latihan soal

17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Tanah memegang peranan penting bagi masyarakat. Banyak mineral – mineral yang terkandung di dalam tanah dan sering dimanfaatkan oleh semua makhluk hidup. Tanah adalah bahan mineral yang padat (unconsolidated) terletak di permukaan bumi, yang telah dan tetap akan mengalami perlakuan dan dipengaruhi oleh faktor – faktor genetik dan lingkungan yang meliputi bahan induk, iklim (termasuk kelembaban dan suhu), organisme (makro dan mikro) dan topografi pada suatu periode waktu tertentu. (Abadi, K, 2005) Kondisi tanah yang lembab dengan bertumpuknya banyak sampah merupakan habitat yang tepat untuk nematoda hidup dan berkembang biak. Tekstur tanah yang sangat bervariasi yang terdiri dari tanah pasir, debu dan tanah liat sangat memungkinkan hidup dan berkembang biak telur – telur cacing Soil Transmitted Helminths hingga menjadi cacing yang infektif menularkan penyakit kecacingan. (Cahyo Wu, 2009) Dampak infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah pada masyarakat perlu dipelajari untuk dapat menentukan cara – cara pencegahan. Penyebaran infeksi Ascaris dan Trichuris mempunyai pola yang hampir sama, demikian juga epidemiologi cacing tambang dan Strongyloides. 5

Upload: volia-rissantis

Post on 02-Dec-2015

127 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Latihan Soal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanah

Tanah memegang peranan penting bagi masyarakat. Banyak mineral –

mineral yang terkandung di dalam tanah dan sering dimanfaatkan oleh semua

makhluk hidup.

Tanah adalah bahan mineral yang padat (unconsolidated) terletak di

permukaan bumi, yang telah dan tetap akan mengalami perlakuan dan

dipengaruhi oleh faktor – faktor genetik dan lingkungan yang meliputi bahan

induk, iklim (termasuk kelembaban dan suhu), organisme (makro dan mikro)

dan topografi pada suatu periode waktu tertentu. (Abadi, K, 2005)

Kondisi tanah yang lembab dengan bertumpuknya banyak sampah

merupakan habitat yang tepat untuk nematoda hidup dan berkembang biak.

Tekstur tanah yang sangat bervariasi yang terdiri dari tanah pasir, debu dan

tanah liat sangat memungkinkan hidup dan berkembang biak telur – telur

cacing Soil Transmitted Helminths hingga menjadi cacing yang infektif

menularkan penyakit kecacingan. (Cahyo Wu, 2009)

Dampak infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah pada

masyarakat perlu dipelajari untuk dapat menentukan cara – cara pencegahan.

Penyebaran infeksi Ascaris dan Trichuris mempunyai pola yang hampir sama,

demikian juga epidemiologi cacing tambang dan Strongyloides.

5

Page 2: Latihan Soal

B. Infeksi Parasit Soil Transmitted Helminths

Infeksi cacing Soil Transmitted Helminths merupakan infeksi kronik

yang diakibatkan oleh cacing parasit dengan prevalensi tinggi dan paling

banyak menyerang anak balita dan anak usia sekolah dasar. Infeksi cacing ini

ditularkan melalui tanah yang tercemar telur cacing. Pencemaran telur cacing

itu terjadi karena pencemaran tanah oleh tinja, ini memudahkan transmisi

telur dari tanah kepada manusia melalui tangan yang tercemar oleh telur

cacing parasit, kemudian masuk ke mulut bersama makanan.

Soil Transmitted Helminths adalah cacing golongan nematoda yang

dalam siklus hidupnya untuk mencapai stadium infektif memerlukan tanah

dengan kondisi tertentu (Safar, R, 2010). Diantara golongan nematoda

tersebut terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah yaitu Ascaris

lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, Trichuris

trichiura dan Strongyloides stercoralis. Cacing parasit tersebut menginfeksi

manusia dan menyebabkan penyakit kecacingan. Penyakit kecacingan ini

ditularkan terutama melalui tanah adalah cacing dalam usus yang daur

hidupnya memerlukan tanah untuk berkembang dan menjadi infektif pada

manusia.

Biasanya tanah yang cocok untuk perkembang biakan atau daur

hidup cacing Soil Transmitted Helminths adalah tanah yang lembab dengan

suhu lembab dan hangat, hal ini bertujuan untuk menetaskan telur (Gracia,

Lynne S. dan David A. Bruckner, 1996). Selain suhu, kondisi cuaca dan iklim

Page 3: Latihan Soal

sangat mempengaruhi kondisi tanah untuk perkembang biakan cacing Soil

Transmitted Helminths.

C. Cacing Usus yang Siklus Hidupnya Melalui Tanah

Di Indonesia, nematoda usus lebih sering disebut sebagai cacing

perut. Sebagian besar penularannya melalui tanah maka digolongkan ke

dalam kelompok cacing yang ditularkan melalui tanah atau Soil Transmitted

Helminths. (Soedarto, 1991)

Yang termasuk dalam Soil Transmitted Helminths yaitu :

1. Ascaris lumbricoides

Merupakan nematoda usus terbesar. Parasit ini hampir tersebar di

seluruh dunia, terutama di daerah dengan sanitasi yang buruk.

(Poorwo,Soedarmo S, Herry G, Sri Rezeki S, Hindra I, 2008)

a. Klasifikasi

Sub kingdom : Metazoa

Filum : Nemathelminthes

Kelas : Nematoda

Ordo : Ascaridida

Famili : Ascaridoidea

Genus : Ascaris

Spesies : Ascaris lumbricoides (Jeffrey dan Leach, 1993)

b. Morfologi

Cacing dewasa Ascaris lumbricoides berbentuk silinder, berwarna

merah muda. Cacing betina menghasilkan berkisar 200.000 telur yang

Page 4: Latihan Soal

telah dibuahi (fertilized) dan tidak dibuahi (unfertilized) per hari yang

diletakkannya di lumen usus. Telur ini berukuran 40 x 60 m yang

ditandai dengan adanya mamillated outer coat dan thick hyaline shell.

(Soedarmo et al, 2008)

Telur Ascaris lumbricoides dindingnya memiliki 3 lapisan yaitu :

1. Lapisan luar yang tebal, dari bahan albuminoid yang bersifat

impermiabel.

2. Lapisan tengah, dari bahan hialin bersifat impermiabel ( lapisan ini

yang membentuk telur ).

3. Lapisan paling dalam, dari bahan vitelline bersifat sangat impermiabel

sebagai pelapis sel telurnya.

Gambar 2.1.1 Telur Ascaris lumbricoides (Hadidjaja, P dan Srisasi Gandahusada, 2002)

Page 5: Latihan Soal

Gambar 2.1.2 Cacing Ascaris lumbricoides (http://medicastore.com/rss.artikel.php, 2009)

c. Siklus hidup

Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang

menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk

infektif ini, bila tertelan oleh manusia, menetas di usus halus. Larvanya

menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe,

lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru. Larva

di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk

rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus.

Dari trakea larva ini menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan

pada faring. Penderita batuk karena rangsangan ini dan larva akan tertelan

ke dalam esofagus, lalu menuju ke usus halus. Di dalam usus halus larva

berubah menjadi cacing dewasa. Sejak telur matang tertelan sampai cacing

dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2 bulan. (Gandahusada, S,

1998)

Page 6: Latihan Soal

Gambar 2.1.3 Siklus Hidup Ascaris lumbricoides (Gandahusada, S, 2006)

d. Diagnosis

Cara menegakkan diagnosis penyakit adalah dengan pemeriksaan

tinja secara langsung. Adanya telur dalam tinja memastikan diagnosis

askariasis. (Gandahusada, S, 1998)

2. Trichuris trichiura

Cacing ini tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak terdapat di

daerah panas dan lembab dan sering terlihat bersama – sama dengan infeksi

Ascaris. (Gandahusada, S, 1998)

Page 7: Latihan Soal

a. Klasifikasi

Sub kingdom : Metazoa

Filum : Nemathelminthes

Kelas : Nematoda

Ordo : Enoplida

Famili : Trichinellidea

Genus : Trichuris

Spesies : Trichuris trichiura (Jeffry dan Leach, 1993)

b. Morfologi

Panjang cacing betina kira – kira 5 cm, sedangkan cacing jantan 4

cm. Seekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur setiap hari

antara 3000 – 20.000 butir. Telur berbentuk seperti tempayan dengan

semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar

berwarna kekuning – kuningan dan bagian dalam jernih. (Sutanto,Inge, Is

Suhariah I, Pudji K. S, Saleha S, 2008)

Gambar 2.2.1 Telur Trichuris trichuira (Hadidjaja, P dan Srisasi Gandahusada, 2002)

Page 8: Latihan Soal

Gambar 2.2.2 Cacing Trichuris trichuira (Hadidjaja, P dan Srisasi Gandahusada, 2002)

c. Siklus hidup

Cara infeksi langsung bila secara kebetulan hospes menelan telur

matang. Larva keluar melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus

halus. Sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan

masuk ke daerah kolon, terutama sekum. Masa pertumbuhan mulai dari

telur tertelan sampai cacing dewasa betina bertelur 30 – 90 hari.

(Sutanto,Inge, Is Suhariah I, Pudji K. S, Saleha S, 2008)

Page 9: Latihan Soal

Gambar 2.2.3 Siklus Hidup Trichuris trichuira (Srisasi Gandahusada, Ilahude, Wita Pribadi, 2006)

d. Diagnosis

Diagnosa dibuat dengan menemukan telur di dalam tinja.

(Sutanto,Inge, Is Suhariah I, Pudji K. S, Saleha S, 2008)

3. Strongyloides stercoralis

Nematoda ini tersebar luas di daerah tropik dan subtropik

sedangkan di daerah dingin jarang ditemukan. Parasit ini dapat menyebabkan

penyakit strongilodiasis.

Page 10: Latihan Soal

a. Klasifikasi

Sub kingdom : Metazoa

Filum : Nemathelminthes

Kelas : Nematoda

Ordo : Rhabditida

Famili : Strongyloidea

Genus : Strongyloides

Spesies : Strongyloides stercoralis (Jeffry dan Leach, 1993)

b. Morfologi

Cacing betina berbentuk filiform, halus, tidak berwarna dan

panjangnya 2 mm. Bentuk bebas betina lebih kecil dari bentuk parasit.

Cacing jantan bebas lebih kecil dari betina dengan ekor melingkar.

Larva rabditiform bentuk halus pendek dan mulut lebar pendek.

Sedangkan larva filariform bentuk halus panjang dan ekor bertakik /

bercabang.

Telur bentuk parasitik, sebesar 54 x 32 mikron. Bentuk bulat oval

dengan selapis dinding yang transparan. Bentuknya mirip dengan telur

cacing tambang.

Gambar 2.3.1 Cacing Strongyloides stercoralis

(Hadidjaja, P dan Srisasi Gandahusada, 2002)

Page 11: Latihan Soal

c. Siklus hidup

Parasit ini mempunyai 3 macam daur hidup :

1. Siklus langsung

Larva rabditiform setelah 2 – 3 hari di tanah akan berubah menjadi

larva filariform (bentuk infektif). Larva ini hidup di tanah dan dapat

menembus kulit manusia kemudian masuk ke vena menuju jantung

kanan dan paru – paru. Dalam paru – paru, cacing menjadi dewasa dan

menembus alveolus kemudian masuk ke trakea dan laring. Hal itu

menyebabkan batuk – batuk di laring sehingga cacing terasa tertelan

hingga ke usus halus bagian atas.

2. Siklus tidak langsung

Pada siklus ini, larva rabditiform berkembang menjadi cacing jantan

dan betina bentuk bebas. Telur betina setelah dibuahi selanjutnya

menetas menjadi larva rabditiform. Larva ini setelah beberapa hari

berkembang menjadi larva filariform (bentuk infektif) kemudian

masuk ke dalam hospes baru. Larva rabditiform dapat mengulangi

fase bebas.

3. Autoinfeksi

Larva rabditiform juga dapat berkembang menjadi larva filariform di

rongga usus atau di daerah perianal. Bila larva filariform menembus

mukosa usus atau kulit perianal maka terjadi daur perkembangan di

dalam hospes. (Onggowaluyo, Jangkung S., 2001)

Page 12: Latihan Soal

Gambar 2.3.2 Siklus Hidup Cacing Strongyloides stercoralis (Gandahusada, S., Ilahude, Wita Pribadi, 2006 )

d. Diagnosis

Dengan menemukan larva rabditiform dalam tinja segar, dalam

biakan atau dalam aspirasi duodenum. (Sutanto,Inge, Is Suhariah I, Pudji

K. S, Saleha S, 2008)

4. Ancylostoma duodenale dan Necator americanus

Ancylostoma duodenale dan Necator americanus merupakan cacing

tambang (hookworm). Hospes parasit ini adalah manusia, cacing ini

menyebabkan nekatoriasis dan ankilostomiasis.

Page 13: Latihan Soal

a. Klasifikasi

Sub kingdom : Metazoa

Filum : Nemathelminthes

Kelas : Nematoda

Ordo : Rhabditida

Famili : Ancylostomaidea dan Necator

Genus : Ancylostoma dan Necator

Spesies : A. duodenale dan N. americanus (Jeffrey dan Leach,

1993)

b. Morfologi

Cacing betina Necator americanus tiap hari mengeluarkan telur

kira– kira 9000 butir, sedangkan Ancylostoma duodenale kira – kira

10.000 butir. Cacing betina berukuran panjang kurang lebih 1 cm, cacing

jantan kurang lebih 0,8 cm. Bentuk badan Necator americanus biasanya

menyerupai huruf S, sedangkan Ancylostoma duodenale menyerupai

huruf C.

Telur cacing tambang yang besarnya kira – kira 60 x 40 mikron,

berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat

beberapa sel. Larva rabditiform panjangnya kira – kira 250 mikron,

sedangkan larva filariform panjangnya kira – kira 600 mikron.

(Gandahusada, S, 1998)

Page 14: Latihan Soal

Gambar 2.4.1 Telur Cacing Tambang (Pinardi, 2002)

Gambar 2.4.2 Cacing A. duodenale

Gambar 2.4.3 Cacing N.americanus (Hadidjaja, P dan Srisasi Gandahusada, 2002)

Page 15: Latihan Soal

c. Siklus hidup

Telur cacing tambang ini keluar bersama – sama dengan tinja. Di

dalam tubuh manusia, dengan waktu 1 – 1,5 hari telur telah menetas dan

mengeluarkan larva rabditiform. Selanjutnya dalam waktu kira – kira 3

hari, larva rabditiform berkembang menjadi larva filariform (bentuk

infektif). Larva filariform dapat tahan di dalam tanah selama 7 – 8 minggu.

Infeksi pada manusia terjadi apabila larva filariform menembus kulit atau

tertelan.

Daur hidup kedua cacing tambang ini dimulai dari larva filariform

menembus kulit manusia kemudian masuk ke kapiler darah dan berturut –

turut menuju jantung kanan, paru – paru, bronkus, trakea, laring, dan

terakhir dalam usus halus sampai menjadi dewasa. (Onggowaluyo,

Jangkung S, 2001)

Page 16: Latihan Soal

Gambar 2.4.4 Siklus Hidup cacing tambang

(Gandahusada, S., Ilahude, Wita Pribadi, 2006)

d. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja segar.

Dalam tinja yang lama mungkin ditemukan larva.

Untuk membedakan spesies Necator americanus dan Ancylostoma

duodenale dapat dilakukan biakan tinja misalnya dengan cara Harada–

Mori. (Gandahusada, S, 1998)

Page 17: Latihan Soal

D. Kerangka Teori

Gambar 2.5 Kerangka Teori

E. Kerangka Konsep

Gambar 2.6 Kerangka Konsep

Paparan Soil Transmitted Helminths pada Tanah

Halaman Rumah

Kondisi Sanitasi Lingkungan

Perilaku Hidup

Kondisi Sosial

Tempat bermain anak

Perilaku bermain anak

Kondisi Sanitasi lingkungan

Paparan Soil Transmitted

Helminths pada Tanah