lapsus psoriasis belum jadi - copy
DESCRIPTION
psoriasisTRANSCRIPT
A. PENDAHULUAN
Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai
dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-
lapis dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner.1
Kasus psoriasis makin sering ditemukan. Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan
kematian tetapi menyebabkan gangguan kosmetik terutama karena perjalanan penyakit ini
bersifat menahun dan residif.1
Psoriasis memiliki tingkat keparahan yang bervariasi dari yang akut sampai yang kronik.
Beberapa bentuk dari psoriasis, seperti: bentuk plak(psoriasis vulgaris), gutata, fleksural,
generalisata pustular, eritroderma psoriatic, keterlibatan kuku dan pada lokasi tertentu sperti
psoriasis scalp, psoriasis fleksular, psoriasis pada mukosa oral, psoriasis kuku, dan psoriasis
arthritis. Psoriasis plak atau dikenal juga sebagai psoriasis vulgaris merupakan tipe yang
paling sering dijumpai, ditemukan sekitar 80-90% dari penderita psoriasis.2
Biasanya psoriasis menempati daerah ekstensor, skalp, siku, lutut, dan bokong. Dapat
juga mengenai lipatan (psoriasis inversa) atau palmo-plantar (psoriasis plamoplantar). Luas
lesi dapat terlokalisir atau meluas ke hampir seluruh tubuh. Berbagai bentuk ragam psoriasis
dapat dijumpai: Bila ukuran lesi lentikular disebut psoriasis gutata, bentuk tersering adalah
psoriasis vulgaris dengan ukuran lebih besar dari lentikular. Selain kulit badan, psoriasis juga
menyerang kulit kepala, kuku, sendi dan mukosa (geographic tounge). Psoriasis bentuk berat
adalah psoriasis yang luas, psoriasis pustulosa generalisata, psoriasis eritroderma, dan
psoriasis arthritis,dan umumnya 1/3 kasus termasuk dalam kategori ini. Kualitas hidup pasien
menjadi perhatian utama, walaupun seseorang dengan lesi tidak luas namun mengganggu
1
kualitas hidupnya dapat dikategorikan berat. Lesi sering terasa gatal, panas dan kering.
Garukan atau trauma akan memicu reaksi Koebner, yaitu timbul lesi baru pada daerah
tersebut. Berbagai faktor dapat menimbulkan kekambuhan antara lain: trauma, infeksi, faktor
endokrin, hipokalsemia, stress emosional, obat-obatan (antimalaria, litium, beta andrenergic
blocking agent) dan alkohol.3
2
B. LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : DS
Umur :10 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Toraja
Agama : -
Pekerjaan : Siswi SD
Status Perkawinan : Belum Menilah
Tanggal masuk : 2 Juni 2015
Anamnesis : Heteroanamnesis
Keluhan Utama : Gatal dan Bercak pada tubuh
Anamnesis Terpimpin : Pasien datang ke poli klinik kulit kelamin RS. TK II Pelamonia
diantar oleh ibu dengan keluhan gatal dan muncul bercak pada seluruh tubuh kecuali pada
bagian leher ke atas dan daerah kelamin. Ini sudah dirasakan oleh anak selama kurang lebih 1
tahun. Hal ini muncul secara tiba-tiba pada anak. Selama bercak muncul, ibu pasien
menyangkal adanya gejala demam atau infeksi fokal lainnya pada anak. Hal ini baru pertama
kali dialami. Di dalam keluarga juga tidak ada yang menderita hal yang sama, begitupun di
lingkungan pasien. Selama keluhan dan gejala berlangsung, ibu mengaku sudah pernah
berobat ke Puskesmas setempat, dokter anak dan dokter penyakit dalam. Riwayat
pengobatan, pasien sudah pernah diberikan salep tapi tidak mengurangi gejala.
3
Status Presens
Keadaan Umum
Sakit : Ringan
Kesadaran : Composmentis
Gizi : Baik
Hygine : Baik
Status Dermatology – venerology
Lokasi : bagian abdomen-thoraks dan ekstremitas atas-bawah
Distribusi : Berbatas tegas
Ukuran : Numular-Plakat
Efloresensi : Eritem dengan skuama berwarna putih, ekskoriasi pada tempat
bekas garukakan
Gambar 1. Lesi pada Abdomen Gambar 2. Lesi pada punggung
4
Gambar 3. Lesi pada kaki. Gambar 4. Lesi pada tangan.
Resume
Seorang anak dengan usia 10 tahun bersama ibunya datang berobat ke poli kulit
kelamin di eluhan gatal dan muncul bercak pada sebagian besar tubuh pasien. Bercak ini
banyak dan tersebar di bagian perut dan dada anak, belakang, serta kedua tungkai atas dan
bawah. Bercak berwarna merah dengan skuama warna putih. Dan beberapa lesi ada yang
ekskoriasi karena garukan yang dalam. Hal ini sudah dialami sejak kurang lebih 1 tahun. Ibu
pasien mengaku pasien tidak pernah mengalami gejala seperti demam atau infeksi fokal
lainnya. Selama keluhan pasien sudah pernah berobat ke beberapa dokter seperti di
Puskesmas setempat, dokter anak dan dokter penyakit dalam namun keluhan tidak
berkurang. Selama proses tersebut pasien pernah menggunakan beberapa salep (namanya
5
tidak diketahui). Riwayat keluarga yang memiliki keluhan yang sama disangkal oleh ibu
pasien.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik maka pasien di diagnosis dengan :
Psoriasis
Rencana terapi yang akan diberikan pada pasien ini berupa :
Pemberian Methotrexate
Pasien diinstruksikan untuk rawat inap
Prognosis : Dubia ad bonam
6
C. PEMBAHASAN
a. Definisi
Psoriasais adalah suatu penyakit yang umum, kronik, merusak, inflamasi dan proliferasi
kulit, dimana kedua pengaruh genetic dan lingkungan memiliki peran penting. Lesi yang
paling khas yakni merah, bersisik, berbatas tegas, plak yang tebal, tampak khususnya pada
permukaan ekstensor dan kulit kepala.4
Psoriasis vulgaris adalah bentuk paling umum dari psoriasis, sekitar 90% dari pasien
psoriasis. Merah, bersisik, plak yang tersebar secara simetris dengan lokasi yang tersering
ialah untuk daerah ektremitas bagian ekstensor terutama di siku dan lutut, serta kulit
kepala, daerah lumbosacral, pantat, dan genital.5
b. Epidemiologi
Kasus psoriasis makin sering ditemukan. Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan
kematian tetapi menyebabkan gangguan kosmetik terutama karena perjalanan penyakit ini
bersifat menahun dan residif. Insidens pada orang kulit putih lebih tinggi daripada
penduduk kulit berwarna. Di Eropa dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika Serikat 1-2%
sedangkan di Jepang 0.6%. Pada bangsa berkulit hitam, misalnya di Afrika jarang
dilaporkan demikian pula pada suku Indian di Amerika. Insidens pada pria agak lebih
banyak dari pada wanita, psoriasis terpadat pada semua usia, tetapi umumnya pada orang
dewasa.1
Kebanyakan data prevalensi dating dari Eropa Utara dan Scandinavia dimana studi
Kaukasia menunjukkan prevalensi penduduk antara 1,5% - 3%, meskipun prevalensi
7
setinggi 4,8% telah dilaporkan. Ada, namun, variasi ras cukup dengan penduduk yang
prevalensi rendah dari penyakit. Di China psoriasis diperkirakan mempengaruhi0,3% dari
penduduk, sementara penyakit ini jarang atau tidak ada di Inuits, Amerika Latin, India, atau
Samoans. Tampaknya lebih umum di Timur dari pada bagian Barat dari Afrika. Iklim juga
tampaknya mempengaruhi prevalensi dari psoriasis.4
Semua angka yang dikutip di atas berhubungan terutama untuk psoriasis vulgaris.
Perkiraan varian penyakit jauh lebih kuat. Mereka mungkin menghitung sekitar 10% dari
semua kasus.4
c. Etiopatogenesis
Psoriasis adalah penyakit peradangan kronis pada kulit disertai dengan dasar genetika
yang kuat, ditandai oleh adanya peradangan yang komplek dalam pertumbuhan dan
diferensiasi epidermis dan biokimia yang multiple, imunologi dan kelainan vascular, serta
hubungan yang belum dipahami dengan baik terhadap fungsi system syaraf. Dasar
penyebabnya masih belum diketuhui. Berdasarkan riwayat penyakit, psoriasis umumnya
dianggap sebagai suatu kelainan primer dan keratinosit. Dengan ditemukan adanya sel T
spesifik imunosupresan cyclosporine A (CsA) sangat aktif melawan psoriasis, dimana
sebagian besar penelitian memfokuskan pada sistem kekebalan.5
Factor genetic berperan. Bila orangtuanya tidak mendrita psoriasis resiko mendapat
psoriasis 12%, sedangkan jika salah seorang orangtuanya menderita psoriasis resikonya
mencapai 34 – 39%. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe: psoriasis tipe I dengan
awitan dini bersifat familial, psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial.
Hal lain yang menyokong adanya factor genetic ialah bahwa psoriasis berhubunan dengan
8
HLA. Psoriasis tipe I berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57, dan Cw6. Psoriasis tipe
II berkaitan dengan HLA-B27 dan Cw2, sedangkan psoriasis pustulosa berkorelasi dengan
HLA-B27.1
Factor imunologik juga berperan. Defek genetic pada psoriasis dapat diekspresikan
pada salah satu dari ketiga jenis sel, yakni Limfosit T, sel penyaji antigen (dermal), atau
keratinosit.keratinosit psoriasis membutuhkan stimuli untuk aktifitasnya. Lesi psoriasis
matang umumnya penuh dnegan sebukan limfosit T pada dermis yang terutama terdiri atas
limfosut T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dalam epidermis. Sedangkan pada lesi
baru umumnya lebih banyak didominasi oleh limfosit T CD8. Pada lesi psoriasis terdapat
sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. Sel Langerhans juga berperan pada
imunopatogenesis psoriasis. Terjadinya proliferasi epidermis diawali dengan adanya
pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh sel Langerhans. Pada psoriasis
pembentukan epidermis (turn over time) lebih cepat, hanya 3 – 4 hari, sedangakan pada
kulit normal lamanya 27 hari. Nickoloff (1998) berkesimpulan bahwa psoriasis adalah
penyakit autoimun. Lebih 90% kasus dapat mengalami remisi setelah diobati dengan
imunosupresif.1
Berbagai factor pencetus pada psoriasis yang disebut dalam kepustakaan, diantaranya
sters fisik, infeksi fokal, trauma (fenomena kobner), endokrin, ganguan metabolic, obat,
juga alcohol dan merokok. Stress psikis merupakan factor pencetus utama. Infeksi fokal
mempunyai hubungna erat dengan salah satu bentuk psoriasis ialah psoriasis gutata,
sedangkan hubungannya dengan psoriasis vulgaris tidak jelas. Pernah dilaporkan kasus-
kasus psoriasis gutata yang sembuh setelah diadakan tonsilektomia. Umumnya infeksi
disebabkan oleh Streptococcus. Factor endokrin rupanya mempengaruhi perjalan penyakit.
9
Puncak insiden psoriasis pada waktu pubertas dan menopause. Pada waktu kehamilan
umumnya membaik, sedangkan pada masa pascapartus memburuk. Gangguan
metabolisme, contohnya hipokalsemia dan dialysis telah dilaporkan sebagai factor
pencetus. Obat yang umumnya dapat menyebabkan residif ialah beta-adrenergik blocking
agents, litium, antimalaria, dan penghentian mendadak kortikosteroid sistmik.1
d. Gejala Klinik
Ini adalah jenis yang paling umum, lesi dengan batas tegas dan jarak berkisar beberapa
millimeter sampai centimeter dalam diameter. Lesi berwarna merah muda atau merah
dengan sisik keperakan kering-putih besar polygonal (seperti minyak lilin). Siku, lutut,
punggung bawah dan kulit kepala adalah daerah predileksi.7
Lesi psoriasis vulgaris berupa plak eritematous, berbatas tegas, simetris, kering, tebal
dengan ukuran yang beragam serta dilapisi oleh skuama tebal berlapis-lapis dan berwarna
putih seperti mika. Plak eritematous yang tebal menandakan adanya hiperkeratosis,
parakeratosis, akantosis, pelebaran pembuluh darah dan inflamasi. Tempat predileksi lesi
psoriasis yaitu pada scalp, ekstensor lengan, kaki, lutut, siku, dorsum manus dan dorsum
pedis. Keluhan yang dirasakan adalah gatal dan kadang rasa panas yang membuat pasien
merasa tidak nyaman. Bentuk kelainan bervariasi : lentikuler, numular atau plakat dapat
berkonfluensi. Bila tidak diobati, plak dapat bertahan selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun. 1,4,5
Psoriasis adalah penyakit inflamasi yang umum, kronik dan berualang pada kulit yang
ditandai dengan batas yang tegas, ertimatous, kering, plak dari berbagai ukuran. Lesi
biasanya tertutupi oleh sisik pipih warna putih keperakan.6
10
Keadaaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang menjadi eritroderma.
Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi pada kulit kepala, perbatasan
daerah tersebut dengan muka,ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan
daerah lumbosacral.1
Lesi klasik psoriasis berbatas tegas, meninggi, plak merah dengan skuama putih pada
permukaan. Ukuran lesi dapat sangat bervariasi mulai dari papul sebesar kepala jarum
pentul sampai plak yang menutupi area tubuh yang luas. Dibawah skuama, kulit eritema
berkilat yang homogeny, dan adanya bintik-bintik perdarahan ketika skuama diangkat,
trauma menyebabkan dilatasi kapiler (tanda auspitz). Psoraiasis cenderung mengalami
erupsi simetris, dan hal tersebut membantu dalam menegakkan diagnosis. Keterlibatan
unilateral dapat terjadi. Fenotip psoriasis ini dapat membaut spectrum penyakit mengalami
perubahan pada penderita yang sama.5
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan kobner (isomorfik). Kedua
fenomena yang disebut lebih dahulu dianggap khas, sedangkan yang terakhir tidak khas,
hanya kira-kira 47% yang positif dan didapat pula pada penyakit lain, misalnya liken
planus dan veruka plana juvenilis.1
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada
goresan, seperti lilin yang digores, disebkan oleh berubahnya indeks bias. Cara menggores
dapat dengan pinggir gelas alas. Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah
berbintik-bintik yang disebabkan karena papilomatosis. Trauma pada kulit penerita
psoriasis, misalnya garukan, dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan
psoriasis dan disebut fenomena kobner.1
11
Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku yakni sebanyak kira-kira 50% yang
agak khas yaitu yang disebut dengan pitting nail atau nail pit yang berupa lekukan-lekukan
miliar. Kelainan yang tidak khas yaitu kuku yang keruh, tebal, bagian distalnya terangkat
karena terdapat lapisan tanduk dibawahnya (hyperkeratosis subungual) dan onikolisis.
Disamping menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini dapat pula
menimbulkan kelainan pada sendi. Umumnya bersifat poliartikular, tempat predileksinya
pada sendi interfalangs distal dan terbanyak terdapat pada usia 30-50 tahun. Sendi
membesar kemudian terjadi ankilosis dan lesi kistik subkorteks. Kelainan pada mukosa
jarang ditemukan.1
e. Bentuk Klinis
1. Psoriasis Gutata
Pada bentuk ini psoriasis akan Nampak erupsi akut papul keci di batang, anggota
badan, atau wajah. Sekitar dua-tiga dari kasus, psoriasis gutata dipicu oleh infeksi
streptococcus.8
2. Psoriasis inversa (psoriasis fleksural)
Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada daerah fleksor sesuai dengan
namanya.9
3. Psoriasis eksudativa
Bentuk tersebut sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada bentuk
ini kelainannya membasah seperti dermatitis akut.1
4. Psoriasis Seboroik (seboriasis)
12
Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis dan
dermatitis seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan agak
lunak. Selain berlokasi pada tempat yang lazim, juga terdapat pada tempat seboroik.1
5. Psoriasis pustulosa
Ditandai dengan eritema skuama pustul miliar berwarna putih atau kekuningan. Ada
dua pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai penyakit
tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis.Terdapat dua bentuk Psoriasis
Pustulosa yaitu tipe Barber yang setempat (lokalisata) dan generalisata. Tipe Zumbusch.
Pada psoriasis pustulosa tipe Barber terdapat pustul-pustul miliar yang steril pada telapak
tangan dan telapak kaki. Pada psoriasis pustulosa tipe Zumbusch terdapat pustule pada
lesi psoriasis dan kulit yang normal. Pustul bergerombol sirsinar yang disertai demam,
leukositosis dan dengan keadaan umum pasien tampak sakit yang kemudian akan
menjadi eritroderma. Penyakit ini terjadi karena penghentian obat kortikosteroid sistemik
dan perluasan psoriasis itu sendiri. Pada penderita Psoriasis pada dasar kukunya terjadi
penebalan dan kehilangan kecerahan, di sebut Pitting Nail.9
6. Eritroderma psoriatic
Eritroderma psoriatik dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu kuat atau
oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak
tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama tebal menyeluruh. Ada kalanya lesi
psoriasis masih tampak samar-samar, yakni lebih eritematosa dan kulitnya lebih
meninggi.9
f. Histopatologi
13
Psoriasis memberikan gambaran histopatoligik yang khas, yakni : parakeratosis dan
akantosis. Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut abses munro.
Selain itu terdapat pula papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermis.1
g. Diagnosis Banding
1. Dermatitis Seboroik
Gambaran klinis yang khas pada dermatitis seboroik ialah skuama yang
berminyak dan kekuningan dan berlokasi di tempat-tempat yang seboroik. Psoriasis
berbeda dengan dermatitis seboroik karena terdapat skuama yang berlapis-lapis berwarna
putih seperti mika disertai tanda tetesan lilin dan Auspitz. Tempat predileksinya juga
berbeda. Dermatitis seboroik biasanya pada alis, sudut nasolabial, telinga, daerah sternum
dan fleksor. Sedangkan psoriasis banyak terdapat pada daerah-daerah ekstensor, yaitu
siku, lutut dan scalp.1,4
Gambar 5. Dermatitis Seboroik pada wajah.
Tampak makula eritema dengan dengan skuama kekuningan.
2. Pitiriasis Rosea
14
Pitiriasis berarti skuama halus. Hal ini berbeda dengan proriasis dimana
skuamanya tebal. Biasanya 2-10 cm bulat sampai oval dengan lesi tunggal, dengan tanda
khas adanya lesi pertama (herald patch), dapat terjadi dimana saja, tetapi paling sering
terletak di badan dan ektremitas proksimal.10
Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, memberi gambaran yang
khas, sama dengan lesi pertama hanya lebih kecil, susunannya sejajar dengan kosta,
hingga menyerupai pohon cemara terbalik.10
(6.1) (6.2)
Gambar 6. Pitiriasis Rosea.
6.1. gambaran lesi mengikuti garis costa
6.2. Herald patch
3. Liken Planus
Gejala klinis sangat gatal, umumnya setelah satu atau beberapa minggu setelah
kelainan pertama timbul diikuti oleh penyebaran lesi. Tempat predileksi yang paling
sering yaitu pada pergelangan tangan bagian fleksor atau lengan bawah. Kelainan yang
15
khas terdiri atas papul yang poligonal, berskuama, datar dan berkilat. Kadang-kadang ada
cekungan di sentral. Garis-garis anyaman berwarna putih. Terdapat fenomena Kobner.1,4
Gambar 7. Liken Planus
h. Penatalaksanaan
1. Pengobatan Sistemik
a. Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, dengan dosis ekuivalen prednisone 20-
30mg per hari. Setelah membaik dosis diturunkan perlahan-lahan lalu diberikan dosis
pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan menyebabkan kekambuhan dan
dapat terjadi psoriasis pustulosa generalisata.1
a. Obat Sitostatik
Obat sitistatik yang biasa digunakan adalah metotrexate. Obat ini bekerja dengan
cara menghambat enzim dihidrofolat reduktase, sehingga menghambat sintesis timidilat
dan purin. Obat ini menunjukkan hambatan replikasi dan fungsi sel T dan mungkin juga
sel B karena adanya efek hambatan sintesis. 1
16
Indikasinya ialah untuk psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis arthritis dengan
lesi kulit dan eritroderma karena psoriasis yang sukar terkontrol dengan obat standar.
Kontraindikasinya ialah bila terdapat kelainan hepar, ginjal, system hematopoetik,
kehamilan, penyakit infeksi aktif (misalnya TBC, Ulkus peptikum, colitis ulserosa dan
psikosis). Pada awalnya metotrexate diberikan dengan dosis inisial 5 mg per orang
dengan psoriasis untuk melihat apakah ada gejala sensitivitas atau gejala toksik. Jika
tidak terjadi efek yang tidak diinginkan maka MTX diberikan dengan dosis 3 x 2.5mg
dengan interval 12 jam selama 1 minggu dengan dosis total 7.5mg. Jika tidak ada
perbaikan maka dosis dinaikkan 2,5 - 5 mg per minggu dan biasanya dengan dosis 3 x 5
mg akan tampak ada perbaikan. Cara lain adalah dengan pemberian MTX i.m dosis
tunggal sebesr 7,5 – 25 mg. Tetapi dengan cara ini lebih banyak menimbulkan reaksi
sensitivitas dan reaksi toksik. Jika penyakit telah terkontrol maka dosis perlahan
diturunkan dan diganti ke pengobatan secara topical.1
Setiap 2 minggu dilakukan pemeriksaan hematologic, urin lengkap, fungsi ginjal
dan fungsi hati. Bila jumlah leukosit < 3500/uL maka pemberian MTX dihentikan. Bila
fungsi hepar baik maka dilakukan biopsy hepar setiap kali dosis mencapai dosis total
1,5 gram, tetapi bila fungsi hepar abnormal maka dilakukan biopsy hepar bila dosis
total mencapai 1 gram. 1
Efek samping dari penggunaan MTX adalah nyeri kepala, alopecia, saluran cerna,
sumsul tulang, hepar dan lien. Pada saluran cerna berupa nausea, nyeri lambung,
stomatitis ulcerosa dan diare. Pada reaksi yang hebat dapat terjadi enteritis hemoragik
dan perforasi intestinal. Depresi sumsum tulang menyebabkan timbulnya leucopenia,
17
trombositopenia dan kadang-kadang anemia. Pada hepar dapat terjadi fibrosis dan
sirosis. 1
b. Levodopa
Levodopa sebenarnya dipakai untuk penyakit Parkinson. Pada beberapa pasien
Parkinson yang juga menderita psoriasis dan diterapi dengan levodopa menunjukkan
perbaikan. Berdasarkan penelitian, Levodopa menyembuhkan sekitar 40% pasien
dengan psoriasis. Dosisnya adalah 2 x 250 mg – 3 x 250 mg. Efek samping levodopa
adalah mual, muntah, anoreksia, hipotensi, gangguan psikis dan gangguan pada
jantung. 1
c. Diaminodifenilsulfon
Diaminodifenilsulfon (DDS) digunakan pada pengobatan psoriasis pustulosa tipe
Barber dengan dosis 2 x 100 mg sehari. Efek sampingnya adalah anemia hemolitik,
methemoglobinuria dan agranulositosis. 1
d. Etretinat & Asitretin
Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan bagi psoriasis
yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya. Etretinat
efektif untuk psoriasis pustular dan dapat pula digunakan untuk psoriasis eritroderma.
Pada psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis
dan kulit normal. Dosisnya bervariasi : pada bulan pertama diberikan 1mg/kgbb/hari,
jika belum terjadi perbaikan dosis dapat dinaikkan menjadi 1½ mg/kgbb/hari. Efek
18
sampingnya berupa kulit menipis dan kering, selaput lendir pada mulut, mata, dan
hidung kering, kerontokan rambut, cheilitis, pruritus, nyeri tulang dan persendian,
peninggian lipid darah, gangguan fungsi hepar, hiperostosis, dan teratogenik.
Kehamilan hendaknya tidak terjadi sebelum 2 tahun setelah obat dihentikan. Asitretin
(neotigason) merupakan metabolit aktif etretinat yang utama. Efek sampingnya dan
manfaatnya serupa dengan etretinat. Kelebihannya, waktu paruh eliminasinya hanya 2
hari, dibandingkan dengan etretinat yang lebih dari 100 hari. 1
e. Siklosporin
Siklosporin berikatan dengan siklofilin selanjutnya menghambat kalsineurin.
Kalsineurin adalah enzim fosfatase dependent kalsium dan memgang peranan kunci
dalam defosforilasi protein regulator di sitosol, yaitu NFATc (Nuclear Factor of
Activated T Cell). Setelah mengalami defosforilasi, NFATc ini mengalami translokasi
ke dalam nukleus untuk mengaktifkan gen yang bertanggung jawab dalam sintesis
sitokin, terutama IL-2. Siklosporin juga mengurangi produksi IL-2 dengan cara
meningkatkan ekspresi TGF-ß yang merupakan penghambat kuat aktivasi limfosit T
oleh IL-2. Meningkatnya ekspresi TGF-ß diduga memegang peranan penting pada efek
imunosupresan siklosporin. 1
Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 1-4 mg/kgbb/hari. Bersifat nefrotoksik
dan hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan
dapat terjadi kekambuhan. 1
f. Terapi biologic
19
Obat biologic merupakan obat yang baru dengan efeknya memblok langkah
molecular spesifik yang penting paa pathogenesis psoriasis. Contoh obatnya adalah
alefaseb, efalizumab dan TNF-α-antagonist.1
2. Pengobatan Topikal
a. Preparat Ter
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya adalah anti
radang. Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari:
Fosil, misalnya iktiol.
Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski.
Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens
Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektif untuk psoriasis, yang
cukup efektif ialah yang berasal dari batubara dan kayu. Ter dari batubara lebih efektif
daripada ter berasal dari kayu, sebaliknya kemungkinan memberikan iritasi juga besar.
Pada psoriasis yang telah menahun lebih baik digunakan ter yang berasal dari batubara,
karena ter tesbut lebih efektif daripada ter yang berasal dari kayu dan pada psoriasis
yang menahun kemungkinan timbulnya iritasi kecil. Sebaliknya pada psoriasis akut
dipilih ter dari kayu, karena jika dipakai ter dari batu bara dikuatirkan akan terjadi
iritasi dan menjadi eritroderma.1
Ter yang berasal dari kayu kurang nyaman bagi penderita karena berbau kurang
sedap dan berwarna coklat kehitaman. Sedangkan likuor karbonis detergens tidak
demikian. Konsentrasi yang biasa digunakan 2 – 5%, dimulai dengan konsentrasi
rendah, jika tidak ada perbaikan konsentrasi dinaikkan. Supaya lebih efektif, maka daya
20
penetrasi harus dipertinggi dengan cara menambahkan asam salisilat dengan
konsentrasi 3 – 5 %. Sebagai vehikulum harus digunakan salap karena salap
mempunyai daya penetrasi terbaik.1
b. Kortikosteroid
Kortikosteroid topikal memberi hasil yag baik. Potensi dan vehikulum bergantung pada
lokasinya. Pada skalp, muka dan daerah lipatan digunakan krim, di tempat lain
digunakan salap. Pada daerah muka, lipatan dan genitalia eksterna dipilih potensi
sedang, bila digunakan potensi kuat pada muka dapat memberik efek samping di
antaranya teleangiektasis, sedangkan di lipatan berupa strie atrofikans. Pada batang
tubuh dan ekstremitas digunakan salap dengan potensi kuat atau sangat kuat bergantung
pada lama penyakit. Jika telah terjadi perbaikan potensinya dan frekuensinya
dikurangi.1
c. Ditranol (Atralin)
Obat ini dikatakan efektif. Kekurangannya adalah mewarnai kulit dan pakaian.
Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2-0,8 persen dalam pasta, salep, atau krim.
Lama pemakaian hanya ¼ – ½ jam sehari sekali untuk mencegah iritasi. Penyembuhan
dalam 3 minggu.1
d. Pengobatan dengan Penyinaran
Seperti diketahui sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga
dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik ialah penyinaran secara
alamiah, tetapi sayang tidak dapat diukur dan jika berlebihan akan memperberat
psoriasis. Karena itu digunakan sinar ultraviolet artifisial, diantaranya sinar A yang
21
dikenal dengan UVA. Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau
berkombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA,
atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara
Goeckerman.1
Dapat juga digunakan UVB untuk pengobatan psoriasis tipe plak, gutata, pustular,
dan eritroderma. Pada yang tipe plak dan gutata dikombinasikan dengan salep likuor
karbonis detergens 5 -7% yang dioleskan sehari dua kali. Sebelum disinar dicuci
dahulu. Dosis UVB pertama 12 -23 m J menurut tipe kulit, kemudian dinaikkan
berangsur-angsur. Setiap kali dinaikkan sebagai 15% dari dosis sebelumnya. Diberikan
seminggu tiga kali. Target pengobatan ialah pengurangan 75% skor PASI (Psoriasis
Area and Severity Index). Hasil baik dicapai pada 73,3% kasus terutama tipe plak. 1
e. Calcipotriol
Calcipotriol ialah sintetik vitamin D. Preparatnya berupa salep atau krim 50 mg/g.
Perbaikan setelah satu minggu. Efektivitas salep ini sedikit lebih baik daripada salap
betametason 17-valerat. Efek sampingnya pada 4 – 20% berupa iritasi, yakni rasa
terbakar dan tersengat, dapat pula telihat eritema dan skuamasi. Rasa tersebut akan
hilang setelah beberapa hari obat dihentikan.1
f. Tazaroten
Merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya menghambat proliferasi
dan normalisasi petanda differensiasi keratinosit dan menghambat petanda proinflamasi
pada sel radang yang menginfiltrasi kulit. Tersedia dalam bentuk gel, dan krim dengan
konsentrasi 0,05 % dan 0,1 %. Bila dikombinasikan dengan steroid topikal potensi
22
sedang dan kuat akan mempercepat penyembuhan dan mengurangi iritasi. Efek
sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar dan eritema pada 30 % kasus, juga
bersifat fotosensitif.1
g. Emolien
Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit. Pada batang tubuh (selain
lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep dengan bahan dasar
vaselin 1-2 kali/hari, fungsinya juga sebagai emolien dengan akibat meninggikan daya
penetrasi bahan aktif. Jadi emolien sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis.1
3. PUVA
Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi efek yang
sinergik. Mula-mula 10 – 20 mg psoralen diberikan per os, 2 jam kemudian dilakukan
penyinaran. Terdapat bermacam-macam bagan, di antaranya 4 x seminggu. Penyembuhan
mencapai 93% setelah pengobatan 3 – 4 minggu, setelah itu dilakukan terapi
pemeliharaan seminggu sekali atau dijarangkan untuk mencegah rekuren. PUVA juga
dapat digunakan untuk eritroderma psoriatik dan psoriasis pustulosa. Beberapa penyelidik
mengatakan pada pemakaan yang lama kemungkinan akan terjadi kanker kulit.1
4. Pengobatan Cara Goeckerman
Pada tahun 1925 Goeckerman menggunakan pengobatan kombinasi ter berasal
dari batubara dan sinar ultraviolet. Kemudian terdapat banyak modifikasi mengenai ter
dan sinar tersebut. Yang pertama digunakan ialah crude coal ter yang bersifat fotosensitif.
23
Lama pengobatan 4 – 6 minggu, penyembuhan terjadi setelah 3 minggu. Ternyata bahwa
UVB lebih efektif daripada UVA. 1
i. Prognosis
Psoriasis tidak menyebabkan kematian tetapi bersifat kronik dan residif.Penyakit psoriasi
tidak sembuh sama sekali sehingga seolah-olah penyakit ini dapat timbul kembali sepanjang
hidup. Memperhatikan tanda dan gejala biasanya membutuhkan terapi seumur hidup.
Penyakit psoriasis biasanya menjadi lebih berat dari waktu ke waktu tetapi tidak mungkin
untuk muncul dan menghilang.9
j. Edukasi
Untuk pasien psoriasis diberikan pengarahan atau edukasi tentang penyakit yang diderita
oleh pasien. Penjelasan sedikit dan dapat dimengerti oleh pasien atau wali pasien. Seperti
penjelasan bahwa psoriasis merupakan penyakit yang bisa kambuh kembali dan penyakit ini
memiliki kemungkinan menjadi tambah parah jika tidak ditangani dengan baik. Penjelasan
yang penting juga adalah pasien harus diberitahu faktor-faktor pencetus dari psoriasis, seperti
faktor stress, infeksi fokal, trauma, obat juga alcohol dan merokok. Semua factor pencetus
tersebut bisa memicu kembali munculnya psoriasis. Rasa gatal yang yang dialami bisa
menimbulkan lesi baru, jadi penting untuk memberikan penjelasan pada pasien agar
menghindari gesekan atau garukan yang dapat memicu munculnya lesi baru.
24
DATAR PUSTAKA
1. Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa . Dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, ed.
Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi ke-3. Jakarta : FK-UI. 2007. Hal. 189-196.
2. Gawkrodger J David. Psoriasis. Dermatology Ann Illustrated Colour Text. 3 th Edition.
2002.
3. Sjamsoe S Emmy, Menaldi L Sri, Wisnu M I. Penyakit Kulit Yang Umum di Indonesia.
Jakarta Pusat: PT Medical Multimedia Indonesia.
4. Griffiths C Camp R, Barker J. Psoriasis. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Editors. Rook’s
Textbook Of Dermatology. 8th Edition. Volume 1-4. USA: Blackwell Publishing.
Massachusetts; 2004. p. 20.1-60.
5. Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis. In : Feedberg IM et al, Editors. Psoriasis Fitzpatrick’s
Dermatology In General Medicine. 8th Edition. Volume 1. New York : The McGraw-Hill
Companies; 2008. p. 169-193.
6. James WD, Berger TG, Elder JT. Psoriasis. Andrew’s Desease of The skin, Clinical
Dermatology. 10 ed. New York: Sauders Elsevier; 2006. p.193-201.
7. Hunter John, Savin Johm, Dahl Mark. Clinical Dermatology. 3th Edition. 2003.
8. Canadian Dermatology Association. Canadian Guidelines For The Management Of Plaque
Psoriasis, 1st Edition, 2009.
9. Sinaga Dameria. Pengaruh Stres Psikologis Terhadap Pasien Psoriasis.
10. P Thomas, Habif Md. Clinical Dermatology A color Guide to Diagnosis and Therapy. 4th
Edition. 2003.
25