lapsus ujian

33
Laporan Kasus Ujian Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Pelarut yang Mudah Menguap Dengan Gangguan Psikotik (F.18.5) Oleh Herlinda Kusumawati NIM I1A009054 Pembimbing Dr. Sherly Limantara, Sp.KJ 1

Upload: lindaaa

Post on 30-Nov-2015

55 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

laporan kasus ujian psikiatri, Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Pelarut yang Mudah MenguapDengan Gangguan Psikotik(F.18.5)sambang lihum

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Ujian

Laporan Kasus Ujian

Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Pelarut yang Mudah Menguap

Dengan Gangguan Psikotik(F.18.5)

Oleh

Herlinda KusumawatiNIM I1A009054

Pembimbing

Dr. Sherly Limantara, Sp.KJ

SMF ILMU KEDOKTERAN JIWARS JIWA DAERAH SAMBANG LIHUM / FK UNLAM

GAMBUT

1

Page 2: Lapsus Ujian

Juni, 2013

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

Umur : 19 tahun

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku Bangsa : Banjar

Status : Menikah

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Tidak bekerja

Alamat : Jl. RA Kartini No. 111 RT. 10 kec. Selat kab. Kuala

kapuas

MRSJ : 19 Juni 2013

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Autoanamnesis dilakukan dengan pasien pada tanggal 19 Juni 2013 serta

alloanamnesis dengan Ayah kandung pasien tanggal 19 Juni 2013

A. KELUHAN UTAMA

Mengamuk

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

2

Page 3: Lapsus Ujian

Alloanamnesa dengan Ayah kandung pasien (Rahmat)

Sejak Maret 2013 pasien mulai menggunakan Lem fox dengan cara dihirup.

Pasien menggunakan lem karena di ajak oleh teman – temannya. Pasien

menggunakan lem sebagai pelampiasan karena pasien mempunyai banyak masalah

yaitu pasien ditekan oleh istrinya yang ingin dibelikan macam – macam, ayah pasien

yang menjanjikan memberikan rumah tidak menepati janjinya, dan ibunya sering

mengungkit masa lalunya. Pasien awalnya memakai karena coba – coba. Pasien

pertama memakai lem dengan 2 kaleng dan sampai sekarang pasien tetap memakai 2

kaleng lem, tidak ada peningkatan jumlah lem yang dipakai pasien. Pasien memakai

lem hanya ketikan pasien memiliki masalah, jika tidak ada masalah pasien tidak

memakai lem.

1 bulan yang lalu pasien mengamuk setelah mengelem 2 kaleng, pasien

mengamuk dengan memukuli istrinya karena istrinya kedapatan selingkuh oleh

pasien. Lalu pasien dibawa ke kantor polisi dan ditahan 1 malam lalu dilakukan

penyelesaian kasus secara kekeluargaan. Tetapi istri pasien dibawa oleh mertuanya.

Lalu setelah bebas dari tahanan polisi, pasien dibawa oleh orang tuanya ke poli nafza

dan mendapatkan 4 macam obat, orang tua pasien lupa nama obatnya dan tidak

membawa obatnya, tetapi orang tua pasien ingat warna obatnya yaitu oranye, putih,

dan coklat, sedangkan 1 sisanya orang tua pasien lupa. Pasien hanya 2 kali minum

obat, lalu pasien tidak mau meminum obat karena merasa kalau setelah minum obat

pasien merasa badannya loyo dan tidur terus.

2 hari yang lalu pasien mengamuk setelah mengelem 2 kaleng dirumahnya

dengan membakar pakaian ayahnya dan merusak barang barang dirumah. Pasien juga

3

Page 4: Lapsus Ujian

bicara sendiri dan tertawa sendiri, serta berkata kepada ayahnya kalau dia ingin

membunuh ayahnya. Pasien terakhir mengelem 2 hari yang lalu. Pasien tidak pernah

terlihat berkeringat dingin, menggigil dan badan terasa sakit ketika tidak meghirup

lem.

Pasien merupakan orang yang sensitif, mudah tersinggung, pencemburu dan

suka memukul. Pasien tidak pernah menceritakan masalahnya kepada orang tuanya.

Orang tua pasien mengakui kalau waktu pasien kecil pasien sering dipukul waktu

pasien melakukan kesalahan dan ketika pasien menangis ayah pasien malah

menambah pukulannya.

Autoanamnesis dengan pasien

Pasien mengaku mulai mengelem sejak 4 bulan yang lalu karena coba – coba

diajak oleh teman – temannya ketika pasien memiliki banyak masalah yaitu pasien

merasa ditekan oleh istri yang baru dinikahinya meminta macam – macam barang

yang mahal, sedangkan pasien sedang tidak bekerja. Dan ayah pasien yang

menjanjikan memberi rumah juga tidak kunjung memberi rumah, sedangkan

istrinya mendesaknya agar segera memiliki rumah sendiri. Serta ibu pasien yang

selalu mengungkit masa lalunya. Pasien pertama kali memakai 2 kaleng lem dan

sampai sekarang tetap 2 kaleng. Pasien tidak pernah menambah jumlah lem yang di

hirup. Pasien mengaku setelah mengelem dapat melupakan masalahnya.

1 bulan yang lalu pasien mengaku mengamuk memukuli istrinya ketika pasien

sedang mengelem, pasien merasa diganggu oleh istrinya dan pasien juga mengaku

kalau tidak terlalu sadar ketika memukuli istrinya. Sebelumnya, pasien mengaku

4

Page 5: Lapsus Ujian

memergoki istrinya sedang selingkuh dengan pria lain yang lebih kaya darinya. Dan

pasien juga memukuli laki – laki selingkuhan istrinya. Pasien dibawa ke kantor

polisi dan ditahan 1 malam lalu dibebaskan karena kasusnya diselesaikan secara

kekeluargaan. Kemudian istrinya dibawa oleh mertuanya. Lalu setelah bebas pasien

di bawa ke poli nafza dan mendapat 4 macam obat, tetapi pasien lupa obatnya apa.

Pasien hanya 2 kali meminum obatnya, karena pasien merasa selalu tertidur setelah

minum obat, sehingga pasien tidak meminum obat lagi.

2 hari yang lalu pasien mengaku mengamuk setelah mengelem. Pasien mengaku

membakar baju ayahnya karena marah dengan ayahnya yang selalu memukulnya

kalau pasien melakukan kesalahan. Pasien menganggap semua kesalahannya ini

adalah akibat dari ayahnya dan ibunya yang selalu mengungkit masa lalunya. Pasien

mengaku kalau mengelem merupakan perbuatan yang salah dan pasien ingin

berubah menjadi kembali baik dengan berobat dan ingin kembali bersama istrinya.

Pasien terakhir mengelem 2 hari yang lalu. Pasien tidak ada toleransi dan

ketergantungan terhadap lem. Gejala intoksikasi tidak ada. Gejala putus zat tidak

ada. Pasien tidak pernah melukai diri sendiri dan berkata ingin bunuh diri.

Pasien tidak pernah terlihat menangis sendiri. Nafsu makan pasien baik dan

tidak ada gangguan tidur.

5

Page 6: Lapsus Ujian

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pada tahun 2008 (waktu pasien kelas 3 SMP) pasien mulai menggunakan

obat paketan 1 bungkus ( oskadon + puyer cap kaki 3 + efedrin) karena coba

– coba di ajak oleh teman – temannya. Pasien mulai menggunakan obat ini

karena orang tuanya yang jarang dirumah, sehingga pasien merasa kesepian

dan tidak ada teman di rumah. Pasien menggunakannya pada saat pasien

sedang ada masalah dengan orang tuanya yaitu pasien dimarahi karena

pasien ketahuan bolos sekolah, merokok, berkelahi dengan temannya. Pasien

menggunaakan obat ini hanya 1 bungkus, tidak pernah meningkatkan jumlah

pemakaian.

Pada tahun 2009 (pasien kelas 1 SMA) pasien berhenti menggunakan obat

paketan dan berganti menggunakan obat efedrin 5 biji, pasien menggunakan

obat ini karena coba – coba diajak oleh temannya. Pasien hanya

menggunakan obat ketika ada masalah, kalau tidak ada masalah, pasien tidak

memakai obat. pasien tidak pernah menambah jumlah penggunaan obat.

Pasien masih sering membolos, merokok, berkelahi dan pasien pernah

mabuk-mabukan 1 kali, lalu pasien muntah darah dan tidak pernah mabuk –

mabukan lagi.

Pada tahun 2010 (pasien kelas 2 SMA) pasien berhenti menggunakan obat

efedrin dan berganti menggunakan obat somadril 5 biji, pasien menggunakan

obat ini karena coba – coba diajak oleh temannya. Pasien hanya

menggunakan obat ketika ada masalah, kalau tidak ada masalah, pasien tidak

memakai obat. pasien tidak pernah menambah jumlah penggunaan obat.

6

Page 7: Lapsus Ujian

pasien hanya menggunakan somadril selama 3 bulan saja. Lalu pasien

memakai Zenit 5 biji , pasien menggunakan obat ini karena coba – coba

diajak oleh temannya. Pasien hanya menggunakan obat ketika ada masalah,

kalau tidak ada masalah, pasien tidak memakai obat. pasien tidak pernah

menambah jumlah penggunaan. Pasien mengunakan obat ini selama 6 bulan.

Pasien diberhentikan oleh pihak sekolah karena pasien terlalu sering bolos

sekolah. Lalu pasien orang tuanya dibawa ke Unit Rehabilitasi BNN dan

dirawat selama 3 bulan dan dinyatakan bersih.

D. RIWAYAT KELUARGA

Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Ayah pasien sering memukul

pasien ketika pasien melakukan kesalahan dan ketika pasien menangis ayah pasien

menambah pukulannya. Ibu pasien sering memarahi pasien dan mengungkit

kesalahan pasien yang telah lalu. Paman dan sepupu pasien menggunakan sabu -

sabu dan tidak pernah direhabitilasi. Paman dan sepupu pasien masih memakai sabu

– sabu hinga sekarang

Genogram :

7

Page 8: Lapsus Ujian

Pasien

Herediter (-)

Ket : Laki-laki Penderita

perempuan meninggal

E. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

a. Riwayat masa prenatal

Pada saat hamil, ibu pasien sehat, tidak ada kejang dan sakit yang serius.

Pasien dilahirkan cukup bulan dan ditolong bidan, pasien merupakan

anak yang dikehendaki

b. Riwayat masa bayi (0 – 1 tahun )

Pasien mendapat ASI sampai usia 2 tahun. Perkembangan pasien tidak

ada keterlambatan. Pasien mendapat kasih sayang yang cukup dari ayah

dan ibunya. Pasien mencapai basic trust.

c. Early childhood (1,5 - 3 tahun) Autonomy vs Shame and Doubt

Pasien sering bermain dengan ayah dan ibunya. Ibu pasien sangat jarang

melarang pasien melakukan sesuatu. Pasien mencapai autonomy

d. Preschool age (3-6 tahun) inisiative vs guilt

Pasien mulai bertanya macam – macam,dan melakukan pekerjaan rumah.

Tetapi jika pasien melakukan kesalahan ayah pasien selalu memukulnya

dan apabila pasien menangis, ayah pasien menambah pukulannya.

e. School age (6-12 tahun) Industry vs inferiority

8

Page 9: Lapsus Ujian

Pasien mulai sekolah dan memiliki banyak teman, tetapi pasien

merupakan anak yang nakal sehingga sering dipukul ayahnya dan

dimarahi ibunya. Hampir setiap hari ibunya selalu marah – marah dengan

pasien, sehingga hampir setiap hari pasien beretangkar dengan ibunya.

Pada saat pasien kelas 6 SD ayah dan ibu pasien pindah bekerja ke kota,

pasien dititipkan dengan saudara angkat ayahnya.

f. Adolescence (12-20 tahun) Identity vs Role diffusion

Pasien sekolah di SMP swasta, menurut ayah pasien, pasien memiliki

teman yang tidak baik. Pasien terlihat sering membolos, merokok, dan

berkelahi. Pasien juga mengaku pada saat itu ayah dan ibunya sangat

jarang dirumah. Pasien ditinggal sendirian, dan pasien merasa kesepian

sehingga pasien tidak ada teman untuk mencurahkan isi hatinya. Lalu

pasien diajak teman-temannya untuk membolos, merokok, berkelahi, dan

memakai obat - obatan. Pasien memakai obat ketika ada masalah saja.

g. Riwayat Pendidikan

Pasien diberhentikan oleh pihak sekolah pada saat pasien kelas 2 SMA

(tahun 2010) karena pasien terlalu sering bolos sekolah. Lalu pasien ikut

paket C tahun 2011. Pasien tidak melanjutkan kuliah.

h. Riwayat pekerjaan

Pasien tidak memiliki pekerjaan. Pasien meminta uang kepada orang

tuanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

i. Riwayat Perkawinan

9

Page 10: Lapsus Ujian

Pasien menikah dengan pacarnya 5 bulan lalu. Setelah 2 minggu menikah

pasien merasa ada perubahan terhadap istrinya. Istrinya yang awalnya

romantis menjadi selalu menekannya untuk dibelikan macam – macam

barang dan perhiasan. Pasien pernah memukul istrinya 1 bulan yang lalu

karena pasien memergoki istrinya yang sedang bermesraan dengan laki –

laki yang lebih kaya darinya. Lalu pasien dibawa ke kantor polisi dan

kasusnya diselesaikan dengan kekeluargaan. Istri pasien dibawa oleh

orang tuanya.

F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG

Pasien tinggal dengan orang tuanya. Pasien merasa dirinya tidak diperhatikan

dan disayang oleh orang tuanya. Pasien terpisah dengan istrinya. Pasien mengamuk

setelah mengelem, mengamuk dengan membakar pakaian ayahnya dan

menghancurkan barang barang dirumah.

G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA

Pasien mengatakan kalau dirinya seperti ini (mengelem dan riwayat

menggunakan obat terlarang) karena kesalahan didikan ayah dan ibunya yang terlalu

keras pada saat waktu kecil. Pasien juga merasa lingkungan rumahnya ( ayah dan

ibu) tidak mendukung pasien, setiap kali pasien bercerita tentang masalahnya pasien

selalu disalahkan. Paman dan sepupunya yang memakai sabu – sabu sering datang

kerumahnya dan mengajak pasien untuk memakai juga. Tetapi pasien menolak

karena pasien tidak memiliki uang

10

Page 11: Lapsus Ujian

III. STATUS MENTAL

A. DESKRIPSI UMUM

1. Penampilan

Pasien laki-laki berbadan kurus, kulit putih, berambut lurus pendek,

berpakaian kaos warna hitam, bercelana pendek warna abu-abu,

menggunakan sandal, penampilan rapi.

2. Kesadaran

Jernih

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Normoaktif

4. Pembicaraan

Spontan, relevan

5. Sikap terhadap pemeriksa

Kooperatif

6. Kontak Psikis

Kontak ada, wajar dan dapat dipertahankan.

B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN, EKSPRESI AFEKTIF SERTA

EMPATI

1. Afek : Tension

2. Ekspresi afektif : menantang

3. Keserasian : appropriate.

4. Empati : dapat dirabarasakan

11

Page 12: Lapsus Ujian

C. FUNGSI KOGNITIF

1. Kesadaran : jernih

2. Orientasi

-Waktu : baik

-Tempat : baik

-Orang : baik

3. Konsentrasi : baik

4. Daya ingat

- Segera : baik

- Jangka pendek : baik

- Jangka panjang : baik

Intelegensi dan pengetahuan umum : sesuai taraf pendidikan

GANGGUAN PERSEPSI

1. Halusinasi :

Halusinasi auditorik: ( kesan disangkal)

Halusinasi visual: (-)

2. Depersonalisasi/derealisasi : tidak ada

D. PROSES PIKIR

1. Arus Pikir

- Produktivitas : cepat

- Kontinuitas : kontinu, relevan

- Hendaya berbahasa : Tidak ada

2. Isi Pikir

12

Page 13: Lapsus Ujian

- Preokupasi : ingin kembali menjadi orang yang normal

- Waham : tidak ada

E. PENGENDALIAN IMPULS

Tidak terkendali

F. DAYA NILAI

1. Daya nilai Sosial : baik

2. Uji daya nilai : baik

3. Penilaian realita : terganggu

G. TILIKAN

Tilikan derajat 6

H. TARAF DAPAT DIPERCAYA

Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

1. STATUS INTERNUS

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Compos mentis

c. Status Gizi : Baik

d. Tanda vital :

- TD : 110/70 mmHg

- Nadi : 72 x/menit

- RR : 20 x/menit

- T : 36°C

e. Kepala

- Mata : palpebra tidak edem, konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak ikterik, pupil isokor, simetris.

13

Page 14: Lapsus Ujian

- Hidung : tidak ada sekret

- Mulut : bibir tidak pucat, basah, lidah tidak kotor, tremor (-)

- Gigi : karies dentis ada

- Leher : tidak ada pembesaran KGB, JVP tidak meningkat

f. Thoraks

- Inspeksi : bentuk dan gerak simetris, jejas (-)

- Palpasi : fremitus raba simetris kanan/kiri

- Perkusi : sonor kanan/kiri

- Auskultasi : - Pulmo : SN Vesikuler, ronkhi dan wheezing (-)

- Cor : S1 dan S2 tunggal, bising jantung (-)

g. Abdomen

- Inspeksi : simetris datar, jejas (-)

- Palpasi : hepar, lien, massa tidak teraba, nyeri tekan epigastrium

(-)

- Perkusi : timpani, ascites (-), nyeri ketuk (-)

- Auskultasi : bising usus (+) normal

h. Ekstremitas

- Superior : atrofi (-), edema (-), tremor (-), jejas (-)

- Inferior : atrofi (-), edema (-), tremor (-), jejas (-)

2. STATUS NEUROLOGIS

- Nervus I-XII : tidak ada kelainan

- Gejala rangsang meningeal : tidak ada

- Gejala TIK meningkat : tidak ada

14

Page 15: Lapsus Ujian

- Refleks fisiologis : normal

- Refleks patologis : normal

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Alloanamnesis dan autoanamnesa :

Pasien mengaku mulai mengelem sejak 4 bulan yang lalu karena coba

– coba diajak oleh teman – temannya ketika pasien memiliki banyak

masalah. Pertama kali memakai pasien mengelem 2 kaleng dan sampai

sekarang pasien tetap memakai 2 kaleng. Pasien mengelem kalau ada masalah

saja. Kalau tidak ada masalah pasien tidak mengelem.

1 bulan yang lalu pasien mengamuk setelah mengelem 2 kaleng,

pasien mengamuk dengan memukuli istrinya karena istrinya kedapatan

selingkuh oleh pasien

1 bulan yang lalu pasien dibawa oleh orang tuanya ke poli nafza dan

mendapatkan 4 macam obat, orang tua pasien lupa nama obatnya dan tidak

membawa obatnya, tetapi orang tua pasien ingat warna obatnya yaitu oranye,

putih, dan coklat, sedangkan 1 sisanya orang tua pasien lupa. Pasien hanya 2

kali minum obat, lalu pasien tidak mau meminum obat karena merasa kalau

setelah minum obat pasien merasa badannya loyo dan tidur terus.

2 hari yang lalu pasien mengamuk setelah mengelem 2 kaleng dirumahnya

dengan membakar pakaian ayahnya dan merusak barang barang dirumah.

Pasien juga bicara sendiri dan tertawa sendiri, serta berkata kepada ayahnya

kalau dia ingin membunuh ayahnya.

15

Page 16: Lapsus Ujian

RPD : Pada tahun 2008 (waktu pasien kelas 3 SMP) pasien mulai

menggunakan obat paketan 1 bungkus ( oskadon + puyer cap kaki 3 +

efedrin) karena coba – coba di ajak oleh teman – temannya. Tidak ada

ketergantungan. Pada tahun 2009 (pasien kelas 1 SMA) pasien berhenti

menggunakan obat paketan dan berganti menggunakan obat efedrin 5 biji,

pasien menggunakan obat ini karena coba – coba diajak oleh temannya. Tidak

ada ketergantungan. Pada tahun 2010 (pasien kelas 2 SMA) pasien berhenti

menggunakan obat efedrin dan berganti menggunakan obat somadril 5 biji,

selama 3 bulan. Dan memakai Zenit 5 biji selama 6 bulan. Lalu pasien dibawa

ke Unit Rehabilitasi BNN dan dirawat selama 3 bulan dan dinyatakan bersih.

Stressor psikososial berasal dari masalah lingkungan tempat tinggal,

keluarga dan pergaulan dengan teman-temannya.

Halusinasi auditorik disangkal

Autoanamnesis:

Afek : tension

Ekspresi afektif : negatif, menantang

Halusinasi : auditorik (kesan disangkal)

Penilaian realita : terganggu

Tilikan : derajat 6

VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

1. Aksis : F.18.5 (Gangguan Mental dan Perilaku akibat

Penggunaan Pelarut yang Mudah Menguap Dengan

Gangguan Psikotik)

16

Page 17: Lapsus Ujian

2. Aksis II : Kepribadian dissosial (F.60.2)

3. Aksis III : None

4. Aksis IV : Masalah pekerjaan, lingkungan, keluarga

5. Aksis V : GAF Scale 20-11

VII. DAFTAR MASALAH

1. Organobiologis

Tidak didapatkan kelainan

2. Psikologis

Afek : tension, Ekspresi afektif : negatif, menantang. Halusinasi : auditorik

(kesan disangkal), Penilaian realita : terganggu. Tilikan : derajat 6

3. Sosial/Keluarga

Penyalahgunaan zat yang dialami pasien membuat keluarganya merasa

prihatin, sehingga keluarga sangat ingin berusaha untuk menyembuhkan

pasien. Stressor diduga berasal dari pekerjaan, keluarga dan lingkungan.

VIII. PROGNOSIS

Diagnosis Penyakit : baik

Perjalanan Penyakit : buruk

Ciri kepribadian : buruk

Stressor : buruk

Riwayat Herediter : baik

Usia saat menderita : buruk

Pola Keluarga : buruk

17

Page 18: Lapsus Ujian

Pendidikan : baik

Aktivitas Pekerjaan : buruk

Perkawinan : buruk

Ekonomi : buruk

Lingkungan Sosial : buruk

Organobiologis : baik

Pengobatan Psikiatrik : buruk

Ketaatan Berobat : buruk

Kesimpulan : dubia ad malam

IX. RENCANA TERAPI

Psikofarmaka : clozapin tab 25 mg (½– 0 – ½)

Psikoterapi : Support terhadap pasien dan keluarga serta bimbingan

terutama untuk kontrol dan meningkatkan kesadaran

pasien untuk menghentikan kebiasaan yang tidak baik.

Disarankan untuk melakukan family terapi berupa

konseling terhadap keluarganya agar keluarganya

membantu pasien ketika pasien ada masalah, bukan malah

disalahkan.

Rehabilitasi : sesuai minat dan bakat pasien

Monitoring efek samping obat

18

Page 19: Lapsus Ujian

X. DISKUSI

Hasil anamnesis dan pemeriksaan status mental, berdasarkan PPDGJ III

menunjukkan bahwa pasien ini menderita Gangguan Mental dan Perilaku akibat

Penggunaan Pelarut yang Mudah Menguap Dengan Gangguan Psikotik

(F.18.5). Diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat

ditegakkan jika terdapat gangguan yang bervariasi luas dan berbeda

keparahannya ( dari intoksikasi tanpa komplikasi dan penggunaan yang

merugikan sampai gangguan psikotik yang jelas dan demensia, tetapi semua itu

diakibatkan oleh karena penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif (dengan atau

tanpa resep dokter) (1)

Pasien ini didiagosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan

zat dikarenakan terdapatnya keterangan bahwa pasien menggunakan lem selama

4 bulan terakhir ketika pasien memiliki masalah. Pasien tidak ada toleransi dan

ketergantungan. Gejala intoksikasin tidak ada. Gejala putus zat tidak ada.

Berdasarkan tipe gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat,

kasus ini digolongkan kedalam gangguan mental dan perilaku akibat

penggunaan zat dengan gangguan psikotik ( F.18.5 ) karena terdapat gambaran

utama, yaitu terdapatnya gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera

sesudah penggunaan zat psikoaktif (biasanya dalam waktu 48 jam). Pasien

mengamuk, memukul istri, membakar pakaian ayahnya, bicara sendiri dan

tertawa sendiri (1,2).

Berdasarkan riwayat perkembangan pasien dapat diketahui bahwa dalam

masa perkembangan terdapat kelainan. Pasien memiliki gangguan kepribadian

19

Page 20: Lapsus Ujian

disosial ( F. 60. 2) yang mana gangguan kepribadian ini biasanya menjadi

perhatian disebabkan adanya perbedaan yang besar antara perilaku dan norma

sosial yang berlaku dan ditandai oleh (untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit

3 dari gejala ini):

a. Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain

b. Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung

terus menerus (persistent), serta tidak perduli terhadap norma,

peraturan, dan kewajiban sosial.

c. Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung

lama, meskipun tidak ada kesulitan untuk

mengembangkannya

d. Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan ambang yang

rendah untuk melampiaskan agresi, termasuk tindakan

kekerasan

e. Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari

pengalaman, khususnya dari hukuman

f. Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan

rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat

pasien konflik dengan masyarakat (1).

Terapi yang direncanakan pada pasien ini adalah berupa farmakoterapi

yaitu Clozapin tab 25 mg (½– 0 – ½). Clozapin merupakan obat antipsikosis

atipikal yang memiliki waktu paruh 12 – 14 jam, memiliki efek sedatif yang

kuat, kurang memiliki efek otonomik dan tidak mempunyai efek

20

Page 21: Lapsus Ujian

ekstrapiramidal. Terdapat perbedaan antar individual yang nyata pada kadar

dalam darah. Mekanisme kerja obat anti-psikosis tipikal adalah memblokade

dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem

limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamin D2 Reseptor antagonis) sehingga

efektif untuk gejala positif. Mekanisme kerja obat anti – psikosis disamping

berafinitas terhadap Dopamine D2 Receptors, juga terhadap Serotonin 5 HT2

Receptors ( Serotonin-dopamin antagonis ), sehingga efektif juga untuk gejala

negatif. Efek samping obat anti psikosis adalah 1) sedasi dan inhibisi

psikomotor, 2) gangguan otonomik (hipotensi ortostatik, antikolonergik berupa

mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur; 3)

gangguan endokrin 4) gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, dan

sindrom Parkinson), 5) hepatotoksik. Sindrom Parkinson: tremor, bradikinesia,

rigiditas. Efek samping ini ada yang cepat dan ditolerir oleh pasien, ada yang

lambat, dan ada yang sampai membutuhkan obat simptomatis untuk

meringankan keluhanan pasien. Bila terjadi sindrom Parkinson maka

penatalaksanaannya adalah hentikan obat anti psikosis atau bila obat antipsikosis

masih diperlukan diberikan trihexyphenidyl 3 x 2 mg/hari p.o. atau sulfas

atropin 0,5 – 0,75 mg im. Apabila sindrom Parkinson sudah terkendali

diusahakan penurunan dosis secara bertahap, untuk menentukan apakah masih

dibutuhkan penggunaan obat antiparkinson. Efek samping obat antipsikosis

salah satunya hepatotoksik maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium

rutin dam kimia darah terutama untuk memeriksa fungsi hati (SGOT, SGPT)

dapat juga dari pemeriksaan fisik, tanda ikterik, palpasi hepar (3,4).

21

Page 22: Lapsus Ujian

Psikoterapi pada kasus ini dianjurkan dengan pemberian support pada

pasien dan keluarga. Hal ini bertujuan mempercepat penyembuhan pasien dan

untuk rehabilitasi disesuaikan dengan psikiatrik sehingga dapat dipilih metode

yang sesuai. Family terapi bertujuan agar keluarga pasien dapat mendengar

masalah pasien dan tidak lagi menyalahkan pasien lagi.

22

Page 23: Lapsus Ujian

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkasan dari PPDGJ – III.

2. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press, Surabaya, 1998.

3. Neal MJ. At a Glance Farmakologi Medis edisi ke5. Erlangga, Jakarta, 2006.

4. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropika edisi 4. 1997.