi. Konsultasi itu kon-­

seling untuk orangtua yang punya anak disabilitas, mau diarahkan kemana,

dan sebagainya. Atau mungkin sudah dewasa, karena sakit atau kecelakaan.

Mimi Mariani Lusli

Atau konsultasi ke sekolahan. Di sekolah-­

sekolah kan ada anak-­anak special need.

Kita ajukan edukasi, training-­training, ter-­

masuk untuk orangtua, parenting school.

Edukasi, ada workshop, pelatihan-­

pelatihan. Pendidikan life skills. Ada

program personality development buat

remaja, anak-­anak muda. Ada pelatihan

personality

mereka? Publikasi, antara lain bikin buku.

Karena buku tentang disabilitas itu sedikit.

Kenapa memilih itu?Karena saya tertarik dan suka de-­

ngan perubahan perilaku. Bukan hanya

masyarakat, orang cacatnya juga harus

ngomong. Ulang dong, aku nggak ngerti.

Kalau ngomong sama aku, jangan ngang-­

harus berani ngomong begitu. Kita tidak

bisa meminta lingkungan berubah, kalau

orang cacatnya nggak mau ngomong.

Lewat program-­program training dan

karier development, atau paket-­paket

training, mereka bisa ngomong. Tapi kalau

mereka sudah ngomong, masyarakat tetap

tidak berubah, juga susah. Karena itu kita

bikin juga training untuk membangun

awereness masyarakat.

Pemahaman masyarakat kita memang masih parah?

senang kunjungan ke panti, bawa-­bawa

apa, ulang tahun bareng, bawa pakaian

layak pakai. Anak-­anak dihibur, ditepuk-­

tepuk, diberi sesuatu. Bawa alat mandi, alat

makan dan sebaginya. Tidak ada indi-­

kasi yang

sudah berbuat sesuatu sesuatu. Tapi after

that

sumbangan, minta tolong, oh, saya sudah

pernah.

sebenarnya bagus. Mau bantu. Tapi main

dummy diffa_14 baru.indd 16 1/21/12 12:28 AM

Page 17: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

17diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Foto

: Sig

it D

Pra

tam

a

dummy diffa_14 baru.indd 17 1/21/12 12:28 AM

Page 18: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

18 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

pegang, main tarik, karena nggak

ngerti. Karena itu, bagaimana

caranya untuk mendidik ma-­

syarakat itu. Mimi Institute bikin

modul-­modul. Kita masuk ke

sekolah. Kita bilang, kami punya

modul. Modul ini sangat erat de-­

ngan pendidikan nilai. Kita bisa

masuk ke pelajaran agama, atau

merasa penting. Tapi ada yang

menolak.

Kenapa masyarakat kita begitu?

Antara lain buku. Di buku-­

buku luar negeri diajarkan, kalau

ketemu tunanetra, jangan terse-­

nyum, sapalah dia. Bukunya ada.

Buku-­buku bacaan kelas kecil.

akan tolong, kalau saya nggak

ngomong, please help me

mau jalan miring, dia akan hargai

saya. Begitu saya panik, anybody

can help me, orang akan datang.

Begitu juga kalau saya masak.

saya tidak minta tolong, dia tidak

akan bantu. Mau gosong kek, dia

nggak apa, nggak ngejek. Tapi be-­

gitu kita ngomong, can you help

me. Dia akan bantu. Bantu habis.

Mendidik seperti itu kan sebenarnya tugas pemerintah. Kan ada Kementerian Pendidikan?

Ah, capek dah. Buku kita

sudah ada, tapi belum bagus.

muncul lagi. Kuliah, lebih luar

biasa. Di semua jurusan pasti ada

satu semester tentang disability.

Ekonomi, law

semua universitas. Kalau dia kuliah di

hukum, satu semester pasti ada Law

and Disability. Kalau kuliah ekonomi,

ada Economy and Disability. Dia

ambil manajemen, ada Management

and Disability. Begitu mereka keluar

dari universitas, mereka sudah tahu,

punya pengetahuan yang betul. Cang-­

biasa. Butir-­butir Pancasila itu bagus

perilaku.

Mimi Institute yakin dengan langkah seperti ini?

Pelan. Mimi Institute itu

baru dua tahun. Kita memasarkan

modul-­modul. Ada modul untuk

kampus. Dulu ada modul untuk cus-­

tomer care. Dengan belajar disabilitas,

customer care dia akan lebih baik.

saya mau memberi training. Ini ada

ada orang cacat. Tapi, pernah nggak

orang cacat nabung di sini? Ibu tahu

harus ngapain? Kita harus membuka

pemahaman.

Seharusnya kan undang-‐undang berperan dalam hal itu. Ada kewajiban.

Kalau training saya tanya, tahu

biarlah urusan PPCI. Kita main di

kelurahan, main di keluarga, karena

mereka tinggal di situ, bukan di

lingkungan pemerintah. Kita perlu

tetangga. Bagaimana tetangga bisa

simple. Teman-­teman disabilitas

juga harus belajar supaya tidak perlu

minta. Tidak minta, tapi harus melaku-­

kan perubahan.

Kenapa memilih membuat cafe?

kita lakukan untuk meneliti. Kita

coba buka ini bekerja sama de-­

ngan pihak mal. Pihak mal cukup

berani menjawab ide ini. Kon-­

sepnya, sekaligus tempat ekspreri-­

men sistem teman-­teman kerja.

Mereka harus mengerti, begini lho

kerja. Teman-­teman belajar, ngerti

pekerjaan sesuai dengan ker-­

janya. Teman-­teman juga harus

belajar itu. Kalau dia mau kerja,

dia mau menerima pekerjaan itu,

ada aturan. Bekerja itu kayak apa

sebenarnya. Kulturnya kayak

apa. Ada bos, ada anak buah. Ini

ekperimen untuk sesuatu konsep.

Masyarakat juga belajar

hidup gelap. Beginilah kehidu-­

pan tunanetra. Ini harus mulai.

Mereka diajarkan, melihat itu

nggak mesti konsepnya mata.

Begitu mata nggak ada, bingung

kita. Padahal bisa mendengar,

bisa dengan tangan meraba. Jadi

konsepnya sederhana, bagaimana

membuat disabilitas itu dekat

dengan masyarakat.

Hasilnya bagaimana?Yang penting semua mendu-­

kung. Minggu-­minggu pertama

sekolah-­sekolah dekat sini. Tapi

masih dilihat sebagai wahana

permainan. Publikasi kita nggak

sampai. Tapi ada keuntungan lain.

Beberapa kelompok seni tampil

lima minggu berturut-­turut.

Mereka kurang kesempatan untuk

tampil. Kita beri kesempatan pada

mereka untuk mengisi panggung

dummy diffa_14 baru.indd 18 1/21/12 12:28 AM

Page 19: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

di depan. Mereka berusaha tampil baik.

Impian ke masa depan?Visi saya jauh ke depan. Isu

mainstream itu kan kita harus buat

isu yang dekat dengan masyarakat.

Misalnya konseling, bikin konseling di

mal. Karena masyarakat agak sung-­

kan bawa anak ke lembaga-­lembaga,

mungkin sambil jalan-­jalan di mal

mampir. Idealnya, ada satu tempat, ada

workshop.

Bisa rapat di sana. Ada publishing,

mimpi kali.

* Nestor

MIMI

sedang menempuh pendidikan doktoral di Vrije Universiteit, Amsterdam, Belanda.

Ia memilih topik disertasi tentang stigma, khususnya yang berkaitan dengan kusta, dengan

lokasi penelitian di Cirebon.

misalnya, juga pernah terlibat di Letisia, paduan suara penyandang disabilitas di

Dalam kegiatan panggung itu, sejumlah grup penyandang disabilitas berhasil

Foto

: Sig

it D

Pra

tam

a

19diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

dummy diffa_14 baru.indd 19 1/21/12 12:28 AM

Page 20: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

tapak

20 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

(DIS) Biennale Jogja XI

Semangat Kesetaraan Disabilitas dalam Seni

BIENNALE Jogja adalah

event senirupa dua tahunan

yang sudah berjalan sejak

seni yang cukup bergengsi

di Indoneisa. Event ini telah melahirkan

seniman-­seniman yang kini namanya

kali ini, yaitu adanya paralel event yang

secara istimewa melibatkan penyandang

disabilitas.

art space raksasa membentang di tengah

Alun-­alun Kidul kota Yogya, yang

terkenal dengan beringin kembar itu.

Art space yang terbuat dari bambu itu

dibuat Metropole-­lightberry, sebuah

komunitas beranggotakan seniman-­

seniman muda yang. Empat art space

unik ini khusus didirikan untuk mem-­

berikan ruang bagi hasil karya seni

anak-­anak penyandang disabilitas.

Ide brilian ini konon terlontar

begitu saja dari salah satu anggota

Metropolelightberry, yang ingin karya

anak-­anak dengan disabilitas dapat

dipamerkan dan hadir dalam ruang

dummy diffa_14 baru.indd 20 1/21/12 12:28 AM

Page 21: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

21diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

yang memiliki akses terhadap disabilitas. Ide itu kemudian diperjuangkan melalui

kita bisa membuat suatu yang megah, kenapa harus membuat sesuatu yang kecil

dan biasa-­biasa?” ujar Eko, salah seorang anggota Metropolelightberry yang hadir

dalam pertemuan. Mereka berjuang meyakinkan, hingga akhirnya gagasan itu

disetujui.

Lewat Workshop-­

man-­seniman Yogyakarta untuk memberikan materi workshop senirupa kepada

anak-­anak penyandang disabilitas. Metropolelightberry melaksanakan workshop

Yogyakarta.

teater, recycle

masing.

Pihak Metropole sebagai penyelenggara membagi-­bagi peserta, sehingga

Foto

: Sig

it D

Pra

tam

a

dummy diffa_14 baru.indd 21 1/21/12 12:28 AM

Page 22: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

22 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Foto

: Sig

it D

Pra

tam

a

dummy diffa_14 baru.indd 22 1/21/12 12:28 AM

Page 23: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

23diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

dalam satu bidang workshop terdapat

peserta dari bermacam ketunaan. Pem-­

beri materi terlebih dahulu mendis-­

kusikan dengan guru terkait mengenai

cara penyampaian materi yang bisa

diterima peserta dari berbagai ketu-­

naan tersebut.

Penuh AntusiasmeBanyak kejadian yang tidak

terduga dari proses workshop. Pathub

mengajarkan menggambar dengan

menggunakan sikat gigi bekas, meng-­

ungkapkan, mengajar penyandang

disabilitas membutuhkan perhatian

dan kesabaran. Tapi Pathub mengaku

sangat tersentuh dan haru melihat

antusiasme para peserta.

lompok thedeomixblood mengajarkan

membuat mainan dari menggunakan

tepung dan mainan bekas. Menurut

anggota thedeo yang memberikan

materi, mereka sangat terkejut dengan

penerimaan dan karya yang dibuat

murid-­murid disable. Kelompok Teapot

Experience memberikan materi seni

seniman-­seniman di atas, Tari dan Ayi

dari Teapot Experience juga mengaku

surprise melihat imajinasi yang tertu-­

ang dalam karya anak-­anak itu.

dan Andre Yandi memberikan materi

pembuatan skenario hingga praktek

langsung menggunakan media rekam.

seni tari.

Kesulitan komunikasi antara

pemberi materi dan peserta peserta

penyandang disabilitas pada akhirnya

menjadikan seni itu sendiri sebagai

bahasa universal dalam mengkomuni-­

kasikan ide dan imajinasi. Itulah yang

pada akhirnya membuat seniman-­

seniman pemberi materi merasakan

semangat yang besar.

Makna Pameran [DIS] -­

lain, dengan penampilan karya tari

yang dibawakan teman-­teman pe-­

nyandang disabilitas yang sebelumnya

ikut workshop.

selama satu minggu, menarik perha-­

tian banyak kalangan, termasuk pen-­

cinta seni, budayawan dan masyarakat

umum. Mengharukan. Karya-­karya

seni penyandang disabilitas, yang

dipentaskan di art space-­art space

bambu di Alun-­alun Kidul kota Yogya

itu bagai sebuah panggung yang ber-­

contoh pengakuan bahwa kalangan

disabilitas memiliki kemampuan yang

dalam menciptakan karya seni.

dari Rep. Ceko. Itu seperti menunjuk-­

kan, karya-­karya penyandang disabili-­

tas pantas disejajarkan dengan karya

seni siapa saja. Metropolelightberry,

kelompok seniman muda yang berang-­

gotakan Iqi Qoror, Theresia Agustina,

Eko Bambang, dan Farhan Adityasma-­

ra, serta beberapa kawan mereka yang

pantas diberi ucapan terimakasih.

yang sangat istimewa telah saya

peroleh saat bekerja dan belajar ber-­

sama teman-­teman disabel. Mereka

menekankan, betapa seni memang

untuk semua. Tidak ada pembatas

bagi siapapun dalam mewujudkan

karya dari imajinasi.

jadi sebuah acara besar dengan

konsep mendasar kesetaraan dalam

berkarya bagi semua kalangan.

Langkah yang dilakukan seniman-­

seniman muda Metropolelight-­

berry ini sebuah karya bernilai

kemanusiaan yang tidak ternilai.

Karena didasari pengertian, em-­

pati, dan keinginan untuk berbuat.

Pemahaman atas kesetaraan dalam

* Sigit D. Pratama

dummy diffa_14 baru.indd 23 1/21/12 12:28 AM

Page 24: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

ENDRA seorang pe-­

nyandang tunane-­

tra. Tapi ia seorang

musisi, arranger,

dan entertainer

yang yang sering bekerjasama dengan

komposer kenamaan seperti Erwin

sering manggung bersama musisi-­

musisi jazz ternama Indonesia seperti

Ia juga sudah pernah manggung di

kan hingga Belanda.

beberapa anak tunanetra dan tuna-­

bersama para musikus penyandang

disabilitas itu mengiring Ariel dan

beberapa artis lain dengan memukau.

Penampilan anak-­anak tunadaksa

yang masih kecil dan lucu itu men-­

gundang haru. Tapi tak kalah memu-­

kau adalah ketika penyanyi tunanetra

asih Cinta” yang musiknya diaranse-­

Gitar dari Paman

meng anggap keterbatasannya itu

main, sehingga ia sering jatuh dan

terbentur.

membawakan gitar dan mengajarinya

baru lima tahun. Apa yang terjadi?

Dua tahun berikutnya, saat ia berusia

kan gitar sambil menyanyikan lagu

di lingkungan rumahnya. Ketika itu,

diffa edisi 14 -‐ Februari 201224

sosok

Musikus dan Arranger Tunanetra

Hendra Jatmika

Foto

: Sig

it D

Pra

tam

a

dummy diffa_14 baru.indd 24 1/21/12 12:28 AM

Page 25: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

Purba sedang populer dengan lagu

sambutan hangat.

Bermodal gitar hadiah dari

perjalanan karirnya sebagai musisi.

Ia mencanangkan cita-­cita menjadi

musisi multiplayer, yang mampu me-­

mainkan berbagai alat musik. Dengan

keterbatasan penglihatannya, ia bela-­

jar memainkan piano, gitar, drum, dan

bass. Ia belajar sendiri, tanpa seorang

guru, dengan hanya mengasah pen-­

dengaran, termasuk belajar partitur

angka dan balok.

menyenangkan,” katanya. Rasa

senang, percaya diri, dan tidak takut

salah jadi pendorong semangat dan

kemampuannya. Ia memang orang

alami dulu ketika bersekolah maupun

kuliah, tetapi aku menganggap itu

biasa aja,” tulisnya di blognya.

ia lolos ujian masuk perguruan tinggi

negeri, di IKIP (sekarang UPI) Ban-­

dung. Ia memilih Jurusan Pendidikan

ekonomi dan keinginan untuk bisa

mandiri, mendorongnya meninggal-­

kan kampus. Padahal, ia tinggal me-­

dari kuliah adalah bekerja?” tanyanya.

Ia juga pernah bekerja sebagai kru di

sebuah studio musik. Ketika bekerja di

teknik miking dan lain-­lain.

Mengenal Musik Digital

tak mampu ia lakukan karena keter-­

batasan penglihatan adalah belajar

komputer. Tapi selalu ada jalan. Tahun

seperangkat komputer. Dengan ban-­

merasa berterimakasih, seperti juga

ia berterima kasih pada Robert Moog

yang menciptakan synthesizer dengan

teknologi MIDI (Musical Instrumen

produksi bunyi dalam bentuk sinyal.

MIDI membuka revolusi di bidang

teknologi musik digital.

bisa merekam suara akustik gitar, bass,

keyboard, dan mengotak-­atik bunyi

bisa berselancar ke dunia maya men-­

musik digital terbaru. Ia banyak belajar

dan mulai terjun secara serius kedalam

peroleh dengan menabung. Tidak ada

yang saya peroleh dari minta,” tu-­

turnya.

jadi seorang penata musik. Kenapa?

Kalau jadi musisi atau penyanyi, ia

nanti direpotkan dengan penampilan

di atas panggung,” ujarnya. Ia tak mau,

misalnya, karena ketunanetraannya ia

tersandung, dan orang tertawa karena

latan yang ia miliki ia bisa menggali

banyak ide.

Membuat Rekaman

penyanyi tunanetra, yang pernah

bernyanyi di hadapan Ratu Beatrix.

mereka. Bersama mereka berusaha jadi

orangtua sebaik yang mereka bisa.

kah, seorang pengusaha dan dosen di

meminta dibuatkan aransemen lirik

ciptaannya. Dari situ, muncul piki-­

ran serius untuk membuat merekam.

Tapi rekaman membutuhkan vokalis.

Ak hirnya mereka memilih, penyanyi

Lantas berdirilah band yang diberi

nama Mahaguru, beranggotakan Ricky

(produser dan pemain gitar), Bonzo

(pemain bass), Michella (vokalis), serta

sekaligus pembuat aransemen. Awal-­

distributor independen. Tak berapa

lama, sebuah perusahaan rekaman

mengajak bergabung. Jadilah album

kini makin komplit. Ia menciptakan

aransemen untuk banyak pernyanyi,

menjadi guru musik, juga bermain

di panggung bersama musisi-­musisi

terkenal.

Bagaimana kemampuan musik

bisa disaksikan dari penampilan di

tayangan ulang tahun Indonesiar tadi.

Bahkan Ariel pun tampak respek pada

diffa edisi 14 -‐ Februari 2012DESEMBER 2011 25

dummy diffa_14 baru.indd 25 1/21/12 12:28 AM

Page 26: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

Impian Hari Esok

sangat dikenal di kalangan

musisi Bandung maupun Ja-­

ia merancang, memainkan,

merekam dan mengedit sendiri

aransemen musiknya di studio

itu dilengkapi komputer dengan

processor Quad Qore, converter

dan beberapa alat musik.

Menurutnya banyak cara yang tidak wajar yang digunakan un-­

tuk mempelajari komputer musik dan hal tersebut tidak menjadi ma-­

salah karena orang akan melihat hasil akhir sebagai seorang arranger

musik dan tidak akan melihat perjalanannya untuk mempelajari dan

dapaat menguasai komputer musik.

nesia sudah sangat baik dan cukup, bahkan dibandingkan dengan

kualitas hasil recording diluar negeri. Ia menggunakan software

script untuk

tunanetra, sehingga akan mudah jika ada rekan tunanetra yang ingin

mempelajari dan menguasai komputer musik.

kan musikalitasnya, ia ingin mengajak kawan-­kawan tunanetra lain

digital agar teman-­temannya tunanetra tidak berakhir jadi tukang

pijat. Menurutnya, penyandang disabilitas harus berusaha mengatasi

san orang,” ujarnya.

Pendapat itu berdasarkan apa yang telah ia rasakan dan lalui.

puter musik dapat menjadi celah berkarir bagi tunanetra,” lanjutnya.

berkebutuhan khusus sangat diperhatikan.” Bagus juga. Penyandang

disabilitas pun mampu dan berhak mengejar impian.

* Sigid D. Pratama

26 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

dummy diffa_14 baru.indd 26 1/21/12 12:28 AM

Page 27: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

Political Will Pemerintah India untuk Autisme

Perpustakaan Kampus yang Ramah Disabilitas

KAMPUS -­

dukung utama mahasiswa dalam belajar adalah perpustakaan.

memiliki hambatan penglihatan dapat mengakses layanan per-­

pustakaan di kampus?

Berikut cerita menarik bagaimana Universitas Malaya, Kuala Lumpur, Mala-­

ysia, membangun perpustakaan yang mengakomodasi kebutuhan khusus maha-­

siswa penyandang disabilitas.

Akses dan Ruang Khusus

pemandu” berwarna kuning mencolok di sisi kiri dan kanan jalan. Jika berjalan di

atasnya, tekstur timbul di jalur pemandu itu terasa kasar dan jelas. Jalur pemandu

ini dibuat dari pintu gerbang menuju unit-­unit gedung di universitas tersebut

pustakaan universitas.

Jalur pemandu ini memudahkan mahasiswa tunanetra melakukan mobilitas

di lingkungan universitas. Untuk menuju tempat-­tempat yang lebih tinggi, tak

ada tangga-­tangga. Yang tampak adalah jalan naik yang landai. Ini tentu memu-­

Catatan dari Malaysia

27diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

jendela

Foto

: Aria

Indr

awat

i

dummy diffa_14 baru.indd 27 1/21/12 12:28 AM

Page 28: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

jendela

dahkan pengguna kursi roda bermo-­

bilitas.

Di Malaysia, khususnya di

umumnya penyandang disabilitas

yang melanjutkan studi ke perguruan

tinggi merantau ke Kuala Lumpur.

Ada dua perguruan tinggi negeri yang

dipersiapkan menerima mahasiswa

penyandang disabilitas, salah satunya

Universitas Malaya.

Tiap jenis disabilitas dipenuhi ke-­

butuhan khususnya, termasuk dalam

layanan perpustakaan universitas. Di

perpustakaan, mahasiswa tunanetra

memiliki ruang belajar khusus. Untuk

belajar, selain menggunakan buku

Braille, mahasiswa tunanetra bisa

membaca buku dalam bentuk audio

serta menggunakan komputer dengan

layar. Keduanya bersuara dan diman-­

Pada saat tertentu, mahasiswa

jasa volunteer atau relawan yang

membantu membacakan buku-­

buku atau bahan kuliah lain. Untuk

memenuhi kebutuhan relawan,

perpustakaan menyediakan layanan

khusus. Ada petugas perpustakaan

yang membantu perekrutan dan

pendistribusian relawan. Mahasiswa

disabilitas yang memerlukan relawan

tersebut. Perpustakaan menyediakan

papan pengumuman khusus untuk

wal volunteer ini tersedia dalam dua

Agar para tunanetra dapat belajar

dengan nyaman dan tidak meng-­

ganggu pengguna perpustakaan lain,

perpustakaan universitas menye-­

diakan ruang-­ruang belajar khusus.

meter. Di dalamnya ada sebuah meja

dilengkapi rak dua tingkat, dua buah

kursi, serta alat untuk mendengarkan

buku audio. Pada pintu tertera nama

orang yang menggunakan ruangan

mahasiswa tunanetra di perpustakaan

Universitas Malaya. Mereka dapat

menggunakan ruang belajar khusus

ruang belajar disediakan untuk tiga

mahasiswa tunanetra yang kuliah di

gunakan ruangan yang lebih luas.

toral mendapatkan mendapat jatah

satu ruangan yang lebih kecil. Ruang

belajar ini sama seperti ruang pribadi

bagi mahasiswa pascasarjana.

Alat Bantu Teknologi Di antara semua jenis disabilitas,

satu-­satunya kelompok disabilitas

yang paling membutuhkan sarana

dan layanan khusus di perpustakaan

adalah tunanetra. Kebutuhan khusus

ini dipenuhi perpustakaan Universi-­

tas Malaya. Di perpustakaan tersedia

sebuah ruangan khusus (resource

room) yang menyediakan pelbagai

alat bantu teknologi untuk tunanetra.

Anggota perpustakaan yang tunanetra

tuhkan.

Untuk membantu tunanetra

mengakses katalog elektronik, per-­

pustakaan menyediakan dua komput-­

er dengan perangkat lunak pembaca

layar atau biasa disebut komputer

bicara. Untuk membantu tunanetra

Braille, perpustakaan menyediakan

alat bantu teknologi berupa komputer

bicara dan scanner yang dilengkapi

piranti lunak Optic Character Recog-­

nation

tunanetra. Jadi, jika ingin membaca

buku dalam cetakan biasa, dapat

memindai buku tersebut dan mem-­

baca dengan menggunakan komputer

bicara.

Braille embosser atau mesin

cetak Braille juga tersedia di ruangan

tersebut. Mahasiswa tunanetra yang

Braille dapat mencetaknya di ruang

khusus tersebut.

hasil perjuangan para mahasiswa

penyandang disabilitas. Di setiap uni-­

versitas yang menerima penyandang

disabilitas, para mahasiswa berkebu-­

tuhan khusus ini mendirikan asosiasi

mahasiswa penyandang disabilitas.

Melalui asosiasi ini mereka menjalin

komunikasi dengan otoritas kampus,

masikan kebutuhan khusus mereka.

Melalui wadah organisasi, perjuangan

Di Malaysia, di samping menik-­

mahasiswa penyandang disabilitas

juga mendapatkan subsidi rutin setiap

pun turut mengambil peran menye-­

diakan bantuan dana pendidikan

melalui program Corporate Social

Responsibility

khusus di pendidikan tinggi yang

disediakan bagi mahasiswa penyan-­

dang disabilitas, tampak pemerintah

Malaysia memiliki kesungguhan

dalam pemberdayaan warga negara

yang menyandang disabilitas. Pendi-­

dikan dasar memang penting dan pen-­

didikan tinggi adalah jalan strategis

menuju perubahan.

* Aria Indrawati

28 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

dummy diffa_14 baru.indd 28 1/21/12 12:28 AM

Page 29: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

29diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Foto

: Aria

Indr

awat

i

dummy diffa_14 baru.indd 29 1/21/12 12:28 AM

Page 30: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

30 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

kolom mas bejo

Kosong Itu Isi,

Terbatas Itu Tak

Terbatas

kolom Mas Bejo

DALAM kesunyian malam yang kuyup dan dingin seusai

diguyur hujan angin tiada henti, Mas Bejo merasakan se-­

buah keriuhan dalam hati dan kepala. Riuh seperti pohon-­

bebarapa menit, perasaan itu berganti menjadi suatu

kekosongan, yang anehnya justru terasa begitu penuh dan padat. Mengapa

kekosongan itu bisa terasa begitu penuh? Mas Bejo bertanya-­tanya sendiri.

Lantas mengapa pula kesunyian itu kok bisa terasa begitu riuh dalam diri?

Mas Bejo terbengong-­bengong sendiri. Lalu kantuk pun mendadak hilang.

Apa boleh buat, pikiran sudah tersulut, lebih baik bikin segelas kopi

dan menikmatinya sendirian di tengah kesunyian malam yang kuyup dan

dingin ini. Kebetulan malam Minggu pula. Barusan Mas Bejo terkantuk-­

kantuk saat asyik membaca Piramid, novel menarik dan bagus karya Ismail

tentang makna piramida di Mesir sebagai simbol kekuasaaan mutlak para

dan penguasaan total terhadap rakyat yang dimulai sejak konsep awalnya,

proses persiapan, pembangunan, sampai selesai dibangun. Ismail Kadare

Ismail beberapa kali masuk nominasi. Mas Bejo lantas ingat sastrawan besar

kita, mendiang Pramoedya Ananta Toer, satu-­satunya sastrawan Indonesia

juga telah menjadi penyandang disabilitas karena gangguan pendengaran.

Kesunyian pun menjadi bagian dari hidupnya. Mas Bejo membayangkan

yang dirasakan Pram pun sangat mungkin adalah kesunyian yang riuh.

jika beliau mungkin merasakan kekosongan, maka sangat mungkin keko-­

songan itu adalah kosong yang sangat penuh. Kosong yang sangat berisi.

kemudian muncul dalam karya-­karyanya. Ia dibatasi, dipenjarakan, di-­

asingkan di Pulau Buru, disiksa, dan dibuat hidup dalam serba keterbatasan.

hal-­hal yang tidak terbatas. Pramoedya adalah contoh dan bukti nyata

bahwa terbatas itu sebenarnya tak terbatas. Keterbatasan justru muasal dan

rahim bagi lahirnya ketakterbatasan. Karya-­karya besar hampir selalu lahir

dalam kondisi serba keterbatasan.

Keterbatasan yang dialami para penyandang disabilitas sangat nyata

dan sama beratnya dengan keterbatasan yang diciptakan kekuasaan bagi

seorang Pramoedya Ananta Toer. Pikiran Mas Bejo lantas melompat ke

disabilitas. Kondisi itu membuatnya sangat terbelenggu dalam keterbatasan.

OLEH

FX RUDY GUNAWAN

30 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

dummy diffa_14 baru.indd 30 1/21/12 12:28 AM

Page 31: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

31diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

justru kekosongan itu membuatnya menjadi sangat berisi.

Keterbatasannya justru membuatnya berhasil mema-­

suki dunia ketakterbatasan. Pikiran Mas Bejo juga

sahabat, almarhumah Ratna Indras-­

meninggalkan kita ini kondisinya

dang multi-­disabilitas yang harus

melewati hari-­harinya di kursi

roda dan terbelenggu berbagai

keterbatasan itu, sama hal-­

Indraswari terus menulis dan

menghasilkan ratusan cerpen

dan puluhan novel.

Weleh, weleh…. Kok bisa

hebat sekali pikiran Mas Bejo

malam ini, ya? Kesambet apa gerangan? Ah, mungkin

hanya pengaruh enaknya kopi Lampung yang harum. Atau jangan-­jangan

Mas Bejo juga mulai berhasil melangkah keluar dari keterbatasan dan mema-­

Who knows?! Ya, ya. Mengapa tidak?

Rumus kosong adalah isi, terbatas adalah tak terbatas ini berlaku umum bagi

siapa saja. Bagi semua manusia di muka bumi ini. Dan rumus ini adalah ru-­

mus ajaib yang nyata. Bukan tipu-­tipu atau muslihat orang pintar yang suka

menipu. Bukti kemujaraban rumus ini antara lain ada pada sosok-­sosok yang

Mas Bejo sebutkan di atas. Bukti lain bisa ditambahkan sebanyak yang Anda

suka. Ada banyak lagi penyandang disabilitas yang dalam keterbatasannya

berhasil melompat sangat jauh memasuki wilayah ketakterbatasan.

lompatan itu, tetap sama kualitasnya. Tetap merupakan sebuah bukti nyata.

das sudah. Jarum jam dinding di ruang tamu yang didalamnya bertuliskan

bejo tetap bejo. Itulah ungkapan syukur sekaligus keyakinan pada sang Ilahi

bahwa hidup harus selalu disyukuri. Dijalani dengan penuh rasa syukur.

adalah tak terbatas”. Tak ada lagi alasan untuk tidak mensyukuri hidup.

Dan malam itu Mas Bejo pun bermimpi sangat indah tentang masyarakat

disabilitas bisa mendapatkan semua hak asasi mereka.

FX Rudy Gunawan

Did

i Pur

nom

o

dummy diffa_14 baru.indd 31 1/21/12 12:28 AM

Page 32: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

persepsi

32 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Pendidikan Inklusif dalam RealitasM

EMBERIKAN

pendidikan

yang berkualitas

untuk semua

anak merupakan

tantangan paling berat sekaligus

merupakan isu sangat penting di

dunia pendidikan. Menyadari hal ini,

masyarakat dunia menyelenggara-­

dasar bagi semua anak di Thailand

(Education for All

menyimpulkan, antara lain, di banyak

negara:

(a) Kesempatan untuk mem-­

peroleh pendidikan masih terbatas

atau masih banyak orang yang belum

mendapat akses pendidikan;;

(b) Kelompok tertentu yang

terpinggirkan seperti penyandang

disabilitas, etnis minoritas, dan suku

terasing, masih terdiskriminasi dari

pendidikan bersama.

Konsep dan Spirit Pendidikan Inklusif

kan sebagai pendekatan dan strategi

untuk melawan diskriminasi dan

mencapai tujuan pendidikan untuk

semua (education for all).

Deklarasi di Thailand menegaskan,

telah terjadi kesenjangan pendidikan,

khususnya bagi kelompok tertentu

yang rentan akan diskriminasi dan

eksklusi. Kelompok tersebut adalah

anak perempuan, orang miskin, anak

jalanan dan anak pekerja, penduduk

pedesaan dan daerah terpencil, etnis

minoritas, dan secara khusus disebut-­

kan para penyandang disabilitas.

juangkan hak dasar anak untuk

memperoleh

pendidikan.

diberi kesempatan

untuk mencapai

tingkat penge-­

tahuan yang

wajar. Di samping

itu, setiap anak

mempunyai kara-­

kteristik, minat,

kemampuan, dan

kebutuhan belajar

yang berbeda-­

beda. Karena itu,

substansi pen-­

adalah bagaimana

mengubah sistem

pendidikan agar

dapat merespons

keberagaman

peserta didik.

Tujuannya agar

pendidik dan

peserta didik

merasa nyaman dalam keberagam-­

an. Keberagaman bukan dijadikan

masalah. Justru keragaman dilihat seb-­

agai tantangan dan pengayaan dalam

lingkungan belajar.

Mengingat luasnya sasaran yang

yaitu anak-­anak yang rentan terhadap

diskriminasi dari pendidikan, tulisan

Di Indonesia, pada dasarnya

tentang Perlindungan Anak.

diterbitkannya Peraturan Pemerintah

Juang Sunanto

Did

i Pur

nom

o

dummy diffa_14 baru.indd 32 1/21/12 12:28 AM

Page 33: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

33diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

garaan Pendidikan dan Peraturan

Kelainan dan Memiliki Potensi Kecer-­

Dari Terpisah ke Inklusif

negara, khususnya di Eropa, pendidik-­

an bagi anak dengan disabilitas telah

cukup lama diberikan di institusi yang

terpisah dalam bentuk sekolah khusus.

misahkan anak-­anak dengan disabili-­

tas dari anak-­anak pada umumnya.

Lebih khusus lagi, anak-­anak dengan

disabilitas yang sejenis disatukan di

sekolah yang sama. Dengan demikian

ada sekolah khusus anak tunanetra,

anak tunarungu, anak tunagrahita,

dan lain-­lain.

kan anak dengan disabilitas semacam

ini diyakini sebagai cara terbaik. Kare-­

na memiliki disabilitas yang sama,

mereka memiliki kebutuhan yang

sama pula sehingga harus dididik

de ngan cara dan alat-­alat yang sama.

Pandangan seperti itu kemudian di-­

anggap tidak tepat lagi sesuai dengan

perkembangan ilmu dan kebudayaan

yang lebih humanis. Pandangan

Dalam pandangan pendidikan

untuk mengakomodasi semua kebe-­

ragaman peserta didik. Disabilitas

ha rus dipahami sebagai salah satu

bentuk keberagaman. Dengan dis-­

abilitas, kemampuan dan kebutuhan

banyak negara, termasuk Indonesia,

telah cukup lama mempraktikkan

memisahkan pendidikan anak dengan

disabilitas dari anak pada umumnya,

sehingga untuk menerapkan pendi-­

pelaksanaannya memerlukan per-­

juangan dan kerja keras dari banyak

pihak.

Meningkatnya apresiasi terha-­

dap keberagaman dapat mengha-­

pus paradigma penyeragaman dan

penyamarataan. Perbedaan tidak lagi

dipandang sebagai penyimpangan

sehingga harus diperlakukan secera

kekayaan yang harus disyukuri. De-­

ngan demikian, sekolah seharusnya

mampu memberikan layanan kepada

anak dari berbagai keadaan harus be-­

lajar dan tumbuh dalam lingkungan

dan kemampuan bekerja bersama.

Strategi Utama Inklusif

ruh negara dan telah diterima sebagai

strategi untuk mewujudkan pendidik-­

an yang lebih manusiawi. Meskipun

demikian, strategi penerapannya san-­

gat beragam di tiap negara, meskipun

memiliki semangat yang sama.

bangsa Indonesia. Konsep pendidikan

tah mulai secara gencar memperke-­

berbagai program tentang pendidikan

Pendidikan, terutama di Direktorat

Pendidik an Dasar dan Menengah.

dikenal, Indonesia telah memiliki

program pendidikan integrasi atau

konseptual, pendidikan integrasi tak

sepenuhnya sama dengan pendidikan

yang sama, yaitu pengintegrasian

pelaksanaan pendidikan anak dengan

disabilitas dengan anak umum di seko-­

lah yang sama. Dengan pengalaman

di Indonesia dapat dianggap sebagai

pengembangan dari pendidikan inte-­

grasi.

Dalam implementasi pendidik an

ialisasi, dan rintisan. Regulasi opera-­

Didik yang Memiliki Kelainan dan

dilakukan tidak saja oleh pemerintah,

tetapi juga oleh masyarakat. Direktorat

pihak yang banyak melaksanakan

program rintisan untuk pendidikan

an di daerah.

Dalam praktik lapangan, guru

yang dianggap memiliki peran paling

penting dalam implementasi pendi-­

reguler harus melayani peserta didik

yang sangat beragam, termasuk anak

dengan disabilitas. Pelaksanan pembe-­

lajaran di kelas yang ada anak penyan-­

dang disabilitas seperti tunanetra atau

tunarungu, dirasakan sebagai tan ta-­

ng an yang paling berat bagi para guru

pada umumnya. Karena itu, mereka

perlu mendapat bantuan dari guru

khusus.

memiliki kompetensi untuk menanga-­

ni anak dengan disabilitas. Pada

yang ditempatkan di sekolah reguler

yang memiliki siswa penyandang

disabilitas terkait dengan pelaksanaan

dummy diffa_14 baru.indd 33 1/21/12 12:28 AM

Page 34: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

34 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

pendidikan integrasi. Pada saat itu,

sekarang ini, konsep dan keberadaan

masih relevan dengan pelaksanaan

tugas menyelenggarakan pendidikan

bagi anak dengan disabilitas, tetapi

diberikan tugas tambahan untuk

menopang sekolah reguler terdekat

dalam melayani anak dengan disabili-­

tas. Terkait konsep tersebut, beberapa

untuk mengembangkan diri menjadi

sebagai pusat sumber sebagai strategi

utama untuk mendukung pelaksa-­

kepada masyarakat, khususnya para

stake holder

kepada para calon guru dirasa memi-­

liki peran yang sangat strategis. Dalam

kesempatan pelatihan-­pelatihan guru,

dirasa masih sangat diperlukan.

terlaksana secara ideal. Masih ban-­

yak tantangan, baik secara konsep-­

tual maupun teknis, yang dihadapi.

Pemahaman yang benar tentang

stake holder

penentu berhasil atau tidaknya imple-­

man yang salah atau tidak tepat dapat

menimbulkan praktik yang salah atau

yang asal-­asalan akan berdampak

Pemahaman yang berbeda-­beda

dan praktik pendidikan yang meny-­

yang sesungguhnya. Karena itu,

yang berkepentingan perlu mendapat

perhatian dan perlu diupayakan

secara terencana dan sistematis.

Inklusi dalam PraktikJumlah sekolah yang menyeleng-­

bertambah. Ini merupakan indikator

makin membaiknya pemahaman dan

kepedulian sekolah tentang pendi-­

pemerintah, sekolah penyelenggara

banyak, khususnya sekolah-­sekolah

swasta. Tingkat inklusivitas yang ada

di sekolah-­sekolah penyelenggara

beragam.

Pada sekolah-­sekolah penye-­

ideal ditandai dengan kurikulum

didasarkan pada kemampuan indivi-­

du, setiap anak disediakan program

sesuai dengan kebutuhannya, dan

tor tersebut, kualitas pelaksanaan

dapat dinilai.

Laporan kisah sedih orang tua

yang kesulitan menyekolahkan

anaknya yang menyandang disabilitas

ke sekolah reguler masih sangat sering

kita jumpai. Penolakan sekolah atas

anak dengan disabilitas ini umumnya

karena tidak memiliki guru khusus,

kompetensi guru tidak memadai, tidak

memiliki alat khusus, dan adanya

penolakan dari orang tua murid lain.

Penolakan seperti ini menggambar-­

kan sikap dan pemahaman terhadap

Keberadaan guru pembimb-­

ing khusus di sekolah penyeleng-­

keharusan. Tanpa mereka, sebagian

besar sekolah tidak sanggup me-­

Keberadaan mereka masih dirasakan

menjadi masalah utama, khususnya

bagi sekolah yang lokasinya terlalu

tugas khusus. Penugasan khusus guru

salah, karena kebijakan tentang hal ini

belum berjalan semestinya.

pemerintah telah cukup memayungi

Masalah utamanya diduga bukan

keberadaan regulasinya, tetapi po-­

litical will para pelaksananya yang

dirasakan belum cukup, sehingga

Indonesia masih harus diperjuangkan.

*

Pendidikan inklusif belum terlaksana secara ideal . Masih banyak tantangan, baik secara konseptual maupun teknis...

dummy diffa_14 baru.indd 34 1/21/12 12:28 AM

Page 35: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

Pn

35diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

sudut pandang

Lontarkan lembingmu jauh-­jauh

Capai ujung cakrawala dunia

Mari bergandengan tangan erat

Satukan hati, pikiran dan energi

Lari, kayuh, atur strategimu

Atur langkah-­langkah bersama

Singkirkan keakuanmu, jadikan kebersamaan

Raih kemenangan demi kemenangan

Genggam erat hari esok yang lebih baik

frg

Ekspresi Perjuangan

dari Paralympic ASEAN di Solo

35diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

dummy diffa_14 baru.indd 35 1/21/12 12:28 AM

Page 36: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

Foto

-: R

izal

Adi

Dar

ma

36 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

dummy diffa_14 baru.indd 36 1/21/12 12:28 AM

Page 37: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

37diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

dummy diffa_14 baru.indd 37 1/21/12 12:28 AM

Page 38: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

38 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

apresiasi

Success Story Angkie Yudistia

Judul : Perempuan Tunarungu Menembus Batas Penulis : Angkie Yudistia Penerbit : Upnormals Publishing, Jakarta 2011

OSOK Angkie dalam

posisi close up wajah

menjadi sampul depan

tersungging di wajah

yang tengah menatap jauh ke de-­

tas , saya merasa punya tanggung

jawab untuk tidak terus-­menerus

mengeluh. Meski masih berada

dalam kebimbangan karena tidak

yakin diskriminasi bisa terhapus-­

kan, saya merasa harus bisa

menguasai diri untuk merangkul

teman-­teman non-­penyandang

itu mungkin bisa menjadi kata

kunci dari semua kiprah dan

upaya yang dilakukan Angkie se-­

bagai perempuan tunarungu yang

mencoba menembus batas. Angkie

yang menjadi tunarungu sejak

para penyandang disabilitas masih

begitu kuat dalam berbagai lapisan

pergaulan dan bidang kehidupan.

Dalam buku yang ditulis dengan gaya

ringan dan populer khas anak muda

ini, Angkie menceritakan pengalaman

hidup pribadinya dan bagaimana ia

kemudian berjuang untuk meraih cita-­

cita dan eksistensinya.

Angkie menemukan kesadaran

bahwa keterbatasan mendengar

dari seorang tunarungu tak menjadi

penghalang untuk berkiprah dan bah-­

kan bisa menjadi sebuah kelebihan.

perempuan dengan keterbatasan,

harus menjadi seorang perempuan

yang siap menyongsong masa depan”

Angkie dalam bukunya sebagai modal

untuk terus maju menembus batas

dan segala bentuk diskriminasi yang

dialami para penyandang disabilitas.

Buku yang sepertinya ditujukan

untuk pembaca remaja atau generasi

muda ini memakai pendekatan kisah-­

tokoh-­tokoh berbagai bidang ketika

menceritakan suka-­duka perjuangan

mereka hingga mencapai keber-­

hasilan. Angkie menulis dengan

gaya apa adanya. Lugas dan tidak

tidak ada editor bahasa yang mem-­

bantu Angkie untuk membenahi

dan merapikan berbagai aspek

kebahasaan, seperti ejaan, cara

penulisan, dan struktur kalimat

yang sesuai dengan aturan-­aturan

penulisan. Dan memang di bagian

halaman KDT (Katalog Dalam Terbi-­

tan) tak tercantum nama editor ba-­

hasa. Yang ada malah nama story

editor. Ketiadaan editor bahasa ini

sampai-­sampai membuat penu-­

lisan kata tunarungu pada sampul

depan dan seluruh isi pun menjadi

teknis kebahasaan ini, buku Angkie

bisa menjadi masukan penting

bagi generasi muda non-­disabilitas

untuk memahami teman mereka

yang penyandang disabilitas.

frg

Sigi

t D. P

rata

ma

dummy diffa_14 baru.indd 38 1/21/12 12:28 AM

Page 39: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

Tlogo Plantation Resort: Kesunyian

yang Indah

jejak

39diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Melihat sosok reptil purba komodo saja

sudah menyeramkan. Apalagi melihat

mereka berkelahi. Perjalanan mengasik-‐

kan sekaligus menegangkan dari

pusat permukiman “si komo”

di Pulau Komodo.

Jantung Permukiman

Si Komo

Menjelajah Pulau Komodo

dummy diffa_14 baru.indd 39 1/21/12 12:29 AM

Page 40: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

40 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Foto

: Adi

Aria

nto

Foto

: Adr

ian

Mul

ya

dummy diffa_14 baru.indd 40 1/21/12 12:29 AM

Page 41: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

ETELAH mengunjungi ko-­

modo di Pulau Rinca, kami

berlayar menuju Pulau Ko-­

modo, yang menjadi pusat

liki habitat reptil purba satu-­satunya

yang masih tersisa di dunia.

Ketika Latansa, kapal yang kami

tumpangi merapat di dermaga Pulau

Komodo, suasana tampak sepi. Tidak

ada kapal lain yang berlabuh di

menutupi matahari, sehingga men-­

imbulkan suasana agak misterius dan

mencekam.

Kami turun dari kapal, berjalan

menapaki pasir pantai yang lembut.

Jika di Pulau Rinca ada pintu gerbang

penyambutan, di sini cuma ada ban-­

Apa kabar?” tiba-­tiba sebuah suara

mengejutkan.

berkulit hitam, mata bulat, dan rambut

keriting menyambut kami. Ia memba-­

kami jadi tahu ia ranger yang akan

memandu kami berkeliling pulau

yang sudah sangat tersohor ke seluruh

dunia ini.

Warisan DuniaDengan keramahan khas yang

tenang, si Ranger menjelaskan ada

beberapa jalur penjelajahan yang

dapat ditempuh para pengunjung.

Ada jalur berbukit dan mendaki yang

melewati menara pengawas dengan

kami memilih jalur yang hanya ditem-­

tempat-­tempat yang menarik, serta

berharap bertemu para reptil purba.

Ranger mengajak kami melintasi

menyengat. Batang dan cabang-­

cabang pohon tampak banyak yang

mengering, meskipun ada juga yang

kemarau sedang melanda pulau

berbukit-­bukit ini.

Pulau Komodo adalah tempat

habitat asli biawak komodo atau Fara-­

nus Komodoensis. Dalam bahasa lokal

biasa orah. Pulau Komodo terletak

di Kecamatan Komodo, Kabupaten

gara Timur.

pulau lain, yaitu Pulau Rinca, yang su-­

menjadi habitat populasi komodo pal-­

Biawak komodo pertama ditemu-­

karena merupakan satu-­satunya sisa

pemerintah Indonesia meresmikan

Tempat Berburu Ketika kami berjalan, tiba-­tiba

terdengar suara yang sangat serak

berhenti mendadak. ”Bunyi itu biasa

terdengar di sini. Biasanya burung-­bu-­

rung gagak mencium ada bau bangkai

di sekitar sini,” jelas Ranger.

Beberapa saat berjalan, Ranger ber-­

henti dekat sebuah pohon jenis palma,

berbatang lurus dan menjulang tinggi.

Ia menjelaskan, pohon itu sering

digunakan anak-­anak komodo untuk

anak komodo mencari tempat yang

aman di dahan-­dahan pohon yang

tinggi untuk menyelamatkan diri dari

pemangsa. Perlindungan begitu pent-­

ing karena bahaya tidak hanya datang

dari hewan-­hewan lain, juga dari ko-­

duknya pun memakan anak-­anaknya

Ketika kami melintasi daerah yang

dinaungi pohon-­pohon berdaun

Pertarungan Hidup

jak, tiba-­tiba Ranger berhenti sambil

41diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

ETELAH mengunjungi komodo di Pulau

Rinca, kami berlayar menuju Pulau Komodo,

habitat reptil purba satu-­satunya yang masih

tersisa di dunia.

Ketika Latansa, kapal yang kami tumpangi merapat

di dermaga Pulau Komodo, suasana tampak sepi. Tidak

awan gelap menutupi matahari, sehingga menimbul-­

kan suasana agak misterius dan mencekam.

Kami turun dari kapal, berjalan menapaki pasir pan-­

tai yang lembut. Jika di Pulau Rinca ada pintu gerbang

penyambutan, di sini cuma ada bangunan mirip gazebo.

mengejutkan.

mata bulat, dan rambut keriting menyambut kami. Ia

tahu ia ranger yang akan memandu kami berkeliling

pulau yang sudah sangat tersohor ke seluruh dunia ini.

Warisan DuniaDengan keramahan khas yang tenang, si Ranger

menjelaskan ada beberapa jalur penjelajahan yang

dapat ditempuh para pengunjung. Ada jalur berbukit

melewati menara pengawas dengan jarak tempuh seki-­

yang menarik, serta berharap bertemu para reptil purba.

Ranger mengajak kami melintasi jalan setapak.

cabang pohon tampak banyak yang mengering, meski-­

kemarau sedang melanda pulau berbukit-­bukit ini.

Pulau Komodo adalah tempat habitat asli biawak

komodo atau Faranus Komodoensis. Dalam bahasa

lokal biasa orah. Pulau Komodo terletak di Kecamatan

Tenggara Timur.

Pulau Komodo menjadi habitat populasi komodo pal-­

Biawak komodo pertama ditemukan pada tahun

merupakan satu-­satunya sisa reptil purba di bumi. Ta-­

Tempat Berburu Ketika kami berjalan, tiba-­tiba terdengar suara

berhenti mendadak. ”Bunyi itu biasa terdengar di sini.

Biasanya burung-­burung gagak mencium ada bau

bangkai di sekitar sini,” jelas Ranger.

Beberapa saat berjalan, Ranger berhenti dekat

sebuah pohon jenis palma, berbatang lurus dan menju-­

lang tinggi. Ia menjelaskan, pohon itu sering digunakan

tas, anak-­anak komodo mencari tempat yang aman di

dahan-­dahan pohon yang tinggi untuk menyelamatkan

diri dari pemangsa. Perlindungan begitu penting karena

bahaya tidak hanya datang dari hewan-­hewan lain,

Ketika kami melintasi daerah yang dinaungi pohon-­

pohon berdaun rindang, saya agak gentar. Beberapa

kali saya menoleh ke belakang. Pulau ini kan pusat

menyongsong kawanan komodo.

Ternyata kami harus menguras cukup banyak

Kami kemudian tiba di sebuah dataran lapang, namun

masih rimbun dengan pohon-­pohon. Tidak jauh dari

kami ada sebuah telaga kecil yang mulai mengering.

Di tempat ini binatang-­binatang biasanya minum,

termasuk komodo. Komodo juga menggunakan tempat

ini sebagai tempat berburu mangsa, karena hewan dari

berbagai jenis akan datang kemari,” ujar Ranger.

Lho, jadi kami sedang berada di tempat komodo

jelas Ranger, tidak selalu menyergap dan langsung me-­

terkadang komodo membiarkan mangsa itu pergi.

baru komodo mendekati dan memangsanya. Komodo

dapat menemukan calon mangsanya dengan meng-­

Foto

: Adr

ian

Mul

ya

dummy diffa_14 baru.indd 41 1/21/12 12:29 AM

Page 42: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

42 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

dapat pada lidahnya yang bercabang.

Bahkan bisa mencium bau darah dari

Pertarungan Hidup -­

jak, tiba-­tiba Ranger berhenti sambil

bawah pohon yang rimbun terlihat

seekor rusa dewasa sedang mencari

komodo. Komodo biasa memakan rusa

secara beramai-­ramai,” ujar Ranger.

sekolah. Katanya, komodo bisa makan

agar makanan dalam pencernaan-­

nya tidak membusuk. Komodo akan

kembali makan sekitar satu bulan

kemudian.

Kami melanjutkan perjalanan

yang makin menanjak. Cukup lelah

juga menyusuri jalan mirip bukit kecil

itu. Tidak ada lagi rerimbunan pepo-­

honan yang menghalangi pandangan.

Ranger tetap berjalan di di depan de-­

ngan kayu bercabangnya. Tiba-­tiba dia

berhenti. Dan kami mematung, karena

melihat pemandangan tak terduga.

Di bawah sinar matahari, terlihat

seekor hewan yang kami cari sedang

di sekitarnya. Komodo itu menelung-­

kup diam, tak bergerak sedikit pun.

Cakar-­cakar kakinya yang kuat seperti

menancap di tanah. Untuk kesekian

kali saya terpukau pada hewan yang

sangat eksotis ini. Betapa mereka

pewaris tunggal zaman Dinosaurus,

dan hanya ada di pulau ini.

perjalanan kalau komodo itu tidak

kapan kami berada di sini, ikut berje-­

an benar-­benar jadi macet gara-­gara

si komo. Akhirnya, daripada jenuh

belakang si reptil purba, tentu dari

jarak yang tidak terlalu dekat.

dan teman-­teman berhamburan

ke belakang Ranger. Dari ilalang

lebat dekat tempat kami jongkok tadi

muncul seekor komodo lagi. Lidahnya

berulang kali menjulur, kepalanya

bergidik ngeri. Komodo itu muncul

hampir-­hampir tidak menimbulkan

suara. Bagaimana jika komodo-­komo-­

do lain berdatangan?

Komodo yang baru datang

mendekat ke arah komodo yang sedari

tadi menghambat perjalanan kami.

Komodo yang sedari tadi meringkuk

mendesis keras. Ranger kami bersikap

waspada, menggenggam erat tongkat

Apa yang akan dilakukan dua komodo

ini?

Tiba-­tiba komodo yang sedari

tadi meringkuk mendesis kembali,

sambil mendongak. Tampak garang

dan menakutkan. Ajaib, komodo

yang baru datang mendadak mundur

dan berbalik dengan cepat kembali

menuju semak. Tapi, tiba-­tiba secara

mengejutkan si komodo yang meng-­

hambat jalan kami mendesis lagi dan

bergerak mengejar komodo yang telah

menghilang ke dalam semak. Dua

komodo itu menghilang dari pan-­

sayup terdengar. Apa yang terjadi jika

Ladang KomodoKami meneruskan perjalanan.

Di dataran yang agak tinggi, rerimbu-­

nan pohon kembali melingkupi kami.

Pulau ini bagi saya lebih menegang-­

kan. Komodo-­komodo di pulau ini

justru tidak terlalu menampakan diri

seperti di Pulau Rinca. Pulau Komodo

menyimpan banyak kejutan.

Kami berhenti di bawah sebuah

pohon. Di sebuah dahan, sepasang

burung hantu sedang bertengger,

tiba Ranger menunjuk ke satu arah.

Tak jauh dari tempat kami, tampak

seekor rusa jantan yang tanduknya

tem,” ujar Ranger. Tak lama lagi darah

yang ada di tanduk rusa itu akan

tercium para komodo. Mereka akan

Kami tiba di sebuah dataran yang

cukup luas, dengan beberapa pohon

yang lumayan besar di tengahnya.

Mula-­mula tak tampak apa-­apa, selain

komodo besar dan kecil sedang mene-­

lungkup diam di sembarang tempat.

waktu dan terseret ke zaman Dinosau-­

rus. Mereka, para komodo itu, seakan

ada begitu saja, terserak bagai bongka-­

han-­bongkahan batu bercakar.

dengan takjub, kami mengambil gam-­

bar sepuasnya. Mereka ada yang terus

menelungkup diam. Ada yang men-­

dongak seakan sedang memperhati-­

kan kami. Ranger memperingatkan

kami agar berjalan di belakangnya.

Mendadak dia memutuskan berbelok

lewat jalan lain, karena seekor komodo

besar menjulurkan ekornya melintang

Tak begitu jauh, kami bertemu

dengan seekor komodo kecil yang

sedang asyik makan sisa daging dari

tanduk rusa. Ranger mengajak kami

mendekati komodo kecil itu. Ketika

kami mendekat, si komodo kecil de-­

ngan langkah yang malas meninggal-­

kan sarapan paginya. Bukan main, tak

banyak yang tersisa, kecuali potongan

tanduk.

komodo itu, Ranger mengajak kami

Foto

: Adi

Aria

nto

dummy diffa_14 baru.indd 42 1/21/12 12:29 AM

Page 43: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

meninggalkan tempat itu. Berbahaya

terlalu lama berada di tengah reptil-­rep-­

til besar itu, karena ada seorang teman

kami yang sedang datang bulan. Cepat

atau lambat, komodo-­komodo itu akan

dapat mencium bau darah, dan dikha-­

watirkan membuat mereka berperilaku

Kami kembali menuju pantai. Tak

terasa tanah berpasir dan semilir angin

laut sudah terasakan kembali. Rasanya

saya masih merasakan ketegangan.

Terbayang sosok-­sosok komodo yang

menakutkan. Terbayang suara burung-­

burung gagak. Pulau ini terasa misteri-­

us. Di sini terasa seperti masih hidup di

ini pengalaman luar biasa. Pulau Ko-­

modo ini keunikan sekaligus kekayaan

negeri kita yang tidak terkira nilainya.

* Adi Arianto

Foto

: Adi

Aria

nto

Foto

: Adr

ian

Mul

ya

dummy diffa_14 baru.indd 43 1/21/12 12:29 AM

Page 44: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

Kala malam datang menjelang

Ku tak sanggup tuk sembunyi

Di balik tirai terali besi

Di tengah malam saat bulan pucat pasi

Ku termenung dalam hangatnya ruang

Ku lihat senyum kesetiaanmu

Pada cahaya keikhlasan hatimu

Menemani jalan ku menembus waktu

Dalam ketulusan hatimu

Kini malam ku hampa

Hanya karna dalam satu rasa

Untuk memilih suatu sisi kehidupan

Yang tak pernah pasti

KehidupanHidup adalah sebuah pilihan

Di mana kita harus dapat memilih

Antara yang benar dan salah

Hidup adalah sebuah perjuangan

Di mana butuh pengorbanan

Untuk mencapai suatu tujuan

Hidup adalah sebuah kebahagiaan

Di mana ada canda dan tawa

Tuk hiasi hari

Hidup adalah sebuah tragedi

Yang kan menghancurkan hati

Sampai hilang semua sepi

Jadi...

Selalu jalani kidup dengan senyuman

Dan sebuah kata pasti

* Desi Yusvita, tunanetra lulusan Universitas Negeri Padang, Sumatra Barat, Jurusan Pendidikan Luar Biasa

DESI YUSVITA

puisi

44 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

dummy diffa_14 baru.indd 44 1/21/12 12:29 AM

Page 45: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

ragam

45diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

ABTU,

Jakarta Theater, ditandatangani perjanjian kerja

sama antara Divisi Treasury Bank Mandiri dan

Kikc Andy Foundation. Kedua lembaga ini

sepakat berperan mendistribusikan buku Braille

Books For The Blind”.

gerakan ini mendistribusikan buku-­buku untuk tunanetra

di seluruh Indonesia. Untuk melaksanakan gerakan ini,

Kick Andy Foundation bekerja sama dengan Yayasan Mitra

menjadi sponsor tunggal gerakan ini. Penandatanganan

kerja sama dilakukan di sela-­sela rapat kerja. Acara dikemas

tunanetra berprestasi. Mereka adalah Mimi Lusli, tunanetra

di Belanda. Aris Yohanes, tunanetra muda pendiri komu-­

nitas online Kartunet.com. Virsya, mahasiswa seni musik

Universitas Pendidikan Indonesia, yang pernah mengikuti

Mandiri Book For The Blind

Tunanetra harus diberdayakan. Jika tunanetra

berpendidik an, mereka tak hanya dapat berguna untuk diri

tunanetra dapat menikmati pendidikan dengan baik, harus

satu-­satunya lembaga di Indonesia yang memperjuangkan

akses buku untuk mereka yang memiliki hambatan pengli-­

Foundation mengajak lebih banyak pihak peduli pada

penyediaan buku untuk tunanetra.

* Aria Indrawati

Foto

: Sig

it D

Pra

dana

dummy diffa_14 baru.indd 45 1/21/12 12:29 AM

Page 46: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

konsultasi pendidikan

46 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Membantu Siswa Mengalami Penurunan

PenglihatanIbu Lidya yang baik,

AYA sampaikan terima kasih dan apresiasi

karena Ibu telah peduli terhadap keadaan Rosa

dan dapat mendeteksi lebih awal mengenai

kondisi yang dihadapi saat ini. Ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan dan dilakukan.

Pertama, konsultasikan kembali dengan dokter mata,

apa kah kemampuan penglihatan Rosa akan terus menu-­

run sampai menjadi buta secara total (tidak memiliki sisa

penglihatan), dan berapa lama kondisi tersebut akan terjadi.

akan terus menurun dan pada suatu saat akan menjadi buta

secara total, maka secara bertahap Ibu Lidya harus membim-­

bing dan mendampingi Rosa supaya siap menjadi seorang

Persiapan secara mental, artinya kita harus meyakinkan

Rosa bahwa menjadi tunanetra adalah sebuah realita

(takdir) yang harus dihadapi dengan tenang dan optimistis.

Yang menjadi tunanetra di dunia ini bukan hanya dirinya.

Banyak anak lain yang saat ini juga menjadi tunanetra. Ke-­

hilangan penglihatan bukan berarti kehilangan segalanya.

Masih banyak kemampuan dan potensi yang dapat dikem-­

banyak tunanetra saat ini yang berhasil meraih sukses,

bahkan melebihi orang-­orang yang awas (berpenglihatan

normal).

Persiapan secara fisik, yaitu mulai mengondisikan dan

melatih Rosa belajar memanfaatkan indra-indra yang masih

berfungsi selain penglihatan, untuk keperluan belajar atau ber-

interaksi dengan lingkungan. Secara bertahap perabaannya di-

pertajam dan dilatih sampai akhirnya menguasai huruf Braille

sebagai salah satu cara dalam membaca dan menulis. Untuk

menjalankan tugas ini tentu saja Ibu Lidya harus berdiskusi

atau berkonsultasi lebih detail dengan sekolah luar biasa (SLB)

untuk siswa tunanetra terdekat.

Hal kedua yang harus dikonsultasikan dengan dokter, apak-

ah masih memungkinkan bagi Rosa untuk menggunakan kaca

mata yang dapat membantu meningkatkan penglihatannya. Jika

ya, maka gunakan semua hal, termasuk kaca mata untuk dapat

Bapak Asep Supena yang terhormat,

Saya Lidya, guru sekolah dasar, meng-

ajar kelas IV. Saya memiliki seorang murid

perempuan, Rosa namanya. Belakangan ini

ia mengalami penurunan prestasi belajar.

Awalnya saya mengamati sepertinya ada

yang tak beres dengan dia. Rosa jadi lebih

pendiam dan lebih banyak duduk di kelas.

Saat pelajaran olahraga, ia mengatakan tak

bisa ikut karena sedang sakit.

Suatu hari saya memanggil orang

tua Rosa dan mendiskusikan masalah Rosa.

Orang tua Rosa mengatakan, dua bulan ter akhir

ini Rosa mengalami gangguan penglihatan

yang mengakibatkan fungsi penglihatan me-

nurun. Akibatnya Rosa mengalami kesulitan

saat membaca dan menulis, bahkan berjalan

serta aktivitas fisik lainnya.

Saya juga menanyakan apakah Rosa

sudah dibawa ke dokter dan apakah masih

dapat disembuhkan. Orang tuanya mengatakan

sudah. Menurut dokter, Rosa mengalami gang-

guan pada retina. Secara medis tak dapat

di perbaiki. Yang bisa dilakukan memperta-

hankan penglihatan. Dokter juga menyatakan

besar kemung kinan gangguan ini sudah sejak

lama, tapi orang tua Rosa tidak menyadari.

Penurunan penglihatan terjadi secara signifikan

dalam dua bulan terakhir.

Rosa murid pintar. Saya ingin mem-

bantu agar Rosa tetap dapat belajar dengan

baik dan berprestasi, baik prestasi akademik

maupun non-akademik, meski mengalami

gangguan penglihatan.

Apa yang bisa saya lakukan untuk

membantu siswa seperti Rosa agar tetap dapat

belajar dengan baik, baik di kelas maupun di

luar kelas? Mohon penjelasan dan nasihat Pak

Asep. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih.

dummy diffa_14 baru.indd 46 1/21/12 12:29 AM

Page 47: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

47diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Dr. Asep Supena, M.Psi

Dosen Jurusan Pendidikan Luar Biasa,

Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Jakarta

mempertahankan dan meningkatkan

ketajaman penglihatannya.

Terlepas dari apakah Rosa bisa

menggunakan kaca mata atau tidak,

hal ketiga yang harus diperhatikan

dan dilakukan Ibu Lydia adalah

berusaha mengetahui lebih detail

kemampuan penglihatan yang secara

ril dimiliki Rosa saat ini. Misalnya,

apakah dia masih dapat mengenal

huruf/tulisan awas (tulisan Latin bi-

asa). Jika ya, dalam jarak berapa dia

dapat mengenal tulisan awas. Jika

tulisan ukuran normal (font 12 - 14)

tidak dapat dikenali lagi, teruskan

pencermatan Ibu, sampai dapat men-

getahui huruf ukuran berapa yang

dapat dilihat dengan jelas oleh Rosa.

Kemampuan penglihatan Rosa

untuk mengenali peristiwa dan

objek-objek yang lain juga perlu dike-

tahui. Bagaimana cara dia mengenali

uang, pensil, mencari benda yang

jatuh, menonton TV, cara ketika

sedang berjalan, dan lain-lain.

Kalau kemampuan penglihatan

Rosa sudah diketahui, layanilah dia

sesuai dengan kemampuan pengli-

hatannya. Misalnya, jika dia masih

bisa membaca tulisan awas, walau-

pun dalam jarak yang sangat dekat,

sekitar 10 cm - 15 cm, maka berilah

dia kesempatan untuk membaca

dengan caranya seperti itu. Demiki-

an juga untuk aktivitas yang lain.

Misalnya dalam berjalan, mengenali

uang, atau mencari benda jatuh.

Dengan kata lain, manfaatkanlah

sisa penglihatan yang ada pada Rosa

untuk keperluan belajar atau ber-

interaksi dengan lingkungan, berapa

pun besar sisa penglihatan itu.

Jika kemampuan penglihatan

Rosa demikian memburuk, sehingga

sudah tidak bisa lagi digunakan

untuk membaca dan aktivitas lain,

layanilah Rosa dengan strategi yang

bertumpu pada indra pendengaran,

perabaan, atau indra lain selain mata.

Berilah dia penjelasan-penjelasan secara

verbal (lisan) mengenai berbagai hal.

Ubahlah bahan bacaan menjadi sesuatu

yang dapat diraba (Braille) atau menjadi

sesuatu yang dapat didengar, misalnya

dibacakan atau disuarakan melalui

komputer bicara. Sajikan berbagai objek

atau peristiwa dalam bentuk yang dapat

diraba atau didengar sehingga dapat

dipahami Rosa.

Rosa tetap dapat berprestasi wa-

laupun telah menjadi tunanetra, asal

difasilitasi dan dilayani dalam belajar

sesuai dengan kondisi dan kebutuhan

khususnya. Rosa tetap dapat belajar di

Did

i Pur

nom

o

SD umum seperti saat ini, tapi ada

sejumlah hal yang harus dipersiap-

kan sebagai bekal dasar untuk dapat

belajar secara efektif. Termasuk di

antaranya belajar Braille dan hal lain

yang telah dijelaskan di atas. Untuk

itu, saya menyarankan Ibu Lidya

atau orang tua Rosa berkonsultasi

dengan sekolah luar biasa tunanetra

(SLB/A) terdekat, untuk mendapat

penjelasan lebih terperinci tentang

hal-hal tersebut.

untuk membantu Rosa yang mem-­

butuhkan bantuan khusus.

*

dummy diffa_14 baru.indd 47 1/21/12 12:29 AM

Page 48: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

ruang hati

Keterlibatan KeluargaMengasuh ABK

48 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Keterlibatan Keluarga Mengasuh ABKIbu Farida yang terhormat,

Saya Firdaus, ayah tiga anak. Anak pertama tunanetra. Setelah

memiliki dua anak dan keduanya laki-laki, saya dan istri berke-

inginan memiliki anak perempuan. Jadi kami bersepakat punya

anak lagi. Ternyata bayi ketiga kami laki-laki lagi. Lebih dari itu,

kebutaan, ia juga memiliki hambatan mobilitas dan kesulitan

wicara.

Terus terang, saya dan istri terpukul atas kehadiran anak ketiga.

Saat menangani anak pertama yang tunanetra, kami tak terlalu

SMA umum.

Kami menyadari, anak ketiga membutuhkan terapi lebih inten-

sif. Namun, karena rasa terpukul atas kehadiran anak ketiga,

istri jadi tidak sesemangat dulu saat menangani anak pertama.

Ia cepat putus asa saat hasil terapi yang dicapai belum seperti

yang ia harapkan.

Saat ini anak ketiga, namanya Faisal, telah berusia hampir

3 tahun. Ia belum bisa berjalan. Bentuk fisik kakinya kecil dan

lemah. Ia juga belum bisa berkata-kata, hanya mampu menge-

luarkan bunyi-bunyi. Tinggi badannya normal, sama seperti

anak-anak lain seusianya. Selama ini kami membawanya terapi

-

nyarankan agar Faisal dibawa ke sekolah khusus untuk anak de-

untuk itu, meski saya sudah beberapa kali mengajaknya mengun-

jungi sekolah tersebut.

pada perkembangan anak kami. Kadang saya juga merasa putus

asa atas kondisi ini. Bagaimana cara kami memotivasi diri agar

tetap bersemangat mengasuh anak ketiga? Apakah ia bisa punya

masa depan? Apakah nanti ia seumur hidup akan terus bergan-

tung pada orang lain? Jika iya, apakah ini berarti kedua kakaknya

ada lagi? Kadang saya juga bertanya, mengapa Tuhan memberi-

kan ujian ini kepada kami?

Terima kasih.

Bapak Firdaus dan Ibu,

BERBICARA tentang

peran orang tua, ham-­

pir semua orang pasti

setuju dan mengakui

menjalani situasi seperti

yang Bapak dan Ibu hadapi tidaklah

mudah.

orang tua sudah dihadapkan dengan

kesibukan untuk mengatasi perma-­

salahan yang muncul. Dari si ibu

yang mulai mual di pagi hari, me-­

ngidam yang aneh-­aneh, atau gang-­

berlanjut hingga anak lahir, memasuki

usia anak-­anak, remaja, dewasa, dan

seterusnya.

datangkan permasalahan tersendiri.

(balita), orang tua pusing mengatasi

anak yang sulit makan. Ketika masuk

sekolah, anak sering mogok ke sekolah.

Di masa remaja, kepusingan orang tua

bisa muncul dari perilaku merokok

atau anak yang sering membantah.

terus untuk menghadapinya, karena

memang tidak ada sekolah yang

mempersiapkan orang untuk menjadi

orang tua.

Untuk menghadapi semua

permasalahan ini dengan baik, orang

tua perlu strategi atau cara yang tepat.

belajar menghadapi anaknya, wajar

bila menemui hambatan, kesulitan,

lalu merasa gagal, tidak mampu dan

bahkan putus asa. Jangan biarkan

dummy diffa_14 baru.indd 48 1/21/12 12:29 AM

Page 49: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

Keterlibatan KeluargaMengasuh ABK

49diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Keterlibatan Keluarga Mengasuh ABK

bangkit.

Peran dan tanggung jawab orang

tua dengan anak berkebutuhan khu-­

sus (ABK) dapat dikatakan lebih berat

daripada orang tua dengan anak yang

tidak berkebutuhan khusus. Karena

itu, bila ada orang tua yang membu-­

tuhkan waktu lama untuk menerima

keadaan anaknya, sebenarnya hal

yang wajar dan manusiawi. Mengha-­

dapi hal seperti ini dibutuhkan kerja

sama dan sikap saling memahami di

antara anggota keluarga, ayah-­ibu,

saudara kandung, nenek-­kakek, dan

lainnya.

Berkaitan dengan keluarga Bapak

Firdaus, pada saat Ibu sedang turun

semangatnya, berilah waktu kepadan-­

merawat Faisal. Bapak bisa pergi sendi-­

ri mengunjungi sekolah khusus yang

dimaksud untuk melihat kegiatan

belajar, menemui guru, dan menjajaki

kemungkinan si anak bersekolah di

ampaikan kepada Ibu di rumah, pada

saat bersantai minum teh atau kopi.

membuat keputusan penting tentang

anak. Bapak sebaiknya menunggu

kondisi Ibu lebih baik.

waktu untuk melakukan kegiatan

yang Bapak dan Ibu berdua sukai.

kan drama, atau sekadar jalan-­jalan

berdua. Mintalah saudara atau kakak

Faisal menjaga adiknya selama Bapak

kan perasaan rileks bagi Bapak dan Ibu

sekaligus membuat hubungan Bapak

dan Ibu semakin dekat dan harmonis.

Adanya kedekatan dan kekompakan

di antara Bapak dan Ibu merupakan

sumber kekuatan bagi anak-­anak,

terutama bagi Faisal.

Bapak dan Ibu sebaiknya bergili-­

ran dalam merawat dan mengasuh

Faisal. Pada saat Ibu lelah, maka Bapak

yang lebih berperan, dan sebaliknya.

Jangan lupa pula untuk melibatkan

kedua anak yang lain dalam peng-­

asuhan Faisal, agar di antara mereka

tumbuh kedekatan, rasa memiliki, dan

tanggung jawab.

dekat dan erat di antara mereka sedikit

banyak akan mendatangkan ketenan-­

gan pada Bapak dan Ibu karena Bapak

tidak lagi khawatir terhadap keadaan

Faisal saat Bapak dan Ibu tidak ada

di rumah. Mereka bisa diandalkan se-­

bagai pengganti orang tua. Faisal pun

akan berkembang lebih baik dan bisa

mandiri karena kedua kakaknya bisa

mengajarinya hal-­hal yang berbeda.

ya lebih banyak membantu Faisal,

namun kakaknya justru mendorong-­

nya untuk belajar melakukan sesuatu

sendiri. Kedua kakak juga bisa bercerita

banyak hal dengan gaya bicara yang

berbeda dari orang tuanya. Kegiatan

ini amat baik untuk menstimulasi

perkembangan bicara Faisal, minimal

menambah perbendaharaan kata-­

katanya.

Dengan kasih sayang, dukungan,

pengasuhan yang baik, dan pemilihan

sekolah yang tepat, Faisal memiliki

peluang yang besar untuk mengem-­

bangkan semua kemampuan yang

miliki masa depan”. Usahakan semua

hal ini sejak ia berusia semuda mung-­

kin. Lakukan pula secara konsisten.

Tidak ada yang tidak mungkin. Tidak

ada penyakit yang tidak ada obatnya.

Begitu perumpamaan yang sering

kita dengar.

Karena itu, tetaplah berseman-­

gat untuk memberikan yang terbaik

untuk anak-­anak, terutama kepada

Faisal. Penuhilah hari-­hari dengan

doa kepada Yang Mahakuasa, agar

kesabaran dan perasaan bersyukur

selalu memenuhi dada. Tuhan tidak

pernah salah dalam memilih. Dan,

apabila Bapak dan Ibu telah dipilih-­

ya untuk merawat, mengasuh,

dan mendidik Faisal, itu dikarena-­

kan Bapak dan Ibu adalah orang-­

orang yang tepat.

mat dari kami. *

Farida Kurniawati YusufPsikolog anak, termasuk anak dengan kebutuhan khusus. Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Master’s Degree Pen-‐didikan Inklusif di Universitas Meulborne, Australia.

Did

i Pur

nom

o

dummy diffa_14 baru.indd 49 1/21/12 12:29 AM

Page 50: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

WIWIN WINARSIH

Perjuangan Lewat Mesin Jahit

LAHIR sebagai pe-­

nyandang disabilitas

tidaklah mudah, tapi

bukan berarti tak bisa

sih lahir menyandang tunadaksa,

kedua kakinya tidak sempurna.

Tapi ia justru sukses dalam usaha

yang sesungguhnya mengandal-­

kan kaki, jahit-­menjahit.

Perjuangan Panjang

telah memiliki showroom sendiri,

produksi butiknya.

butik itu tidaklah mudah, meng-­

ingat kondisinya yang tunadaksa.

keadaan kaki tidak sempurna.

Ia harus melewati masa kanak-­

kanak dan remaja dengan ber-­

bagai kesulitan, juga rendah diri.

dapat belajar menjahit di Yakkum,

sebuah panti di Yogyakarta, yang

menaungi penyandang tunadaksa

agar bisa berkarya dan mengem-­

mendapatkan beberapa dasar

menambah ilmu dengan mem-­

baca buku-­buku tentang konveksi

50 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

bingkai bisnis

Foto

: Sig

it D

Pra

tam

a

dummy diffa_14 baru.indd 50 1/21/12 12:29 AM

Page 51: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

dan membuat pola pakaian.

nikan diri untuk membeli sebuah

mesin jahit. Dengan modal mesin

jahit dan uang semampunya, ia

memproduksi baju dan kaos dan

memasarkannya ke toko. Ia juga

berusaha mencari orderan menjahit

dari toko atau perusahaan besar kon-­

veksi besar.

Tapi, kembali tidak mudah bagi-­

nya. Kondisinya sebagai penyandang

tunadaksa menyulitkannya untuk

bergerak lincah. Misalnya membuka

jaringan konsumen agar usahanya

memiliki semakin banyak pelanggan.

r ah.

adalah memotivasi diri untuk terus

memiliki semangat pantang menye-­

ah dan tidak mudah putus asa,” ujar

ngat juang itu.

Buah Ketekunan

akhirnya rmembuahkan hasil. Usaha

akhirnya mulai menunjukkan titik

tahun hanya bisa mendapatkan

mengembangkan usaha dengan

memproduksi bedcover dan berhasil

memasarkan ke Mirota Batik, sebuah

toko souvenir besar di Yogyakarta,

dengan sistem konsinyasi.

itu, kadang merasa sangat putus asa.

Kadang ia menyesali diri sebagai tu-­

nadaksa, yang membuatnya mobili-­

tasnya sangat terbatas. Tapi, akhirnya

ia bersyukur karena bersabar.

ke Mirota Batik dengan sistem

Melia, yang mengajaknya beker-­

jasama untuk memasok bedcover.

meningkat.

tin ia mengikuti pameran kerajinan

yang diadakan dinas perindustrian,

perdagangan, atau koperasi di Yog-­

yakarta. Dari pameran-­pameran itu,

banyak orderan.

berkembangnya industri pakaian

lokal indie khusus untuk anak

juga mendatangkan rejeki tersendiri

bagi usaha konveksinya. Ia sering

mendapat permintaan membuat

baju dengan desain-­desain khusus

tertentu dari distro.

adalah organisasi yang berusaha

memberikan kemampuan kepada

penyandang disabilitas terutama

teri tentang jahit di tempat-­tempat

kursus jahit di Yogyakarta.

membuka kesempatan bagi penyan-­

dang disabilitas lain untuk bekerja

dan berkarya di butiknya. Ia ingin

memberi kesempatan kepada untuk

belajar hidup mandiri.

* Sigid

51diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

dummy diffa_14 baru.indd 51 1/21/12 12:29 AM

Page 52: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

cerpen

BatukSAFRINA ROVASITA

IBU masih termenung,

menatapku dengan lem-­

but. Tak jua dia berucap

sesuatu atau mengabul-­

kan permintaanku. Aku

minta diantarkan ke pesta perka-­

winan temanku.

”Ibu,” ucapku mengaburkan

lamunannya.

”Tidak kau ajak saja temanmu,

Aku menggeleng. ”Tak satu

pun yang mau mengantarku

selain Ibu.’’

”Dari mana kau tahu aku

mau mengantarmu?”

”Dari kebiasaan ibu,” jawabku

lugas. Aku seakan tak mau tahu,

gunakan untuk membersihkan

seisi rumah dan dan beristirahat.

hari itulah ia istirahat.

Ibu masih terdiam.

”Aku pun tidak memaksa,

kalau Ibu tidak berkenan,” kataku

sembari beranjak menuju tem-­

kunjung terpenjam. Aku membayang-­

kan betapa nikmat jika diriku menjadi

seseorang yang bukan diriku, sehingga

leluasa pergi ke mana-­mana, tak perlu

merepotkan ibuku.

Terbayang kejadian tadi pagi. Ibu

masih lemas. Ia berjalan mengeluar-­

kan motorku, mau mengantarkan

aku ke sekolah tempatku bekerja. Ya,

sebagai guru aku tidak boleh sering

membolos. Cukuplah aku tidak

mengajar karena sakit yang tak bisa

tertahan lagi. Ibu masih terbatuk-­

batuk. Ia belum sembuh dari sakit

batuknya.

”Apa tidak lebih baik aku naik

ojek saja, Bu?” tanyaku.

Ibu menggeleng. ”Tidak apa-­apa,”

katanya.

Tapi aku tetaplah khawatir. ”Ibu

kelihatan belum sehat.”

”Lalu, kenapa kau memaksa Ibu

mengantarkanmu ke pesta perkawin-­

an temanmu?”

Aku tersenyum. Tentu, ha-­

tiku tak kan bisa kutipu. Aku ingin

berangkat bersama teman-­teman,

tapi.... Tapi, mengapa? Aku tak tahan

mendengar batuk ibuku. Lalu, harus

bagaimana lagi?

Aku bingung. Mataku belum

mau terpenjam. Mungkin Ibu

sekarang berpikir aku tidak punya

teman. Kasihan Ibu. Ia batuk-­batuk,

tapi tetaplah memikirkan aku yang

tidak punya teman. Tak ada orang

yang bisa mengantarkan ke mana aku

mau, selain Ibu. Padahal aku tidak

bisa naik motor sendiri. Aduh, bagai-­

mana, dong?

Bagaimana kalau-­kalau Ibu me-­

aku masih meminta pertolongan Ibu.

Termasuk dalam hal berdoa, memo-­

hon kepada Yang Kuasa agar aku

lekas diberi jodoh.

Aku tersentak. Jodoh dari mana?

Aku tidak punya teman. Karena itu

aku mengajak Ibu ke pesta perkawin-­

an temanku, yang konon beda dari

yang lain. Aku tidak tahu perbedaan

itu dalam hal apa. Tapi yang jelas

aku ingin mengajak Ibu menyaksi-­

kan.

Aku ngomong pelan-­pelan kepada

Ibu. Awalnya aku hanya bertanya,

bersih-­bersih rumah.”

njagong?” kulanjutkan pertanyaanku.

dian tersenyum kecut.

Aku jadi ketakutan. ”Bagaimana

kalau Ibu mengantarkanku njagong

ke tempat temanku?” kuralat pertan-­

yaanku.

Ibu terdiam, tidak menolak atau

mengabulkan permintaanku. Ia

hanya bertanya, ”Tak ada temanmu

yang mau mengantarkanmu? Atau

diantar kakakmu?”

”Tidak, harus Ibu,” ucapku.

Di kegelapan, benar-­benar aku

52 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

dummy diffa_14 baru.indd 52 1/21/12 12:29 AM

Page 53: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

memikirkan itu. Mengapa aku harus

memaksa Ibu? Padahal Ibu sedang

haji ia terus-­terusan batuk, mungkin

kecapekan. Tapi mengapa aku harus

memaksa Ibu?

teman mengajakku bareng. ”Kita ber-­

dua, mau gak?” tanyanya.

pergi bersama temanku itu. Menun-­

jukkan bahwa aku pun punya te-­

man. Tapi aku menolaknya. Menolak

dengan alasan yang menurutku

hanya pantas dikatakan anak-­anak:

sanan di tempat tidur. Dari tadi aku

tidak bisa tidur. Batuk Ibu terdengar

nyaring di kamar sebelah. Ia ter-­

dengar mengambil minum untuk

mengurangi batuknya, tapi malah

batuknya menjadi-­jadi.

Pikiranku terus melayang-­layang

tak tentu arah. Terkadang, untuk

mengusir rasa kantuk yang datang,

aku menguap.

muncul di kamarku dengan mem-­

bawa piring berisi makanan.

”Belum, Bu.’’ kataku.

”Mungkin kau lapar. Mari makan

bersama Ibu,’’ ajaknya sambil me-­

nyalakan lampu di kamarku. ”Kita

makan sepiring berdua aja, ya.”

Aku mengangguk. Ibu mende-­

kat. Kupandangi tangannya yang

sesekali menyuapkan makanan ke

menghapus keheningan. ”Aku tak

tahu alasanmu mengajak Ibu ke

pernikahan temanmu.’’

”Biasanya kan aku juga ngajak

Ibu,’’ jawabku sambil mengunyah

makanan yang baru saja disuapkan.

”Tunggu, biarkan Ibu bicara dulu,”

potong Ibu.

Aku menunduk. Aku tak tahu ha-­

rus ngomong apa. Aku tak mungkin ju-­

jur mengatakan yang sesungguhnya.

Perlahan-­lahan Ibu berbicara den-­

gan kesoktahuannya. Benar, Ibu sung-­

guh sok tahu. Ia mengatakan, aku

memaksanya mengantarku karena

teman yang pernah jadi teman spe-­

sialku. Aku sedih, tapi ingin melihat.

Dan aku tidak mungkin akan sanggup

melihat, tanpa didampingi Ibu.

”Ibu ingin kau mengatakan yang

sebenarnya kepada Ibu. Bukan karena

Ibu tidak mau mengantarmu. Tapi Ibu

ingin kau jujur dan kuat mengha-­

dapi.’’

Dan tiba-­tiba aku ingin

menangis. *

* Safrina Rovasita, penulis, penyan-‐

dang cerebral palsy, tinggal di Yogya-‐

karta. Mahasiswa cerebral palsy yang

pertama lulus dari Universitas Negeri

Yogyakarta. Kini mengajar di SLB

Yapenas dan relawan di LSM SIGAP.

Sedang menulis novel yang berkisah

tentang penyandang disabilitas.

53diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Did

i Pur

nom

o

dummy diffa_14 baru.indd 53 1/21/12 12:29 AM

Page 54: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

bugar

54 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Oleh: Aria Indrawati

Menjaga Punggung Tetap Sehat

PUNGGUNG adalah

organ penyangga

berjalan, duduk, naik

turun tangga, punggung

menopang tubuh kita.

Di punggung antara lain

rutinitas dan padatnya aktivitas

sehari-­hari, kita sering kali tak terlalu

memperhatikannya. Akibatnya, tanpa

kita sadari, banyak di antara kita yang

mengalami gangguan dengan pung-­

gung. Kesadaran itu biasanya baru

dampak”. Misalnya rasa tidak nyaman

hingga nyeri berkepanjangan dan

kronik.

kebiasaan yang salah, atau karena

tidak hanya menimbulkan rasa tidak

nyaman, pada level tertentu, hal ini

juga membahayakan kesehatan secara

keseluruhan.

akibat dampak dari penyakit antara

lain adalah karena peradangan tulang,

kanker paru-­paru, kadar kolestrol

atau asam urat yang terlalu tinggi,

gangguan ginjal, serta pengeroposan

tulang.

Bentuk punggung yang baik

Did

i Pur

nom

o

54 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

dummy diffa_14 baru.indd 54 1/21/12 12:29 AM

Page 55: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

55diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

adalah punggung yang lurus. Ciri-­ciri

punggung lurus adalah jika posisi

daun telinga, pundak dan pinggul

sejajar bagai garis lurus dari atas ke

bawah. Adalah sangat baik mem-­

biasakan punggung tetap tegak baik

saat duduk, berdiri dan berjalan. Baik

dan ini berpotensi menjadi penyebab

gangguan punggung.

Beban Berlebihan

punggung adalah karena kita memba-­

wa beban berlebihan pada punggung

kita. Anak-­anak sekolah membawa

seluruh buku yang diperlukan untuk

belajar dalam sehari dan keperluan

sekolah lainnya di tas punggung

membawa keperluan bepergian juga

di tas punggung.

Menggunakan tas punggung

dari berat badan kita. Apalagi jika ini

dilakukan dengan intensitas yang

tinggi. Jika ini terjadi, akan berpotensi

menimbulkan gangguan punggung.

Bentuk punggung pun perlahan dapat

melengkung akibat membawa beban

berlebihan.

Kadang-­kadang karena terpaksa,

kita juga harus mengangkat benda

yang lumayan berat untuk ukuran

kita sendiri. Misalnya, satu galon air

mineral. Jika ini terpaksa harus dilaku-­

kan, kita harus melakukannya dengan

cara yang aman. Berjongkoklah

terlebih dahulu, lalu mengangkat. Jika

kita langsung mengangkat benda yang

berat sambil membungkukkan pung-­

gung, kita akan berpotensi mengalami

cidera punggung, terutama punggung

bagian bawah.

Minim Aktivitas Fisik

hidup di jaman modern ini adalah

terlalu banyak duduk, dan kurang akti-­

aktivitas lain menggunakan komputer,

duduk di mobil atau kendaraan umum

lainnya, duduk di motor, duduk saat

menonton televisi, dan sebagainya.

waktu dalam sehari kita gunakan un-­

tuk beraktivitas sambil duduk.

Di sisi lain, karena padatnya

pekerjaan atau aktivitas dan jauhnya

jarak tempuh antara tempat tinggal

dan tempat beraktivitas, membuat kita

sulit meluangkan waktu melakukan

olahraga.

Akibat terlalu banyak duduk,

otot-­otot punggung kita jadi kaku.

Apalagi jika posisi duduk yang kita

lakukan tidak benar. Misalnya duduk

membungkuk. Atau, bekerja menggu-­

nakan komputer yang terletak di atas

meja terlalu tinggi. Atau duduk di atas

kursi dengan desain yang tidak sesuai

dengan postur tubuh kita.

Duduk berlama-­lama dalam

posisi yang kurang benar berpotensi

menimbulkan gangguan sakit pung-­

gung. Mulai dari punggung bagian

atas, leher dan bahu, bagian tengah

hingga punggung bagian bawah.

Kekakuan otot punggung ini juga

berdampak pada potensi mengalami

cidera punggung. Misalnya, sebagian

kita memiliki kebiasaan memutar

pinggang setelah merasa pegal akibat

terlalu lama duduk. Jika gerakan ini

dilakukan de ngan cara menyentak,

hal ini berpotensi menimbulkan cidera

punggung.

Mengantisipasi dan MengatasiAgar kita memiliki otot punggung

yang lentur, yang harus dilakukan

adalah berolahraga secara teratur;;

sekurang-­kurangnya tiga kali seming-­

gu. Jika karena kegiatan yang kita

lakukan mengharuskan kita banyak

duduk, lakukan gerak badan di sela-­se-­

la kegiatan duduk tersebut. Misalnya,

setelah maksimal duduk selama dua

jam, berjalan-­jalanlah, atau lakukan

peregangan punggung. Tautkan kedua

tangan, angkat kedua tangan setinggi

mungkin. Perlahan tariklah tangan

ke kiri dan ke kanan. Lalu dorong ke

depan dan tautkan tangan di belakang

punggung serta tarik sejauh yang bisa

kita lakukan.

berpotensi menimbulkan cidera pung-­

gung sebagaimana diuraikan di atas.

Bagi mereka yang terlanjur

mengalami gangguan punggung,

di antaranya terapi akupuntur. Ber-­

jemur di bawah sinar matahari pagi

sinar matahari pagi dapat membantu

melemaskan otot-­otot punggung yang

kaku.

mereka yang mengalami gangguan

punggung adalah berenang. Dengan

berenang, kita akan menggerakkan

seluruh anggota badan kita. Tangan,

kaki, punggung atas, tengah dan

atih kelenturan otot-­otot punggung

kita.

disebabkan karena ketegangan dalam

pekerjaan atau kehidupan sehari-­

hari. Jika ini terjadi, beristirahatlah.

Lakukan relaksasi atau meditasi untuk

melepaskan segala ketegangan yang

ada.

Menjadi bagian dari kehidupan

modern adalah sesuatu yang tak dapat

kita hindari. Padat aktivitas, penuh

tekanan, hingga mobilitas yang tinggi.

Agar menjadi manusia modern yang

tetap sehat, kita harus berupaya men-­

jaga agar hidup kita tetap seimbang.

* Aria Indrawati

dummy diffa_14 baru.indd 55 1/21/12 12:29 AM

Page 56: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

SDN 16 CEMPAKA PUTIH

Pemenang Anugerah Pendidikan Inklusif 2011

Foto

: Sig

it D

Pra

tam

a

56 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

inklusif

dummy diffa_14 baru.indd 56 1/21/12 12:29 AM

Page 57: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

SDN 16 Cempaka Putih berlokasi di tengah

pemukiman padat di kawasan Cempaka Putih

Barat, Jakarta Pusat. Jalan masuk ke sekolah

ini melalui gang kecil. Tapi sekolah inilah

satu dari dua sekolah yang memenangkan

Anugerah Pendidikan Inklusif 2011.

SDN 16 Cempaka Putih memenangkan Anugerah Pen-­

(diffa, November 2011). Anugerah

mendorong perkembangan pendidik-­

an inklusi di Indonesia, dalam rangka

mencapai tujuan pendidikan untuk

semua (education for all).

Pemberian penghargaan yang

baru pertama kali di Indonesia ini dia-­

Melebihi Kapasitas -­

ti satu gedung bertingkat dua bersama

menempati lantai atas, sementara dua

sekolah lain menempati lantai bawah.

atas itu dibuat rata untuk mengako-­

bangunannya sudah seperti ini,” ujar

ditetapkan sebagai sekolah inklusi

jelas master ilmu pendidikan lulusan

Uhamka, Jakarta, ini.

dari pemerintah dan lembaga yang

tara lain pelatihan guru, pemberian

57diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

dummy diffa_14 baru.indd 57 1/21/12 12:29 AM

Page 58: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

yang tak kalah penting, penempatan

menangani siswa berkategoru anak

berkebutuhan khusus (ABK).

Menurut Kelanawati, jumlah ABK

setiap kelas hanya dua anak ABK.”

Jumlah ABK yang melebihi stan-­

dar ini, menurut Kelanawati, karena

banyak anak baru ketahuan berkebu-­

tuhan khusus setelah di tengah jalan.

Juga karena ada ABK pindahan dari

kita harus menampung anak-­anak dari

sekolah yang bukan inklusi itu,” jelas

ibu dua anak ini.

tuk menangani anak berkebutuhan

ABK di sini tinggi, karena daerah sini

pemukiman padat. Banyak warga dari

masyarakat golongan ekonomi lemah,”

ujar sarjana PLB (Pendidikan Luar

Tentang Anugerah Inklusi

ia mengajak siswa ABK ke ruang khu-­

sus yang tersedia, secara berkelompok

atau perorangan. Ruang khusus itu

dilengkapi peralatan standar untuk

siswa ABK, seperi buku-­buku, latihan

kecerdasan dan keterampilan, cermin

latihan alat latihan keseimbangan

badan, bicara untuk anak tunarunggu,

tau di kelas. Karena sering ditemukan

anak berkebutuhan khusus baru,” jelas

Marliyawanti.

Menurut Kelanawati, sarana

ia pimpin sudah memenuhi stan-­

dar sesuai lingkungan sosial lokasi

sekolah. Ia sendiri mengaku, sebelum

lajar,” katanya. Tapi pengalaman jadi

guru dan pendidikan master di bidang

evaluasi pendidikan membuat ia bisa

sini sudah mengikuti pelatihan pendi-­

dikan inklusi,” ujarnya.

Begitu pula mengenai Anugerah

nawati, keikutsertaan sekolah yang

dia pimpin dalam seleksi penghar-­

gaan itu karena mendapat undangan

isian itu antara lain meminta doku-­

men prestasi dan kegiatan anak didik,

produk yang berkaitan dengan inklusi,

dimiliki, karya tulis, dan publikasi

(sosialisasi) di media massa.

ikut lomba atau kegiatan, misalnya

lomba melukis atau mewarnai, saya

atau media massa, saya simpan,”

ujarnya Kelanawati. Ia tidak terpikir

dapat menang atau menerima peng-­

menang,” ujar ibu dua anak ini tam-­

pak senang.

Kemenangan itu membuat seko-­

lah yang ia pimpin mendapat lebih

banyak perhatian. Kelanawati dan

anak buahnya makin sering diun-­

dang dalam pelatihan, seminar, dan

yak pihak, bahkan dari Timor Leste.

Juga jadi lokasi penelitian mahasiswa.

Kelanawati.

Jasa HKIPenghargaan Anugerah Pen-­

bersamaan dengan acara pembukaan

kung pemberian Anugerah Pendidik

dalam pemberian penghargaan untuk

dan jenis ABK yang diterima, pemaha-­

man dan implementasi prinsip-­prinsip

ponen sekolah, aksesibilitas prasarana

gedung dan lingkungan, keberadaan

ruang khusus, keberadaan sumber

daya manusia yang menunjang proses

belajar mengajar, dan yang berkaitn

dengan hal-­hal tersebut.

rian penghargaan ini karena berkaitan

erat dengan program yang mereka

menjalankan program Opportuni-­

ties for Vulnerable Children

enam provinsi Indonesia (DKI Jakarta,

Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta,

an dan perluasan pendidikan inklusi

melalui pendampingan bagi pemerin-­

dalam mengembangkan kebijakan

dan sistem layanan pendukung (guru

pembimbing khusus, pusat sumber)

untuk menjamin peluang bagi anak-­

anak berkebutuhan khusus dalam

memperoleh pendidikan yang layak

dan setara.

salah satu dari banyak sekolah yang

58 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

dummy diffa_14 baru.indd 58 1/21/12 12:29 AM

Page 59: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

pelatihan, atau apa. Mereka juga suka

berkunjung ke sini,” lanjutnya.

Tantangan dalam IroniMenurut Kelanawati, keberadaan

dikenal luas di kawasan Cempaka

Putih. Dalam penerimaan murid ABK

baru, Kelanawati cuma mensyaratkan

si anak diperiksakan ke psikolog atau

dokter, untuk mendapatkan assesmen

mengenai jenis dan tingkat kebutuhan

kita tidak salah menempatkan,” jelas-­

nya.

Meski begitu, seperti sudah dike-­

mukakan di atas, banyak murid yang

kemudian ketahuan masuk kategori

ABK setelah dalam proses belajar.

banyak. Ya, kita harus tetap layani dan

tangani,” ujar Kelanawati.

Marliyawanti membenarkan

ucapan Kelanawati. Banyak orang-­

tua yang tidak sadar bahwa anaknya

masuk kategori berkebutuhan khusus.

mau mengaku anak seperti itu,” ujar

Marliyawanti.

Ibu guru yang akrab dipanggil

Bu Lia ini mengaku prihatin dengan

sikap pengingkaran seperti itu, karena

akan merugikan masa depan si anak.

Banyak orangtua yang tidak perduli

kondisi anaknya. Yang penting seko-­

lah. Ada yang perduli dengan keadaan

anaknya, tapi tidak tahu harus berbuat

apa,” ujar Marliyawanti dengan wajah

prihatin.

Keprihatinan Marliyawanti yang

lain, adalah menyangkut statusnya

bingungkan. Dalam pengangkatan

agai pusat sumber bagi sekolah inklusi

di lingkungannya. Kalau mau diangkat

sangat terbatas,” jelasnya.

Kelanawati membenarkan kepri-­

berdaya,” ujarnya. Ia mengungkap-­

karena itu wewenang dinas,” ujarnya.

Kondisi ironis. Membutuhkan

tenaga guru, tenaga gurunya sudah

mengabdi, tapi tak kunjung diangkat.

se sungguhnya akan menguatkan pen-­

didikan inklusi itu.

* Nestor

Foto

: Nes

tor R

Tam

buna

n

59diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

dummy diffa_14 baru.indd 59 1/21/12 12:29 AM

Page 60: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

pindaiFo

to-fo

to: L

utfi

Ana

ndik

a

60 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

EKSEBISI MOTOCROSS DISABILITAS

UDARA

harjo siang itu, Ju-­

mat, akhir Desember

Tapi udara panas

itu tidak mengurangi semangat para

tunadaksa yang sedang bergulat de-­

ngan track motorcross. Ini motorcross

istimewa, karena kendaraan yang

digunakan para peserta adalah motor

tiga.

Eksebisi motorcross untuk penyan-­

dang disabilitas ini baru pertama kali

di Indonesia. Tak heran peserta yang

datang dari Yogya, Madiun, Malang,

dummy diffa_14 baru.indd 60 1/21/12 12:29 AM

Page 61: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

61diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Bandung, bahkan dari luar Jawa.

Terlebih, eksebisi ini menyediakan

banyak hadiah.

Meriah dan BersemangatEksebisi motorcross yang menye-­

dot banyak perhatian ini diseleng-­

garakan atas kerja sama Yayasan Fajar

Karena baru pertama, sebelum

hari perlombaan diadakan technical

meeting dengan para peserta yang

masih awam dengan track yang

disediakan panitia. Awalnya panitia

tidak memberikan izin latihan untuk

mencoba track. Alasannya, biar jadi

nolak, Alasannya, ingin tahu seberapa

ekstrim lintasan agar bisa mengukur

tingkat bahaya dan tingkat kemam-­

puan motor mereka.

Awalnya, banyak peserta yang

ragu tidak mampu melewati lintasan.

Akhirnya salah seorang peserta dari

Bandung berani mencoba lintasan.

Melihat peserta itu berhasil menaklu-­

kan lintasan, sontak para peserta lain

berani mencoba. Lintasan itu memang

cukup menantang.

Eksebisi motorcross roda tiga

peserta dari berbagai daerah. Race di-­

peserta berteriak semangat. Pemenang

race ini memang tidak ditentukan ke-­

dummy diffa_14 baru.indd 61 1/21/12 12:29 AM

Page 62: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

Foto

-foto

: Lut

fi A

nand

ika

62 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

dummy diffa_14 baru.indd 62 1/21/12 12:29 AM

Page 63: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

63diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

tersebut menjadi pemenang.

Lintasan yang ditentukan panitia cukup menan-­

tang. Banyak tanjakan tajam. Tak sedikit motor peserta

cul kejutan. Di kelas ini, sebagian peserta justru perem-­

peserta perempuan ini mempersiapkan motor dan

berbagai asesori, seperti jaket pelindung, kacamata

hitam, sepatu, dan sebagainya dengan tak kalah gaya.

mengaku sangat gembira melihat para penyandang

tunadaksa bisa mengikuti eksebisi dengan percaya

ingin mengikuti eksbisi atau memenangkan hadiah,

tapi juga ingin berbagi pengalaman dibidang otomo-­

motor yang aman bagi para tunadaksa.

semua race dilangsungkan, pihak panitia me-­

nampilkan hiburan panggung untuk melepas-­

kan lelah para peserta.

Memecahkan Rekor

MURI, yaitu konvoi motor roda tiga tunadaksa

dakan sosialisasi sim D bagi para penyandang

disabilitas. Acara yang berlangsung di depan

ketika bendera start konvoi dikibarkan. Motor

roda tiga tunadaksa pun memenuhi jalan raya

warga yang menyaksikan, bahkan kadang

diwarnai tepuk tangan. Antara lain karena ada

saja peserta yang melakukan atraksi, antara me-­

miringkan motor, hingga hingga berjalan hanya

dengan dua roda.

berkumpul kembali di lintasan race. Aksi band

yak dari peserta ingin menjajal kemampuan

sekaligus mengukur kecepatan meliwati garis

ngan cepat, melewati tikungan tajam dan dan

detik. Melihat peserta dari Bandung ini, peserta

lain tidak mau kalah. Jadilah waktu menunggu

hasil penjurian itu menjadi ajang demo motor

roda tiga.

Panitia akhirnya mengumumkan

pemenang dari setiap seri race, mulai dari seri

pemenang mendapatkan hadiah piala, piagam,

dan uang pembinaan. Acara yang menyatu-­

kan para penyandang tunadaksa ini memang

mendapat perhatian dari banyak sponsor.

para tunadaksa. Rencananya akan dijadikan

event tahunan,” ujar Ryan, salah seorang pe n-­

dukung penyelenggara. Ya, para penyandang

tunadaksa memang perlu mendapat medan

untuk menyalurkan kemampuan dan ekspresi

diri.

* Lutfi Anandika

dummy diffa_14 baru.indd 63 1/21/12 12:29 AM

Page 64: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

Foto

: Sig

it D

Pra

tam

a

diffa edisi 14 -‐ Februari 201264

bisikan angin

ETELAH

cokelat panas, kami ber-­

tiga naik ke lantai dua, di

jadwal yang sudah disepakati.

duduk yang enak, kami bertiga pun

menikmati hangatnya cokelat disela

dinginnya udara karena hujan lebat

setengah jam menunggu, akhirnya

Angkie pun datang, didahului dua

Angkie Yudistia

kami pun terlibat pembicaraan yang

serius, walau nuansa santai tetap ada.

Kami masing-­masing bercerita

tentang dunia disabilitas yang ada

di Indonesia, dengan berbagai aspek

yang ada di dalamnya. Angkie pun

menceritakan perjuangannya se-­

bagai seorang penyandang disabilitas

(tunarungu) untuk mendapatkan

kesetaraan dalam kehidupannya,

dia pun terus berjuang untuk hal itu

dengan berbagai macam cara dan ket-­

yang pada akhirnya di bulan Desember

Batas” yang berisi tentang perjuangan

hidupnya.

manku penyandang disabilitas terinspi-­

rasi untuk terus tidak henti berjuang”,

tuturnya. Di bulan Desember Angkie

dan teman-­temannya mengadakan

nal melalui sosial media bertajuk PITA

yang luar biasa, walau kami dalam

perbincangan tersebut sepakat bahwa

sosial media bukan menjadi suatu jamin-­

an keberhasilan suatu gerakan, namun

implementasi dari gerakan tersebut yang

lebih penting.

Kepedulian melalui sosial media

Pita Biru patut disyukuri sebagai suatu

dan teman-­temannya bercerita tentang

visi dan misi gerakan yang mereka

gram yang kami jalankan serta visi dan

misi yang diemban.

Tak terasa dua jam berlalu, kami pun

akhirnya mempunyai satu pemahaman

yang sama, bahwa banyak hal yang bisa

dilakukan dengan bergandengan tangan

dan saling mendukung sesuai dengan

berjanji untuk pertemuan lanjutan un-­

tuk lebih menajamkan hasil pertemuan

hari ini, serta implementasi bersama

yang bisa dilakukan, diakhir pertemuan,

kie pun tersenyum meng-­iyakan.

memotivasi kita semua untuk berbuat

apapun, sekecil apapun, bagi kesetaraan

kehidupan penyandang disabilitas di

rumah besar Indonesia.

*Jonna Damanik

dummy diffa_14 baru.indd 64 1/21/12 12:29 AM

Page 65: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

Foto

: Ist

imew

a

65diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

UJAN deras

mengguyur

Yogjakarta sejak

siang sampai

malam hari,

termasuk di kawasan Kasihan,

Bantul, tempat dimana Emha Ai-­

begitu Emha akrab disapa, datang

sehari-­hari mengurus Taman

yang didirikannya bagi anak-­anak

di wilayah Kasihan. Para tamu

yang berada di dalam rumah lang-­

sung disapa dan disalami satu per

satu dengan hangat dan ramah.

Mereka datang dari berbagai kota.

telalu arogan dan tinggi hati untuk

mampu menempatkan diri di setiap

persoalan yang mereka hadapi dalam

konteks hubungan mereka dengan

sang pencipta. Melihat dan berdasar-­

kelompok teaternya, Kyai Kanjeng

akan menggelar sebuah pementasan.

untuk ikut bermain dalam pemen-­

dalam pentas itu kalau memungkin-­

mari kita tunggu pentas itu karena

Indonesia sekarang memang mem-­

butuhkan sosok pemimpin dengan

Ada yang dari Jakarta, Pekalongan,

Jombang, dan beberapa daerah lain.

ratusan sampai ribuan orang, juga dari

berbagai daerah.

untuk ngobrol berbagai hal dengan

keprihatinan mereka terhadap berb-­

agai persoalan sosial, budaya, politik

dan ekonomi yang tak kunjung henti

melanda bangsa Indonesia dan se-­

bisa menyelesaikan semua persoalan

itu tanpa bantuan Allah. Tak akan

mampu jika hanya mengandalkan ke-­

hebatan manusia, sehebat apapun itu,”

Emha Ainun Nadjib

dummy diffa_14 baru.indd 65 1/21/12 12:29 AM

Page 66: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

biografi

66 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

NICK VUJICICMotivator tanpa Lengan dan Kaki

dummy diffa_14 baru.indd 66 1/21/12 12:29 AM

Page 67: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

67diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Tanpa Tangan -‐ KakiPara pengguna internet di seluruh

dunia yang hobi mengakses situs You-­

Vujicic. Berbagai versi video motivasi

sehari-­hari diungguh di situs terkenal

ini dan membuat ia menjadi orang

yang dikenal di seluruh dunia.

sebagai anak tertua dari pasangan

suami-­istri Dushka Vujicic dan Borris

Vujicic. Ibunya bekerja sebagai pera-­

wat dan ayahnya pendeta. Keduanya

tetra-­amelia syndrome, jenis kelainan

Nick Vujicic terlahir tanpa kedua lengan mulai dari bahu dan tanpa kedua kaki mulai dari pangkal paha. Namun, ia motivator tunadaksa terkemuka di dunia. Berbagai video motivasi dan aktivitasnya telah mengubah persepsi banyak orang di dunia, bagaimana seharusnya mensyukuri hidup.

bawaan pada tubuh yang sangat

langka, ditandai dengan ketiadaan

kedua lengan dan kedua kaki. Yang

paha kirinya. Keadaannya saat lahir

tak urung membuat orang tuanya

sangat terpukul. Dengan kondisi

disabilitas seberat itu, apa yang bisa

kelak?

orang yang istimewa. Mereka berusa-­

ha mengatasi kesedihan dan kekha-­

watiran sambil terus menanamkan

nilai-­nilai keberanian dan kegigihan

ya sendiri dan orang lain, meskipun

dengan kondisi disabilitas yang berat

seperti itu, dan apa pun tantangannya.

Mencoba Bunuh DiriBegitu memasuki usia sekolah,

Bagian Victoria melarang anak-­anak

bersekolah di sekolah umum. Undang-­

undang tersebut kemudian diubah,

anak berkebutuhan khusus boleh

bersekolah di sekolah umum.

cerdas dan tidak memiliki kelainan

mental. Itulah salah satu jalan me-­

pi masa depan. Jauh lebih menantang,

karena ia bergaul dan bersaing dengan

anak-­anak lain yang bukan penyan-­

dang disabilitas. Mereka pun mema-­

Keputusan memasukkan ke

sekolah umum adalah keputusan

yang luar biasa menyulitkan bagi

dengan perjuangan mental, emosi, dan

mi anak-­anak lain yang lahir dengan

menghadapi olok-­olok dan hinaan,

tapi juga harus berjuang menumbuh-­

kan rasa percaya diri serta mengatasi

depresi dan kesepian yang dirasakan

setiap saat. Dalam kelelahan berjuang,

dia diciptakan berbeda? Mengapa dia

tidak memiliki lengan dan kaki seperti

anak-­anak lain? Dia sering bertanya,

apa maksud Tuhan menjadikannya

seperti ini dan lebih sering lagi ber-­

tanya apakah dia mempunyai tujuan

dalam hidupnya.

Frustrasi karena merasa menjadi

nakan lengan dan tangan elektronik,

dengan harapan bisa menjadi sama

coba menggunakan alat itu beberapa

seperti anak-­anak lain. Bahkan, alat itu

justru membuat ia sulit bergerak dan

bermobilitas.

benar mencoba bunuh diri dengan

cara menenggelamkan diri.

akhirnya tak lagi mencoba bunuh

diri. Ibunya berusaha menyadarkan

dengan memperlihatkan sebuah berita

di koran. Berita itu tentang seorang di-­

bahwa dia belum berjuang seperti

mulai berdoa, memohon agar Tuhan

menumbuhkan kedua lengan dan

kakinya.

Tuhan tidak mengabulkan per-­

dummy diffa_14 baru.indd 67 1/21/12 12:29 AM

Page 68: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

68 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

untuk tetap teguh berjuang mengatasi

nakan apa saja yang masih dia miliki.

Belajar Hidup Kembali

tasannya dan semakin banyak belajar

untuk mengurus diri sendiri. Dia ber-­

berhasil menemukan cara sendiri un-­

tuk menulis, menggunakan komputer

dan mengetik, memukul bola tennis,

memainkan pedal drum, mengambil

air minum di gelas, menyisir rambut,

menggosok gigi, mengangkat telepon,

dan bercukur.

kan semua itu, semakin mudah bagi

sendiri, orang lain, dan juga lingkun-­

gannya. Itu semua berhasil dilakukan

karena dia bersandar dan berharap

kepada Tuhan.

yang tidak mempunyai lengan dan

kaki mempunyai masalah besar,

maka tidak mengenal Tuhan adalah

masalah yang lebih besar lagi. Me-­

ngenal Tuhan berarti mengetahui apa

yang Dia katakan. Mengetahui apa

yang Dia katakan berarti mengetahui

bahwa Tuhan mencintai saya dan

bahwa Dia tidak pernah meninggal-­

ceramahnya yang penuh semangat

namun menyentuh.

Dalam beberapa tayangan vi-­

gunakan kedua jari kakinya. Cara

yang dia gunakan sangat unik. Dia

mengenakan semacam cincin pada jari

cam pengait untuk menggenggam

pensil. Dengan cara itu dia menggerak-­

mahir menggunakan jari kaki untuk

gunakan mulut untuk menggambar.

Dia menggigit spidol dengan mulut

dan menggambari kertas seperti yang

biasa dilakukan tunadaksa lain.

Mampu Melakukan Apa Saja

melakukan apa saja. Untuk bermobi-­

litas di tempat umum secara mandiri,

dia biasa menggunakan kursi roda

elektrik. Bila pergi bersama pendam-­

hana yang didorong pendampingnya.

Meskipun sering memakai kursi roda,

lan sendiri. Dengan panggul dan kaki

kecil berjari-­dua yang tumbuh di pan-­

lincah dengan cara menggerakkan

panggul.

berenang, menyelam, bahkan berse-­

lancar di pantai. Lagi-­lagi dia meng-­

gunakan cara yang unik saat bermain

selancar. Dia berdiri di atas papan

selancar. Agar tidak jatuh, sesekali dia

membaringkan tubuh di atas papan

selancar dengan posisi tengkurap se-­

raya berpegangan pada bantalan yang

dipasang di papan selancar dengan

menggunakan bahu dan dagu.

Dia menguasai berbagai olahraga

jenis permainan. Dia jago bermain

di antara dagu dan bahu, dia menga-­

juga sangat suka bermain bola. Dia

bisa berlari menggiring bola ataupun

menyundul bola. Karena rajin berolah-­

raga, tubuhnya menjadi sangat tegap,

sehat, lentur, dan lincah.

penuh semangat. Dia hobi menyanyi.

Dalam berbagai kesempatan cera-­

nyanyi sambil menari dengan para

peserta. Dia menari dengan lincah

sambil menggoyang-­goyangkan

kepala, bahu, dan panggul, membuat

orang-­orang di sekelilingnya ikut gem-­

bira sekaligus terharu.

annya yang membuat orang-­orang

lain tersentuh karena kesukaannya

menunjukkan perhatian kepada orang

lain melalui hal-­hal kecil. Dalam per-­

jalanan ke salah satu negara miskin,

seorang anak kecil. Dia menggigit

sendok berisi makanan dan menyuap-­

kannya kepada si anak yang berkaki-­

tangan lengkap.

berhasil melampaui masa-­masa sulit

di masa kecilnya dan menjadi sukses,

tunadaksa pengidap tetra-­amelia

syndrome. Dia tidak mau orang lain

yang bernasib sama seperti dirinya

menanggung kesulitan sendirian se-­

perti dirinya dahulu.

Dalam salah satu tayangan

video motivasinya, dia bermain-­main

dengan seorang anak kecil pengidap

tetra-­amelia syndrome yang masih

memiliki kaki kiri utuh. Di rumah,

mereka berdua bermain di atas karpet,

saling menggulingkan badan. Anak itu

berguling sambil berusaha menyen-­

Mereka berdua juga bermain

skateboard di luar rumah. Dengan

tubuh ditelungkupkan di atas skate-­

board dan kaki kiri menjejak tanah,

anak itu meluncur di sepanjang trotoar

mengharukan sekaligus menyema-­

menjadi inspirasi bagi dunia.

* Mila K. Kamil

Sumber: http://www.lifewithoutlimbs.org/http://attitudeisaltitude.com/http://en.wikipedia.org/wiki/Nick_Vujicic

dummy diffa_14 baru.indd 68 1/21/12 12:29 AM

Page 69: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

Dikira Orang kos Kalau Ada yang Ingin...

cermor

ALUYO (bukan nama sebenarnya),

seorang tunadaksa yang tinggal di se-­

buah perumahan di daerah pinggiran

bersama istri, dua anak, dan seorang

pembantu.

sekolah menggunakan motor roda tiga. Biasanya ia dengan

sopan menyapa setiap penghuni rumah yang dilewati. Dan

ia merasa bangga karena para tetangga pun menanggapi

dengan ramah.

kan penelitian dampak krisis moneter terhadap aktivitas

saling senyum dan sapa meskipun tidak saling mengenal

jar, tampak ramah dan sopan.

cerita istrinya. Ketika istrinya sedang ngobrol bersama

ibu-­ibu tetangga di teras, beberapa anak muda yang me-­

ngalor-­ngidul, tiba-­tiba salah seorang anak muda itu bertan-­

bekerja apa masih sekolah? Kok, nggak pernah pulang

kampung, Bu?”

rumah istrinya.

* Joko Slamet

INI

nya), penyandang disabilitas daksa dan

bahagia dengan istri sudah dikaruniai dua

anak. Anak pertamanya perempuan, beru-­

pang dua tongkat, dia berhasil menyunting istri yang

anggun dan tidak menyandang disabilitas, berstatus

Dia lebih bahagia lagi karena anak pertamanya lahir

tanpa menyandang disabilitas dan tumbuh cerdas.

belajar berjalan.

ya menjadi perhatian dan membuat iri orang di ling-­

kungan sekitarnya. Pak Lurah menjuluki keluarga

suami-­istri itu juga suka bercanda, sehingga setiap

ada mereka pada pertemuan di kampung jadi ceria.

belajar berjalan menunjukkan tingkah yang lucu,

sehingga membuat tertawa orang-­orang yang me-­

Wis, kalau

ingin melihat suamiku berjalan, aku melihat anakku

lanang ini saja besok.”

* Joko Slamet

* Drs. Joko Slamet, penyandang tunadaksa berkursi roda, staf Pusat Pengem-bangan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (PPRBM) Prof. Dr. Soeharso, Solo, Jawa Tengah

69diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

Did

i Pur

nom

o

Did

i Pur

nom

o

dummy diffa_14 baru.indd 69 1/21/12 12:29 AM

Page 70: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

70 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

BIBIT, -­

lah kesatuan pertanyaan

yang sering dilontarkan

keluarga ketika menge-­

tahui seorang anggota

keluarga memiliki calon pendamping

atau ingin melangsungkan pernikah-­

an dengan seseorang. Pertanyaan

ditanyakan saat seorang anggota

keluarga mulai berhubungan dengan

seseorang.

Budaya bibit, bebet, bobot ada di

hampir seluruh tatanan masyarakat di

Indonesia, entah apa pun istilahnya.

temurun, dari zaman baeula hingga

abad modern sekarang ini. Jawaban

dari pertanyaan tersebut beragam. Ada

yang bisa berkompromi dengan unsur

ada yang saklek, tidak bisa ditawar,

hingga hubungan atau rencana perni-­

kahan terpaksa dihentikan.

*

kalender tahun Masehi biasa dira-­

yakan orang di berbagai pelosok dunia

sesama insan saling menyatakan kasih

sayang, baik antarpasangan pacar,

pasangan suami-­istri, orang tua dan

anak, sesama teman, yang diwujud-­

kan dengan pemberian hadiah atau

sekadar ucapan selamat. Banyak pula

yang mengadakan pesta khusus untuk

merayakan hari kasih sayang itu.

Kasih sayang adalah bentuk rasa

Pencipta bagi umat manusia. Karena

merupakan anugerah yang hakiki dari

tanpa terkecuali memiliki naluri dan

tentu juga mempunyai hak untuk

memberikan dan menerima kasih

sayang. Bukan hanya terhadap sesama

manusia, bahkan terhadap ciptaan

Tuhan yang lain, seperti hewan dan

tanaman.

Luar biasa makna kasih sayang.

karena ia berada dalam kedalaman

roh dan jiwa, menyatu dalam semua

komponen rasa dan pancaindra kita.

Tidakkah?

Lantas bagaimana, dengan prinsip

bibit, bobot, bebet?. Dengan kemuliaan

dalam jiwa manusia, yang diberikan

rasa itu tidak dibatasi embel-­embel

semacam bibit, bebet, dan bobot hasil

rekayasa manusia? Bukankah itu ak-­

hirnya akan membatasi makna kasih

sayang yang hakiki?

*

Pertanyaan ini akan terasa

lebih menggugat jika kita mengingat

insan-­insan yang menyandang disa-­

bilitas. Pertanyaan atau batasan bibit,

bebet, dan bobot akan terasa pahit

jika dilontarkan kepada orang atau

keluarga yang mempunyai anggota

penyandang disabilitas. Bagaimana

harus menjawabnya? Bukankah tidak

ada orang yang ingin menyandang

disabilitas? Karena, seperti juga hidup

kita, seperti juga kasih sayang, me-­

nyandang disabilitas adalah pembe-­

rian Tuhan yang harus diterima.

Belum lama ini saya berbincang

dengan seorang ibu yang dianugerahi

anak penyandang disabilitas. Dia

bercerita, anak perempuannya, kakak

anak yang menyandang disabilitas,

harus terputus jalinan kasihnya, ketika

keluarga pria tahu pacar anaknya

mempunyai adik laki-­laki penyan-­

dang disabilitas.

bil tersenyum.

Penyandang disabilitas, juga

keluarganya, adalah manusia cip-­

taan Tuhan yang berhak memiliki,

menerima, dan memberikan rasa kasih

menolak atau masih menghadapi ken-­

dala berinteraksi dengan penyandang

disabilitas, hubungan atau interaksi

dengan penyandang disabilitas itu

justru wujud rasa kasih sayang. Itulah

* Jonna Damanik

Bobot Kasih Sayang

Did

i Pur

nom

o

pelangi

70 diffa edisi 14 -‐ Februari 2012

dummy diffa_14 baru.indd 70 1/21/12 12:29 AM

Page 71: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

dummy diffa_14 baru.indd 71 1/21/12 12:29 AM

Page 72: Majalah Diffa Edisi 14 - Februari 2012

dummy diffa_14 baru.indd 72 1/21/12 12:29 AM