leptospirosis haidar

43
Epidemiologi, Patogenesis, Gambaran Klinis, Pencegahan Leptospirosis pd Manusia Haidar Alatas DKK Kabupaten Banyumas

Upload: haidar-alatas

Post on 28-Nov-2015

106 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Epidemiologi, Patogenesis, Gambaran Klinis, Pencegahan

Leptospirosis pd Manusia

Haidar AlatasDKK Kabupaten Banyumas

Curiculum vitae• Nama : Dr. Haidar Alatas, SpPD-KGH, Finasim,MH,MM.• Tempat/tanggal lahir : Kudus / 21 Januari 1957• Agama : Islam• Alamat kantor : RSU Banyumas, Bagian Penyakit

Dalam dan Unit Hemodialisis. • No. telepon / Fax : (0281) 796191 / (0281) 796133 • Alamat rumah : Jl. Ahmad Yani 26, Purwokerto, • No. telepon / Fax : (0281) 640795 / (0281) 640095• Handphone : 0811261521• Alamat email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN 1. Dokter umum

2. Dokter Spesialis

Penyakit Dalam

3. Dokter Spesialis

Konsultan

4. Magister Hukum

5. Magister

Manajemen RS

6. S3 Kedokteran

Tahun 1977 - 1985

Tahun 1990 – 1996

Tahun 2002 – 2012

Tahun 2008 – 2010

Tahun 2011 – 2012

Tahun 2013

UNDIP Semarang

UNDIP Semarang

UGM Jogyakarta

UNSOED

UNSOED

FK UGM

Pendahuluan

• Penyakit zoonosis yang disebabkan oleh spirokaeta patogen dari famili leptospiraceae.

• Penyakit demam akut pada manusia atau hewan• Zoonosis yang paling luas penyebarannya di

dunia.• Penyakit yang sering terlewatkan diagnosisnya• Pelaporan belum optimal

Prevalensi Leptospirosis

• Incidence di daerah tropik 10 kali lebih besar• Di Perancis 600 kasus per tahun. • Separohnya didapat dari luar, dmn incidence

100 x dp di Perancis sendiri.• under-reported disease, • WHO : 873,000 kasus, 48,600 death.

Leptospirosis di IndonesiaKemenkes RI, 2013

propinsi 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

DKI Jkt 56 51 450 141 8 15 11 10

Jabar 0 0 0 0 0 1 29 0

Jateng 35 35 67 231 232 133 184 129

DIY 16 9 1 23 95 230 626 72

Jatim 0 0 48 31 0 19 5 28

total 107 95 566 426 335 398 855 239

Emerging Infectious Diseases. Vol. 15, No. 6, June 2009 www.cdc.gov/eid

137 (67 pasien dirawat di RSDK & 70 pasien rawat jalan di puskesmas) dengan demam akut

sakit kepala (85%), nyeri otot (70%), mual (64%), batuk (44%), nyeri perut (38%)

13 leptospirosis ringan, non-ikterik (dg MAT & PCR):

9 (13% ) dari 67 pasien yg dirawat di RSDK

Pelaporan Leptospirosis

• Provinsi yang masih melaporkan adanya kasus leptopirosis dari tahun 2005 sampai tahun 2012 adalah Provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta.

• Sedangkan di Jawa Barat, tahun 2005-2009 dilaporkan tidak ada kasus leptospirosis.

• Blanko pelaporan?• Tidak ada kasus???

Permasalahan

• Pasien Leptospirosis datang ke rumah sakit dalam keadaan terlambat.

• Masih rendahnya sensitivitas kemampuan petugas kesehatan dasar dalam mendiagnosa leptospirosis.

• Terbatasnya ketersediaan RDT .• Managemen dan pelaporan yang belum baik.

Etiologi • Genus leptospira, Famili Trepanometaceae, Ordo Spirochaetales

– L. interrogans yang patogen– L. biflexa yang non patogen

• L. interrogans tda + 240 serotipe dalam 23 serogroup• Serotipe mengakibatkan sakit berat/fatal : L. icterohemorhagica• Serotipe mengakibatkan sakit ringan : L. autumnalis, L. bataviae, dll• Reservoir : rodent (tikus), babi, sapi, kambing, anjing, kucing, burung,

insektivora (landak, lkelelawar, tupai), dll• Tersering menginfeksi manusia :

– L. icterohemorrhagica dengan reservoir tikus– L. canicola dengan reservoir anjing– L. pomona dengan reservoir sapi/babi

Darkfield microscopy of Leptospira.

Leptospira serovars / strains

Lebih dari 240 serovar telah diidentifikasi di dunia

Sebagian serovar / strain diberi nama “Indonesia” (penduduk atau kota) seperti:

sarmin, salinem, paidjan, sentot

hardjoprajitno, rachmat, djasiman

medanensis, samaranga, bataviae,

javanica, bindjei, bangkinang etc.

Patogenesis • Masa inkubasi 2-26 hr/7-13 hr (10 hr)• Melalui port d’entrée (kulit, selaput lendir oral, nasal,

konjungtival, dsb) leptospira masuk dlm darah, berkembang biak, dan menyebar ke organ/jaringan tubuh.

• Imun respon (humoral & selular) spirochetemia menghilang, namun leptospira (+) pada area imunologis terisolasi (mis, ginjal) di convoluted tubules membentuk koloni2 masuk dalam kemih (8 hr-bbrp minggu pasca infeksi – fase konvalesens)

• Bisa (+) pada binatang seronegatif di ginjal bisa permanent nephritis damage

• Leptospirosis bisa mengakibatkan ggn hemostasis• Endotoksin leptospira kerusakan endotel BT memanjang

Darkfield microscopy of Leptospira.

Scanning electron micrograph

Leptospira interrogans serotype icterohaemorrhagiae. Silver staining of organisms grown in culture. Notice the tightly coiled body with hooked ends.

Perjalanan Penyakit

• Demam mendadak• Nyeri kepala frontal, oksipital, bitemporal• Nyeri otot & muscular tenderness :• Hiperestesia kulit• Mual, muntah, mencret (50% kasus)• Batuk dan sakit dada (25-86% kasus)• Hemoptisis (40% kasus di Korea/China)• Penurunan kesadaran (25% kasus)• Bradikardia relatif, TD normal• Conjunctival injection, fotofobia (hari 3-4)• Pharingeal injection• Ruam kulit makular, urtikaria pada truncal• hepatoslenomegali

Fase I (leptospiremia)4-9 hari gejala hilang sementara

Demam 100%, Menggigil 22% Conjunctival injection 54% Ikterus 46% Muscular tenderness 45% Nyeri otot/seluruh tubuh 32% Gejala abdominal 29% Pening/sakit kepala 25% Hepatomegali 18% Splenomegali 6% Perdarahan 5% Batuk-batuk 4% Proteinuria 25% Azotemia 20%

Munculnya IgM Kadar C3 normal Manifestasi klinis lebih bervariasi Klinis fase leptospiremia muncul Demam jarang > 390C (1-3 hr) Meningismus (-) LCS : pleiositosis (50-90% kasus) Iridosiklitis Neuritis optik Mielitis jarang Ensefalitis Neuropati perifer

Fase III (Fase rekonvalesens)Minggu II-IV – gejala menghilang

Fase II (Fase Imun)

Pola klinis 559 kasus di Malaysia (Tan, dkk) :

Leptospirosismanifestasi klinis

Leptospirosis ringan atau non-ikterik 85-90% Flu-like atau demam akut Sebagian besar kasus di salah-diagnosis sbg penyakit demam lain Pasien mungkin tidak berobat Leptospirosis berat atau ikterik 5-15%Weil`s disease (Sindrom Weil) CFR 5 - 30%

Sindrom klinis

Ikterus, perdarahan dan gagal ginjal adalahindikator utama Leptospirosis berat

Leptospirosis non-ikterikdiagnosis banding : penyakit demam akut

Influenza

Infeksi dengue

Infeksi hantavirus

Demam tifoid

Meningitis

Malaria tanpa komplikasi

HIV seroconversion

Rickettsiosis

Infeksi mononukleosis

Infeksi bakteri/virus lainnya

Leptospirosis ikterikdiagnosis banding

• Malaria falciparum berat

• Demam tifoid berat dg komplikasi

• Haemorrhagic fevers with renal failure (HFRF) (hantavirus type Dobrava infection)

• Demam berdarah berat lainnya

Klinis khas - Sindroma Weil• Leptospirosis berat yang ditandai dengan ikterus, kadang

disertai perdarahan, anemia, azotemia, gangguan kesadaran dan demam tipe febris kontinua

• Gejala khas muncul hari ke 3-6

– Hepatomegali & nyeri tekan

– SGOT meningkat ( jarang > 5x )

– Bilirubin meningkat

– Gangguan ginjal : Proteinuria, Azotemia. ATN, Oliguria

– Perdarahan (epistaxis, hemoptisis, dll) karena vaskulitits difus di kapiler disertai hipoprotrombinemia & trombositopenia

Klinis khas - Meningitis aseptik• Leptospirosis fase imun terjadi pleositosis hebat/cepat • CSF

– Lekosit 10-100/mm3 sd 1000/mm3– Terbanyak netrofil & mononuklear– Glukosa normal/menurun– Protein meningkat sd 100 mg%– Xantokromasi CSF pada pasien ikterus

• Tersering karena L. canicola

Aritmia jantung : AF, VT, VPB Jarang : kardiomegali, CHF Kausa : L. pomona & L. grippotyphosa

Miokarditis

Gambaran laboratorik

• Lekositosis, netrofil • KED • Anemia pada keadaan berat• Proteinuria, pyuria, cast, k/k

hematuria mikroskopik• BUN, Ureum dan kreatinin

meninggi pada komplikasi• Transaminasi & bilirubin

pada komplikasi hati (40% ps) • CPK 5 x normal pada fase

awal (50% ps)• LCS : pleiositosis dengan

peningkatan kadar protein & glukosa normal

• Diagnosis laboratorik :– Mikroskopik :

• Mikroskopik medan gelap• Immunofluorescent

technique– Kultur darah/urine dan LCS

penderita– Serologis (hr 6-12)

• Macroscopic agglutination test

• Mikroskopic agglutination test (MAT)

• Indirect hemagglutination• IgM spesifik ELISA

Diagnosis

• Riwayat pekerjaan• Gejala/keluhan klinis

– Demam mendadak– Nyeri kepala frontal– Mata merah– Keluhan gastrointestinal

• Pemeriksaan fisik– Demam– Bradikardia – Muscular tenderness– Hepatomegali

• Laboratorik – Lekositosis netrofilia, KED – Proteinuria, lekosituria, cast (+)– Bilirubin/transaminase – BUN, Ureum, kreatinin

Diagnosis Banding :

• Influensa• Meningitis septik viral• Riketsiosis• Penyakit dg ikterus• Crandular fever• Brucellosis• Pneumonia atipik• DBD• Penyakit skut SSP• FUO

Gejala klinik Leptospirosis pd manusia

– fever;– severe headache;– myalgias;– conjunctival suffusion;– jaundice;– general malaise;– stiff neck;– chills;– abdominal pain;– joint pain;– anorexia;– nausea;

– vomiting;– diarrhoea;– oliguria/anuria;– haemorrhages;– skin rash;– photophobia;– cough;– cardiac arrhythmia;– hypotension;– mental confusion;– psychosis;

WHO GUIDELINES: Faine’s criteriaPart A. Clinical data Score

Headache 2

Fever 2

Temp >/= 39 derajad C 2

Conjunctival suffusions (bilateral) 4

Meningism 4

Muscle pain 4

Conjunctival suffusions + meningism + muscle pain 10

Jaundice 1

Albuminuria / Nitrogen retention

PART B. Contact with animal

2

10

Terapi

• Antibiotika : Penisilin, Streptomisin, Tetrasiklin, Kloramfenikol, Eritromisin, Siprofloksasin

• Pilihan I : Penisilin-G 1,5 juta IU/6 jam (5-7 hr)• Antimikrobial efektif hr 1-3 namun kurang manfaat

pada fase imun dan tidak efektif jika disertai ikterus, gagal ginjal maupun meningitis

• Suportif – Sesuai keparahan & komplikasi– Ggn fungsi hati : perawatan hepatitis– Ggn fungsi ginjal :

• Protein diet sesuai kreatinin• Keseimbangan cairan/elektrolit/asam basa • Azotemia/uremia berat dilakukan dialisis

Prognosis

• Tergantung – KU– Umur– Virulensi– Ada/tidaknya kekebalan

• Mortalitas (AS) 2,5-16,4 % (7,1%) pertahun• Mortalitas 10% pd usia < 50 th dan 56% pada umur > 51

th• Kematian biasanya akibat sekunder faktor pemberat :

– Gagal ginjal– Gagal hati– Perdarahan– Keterlambatan pengobatan

1.Kasus Suspect

Demam akut (>=38.50C) dan

Nyeri kepala-otot Malaise dan/atau Conjuctival suffusion dan

Ada riwayat kontak dg lingkungan yang terkontaminasi Leptospira

Leptospirosis Definisi kasus

2. Kasus Probable

A. Unit Pelayanan Kesehatan I (tanpa fasilitas Lab)

Kasus Suspect disertai minimal dua dari gejala dibawah ini:- nyeri betis

- batuk dengan/tanpa batuk darah - sesak nafas

- ikterus- manifestasi perdarahan (ptekie, mimisan, hematemesis dll)- iritasi meningeal- anuria-oliguria dan/atau proteinuria- aritmia jantung

Catatan: Kasus probable segera dirujuk ke Rumah Sakit

2. Kasus Probable

B. Unit Pelayanan Kesehatan II / III (dengan fasilitas lab) Kasus Suspect dengan IgM positif berdasarkan

tes diagnostik cepat (RDT) Dengan / atau Minimal 3 dari kriteria laboratorium dibawah ini:

1. proteinuria, piuria, hematuria 2. lekositosis dg relatif neutrofilia (>80%), limfopenia 3. trombosit < 100.000 sel/mm 4. bilirubin > 2mg%; peningkatan ringan SGPT/SGOT

peningkatan amilase atau CPK

3. Kasus Confirmed

Kasus Suspect atau Probable dengan salah satu

dibawah ini :

Isolasi bakteri Leptospira dari sampel klinis (darah,urine)

PCR positif Serokonversi MAT dari negatif positif atau

adanya kenaikan titer 4x dari pemeriksaan awal Titer MAT ≥ 320 (400) pada satu sampel

LEPTO Tek Lateral Flow Tes diagnosis cepat untuk Leptospirosis

Strong Weak Negativepositive positive

RDT (Rapid diagnostic test = Tes diagnosis cepat) Diagnosis cepat tidak sama dengan diagnosis dini.

Catatan: IgM dapat bertahan s/d 3 – 6 bulan pasca terinfeksi kuman Leptospira

In the ICD10 disease classification system, leptospirosis is code A27.

•A microscopic view of LeptospiraI bacteria stained apple green with a fluorescent dye (from the CDC’s Public Health Image Library)

Penanggulangan Leptospirosis

• Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) leptospirosis ditujukan pada upaya penemuan dini serta pengobatan segera penderita untuk mencegah kematian.

• Intervensi lingkungan untuk mencegah munculnya sarang-sarang atau tempat persembunyaian tikus.

• Vaksinasi hewan peliharaan terhadap leptospira.

Pencegahan

• Pekerja berrisiko tinggi harus diberi perlindungan dari kontak dengan bahan terkontaminasi dengan urine binatang reservoir sepatu, masker, sarung tangan

• Hygiene perorangan

• Penyediaan air minum/pembersihan tempat air/lingkungan

• Vaksinasi

• Pengendalian hospes perantara

• Edukasi

Aktifitas yang berpotensi terkontaminasi kuman Leptospira

Pekerjan yang berpotensi sebagai faktorrisiko terpajan Leptospira

Kesimpulan

• Leptospirosis mrpk penyakit zoonosis yang penyebarannya luas.

• Indonesia termasuk daerah tropik, prevalensinya tinggi, ttp pelaporannya kurang.

• Gejala klinis mirip dengan penyakit demam lain, ttp bl disertai ikterohemoragika--> Khas.

• Penunjang diagnostik sukar didapat.• Musim hujan tiba leptospirosis meningkat.

MATURNUWUN