laserasi palpebra adbullah bin said

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Mata merupakan salah satu indra yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Terlebih lagi dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang sangat peka. Meskipun mata telah mendapat perlindungan dari tulang orbita, bantalan lemak retrobulber, kelopak mata dengan bulu matanya, juga dengan telah dibuatnya macam-macam alat untuk melindungi mata, tetapi frekuensi kecelakaan masih sangat tinggi. Sejumlah mekanisme trauma tumpul dan tajam wajah dapat menyebabkan laserasi kelopak mata. Bahkan benda tumpul yang tampaknya tidak berbahaya di tempat kerja dapat menyebabkan laserasi kelopak mata. Cedera yang melibatkan kelopak mata dan daerah periorbital umumnya terjadi setelah trauma tumpul atau penetrasi pada wajah. Luka tersebut dapat bervariasi dari lecet kulit sederhana sampai kasus yang lebih kompleks yang menyebabkan kehilangan jaringan yang luas serta fraktur tulang-tulang wajah. Pada saat awal pemeriksaan yang menjadi prioritas utama adalah memperhatikan faktor yang mengancam jiwa secara sistemik. Setelah kondisi yang dapat mengancam jiwa 1

Upload: syarifuddin-abdul-jabbar

Post on 13-Dec-2014

175 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

trauma pada kelopak mata adalah uka yang mengakibatkan laserasi pada palpebra

TRANSCRIPT

Page 1: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Mata merupakan salah satu indra yang sangat penting untuk kehidupan

manusia. Terlebih lagi dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik

merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang

sangat peka. Meskipun mata telah mendapat perlindungan dari tulang orbita,

bantalan lemak retrobulber, kelopak mata dengan bulu matanya, juga dengan telah

dibuatnya macam-macam alat untuk melindungi mata, tetapi frekuensi

kecelakaan masih sangat tinggi.

Sejumlah mekanisme trauma tumpul dan tajam wajah dapat menyebabkan

laserasi kelopak mata.Bahkan benda tumpul yang tampaknya tidak berbahaya di

tempat kerja dapat menyebabkan laserasi kelopak mata.

Cedera yang melibatkan kelopak mata dan daerah periorbital umumnya

terjadi setelah trauma tumpul atau penetrasi pada wajah. Luka tersebut dapat

bervariasi dari lecet kulit sederhana sampai kasus yang lebih kompleks yang

menyebabkan kehilangan jaringan yang luas serta fraktur tulang-tulang wajah.

Pada saat awal pemeriksaan yang menjadi prioritas utama adalah memperhatikan

faktor yang mengancam jiwa secara sistemik. Setelah kondisi yang dapat mengan-

cam jiwa stabil, perhatian dapat diarahkan ke luka yang spesifik pada adnexa

okular. Pada proses pengembalian struktur dan fungsi harus tetap mengarah pada

prinsip-prinsip estetika dasar yang menjadi perhatian utama dari ahli bedah

rekonstruksi.

I.2 Rumusan Masalah

I.2.1 Bagaimana etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan laserasi

palpebra?

I.3 Tujuan

I.3.1 Mengetahui etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaa laserasi

palpebra.

1

Page 2: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

I.4 Manfaat

I.4.1 Menambah wawasan mengenai penyakit mata khususnya laserasi

palpebra.

I.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti

kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit mata.

2

Page 3: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI

2.1.1 PALPEBRA

Kelopak mata berfungsi sebagai pelindung yang menutupi mata. Palpe-

bra superior sangat tipis sedangkan palpebra inferior sedikit lebih tebal. Musku-

lus orbicularis berfungsi sebagai sfingter pada kelopak mata. Muskulus ini

diinervasi oleh cabang temporal dan zygomatic dari syaraf wajah. Otot ini

dibagi menjadi tiga bagian: pretarsal, preseptal, dan preorbital.

Gambar 1.1 Palpebra potongan sagital

Septum orbita merupakan lembaran tipis yang merupakan jaringan ikat

pada kedua kelopak mata atas dan bawah. Bagian ini berasal dari periosteum

dari orbital rims. Pada palpebra superior, septum meluas ke inferior mencapai

aponeurosis levator tepat di atas perbatasan tarsal superior. Pada palpebra infe-

rior, septum meluas ke superior untuk sampai ke perbatasan tarsal inferior.

3

Page 4: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

Septum berfungsi sebagai penghalang antara orbita dan kulit kelopak mata.

Bagian anterior orbital fat terletak di profundus dari septum orbital. Pada palpe-

bra superior, lemak preaponeurotic terletak antara septum dan aponeurosis

levator.

Aponeurosis levator pada palpebra superior merupakan tendon dari

muskulus levator palpebrae superior. Levator ini berasal dari periorbita yang

merupakan bagian posterior dari orbita dan berjalan di anterior superior dari

muskulus rektus superior. Muskulus ini berubah menjadi tendon sekitar 15 mm

di atas tarsal plate superior kemuadian serat dari muskulus ini berhubungan

dengan serat dari orbicularis oculi membentuk lipatan palpebra superior. Serat

juga meluas ke tarsus inferior untuk memungkinkan elevasi palpebra. Muller's

sympathetic muscle muncul dari serat-serat levator dan masuk ke dalam

perbatasan tarsal superior.

Fascia capsulopalpebral pada palpebra inferior analog dengan

aponeurosis levator pada palpebra superior. Bagian ini berasal dari muskulus

rektus inferior dan menempel ke perbatasan tarsal inferior. Muskulus tarsal

inferior palpebra inferior sama dengan muskulus Muller pada palpebra superior.

Fascia capsulopalpebral dan muskulus tarsal inferior disebut sebagai retraktor

palpebra inferior. Mereka berfungsi untuk menarik palpebra lebih ke inferior

dan posterior dengan melirik ke bawah.

Tarsal plate terbuat dari jaringan berserat padat yang membentuk

struktur dari kelopak mata. Ukuran tebalnya sekitar 1mm dan panjang horisontal-

nya 25mm. Secara vertikal, tarsus superior berukuran sekitar 10mm sedangkan

tarsus inferior biasanya berukuran 5mm. Setiap tarsus mengandung sekitar 30

4

Page 5: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

kelenjar Meibo. Konjungtiva palpebral adalah selaput lendir tipis transparan

yang melapisi permukaan belakang masing-masing kelopak mata. Konjungtiva

palpebral melekat pada Tarsal plate dan tidak memerlukan penjahitan jika

tarsus tersebut diperbaiki.

Margo palpebra dibagi menjadi bagian ciliary dan bagian lakrimal.

Bagian ciliary merupakan bantalan yang memanjang dari sudut kantus lateral ke

punctum lakrimal. Bagian lakrimal meluas dari punctum ke sudut kantus

medial. Di bagian ciliary, bulu mata menonjol dari tepi anterior margin. Margo

palpebra (dari depan ke belakang) terdiri dari: (1) Anterior Lid Margin; (2)

Cilia; (3) Intermarginal space; (4) Gray line = peralihan antara kulit dan mukosa

(penting untuk insisi); (5) Muara Glandula Meibom; (6) Posterior Lid Margin.

2.1.2 SISTEM LAKRIMALIS

Kelenjar lakrimal terletak di kuadran superolateral anterior dari orbita di

fosa lakrimalis. Air mata mencapai hidung karena adanya tarikan ke dalam

punctum dari canaliculi oleh tekanan negatif. Tekanan ini dihasilkan oleh

kontraksi otot-otot orbiculalis oculi preseptal saat berkedip. Sistem lakrimal

ekskretoris terdiri dari canaliculi superior dan inferior, sakus lakrimalis, dan

duktus nasolacrimalis. Canaliculi terdiri dari bagian vertikal yang pendek,

bagian horizontal, dan area gabungan yang dikenal sebagai common

canaliculus. Bagian vertikal yang pendek biasanya berukuran sekitar 2mm

sedangkan bagian horizontal berukuran 6-8mm. Sakus lakrimalis dibagi menjadi

fundus dan corpus. Fundus terletak bagian atas canaliculis (4mm) dan corpus

terletak bagian bawah canaliculis (10mm). Duktus nasolacrimal berjalan di

5

Page 6: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

kanal tulang sepanjang 12-15mm ke arah inferior dan posterior sebelum

bermuara ke meatus inferior.

Gambar 1.2 Sistem lakrimalis

2.2 BATASAN

Berbagai mekanisme trauma seperti kecelakaan mobil, perkelahian, gigitan

binatang, dan berbagai mekanisme lain dapat merusak kelopak mata dan sistem

drainase air mata. Sedangakan yang disebut sebagai laserasi kelopak mata

merupakan rudapaksa pada kelopak mata akibat benda tajam yang mengakibatkan

luka robek/laserasi.

2.3 KLASIFIKASI

Kerusakan pada kelopak mata diklasifikasikan berdasarkan ukuran dan

lokasi:

Untuk pasien muda (tight lids)

o Small - 25-35%

o Medium - 35-45%

o Large - > 55%

6

Page 7: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

Untuk pasien yang lebih tua (lax lids)

o Small - 35-45%

o Medium - 45-55%

o Large - > 65%

Kerusakan khas mungkin melibatkan 50% dari bagian tengah kelopak

mata atas. Keterlibatan margin kelopak mata harus diperhatikan. Jika margin

kelopak mata terhindar, penutupan dengan flap lokal atau skin graft mungkin

sudah cukup. Setelah margin terlibat, perbaikan bedah harus mengembalikan

integritas dari margin kelopak mata.

2.4 PATOFISIOLOGI

2.4.1 TRAUMA TUMPUL

Echimosis dan edema termasuk dalam manifestasi klinis trauma tumpul.

Pasien membutuhkan evaluasi biomikroskopik dan pemeriksaan fundus dengan

pupil yang dilebarkan untuk menyingkirkan permasalahan yang terkain kelainan

intraokular. CT scan di perlukan untuk mengetahui adanya fraktur.

Gambar 1.3 Echimosis dan edema akibat trauma tumpul

7

Page 8: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

2.4.2 TRAUMA TAJAM

Pengetahuan yang mendetail tentang anatomi palpebra membantu dokter

ahli bedah untuk memperbaiki trauma tajam palpebra. Secara umum,

penanganan trauma tajam palpebra tergantung kedalaman dan lokasi cedera.

2.4.3 LASERASI YANG TIDAK MELIBATKAN MARGO PALPEBRA

Laserasi pada palpebra superficial hanya terdapat pada kulit dan otot

orbicularis biasanya hanya memerlukan jahitan pada kulitnya saja. Untuk

menghindari sikatrik yang tidak di kehendaki, harus mengikuti prinsip dasar

tindakan bedah plastik. Hal ini termasuk debridemant luka yang sifatnya

konservatif, menggunakan benang dengan ukuran yang kecil. Menyatukan tepi

luka sesegera mungkin dan melakukan pengangkatan jahitan. Adanya lemak

orbita di dalam luka menyatakan bahwa septum orbita telah terkena. Bila

terdapat benda asing di daerah superfisial harus dicari sebelum laserasi pada

palbebra di jahit. Melakukan irigasi untuk menghilangkan kontaminasi material

di dalam luka. Prolaps lemak orbita pada palpebra superior merupakan indikasi

untuk melakukan eksplorasi, laserasi pada otot levator atau aponeurosis harus

dengan hati-hati melakukan perbaikan untuk menghindari ptosis post operasi.7

8

Page 9: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

Gambar 1.4 Laserasi palpebra tanpa melibatkan margo palpebra

2.4.4 LASERASI PADA MARGO PALPEBRA

Laserasi pada margo palpebra memerlukan jahitan untuk menghindari

tepi luka yang tidak baik. Banyak teknik – teknik sudah diperkenalkan tapi pada

prinsip pentingnya adalah aproksimasi tarsal harus dibuat dalam garis lurus.

Gambar 1.5 Laserasi pada margo palpebra

2.4.5 TRAUMA PADA JARINGAN LUNAK KANTUS

Trauma pada medial atau lateral kantus pada umumnya disebabkan oleh

adanya tarikan horizontal pada palpebra menyebabkan avulsi dari palpebra pada

titik lemah medius atau lateral dari tendon kantus. Avulsi dari tendon kantus

medial harus dicurigai bila terjadi di sekitar medial tendon kantus dan

telekantus. Harus diperhatikan juga posterior dari tendon sampai dengan

posterior kelenjar lakrimalis. Penanganan avulsi dari tendon medial kantus

tergantung pada jenis avulsinya. Jika pada bagian atas atau bagian bawah terjadi

avulsi tetapi pada bagian posterior masih intake avulsi dapat di jahit. Jika

terdapat avulsi pada posterior tetapi tidak ada fracture pada nasoorbital tendon

yang mengalami avulsi harus di lakukan wirering melalui lubang kecil di dalam

kelenjar lakrimal ipisi lateral posterior. Jika avulsi tendon disertai dengan

9

Page 10: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

fraktur nasoorbital, wirering transnasal atau platting diperlukan setelah reduksi

dari fraktur.

2.4.6 GIGITAN ANJING DAN MANUSIA

Robekan dan trauma remuk terjadi sekunder dari gigitan anjing atau

manusia. Laserasi palpebra pada sebagian kulit luar dan kulit secara

menyeluruh, avulsi kantus, laserasi kanalikulus paling sering terjadi. Trauma

pada wajah dan intracranial mungkin dapat terjadi terutama pada bayi.

Irigasi dan penutupan luka secara dini harus segera dilakukan dan

kemungkinan terjadinya tetanus dan rabies harus dipikirkan serta memerlukan

observasi, direkomendasikan untuk pemberian antibiotik.

Gambar 1.6 Laserasi akibat gigitan anjing

2.4.7 LUKA BAKAR PADA PALPEBRA

Pada umumnya luka bakar pada aplpebra terjadi pada pasien-pasien

yang mengalami luka bakar yang luas. Sering terjadi pada pasien dengan

keadaan setengah sadar atau di bawah pengaruh sedatif yang berat dan

memerlukan perlindungan pada mata untuk mencegah ekspose kornea, ulserasi

dan infeksi. Pemberian antibiotik tetes dan salep serta pelembab. Evaluasi

10

Page 11: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

secara rutin pada palpebra merupakan penanganan dini pada pasien-pasien

tersebut.

2.5 PENATLAKSANAAN

2.5.1 EVALUASI PREOPERATIVE DAN PENDEKATAN DIAGNOSTIK

A. Stabilisasi Sistemik

Evaluasi luka periorbital dimulai setelah pasien trauma telah stabil dan

cedera yang mengancam hidup ditangani. Peran dokter mata dalam evaluasi dan

manajemen adalah sangat penting - harus ada komunikasi yang baik antara tim

trauma dan dokter mata.2

B. Riwayat Penyakit

Sebuah riwayat penyakit yang lengkap diperoleh untuk menentukan

waktu kejadian dan mekanisme cedera. Untuk anak-anak, harus

dipertimbangkan kemungkinan adanya kekerasan pada anak sebagai penyebab

cedera mata dan periorbital. Adanya anamnesa tentang partikel proyektil

berkecepatan tinggi mungkin memerlukan studi pencitraan yang tepat untuk

menentukan adanya benda asing intraokuler atau intraorbital. Gigitan hewan dan

gigitan manusia harus diberi perhatian khusus dan dikelola sesuai dengan

pemberian antibiotik yang tepat. Pada bagian yang cedera diperiksa dengan hati-

hati untuk setiap jaringan yang hilang, dan setiap jaringan yang teramputasi

yang ditemukan di lokasi kejadian diawetkan dan ditempatkan pada es secepat

mungkin. Dalam kebanyakan kasus jaringan ini dapat dijahit kembali ke lokasi

anatomi yang tepat.

C. Pemeriksaan Oftalmologi

11

Page 12: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

Penilaian ketajaman visual adalah wajib dan dilakukan sebelum setiap

upaya rekonstruksi. Periksa keadaan pupil, jika didapatkan kerusakan relatif

pada afferent pupillary, potensi hasil visual akan buruk dan harus didiskusikan

dengan pasien sebelum dilakukan bedah rekonstruksi. Otot-otot luar mata

dievaluasi dan jika didapatkan adanya diplopia harus tercatat sebelum operasi.

Pemeriksaan eksternal meliputi penilaian lengkap tulang tulang wajah, dengan

penekanan khusus pada wilayah periorbital. Palpasi yang jelas menunjukkan

adanya krepitasi, atau unstable bone memerlukan evaluasi radiologi.

Pengukuran baseline proyeksi bola mata didokumentasikan dengan

exophthalmometry Hertel karena enophthalmos merupakan sequela lambat yang

umum terjadi pada trauma orbital. Posisi kelopak mata, fungsi otot orbicularis,

dan setiap bukti lagophthalmos dicatat. Pengukuran jarak intercanthal dan

evaluasi integritas dari tendon canthal juga dilakukan, karena dapat terjadi

dehiscence tendon traumatis dan telecanthus.2

D. Evaluasi Laboratorium dan Radiografi

Biasanya, evaluasi laboratorium yang tepat dilakukan oleh tim ruang

gawat darurat. Hitung darah lengkap dan analisis kimia serum seringkali

diperlukan untuk tujuan anestesi. Pemeriksaan faal hemostasis dapat membantu

dalam kasus-kasus tertentu, dan pemeriksaan kimia darah untuk alkohol dan zat-

zat beracun lainnya diperlukan dalam beberapa kasus. Ketika kecurigaan klinis

patah tulang orbital tinggi, pencitraan yang sesuai dengan orbita, terutama

computed tomography, harus diusulkan. Ultrasonografi bola mata, otot luar

mata, saraf optik, dan orbita kadang-kadang bisa menjadi pemeriksaan tamba-

han yang penting.

12

Page 13: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

E. Profilaksis Infeksi

Pencegahan infeksi merupakan hal yang utama. Data riwayat imunisasi

tetanus lengkap harus diperoleh dan akan dilakukan manajemen yang tepat pada

pasien tidak mendapat imunisasi atau tidak tahu tentang riwayat imunisasinya.

Jika diketahui atau dicurigai adanya gigitan hewan, semua informasi tentang

bagian yang cedera , pemilik hewan, dan setiap perilaku hewan yang abnormal

harus diperoleh dan departemen perawatan hewan setempat diberitahu. Ikuti

protokol standar rabies.

Gigitan kucing, dan bahkan luka yang disebabkan oleh cakar kucing,

merupakan resiko tinggi infeksi. Profilaksis yang sesuai termasuk penisilin VK

(phenoxymethylpenicillin) 500mg sehari selama 5-7hari. Pada pasien alergi

penisilin maka dapat diberikan tetrasiklin. Luka gigitan manusia memerlukan

pemberian antibiotik yang tepat, seperti penisilin.

F. Timing of Repair

Waktu perbaikan ini ditentukan oleh beberapa faktor. Setiap upaya harus

dilakukan untuk merekonstruksi jaringan terluka sesegera mungkin setelah

pasien telah sepenuhnya dievaluasi dan data pemeriksaan penunjang tambahan

telah diperoleh. Jika terpaksa dilakukan penundaan perbaikan, maka penting un-

tuk selalu menjaga jaringan agar selalu dalam kondisi lembab.

2.5.2 ANESTESI

Pemilihan anestesi untuk perbaikan luka adnexal tergantung pada

beberapa faktor. Umur pasien sangat penting karena hampir semua anak

memerlukan anestesi umum untuk mencapai hasil rekonstruksi terbaik. Luka

besar dengan kerusakan jaringan lunak yang luas dan keterlibatan osseous

13

Page 14: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

terbaik jika dilakukan dengan anatesi umum. Meskipun dengan menggunakan

anestesi umum, infiltrasi lokal epinefrin (adrenalin) sangat penting untuk

hemostasis. Mayoritas cedera dewasa dapat diperbaiki dengan anestesi infiltrasi

atau regional lokal lidokain 1-2% (lignocaine) dengan 1:100000 epinefrin.

Anestesi infiltrasi dapat menyebabkan distorsi jaringan yang signifikan; ini

dapat diminimalkan dengan penggunaan asam hyaluronic (hyaluronidase), yang

memfasilitasi penyebaran cairan anestesi.

2.5.3 TEKNIK UMUM

Teknik-teknik rekonstruksi kelopak mata dan orbital setelah trauma

sangat banyak dan beragam, yang digunakan sangat tergantung pada sejauh

mana cedera dan struktur adnexal spesifik yang terlibat. Pendekatan yang umum

adalah untuk mengatasi setiap struktur anatomi secara independen dan

menghormati prioritas yang tepat, pertama sebagai pelindung mata, kemudian

fungsinya, dan akhirnya kosmetik. Dalam banyak kasus, sejumlah teknik

rekonstruksi digabungkan untuk mencapai hasil yang maksimal.

Beberapa metode dapat dipergunakan untuk melakukan rekontruksi

defek palpebra pilihan ahli bedah tergantung pada umur pasien,karakter

palpebra, ukuran dan posisi defek serta pengalaman ahli bedah.

Prioritas pada rekontruksi palpebra adalah :

Pekembangan tepi palpebra yang stabil

Lebar palpebra secara vertical yang adekuat

Penutupan palpebra yang adekuat

Halus dan terjadi epitelisasi pada permukaan internal palpebra

14

Page 15: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

Baik secara kosmetik dan simetris

Prinsip –prinsip rekonstruksi palpebra :

Rekonstruksi anterior atau posterior lamella palpebra dengan graft.

Tegangan yang maksimum secara horizontal dan ketegangan yang

minimum secara vertical.

Mempertahankan bentuk anatomi dari kantus kemiripan jaringan defek

yang sempit.

Memilh teknik yang simple pada saat rekonstruksi.

Jangan membuat defek bila tidak dapat di tutup.

Mintalah konsultasi pada sub spesialis bila diperlukan.

Penatalaksanaan trauma palpebra termasuk :

Menggali riwayat

Mencatat ketajaman penglihatan

Mengevaluasi bola mata

Mengetahui secara detail tentang palpebra & anatomi mata.

Memastikan posisi yang terbaik dalam penanganan

2.5.4 TEKNIK SPESIFIK

A. Partial-Thickness Eyelid Injuries

Partial-thickness eyelid injuries, laserasi kelopak mata dangkal yang

tidak melibatkan margin palpebra dan yang sejajar dengan garis kulit dapat

15

Page 16: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

distabilkan dengan skin tape. Laserasi yang lebih besar dan tegak lurus dengan

garis kulit memerlukan pendekatan yang lebih hati-hati dan eversi ke tepi kulit.

Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan benang ukuran 6-0 atau 7-0 yang

absorbable atau nonabsorbable. Jika ketebalan penuh dari otot orbicularis

terlibat, harus diperbaiki secara terpisah. Penetrasi ke septum orbital dengan

cedera pada aponeurosis levator, luka tersebut harus diperbaiki.2

B. Eyelid Margin Lacerations

Jenis trauma adnexa membutuhkan pendekatan kelopak mata yang

paling teliti, yang harus tepat untuk menghindari notching kelopak mata dan

malposisi margin palpebra. Semua bagian tarsal yang iregular di tepi luka harus

dibuang untuk memungkinkan pendekatan tarsal-ke-tarsal yang lebih baik pada

margin palpebra yang diperbaiki. Hal ini dilakukan sepanjang ketinggian

vertikal seluruh tarsus untuk mencegah tarsal buckling, meskipun laserasi

primer mungkin hanya melibatkan tarsus marginal. Perbaikan dimulai dengan

penempatan benang 6-0 pada bidang kelenjar meibom di margin palpebra, kira-

kira 2mm dari tepi luka dan dengan kedalaman 2mm. Dulunya, sering dilakukan

penjahitan margin menggunakan benang nonabsorbable. Namun, Jeffrey P,

George C dan Robert AG telah secara rutin menggunakan jahitan dengan meng-

gunakan benang absorbable dan belum mengalami komplikasi dari penyerapan

jahitan yang prematur.

16

Page 17: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

Gambar 1.7 Teknik penjahitan pada laserasi yang melibatkan margin palpebra

Pentupan margo palpebra dapat dilakukan dengan 2 atau 3 jahitan untuk

mensejajarkan tepi luka. Untuk menghindari kerusakan pada epitel kornea

jahitan tarsal tidak boleh meluas sampai dipermukaan konjungtiva, terutama

pada palpebra superior. Penutupan tepi palpebra harus menghasilkan tepi luka

yang baik.

17

Page 18: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

A. Tepi dari palpebra, jahit dengan jahitan matras vertikal, benang

melewati orificium kelenjar meibom.

B. Jahitan plat tarsal dengan 2 atau 3 jahitan terputus.

C. Jahitan pada tepi palpebra dengan matras vertical.

D. Pentupan kulit

C. Eyelid Injuries with Tissue Loss

Luka kelopak mata yang mengakibatkan kehilangan jaringan

memberikan tantangan rekonstruksi yang lebih sulit. Ini adalah kewajiban bagi

ahli bedah untuk mengevaluasi pasien dengan trauma kelopak mata, untuk

menentukan tidak hanya apakah dan berapa banyak dari kelopak mata yang

hilang tetapi juga lapisan kelopak mata tidak ada. Dalam evaluasi pasien, sangat

penting untuk mempertimbangkan kelopak mata sebagai struktur yang memiliki

lamela anterior dan posterior, kulit dan muskulus orbicularis akan menjadi

lamela anterior, sedangkan tarsus dan konjungtiva menjadi lamela posterior.

Jika full-thickness loss of eyelid tissue mengarah ke lagophthalmos dan eksposur

kornea, pelumasan agresif dengan salep antibiotik harus diberikan atau di-

lakukan tarsorrhaphy sementara sampai perbaikan pasti dapat dicapai.2

18

Page 19: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

D. Full-Thickness Eyelid Lacerations

Full-thickness lacerations yang tidak melibatkan margin kelopak mata

mungkin terkait dengan kerusakan internal yang signifikan dari struktur palpe-

bra dan perforasi bola mata. Pada penanganan cedera ini memerlukan

pemeriksaan lapis demi lapis pada luka untuk menilai integritas dari septum

orbita, otot levator dan aponeurosis levator, konjungtiva, otot rektus, dan bola

mata.

Jika lamela posterior kelopak mata terlibat dalam full-thickness eyelid

injury tetapi dapat direapproximat tanpa menimbulakan ketegangan kulit yang

tidak semestinya, maka langsung dapat diperbaiki. Tarsal alignment dapat

dicapai melalui jahitan dalam. Jeffrey P, George C dan Robert AG lebih suka

melakukan penjahitan menggunakan polyglactin (Vicryl) ukuran 6-0 atau 7-0,

namun, Dexon, silk, dan kromik dapat pula digunakan untuk penutupan tarsal.2

E. Cedera pada Sistem Lakrimalis

a. Kanalikulus Superior

Cedera pada daerah ini jarang menimbulkan gejala bila fungsi

kanalikuli inferior masih normal. Oleh karena itu cedera daerah ini tidak

memerlukan metode khusus apapun untuk memperbaiki kanalikuli superior,

karena potensi drainasinya lebih rendah jika dibandingkan dengan kanalikuli

inferior.

19

Page 20: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

b. Kanalikulus Inferior

Perbaikan cedera pada kanalikulus inferior masih dalam perdebatan.

Bukan suatu hal yang sulit untuk menyatukan kembali dua sisi kanalikulus

yang terputus, namun tidak mudah untuk memastikan patensi anastomosis

kanalikulus ini setelah beberapa bulan kemudian. Berbagai jenis stent telah

digunakan, namun pengunaan stent itu sendiri merangsang timbulnya fibro-

sis.

Gambar 1.8 Larerasi pada kanaliculus inferior

Gambar 1.9 Pemasangan stent dengan menggunakan silicone stent

Selama operasi sebuah silicone tube halus (stent) diletakkan di salu-

ran lakrimalis untuk menjaga bukaan pada sistem drainase air mata. Stent ini

20

Page 21: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

kemudian akan dilepas. Jika operasi ini tidak sepenuhnya berhasil gejala

dapat diselesaikan dengan menggunakan sebuah tabung Jones Lester.

Gambar 1.10 Penggunaan Lester Jones Tube

c. Common Canaliculus

Jika terjadi cedera pada common canaliculus, maka harus dilakukan

perbaikan atau dibuka sampai sakus lakrimalis, lakukan intubasi kanalikulus

dan dakriosistorinostomi.

d. Sakus Lakrimais

Jika terjadi cedera pada sakus lakrimalis, maka dakriosistorinostomi harus

dilakukan.

2.6 KOMPLIKASI

A. Akibat kegagalan dalam memperbaiki laserasi khususnya jika melibatkan

margin palpebra, dapat berupa:11

21

Page 22: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

Epifora kronis

Konjungtivitis kronis, konjungtivitis bakterial

Exposure keratitis

Abrasi kornea berulang

Entropion/ ektropion sikatrikal

B. Akibat teknik pembedahan yang buruk, terutama dalam hal akurasi penutupan

luka, dapat berupa:11

Jaringan parut

Fibrosis

Deformitas palpebra sikatrikal

C. Keadaan luka yang memburuk akibat adanya infeksi atau karena penutupan

luka yang tertunda.11

D. Laserasi dekat canthus medial dapat merusak sistem nasolacrimal.11

2.7 PROGNOSIS

Prognosis sangat tergantung pada luasnya laserasi atau kerusakan palpebra

serta lokasi dan ketebalan jaringan yang rusak.11

22

Page 23: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

laserasi kelopak mata merupakan rudapaksa pada kelopak mata akibat

benda tajam yang mengakibatkan luka robek/laserasi. Dapat disebabkan oleh

trauma benda tumpul, trauma benda tajam, gigitan hewan atau manusia, luka

bakar.

Berdasarkan areanya laserasi terbagi menjadi laserasi yang tidak

melibatkan margo palpebra, laserasi yang melibatkan margo palpebra,

laserasi yang melibatkan jaringan lunak kantus.

Dalam penatalaksanaannya harus diobservasi secara menyeluruh, dan

diberikan profilaksis antibiotik pada kasus gigitan hewan ataupun manusia.

Teknik rekonstruksi yang digunakan disesuaikan berdasrkan area laserasi.

Kehati-hatian dalam melakukan rekonstruksi harus diperhatikan untuk

mencegah berbagai macam komplikasi yang terjadi setelah operasi. Prognosa

ditentukan oleh berbagai mavam faktor.

3.2. SARAN

Mahasiswa diharapkan memahami secara benar apa yang harus

dilakukan pada kasus laserasi palpebra.

23

Page 24: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophthalmology. Orbit, Eyelids, and Lacrimal

System. San Fransisco: The Eye M.D Association; 2006.

2. Edsel I.Laceration, Eyelid (serial online). Last update Apr 26, 2012. [cited

Dec/20/2012,06.18]. Available from: URL:

http://emedicine.medscape.com/article/1212531-overview

3. Francis B, Quinn. Anatomy of the Ocular Adnexa and Orbit, In: Orbital

Trauma(serial online). Last update Jun/03/1998. [cited

Dec/24/2012,06.20]. Available from: URL:

http://www.utmb.edu/otoref/grnds/orbital-trauma.html

4. Graham M, Paul EM. Eyelid: Trauma – Repair (serial online). Last update

Jan/16/2010. [cited Jan/4/2013,02.24]. Available from: URL:

http://www.vetstream.com/equis/Content/Technique/teq00106

5. Jeffrey P, George C, Robert AG. Eyelid Trauma and

Reconstruction Techniques (serial online). Last update Dec/29/2010. [cited

Dec/20/2012,06.17]. Available from: URL:

http://medtextfree.wordpress.com/2010/12/29/chapter-94-eyelid-trauma-

and-reconstruction-techniques/.

6. J R O Collin. Repaired of Eyelid Injuries, In: A Manual of Systematic

Eyelid Surgery. United States of Amarica: Churchill Livingstone; 1989.

p.99-108

7. Maria S. Watering eyes (serial online). Last update Jan/29/2010. [cited

Dec/28/2012,01.26]. Available from: URL:

http://www.faceandeye.co.uk/eye/wateringeyes2.html

8. Mounir B. Eyelid Reconstruction, Upper Eyelid (serial online). Last

update Nov 13, 2011. [cited Dec/26/2012,06.24]. Available from: URL:

http://emedicine.medscape.com/article/1282054-overview

9. Robert G. Reconstructive Surgery (serial online). Last update

Marc/03/2008. [cited Dec/24/2012,06.20]. Available from: URL:

http://www.drfante.com/reconstructive_surgery.html

24

Page 25: LASERASI PALPEBRA adbullah bin said

10. Rowena GH, Harijo W, Ratna,D. Laserasi Kelopak Mata, Dalam:

Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Mata Edisi III.

Surabaya: RSU DR. Soetomo; 2006. p.147

11. Sharma V., Benger R., Martin P.A. Techniques of periocular

reconstruction. Indian: J Ophthalmol ; 2006. p.149-158.

12. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika,

Jakarta, 200.,

25