lp urolithiasis

44
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN UROLITHIASIS A. ANATOMI DAN FISIOLOGI Ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra membentuk system urinarius. Fungsi utama ginjal adalah mengatur cairan serta elektrolit dan komposisi asam – basa cairan tubuh, mengeluarkan produk akhir metabolik dari dalam darah dan mengatur tekanan. Ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra membentuk system urinarius.Urin yang terbentuk sebagai hasil dari proses ini diangkut dari ginjal melelui ureter ke dalam kandung kemih tempat urin tersebut disimpan untuk sementara waktu. Pada saat urinasi, kandung kemih berkontraksi dan urin akan diekskresikan dari tubuh lawat uretra. 1. Anatomi Ginjal

Upload: anonymous-3f46lc5anb

Post on 05-Feb-2016

130 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

asuhan keperawatan klien dengan urolhitiasis

TRANSCRIPT

Page 1: LP Urolithiasis

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN UROLITHIASIS

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra membentuk system urinarius. Fungsi

utama ginjal adalah mengatur cairan serta elektrolit dan komposisi asam – basa cairan

tubuh, mengeluarkan produk akhir metabolik dari dalam darah dan mengatur tekanan.

Ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra membentuk system urinarius.Urin yang

terbentuk sebagai hasil dari proses ini diangkut dari ginjal melelui ureter ke dalam

kandung kemih tempat urin tersebut disimpan untuk sementara waktu. Pada saat urinasi,

kandung kemih berkontraksi dan urin akan diekskresikan dari tubuh lawat uretra.

1.

Anatomi Ginjal

Ginjal terletak dikedua sisi columna vertebtalis dalam abdomen atas,

dibelakang peritoneum didepan dua costa dan 3 otot utama musculus transversus

abdominus, quadratus pumborum dan psoasmayor. Ginjal merupakan organ

berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal

kanan sedikit lebih rendah dibandinkan dengan ginjal kiri, karena tertekan kebawah

ole hati. Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, lebar 6 cm, tebal 2-3 cm,

berat 120-150 gram.

Page 2: LP Urolithiasis

Setiap ginjal diselubungi oleh 3 lapisan jaringan ikat yaitu :

a. Facial renal adalah pembungkus terluas yang mempertahankan posisi organ

b. Lemak perineal adlah jaringan adipose yang terbungkus facial ginjal. Jaringan ini

membantali ginjal dan membantu organ tetap pada posisinya

c. Kapsul fibrosa adalah membrane halus transparan yang langsung membungkus

ginjal dan dapat dengan mudah dilepas.

Kutub atas ginjal kanan terletak setinggi kosta kedua belas, sedangkan kutub

atas ginjal kiri setinggi kosta sebelas, jarak antara kutub ginjal 11-15 cm.

Permukaan anterior dan posterior kutub atas dan bawah serta pinggir lateral ginjal

berbentuk konveks pinggir medial berbentuk konkav karena adanya hilus. Beberapa

struktur masuk atau meninggalkan ginjal melalui hilus, antara lain arteri renalis,

vena venales, syaraf, dan pembuluh darah bening.Potongan longitudinal ginjal

memperlihatkan dua daerah yang berbeda, korteks bagian luar dan medulla dibagi

menjadi irisan-irisan segitiga yang disebut dengan Piramid. Piramid-piramid ini

diselingi oleh bagian korteks yang dinamakan Kolom Bertini.Setiap duktus

papillaris masuk dalam statu perluasan ujung pelvis ginjal berbentuk seperti

Bangkok yang disebut Kaliks Minor. Beberapa kaliks minor bersatu membentuk

Maliks Mayor, yang selanjutnya bersatu sehingga membentuk Pelvis Ginjal.

Unit fungsional ginjal adalah nefron. Dalam satu ginjal mengandung satu

juta nefron. Nefron terletak antara korteks dan medulla. Satu nefron terdiri dari

Glomerulus, Tubulus proximal, loop dari henle, tubulus distalis, dan collecting

tubule. Masing-masing bagian mempunyai fungsi sendiri-sendiri, glomerulus

Page 3: LP Urolithiasis

merupakan kumpulan kapiler darah yang dibungkus oleh Kapsula Bowman. Unit

nephron dimulai dari pembuluh darah halus / kapiler, bersifat sebagai saringan

disebut Glomerulus, darah melewati glomerulus/ kapiler tersebut dan disaring

sehingga terbentuk filtrat (urin yang masih encer) yang berjumlah kira-kira 170 liter

per hari, kemudian dialirkan melalui pipa/saluran yang disebut Tubulus. Pada

glomerulus inilah terjadinya proses Filtrasi. Dan pada tubulus terjadi proses

reabsorpsi air dan bahan-bahan yang diperlukan oleh tubuh dan ekskresi bahan-

bahan yang tidak diperlukan tubuh.

Urin ini dialirkan keluar ke saluran Ureter,kandung kencing, kemudian ke

luar melalui Uretra. Ginjal kanan terlihat lebih rendah dibandingkan ginjal kiri

karena tertekan dibawah oleh hati. Kedua ureter merupakan saluran yang

panjangnya sekitar 10-12 inci , terbentang dari ginjal sampai vesika urinaria. Fungsi

satu-satunya adalah menyalurkan urin ke vesika urinaria.

a. Vesika urinaria adalah suatukantong berotot yang dapat mengempis ,terletak

dibelakang simfisis pubis. Vesika urinaria mempunyai tiga muara: dua dari

ureter, dan satu menuju uretra. Ada 2 fungsi vesika urinaria:

b. Sebagai tempat penyimpanan urinesebelum meninggalkan tubuh.

c. Mendorong urin keluar tubuh

Uretra adalah saluran kencing yang dapat mengembang, berjalan dari

vesika urinaria sampai keluar tubuh, panjang pada perempuan sekitar 1 ½ inci (4

cm) dan pada laki-laki sekitar 8 inci (20 cm). muara uretra keluar tubuh disebut

meatus urinarius.

2. Fisiologi Ginjal

Unit fungsional ginjal adalah nefron, yang pada manusia setiap ginjal

mengandung sekitar 1-1,5 juta nefron. Setiap nefron terdiri atas glomelurus yang

mengandung kapsula Bowmen dan tubulus. Tubulus atas tiga bagian yaitu tubulus

proksimal,lengkungan Henley, dan tubulus distalis, beberapa tubulus distalis akan

bersatu membentuk duktus kolektivus. Glomerulus proksimal dan distalis terletak

pada korteks ginjal, sedang lengkung Henley dan duktus kolektivus pada medulla

ginjal.

Page 4: LP Urolithiasis

Setiap nefron mempunyai dua komponen utama:

a. Glomerulus ( kapiler glomerulus) yang dilalui sejumlah besar cairan yang

difiltrasi dari darah.

b. Tubulus yang panjang dimana cairan hasil filtrasi diubah menjadi urin dalam

perjalalannya menuju pelvis ginjal.

Gambar Laju filtrasi glomerulus

Ada 2 fungsi penting ginjal, yaitu :

a. Fungsi ekskresi

Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan

ekstra sel dalam batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstra sel dikontrol

oleh filtrasi glomerulus , reabsopsi, dan sekresi tubulus.Zat-zat yang difiltrasi di

ginjal dibagi 3 kelas: elektrolit, nonelektrolei,dan air.Beberapa jenis elektrolit

yang paling penting adalah natrium, kalsium, kalium, magnesium, bikarbonat,

klorida, dan fosfat. Sedangkan non elektrolit yang penting adalah glukosa,asam

amino, dan metabolic yang merupakan prodik akhir dari proses metabolisme

protein: urea,asam urat, dan kreatinin.

b. Non Eksresi

Page 5: LP Urolithiasis

Fungsi lain dari ginjal yaitu memproduksi rennin yang berperan dalam

pengaturan tekanan darah.Apabila tekanan darah turun maka sel-sel otot polos

akan meningkatkan pelepasan reninnya. Apabila tekanan darah naik maka sel-sel

otot polos akan mengurangi pelepasan reninnya.Apabila kadar natrium plasma

berkurang maka sel-sel makula dansa akan member sinyal pada sel-sel penghasil

rennin untul meningkatkan aktivitas mereka.Apabila kadar natrium plasma

meningkat, maka sel-sel makula dansa akan member sinyal kepada oto-otot polos

untuk menurunkan pelepasan renin.

Fungsi utama ginjal adalah;

a. Pengeluaran zat sisa organik.

Ginjal mengekskresi urea, asam urat, kreatinin, dan produk penguraian

hemoglobin dan hormon.

b. Pengaturan Keseimbangan Asam - Basa Tubuh.

Ginjal mengendalikan ekskresi ion hydrogen ( H+), bikarbonat ( HCO3- ), dan

ammonium ( NH4- ) serta memproduksi urin asam atau basa, bergantung pada

kebutuhan tubuh. Asam ( H+ ) disekresikan oleh sel – sel tubulus ginjal ke

dalam filtrate, dan disini dilakukan pendaparan terutama oleh ion – ion fosfat

serta ammonia ( ketika didapar dengan asam, ammonia akan berubah menjadi

ammonium ). Fosfat terdapat dalam filtrate glomerulus dan ammonia dihasilkan

oleh sel – sel tubulus ginjal serta dikresikan ke dalam cairan tubuler. Melalui

proses pendaparan, ginjal dapat mengekskresikan sejumlah besar asam dalam

bentuk yang terikat tanpa menurunkan lebih lanjut nilai pH urin.

c. Pengaturan Konsentrasi ion – ion penting

Ginjal mengekskresi ion natrium, kalium, kalsium, sulfat dan fosfat. Ekskresi ion

– ion ini seimbang dengan asupan dan ekskresinya melalui rute lain, seperti

saluran gastrointestinal atau kulit.

d. Pengaturan Produksi Sel Darah Merah

Ginjal melepas eritropoitin, yang mengatur produksi sel darah merah dalam

sumsum tulang.

e. Pengaturan Tekanan Darah

Page 6: LP Urolithiasis

Suatu hormone yang dinamakan rennin disekresikan oleh sel – sel

jukstaglomerular ketika tekanan darah menurun. Suatu enzim akan mengubah

rennin menjadi angiotensin I yang akan diubah menjadi angiotensin II, yaitu

senyawa vasokonstriktor paling kuat. Vasokonstriksi menyebabkan peningkatan

tekanan darah. Aldosteron disekresikan oleh korteks adrenal sebagai reaksi

terhadap stimulasi oleh kelenjar hipofisis dan pelepasan ACTH sebagai reaksi

terhadap perfusi yangjelek atau peningkatan osmolalitas serum. Akibatnya

adalah peningkatan tekanan darah.

f.Penendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino darah.

Ginjal melalui eksresi glikosa dan asam amino berlebih, bertanggung jawab atas

konsentrasi nutrient dalam darah.

g. Pengeluaran zat beracun.

Ginjal mengeluarakan polutan, zat tambahan makanan, obat – obatan, atau zat

kimia asing lain dari tubuh.

3. Suplai Darah

a. Arteri ranalis adalah percabangan aorta abdomen yang mensuplai masing–

masing ginjal dan masuk ke hilus malalui cabang arterior dan posterior.

b. Cabang anterior dan posterior arteri renalis membentuk arteri – arteri interlobaris

yang mengalir diantara piramida – piramida ginjal.

c. Arteri arkuata berasal dari arteri interlobaris pada area pertemuan korteks dan

medulla.

d. Arteri interlobularis merupakan percabangan arteri arteari arkuata di sudut kanan

dan melewati korteks.

e. Arteriol aferen berasal dari arteri interlobularis. Suatu arteriol aferen membentuk

sekitar 50 kapilar yang membentuk glomerulus.

Page 7: LP Urolithiasis

4. Proses Pembentukan Urin

Glomerulus berfungsi sebagai ultra filtrasi, pada simpai bowmen berfungsi

sebagai/ untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan

terjadi penyerapan kembali dari zat – zat yamg sudah disaring pada glomerulus, sisa

cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus berlanjut ke ureter.

Urin berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk ke dalam ginjal,

darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah.

Tiga tahap pembentukan urin :

a. Proses Filtrasi

Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan afferent labih besar

dari permukaan afferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian

yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring

ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida,

sulfat, bikarbonat, dan lain – lain, diteruskan ke tubulus ginjal.

b. Proses Reabsorpsi

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,

klorida, pospat dan beberapa ion bikarbonat, prosesnya terjadi secara pasif yang

dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus ginjal atas. Sedangkan

pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan

ion bikarbonat, bila diperlukan akan diserap kembali ke dalam tubulus bagian

bawah, penyerepannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif

dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.

Page 8: LP Urolithiasis

c. Proses Sekresi

Sisanya penyerapan kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala

ginjal selanjutnya diteruskan keluar.

5. Karakteristik Urin

a. Komposisi

Urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut berikut :

1) Zat buangan meliputi urea dari deaminasi protein, asam urat dari katabolisma

asam nukleat, dan kreatinin dari proses penguraian kreatinin fosfat dalam

jaringan otot.

2) Asam hipurat adalah produk sampingan pencernaan sayuran dan buah.

3) Badan keton yang dihasilkan dalam metabolisme lemak adalah konstituen

normal dalam jumlah kecil.

4) Elektrolit meliputi ion natrium, klor, kalium, ammonium, sulfat, fosfat,

kalsium, dan magnesium.

5) Hormon atau katabolit hormone ada secara normal dalam urin.

6) Berbagai jenis toksin atau zat kimia asing, pigmen, vitamin, atau enzim secara

normal ditemukan dalam jumlah kecil.

b. Sifat Fisik

1) Warna

Urin encer berwarna kuning pucat, dan kuning pekat jika kental. Urin segar

biasanya jernih dan menjadi keruh jika didiamkan.

Page 9: LP Urolithiasis

2) Bau

Urin memiliki bau yang khas dan cenderung berbau ammonia jika didiamkan.

Bau ini dapat bervariasi sesuai dengan diet, misalnya setelah makan

asparagus. Pada diabetes yang tidak terkontrol, aseton menghasilkan bau

manis pada urin.

3) Asiditas atau alkalinitas

PH urin bervariasi antara 4,8 sampai 7,5 dan biasanya sekitar 6,0, tetapi juga

bergantung pada diet. Ingesti makanan yang berprotein tinggi akan

meningkatkan asiditas, sementara diet sayuran meningkatkan alkalinitas.

4) Berat jenis urin berkisar antara 1,001 sampai 1,035, bergantung pada

konsentrasi urin.

6. Proses Miksi

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stress reseptor yang

terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah kurang lebih 250 cc sudah

cukup untuk merangsang berkemih ( proses miksi ). Akibatnya akan terjadi reflek

kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinkter

internus, segara diikuti oleh relaksasi spinkter eksternus, akhirnya terjadi

pengosongan kandung kemih.

Disaring 24 jam Direabsorpsi 24

jam

Diekskresikan 24 jam

Natrium 540,0 g 537,0 g 3,3 g

Klorida 630,o g 625,0 g 5,3 g

Bikarbonat 300,0 g 300,0 g 0,3 g

Kalium 28,0 g 24,0 g 3,9 g

Glukosa 140,0 g 140,0 g 0,0 g

Ureum 53,0 g 28,0 g 25,0 g

Kreatinin 1,4 g 0,0 g 1,4 g

Asam urat 85 g 7,7 g 0,8 g

Page 10: LP Urolithiasis

B. KONSEP UROLITHIASIS

1. DEFINISI

a. Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari kalkuli, seringkali disebut

batu ginjal. Batu dapat berpindah ke ureter dan kandung kemih.

b. Urolithiasis adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat

terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat

(60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu

tripel fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).(Pierce A.

Grace & Neil R. Borley 2006, ILMU BEDAH).

c. Urolithiasis adalah penyakit diamana didapatkan batu di dalam saluran air kemih,

yang dimulai dari kaliks sampai dengan uretra anterior.(DR. Nursalam, M. Nurs

& Fransica B.B, Sistem Perkemihan)

d. Urolithiasis adalah pengkristilan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya

nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam

kalsium (oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.(Mary

baradero,SPC,MN & Yakobus Siswandi, MSN).

2. KLASIFIKASI

Teori pembentukan batu renal :

a. Teori Intimatriks

Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi organik

Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang

mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.

b. Teori Supersaturasi

Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin,

asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.

c. Teori Presipitasi-Kristalisasi

Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urine

yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali

akan mengendap garam-garam fosfat.

d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat

Page 11: LP Urolithiasis

Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat,

sitrat magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu

Saluran Kencing.

Jenis Batu-batu renal :

a. Batu Kalsium

Terutama dibentuk oleh pria pada usia rata-rata timbulnya batu adalah dekade

ketiga. Kebanyakan orang yang membentuk batu lagi dan interval antara batu-

batu yang berturutan memendek atau tetap konstan. Kandungan dari batu jenis ini

terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari kedua jenis batu

tersebut. Faktor yang menyebabkan terjadinya batu kalsium adalah :

1) Hiperkalsiuria

Dapat disebabkan oleh pembuangan kalsium ginjal primer atau sekunder

terhadap absorbsi traktus gastrointestinal yang berlebihan. Hiperkalsiuria

absorptif dapat juga disebabkan oleh hipofosfatemia yang merangsang

produksi vitamin D3. Tipe yang kurang sering adalah penurunan primer pada

reabsorbsi kalsium di tubulus ginjal, yang mengakibatkan hiperkalsiuria di

ginjal.

2) Hipositraturia

Sitrat dalam urin menaikkan kelarutan kalsium dan memperlambat

perkembangan batu kalsium oxalat. Hipositraturia dapat terjadi akibat asidosis

tubulus distal ginjal, diare kronik atau diuretik tiazid.

3) Hiperoksalouria

Terdapat pada 15% pasien dengan penyakit batu berulang (> 60 mg/hari).

Hiperoksaluria primer jarang terjadi, kelainana metabolisme kongenital yang

merupakan autosan resesif yang secara bermakna meningkatkan ekskresi

oksalat dalam urin, pembentukan batu yang berulang dan gagal ginjal pada

anak.

4) Hiperurikorsuria

Kadar asam urat urin melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat urin dapat bertindak

sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat asam

Page 12: LP Urolithiasis

urat dalam urin dapat bersumber dari konsumsi makanan yang kaya purin/

berasal dari metabolisme endogen.

5) Hipomagnesiuria

Seperti halnya dengan sitrat magnesium bertindak sebagai penghambat

timbulnya batu kalsium karena di dalam urine magnesium akan bereaksi

dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan

kalsium dengan oksalat.

b. Batu Asam Urat

Batu asam urat merupakan penyebab yang paling banyak dari batu-batu

radiolusen di ginjal. Batu-batu tersebut dapat terbentuk jika terdapat

hiperurikosuria dan urin asam yang menetap. Batu asam urat batu ini dijumpai

pada pasien gout, Ph Urin yang rendah Adalah factor Kritis dalam membantu

pembentukan batu asam urat. Batu ini jarang terbentuk dalam urin basa. Batu

terbentuk pada PH dibawah 5,5.

c. Batu Struvit

Sering ditemukan dan potensial berbahaya. Batu ini terutama pada wanita,

diakibatkan oleh infeksi saluran kemih oleh bakteri-bakteri yang memiliki urease,

biasanya dari psesies proteus. Batu ini dapat tumbuh menjadi besar dan mengisi

pelvis ginjal dan kalises untuk menimbulkan suatu penampilan seperti “tanduk

rusa jantan”. Dalam urin, kristal struvit berbentuk prisma bersegi empat yang

menyerupai tutup peti mati.obat antibiotik.

3. ETIOLOGI

Sampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui secara pasti.

Beberapa faktor predisposisi terjadinya batu :

a. Ginjal : Tubular rusak pada nefron, mayoritas terbentuknya batu.

b. Immobilisasi : Kurang gerakan tulang dan muskuloskeletal menyebabkan

penimbunan kalsium. Peningkatan kalsium di plasma akan meningkatkan

pembentukan batu.

Page 13: LP Urolithiasis

c. Infeksi : Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan

menjadi inti pembentukan batu.

d. Kurang minum : sangat potensial terjadi timbulnya pembentukan batu.

e. Pekerjaan : dengan banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya pembentukan

batu dibandingkan pekerjaan seorang buruh atau petani.

f. Iklim : tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering dan

pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya di daerah tropis,

di ruang mesin menyebabkan banyak keluar keringat, akan mengurangi produksi

urin.

g. Diuretik : potensial mengurangi volume cairan dengan meningkatkan kondisi

terbentuknya batu saluran kemih.

h. Makanan, kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu, keju,

kacang polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan, ayam,

daging, jeroan. Tinggi oksalat seperti : bayam, seledri, kopi, teh, dan vitamin D.

4. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya

obstruksi, infeksi dan edema.

a. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan

tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi

(pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat

terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit

gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal. Nyeri yang

luar biasa dan ketidak nyamanan.

b. Batu di piala ginjal

1) Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.

2) Hematuri dan piuria dapat dijumpai.

3) Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri

ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.

4) Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area kostoveterbal,

dan muncul Mual dan muntah.

Page 14: LP Urolithiasis

5) Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal

ini akibat dari reflex renoinstistinal dan proksimitas anatomic ginjal ke

lambung pancreas dan usus besar.

c. Batu yang terjebak di ureter

1) Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang

menyebar ke paha dan genitalia.

2) Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.

3) Hematuri akibat aksi abrasi batu.

4) Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm.

d. Batu yang terjebak di kandung kemih

1) Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus

urinarius dan hematuri.

2) Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi

retensi urine.

5. PATOFISIOLOGI

Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis

belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu

antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang

kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau

stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan batu.

Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain

mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah

solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme

purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung

pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap dalam urin

yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam urin yang

alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.

Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang

akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan

Page 15: LP Urolithiasis

diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan

semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.

Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil

dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan

rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan

batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan

dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal

dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal.

Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada

organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak

mampu melakukan fungsinya secara normal. Maka dapat terjadi penyakit GGK yang

dapat menyebabkan kematian

Page 16: LP Urolithiasis

6. KOMPLIKASI

a. Sumbatan : akibat pecahan batu

b. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi

c. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan

pengangkatan batu ginjal

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan

adanya sel darah merah, sel darah putih dan kristal(sistin,asam urat, kalsium

oksalat), serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan sistin

dan batu asam urat) atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau

batu kalsium fosfat.

b. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin

meningkat.

c. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus aureus,

proteus,klebsiela,pseudomonas).

d. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat,

protein dan elektrolit.

e. BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah pada

urine) sekunder terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal menyebabkan

iskemia/nekrosis.

f. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan

kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.

g. Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan

infeksi/septicemia.

h. Sel darah merah : biasanya normal.

i. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi ( mendorong

presipitas pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi ginjal).

j. Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang

reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).

Page 17: LP Urolithiasis

k. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area

ginjal dan sepanjang ureter.

l. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri

abdominal atau panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik ( distensi

ureter) dan garis bentuk kalkuli.

m. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat

menunjukan batu dan efek obstruksi.

n. Stan CT : mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal,

ureter, dan distensi kandung kemih.

o. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

8. PENATALAKSANAAN

a. Pengurangan nyeri, mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan,

morfin diberikan untuk mencegah sinkop akibat nyeri luar biasa. Mandi air hangat

di area panggul dapat bermanfaat. Cairan yang diberikan, kecuali pasien

mengalami muntah atau menderita gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang

memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang

belakang batu sehingga mendorong passase batu tersebut ke bawah. Masukan

cairan sepanjang hari mengurangi kosentrasi kristaloid urine, mengencerkan urine

dan menjamin haluaran urine yang besar.

b. Pengangkatan batu, pemeriksaan sistoskopik dan passase kateter ureteral kecil

untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi ( jika mungkin), akan

segera mengurangi tekanan belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.

c. Terapi nutrisi dan Medikasi. Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu

ginjal. Masukan cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam

diet yang merupakan bahan utama pembentuk batu(mis.kalsium), efektif untuk

mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang

telah ada. Minum paling sedikit 8 gelas sehari untuk mengencerkan urine, kecuali

dikontraindikasikan.

1) Batu kalsium, pengurangan kandungan kalsium dan fosfor dalam diet dapat

membantu mencegah pembentukan batu lebih lanjut.

Page 18: LP Urolithiasis

2) Batu fosfat, diet rendah fosfor dapat diresepkan untuk pasien yang memiliki

batu fosfat, untuk mengatasi kelebihan fosfor, jeli aluminium hidroksida dapat

diresepkan karena agens ini bercampur dengan fosfor, dan

mengeksikannyamelalui saluran intensial bukan ke system urinarius.

3) Batu urat, untuk mengatasi batu urat, pasien diharuskan diet rendah purin,

untuk mengurangi ekskresi asam urat dalam urine.

4) Batu oksalat, urine encer dipertahankan dengan pembatasan pemasukan

oksalat. Makanan yang harus dihindari mencakup sayuran hijau berdaun

banyak, kacang,seledri, coklat,the, kopi.

5) Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi komplikasi,

modaritas penanganan mencakup terapi gelombang kejut ekstrakorporeal,

pengankatan batu perkutan, atau uteroroskopi.

d. Lithotrupsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal, adalah prosedur noninvasive yang

digunakan untuk menghancurkan batu kaliks ginjal. Setelah batu itu pecah

menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara

spontan

e. Metode Endourologi Pengangkatan batu, bidang endourologi menggabungkan

keterampilan ahli radiologi dan urologi untuk mengankat batu renal tanpa

pembedahan mayor.

f. Uteroskopi, mencakup visualisasi dan askes ureter dengan memasukan suatu alat

ureteroskop melalui sistoskop. Batu dihancurkan dengan menggunakan laser,

lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.

g. Pelarutan batu, infuse cairan kemolitik, untuk melarutkan batu dapat dilakukan

sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain,

dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut

(struvit).

h. Pengangkatan Bedah,sebelum adanya lithotripsy, pengankatan batu ginjal secara

bedah merupakan terapi utama. Jika batu terletak di dalam ginjal, pembedahan

dilakukan dengan nefrolitotomi (Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu atau

nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu di

piala ginjal diangat dengan pielolitotomi, sedangkan batu yang diangkat dengan

Page 19: LP Urolithiasis

ureterolitotomi, dan sistostomi jika batu berada di kandung kemih., batu

kemudian dihancur dengan penjepit alat ini. Prosedur ini disebut sistolitolapaksi.

Page 20: LP Urolithiasis

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Aktivitas/istirahat:

Gejala:

- Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk

- Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi

- Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera

serebrovaskuler, tirah baring lama)

b. Sirkulasi

Tanda:

- Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)

- Kulit hangat dan kemerahan atau pucat

c. Eliminasi

Gejala:

- Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya

- Penrunan volume urine

- Rasa terbakar, dorongan berkemih

- Diare

Tanda:

- Oliguria, hematuria, piouria

- Perubahan pola berkemih

d. Makanan dan cairan:

Gejala:

- Mual/muntah, nyeri tekan abdomen

- Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat

- Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup

Tanda:

- Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus

- Muntah

e. Nyeri dan kenyamanan:

Gejala:

Page 21: LP Urolithiasis

- Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu

ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)

Tanda:

- Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi

- Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit

f. Keamanan:

Gejala:

- Penggunaan alkohol

- Demam/menggigil

g. Penyuluhan/pembelajaran:

Gejala:

- Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK

kronis, Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,

hiperparatiroidisme, Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat,

alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pre operasi :

a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi uretral.

b. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan situasi kandung kemih oleh

batu,iritasi ginjal atau uretral.

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual / muntah.

d. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan adanya batu pada saluran

kemih (ginjal).

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/ menginggat salah

interpertasi informasi.

Post operasi

a. Resiko kurang volume cairan b.d. haemoragik/ hipovolemik

b. Nyeri b.d insisi bedah

c. Perubahan eliminasi perkemihan b.d. penggunaan kateter

d. Resiko infeksi b.d. insisi operasi dan pemasangan kateter

Page 22: LP Urolithiasis

3. INTERVENSI

Pre operasi

a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uretral

Tujuan : - Melaporkan nyeri hilang/berkurang dengan spasme terkontrol

- Tampak rileks mampu tidur/istirahat dengan tepat.

Intervensi Rasional

1. Catat lokasi, lamanya intensitas (0-

10) dan penyebaran

2. Jelaskan penyebab nyeri dan

pentingnya melaporkan tentang

perubahann kejadian / karakyeristik

nyeri.

3. Berikan tindakan nyaman contoh

pijatan punggung lingkungan istirahat.

4. Perhatikan keluhan/menetap nya

nyeri abdomen.

5. Berikan banyak cairan bila tidak

ada mual, lakukan dan pertahankan terapi

IV yang diprogramkan bila mual dan

muntah terjadi.

6. Dorong aktivitas sesuai toleransi,

berikan analgesic dan anti emetic

sebelum bergerak bila mungkin.

1. Membantu mengevaluasi tempat

abstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus

2. Berikan kesempatan untuk pemberian

analgesic sesuai waktu (membantu dalam

meningkatkan koping pasien dan dapat

menurunkan ansietas).

3. Menaikkan relaksasi menurunkan

tegangan otot dan menaikkan koping

4. Obstruksi lengkap ureter dapat

menyebabkan perforasi dan ekstravasasi

urine ke dalam area perineal.

5. Cairan membantu membersihkan ginjal

dan dapat mengeluarkan batu kecil

6. Gerakan dapat meningkatkan pasase dari

beberapa batu kecil dan mengurangi urine

statis. Kenmyamanan meningkatkan

istirahat dan penyembuhan mual

disebabkan oleh peningkatan nyeri.

Page 23: LP Urolithiasis

2. Perubahan eliminasi urine berdasarkan slimuti kandung kemih oleh batu,iritasi ginjal

oleh ureteral

Tujuan : - Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya

- Tidak mengalami tanda obstruksi

Intervensi Rasional

1. Awasi pemasukan dan keluaran serta

karakteristik urine

2. Tentukan pola berkemih normal dan

perhatikan variasi

3. Dorong meningkatjkan pemasukan

cairan

4. periksa semua urine catat adanya

keluaran batu dan kirim ke

laboratorium untuk analisa

5. Observasi perubahan status

mental,perilaku atau tingkat kesadaran

6. Awasi pemeriksaan

laboratorium,contoh

BUN,elektrolit,kreatinin.

1. Memberikan informasi tentang fungsi

ginjal, dan adanya komplikasi contoh

infeksi dan perdarahan

2. Kalkulus dapat menyebabkan

ekstibilitas yang menyebabkan sensasi

kebutuhan berkemih segera

3. Peningkatan hidrasi membilas

bakteri,darah dan debris dan dapat

membantu lewatnya batu.

4. Penemuan batu memungkinkan

identifikasi tipe batu dan

mempengaruhi pilihan terapi.

5. Akumulasi sisa uremik dank e tidak

seimbangan elektrolit dapat menjadi

toksik di SSP.

6. Peninggian BUN,kreatinin dan

elektrolit mengidentifikasikan disfungsi

ginjal.

Page 24: LP Urolithiasis

3. Kekurangan volume cairan berdasarkan mual / muntah

Tujuan : - Mempertahankan keseimbangan cairan

- Membran mukosa lembab

- Turgor kulit baik

Intervensi Rasional

1. Awasi intake dan Output

2. Catat insiden muntah,diare perhatikan

karakteristik dan frekuensi mual /

muntah dan diare.

3. Awasi Hb /Ht, elektrolit

4. Berikan cairan IV

5. Berikan diet tepat,cairan

jernih,makanan lembut sesuai toleransi.

1. Membandingkan keluaran actual dan

yang diantisifikasi membantu dalam

evaluasi adanya / derajat statis /

kerusakan ginjal.

2. Mual / muntah, diare secara umum

berdasarkan baik kolik ginjal karena

saraf ganglion seliaka pada kedua ginjal

dan lambung.

3. Mengkaji hidrasi dan efektifian /

kebutuhan intervensi.

4. Mempertahankan volume sirkulasi /

bila pemasukan oral tidak cukup,/

menaik fungsi ginjal.

5. Makanan mudah cerna menurunkan

aktivitas GI / iritasi dan membantu

mempertahankan cairan dan

keseimbangan nutrisi.

Page 25: LP Urolithiasis

4. Resiko tinggi terhadap cidera berdasarkan adanya batu pada saluran kemih

( ginjal).

Tujuan : - Fungsi ginjal dalam batas normal

- Urine berwarna kuning / kuning jernih

-    Tidak nyeri waktu berkemih.

Intervensi Rasional

1. Pantau :

-          Urine berwarna,bau / tiap 8 jam

-          Masukan dan haluaran tiap 8 jam

-          PH urine

-          TTV setiap 4 jam

2. Saring semua urine,observasi

terhadap kristal. Simpan kristal

untuk dilihat dokter kirim ke

laboratorium

3. Konsultasi dengan dokter bila pasien

sering berkemih,jumlah urine sedikit

dan terus menerus,perubahan urine.

4. Berikan obat-obatan sesuai program

untuk mempertahankan PH urine

tepat.

1. Untuk deteksi dini terhadap masalah.

2. Untuk mendaptakan data- data

keluarnya batu,perubahan diet yang

didasari oleh komposisi batu

3. Temuan-temuan ini menunjukkan

perkembangan obstruksi dan kebutuhan

intervensi progresif.

4. Dengan perubahan PH urine /

peningkatan keasamaan /

alkalinitas,factor solubilitas untuk batu

dapat di control.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/ menginggat salah

interpertasi informasi.

Page 26: LP Urolithiasis

Tujuan : - menyatakan pemahaman proses penyakit.

-  Menghubungkan gejala dan faktor penyebab.

-    Melakukan perubahan prilaku yang perlu dan berpastrisipasi dalam program

pengobatan.

Intervensi Rasional

1. Kaji ulang proses penyakit dan harapan di

masa yang datang.

2. Tekankan pentingnya peningkatan

pemasukan cairan , contoh 3-4 liter per

hari/ 6-8 liter/ hari. Dorong pasien

melaporkan mulut kering, diuresis

(keringat berlebihan) dan untuk

peningkatan pemasukan cairan baik bila

haus atau tidak.

3. Diet rendah purin, contoh membatasi

daging berlemak, kalkun, tumbuhan

polong, gandum dan alkohol.

4. Diet rendah kalsium, contoh

membatasi ,susu,keju,sayur, berdaun

hijau, yogurt.

5. Diet rendah oksalat, contoh membatasi

makan coklat, minuman mengandung

kafein, bit, bayam.

6. Diet rendah kalsium/ fosfat dengan jeli

karbonat aluminium 30-40 ml, 30

menit/jam.

7. Diskusikan program obat-obatan,

hindari obat yang dijual bebas dan

membaca semua label produk/ kandungan

1. Memberikan pengetahuan dasar dimana

pasien dapat membuat pilihan berdasarkan

informasi.

2. Pembilasan sistem ginjal menurunkan

kesempatan statis ginjal atau pembentukan

batu.

3. Menurunkan pemasukan oral terhadap

prekusor asam urat.

4. Menurunkan resiko pembentukan batu

kalsium.

5. Menurunkan pembentukan batu oksalat.

6. Mencegah kalkulus fosfat dengan

membentuk presipitrat yang larut dalam

traktus gi, menguragi beban nefron ginjal.

7. Obat-obatan diberikan untuk mengasamkan

mengakalikan urine, tergantung pada

penyebab dasar pembentukan batu.

Page 27: LP Urolithiasis

dalam makanan.

8. Mendengar dengan aktif tentang terapi /

perubahan pola hidup.

9. Tunjukan perawatan yang tepat

terhadap insisi/ kateter bila ada.

8. Membantu pasien berkerja melalui perasaan

dan meningkatkan rasa kontrol apa yang

terjadi.

9. Meningkatkan kemampuan perawatan diri,

dan kemandirian.

Page 28: LP Urolithiasis

Post operasi

1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan haemoregik / hipovolemik

Tujuan : - tanda tanda vital stabil

-       kulit kering dan elastic

-       intake output seimbang

-       insisi mulai sembuh, tidak ada perdarahan melalui selang

2. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah

Tujuan : pasien melaporkan meningkatanya kenyamanan yang ditandai dengan mudah untuk

bergertak, menunjukkan ekspresi wayah dan tubuh yang relaks.

Intervensi Rasional

1. Kaji intensitas,sifat, lokasi pencetus daan

penghalang factor nyeri.

2. Berikan tindakan kenyamanan non

farmakologis, anjarkan tehnik relaksasi,

bantu pasien memilih posisi yang nyaman.

3. Kaji nyeri tekan, bengkak dan kemerahan.

4. Anjurkan pasien untuk menahan daerah

1. Menentukan tindakan selanjutnya

3. Dengan otot relkas posisi dan kenyamanan

dapat mengurangi nyeri.

3. Peradangan dapat menimbulkan nyeri.

Intervensi Rasional

1. Kaji balutan selang kateter

terhadap perdarahan setiap jam

dan lapor dokter.

2. Anjurkan pasien untuk mengubah

posisi selang atau kateter saat

mengubah posisi.

3. Pantau dan catat intake output tiap

4 jam, dan laporan ketidak

seimbangan.

4. Kaji tanda vital dan turgor kulit,

suhu tiap 4-8 jam.

1. mengetahui adanya perdarahan.

2. mencegah perdarahan pada luka insisi

3. mengetahui kesimbangan dalam tubuh.

4. dapat menunjukan adanya dehidrasi /

kurangnya volume cairan

Page 29: LP Urolithiasis

insisi dengan kedua tangan bila sedang

batuk.

5. Kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian analgetik.

4. Untuk mengurangi rasa nyeri. R/ obat

5. Analgetik dapat mengurangi nyeri.

3. Perubahan eliminasi perkemihan berhubungan dengan pemasangan alat medik ( kateter).

Tujuan : pasien berkemih dengan baik, warna urine kuning jernih dan dapat berkemih

spontan bila kateter dilepas setelah 7 hari.

Intervensi Rasional

1. Kaji pola berkemih normal pasien.

2. Kaji keluhan distensi kandung kemih tiap

4 jam

3.Ukur intake output cairan.

4. Kaji warna dan bau urine dan nyeri.

5. Anjurkan klien untuk minum air putih 2

Lt /sehari , bila tidak ada kontra indikasi.

1.untuk membandingkan apakah ada

perubahan pola berkemih.

2. Kandung kemih yang tegang disebabkan

karena sumbatan kateter.

3. Untuk mengetahui keseimbangan cairan

4. Untuk mengetahui fungsi ginjal.

5. Untuk melancarkan urine.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah dan pemasangan kateter.

Tujuan : - Insisi kering dan penyembuhan mulai terjadi.

-     Drainase dan selang kateter bersih.

Intervensi Rasional

1. Kaji dan laporkan tanda dan gejala infeksi

luka (demam, kemerahan, bengkak, nyeri

tekan dan pus)

2. Kaji suhu tiap 4 jam.

1. mengintervensi tindakan selanjutnya.

2. peningkatan suhu menandakan adanya

Page 30: LP Urolithiasis

3. Anjurkan klien untuk menghindari atau

menyentuk insisi.

4. Pertahankan tehnik steril untuk

mengganti balutan dan perawatan luka.

infeksi.

3. menghindarkan infeksi.

4. menghindari infeksi silang

Page 31: LP Urolithiasis

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J, 2004. Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC

Price, Sylvia A..2004. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.Smeltzer, Suzanne C,

2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 Edisi 8. Jakarta: EGC

http://spiritia.or.id/cst/dok , www.ikcc.or.id diakses 1 Maret 2013

Wilkison, Judith M, Buku saku diagnosis keperawatan : diagnosis NANDA, intervensi NIC,

kriteria hasil NOC Edisi 9, Jakarta : EGC, 2011