lkip - yogyakartakebudayaan.jogjakota.go.id/assets/instansi/kebudayaan/files/... · salah satu...
TRANSCRIPT
LKIP
(LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH)
TAHUN 2018
DINAS KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
TAHUN 2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
KEDUDUKAN
Salah satu predikat yang melekat pada kota Yogyakarta adalah Kota Budaya.
Keanekaragaman seni dan budaya, kekayaan peninggalan sejarah kerajaan Mataram Islam
dan keanekaragaman warisan budaya baik yang bersifat tangible maupun intengible
menjadikan kota Yogyakarta sebagai pusat budaya yang memerlukan penanganan khusus
untuk menjaga keberlangsungan pelestarian dan pengembangannya.
Terbentuknya Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta berdasarkan Peraturan Daerah
Kota Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2016, merupakan instansi dalam Pemerintah Kota
Yogyakarta yang mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah
berdasar asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang kebudayaan.
Untuk mencapai sebuah pemerintahan yang baik dalam rangka mewujudkan
aspirasi masyarakat serta mencapai tujuan daerah. Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta
menyusun Rencana Strategis ( Renstra ) yang memuat rencana kinerja dalam kurun waktu
pelaksanaan 5 ( lima ) tahun berdasarkan pada Dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kota Yogyakarta yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota
Yogyakarta nomor 11 tahun 2017.
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota
Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Kota
Yogyakarta dan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 61 Tahun 2016 tentang Susunan
Organisasi, Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan Kota
Yogyakarta.
Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan
urusan pemerintah daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang
kebudayaan. Guna melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Dinas Kebudayaan Kota
Yogyakarta mempunyai fungsi:
1. Perumusan kebijakan teknis urusan kebudayaan;
2. Penyelenggaraaan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang kebudayaan;
3. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan urusan di bidang kebudayaan;
4. Pengelolaan kesekretariatan meliputi perencanaan, umum, kepegawaian, keuangan,
evaluasi, pelaporan; dan
5. Pelaksanaan pengawasan, pengendalian evaluasi dan pelaporan dibidang kebudayaan.
2
STRUKTUR ORGANISASI
Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta berdasarkan pada
Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 61 Tahun 2016 sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat, terdiri dari :
a. Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian;
b. Sub. Bagian Keuangan;
c. Sub. Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.
3. Bidang Pelestarian Warisan dan Nilai Budaya, terdiri dari :
a. Seksi Warisan Budaya, Pengetahuan dan Teknologi;
b. Seksi Tata Nilai Budaya;
c. Seksi Kepurbakalaan dan Permuseuman.
4. Bidang Sejarah dan Bahasa, terdiri dari:
a. Seksi Sejarah;
b. Seksi Bahasa dan Sastra.
5. Bidang Adat, Seni dan Tradisi, terdiri dari:
a. Seksi Seni dan Film;
b. Seksi Adat dan Tradisi.
6. Unit Pelaksana Teknis ( UPT )
7. Kelompok Jabatan Fungsional
KEPEGAWAIAN
Struktur kepegawaian Dinas dan Kebudayaan Kota Yogyakarta pada tahun 2018
memiliki sumber daya aparatur sebanyak 43 pegawai yang terdiri atas 21 orang PNS , 1
orang tenaga bantu (Naban) serta 21 orang tenaga teknis yang terdiri dari 11 orang Tenaga
Teknis APBD dan 10 orang Tenaga Teknis Dana Keistimewaan.
Tabel 1.1. Data Sumber Daya Manusia Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta
N
o
BAGIAN / BIDANG LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
S2 S1 D3 SMA SLTP SD
1 Kepala Dinas 1 - - - - -
2 Sekretariat 1 4 - 2 - 1
3 Bidang Pelestarian Warisan dan Nilai
Budaya - 4 - - - -
4 Bidang Sejarah dan Bahasa - 3 - - - -
5 Bidang Adat Seni dan Tradisi 2 1 - 2 - -
6 Naban - - - 1 - -
7 Tenaga Teknis - 17 3 1 - -
Jumlah 4 29 3 6 - 1
3
Tabel 1.2. Data Pegawai Dinas Kebudayaan Menurut Struktur Organisasi dan Jabatannya
No
BAGIAN / BIDANG
ESELONISASI
Esselon
II
Esselon
III
Esselon
IV Staf Naban
Tenaga
Teknis
1 Kepala Dinas 1 - - - - -
2 Sekretariat 1 3 4 1 6
3 Bidang Pelestarian
Warisan dan Nilai
Budaya
1
3
-
-
6
4 Bidang Sejarah dan
Bahasa - 1 2 - - 4
5 Bidang Adat Seni dan
Tradisi - 1 2 2 - 5
Jumlah 1 4 10 6 1 21
Kondisi kepegawaian berdasarkan analisis beban kerja dibandingkan SDM yang ada,
belum mencukupi kebutuhan dan perlu penyesuaian dan peningkatan kompetensinya.
Sarana dan Prasarana Kerja
Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta saat ini berkedudukan di Jalan Kemasan 39
Kotagede Yogyakarta. Kotagede sendiri merupakan salah satu kawasan sentra kerajinan
perak dan peninggalan bangunan bersejarah. Luas kantor Dinas Kebudayaan Kota
Yogyakarta terdiri atas bangunan induk + 323 m2, dan pendopo seluas 142 m2 sedangkan
luas tanah + 2157 m2. Apabila dibandingkan dengan jumlah pegawai sebanyak 43 orang
yang terdiri atas 21 ASN, 1 naban, 11 tenaga teknis APBD dan 10 tenaga teknis dari Dana
Keistimewaan maka belum ideal untuk suatu ruang kantor. Hal ini menyebabkan ruang
kantor membuat pegawai merasa kurang nyaman dalam bekerja. Kendaraan dinas yang di
miliki berupa mobil sebanyak 4 unit, sepeda motor sebanyak 11 unit. Pesawat
telepon/faximile terdapat 1 buah, dengan sambungan telephone antar ruang sebanyak 7
buah. Di samping hal tersebut di atas, Dinas Kebudayaan dilengkapi dengan jaringan
internet dan fasilitas Wifi, namun demikian sarana dan prasarana kantor tersebut masih
perlu ditingkatkan untuk memperbaiki pelayanan kepada masyarakat.
4
Anggaran
Tabel 1.3 . Anggaran Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta tahun 2018 sebagai berikut :
No RINCIAN BELANJA APBD MURNI APBD PERUBAHAN
2 Belanja Tidak Langsung Rp 1.587.765.465,- Rp 1.470.114.194,-
3 Belanja Langsung Rp 2.857.698.869,- Rp 4.004.955.231,-
Tujuan dan Sasaran Perangkat Daerah
Untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan kebudayaan Kota Yogyakarta ,
dirumuskan tujuan strategis perangkat daerah sebagai berikut : “Meningkatkan
Pemahaman dan Kesadaran Masyarakat akan Pentingnya Pelestarian Budaya” adapun
untuk mewujudkan tujuan strategis pembangunan kebudayaan Kota Yogyakarta
dirumuskan sasaran strategis sebagai berikut : “Peran Serta Masyarakat Dalam
Pengembangan dan Pelestarian Budaya Meningkat”. Tujuan dan Sasaran Strategis
Perangkat Daerah dimaksud sebagaimana yang tersaji pada tabel berikut :
Tabel 1.4
Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta
Tujuan
Sasaran
Indikator
Sasaran/
Tujuan
Target Kinerja Sasaran Pada Tahun ke .....
1
(2017)
2
(2018)
3
(2019)
4
(2020)
5
(2021)
6
(2022)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Meningkatkan
pemahaman dan
kesadaran
masyarakat akan
pentingnya
pelestarian
budaya
Persentase
rintisan
kelurahan
budaya yang
aktif
44 %
50 %
56 %
61 %
67 %
72 %
Peran serta
masyarakat
dalam
pengemba
ngan dan
pelestarian
budaya
meningkat
Persentase
rintisan
kelurahan
budaya yang
aktif
44 %
50 %
56 %
61 %
67 %
72 %
5
Permasalahan Pelayanan Organisasi
Permasalahan pelayanan organisasi pada tahun 2018 yang berpengaruh pada
pencapaian target yang telah ditetapkan organisasi pada tahun anggaran 2018 adalah
sebagaimana yang terlihat pada tabel 1.5 berikut :
Tabel 1.5. Permasalahan Pelayanan Organisasi
Visi : Meneguhkan Kota Yogyakarta Sebagai Kota Nyaman Huni dan Pusat Pelayanan
Jasa yang Berdaya Saing Kuat Untuk Keberdayaan Masyarakat Dengan Berpijak
Pada Nilai Keistimewaan
No
Misi dan
Program KDH
dan Wakil KDH
terpilih
Permasalahan
Pelayanan
SKPD
Faktor
Penghambat Pendorong
Misi 4:
Meningkatkan
kualitas
pendidikan,
kesehatan, sosial
dan budaya
Pelestarian
Warisan dan
nilai budaya
1. Sarana dan
Prasarana
kedinasan yang
kurang sesuai
dengan load
factor aktivitas
2. Perkembangan
tata kota yang
kurang
mengindahkan
estetika dan
karakter
kawasan cagar
budaya
3. Kurangnya minat
generasi muda
dalam
pelestarian seni
budaya
1. Komitmen
Kepala Daerah
untuk
meingkatkan
kualitas budaya
2. Adanya perangkat
regulasi yang
cukup memadai
3. Adanya program –
program terkait
pelestarian dan
pengembangan
kebudayaan
4. Masuknya
Yogyakarta dalam
Jaringan Kota
Pusaka Indonesia
5. Adanya lembaga/
organisasi dan
komunitas seni
budaya
6. Ketersediaan
Pendanaan baik
melalui APBD
maupun Dana
Keistimewaan
Pelestarian dan
pengembangan
sejarah dan
bahasa
Pelestarian dan
pengembangan
seni dan tradisi
6
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
Dalam melaksanakan perencanaan kinerja tahun 2018 Dinas Kebudayaan Kota
Yogyakarta mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Yogyakarta
yang didasarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Yogyakarta dan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta.
Renstra Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud, dalam fungsinya sebagai
perencanaan kinerja memiliki peran yang strategis dalam menentukan tujuan dan sasaran
kegiatan yang hendak dicapai sesuai dengan visi, misi, kebijakan, program, dan kegiatan
yang realistis dalam kurun waktu 5 tahun ( 2017-2022 ).
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan
akuntabel serta berorientasi pada hasil serta dalam rangka mewujudkan target kinerja pada
tahun 2018, perencanaan kinerja dituangkan dalam Rencana Kinerja Tahunan yang
kemudian disepakati dalam dokumen penetapan kinerja antara Kepala Dinas Kebudayaan
Kota Yogyakarta dan Walikota Yogyakarta yang diartikan sebagai bentuk janji dan
komitmen kepala dinas dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk mewujudkan
target-target pembangunan kebudayaan yang telah diperjanjikan.
Perencanaan Kinerja Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta sesuai dengan sasaran
yang telah ditetapkan pada dokumen perencanaan yaitu “Peran serta masyarakat dalam
pengembangan dan pelestarian budaya meningkat” dan dilaksanakan melalui tiga
program, sebagaimana terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1. Tujuan dan Sasaran Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta tahun 2018
Tujuan Sasaran
Indikator
Kinerja
Tujuan/Sasaran
Target Program/Kegiatan Anggaran (Rp)
Meningkatkan
pemahaman
dan kesadaran
masyarakat
akan
pentingnya
pelestarian
budaya
Peran serta
masyarakat
dalam
pengemban
gan dan
pelestarian
budaya
meningkat
Persentase
rintisan
kelurahan
budaya yang
aktif
44 % Program Pelestarian
Warisan dan Nilai
Budaya
1.422.207.986
Program Pelestarian
dan Pengembangan
Sejarah dan Bahasa
348.596.900
Program Pelestarian
dan Pengembangan
Seni dan Tradisi
974.141.570
7
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi
Secara keseluruhan target dan realisasi dari perjanjian kinerja tahun 2018 dapat
dilihat pada tabel 3.1. berikut :
Tabel 3.1
Target dan Realisasi Perjanjian Kinerja Tahun 2018
Sasaran Indikator
Kinerja Target Realisasi Program/Kegiatan
Peran serta
masyarakat
dalam
pengembangan
dan pelestarian
budaya
meningkat
Persentase
rintisan
kelurahan
budaya yang
aktif
44% 55,5%
Program Pelestarian Warisan dan
Nilai Budaya
Program Pelestarian dan
Pengembangan Sejarah dan
Bahasa
Program Pelestarian dan
Pengembangan Seni dan Tradisi
Peran serta masyarakat dalam pengembangan dan pelestarian budaya meningkat
dengan target persentase rintisan kelurahan budaya yang aktif pada tahun 2018 sebesar
44%. Dari penilaian yang dilakukan terhadap keaktivan Rintisan Kelurahan Budaya
terdapat sebanyak 10 Rintisan Kelurahan Budaya yang aktif dari sejumlah 18 Rintisan
Kelurahan Budaya. Sesuai dengan formula indikator sasaran, maka diperoleh hasil sebagai
berikut :
Jumlah rintisan kelurahan budaya yang aktif 10
-------------------------------------------------------- x 100 % = ----------- x 100 % = 55,5 %
Jumlah Rintisan Kelurahan Budaya 18
Penilaian aktifitas rintisan kelurahan budaya pada tahun 2018 mencakup aktivitas
masyarakat dalam penyelenggaraaan kegiatan seni budaya dengan interval penilaian
keaktivan rintisan kelurahan budaya dari angka 1 – 35. Nilai kriteria rintisan kelurahan
disebut aktif apabila memiliki skor 29 – 35, kriteria cukup aktif dengan skor 22 – 28 dan
kurang aktif dengan skor ≤ 21. Pada tahun 2018 penilaian meliputi tujuh ( 7 ) indikator,
dimana masing-masing indikator memiliki nilai tertinggi 5, sehingga nilai
tertinggi/maksimal yang diperoleh rintisan kelurahan budaya adalah 35, adapun interval
penilaian adalah sebagai berikut :
Interval Penilaian per indikator
sangat baik 5
baik 4
cukup 3
kurang 2
sangat kurang 1
8
Kategori Penilaian
Aktif : 29 – 35
Cukup Aktif : 22 – 28
Kurang Aktif : ≤ 21
Aktivitas Rintisan Kelurahan Budaya yang menjadi indikator keaktivan pada
tahun 2018 meliputi Dialog Budaya (Seminar/ Workshop Budaya), Keaktivan dalam
Forum, Aktualisasi Seni Budaya, Gelar Potensi Seni Budaya, Pentas Seni, keikutsertaan
dalam pameran yang menampilkan kekayaan kuliner dan produk-produk UMKM dari
setiap Rıntisan Kelurahan Budaya, Pawai, dan Penyelenggaraan Upacara Adat seperti
terlihat dalam tabel penilaian terhadap 18 Rintisan Kelurahan Budaya sebagai berikut :
Tabel 3.2 Aktivitas Rintisan Kelurahan Budaya Kota Yogyakarta tahun 2018
No Kelurahan
Aktivitas
Upacara
Adat
Jumlah Dialog
Budaya
Keaktivan
Forum
Aktualisasi
Seni
Budaya
Gelar Potensi
Pentas Pameran Pawai
1 Kotabaru 3 3 5 4 4 4 4 27
2 Semaki 4 4 3 4 3 2 3 23
3 Bausasran 5 4 4 4 4 4 5 30
4 Purbayan 4 5 5 4 3 5 4 30
5 Wirobrajan 4 4 4 4 3 4 3 26
6 Gedongkiwo 4 4 4 4 4 4 5 29
7 Cokrodiningratan 4 4 5 5 4 4 5 31
8 Prawirodirjan 2 2 5 5 1 2 2 19
9 Ngampilan 3 4 4 5 5 5 5 31
10 Keparakan 4 4 3 3 2 4 5 25
11 Purwokinanti 4 3 4 4 4 3 3 25
12 Pandeyan 5 4 5 5 3 4 4 30
13 Prenggan 5 4 4 4 4 4 5 30
14 Pringgokusuman 4 4 5 4 4 4 4 29
15 Warungboto 5 4 4 4 4 4 5 30
16 Tegalpanggung 4 4 5 5 3 3 5 29
17 Gunungketur 4 3 4 4 4 3 3 25
18 Baciro 4 4 4 4 2 2 4 24
9
Dari tabel skoring diperoleh hasil 10 Rintisan Kelurahan Budaya dengan kategori aktif yaitu :
No. Kelurahan Jumlah Nilai
1. Cokrodiningratan 31
2. Ngampilan 31
3. Bausasran 30
4. Purbayan 30
5. Prenggan 30
6. Warungboto 30
7. Pandeyan 30
8. Tegalpanggung 29
9. Pringgokusuman 29
10. Gedongkiwo 29
Program yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan
kinerja terhadap capaian indikator kinerja yang terdapat dalam Penetapan Kinerja Dinas
dan Kebudayaan didukung melalui 3 program.
1. Program Pelestarian Warisan dan Nilai Budaya
Keseluruhan wilayah Kota Yogyakarta merupakan suatu kawasan yang memiliki
muatan budaya dalam pembentukan dan pengembangannya menunjukkan jejak manusia
membentuk lingkungan hidup mereka dan dengan jelas mengindikasikan kawasan menjadi
pusat berkembangnya budaya tinggi dan maju. Kawasan perkotaan memiliki kehidupan
yang lebih dinamis, sehingga perubahan pola hubungan antara komponen-komponen
budaya dalam suatu kawasan atau bahkan dalam suatu bangunan terjadi dengan lebih
cepat, terutama dalam kaitannya dengan aspek ekonomi dan sosial memicu pergeseran ini.
Suatu kawasan yang mempunyai dominasi potensi benda cagar budaya dalam
wilayah yang cukup luas dan tidak mengenal batas administratif kemudian di sebut
Kawasan Cagar Budaya (KCB). KCB Kota Yogyakarta berjumlah 5 kawasan yaitu KCB
Kraton, KCB Pakualaman, KCB Kotagede, KCB Kotabaru, KCB Malioboro.
Pengembangan kawasan cagar budaya tentu tidak akan lepas dari pengembangan kota
secara keseluruhan. Seringnya terjadi benturan kepentingan antar pihak-pihak yang terkait,
berakibat dalam pelaksanaannya. Sebagai langkah untuk melestarikan citra kawasan dan
untuk mengeliminasi berbagai pihak dengan berbagai kepentingan yang berbeda, maka
diusahakan agar pengembangan kawasan cagar budaya pada akhirnya dapat berguna atau
bermanfaat bagi semua pihak, dengan kata lain pengembangan ini dapat menampung
berbagai aspirasi yang ada dan tetap mencirikan kawasan cagar budaya serta menjaga citra
visual asli kawasan.
10
Pokok pembangunan pelestarian warisan dan nilai budaya di Kota Yogyakarta
dilakukan dengan mendayagunakan Potensi Budaya yang ada di Kota Yogyakarta, yakni
melalui memperkuat karakter Kawasan Cagar Budaya dengan pemberian rekomendasi
Fasade Bangunan untuk pemohon IMB, serta penyelamatan aset-aset budaya yang ada di
masyarakat. Peran serta masyarakat dalam pelestarian budaya yang didukung dalam
program ini terutama adalah mendorong masyarakat untuk melestarikan dan
mempertahankan ciri khas/ karakter kawasan budaya di kota Yogyakarta. Bagi masyarakat
kota Yogyakarta yang akan membangun bangunan baru atau merenovasi bangunan yang
sudah ada harus mendapatkan rekomendasi dari Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta.
Rekomendasi dimaksud sebagai salah satu syarat untuk mengajukan Ijin Mendirikan
Bangunan (IMB) pada Dinas Perijinan dan Penanaman Modal Kota Yogyakarta. Hal ini
ditujukan untuk melestarikan dan mengendalikan bangunan yang akan dibangun oleh
masyarakat agar sesuai dengan karakter bangunan pada kawasan tersebut.
Sesuai dengan ketentuan, masa berlaku rekomendasi adalah selama dua (2) tahun,
sehingga penghitungan ketaatan masyarakat Kota Yogyakarta dalam melaksanakan
rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta dihitung
pada tahun n-2 dari bangunan yang telah terbangun. Dengan demikian penghitungan
pencapaian indikator yang ditetapkan adalah ( Jumlah Bangunan Taat Rekomendasi :
Jumlah Rekomendasi n-2 yang terbangun x 100% ). Adapun penghitungan capaian target
untuk tahun 2018 adalah :
Jumlah Bangunan Taat Rekomendasi 142
---------------------------------------------------- x 100 % = ----------- x 100 % = 78 %
Jumlah Rekomendasi n-2 yang terbangun 182
Dari perhitungan di atas dapat dikatakan bahwa peran serta masyarakat dalam pelestarian
kawasan cagar budaya sesuai dengan yang telah direkomendasikan sangat memuaskan.
2. Program Pelestarian dan Pengembangan Sejarah dan Bahasa
Kota Yogyakarta merupakan kota bersejarah. Dalam perkembangannya, Kota
Yogyakarta berkembang menjadi kota budaya dan kota pendidikan, sehingga menjadi
tujuan bagi para pelajar/ mahasiswa dari seluruh nusantara untuk menuntut ilmu.
Yogyakarta memiliki situs sejarah Kasultanan dan Pakualaman, naskah-naskah kuno,
kekayaan bahasa dan sastra, tata kota dan lingkungan kampung, arsitektur rumah
kediaman, monumen dari benda sejarah yang lain. Bangunan warisan budaya yang ada di
Kota Yogyakarta merupakan aset atau harta yang sangat berharga.
Dinamika kehidupan masyarakat Kota Yogyakarta berubah seiring dengan
meningkatnya intensitas hubungan dengan masyarakat lain, informasi yang semakin
terbuka, dan tuntutan kebutuhan telah mengakibatkan terjadi pergeseran nilai budaya.
11
Dalam menghadapi dinamika kehidupan dan pengaruh budaya luar yang semakin intensif,
sebagian anggota masyarakat mampu beradaptasi dan mengadopsi berbagai nilai yang
dipandang baik untuk menjalankan kehidupan, namun ada juga masyarakat yang tidak
mampu maupun mengolah esensi nilai yang ada di dalamnya.
Dari kondisi seperti ini maka diperlukan upaya internalisasi berbagai nilai luhur
yang terkait dengan Pelestarian Kesejarahaan dilakukan melalui upaya Seminar Sejarah
yang melibatkan 18 RKB, pelajar, mahasiswa, masyarakat umum yang tinggal di Kota
Yogyakarta dan sekitarnya serta adanya Penelitian Kajian Sejarah. Sedangkan dalam
bidang Kesesastraan dan Kebahasaan melalui Festival Langen Carita (14 Kecamatan),
Workshop Sesorah Bahasa Jawa (18 RKB), Lomba Panembrama (14 Kecamatan),
Pelestarian Macapat di 14 Kecamatan, Pembacaan Cerkak (18 RKB), serta fasilitasi
terhadap pengembangan Kelurahan Rintisan Budaya.
3. Program Pelestarian dan Pengembangan Seni dan Tradisi
Menjaga konsistensi Kota Yogyakarta sebagai Kota Budaya tentu merupakan
tantangan bagi pemerintah dan masyarakat. Isu strategis terkait dengan urusan kebudayaan
yang selama ini dihadapi adalah “belum optimalnya pengembangan budaya lokal,
termasuk pengelolaan budaya dan pengembangan keragaman seni dan budaya serta
pemberdayaan lembaga budaya”. Kondisi ini menunjukkan perlunya kebijakan sebagai
upaya untuk mengembangkan dan mengelola budaya lokal dengan memberdayakan
lembaga budaya.
Peran Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta sangat vital melalui pokok kampanye
penyadaran akan potensi budaya. Berbagai upaya dilakukan untuk menyadarkan
masyarakat Kota Yogyakarta akan pentingnya menjaga budaya masyarakat Kota
Yogyakarta. Selain itu kegiatan inventarisasi potensi seni budaya, revitalisasi potensi seni
budaya serta membangun landasan sistemik kebudayaan di Kota Yogyakarta juga menjadi
pokok dalam menjaga aset budaya. Kebijakan tersebut merupakan langkah strategis untuk
memantapkan Kota Yogyakarta menjadi Kota Budaya.
Pokok pembangunan seni di Kota Yogyakarta dilakukan dengan mendayagunakan
Potensi Budaya yang ada di Kota Yogyakarta, yakni melalui pembinaan Rintisan
Kelurahan Budaya untuk nantinya dikembangkan menjadi Kelurahan Budaya, dalam
rangka penyelamatan aset-aset budaya yang ada di masyarakat.
Kebijakan pengembangan seni , adat dan tradisi merupakan upaya melanggengkan
seni sebagai karakter, identitas, dan potensi pengembangan Kota Yogyakarta. Kegiatan
penyelenggaraan seni dan budaya di Kota Yogyakarta cukup banyak dan beragam, namun
kegiatan ini belum sepenuhnya didukung oleh sarana dan prasarana yang berkualitas dan
12
memadai. Sarana penyelenggaraan seni dan budaya sebagian besar adalah milik
Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Arena yang biasa digunakan untuk
menyelenggarakan kegiatan seni dan budaya seperti Lapangan Karang, Lapangan RW 09
Pandeyan, Kecamatan Gedongtengen, Lapangan Sewadanan Pakualaman, Lapangan
Mancasan, Jl. Trimargo Wetan, Halaman eks Pabrik Es Ngampilan, Pendopo Tamansiswa,
AKPER Notokusumo, nDalem Yudadiningratan, dan Taman Pintar. Sesuai dengan
perkembangan dan dinamika kehidupan masyarakat, peningkatan apresiasi dan penyaluran
kreativitas kesenian masyarakat sudah semestinya diiringi dengan perkembangan kualitas
sarana dan prasarana tempat penyelenggaraan seni dan budaya.
Faktanya memang berbagai jenis kesenian belum dikembangkan secara optimal.
Seni rupa merupakan potensi kesenian di Kota Yogyakarta yang belum digali secara
optimal. Berbagai macam jenis karya dapat dijumpai mulai dari karya rupa tradisional
(wayang, keris, ukir-ukiran kayu, batik) hingga yang modern dan kontemporer (lukisan,
patung, seni grafis, arsitektur, media baru, foto, dan film). Adapun pengembangan
perfilman di kota Yogyakarta terkendala dengan kurangnya dukungan dan fasilitas yang
representatif untuk mengakomodasi proses kreatif, belum dipahaminya film sebagai
potensi ekonomis maupun pencitraan kota Yogyakarta sebagai kota seni dan budaya.
Disamping itu belum adanya koordinasi dan jejaring pengembangan seni dan film antara
pemerintah, swasta dan masyarakat, serta kurangnya penghargaan atas karya intelektual
bidang seni dan film.
Ruang pagelaran seni dapat berupa rumah pribadi, galeri seni, balai kebudayaan
milik pemerintah, hingga di ruang publik. Pagelaran pentas seni tersaji nyaris sepanjang
waktu sebagai media hiburan bagi masyarakat. Berkembangnya berbagai kegiatan seni
tersebut diharapkan mampu mendorong berkembangnya sektor lain baik yang berkaitan
langsung maupun yang tidak langsung.
Pembangunan kota seni dilakukan dengan mendayagunakan potensi seni, adat dan
tradisi berbasis Kampung yang ada di Kota Yogyakarta. Upaya yang dilakukan berupa:
1. Menggalakan berbagai kegiatan seni di masyarakat untuk menampung segala macam
kreativitas masyarakat Kota Yogyakarta dengan penyelenggaraan aktualisasi seni
budaya, pentas seni, pameran seni, festival seni dan kegiatan seni lainnya.
2. Penguatan kelembagaan rintisan kelurahan budaya yang ada di kota Yogyakarta
sebagai upaya untuk penguatan seni, adat maupun tradisi berbasis komunitas.
Penguatan dimaksud dilakukan melalui Gelar Seni Budaya yang melibatkan 18
Rintisan Kelurahan Budaya, Workshop Pembuatan Film, dan Pembuatan Film
Dokumenter.
13
3. Kegiatan adat dan tradisi terbagi menjadi dua jenis, yaitu upacara tradisi yang terkait
dengan daur hidup manusia, dan upacara adat masyarakat yang bersifat massal atau
dikuti oleh banyak orang pada satu waktu yang memiliki maksud dan keperluan
tertentu. Keanekaragaman maksud atau keperluan sebuah upacara adat, misalnya
untuk, permohonan, penyucian, inisiasi, kesyukuran, atau sekadar pengekspresian
kegembiraan. Dalam upacara adat biasanya akan ditampakkan simbol-simbol
kesakralan, kekhidmatan, keagungan, keindahan, dan bahkan keceriaan.
Berdasarkan data, jumlah kegiatan upacara adat di kota Yogyakarta yang masih
sering dilakukan masyarakat meliputi Ketupat sebagai Budaya Masyarakat
Gedongkiwo, Upacara Adat Merti Tumpeng Robyong di Kelurahan Brontokusuman,
Gelar Upacara Adat Tedak Siten di Kelurahan Patehan, Apeman di Kelurahan
Suryatmajan, dan Jamasan Pusaka di Kraton Yogyakarta. Selain diadakan upacara
tradisi, juga diadakan Festival Dolanan Anak, Revitalisasi Filosofi Keris, Kampanye
Sadar Budaya, dan Sımbolis Keris dalam Budaya Jawa.
B. Realisasi Anggaran
Dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang telah ditetapkan serta
pencapaian sasaran strategis organisasi ditempuh dengan instrumen kebijakan program
yang dioperasionalkan dalam kegiatan dan sub kegiatan. Program dan kegiatan yang
ada masing-masing diterjemahkan dari sasaran yang dirinci lebih lanjut pada kegiatan
dalam bentuk Rencana Kerja Dinas dan Kebudayaan Kota Yogyakarta sekaligus
anggaran yang dibutuhkan untuk mencapai target yang telah ditetapkan .
Realisiasi anggaran Dinas Kebudayaan kota Yogyakarta pada tahun 2018
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kota Yogyakarta
sebagai berikut :
Tabel. 3.3
No. RINCIAN BELANJA APBD REALISASI %
1. Belanja Tidak Langsung Rp 1.470.114.194,- Rp. 1.382.637.114,- 94%
2. Belanja Langsung Rp 4.004.955.231,- Rp. 3.673.559.371,30,- 92%
Tabel 3.4 Realisai Anggaran per Program
Program/Kegiatan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Rp 855.233.419,- Rp 719.038.772,46 84%
Program Peningkatan Sarana
dan Prasarana Aparatur
Rp 264.492.968,- Rp 247.156.980,- 93%
Program Peningkatan pengembangan
Sistem Pelaporan Capaian Kinerja
SKPD
Rp 140.282.388,- Rp 60.210.780,- 43%
Program Pelestarian Warisan
dan Nilai Budaya
Rp 1.422.207.986,- Rp 1.379.362.950,64,- 97%
Program Pelestarian dan
Pengembangan Sejarah dan Bahasa
Rp 348.596.900,- Rp 343.757.220,- 99%
14
Program Pelestarian dan
Pengembangan Seni dan Tradisi
Rp 974.141.570,- Rp 924.032.668,20,- 95%
Beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya penyerapan anggaran di
antaranya adalah :
1. Beberapa sub kegiatan tidak bisa terlaksana dengan baik karena adanya
kendala teknis (sangat terbatasnya jumlah personil yang ada sehingga
menghambat kinerja);
2. Tugas Pembantuan dari Pemda DIY berupa Dana Keistimewaan urusan
kebudayaan yang harus dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan kota
Yogyakarta;
15
BAB IV
PENUTUP
Dalam rangka mewujudkan target kinerja jangka menengah seperti yang telah
ditetapkan dalam dokumen perencanaan. Pada tahun 2018 telah ditetapkan target kinerja
antara Kepala Dinas dan Kebudayaan Kota Yogyakarta dengan Walikota Yogyakarta.
Target kinerja yang telah ditetapkan pada tahun 2018 yakni Persentase Rintisan Kelurahan
Budaya yang aktif sebesar 55,5%, dengan tingkat capaian realisasi sebesar 100%.
Keberhasilan pencapaian target disamping peran serta aktif masyarakat dalam pelestarian
dan pengembangan seni budaya juga didukung dengan pendanaan kegiatan dari APBD
dan Dana Keistimewaan bidang kebudayaan.
Realisasi Anggaran Belanja langsung untuk mewujudkan target capaian kinerja
sebesar 92% atau Rp 3.673.559.371,30,- dari jumlah anggaran sebesar Rp 4.004.955.231
Realisasi Belanja Tidak Langsung sebesar 94% atau Rp 1.382.637.114,- dari anggaran
belanja tidak langsung sebesar Rp 1.470.114.194,- Capaian realisasi belanja langsung 92%
sangat dipengaruhi oleh terpenuhinya pegawai struktural yang ada, permasalahan teknis
pelaksanaan kegiatan kurangnya staf dan adanya Tugas Pembantuan dari Pemda DIY
untuk menjalankan Dana Keistimewaan Bidang Kebudayaan yang harus dilaksanakan oleh
Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta.
Yogyakarta, 31 Januari 2019
Kepala Dinas Kebudayaan
Kota Yogyakarta
Ir. Eko Suryo Maharsono, MM
NIP. 195910011990031001