lapsus pneumoni 1
DESCRIPTION
anakTRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis
batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam. (Depkes RI, 2002).
2. Etiologi
Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri,
virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa.
a. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia
lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus
pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh
menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan
menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi,
berkeringat, napas terengah-engah dan denyut jantungnya meningkat cepat (Misnadiarly,
2008).
b. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus
yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV).
Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas, pada
balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian besar
pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi
terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan
kematian (Misnadiarly, 2008).
Case Report: Pneumonia
c. Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit
pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri,
meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya
berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi
paling sering pada anak pria remaja dan usia muda.
d. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia
pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP).
Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan
penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga
dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii
pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru (Djojodibroto, 2009).
3. Klasifikasi
1) Berdasarkan Umur
a. Kelompok umur < 2 bulan
1) Pneumonia berat
Bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu (jika sebelumnya
menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor
pada anak yang tenang, mengi, demam (38ºC atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah (di
bawah 35,5 ºC), pernapasan cepat 60 kali atau lebih per menit, penarikan dinding dada
berat, sianosis sentral (pada lidah), serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen
tegang.
2) Bukan pneumonia
Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit dan tidak
terdapat tanda pneumonia seperti di atas.
2
Case Report: Pneumonia
b. Kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun
1) Pneumonia sangat berat
Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral, tidak dapat
minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang dan sulit dibangunkan.
2) Pneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak disertai
sianosis sentral dan dapat minum.
3) Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan dinding
dada.
4) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)
Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding
dada.
5) Pneumonia persisten
Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati selama 10-
14 hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibiotik yang sesuai, biasanya terdapat
penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan yang tinggi, dan demam ringan (WHO,
2009).
3
Case Report: Pneumonia
2) Berdasarkan Etiologi
Grup Penyebab Tipe pneumonia
Bakteri Streptokokus pneumonia Streptokokus piogenesis
Stafilokokus aureus Klebsiela pneumonia
Eserikia koli
Yersinia pestis
Legionnaires bacillus
Pneumoni bakterial Legionnaires disease
Aktinomisetes Aktinomisetes Israeli Nokardia asteroides
Aktinomisetes pulmonal Nokardia pulmonal
Fungi Kokidioides imitis Histoplasma kapsulatum Blastomises dermatitidis
Aspergilus
Fikomisetes
Kokidioidomikosis Histoplasmosis Blastomikosis
Aspergilosis
Mukormikosis
Riketsia Koksiela burneti Q feverKlamidia Chlamydia trachomatis Chlamydial Pneumonia Mikoplasma Mikoplasma pneumonia Pneumonia mikoplasmal Virus Influenza virus, adeno
Virus respiratory Syncytial
Pneumonia virus
Protozoa Pneumositis karini Pneumonia pneumosistis (pneumonia plasma sel)
Sumber : Alsagaff dan Mukty, 2010.
Etiologi Pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di Negara maju.
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang
Lahir-20 hari
Bakteri BakteriE. Colli Bakteri anaerobStreptococcus grup B Streptococcus group DListeria monocytogenes Haemophillus influenzae
Ureaplasma urealyticum
Virus
4
Case Report: Pneumonia
Virus SitomegaloVirus Herpes simpleks
3 Minggu-3 Bulan
Bakteri BakteriChamydia trachomatis Bordetella pertussisStreptococcus pneumoniae Haemophillus influenzae tipe B
Virus Moraxella catharalisVirus Adeno Staphylococcus aureusVirus Influenza Ureaplasma urealyticumVirus Influenza 1,2,3 VirusRespiratory Syncytial virus Virus Sitomegalo
4 bulan-5 tahun Bakteri BakteriChlamydia pneumoniae Haemophillus influenza tipe BMycoplasma pneumoniae Moraxella catharalisStreptococcus pneumoniae Neisseria meningitidis
Virus Staphylococcus aureusVirus Adeno VirusVirus Influenza Virus Varisela-ZosterVirus ParainfluenzaRespiratory Syncytial virus
5 tahun-remaja Bakteri BakteriChlamydia pneumoniae Haemophillus influenza
Mycoplasma pneumoniae Legionella spStreptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus
VirusVirus AdenoVirus Epstein-BarrVirus InfluenzaVirus ParainfluenzaVirus Rino
Respiratory Syncytial virusVirus Varisela-Zoster
Sumber : Mardjanis Said, 2010.
4. Patofisiologi
Bakteri penyebab terisap ke paru perifer melaui saluran nafas menyebabkan
reaksi jaringan berupa edema, yang memepermudah proliferasi dan penyebaran
kuman. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi sebukan PMN,
5
Case Report: Pneumonia
fibrin, eritrosit, cairan edema dan kuman di alveoli. Proses ini termasuk dalam
stadium hepatisasi merah. Sedangkan hepatisasi kelabu adalah kelanjutan proses
infeksi berupa deposisi fibrin ke permukaan pleura. Ditemukan pula fibrin dan
leukosit PMN di alveoli dan proses pagositosis yang cepat. Dilanjutkan dengan
proses resolusi, dengan peningkatan sel makrofag di alveoli, degenerasi sel dan
menipisnya fibrin, serta menghilangnya kuman dan debris (Rahajoe, 2000).
5. Tanda dan Gejala
a. Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas atas
akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat
dapat mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak
kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga
ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala
(Misnadiarly, 2008).
b. Tanda
Menurut Misnadiarly (2010), tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita antara
lain :
a. Batuk nonproduktif
b. Ingus (nasal discharge)
c. Suara napas lemah
d. Penggunaan otot bantu napas
e. Demam
f. Cyanosis (kebiru-biruan)
g. Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar
h. Sakit kepala
i. Kekakuan dan nyeri otot
6
Case Report: Pneumonia
j. Sesak napas
k. Menggigil
l. Berkeringat
m. Lelah
n. Terkadang kulit menjadi lembab
o. Mual dan muntah
6. Penatalaksanaan
1. Pneumonia ringan
Diagnosis
Di samping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja.
Kriteria Napas cepat :
- Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan: ≥ 50 kali/menit
- Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
7
Case Report: Pneumonia
Tatalaksana
Anak di rawat jalan
Beri antibiotic : Kotrimoksasol (4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3
hari atau Amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari. Untuk
pasien HIV diberikan selama 5 hari.
Tindak lanjut
Anjurkan ibu untuk memberi makan anak. Nasihati ibu untuk membawa
kembali anaknya setelah 2 hari, atau lebih cepat kalau keadaan anak memburuk
atau tidak bisa minum atau menyusu.
Ketika anak kembali :
• Jika pernapasannya membaik (melambat), demam berkurang, nafsu makan
membaik, lanjutkan pengobatan sampai seluruhnya 3 hari. (WHO 2009)
2. Pneumonia berat
Diagnosis
Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal
berikut ini :
Kepala terangguk-angguk
Pernapasan cuping hidung
Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas, konsolidasi, dll)
Selain itu bisa didapatkan pula tanda berikut ini :
- Napas cepat :
o Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit
o Anak umur 2 – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit
o Anak umur 1 – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
o Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit
- Suara merintih (grunting) pada bayi muda
- Pada auskultasi terdengar :
o Crackles (ronki)
8
Case Report: Pneumonia
o Suara pernapasan menurun
o Suara pernapasan bronkial
Dalam keadaan yang sangat berat dapat dijumpai :
- Tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya
- Kejang, letargis atau tidak sadar
- Sianosis
- Distres pernapasan berat.
Untuk keadaan di atas ini tatalaksana pengobatan dapat berbeda (misalnya :
pemberian oksigen, jenis antibiotik).
Tatalaksana
- Anak dirawat di rumah sakit
- Terapi Antibiotik :
- Beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam),
yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila anak
memberi respons yang baik maka diberikan selama 5 hari. Selanjutnya
terapi dilanjutkan di rumah atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral (15
mg/kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5 hari berikutnya.
- Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat keadaan yang
berat (tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan
semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distres pernapasan
berat) maka ditambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV
setiap 8 jam).
- Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen dan
pengobatan kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.
Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB IM atau IV sekali
sehari).
- Bila anak tidak membaik dalam 48 jam, maka bila memungkinkan buat
foto dada.
- Apabila diduga pneumonia stafilokokal (dijelaskan di bawah untuk
9
Case Report: Pneumonia
pneumonia stafilokokal), ganti antibiotik dengan gentamisin (7.5 mg/kgBB
IM sekali sehari) dan kloksasilin (50 mg/kgBB IM atau IV setiap 6 jam)
atau klindamisin (15 mg/kgBB/hari –3 kali pemberian). Bila keadaan anak
membaik, lanjutkan kloksasilin (atau dikloksasilin) secara oral 4 kali sehari
sampai secara keseluruhan mencapai 3 minggu, atau klindamisin secara
oral selama 2 minggu.
- Terapi Oksigen
- Beri oksigen pada semua anak dengan pneumonia berat
- Bila tersedia pulse oximetry, gunakan sebagai panduan untuk terapi
oksigen (berikan pada anak dengan saturasi oksigen < 90%, bila tersedia
oksigen yang cukup). Lakukan periode uji coba tanpa oksigen setiap
harinya pada anak yang stabil. Hentikan pemberian oksigen bila saturasi
tetap stabil > 90%. Pemberian oksigen setelah saat ini tidak berguna
- Gunakan nasal prongs, kateter nasal, atau kateter nasofaringeal.
Penggunaan nasal prongs adalah metode terbaik untuk menghantarkan
oksigen pada bayi muda. Masker wajah atau masker kepala tidak
direkomendasikan. Oksigen harus tersedia secara terus-menerus setiap
waktu.
- Lanjutkan pemberian oksigen sampai tanda hipoksia (seperti tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat atau napas > 70/menit)
tidak ditemukan lagi.
Perawatan penunjang
- Bila anak disertai demam (> 390 C) yang tampaknya menyebabkan
distres, beri parasetamol.
- Bila ditemukan adanya wheeze, beri bronkhodilator kerja cepat
- Bila terdapat sekret kental di tenggorokan yang tidak dapat
dikeluarkan oleh anak, hilangkan dengan alat pengisap secara
perlahan.
- Pastikan anak memperoleh kebutuhan cairan rumatan sesuai umur
anak tetapi hati-hati terhadap kelebihan cairan/overhidrasi.
10
Case Report: Pneumonia
- Anjurkan pemberian ASI dan cairan oral.
- Jika anak tidak bisa minum, pasang pipa nasogastrik dan berikan
cairan rumatan dalam jumlah sedikit tetapi sering. Jika asupan cairan
oral mencukupi, jangan menggunakan pipa nasogastrik untuk
meningkatkan asupan, karena akan meningkatkan risiko pneumonia
aspirasi.
- Jika oksigen diberikan bersamaan dengan cairan nasogastrik, pasang
keduanya pada lubang hidung yang sama.
- Bujuk anak untuk makan, segera setelah anak bisa menelan makanan.
- Beri makanan sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai kemampuan
anak dalam menerimanya. (WHO 2009)
6. Komplikasi
Jika anak tidak mengalami perbaikan setelah dua hari, atau kondisi anak
semakin memburuk, lihat adanya komplikasi atau adanya diagnosis lain.
Jika mungkin, lakukan foto dada ulang untuk mencari komplikasi. Beberapa
komplikasi yang sering terjadi adalah sebagai berikut :
a) Pneumonia Stafilokokus. Curiga ke arah ini jika terdapat perburukan klinis
secara cepat walaupun sudah diterapi, yang ditandai dengan adanya
pneumatokel atau pneumotoraks dengan efusi pleura pada foto dada,
ditemukannya kokus Gram positif yang banyak pada sediaan apusan sputum.
Adanya infeksi kulit yang disertai pus/pustula mendukung diagnosis.
Terapi dengan kloksasilin (50 mg/kg/BB IM atau IV setiap 6 jam) dan
gentamisin (7.5 mg/kgBB IM atau IV 1x sehari). Bila keadaan anak
mengalami perbaikan, lanjutkan kloksasilin oral 50mg/kgBB/hari 4 kali sehari
selama 3 minggu.
Catatan: Kloksasilin dapat diganti dengan antibiotik anti-stafilokokal lain
seperti oksasilin, flukloksasilin, atau dikloksasilin.
b) Empiema. Curiga ke arah ini apabila terdapat demam persisten, ditemukan
tanda klinis dan gambaran foto dada yang mendukung. Bila masif terdapat
11
Case Report: Pneumonia
tanda pendorongan organ intratorakal. Pekak pada perkusi. Gambaran foto
dada menunjukkan adanya cairan pada satu atau kedua sisi dada. Jika terdapat
empiema, demam menetap meskipun sedang diberi antibiotic dan cairan
pleura menjadi keruh atau purulen.
Untuk penatalaksanaan Empiema harus didrainase. Mungkin diperlukan
drainase ulangan sebanyak 2-3 kali jika terdapat cairan lagi. Penatalaksanaan
selanjutnya bergantung pada karakteristik cairan. Jika memungkinkan, cairan
pleura harus dianalisis terutama protein dan glukosa, jumlah sel, jenis sel,
pemeriksaan bakteri dengan pewarnaan Gram dan Ziehl-Nielsen. (WHO
2009)
12
Case Report: Pneumonia
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama lengkap : Bayi Ny S
Umur : 1 Bulan
Sex : Perempuan
Nomor RM : 113265
Masuk RS tanggal : 28 April 2014
Tempat dan tanggal lahir : RSUD Kota Mataram, 27 Maret 2014
Alamat : Montela - Pejeruk
Ibu Ayah
Nama Ny S Tn J
Umur 24 Tahun 25 Tahun
Pendidikan SMP SMA
Pekerjaan IRT Swasta
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama : Tidak mau menyusu
B. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien rujukan dari Puskesmas Pajeruk dengan diagnosa ikterik dan
suspek sepsis, di keluhkan tidak mau menyusu sejak satu hari SMRS, selain
itu pasien di keluhkan batuk, demam disertai sesak napas sejak satu hari
SMRS, sesak berupa napas yang cepat dan dalam, sesak dirasakan terus
menerus, awalnya pasien dikeluhkan batuk-batuk sejak 3 hari sebelum MRS,
batuk disertai dahak yang sulit untuk dikeluarkan setelah itu baru timbul
sesak, darah (-), pilek (-). Satu hari terakhir keluhan sesak memberat tapi
tidak sampai membuat mulut bayi membiru. pasien tidak dikeluhkan demam,
13
Case Report: Pneumonia
kejang (-), muntah (-), bayi juga menjadi rewel, buang air besar normal,
buang air kecil juga normal.
C. Riwayat pengobatan:
Pasien dibawa berobat ke Puskesmas dan diberikan terapi O2 2 lpm,
dan kemudian di rujuk ke RSUD Kota Mataram.
D. Riwayat kehamilan :
• Ini merupakan kehamilan kedua / anak kedua
• Kehamilan dikatakan kurang bulan
• Saat kehamilan ibu rutin ANC di puskesmas. ANC > 7 kali
• Ibu mendapatkan imunisasi saat hamil
• Ibu tidak pernah sakit saat hamil
• Ibu tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan atau jamu saat hamil
• Riwayat sakit kuning saat hamil (-).
• Ibu pasien menderita kencing manis (-).
E. Riwayat persalinan :
Lahir spontan, pervaginam di RSUD Kota Mataram, Indikasi letak
kepala, riwayat KPD (-) BBL 1200 gram, langsung menangis, tidak pernah
biru, kelainan bawaan (-). Bayinya diberikan suntikan vitamin K saat lahir (+).
F. Ikhtisar keturunan
Keterangan :
Pasien
14
4 thn
4 thn
1 bln
1 bln
Case Report: Pneumonia
G. Riwayat Imunisasi
Jenis
Imunisasi
Dasar (Umur Dalam Hari/Bulan) Ulangan (Umur Dalam
Bulan)
BCG
Polio
Hepatitis B
DPT
Campak
Dari keterangan ibu, ibu tidak mengetahui bayinya telah diimunisasi atau
belum.
H. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita gejala yang serupa
I. Riwayat Nutrisi
Bayi minum ASI langsung dari ibu sejak lahir, selama ini bayi minum
dengan baik, namun sejak sakit bayi agak malas minum. setiap hari 7-8 x/hari
dengan susu yang diminum total sehari ± 75 cc, dimalam hari bayi minum
sebanyak ± 5 kali.
III. PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum : Sedang
• Kesadaran : Sadar
Vital sign :
- HR : 128 x/menit, teratur
- RR : 62 x/menit, Abdominal - thorakal
- Suhu : 37.9 C
- CRT : < 3 detik
15
Case Report: Pneumonia
Status Gizi :
• LK : 34 cm (Normal)
Menurut kurva Nellhaus antara mean dan – 2 SD
• BB : 2200 gram
• PB : 50 cm
Berdasarkan perhitungan :
BB/PB = BB – median / SD +1 – Median
= (2.2 – 3.4) / (3.7 – 3.4)
= - 1.2 / 0.3
Zscore - 4 SD (Sangat kurus)
BB/U = BB – median / SD +1 – Median
= (2.2 – 4.2) / (4.8 – 4.2)
= - 2 / 0.6
Zscore - 3 SD (Gizi kurang)
PB/U = PB – median / SD +1 – Median
= (50 – 53.7) / (55.7 – 53.7)
= - 3.7 / 1.9
Zscore – 1.94 SD (Normal)
Menurut kurva WHO, berdasarkan berat badan anak perempuan 0-24 bulan.
Kesan gizi pada pasien adalah gizi kurang.
Pemeriksaan khusus :
1. Kepala :
Bentuk : Normochepali
Ubun-ubun Besar : Terbuka
Mata : - Pupil : reflex cahaya (+/+), isokor
- Sekret mata : (-/-)
- Sclera ikterik (-/-)
- Konjungtiva anemis (-/-)
16
Case Report: Pneumonia
Telinga : otore (-)
Hidung : rinore (-), napas cuping hidung (+)
Mulut : sianosis (-)
Tenggorokan : Tidak dievaluasi
2. Leher :
Kaku kuduk (-)
Pembesaran KGB (-)
3. Thorak
- Inspeksi : Kelainan bentuk (-), retraksi ICS (intercostal) (+/+), gerakan
dinding dada simetris.
- Palpasi : pergerakan dinding dada simetris
- Perkusi : tidak dievaluasi
- Auskultasi :
Jantung : S1-S2 tunggal, regular, murmur (-/-), Gallop (-/-)
Paru : broncovesikuler, ronchi (+/+) basah kering, wheezing (-/-)
4. Abdomen
- Inspeksi : distensi (-), tali pusat terawat, pelebaran vena (-).
- Auskultasi : BU (+) normal
- Palpasi : hepar / lien / ren tidak teraba
- Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
5. Ekstrimitas
Akral hangat (+/+)
Edema (-/-)
6. Kulit
Warna kulit kemerhan, Icterus (-), ruam kulit (-), petekie (-)
7. Uro-genital
Tidak terdapat kelainan bawaan.
17
Case Report: Pneumonia
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap dan
rontgen thoraks.
Laboratorium 29/04/2014 17.30 Wita
- HB : 10.9 mg/%
- WBC : 7.03
- PLT : 450
- HCT : 28.9
- GDS : 71
Rontgen Thoraks 29/04/2014
18
Case Report: Pneumonia
V. DIFERENSIAL DIAGNOSA
Pneumonia berat
Bronkiolitis
Sepsis
VI. DIAGNOSA KERJA
Pneumonia Berat
VII. PENATALAKSANAAN
O2 nasal kanul 2 lpm
D51/4NS 10 tpm mikro
Inj. Cefotaxim 3 x 80 mg
NGT
Puasa, observasi vital sign
VIII. PROGNOSIS
Bonam
IX. RESUME
Bayi perempuan usia 1 bulan dikeluhkan tidak mau menyusu sejak 1 hari
sebelum masuk Rumah Sakit, awalnya dikeluhkan batuk 3 hari, sesak 1 hari, dan
dikeluhkan rewel.
Pemeriksaan vital sign didapatkan HR : 128 x/mnt, RR : 62 x/mnt, T : 37.6 C,
dan pada pemeriksaan fisik didapat napas cuping hidung (+), retraksi sub
costa/ICS (+/+), ronkhi (+/+) basah kering.
Untuk penilaian status gizi pasien ini berdasarkan perhitungan BB/U kurva
WHO didapatkan nilai Zscore = - 3 SD termasuk dalam kategori gizi kurang.
Pada perhitungan PB/U Zscore = - 1.94 SD termasuk dalam kategori normal dan
pada perhitungan BB/PB nilai Zscore = - 4 SD termasuk dalam kategori sangat
kurus.
19
Case Report: Pneumonia
Pada hasil pemeriksaan penunjang darah lengkap didapatkan nilai HB 10.9
mg/%, dan pada rontgen thoraks tidak didapatkan adanya kelainan. Pasien ini
didiagnosa sebagai pneumonia berat dan diberikan terapi berupa :
O2 nasal kanul 2 lpm
D51/4NS 10 tpm mikro
Inj. Cefotaxim 3 x 80 mg
NGT
Puasa
Prognosis dari pasien ini adalah bonam.
X. DIAGNOSA AKHIR
Pneumonia Berat + Gizi kurang
20
Case Report: Pneumonia
PEMBAHASAN
Diagnosis pneumonia dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik serta pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini, diagnosis pneumonia
ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis
Pada anamnesis, didapatkan tidak mau menyusu, batuk dan demam.
Awalnya dikeluhkan batuk-batuk sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit,
batuk disertai dahak yang sulit dikeluarkan setelah itu baru timbul sesak.
Sesak berupa napas yang cepat dan dalam, sesak dirasakan terus menerus, tapi
tidak sampai membuat mulut bayi membiru.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat kesulitan dalam
bernapas terutama saat inspirasi yang menyebabkan terjadinya peningkatan
usaha napas yang ditandai dengan penggunaan otot bantu pernapasan.
Diagnosis yang dapat dipikirkan berdasarkan adanya keluhan tidak
mau nyusu, batuk, demam serta sesak napas pasien antara lain pneumonia,
bronkiolitis dan sepsis.
Kondisi lain yang dapat menyebabkan sesak dapat disingkirkan,
seperti asma, tuberkulosis paru, dan aspirasi benda asing dapat disingkirkan.
Asma dapat disingkirkan karena gejala batuk yang dialami
pasien adalah batuk berdahak dimana asma memberikan gejala
batuk kering, tidak terdapatnya bunyi ‘’ngik-ngik’’ ketika
pasien mengalami sesak, tidak ada waktu spesifik maupun
faktor pemicu sesak napas pada pasien.
Tuberkulosis paru dapat disingkirkan atas dasar onset penyakit
pasien yang akut dan pasien tidak memiliki riwayat kontak
dengan orang dewasa yang memiliki tuberkulosis paru
Kondisi aspirasi benda asing dapat disingkirkan karena tidak
terdapat riwayat adanya tersendak.
21
Case Report: Pneumonia
Oleh karena itu, berdasarkan anamnesis, diagnosis yang masih
dipikirkan adalah pneumonia, bronkiolitis, dan sepsis karena ketiga kondisi
tersebut memiliki manifestasi tidak mau menyusu, batuk, demam dan sesak
napas.
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat
ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut :
Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, nafsu
makan menurun, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah
atau diare, kadang-kadang ditemukan gejala infeksi
ekstrapulmoner.
Gejala gangguan respiratorik, yaitu batuk, sesak nafas,
merintih, retraksi dimding dada, takipneu, nafas cuping hidung,
dan sianosis.
2. Pemeriksaan Fisik
Pneumonia bakterial dan viral sering diawali dengan gejala infeksi
saluran napas atas, seperti merintih dan batuk, selama beberapa hari. Pada
pneumonia viral, demam sering ditemukan, dengan temperatur yang lenih
rendah dari pneumonia bakterial. Takipneu merupakan manifestasi klinis yang
paling konsisten dari pneumonia. Peningkatan usaha bernapas terlihat dari
retraksi interkosta, subkosta, dan suprasternalis, napas cuping hidung, dan
penggunaan otot bantu pernapasan. Infeksi berat dapat disertai sianosis dan
kelelahan pernapasan menurun dan suara pernapasan bronkial.
Pada pemeriksaan fisik terlihat pasien dalam keadaan tampak sakit
sedang. Dari tanda vital pasien didapatkan frekuensi napas 62x/menit
(takipneu) disertai napas cuping hidung, dan suhu 37,90C (febris). Pada
pemeriksaan paru didapatkan pengembangan dada normal, simetris statis
dinamis, retraksi m.interkosta (+), ronkhi basah kering pada seluruh lapang
paru (+/+), wheezing (-/-). Oleh karena itu, kesan yang menonjol pada pasien
22
Case Report: Pneumonia
adalah terdapat peningkatan usaha pernapasan yang merupakan salah satu ciri
khas pada pneumonia.
3. Pemeriksaan Penunjang
Darah Perifer Lengkap
Pada pneumonia virus dan juga mikoplasma umumnya ditemukan
leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi, pada
pneumonia bakteri biasanya didapatkan leukositosis yang berkisar
antara 15.000 – 40.000/mm3 dengan predominan PMN. Leukopenia
menunjukkan prognosis yang buruk. Leukositosis hebat
(>30.000/mm3) hampir selalu menunjukkan adanya infeksi bakteri,
sering ditemukan pada keadaan bakterimia, dan resiko terjadinya
komplikasi lebih tinggi. Kadang-kadang terdapat anemia ringan dan
peningkatan LED. Secara umum, pemeriksaan darah perifer lengkap
dan LED tidak dapat membedakan antara infeksi virus dan bakteri
secara umum.
Pemeriksaan rontgen toraks
Kelainan foto rontgen toraks pada pneumonia tidak selalu
berhubungan dengan gambaran klinis. Kadang-kadang bercak-bercak
sudah ditemukan pada gambaran radiologi sebelum timbul gejala
klinis. Akan tetapi, resolusi infiltrat membutuhkan waktu lebih lama
dari gejala klinis untuk menghilang. Secara umum, gambaran
pneumonia pada foto toraks dapat berupa :
- Infiltrat interstitial, ditandai dengan peningkatan corak
bronkovaskular dan hiperaerasi.
- Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air
bronchogram.
- Bronkopneuminia, ditandai dengan gambaran difus merata pada
kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas
hingga daerah perifer paru, disertai dengan corakan peribronkial.
23
Case Report: Pneumonia
4. Tatalaksana
Pada pasien ditemukan gejala pneumonia berat. Kriteria pneumonia berat
pada anak yaitu terdapat batuk atau kesulitan bernapas ditambah minimal
salah satu hal berikut ;
Kepala terangguk-angguk
Pernapasan cuping hidung
Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas,
konsolidasi, dll)
Selain itu bisa didapatkan pula tanda berikut ini :
Napas cepat
Suara merintih (grunting) pada bayi muda
Pada auskultasi terdengar ronkhi, suara pernapasan menurun, dan
suara pernapasan bronkial.
Oleh karena itu tindakan awal pada pasien adalah pemberian oksigen
melalui nasal kanul sebesar 2 lpm, yang bertujuan untuk membantu memenuhi
kebutuhan oksigen pada pasien yang mengalami sesak napas.
Pemberian terapi cairan pada saat pasien di bangsal anak berupa D5 ¼ NS
10 tpm/makro bertujuan untuk menjaga keseimbangan elektrolit dan asupan
cairan tubuh pasien.
Terapi antibiotik yang diberikan pada pasien dengan pneumonia berat
berdasarkan terapi empirik yaitu berupa pengobatan kombinasi ampilisin-
kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin. Sebagai alternatif, pemberian
seftriakson (80-100 mg/kgBB IM atau IV sekali sehari). Dan pada pasien ini
di berikan injeksi cefotaxim 3x 80 mg.
5. Prognosis
Secara keseluruhan, prognosis pasien dengan pneumonia adalah baik.
Dengan pemberian antibiotic yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat di
turunkan sebesar 13-55%.
24
Case Report: Pneumonia
FOLLOW – UP
TGL S O A P
28/04/14 - Sesak (+)
- Minum
berkurang
- Batuk (+)
- Demam (+)
Ku : Sedang
Vital Sign :
HR : 128 x/mnt
RR : 62 x/mnt
T : 37.6 C
P. Fisik :
K/L : mata : anemis
(-/-), icterus (-/-),
napas cuping
hidung (+)
Thoraks :
Retraksi subcostal /
ICS (+/+)
Ronkhi (+/+)
Wheezing (-/-)
Abdomen :
Distensi (-), BU (+)
normal, H/L/R tidak
teraba.
Ekstrimitas :
Sianosis (-)
Akral hangat
Pneumonia
berat
- O2 nasal kanul 2
lpm
- D51/4NS 10 tpm
mikro
- Inj. Cefotaxim 3 x
80 mg
- NGT
- Puasa, observasi
vital sign
- Cek DL
- Cek GDS
- Rontgen Thoraks
29/04/14 - Sesak (+)
berkurang
- Minum masih
kurang
- Batuk (+)
Ku : Sedang
Vital Sign :
HR : 120 x/mnt
RR : 58 x/mnt
Pneumonia
berat
- O2 nasal kanul 2
lpm
- D51/4NS 8 tpm
mikro
- Inj. Cefotaxim 3 x
25
Case Report: Pneumonia
berkurang
- Demam (+)
T : 37.7 C
P. Fisik :
K/L : mata : anemis
(-/-), icterus (-/-),
napas cuping
hidung (+)
Thoraks :
Retraksi subcostal /
ICS (+/+)
Ronkhi (+/+)
Wheezing (-/-)
Abdomen :
Distensi (-), BU (+)
normal, H/L/R tidak
teraba.
Ekstrimitas :
Sianosis (-)
Akral hangat
Laboraturium :
HB : 10.9 mg/%
WBC : 7.03
PLT : 450
HCT : 28.9
GDS : 71
80 mg
- Aff NGT
- ASI langsung
30/04/14 - Sesak (+)
berkurang
- Minum (+)
- Batuk (-)
Ku : Sedang
Vital Sign :
HR : 128 x/mnt
RR : 52 x/mnt
Pneumonia
berat
- Terapi lanjut
26
Case Report: Pneumonia
- Demam (-) T : 36.6 C
P. Fisik :
K/L : mata : anemis
(-/-), icterus (-/-),
napas cuping
hidung (-)
Thoraks :
Retraksi subcostal /
ICS (+/+) berkurang
Ronkhi (+/+)
Wheezing (-/-)
Abdomen :
Distensi (-), BU (+)
normal, H/L/R tidak
teraba.
Ekstrimitas :
Sianosis (-)
Akral hangat
01/05/14 - Sesak (+)
berkurang
- Minum (+)
- Batuk (-)
- Demam (-)
Ku : Sedang
Vital Sign :
HR : 128 x/mnt
RR : 50 x/mnt
T : 36 C
P. Fisik :
K/L : mata : anemis
(-/-), icterus (-/-),
napas cuping
hidung (-)
Thoraks :
Retraksi subcostal /
Pneumonia
berat
- Terapi lanjut
27
Case Report: Pneumonia
ICS (+/+) berkurang
Ronkhi (+/+)
Wheezing (-/-)
Abdomen :
Distensi (-), BU (+)
normal, H/L/R tidak
teraba.
Ekstrimitas :
Sianosis (-)
Akral hangat
02/05/14 - Sesak (+)
berkurang
- Minum (-)
- Batuk (-)
- Demam (-)
Ku : Sedang
Vital Sign :
HR : 128 x/mnt
RR : 48 x/mnt
T : 37.6 C
P. Fisik :
K/L : mata : anemis
(-/-), icterus (-/-),
napas cuping
hidung (-)
Thoraks :
Retraksi subcostal /
ICS (+/+) berkurang
Ronkhi (+/+)
Wheezing (-/-)
Abdomen :
Distensi (-), BU (+)
normal, H/L/R tidak
teraba.
Pneumonia
berat
- O2 coba aff
Terapi lanjut
28
Case Report: Pneumonia
Ekstrimitas :
Sianosis (-)
Akral hangat
03/05/14 - Sesak (-)
- Minum (-)
- Batuk (-)
- Demam (-)
Ku : Sedang
Vital Sign :
HR : 128 x/mnt
RR : 38 x/mnt
T : 36.9 C
P. Fisik :
K/L : mata : anemis
(-/-), icterus (-/-),
napas cuping
hidung (-)
Thoraks :
Retraksi subcostal /
ICS (-/-)
Ronkhi (-/-)
Wheezing (-/-)
Abdomen :
Distensi (-), BU (+)
normal, H/L/R tidak
teraba.
Ekstrimitas :
Sianosis (-)
Akral hangat
Pneumonia
berat
- Boleh Pulang
- Cefixim 2 x 0,5 mg
- Sun B Plex 1 x 0,3 cc
Daftar Pustaka
29
Case Report: Pneumonia
Depkes RI. 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA Untuk
Penanggulangan Pneumonia Pada Balita. Jakarta
IDAI. 2010. Pneumonia, dikutip dari buku : Pedoman Pelayanan Medis, Jilid
Pertama. IDAI 2010. Jakarta.
Rahajoe, dkk. 2008. Respirologi Anak. IDAI, Jakarta 2008.
Said, Mardjanis. 2010. Pneumonia, dikutip dari buku : Buku Ajar Respirologi
Anak, Edisi Pertama. IDAI 2010. Jakarta.
WHO. 2009. Pneumonia, dikutip dari buku : Pelayanan Kesehatan Anak Di
Rumah Sakit. WHO Indonesia 2009. Jakarta.
30