lapsus ujian
DESCRIPTION
laporan kasus ujian psikiatri, Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Pelarut yang Mudah MenguapDengan Gangguan Psikotik(F.18.5)sambang lihumTRANSCRIPT
Laporan Kasus Ujian
Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Pelarut yang Mudah Menguap
Dengan Gangguan Psikotik(F.18.5)
Oleh
Herlinda KusumawatiNIM I1A009054
Pembimbing
Dr. Sherly Limantara, Sp.KJ
SMF ILMU KEDOKTERAN JIWARS JIWA DAERAH SAMBANG LIHUM / FK UNLAM
GAMBUT
1
Juni, 2013
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 19 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Banjar
Status : Menikah
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Jl. RA Kartini No. 111 RT. 10 kec. Selat kab. Kuala
kapuas
MRSJ : 19 Juni 2013
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Autoanamnesis dilakukan dengan pasien pada tanggal 19 Juni 2013 serta
alloanamnesis dengan Ayah kandung pasien tanggal 19 Juni 2013
A. KELUHAN UTAMA
Mengamuk
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
2
Alloanamnesa dengan Ayah kandung pasien (Rahmat)
Sejak Maret 2013 pasien mulai menggunakan Lem fox dengan cara dihirup.
Pasien menggunakan lem karena di ajak oleh teman – temannya. Pasien
menggunakan lem sebagai pelampiasan karena pasien mempunyai banyak masalah
yaitu pasien ditekan oleh istrinya yang ingin dibelikan macam – macam, ayah pasien
yang menjanjikan memberikan rumah tidak menepati janjinya, dan ibunya sering
mengungkit masa lalunya. Pasien awalnya memakai karena coba – coba. Pasien
pertama memakai lem dengan 2 kaleng dan sampai sekarang pasien tetap memakai 2
kaleng lem, tidak ada peningkatan jumlah lem yang dipakai pasien. Pasien memakai
lem hanya ketikan pasien memiliki masalah, jika tidak ada masalah pasien tidak
memakai lem.
1 bulan yang lalu pasien mengamuk setelah mengelem 2 kaleng, pasien
mengamuk dengan memukuli istrinya karena istrinya kedapatan selingkuh oleh
pasien. Lalu pasien dibawa ke kantor polisi dan ditahan 1 malam lalu dilakukan
penyelesaian kasus secara kekeluargaan. Tetapi istri pasien dibawa oleh mertuanya.
Lalu setelah bebas dari tahanan polisi, pasien dibawa oleh orang tuanya ke poli nafza
dan mendapatkan 4 macam obat, orang tua pasien lupa nama obatnya dan tidak
membawa obatnya, tetapi orang tua pasien ingat warna obatnya yaitu oranye, putih,
dan coklat, sedangkan 1 sisanya orang tua pasien lupa. Pasien hanya 2 kali minum
obat, lalu pasien tidak mau meminum obat karena merasa kalau setelah minum obat
pasien merasa badannya loyo dan tidur terus.
2 hari yang lalu pasien mengamuk setelah mengelem 2 kaleng dirumahnya
dengan membakar pakaian ayahnya dan merusak barang barang dirumah. Pasien juga
3
bicara sendiri dan tertawa sendiri, serta berkata kepada ayahnya kalau dia ingin
membunuh ayahnya. Pasien terakhir mengelem 2 hari yang lalu. Pasien tidak pernah
terlihat berkeringat dingin, menggigil dan badan terasa sakit ketika tidak meghirup
lem.
Pasien merupakan orang yang sensitif, mudah tersinggung, pencemburu dan
suka memukul. Pasien tidak pernah menceritakan masalahnya kepada orang tuanya.
Orang tua pasien mengakui kalau waktu pasien kecil pasien sering dipukul waktu
pasien melakukan kesalahan dan ketika pasien menangis ayah pasien malah
menambah pukulannya.
Autoanamnesis dengan pasien
Pasien mengaku mulai mengelem sejak 4 bulan yang lalu karena coba – coba
diajak oleh teman – temannya ketika pasien memiliki banyak masalah yaitu pasien
merasa ditekan oleh istri yang baru dinikahinya meminta macam – macam barang
yang mahal, sedangkan pasien sedang tidak bekerja. Dan ayah pasien yang
menjanjikan memberi rumah juga tidak kunjung memberi rumah, sedangkan
istrinya mendesaknya agar segera memiliki rumah sendiri. Serta ibu pasien yang
selalu mengungkit masa lalunya. Pasien pertama kali memakai 2 kaleng lem dan
sampai sekarang tetap 2 kaleng. Pasien tidak pernah menambah jumlah lem yang di
hirup. Pasien mengaku setelah mengelem dapat melupakan masalahnya.
1 bulan yang lalu pasien mengaku mengamuk memukuli istrinya ketika pasien
sedang mengelem, pasien merasa diganggu oleh istrinya dan pasien juga mengaku
kalau tidak terlalu sadar ketika memukuli istrinya. Sebelumnya, pasien mengaku
4
memergoki istrinya sedang selingkuh dengan pria lain yang lebih kaya darinya. Dan
pasien juga memukuli laki – laki selingkuhan istrinya. Pasien dibawa ke kantor
polisi dan ditahan 1 malam lalu dibebaskan karena kasusnya diselesaikan secara
kekeluargaan. Kemudian istrinya dibawa oleh mertuanya. Lalu setelah bebas pasien
di bawa ke poli nafza dan mendapat 4 macam obat, tetapi pasien lupa obatnya apa.
Pasien hanya 2 kali meminum obatnya, karena pasien merasa selalu tertidur setelah
minum obat, sehingga pasien tidak meminum obat lagi.
2 hari yang lalu pasien mengaku mengamuk setelah mengelem. Pasien mengaku
membakar baju ayahnya karena marah dengan ayahnya yang selalu memukulnya
kalau pasien melakukan kesalahan. Pasien menganggap semua kesalahannya ini
adalah akibat dari ayahnya dan ibunya yang selalu mengungkit masa lalunya. Pasien
mengaku kalau mengelem merupakan perbuatan yang salah dan pasien ingin
berubah menjadi kembali baik dengan berobat dan ingin kembali bersama istrinya.
Pasien terakhir mengelem 2 hari yang lalu. Pasien tidak ada toleransi dan
ketergantungan terhadap lem. Gejala intoksikasi tidak ada. Gejala putus zat tidak
ada. Pasien tidak pernah melukai diri sendiri dan berkata ingin bunuh diri.
Pasien tidak pernah terlihat menangis sendiri. Nafsu makan pasien baik dan
tidak ada gangguan tidur.
5
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pada tahun 2008 (waktu pasien kelas 3 SMP) pasien mulai menggunakan
obat paketan 1 bungkus ( oskadon + puyer cap kaki 3 + efedrin) karena coba
– coba di ajak oleh teman – temannya. Pasien mulai menggunakan obat ini
karena orang tuanya yang jarang dirumah, sehingga pasien merasa kesepian
dan tidak ada teman di rumah. Pasien menggunakannya pada saat pasien
sedang ada masalah dengan orang tuanya yaitu pasien dimarahi karena
pasien ketahuan bolos sekolah, merokok, berkelahi dengan temannya. Pasien
menggunaakan obat ini hanya 1 bungkus, tidak pernah meningkatkan jumlah
pemakaian.
Pada tahun 2009 (pasien kelas 1 SMA) pasien berhenti menggunakan obat
paketan dan berganti menggunakan obat efedrin 5 biji, pasien menggunakan
obat ini karena coba – coba diajak oleh temannya. Pasien hanya
menggunakan obat ketika ada masalah, kalau tidak ada masalah, pasien tidak
memakai obat. pasien tidak pernah menambah jumlah penggunaan obat.
Pasien masih sering membolos, merokok, berkelahi dan pasien pernah
mabuk-mabukan 1 kali, lalu pasien muntah darah dan tidak pernah mabuk –
mabukan lagi.
Pada tahun 2010 (pasien kelas 2 SMA) pasien berhenti menggunakan obat
efedrin dan berganti menggunakan obat somadril 5 biji, pasien menggunakan
obat ini karena coba – coba diajak oleh temannya. Pasien hanya
menggunakan obat ketika ada masalah, kalau tidak ada masalah, pasien tidak
memakai obat. pasien tidak pernah menambah jumlah penggunaan obat.
6
pasien hanya menggunakan somadril selama 3 bulan saja. Lalu pasien
memakai Zenit 5 biji , pasien menggunakan obat ini karena coba – coba
diajak oleh temannya. Pasien hanya menggunakan obat ketika ada masalah,
kalau tidak ada masalah, pasien tidak memakai obat. pasien tidak pernah
menambah jumlah penggunaan. Pasien mengunakan obat ini selama 6 bulan.
Pasien diberhentikan oleh pihak sekolah karena pasien terlalu sering bolos
sekolah. Lalu pasien orang tuanya dibawa ke Unit Rehabilitasi BNN dan
dirawat selama 3 bulan dan dinyatakan bersih.
D. RIWAYAT KELUARGA
Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Ayah pasien sering memukul
pasien ketika pasien melakukan kesalahan dan ketika pasien menangis ayah pasien
menambah pukulannya. Ibu pasien sering memarahi pasien dan mengungkit
kesalahan pasien yang telah lalu. Paman dan sepupu pasien menggunakan sabu -
sabu dan tidak pernah direhabitilasi. Paman dan sepupu pasien masih memakai sabu
– sabu hinga sekarang
Genogram :
7
Pasien
Herediter (-)
Ket : Laki-laki Penderita
perempuan meninggal
E. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
a. Riwayat masa prenatal
Pada saat hamil, ibu pasien sehat, tidak ada kejang dan sakit yang serius.
Pasien dilahirkan cukup bulan dan ditolong bidan, pasien merupakan
anak yang dikehendaki
b. Riwayat masa bayi (0 – 1 tahun )
Pasien mendapat ASI sampai usia 2 tahun. Perkembangan pasien tidak
ada keterlambatan. Pasien mendapat kasih sayang yang cukup dari ayah
dan ibunya. Pasien mencapai basic trust.
c. Early childhood (1,5 - 3 tahun) Autonomy vs Shame and Doubt
Pasien sering bermain dengan ayah dan ibunya. Ibu pasien sangat jarang
melarang pasien melakukan sesuatu. Pasien mencapai autonomy
d. Preschool age (3-6 tahun) inisiative vs guilt
Pasien mulai bertanya macam – macam,dan melakukan pekerjaan rumah.
Tetapi jika pasien melakukan kesalahan ayah pasien selalu memukulnya
dan apabila pasien menangis, ayah pasien menambah pukulannya.
e. School age (6-12 tahun) Industry vs inferiority
8
Pasien mulai sekolah dan memiliki banyak teman, tetapi pasien
merupakan anak yang nakal sehingga sering dipukul ayahnya dan
dimarahi ibunya. Hampir setiap hari ibunya selalu marah – marah dengan
pasien, sehingga hampir setiap hari pasien beretangkar dengan ibunya.
Pada saat pasien kelas 6 SD ayah dan ibu pasien pindah bekerja ke kota,
pasien dititipkan dengan saudara angkat ayahnya.
f. Adolescence (12-20 tahun) Identity vs Role diffusion
Pasien sekolah di SMP swasta, menurut ayah pasien, pasien memiliki
teman yang tidak baik. Pasien terlihat sering membolos, merokok, dan
berkelahi. Pasien juga mengaku pada saat itu ayah dan ibunya sangat
jarang dirumah. Pasien ditinggal sendirian, dan pasien merasa kesepian
sehingga pasien tidak ada teman untuk mencurahkan isi hatinya. Lalu
pasien diajak teman-temannya untuk membolos, merokok, berkelahi, dan
memakai obat - obatan. Pasien memakai obat ketika ada masalah saja.
g. Riwayat Pendidikan
Pasien diberhentikan oleh pihak sekolah pada saat pasien kelas 2 SMA
(tahun 2010) karena pasien terlalu sering bolos sekolah. Lalu pasien ikut
paket C tahun 2011. Pasien tidak melanjutkan kuliah.
h. Riwayat pekerjaan
Pasien tidak memiliki pekerjaan. Pasien meminta uang kepada orang
tuanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
i. Riwayat Perkawinan
9
Pasien menikah dengan pacarnya 5 bulan lalu. Setelah 2 minggu menikah
pasien merasa ada perubahan terhadap istrinya. Istrinya yang awalnya
romantis menjadi selalu menekannya untuk dibelikan macam – macam
barang dan perhiasan. Pasien pernah memukul istrinya 1 bulan yang lalu
karena pasien memergoki istrinya yang sedang bermesraan dengan laki –
laki yang lebih kaya darinya. Lalu pasien dibawa ke kantor polisi dan
kasusnya diselesaikan dengan kekeluargaan. Istri pasien dibawa oleh
orang tuanya.
F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG
Pasien tinggal dengan orang tuanya. Pasien merasa dirinya tidak diperhatikan
dan disayang oleh orang tuanya. Pasien terpisah dengan istrinya. Pasien mengamuk
setelah mengelem, mengamuk dengan membakar pakaian ayahnya dan
menghancurkan barang barang dirumah.
G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA
Pasien mengatakan kalau dirinya seperti ini (mengelem dan riwayat
menggunakan obat terlarang) karena kesalahan didikan ayah dan ibunya yang terlalu
keras pada saat waktu kecil. Pasien juga merasa lingkungan rumahnya ( ayah dan
ibu) tidak mendukung pasien, setiap kali pasien bercerita tentang masalahnya pasien
selalu disalahkan. Paman dan sepupunya yang memakai sabu – sabu sering datang
kerumahnya dan mengajak pasien untuk memakai juga. Tetapi pasien menolak
karena pasien tidak memiliki uang
10
III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien laki-laki berbadan kurus, kulit putih, berambut lurus pendek,
berpakaian kaos warna hitam, bercelana pendek warna abu-abu,
menggunakan sandal, penampilan rapi.
2. Kesadaran
Jernih
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Normoaktif
4. Pembicaraan
Spontan, relevan
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
6. Kontak Psikis
Kontak ada, wajar dan dapat dipertahankan.
B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN, EKSPRESI AFEKTIF SERTA
EMPATI
1. Afek : Tension
2. Ekspresi afektif : menantang
3. Keserasian : appropriate.
4. Empati : dapat dirabarasakan
11
C. FUNGSI KOGNITIF
1. Kesadaran : jernih
2. Orientasi
-Waktu : baik
-Tempat : baik
-Orang : baik
3. Konsentrasi : baik
4. Daya ingat
- Segera : baik
- Jangka pendek : baik
- Jangka panjang : baik
Intelegensi dan pengetahuan umum : sesuai taraf pendidikan
GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi :
Halusinasi auditorik: ( kesan disangkal)
Halusinasi visual: (-)
2. Depersonalisasi/derealisasi : tidak ada
D. PROSES PIKIR
1. Arus Pikir
- Produktivitas : cepat
- Kontinuitas : kontinu, relevan
- Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi Pikir
12
- Preokupasi : ingin kembali menjadi orang yang normal
- Waham : tidak ada
E. PENGENDALIAN IMPULS
Tidak terkendali
F. DAYA NILAI
1. Daya nilai Sosial : baik
2. Uji daya nilai : baik
3. Penilaian realita : terganggu
G. TILIKAN
Tilikan derajat 6
H. TARAF DAPAT DIPERCAYA
Dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
1. STATUS INTERNUS
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Status Gizi : Baik
d. Tanda vital :
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 72 x/menit
- RR : 20 x/menit
- T : 36°C
e. Kepala
- Mata : palpebra tidak edem, konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, pupil isokor, simetris.
13
- Hidung : tidak ada sekret
- Mulut : bibir tidak pucat, basah, lidah tidak kotor, tremor (-)
- Gigi : karies dentis ada
- Leher : tidak ada pembesaran KGB, JVP tidak meningkat
f. Thoraks
- Inspeksi : bentuk dan gerak simetris, jejas (-)
- Palpasi : fremitus raba simetris kanan/kiri
- Perkusi : sonor kanan/kiri
- Auskultasi : - Pulmo : SN Vesikuler, ronkhi dan wheezing (-)
- Cor : S1 dan S2 tunggal, bising jantung (-)
g. Abdomen
- Inspeksi : simetris datar, jejas (-)
- Palpasi : hepar, lien, massa tidak teraba, nyeri tekan epigastrium
(-)
- Perkusi : timpani, ascites (-), nyeri ketuk (-)
- Auskultasi : bising usus (+) normal
h. Ekstremitas
- Superior : atrofi (-), edema (-), tremor (-), jejas (-)
- Inferior : atrofi (-), edema (-), tremor (-), jejas (-)
2. STATUS NEUROLOGIS
- Nervus I-XII : tidak ada kelainan
- Gejala rangsang meningeal : tidak ada
- Gejala TIK meningkat : tidak ada
14
- Refleks fisiologis : normal
- Refleks patologis : normal
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Alloanamnesis dan autoanamnesa :
Pasien mengaku mulai mengelem sejak 4 bulan yang lalu karena coba
– coba diajak oleh teman – temannya ketika pasien memiliki banyak
masalah. Pertama kali memakai pasien mengelem 2 kaleng dan sampai
sekarang pasien tetap memakai 2 kaleng. Pasien mengelem kalau ada masalah
saja. Kalau tidak ada masalah pasien tidak mengelem.
1 bulan yang lalu pasien mengamuk setelah mengelem 2 kaleng,
pasien mengamuk dengan memukuli istrinya karena istrinya kedapatan
selingkuh oleh pasien
1 bulan yang lalu pasien dibawa oleh orang tuanya ke poli nafza dan
mendapatkan 4 macam obat, orang tua pasien lupa nama obatnya dan tidak
membawa obatnya, tetapi orang tua pasien ingat warna obatnya yaitu oranye,
putih, dan coklat, sedangkan 1 sisanya orang tua pasien lupa. Pasien hanya 2
kali minum obat, lalu pasien tidak mau meminum obat karena merasa kalau
setelah minum obat pasien merasa badannya loyo dan tidur terus.
2 hari yang lalu pasien mengamuk setelah mengelem 2 kaleng dirumahnya
dengan membakar pakaian ayahnya dan merusak barang barang dirumah.
Pasien juga bicara sendiri dan tertawa sendiri, serta berkata kepada ayahnya
kalau dia ingin membunuh ayahnya.
15
RPD : Pada tahun 2008 (waktu pasien kelas 3 SMP) pasien mulai
menggunakan obat paketan 1 bungkus ( oskadon + puyer cap kaki 3 +
efedrin) karena coba – coba di ajak oleh teman – temannya. Tidak ada
ketergantungan. Pada tahun 2009 (pasien kelas 1 SMA) pasien berhenti
menggunakan obat paketan dan berganti menggunakan obat efedrin 5 biji,
pasien menggunakan obat ini karena coba – coba diajak oleh temannya. Tidak
ada ketergantungan. Pada tahun 2010 (pasien kelas 2 SMA) pasien berhenti
menggunakan obat efedrin dan berganti menggunakan obat somadril 5 biji,
selama 3 bulan. Dan memakai Zenit 5 biji selama 6 bulan. Lalu pasien dibawa
ke Unit Rehabilitasi BNN dan dirawat selama 3 bulan dan dinyatakan bersih.
Stressor psikososial berasal dari masalah lingkungan tempat tinggal,
keluarga dan pergaulan dengan teman-temannya.
Halusinasi auditorik disangkal
Autoanamnesis:
Afek : tension
Ekspresi afektif : negatif, menantang
Halusinasi : auditorik (kesan disangkal)
Penilaian realita : terganggu
Tilikan : derajat 6
VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
1. Aksis : F.18.5 (Gangguan Mental dan Perilaku akibat
Penggunaan Pelarut yang Mudah Menguap Dengan
Gangguan Psikotik)
16
2. Aksis II : Kepribadian dissosial (F.60.2)
3. Aksis III : None
4. Aksis IV : Masalah pekerjaan, lingkungan, keluarga
5. Aksis V : GAF Scale 20-11
VII. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologis
Tidak didapatkan kelainan
2. Psikologis
Afek : tension, Ekspresi afektif : negatif, menantang. Halusinasi : auditorik
(kesan disangkal), Penilaian realita : terganggu. Tilikan : derajat 6
3. Sosial/Keluarga
Penyalahgunaan zat yang dialami pasien membuat keluarganya merasa
prihatin, sehingga keluarga sangat ingin berusaha untuk menyembuhkan
pasien. Stressor diduga berasal dari pekerjaan, keluarga dan lingkungan.
VIII. PROGNOSIS
Diagnosis Penyakit : baik
Perjalanan Penyakit : buruk
Ciri kepribadian : buruk
Stressor : buruk
Riwayat Herediter : baik
Usia saat menderita : buruk
Pola Keluarga : buruk
17
Pendidikan : baik
Aktivitas Pekerjaan : buruk
Perkawinan : buruk
Ekonomi : buruk
Lingkungan Sosial : buruk
Organobiologis : baik
Pengobatan Psikiatrik : buruk
Ketaatan Berobat : buruk
Kesimpulan : dubia ad malam
IX. RENCANA TERAPI
Psikofarmaka : clozapin tab 25 mg (½– 0 – ½)
Psikoterapi : Support terhadap pasien dan keluarga serta bimbingan
terutama untuk kontrol dan meningkatkan kesadaran
pasien untuk menghentikan kebiasaan yang tidak baik.
Disarankan untuk melakukan family terapi berupa
konseling terhadap keluarganya agar keluarganya
membantu pasien ketika pasien ada masalah, bukan malah
disalahkan.
Rehabilitasi : sesuai minat dan bakat pasien
Monitoring efek samping obat
18
X. DISKUSI
Hasil anamnesis dan pemeriksaan status mental, berdasarkan PPDGJ III
menunjukkan bahwa pasien ini menderita Gangguan Mental dan Perilaku akibat
Penggunaan Pelarut yang Mudah Menguap Dengan Gangguan Psikotik
(F.18.5). Diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat
ditegakkan jika terdapat gangguan yang bervariasi luas dan berbeda
keparahannya ( dari intoksikasi tanpa komplikasi dan penggunaan yang
merugikan sampai gangguan psikotik yang jelas dan demensia, tetapi semua itu
diakibatkan oleh karena penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif (dengan atau
tanpa resep dokter) (1)
Pasien ini didiagosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
zat dikarenakan terdapatnya keterangan bahwa pasien menggunakan lem selama
4 bulan terakhir ketika pasien memiliki masalah. Pasien tidak ada toleransi dan
ketergantungan. Gejala intoksikasin tidak ada. Gejala putus zat tidak ada.
Berdasarkan tipe gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat,
kasus ini digolongkan kedalam gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat dengan gangguan psikotik ( F.18.5 ) karena terdapat gambaran
utama, yaitu terdapatnya gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera
sesudah penggunaan zat psikoaktif (biasanya dalam waktu 48 jam). Pasien
mengamuk, memukul istri, membakar pakaian ayahnya, bicara sendiri dan
tertawa sendiri (1,2).
Berdasarkan riwayat perkembangan pasien dapat diketahui bahwa dalam
masa perkembangan terdapat kelainan. Pasien memiliki gangguan kepribadian
19
disosial ( F. 60. 2) yang mana gangguan kepribadian ini biasanya menjadi
perhatian disebabkan adanya perbedaan yang besar antara perilaku dan norma
sosial yang berlaku dan ditandai oleh (untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit
3 dari gejala ini):
a. Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain
b. Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung
terus menerus (persistent), serta tidak perduli terhadap norma,
peraturan, dan kewajiban sosial.
c. Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung
lama, meskipun tidak ada kesulitan untuk
mengembangkannya
d. Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan ambang yang
rendah untuk melampiaskan agresi, termasuk tindakan
kekerasan
e. Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari
pengalaman, khususnya dari hukuman
f. Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan
rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat
pasien konflik dengan masyarakat (1).
Terapi yang direncanakan pada pasien ini adalah berupa farmakoterapi
yaitu Clozapin tab 25 mg (½– 0 – ½). Clozapin merupakan obat antipsikosis
atipikal yang memiliki waktu paruh 12 – 14 jam, memiliki efek sedatif yang
kuat, kurang memiliki efek otonomik dan tidak mempunyai efek
20
ekstrapiramidal. Terdapat perbedaan antar individual yang nyata pada kadar
dalam darah. Mekanisme kerja obat anti-psikosis tipikal adalah memblokade
dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem
limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamin D2 Reseptor antagonis) sehingga
efektif untuk gejala positif. Mekanisme kerja obat anti – psikosis disamping
berafinitas terhadap Dopamine D2 Receptors, juga terhadap Serotonin 5 HT2
Receptors ( Serotonin-dopamin antagonis ), sehingga efektif juga untuk gejala
negatif. Efek samping obat anti psikosis adalah 1) sedasi dan inhibisi
psikomotor, 2) gangguan otonomik (hipotensi ortostatik, antikolonergik berupa
mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur; 3)
gangguan endokrin 4) gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, dan
sindrom Parkinson), 5) hepatotoksik. Sindrom Parkinson: tremor, bradikinesia,
rigiditas. Efek samping ini ada yang cepat dan ditolerir oleh pasien, ada yang
lambat, dan ada yang sampai membutuhkan obat simptomatis untuk
meringankan keluhanan pasien. Bila terjadi sindrom Parkinson maka
penatalaksanaannya adalah hentikan obat anti psikosis atau bila obat antipsikosis
masih diperlukan diberikan trihexyphenidyl 3 x 2 mg/hari p.o. atau sulfas
atropin 0,5 – 0,75 mg im. Apabila sindrom Parkinson sudah terkendali
diusahakan penurunan dosis secara bertahap, untuk menentukan apakah masih
dibutuhkan penggunaan obat antiparkinson. Efek samping obat antipsikosis
salah satunya hepatotoksik maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium
rutin dam kimia darah terutama untuk memeriksa fungsi hati (SGOT, SGPT)
dapat juga dari pemeriksaan fisik, tanda ikterik, palpasi hepar (3,4).
21
Psikoterapi pada kasus ini dianjurkan dengan pemberian support pada
pasien dan keluarga. Hal ini bertujuan mempercepat penyembuhan pasien dan
untuk rehabilitasi disesuaikan dengan psikiatrik sehingga dapat dipilih metode
yang sesuai. Family terapi bertujuan agar keluarga pasien dapat mendengar
masalah pasien dan tidak lagi menyalahkan pasien lagi.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkasan dari PPDGJ – III.
2. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press, Surabaya, 1998.
3. Neal MJ. At a Glance Farmakologi Medis edisi ke5. Erlangga, Jakarta, 2006.
4. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropika edisi 4. 1997.