lp kanker ovarium

24
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KANKER OVARIUM A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru Kanker ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yang paling sering dan penyebab kematian kelima akibat kanker pada perempuan. (Price, 2005;1297) Kanker ovarium memiliki 5 stadium yaitu : (Smeltzer, 2001;1570) Stadium I : Pertumbuhan kanker terbatas pada ovarium Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan perluasan pelvis Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan metastasis diluar pelvis atau nodus inguinal atau retroperitoneal positif Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua sisi ovarium dengan metastasis jauh

Upload: bali-homepetshop

Post on 12-Feb-2015

444 views

Category:

Documents


58 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Kanker Ovarium

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN KANKER OVARIUM

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian

Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium

(indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun.

Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem

getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru

Kanker ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yang paling sering dan

penyebab kematian kelima akibat kanker pada perempuan. (Price, 2005;1297)

Kanker ovarium memiliki 5 stadium yaitu :

(Smeltzer, 2001;1570)

Stadium I : Pertumbuhan kanker terbatas pada ovarium

Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan

perluasan pelvis

Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan

metastasis diluar pelvis atau nodus inguinal atau retroperitoneal positif

Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua sisi ovarium dengan

metastasis jauh

2. Epidemiologi

Penyakit kanker ovarium mempunyai kejadian sekitar 13,8 wanita per

100.000 sekitar 75 % dari kasus dideteksi pada tahap lanjut.Sebagian kasus

kanker ovarium mengenai wanita antara usia 50-59 tahun. insiden tertingginya

adalah di Negara-negara industri, kecuali jepang dan insidennya rendah.

(Smeltzer, 2001;1569)

3. Etiologi

Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial.

Risiko berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin

dan faktor genetik (Price, 2005;1297).

Page 2: Lp Kanker Ovarium

Faktor lingkungan

Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam

lingkungan, dan penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu

dianggap mungkin menyebabkan kanker.

Faktor endokrin

Faktor risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan yang

nulipara, menarke dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama yang

lambat, dan tidak pernah menyusui. Penggunaan kontrasepsi oral tidak

meningkatkan resiko dan mungkin dapat mencegah. Terapi pengganti

astrogen (ERT) pascamenopause untuk 10 tahun atau lebih berkaitan

dengan peningkatan kematian akibat kanker ovarium

Faktor genetik

Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi

penetrasi telah ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker

ovarium. Bila terdapat dua atau lebih hubungan tingkat pertama yang

menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50% kesempatan

untuk menderita kanker ovarium.

4. Patofisologi

Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang

berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri pada

rongga abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan

peritoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat

timbul pada semua permukaan intraperitoneal. Limfatik yang disalurkan ke

ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjar

pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran awal

kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa gejala

atau spesifik. Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah

perasaan berat pada pelvis, sering berkemih dan disuria, dan perubahan fungsi

gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang

dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal

Page 3: Lp Kanker Ovarium

vagina sekunder akibat hiperplasia endometrium bila tumor menghasilkan

estrogen; beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi.

Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat

perdarahan dalam tumor,ruptur, atau torsi ovarium. Namun, tumor ovarium

paling sering terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin.

Pathway (pohon masalah terlampir)

5. Klasifikasi

Lebih dari 30 neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Tumor ovarium

dikelompokkan dalam 3 kategori besar ( Price, 2005;1297) yaitu :

(Price, 2005;1297)

Tumor-tumor epitel

Tumor-tumor epitel menyebabkan 60% dari semua neoplasma ovarium

dan diklasifikasikan sebagai neoplasma jinak, perbatasan ganas dan ganas

Tumor stroma gonad

Tumor-tumor sel germinal

Terdapat tiga ketegori utama tumor sel germinal yaiyu : tumor jinak

(kista dermoid), tumor ganas (bagian dari kista dermoid), tumor sel

germinal primitive ganas (sel embrionik dan ekstraembrionik)

Dua pertiga persen kanker ovarium adalah tumor sel germinal primitive

ganas. Penting untuk mendiagnosis jenis tumor dengan tepat.

6. Gejala klinis

Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan pada pasien dengan kanker

ovarium adalah sebagai berikut :

Haid tidak teratur

Darah menstruasi yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada

payudara

Menopause dini

Dispepsia

Tekanan pada pelvis

Page 4: Lp Kanker Ovarium

Sering berkemih dan disuria

Perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak

pada perut, cepat kenyang dan konstipasi.

Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina

skunder akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan

estrogen

(Smeltzer, 2001;1570)

7. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium

adalah massa pada rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan

fisik yang mampu membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun

secara umum dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan

licin, unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas akan

memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering bilateral.

Massa yang besar yang memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih

mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan

nodul pada cul-de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan

8. Pemeriksaan penunjang

Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam menegakkan

diagnosis suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada keganasan akan

memberikan gambaran dengan septa internal, padat, berpapil, dan dapat

ditemukan adanya asites . Walaupun ada pemeriksaan yang lebih canggih seperti

CT scan, MRI (magnetic resonance imaging), dan positron tomografi akan

memberikan gambaran yang lebih mengesankan, namun pada penelitian tidak

menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dari

ultrasonografi. Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling

sering digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering

disertai keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda tumor

untuk jenis sel germinal, antara lain alpha-fetoprotein (AFP), lactic acid

Page 5: Lp Kanker Ovarium

dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL), plasental-like alkaline

phosphatase (PLAP) dan human chorionic gonadotrophin(hCG).

9. Diagnosis/kriteria diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat, pemeriksaan fisik

ginekologi, serta pemeriksaan penunjang

Riwayat

Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan.

Keluhan yang timbul berhubungan dengan peningkatan massa tumor,

penyebaran tumor pada permukaan serosa dari kolon dan asites. Rasa tidak

nyaman dan rasa penuh diperut, serta cepat merasa kenyang sering

berhubungan dengan kanker ovarium. Gejala lain yang sering timbul adalah

mudah lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek akibat efusi

pleura dan asites yang masif.

Dalam melakukan anamnesis pada kasus tumor adneksa perlu

diperhatikan umur penderita dan faktor risiko terjadinya kanker ovarium.

Pada bayi yang baru lahir dapat ditemukan adanya kista fungsional yang kecil

(kurang dari 1-2 cm) akibat pengaruh dari hormon ibu. Kista ini mestinya

menghilang setelah bayi berumur beberapa bulan. Apabila menetap akan

terjadi peningkatan insiden tumor sel germinal ovarium dengan jenis yang

tersering adalah kista dermoid dan disgerminoma. Dengan meningkatnya usia

kemungkinan keganasan akan meningkat pula. Secara umum akan terjadi

peningkatan risiko keganasan mencapai 13% pada premenopause dan 45%

setelah menopause. Keganasan yang terjadi bisa bersifat primer dan bisa

berupa metastasis dari uterus, payudara, dan traktus gastrointestinal.

Pemeriksaan fisik ginekologi

Dengan melakukan pemeriksaan bimanual akan membantu dalam

memperkirakan ukuran, lokasi, konsistensi dan mobilitas dari massa tumor.

Pada pemeriksaan rektovaginal untuk mengevaluasi permukaan bagian

posterior, ligamentum sakrouterina, parametrium, kavum Dauglas dan

Page 6: Lp Kanker Ovarium

rektum. Adanya nodul di payudara perlu mendapat perhatian, mengingat

tidak jarang ovarium merupakan tempat metastasis dari karsinoma payudara.

Hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada

rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu

membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum

dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan licin,

unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas akan memberikan

gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering bilateral. Massa

yang besar yang memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih mencerminkan

tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada cul-

de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan.

Pemeriksaan penunjang

Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam

menegakkan diagnosis suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada keganasan

akan memberikan gambaran dengan septa internal, padat, berpapil, dan dapat

ditemukan adanya asites . Walaupun ada pemeriksaan yang lebih canggih

seperti CT scan, MRI (magnetic resonance imaging), dan positron tomografi

akan memberikan gambaran yang lebih mengesankan, namun pada penelitian

tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dari

ultrasonografi. Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling

sering digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun

sering disertai keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya

petanda tumor untuk jenis sel germinal, antara lain alpha-fetoprotein (AFP),

lactic acid dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL),

plasental-like alkaline phosphatase (PLAP) dan human chorionic

gonadotrophin(hCG).

Page 7: Lp Kanker Ovarium

10. Kemungkinan komplikasi

Torsi

Rupture kista

Perdarahan

Keganasan

11. Penatalaksanaan

Adapun tindakan yang dilakukan pada penanganan kanker ovarium antara

lain :

(Smeltzer, 2001;1570)

Pentahapan/pengklasifikasian tumor merupakan aktivitas penting yang

digunakan untuk mengarahkan pengobatan

Intervensi bedah untuk kanker ovarium adalah histerektomi abdominal

total dengan pengangkatan tuba falopii dan ovarium serta omentum

(salpingo-oofarektomi bilateral dan omentektomi) adalah prosedur standar

unruk penyakit tahap dini

Terapi radiasi dan implantasi fosfor 32 (32P) interperitoneal, isotop

radioaktif, dapat dilakukan setelah pembedahan

Kemoterapi dengan preparat tunggal atau multiple tetapi biasanya

termasuk cisplantin, sikofosfamid, atau karboplatin juga digunakan

Paklitaksel (Taxol) merupakan preparat yang berasal dari pohon cemara

pasifik, bekerja dengan menyebabkan mikrotubulus di dalam sel-sel untuk

berkumpul dan mencegah pemecahan struktur yang mirip benang ini.

Secara umum, sel-sel tidak dapat berfungsi ketika mereka terlilit dengan

mikrotubulus dan mereka tidak dapat membelah diri. Karena medikasi ini

sering menyebabkan leucopenia, pasien juga harus minum G-CSF (factor

granulosit koloni stimulating)

Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada

penderita dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat

menyebabkan pecahnya dinding kista akibat bagian yang diduga asites

ternyata kista yang memenuhi rongga perut. Pengeluaran cairan asites

Page 8: Lp Kanker Ovarium

hanya dibenarkan apabila penderita mengeluh sesak akibat desakan pada

diafragma.

Page 9: Lp Kanker Ovarium

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan meliputi :

A. Identitas pasien

B. Status kesehatan saat ini, yang meliputi :

Alasan kunjungan/keluhan utama, faktor pencetus, lamanya keluhan,

timbulnya keluhan, upaya yang telah dilakukan

Riwayat Keperawatan, meliputi :

Riwayat obstetrik : riwayat menstruasi (menarche, banyaknya,

HPHT, Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu)

Riwayat keluarga berencana : apakah melaksanakan KB, Jenis

kontrasepsi yang digunakan, sejak kapan menggunakan

kontrasepsi, masalah yang terjadi

Riwayat kesehatan : penyakit yang pernah dialami ibu, pengobatan

yang didapat, riwayat penyakit keluarga

Riwayat lingkungan : kebersihan, faktor lingkungan yang

membahayakan

Aspek psikososial : persepsi ibu tentang keluhan/penyakitnya

Kebutuhan dasar Khusus

a. Pola nutrisi : kaji frekuensi makan, nafsu makan, jenis

makanan rumah, makanan yang tidak disukai

b. Pola eliminasi : kaji pola BAK (frekuensi, warna, keluhan saat

BAK), pola BAB (frekuensi, warna, keluhan saat BAB)

c. Pola personal hygiene : kaji oral hygiene, kebersihan rambut,

kebersihan tubuh

d. Pola istirahat dan tidur : Kaji lama tidur, kebiasaan sebelum

tidur, keluhan saat tidur

e. Pola aktivitas dan latihan

f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

Page 10: Lp Kanker Ovarium

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umun pasien, kesadaran, tekanan

darah, respirasi, berat badan

Mata : Meliputi pemeriksaan kelopak mata, gerakan mata,

konjungtiva, sclera, pupil, akomodasi.

Hidung : meliputi pemeriksaan reaksi alergi, sinus,dll.

Mulut dan tenggorokan : kaji adanya mual, kesulitan menelan

Dada dan aksila : kaji adanya pembesaran mammae

Pernafasan : kaji jalan nafas, suara nafas, kaji adanya penggunaan

otot bantu pernafasan

Sirkulasi jantung : kaji kecepatan denyut apical, irama, kelainan

bunyi jantung, sakit dada

Abdomen : kaji adanya asites

Genitourinaria : kaji adanya massa pada rongga pelvis

Ekstremitas : kaji turgor kulit

Data penunjang

Laboratorium

USG

Rontgen

Terapi yang didapat

2. Diagnosa keperawatan

Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada ovarium

akibat penyakit kanker ovarium

Mual berhubungan dengan ovarium (kanker bermetastasis dg invasi

ke abdomen)

Kerusakan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan pada vesika

urinaria

Risiko perdarahan berhubungan dengan hyperplasia endometrium

Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (metastase sel

kanker ke bagian tubuh yang lain)

Page 11: Lp Kanker Ovarium

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan

informasi mengenai penyakit(kanker ovarium)

Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

3. Rencana tindakan

Dx 1 : Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada ovarium

akibat penyakit kanker ovarium

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...

x 24 jam, diharapkan nyeri pasien berkurang

atau terkontrol

Kriteria hasil : 1. Pasien mengatakan skala nyeri yang

dialaminya menurun

2. Pasien melaporkan nyeri yang sudah

terkontrol maksimal dengan pengaruh / efek

samping minimal

3. TTV pasien dalam batas normal, meliputi :

Nadi normal (± 60 - 100 x / menit)

Pernapasan normal ( ± 16 - 24 x / menit)

Tekanan darah normal ( ± 100 - 140

mmHg / 60 - 90 mmHg)

4. Ekspresi wajah pasien tidak meringis

5. Pasien tampak tenang (tidak gelisah)

6. Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan

distraksi dengan tepat sesuai indikasi untuk

mengontrol nyeri

NO INTERVENSI RASIONALISASI

1 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif [catat keluhan, lokasi

Membantu membedakan penyebab nyeri dan

Page 12: Lp Kanker Ovarium

nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan nyeri yang dilakukan]

memberikan informasi tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi.

2 Pantau tanda - tanda vital Peningkatan nyeri akan mempengaruhi perubahan pada tanda - tanda vital

3 Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri seperti teknik relaksasi dan teknik distraksi, misalnya dengan mendengarkan musik, membaca buku, dan sentuhan terapeutik.

Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif untuk mengontrol rasa nyeri yang dialami, serta dapat meningkatkan koping pasien

4 Berikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan pasien

Memberikan rasa nyaman pada pasien, meningkatkan relaksasi, dan membantu pasien untuk memfokuskan kembali perhatiannya.

5 Dorong pengungkapan perasaan pasien Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi pasien akan intensitas rasa sakit.

6 Evaluasi upaya penghilangan nyeri / kontrol pada pasien

Tujuan yang ingin dicapai melalui upaya kontrol adalah kontrol nyeri yang maksimum dengan pengaruh / efek samping yang minimum pada pasien.

7 Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting

Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri

8 Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi

Nyeri adalah komplikasi tersering dari kanker, meskipun respon individual terhadap nyeri berbeda-beda. Pemberian analgetik dapat mengurangi nyeri yang dialami pasien

9 Kolaborasi untuk pengembangan rencana manajemen nyeri dengan pasien, keluarga, dan tim kesehatan yang terlibat

Rencana manajemen nyeri yang terorganisasi dapat mengembangkan kesempatan pada pasien untuk mengontrol nyeri yang

Page 13: Lp Kanker Ovarium

dialami. Terutama dengan nyeri kronis, pasien dan orang terdekat harus aktif menjadi partisipan dalam manajemen nyeri di rumah.

10 Kolaborasi untuk pelaksanaan prosedur tambahan, misalnya pemblokan pada saraf

Mungkin diperlukan untuk mengontrol nyeri berat (kronis) yang tidak berespon pada tindakan lain

Dx 2 : Kerusakan eliminasi urine b/d penekanan pada

vesika urinaria

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...

x 24 jam, pola eliminasi urine pasien kembali

normal (adekuat)

Kriteria Hasil : 1. Tidak terjadi hematuria

2. Tidak terjadi inkontinensia urine

3. Tidak terjadi disuria

4. Jumlah output urine dalam batas normal ( ± 0,5 -

1 cc / kgBB / jam)

NO INTERVENSI RASIONALISASI

1 Catat keluaran urine, selidiki penurunan / penghentian aliran urine tiba-tiba

Penurunan aliran urine tiba-tiba dapat mengindikasikan adanya obstruksi / disfungsi pada traktus urinarius

2 Kaji pola berkemih (frekuensi dan jumlahnya). Bandingkan haluaran urine dan masukan cairan serta catat berat jenis urine

Identifikasi kerusakan fungsi vesika urinaria akibat metastase sel-sel kanker pada bagian tersebut

3 Observasi dan catat warna urine. Perhatikan ada / tidaknya hematuria

Penyebaran kanker pada traktus urinarius (salah satunya di vesika urinaria) dapat menyebabkan jaringan di vesika urinaria mengalami nekrosis sehingga urine yang keluar berwarna merah karena bercampur dengan darah

4 Observasi adanya bau yang tidak Identifikasi tanda - tanda

Page 14: Lp Kanker Ovarium

enak pada urine (bau abnormal) infeksi pada jaringan traktus urinarius

5 Dorong peningkatan cairan dan pertahankan pemasukan akurat

Mempertahankan hidrasi dan aliran urine baik

6 Awasi tanda vital. Kaji nadi perifer, turgor kulit, pengisian kapiler, dan membran mukosa

Indikator keseimbangan cairan dan menunjukkan tingkat hidrasi

7 Kolaborasi :Siapkan untuk tes diagnostik, prosedur penunjang sesuai indikasi

Pemeriksaan diagnostik dan penunjang misalnya pemeriksaan retrograd dapat digunakan untuk mengevaluasi tingkat infiltrasi kanker pada traktus urinarius sehingga dapat menjadi dasar untuk intervensi selanjutnya

8 Kolaborasi :Pantau nilai BUN dan kreatinin

Kadar BUN dan kreatinin yang abnormal dapat menjadi indikator kegagalan fungsi ginjal sebagai akibat komplikasi metastase sel-sel kanker pada traktus urinarius hingga ke organ ginjal.

Dx. 3 : Mual berhubungan dengan kanker ovarium (kanker bermetastasis dg invasi ke abdomen),efek kemoterapiTujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ..x..

diharapkan pasien tidak mengalami mual dan muntah.

Kriteria hasil:

Pasien tidak melaporkan adanya rasa mual

Pasien mengatakan tidak merasa penuh pada perutnya

Tidak ada tanda-tanda peningkatan saliva (meludah /

menelan)

Pasien menunjukkan kemauan untuk makan

NO INTERVENSI RASIONALISASI

1 Beritahu pasien bahwa asupan oral dapat dimulai kembali jika mual sudah

Makan dalam keadaan tidak mual dapat menurunkan resiko muntah.

Page 15: Lp Kanker Ovarium

berhenti dan nafsu makan sudah kembali normal.

2 Anjurkan makanan halus, sedikit, dan sering atau suplemen nutrisi cair sesuai kemampuan. Kaji kebutuhan terhadap cairan iv bila pasien muntah.

Memenuhi nutrisi klien dalam keadaan yang tidak nyaman (mual)

3 Jauhkan pasien dari benda-benda yang berbau tajam, yang dapat merangsang mual dan muntah.

Benda yang berbau dapat merangsang mual dan muntah

4 Dorong pasien tirah baring dan/atau pembatasan aktivitas

Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori

5 Berikan lingkungan yang kondusif untuk makan. Jaga agar ruangan tetap dingin dan tenang sebelum dan sesudah makan.

Lingkungan yang nyaman dapat menurunkan stres.

6 Berikan makanan panas dalam keadaan panas, dan makanan dingin dalam keadaan dingin. Hindari makanan yang berminyak, bergas, dan pedas. Beri cairan tidak bersamaan dengan waktu makan.

Makanan dan minuman sesuai dengan bentuk hidangan dapat menumbuhkan selera makan

7 Kolaborasi :Berikan obat antiemetik(antimual), ex: ondansentron

Mengurangi rasa mual dengan farmakologi

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: Lp Kanker Ovarium

Garcia,Agustin.2010.KankerOvarium,(online),(http://

emedecine.medscape.com./article/433779-overview, diakses pada tanggal 1 Mei

2010)

Guyton, Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9 Jakarta : EGC

NANDA. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005 - 2006 Definisi

dan Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika

Nettina,Sandra M.2001.Pedoman Praktek Keperawatan.Jakarta : EGC

Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2.

Edisi 6. Jakarta : EGC

Smeltzer. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.

Volume 3. Jakarta : EGC