lapsus radiologi
Embed Size (px)
DESCRIPTION
radiologiTRANSCRIPT

BAGIAN RADIOLOGI Laporan Kasus
FAKULTAS KEDOKTERAN Juni 2014
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PNEUMOPERITONEUM
Oleh:
Catherine Ambar Rini
Dewi Ramdhani
Fahri Dwi Permana
Sandi Suwardi Pakaya
Tri Arini Putri Marzaman
Iva Astriva Ahmad
Pembimbing Residen:
dr. Dewi Tantra
Dosen Pembimbing:
dr. Hj. Erlin Syahril, Sp.Rad
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
M A K A S S A R
2014
1

I. LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Hj. Banong
Umur : 58 tahun
No Rekam Medik : 668227
Alamat : Dusun Teteh Kab. Polmas
Tanggal MRS : 16 Juni 2014 / 20:45
2. Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri perut (+), perut membesar (+)
Anamnesis : Nyeri perut kanan bawah 2 hari yang lalu, mual (-),
muntah (-), demam (+). Pada pemeriksaan
abdomen didapatkan perut cembung, defans (+).
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak lemah
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : TD 140/70 mmHg Suhu 38,1oC
Nadi 116 x/menit RR 28 x/menit
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), Sklera ikterik (-/-), Pupil
isokor (+/+), Udema Palpebra (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Kaku kuduk (-)
Thoraks : Simetris
Paru :
Inspeksi : Pengembangan dada simetrsi, Retraksi (-)
Palpasi : Vocal fremitus D/S sama, Nyeri tekan (-)
2

Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikular (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Cor :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS V Linea axillaris
anterior
Perkusi
Batas kanan : ICS II – ICS IV 1 jari dari
parasternal dextra
Batas kiri : ICS II-V Linea axillaris
anterior
Auskultasi : S1 - S2 reguler, Murmur(-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Tampak cembung, ikut gerak napas,
Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan menurun,
Metalic sound (+)
Palpasi : Distended (-), Nyeri tekan (+) lokasi inguinal
dextra , Massa tumor (-), hepar tidak teraba
Perkusi : Timpani (+)
Genital : Tidak diperiksa
Extremitas : Edema -/-, Akral hangat, Sianosis (-)
Rectal Touche : spinchter tidak mencekik, ampulla kosong, feses (+),
darah (-).
Lain-lain : Massa (+) inguinal dextra diameter 7 cm batas tegas
terfiksir dan shifting dullness (+)
3

4. Laboratorium
Hematologi Rutin Automatik
Test Result Unit Reference Range
WBC 4.0 [10^3/uL] 4.00-10.00
Mono# 6.14 [10^3/uL] 2.00-8.00
Eo# 1.0 [10^3/uL] 1.00-3.00
Baso# 0.16 [10^3/uL] 0.00-0.10
Neut# 18.70 [10^3/uL] 52.0-75.0
Lymph
%
14.9 [%] 20.00-40.0
RBC 3.02 [10^6/uL] 4.00-6.00
HGB 9.00 [g/dL] 12.0-16.0
HCT 6.00 [%] 37.0-48.0
MCV 86 [fL] 80.0-97.0
MCH 30.0 [pg] 26.5-33.5
MCHC 35 [g/dL] 31.5-35.0
RDW-
CV
13.5 [%] 10.0-15.0
PLT 90 [10^3] 150-400
Kimia Darah
Paramete
r
Hasil Rujukan Satuan
GDS 140 70-110 mg/dL
Ureum 20 10-50 mg/dL
Creatinin 0,60 L < 1.3 mg/dL
SGOT 61 <20 u/L
SGPT 41 <41 u/L
4

Elektrolit
Paramete
r
Hasil Rujukan Satuan
Natrium 144 130-145 mmol/L
Kalium 3.1 3.5-5.1 mmol/L
Chlorida 103 97-111 mmol/L
Gambaran Radiologi
5

Expertise
Foto Abdomen 3 Posisi (Erect, Supine, LLD )
- Udara usus tampak minimal di distal colon
- Tampak dilatasi loop-loop usus, yang memberikan gambaran
herring bone
- Tampak air fluid level yang pendek dan bertingkat-tingkat yang
memberikan gambaran step ledder
- Tampak gambaran udara bebas pada kedua subfdiafragma yang
memberikan gambaran crescent sign dan tampak pula rigler sign
- Kedua psoas line sulit di nilai
- Kedua preperitoneal fat line intak
- Tulang-tulang intak
Kesan :
- Pneumoperitoneum- Ileus obstruktif
6

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pneumoperitoneum merupakan keadaan adanya udara bebas dalam
rongga peritoneum. Hal ini bisa disebabkan perforasi organ berongga
abdomen akibat trauma tumpul abdomen. Pencitraan radiologi yang
digunakan untuk mendeteksi pneumoperitoneum meliputi foto polos abdomen,
USG, MRI, CT scan yang dapat juga dilakukan dengan kontras. Foto polos
abdomen menjadi pencitraan utama pada akut abdomen, termasuk pada
perforasi viskus abdomen. Gambaran radiologi foto polos tergantung posisi, di
mana posisi terbaik adalah posisi lateral dekubitus kiri yang menunjukkan
gambaran radiolusen antara batas lateral kanan dari hepar dan permukaan
peritoneum.1
Pemeriksaan CT Scan merupakan kriteria standar pencitraan
pneumoperitoneum. Pada pencitraan MRI pneumoperitoneum terlihat sebagai
area hipointens pada semua potongan gambar. Pada pencitraan USG
pneumoperitoneum tampak sebagai daerah linier peningkatan ekogenisitas
dengan artifak reverberasi atau Distal Ring Down. USG tidak
dipertimbangkan sebagai pemeriksaan definitive untuk menyingkirkan
pneumoperitoneum. 1
7

1.2. Batasan Masalah
Laporan kasus ini akan membahas tentang Pneumoperitoneum khususnya
dari segi gambaran radiologis.
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang Pneumoperitoneum dari definisi, etiologi,
manifestasi klinis, penegakan diagnosa, dan pengobatannya.
1.3.2. Tujuan Khusus
Mengetahui gambaran radiologis pada Pneumoperitoneum
1.4. Metode Penulisan
Metode penulisan referat ini adalah tinjauan kepustakaan yang merujuk
pada berbagai literatur.
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pneumoperitoneum
Pneumoperitoneum adalah adanya udara bebas dalam ruang
peritoneum yang biasanya terkait dengan perforasi dari usus kecil. Namun,
setiap viskus berongga dapat menyebabkan terjadinya pneumoperitoneum.
Penyebab paling umum dari pneumoperitoneum adalah perforasi saluran
pencernaan yaitu lebih dari 90%. Perforasi dari lambung atau duodenum yang
disebabkan oleh ulkus peptikum dianggap penyebab paling sering dari
pneumoperitoneum. Pneumoperitoneum juga dapat diakibatkan karena
pecahnya divertikular atau trauma abdomen. Ini biasanya muncul dengan
tanda-tanda dan gejala peritonitis, dan temuan radiologis yang paling umum
adalah adanya gas subphrenic dalam foto polos Thorax erect. Dalam
kebanyakan kasus, pneumoperitoneum memerlukan eksplorasi bedah dan
intervensi secepatnya.1,3
Gambaran radiologi dari pneumoperitoneum penting karena kadang
kadang jumlah udara bebas dalam rongga peritoneal yang sedikit sering
terlewatkan dan bisa menyebabkan kematian.2
9

Gambar 1: gambaran pneumoperitoneum dengan plain filmSumber gambar:http://www.rad.msu.edu/education/courseInfo/chm_Domain/digestive/
plain/pneumope.htm
2.2 Anatomi Rongga Peritoneum
Peritoneum adalah mesoderm lamina lateralis yang tetap bersifat
epitelial. Pada permulaan, mesoderm merupakan dinding dari sepasang rongga
yaitu coelom. Di antara kedua rongga terdapat entoderm yang merupakan
dinding enteron. Enteron didaerah abdomen menjadi usus. Kedua rongga
mesoderm, dorsal dan ventral usus saling mendekat, sehingga mesoderm
tersebut kemudian menjadi peritonium.5
Lapisan peritonium dibagi menjadi 3, yaitu: 5
1. Lembaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina visceralis
(tunika serosa).
2. Lembaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina
parietalis.
10

3. Lembaran yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina
parietalis.
Pada beberapa tempat peritoneum visceral dan mesenterium dorsal
mendekati peritoneum dorsal dan terjadi perlekatan. Akibat perlekatan ini, ada
bagian-bagian usus yang tidak mempunyai alat-alat penggantung, dan
akhirnya berada disebelah dorsal peritonium sehingga disebut retroperitoneal.
Bagian-bagian yang masih mempunyai alat penggantung terletak di dalam
rongga yang dindingnya dibentuk oleh peritoneum parietal.Rongga tersebut
disebut cavum peritonei, dengan demikian: 5
1. Duodenum terletak retroperitoneal;
2. Jejenum dan ileum terletak intraperitoneal dengan alat penggantung
mesenterium;
3. Colon ascendens dan colon descendens terletak retroperitoneal;
4. Colon transversum terletak intraperitoneal dan mempunyai alat
penggantung disebut mesocolon transversum;
5. Colon sigmoideum terletak intraperitoneal dengan alat penggatung
mesosigmoideum; cecum terletak intraperitoneal;
6. Processus vermiformis terletak intraperitoneal dengan alat penggantung
mesenterium.
2.3 Etiologi Pneumoperitoneum
Ada banyak penyebab untuk pneumoperitoneum dan bervariasi
tergantung pada usia. Pada neonatus, penyebab yang paling mungkin adalah
11

perforasi lambung sekunder enterocolitis necrotizing atau obstruksi
usus..Selain itu, mungkin ada penyebab iatrogenik, seperti perforasi dari
tabung nasogastrik atau dari ventilasi mekanis.7,8
Pada bayi yang lebih tua dan anak-anak, penyebab terbanyak adalah
trauma tumpul dengan pecahnya viskus berongga, trauma penetrasi, perforasi
saluran pencernaan (dari ulkus lambung atau duodenum, ulkus stres, kolitis
ulserativa dengan megakolon toksik, Crohns penyakit, obstruksi usus),
pengobatan steroid, infeksi pada peritoneum dengan organisme gas
membentuk atau pecahnya abses, atau mungkin karena masalah dada seperti
pneumomediastinum.8
Penyebab utama terjadinya pneumoperitoneum adalah:2,4
1. Ruptur viskus berongga (yaitu perforasi ulkus peptikum, necrotizing
enterocolitis, megakolon toksik, penyakit usus inflamasi)
2. Faktor iatrogenik (yaitu pembedahan perut terakhir, trauma abdomen,
perforasi endoskopi, dialisis peritoneal, paracentesis)
3. Infeksi rongga peritoneum dengan organisme membentuk gas dan atau
pecahnya abses yang berdekatan
4. Pneumatosis intestinalis
12

Tabel1: Penyebab pneumoperitoneum 2,4
A.Pneumoperitoneum dengan
peritonitis
- Perforated viskus
- Necrotizing enterocolitis
- Infark usus
- Cedera perut
B.Pneumoperitoneum tanpa
peritonitis
1. Thoracic
- Ventilasi tekanan positif
- Pneumomediastinum/pneumotoraks
- Penyakit saluran napas obstruktif kronik
- Asma
2. Abdomen
- Pasca laparotomi
- Pneumatosis cystoides coli/ intestinalis
- Divertikulosis jejunum
- Endoskopi
-Paracentesis/peritoneal dialisis /
laparoskopi
- Transplantasi sumsum tulang
3. Female pelvis
Instrumentasi(mishysterosalpingography,Uji
Rubin)
- Pemeriksaan panggul (esp. post-partum)
13

- Post-partum
- Oro-genital intercourse
- Vagina douching
- Senggama
2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis tergantung pada penyebab pneumoperitoneum.
Penyebab yang ringan biasanya gejalanya asimtomatik, tetapi pasien mungkin
mengalami nyeri perut samar akibat perforasi viskus perut, tergantung pada
perkembangan selanjutnya bisa berupa peritonitis..Tanda dan gejala berbagai
penyebab perforasi peritoneum mungkin seperti kaku perut, tidak ada bising
usus, nyeri epigastrium atau jatuh pada kondisi shock yang parah.9
2.5 Diagnosis
Temuan gas bebas intraperitoneal biasanya diasosiasikan dengan perforasi
dari viskus berongga dan membutuhkan intervensi bedah dengan segera.
anamnesis menyeluruh dan pemeriksaan fisik tetap yang paling penting dalam
menegakkan diagnosa pneumoperitoneum.
Cara terbaik untuk mendiagnosis udara bebas adalah dengan cara foto
polos Thorax erect. Udara akan terlihat tepat di bawah hemidiaphragma, sela
antara diafragma dan hati. Jika foto polos Thorax erect tidak dapat dilakukan,
maka pasien ditempatkan di sisi kanan posisi dekubitus dan udara dapat dilihat
sela antara hati dan dinding perut. Foto polos, jika benar dilakukan, dapat
mendiagnosa udara bebas di peritoneum. Computed Tomography bahkan
14

lebih sensitif dalam diagnosis pneumoperitoneum.CT dianggap sebagai
standar kriteria dalam penilaian pneumoperitoneum.CT dapat
memvisualisasikan jumlah ≥5 cm³ udara atau gas.3
2.6 Pencitraan
2.6.1 Gambaran Foto Polos Radiologis
Teknik radiografi yang optimal penting pada kecurigaan preforasi
abdomen. Paling tidak diambil 2 foto , meliputi foto abdomen posisi supine dan
foto Thorax posisi erect atau left lateral dekubitus. Udara bebas walaupun
dalam jumlah yang sedikit dapat terdeteksi pada foto polos. Pasien tetap berada
pada posisi tersebut selama 5-10 menit sebelum foto diambil. 3,9,11
15

Gambar 2. Foto abdomen posisi supine, foto dada posisi erect dan left lateral dekubitus(LLD)Sumber gambar dari http://www.wikiradiography.com
Pada foto polos abdomen atau foto Thorax posisi erect, terdapat gambaran
udara (radiolusen) berupa daerah berbentuk bulan sabit (Semilunar Shadow)
diantara diafragma kanan dan hepar atau diafragma kiri dan lien. Juga bisa
tampak area lusen bentuk oval (perihepatik) di anterior hepar. Pada posisi lateral
dekubitus kiri, didapatkan radiolusen antara batas lateral kanan dari hepar dan
permukaan peritoneum. Pada posisi lateral dekubitus kanan, tampak Triangular
16

Sign seperti segitiga yang kecil-kecil dan berjumlah banyak karena pada posisi
miring udara cenderung bergerak ke atas sehingga udara mengisi ruang-ruang di
antara incisura dan dinding abdomen lateral. Pada proyeksi abdomen supine,
berbagai gambaran radiologi dapat terlihat yang meliputi Falciform Ligament
Sign dan Rigler`S Sign.3,11
Proyeksi yang paling baik adalah lateral dekubitus kiri,rujuk gambar 3,
dimana udara bebas dapat terlihat antara batas lateral kanan dari hepar dan
permukaan peritoneum. Posisi ini dapat digunakan untuk setiap pasien yang
sangat kesakitan. 11
Gambar 3. Posisi Lateral dekunitus kiri.Terdapat udara bebas diantara dinding abdomendengan hepar (panah putih). Ada cairan bebas di rongga peritoneum (panah hitam).
Sumber gambarhttp://www.wikiradiography.com/page/Pneumoperitoneum
17

Gambar 4. Gambaran linier (anterior subhepatic space air )Sumber gambar dari http://emedicine.medscape.com
Gambar 5. Foto posterior subhepatic space air (Morrison’s pouch, gambaran triangular )Sumber gambar dari http://emedicine.medscape.com
18

Gambar 6. Foto anterior ke permukaan ventral dari heparSumber gambar dari http://emedicine.medscape.com
Tanda peritoneum pada foto polos diklasifikasikan menjadi
pneumoperitoneum dalam jumlah kecil dan pneumoperitoneum dalam
jumlah besar yang dengan >1000 mL udara bebas. Gambaran
pneumoperitoneum dengan udara dalam jumlah besar antara lain:
1) Football Sign, rujuk gambar 7,yang biasanya menggambarkan
pengumpulan udara di dalam kantung dalam jumlah besar sehingga
udara tampak membungkus seluruh kavum abdomen, mengelilingi
ligamen falsiformis sehingga memberi jejak seperti gambaran bola
kaki.2,3,11
19

Gambar 7. Football sign
Sumber http://www.wikiradiography.com
2) Gas-Relief Sign, Rigler Sign, dan Double Wall Signyang
memvisualisasikan dinding terluar lingkaran usus disebabkan udara
di luar lingkaran usus dan udara normal intralumen. 2,3,11
20

Gambar 8. Rigler Sign
Sumber http://www.wikiradiography.com
3) Urachus merupakan refleksi peritoneal vestigial yang biasanya
tidak terlihat pada foto polos abdomen. Urachus memiliki opasitas
yang sama dengan struktur jaringan lunak intraabdomen lainnya,
tapi ketika terjadi pneumoperitoneum, udara tampak melapisi
urachus. Urachus tampak seperti garis tipis linier di tengah bagian
bawah abdomen yang berjalan dari kubah vesika urinaria ke arah
kepala. Dasar urachus tampak sedikit lebih tebal daripada apeks.
2,3,11
21

Gambar 9. Gambaran urachus
Sumber http://www.wikiradiography.com
4) Ligamen umbilical lateral yang mengandung pembuluh darah
epigastrik inferior dapat terlihat sebagai huruf ‘V’ terbalik di
daerah pelvis sebagai akibat pneumoperitoneum dalam jumlah
banyak. 2,3,11
5) Telltale Triangle Signmenggambarkan daerah segitiga udara
diantara 2 lingkaran usus dengan dinding abdomen. 2,3,11
22

Gambar 10. Telltale triangle sign
Sumber http://www.wikiradiography.com
6) Udara skrotal dapat terlihat akibat ekstensi intraskrotal peritoneal
(melalui prosesus vaginalis yang paten). 2,3,11
7) Cupola Sign mengacu pada akumulasi udara di bawah tendon
sentral diafragma2,3,11
8) Udara di dalam sakus kecil dapat terlihat, terutama jika perforasi
dinding posterior abdomen. 2,3,11
Gambar 11. The Sign CupolaSumber http://www.wikiradiography.com
23

Gambar 12. cupola sign (panah putih) danlesser sac gas sign (panah hitam).
Sumber http://www.wikiradiography.com
9) Tanda obstruksi usus besar parsial dengan perforasi divertikulum
sigmoid dapat terjadi yang berkaitan dengan tanda
pneumoperitoneum2,3,11
Udara bebas intraperitoneal tidak terlihat pada sekitar 20-30% yang
lebih disebabkan karena standardisasi yang rendah dan teknik yang tidak
adekuat. Foto polos abdomen menjadi pencitraan utama pada akut
abdomen, termasuk pada perforasi viskus abdomen. 3
Tidak jarang pasien dengan akut abdomen dan dicurigai mengalami
perforasi tidak menunjukkan udara bebas pada foto polos abdomen.
Diagnosis banding biasanya meliputi kolesistitis akut, pankreatitis, dan
perforasi ulkus. Sebagai tambahan pemeriksaan untuk mengopasitaskan
saluran cerna, sekitar 50mL kontras terlarut air diberikan secara oral
atau lewat NGT pada pasien dengan posisi berbaring miring ke kanan. 3
24

2.6.2 CT (Computed Tomography) Scan
CT scan merupakan pemeriksaan standar untuk mendeteksi
pneumoperitoneum dikarenakan lebih sensitif dibanding foto polos
abdomen, tetapi CT scan tidak selalu dibutuhkan jika dicurigai
pneumoperitoneum karena lebih mahal dan memiliki efek radiasi yang
besar. CT scan berguna untuk mengidentifikasi udara intraluminal
meskipun terdapat dalam jumlah yang minimal, terutama ketika temuan
foto polos abdomen tidak spesifik. CT scan tidak terlalu dipengaruhi
oleh posisi pasien pada pemeriksaan dan teknik yang digunakan.3
Kelemahan lain, dengan CT scan sulit untuk melokalisasi perforasi,
lagipula adanya udara bebas pada peritoneum merupakan temuan yang
nonspesifik, antara lain dapat disebabkan oleh perforasi usus, paska
operasi, atau dialisis peritoneal. 3
Pada posisi supine, dengan CT Scan udara yang terletak di
anterior dapat dibedakan dengan udara di dalam usus. Jika ada perforasi,
cairan inflamasi yang bocor juga dapat diamati di dalam peritoneum.
Penyebab perforasi kadang dapat didiagnosis dengan CT scan. 3
Pada CT scan, kontras oral digunakan untuk mengopasitaskan
lumen saluran pencernaan dan memperlihatkan adanya perforasi.
Pemeriksaan kontras dapat mendeteksi adanya ekstravasasi kontras
melalui diniding usus yang mengalami perforasi. Tetapi dengan kondisi
25

adanya ulkus duodenum perforasi dengan cepat ditutupi oleh omentum
sehingga bisa tidak terjadi ekstravasasi kontras. 3,7
Gambar 13.Gambaran udara bebas pada CT scan abdomen,
Sumber http://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd/Radio / pneumoperitoneum.htm
Gambar 14. Udara bebas pada CT scan.
Sumber http://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd/Radio / pneumoperitoneum.htm
26

2.6.3 Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Gambar 15. MRI pneumoperitoneumSumber gambar :http://www.spingeimages.com/WATER_276_2010_763_Fig4.html/
27

Gambar 16. Gambaran udara bebas pada peritoneum (panah kuning)Sumber Gambar :http://reference.medscape.com/fig15.html
Pneumoperitoneum dapat terlihat sebagai area dengan gambaran
hipointens pada semua potongan. Pneumoperitoneum dapat secara tidak
sengaja ditemukan dengan MRI, karena MRI bukan modalitas pencitraan
pertama. Adanya gerakan peristaltis usus dapat mengaburkan gambaran
abdomen. 3
2.6.4 USG
Pada pencitraan USG, pneumoperitoneum tampak sebagai daerah
linier peningkatan ekogenisitas dengan artifak reverberasi atau Distal
Ring Down. Pengumpulan udara terlokalisir akibat perforasi usus dapat
dideteksi, terutama jika berdekatan dengan abnormalitas lainnya, seperti
penebalan dinding usus. Dibandingkan dengan foto polos abdomen,
ultrasonografi memiliki keuntungan dalam mendeteksi kelainan lain,
seperti cairan bebas intraabdomen dan massa inflamasi. 3
28

USG tersedia hampir di semua tempat pelayanan kesehatan, lebih
murah dibanding CT scan , dan penggunaannya aman terutama pada
pasien yang bermasalah terhadap radiasi seperti pada anak-anak, wanita
hamil, dan usia reproduktif. Namun, USG sangat tergantung pada
kepandaian operator, dan terbatas penggunaannya pada orang obesitas
dan udara intra abdomen dalam jumlah besar. USG tidak
dipertimbangkan sebagai pemeriksaan definitif untuk menyingkirkan
pneumoperitoneum. 3
GambaranUSG pada pneumoperitoneum antara lain bayangan
sebuah costa, artifak Ring Down dari paru yang terisi udara, dan udara
kolon anterior yang berhimpitan dengan hepar. Udara di kuadran kanan
atas dapat keliru dengan Kolesistitis Emfisematosa, kalsifikasi Mural,
kalsifikasi Vesika Fellea, Vesika Fellea porselen, Adenomiosis, udara di
dalam abses, tumor, udara bilier, atau udara di dalam vena porta. Udara
intraperitoneal sering sulit dideteksi. Namun, udara bebas dalam jumlah
kecil dapat dideteksi dengan pemeriksaan dari anterior atau anterolateral
diantara dinding abdomen dan dekat hepar, dimana lingkaran usus
biasanya tidak ditemukan. Sulit untuk membedakan udara ekstralumen
dengan udara intramural atau intraluminal.3
29

Gambar 17. Pneumoperitoneum pada USG
Sumber dari http://emedicine.medscape.com
2.7 Tatalaksana dan Prognosis
Prinsip tatalaksana dan prognosis tergantung dari penyebab utamanya.
Ketika seorang pasien diduga mengalami pneumoperitoneum, langkah
pertama dalam pengobatan adalah mencari tahu penyebabnya, untuk
pendekatan pengobatan yang tepat. Ini membutuhkan pemeriksaan diagnostik
tambahan selain anamnesa pasien. Dalam beberapa kasus, pengobatan
konservatif adalah yang terbaik, dengan dokter menunggu dan melihat lebih
teliti untuk melihat apakah tubuh pasien mampu menghilangkan gas sendiri.
Jika pneumoperitoneum adalah komplikasi dari infeksi, maka operasi untuk
memperbaiki masalah ini diperlukan secepat mungkin. Perforasi dan infeksi
dengan cepat dapat menyebabkan kematian dengan segera. 12.
30

2.8 Diferensial Diagnosis
Diagnosis banding Pneumoperitoneum 2
1. Syndrome Chilaiditi
2. Abscess Subphrenic
3. Linear atelectasis pada dasar paru
1. Chilaiditi sindrom
Interposisi dari usus (berhimpitnya usus dan hepar) antara hepar
dan hemidiaphragm (kanan) hingga menyebabkan terlihat adanya udara
yang berada di subphrenik, padahal itu adalah udara yang ada dalam usus
besar , ditandai dengan terlihatnya haustra. Choliditis tidak memiliki
makna diagnostik. 2,8
Gambar 17. Chilaiditi sindromSumber dariAbdominal X-rays made easy. 2nd edition, James D. Begg Churchill Livingstone,
Elsevier, 20062. Subphrenic abses
31

Abses Subphrenik adalah dilokalisirnya pengumpulan nanah,
biasanya di bawah kanan atau kiri hemi-diaphragm, terdapat akumulasi
cairan yang terinfeksi antara diafragma, hepar dan limpa. 2,8
Perbedaan gambaran udara pada abses subphrenik dan
pneumoperitoneum adalah pada foto lateral dekubitus ; akan terlihat udara
terkumpul dalam suatu kantong abses dan ada air fluid level.(Ditambahkan
dari penjelasan pakar-Pen)
3. Atelektasis Linear di Dasar Paru
Atelektasis adalah runtuhnya sebagian atau penutupan alveoli
sehingga pertukaran gas berkurang atau tidak ada. 2,8
Gambar 18. Linear atelektasisSumber Gambar :Abdominal X-rays made easy. 2nd edition, James D. Begg Churchill
Livingstone, Elsevier, 2006
32

Gambar 18. Linear atelektasis di dasar paru-paruSumber dari Abdominal X-rays made easy. 2nd edition, James D. Begg Churchill
Livingstone, Elsevier, 2006
RESUME KLINIS :
Seorang pasien wanita 58 tahun datang dengan keluhan nyeri perut dan perut
membesar dialami sejak 2 hari yang lalu. Dari hasil anamnesis didapatkan mual
(-), muntah (-), demam (+). Pada pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum
tampak lemah, kesadaran compos mentis, TD : 140/70, Nadi : 116x/menit, RR :
28x/menit, Suhu : 38,1oC. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan peristaltik usus
menurun, ascites (+), dan pada pemeriksaan rectal touche spincter ani tidak
mencekik.
Pasien ini didiagnosa Susp Appendisitis Akut dd. Appendisitis perforasi.
Pasien ini tidak dioperasi karena pulang paksa.
RESUME RADIOLOGI
Pada pemeriksaan foto polos abdomen posisi erect ditemukan gambaran crescent
sign.
33
Panah kuning : tampak
udara bebas
subdiafragma yang
membentuk gambaran
crescent sign.

Tanda pneumoperitoneum yang dapat ditemukan pada posisi left lateral decubitus.
Foto Left Lateral Decubitus. Udara bebas yang banyak pada dinding
lateral abdomen (udara bebas subdiafragma).
34
Panah kuning : tampak
gambaran udara di antara
loop-loop usus
menampakkan dinding
dalam usus “rigler’s
sign”
.

Pada foto polos abdomen ini juga ditemukan tanda-tanda dari ileus obstruktif :
35
Panah biru :
Tampak dilatasi
loop-loop usus
yang memberikan
gambaran herring
bone

Kesimpulan
Pneumoperitoneum adalah adanya udara bebas dalam ruang peritoneum
yang biasanya terkait dengan perforasi dari usus kecil.
Pneumoperitoneum dideteksi dengan pemeriksaan radiologis foto polos
abdomen, CT scan, MRI, dan ultrasonografi. Pada foto polos abdomen,
pneumoperitoneum paling baik terlihat dengan posisi lateral dekubitus kiri yang
menunjukkan gambaran radiolusen antara batas lateral kanan dari hepar dan
permukaan peritoneum. CT scan merupakan kriteria standar untuk mendeteksi
pneumoperitoneum, namun tidak selalu dibutuhkan jika dicurigai
pneumoperitoneum dan lebih mahal serta memiliki efek radiasi yang besar.
Dengan MRI, pneumoperitoneum terlihat sebagai area dengan hipointens pada
semua potongan. Dengan USG, pneumoperitoneum tampak sebagai daerah linier
peningkatan ekogenisitas dengan artifak reverberasi atau Distal Ring Down. Foto
polos abdomen menjadi pencitraan utama pada akut abdomen, termasuk pada
perforasi viskus abdomen, walaupun pencitraan standar adalah dengan CT scan.
36
Panah Kuning : Tampak air fluid level yang bertingkat-tingkat dan pendek pendek yang memberikan gambaran step ladder

DAFTAR PUSTAKA
1. ME ,Breen, Dorfman M, Chan SB. 2008. Pneumoperitoneum Without
Peritonitis: A Case Report.Am J Emerg Med, 26:841. e1-2
2. Churchill , James D Begg . 2006. Abdominal X-rays Made Easy 2nd Edition.
Elsevier
3. Khan, Ali Nawaz. 2011. Pneumoperitoneum Imaging : A Journal
Diunduh dari http://emedicine.medscape.com, pada 8 Oktober 2012
4. Daly, Barry D, J. Ashley Guthrie and Neville F. Cause of Pneumoperitoneum:
A Case Report. United Kingdom
5. Mansjoer , Arif,dkk. 2000.Bedah Digestif. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2
Edisi Ketiga (pp 240-252). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
6. Dan L. Longo, Anthony S. Fauci, Dennis L. Kasper, Stephen L. Hauser, J.
Larry Jameson, Joseph Loscalzo, Eds. 2008. Harrison’s Principle of Internal
Medicine 17th Edition. USA : The McGraw-Hill Companies.
7. CH, Lee. 2010. Imaging Pneumoperitoneum : A Journal
Diunduh dari
http://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd/Radio/curriculum/Surgery/pneum
operitoneum.htm pada 8 Oktober 2012
8. Weerakkody , Yuranga dan Jeremy Jones.Pneumoperitoneum.
Diunduh dari http://radiopaedia.org/articles/pneumoperitoneum pada 8
Oktober 2012
37

9. Silberberg , Phillip. 2006. Pneumoperitoneum. Kentucky, USA.
10. Derveaux ,K., F Penninckx. 2007. Crash Courses of Pneumoperitoneum.
University Leuven Belgia
11. Fuller, MJ. 2011. Pnuemoperitoneum.
Diunduh dari http://www.wikiradiography.com/page/Pneumoperitoneum pada
8 Oktober 2012
12. Pitiakoudis. 2011. Spontaneus Idiophatic Pneumoperitoneum Presenting as
An Acute Abdomen : A Case Reports. USA :National Library of Medicine.
38