lapsus pneumoni 1

42
TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. (Depkes RI, 2002). 2. Etiologi Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa. a. Bakteri Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut jantungnya meningkat cepat (Misnadiarly, 2008).

Upload: willieyonyu

Post on 19-Jan-2016

42 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

anak

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Pneumoni 1

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)

biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis

batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian

bawah ke dalam. (Depkes RI, 2002).

2. Etiologi

Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri,

virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa.

a. Bakteri

Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia

lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus

pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh

menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan

menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi,

berkeringat, napas terengah-engah dan denyut jantungnya meningkat cepat (Misnadiarly,

2008).

b. Virus

Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus

yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV).

Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas, pada

balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian besar

pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi

terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan

kematian (Misnadiarly, 2008).

Page 2: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

c. Mikoplasma

Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit

pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri,

meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya

berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi

paling sering pada anak pria remaja dan usia muda.

d. Protozoa

Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia

pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP).

Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan

penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga

dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii

pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru (Djojodibroto, 2009).

3. Klasifikasi

1) Berdasarkan Umur

a. Kelompok umur < 2 bulan

1) Pneumonia berat

Bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu (jika sebelumnya

menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor

pada anak yang tenang, mengi, demam (38ºC atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah (di

bawah 35,5 ºC), pernapasan cepat 60 kali atau lebih per menit, penarikan dinding dada

berat, sianosis sentral (pada lidah), serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen

tegang.

2) Bukan pneumonia

Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit dan tidak

terdapat tanda pneumonia seperti di atas.

2

Page 3: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

b. Kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun

1) Pneumonia sangat berat

Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral, tidak dapat

minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang dan sulit dibangunkan.

2) Pneumonia berat

Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak disertai

sianosis sentral dan dapat minum.

3) Pneumonia

Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan dinding

dada.

4) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)

Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding

dada.

5) Pneumonia persisten

Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati selama 10-

14 hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibiotik yang sesuai, biasanya terdapat

penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan yang tinggi, dan demam ringan (WHO,

2009).

3

Page 4: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

2) Berdasarkan Etiologi

Grup Penyebab Tipe pneumonia

Bakteri Streptokokus pneumonia Streptokokus piogenesis

Stafilokokus aureus Klebsiela pneumonia

Eserikia koli

Yersinia pestis

Legionnaires bacillus

Pneumoni bakterial Legionnaires disease

Aktinomisetes Aktinomisetes Israeli Nokardia asteroides

Aktinomisetes pulmonal Nokardia pulmonal

Fungi Kokidioides imitis Histoplasma kapsulatum Blastomises dermatitidis

Aspergilus

Fikomisetes

Kokidioidomikosis Histoplasmosis Blastomikosis

Aspergilosis

Mukormikosis

Riketsia Koksiela burneti Q feverKlamidia Chlamydia trachomatis Chlamydial Pneumonia Mikoplasma Mikoplasma pneumonia Pneumonia mikoplasmal Virus Influenza virus, adeno

Virus respiratory Syncytial

Pneumonia virus

Protozoa Pneumositis karini Pneumonia pneumosistis (pneumonia plasma sel)

Sumber : Alsagaff dan Mukty, 2010.

Etiologi Pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di Negara maju.

Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang

Lahir-20 hari

Bakteri BakteriE. Colli Bakteri anaerobStreptococcus grup B Streptococcus group DListeria monocytogenes Haemophillus influenzae

Ureaplasma urealyticum

Virus

4

Page 5: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

Virus SitomegaloVirus Herpes simpleks

3 Minggu-3 Bulan

Bakteri BakteriChamydia trachomatis Bordetella pertussisStreptococcus pneumoniae Haemophillus influenzae tipe B

Virus Moraxella catharalisVirus Adeno Staphylococcus aureusVirus Influenza Ureaplasma urealyticumVirus Influenza 1,2,3 VirusRespiratory Syncytial virus Virus Sitomegalo

4 bulan-5 tahun Bakteri BakteriChlamydia pneumoniae Haemophillus influenza tipe BMycoplasma pneumoniae Moraxella catharalisStreptococcus pneumoniae Neisseria meningitidis

Virus Staphylococcus aureusVirus Adeno VirusVirus Influenza Virus Varisela-ZosterVirus ParainfluenzaRespiratory Syncytial virus

5 tahun-remaja Bakteri BakteriChlamydia pneumoniae Haemophillus influenza

Mycoplasma pneumoniae Legionella spStreptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus

VirusVirus AdenoVirus Epstein-BarrVirus InfluenzaVirus ParainfluenzaVirus Rino

Respiratory Syncytial virusVirus Varisela-Zoster

Sumber : Mardjanis Said, 2010.

4. Patofisiologi

Bakteri penyebab terisap ke paru perifer melaui saluran nafas menyebabkan

reaksi jaringan berupa edema, yang memepermudah proliferasi dan penyebaran

kuman. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi sebukan PMN,

5

Page 6: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

fibrin, eritrosit, cairan edema dan kuman di alveoli. Proses ini termasuk dalam

stadium hepatisasi merah. Sedangkan hepatisasi kelabu adalah kelanjutan proses

infeksi berupa deposisi fibrin ke permukaan pleura. Ditemukan pula fibrin dan

leukosit PMN di alveoli dan proses pagositosis yang cepat. Dilanjutkan dengan

proses resolusi, dengan peningkatan sel makrofag di alveoli, degenerasi sel dan

menipisnya fibrin, serta menghilangnya kuman dan debris (Rahajoe, 2000).

5. Tanda dan Gejala

a. Gejala

Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas atas

akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat

dapat mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak

kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga

ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala

(Misnadiarly, 2008).

b. Tanda

Menurut Misnadiarly (2010), tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita antara

lain :

a. Batuk nonproduktif

b. Ingus (nasal discharge)

c. Suara napas lemah

d. Penggunaan otot bantu napas

e. Demam

f. Cyanosis (kebiru-biruan)

g. Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar

h. Sakit kepala

i. Kekakuan dan nyeri otot

6

Page 7: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

j. Sesak napas

k. Menggigil

l. Berkeringat

m. Lelah

n. Terkadang kulit menjadi lembab

o. Mual dan muntah

6. Penatalaksanaan

1. Pneumonia ringan

Diagnosis

Di samping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja.

Kriteria Napas cepat :

- Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan: ≥ 50 kali/menit

- Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit

7

Page 8: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

Tatalaksana

Anak di rawat jalan

Beri antibiotic : Kotrimoksasol (4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3

hari atau Amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari. Untuk

pasien HIV diberikan selama 5 hari.

Tindak lanjut

Anjurkan ibu untuk memberi makan anak. Nasihati ibu untuk membawa

kembali anaknya setelah 2 hari, atau lebih cepat kalau keadaan anak memburuk

atau tidak bisa minum atau menyusu.

Ketika anak kembali :

• Jika pernapasannya membaik (melambat), demam berkurang, nafsu makan

membaik, lanjutkan pengobatan sampai seluruhnya 3 hari. (WHO 2009)

2. Pneumonia berat

Diagnosis

Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal

berikut ini :

Kepala terangguk-angguk

Pernapasan cuping hidung

Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas, konsolidasi, dll)

Selain itu bisa didapatkan pula tanda berikut ini :

- Napas cepat :

o Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit

o Anak umur 2 – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit

o Anak umur 1 – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit

o Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit

- Suara merintih (grunting) pada bayi muda

- Pada auskultasi terdengar :

o Crackles (ronki)

8

Page 9: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

o Suara pernapasan menurun

o Suara pernapasan bronkial

Dalam keadaan yang sangat berat dapat dijumpai :

- Tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya

- Kejang, letargis atau tidak sadar

- Sianosis

- Distres pernapasan berat.

Untuk keadaan di atas ini tatalaksana pengobatan dapat berbeda (misalnya :

pemberian oksigen, jenis antibiotik).

Tatalaksana

- Anak dirawat di rumah sakit

- Terapi Antibiotik :

- Beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam),

yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila anak

memberi respons yang baik maka diberikan selama 5 hari. Selanjutnya

terapi dilanjutkan di rumah atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral (15

mg/kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5 hari berikutnya.

- Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat keadaan yang

berat (tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan

semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distres pernapasan

berat) maka ditambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV

setiap 8 jam).

- Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen dan

pengobatan kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.

Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB IM atau IV sekali

sehari).

- Bila anak tidak membaik dalam 48 jam, maka bila memungkinkan buat

foto dada.

- Apabila diduga pneumonia stafilokokal (dijelaskan di bawah untuk

9

Page 10: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

pneumonia stafilokokal), ganti antibiotik dengan gentamisin (7.5 mg/kgBB

IM sekali sehari) dan kloksasilin (50 mg/kgBB IM atau IV setiap 6 jam)

atau klindamisin (15 mg/kgBB/hari –3 kali pemberian). Bila keadaan anak

membaik, lanjutkan kloksasilin (atau dikloksasilin) secara oral 4 kali sehari

sampai secara keseluruhan mencapai 3 minggu, atau klindamisin secara

oral selama 2 minggu.

- Terapi Oksigen

- Beri oksigen pada semua anak dengan pneumonia berat

- Bila tersedia pulse oximetry, gunakan sebagai panduan untuk terapi

oksigen (berikan pada anak dengan saturasi oksigen < 90%, bila tersedia

oksigen yang cukup). Lakukan periode uji coba tanpa oksigen setiap

harinya pada anak yang stabil. Hentikan pemberian oksigen bila saturasi

tetap stabil > 90%. Pemberian oksigen setelah saat ini tidak berguna

- Gunakan nasal prongs, kateter nasal, atau kateter nasofaringeal.

Penggunaan nasal prongs adalah metode terbaik untuk menghantarkan

oksigen pada bayi muda. Masker wajah atau masker kepala tidak

direkomendasikan. Oksigen harus tersedia secara terus-menerus setiap

waktu.

- Lanjutkan pemberian oksigen sampai tanda hipoksia (seperti tarikan

dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat atau napas > 70/menit)

tidak ditemukan lagi.

Perawatan penunjang

- Bila anak disertai demam (> 390 C) yang tampaknya menyebabkan

distres, beri parasetamol.

- Bila ditemukan adanya wheeze, beri bronkhodilator kerja cepat

- Bila terdapat sekret kental di tenggorokan yang tidak dapat

dikeluarkan oleh anak, hilangkan dengan alat pengisap secara

perlahan.

- Pastikan anak memperoleh kebutuhan cairan rumatan sesuai umur

anak tetapi hati-hati terhadap kelebihan cairan/overhidrasi.

10

Page 11: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

- Anjurkan pemberian ASI dan cairan oral.

- Jika anak tidak bisa minum, pasang pipa nasogastrik dan berikan

cairan rumatan dalam jumlah sedikit tetapi sering. Jika asupan cairan

oral mencukupi, jangan menggunakan pipa nasogastrik untuk

meningkatkan asupan, karena akan meningkatkan risiko pneumonia

aspirasi.

- Jika oksigen diberikan bersamaan dengan cairan nasogastrik, pasang

keduanya pada lubang hidung yang sama.

- Bujuk anak untuk makan, segera setelah anak bisa menelan makanan.

- Beri makanan sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai kemampuan

anak dalam menerimanya. (WHO 2009)

6. Komplikasi

Jika anak tidak mengalami perbaikan setelah dua hari, atau kondisi anak

semakin memburuk, lihat adanya komplikasi atau adanya diagnosis lain.

Jika mungkin, lakukan foto dada ulang untuk mencari komplikasi. Beberapa

komplikasi yang sering terjadi adalah sebagai berikut :

a) Pneumonia Stafilokokus. Curiga ke arah ini jika terdapat perburukan klinis

secara cepat walaupun sudah diterapi, yang ditandai dengan adanya

pneumatokel atau pneumotoraks dengan efusi pleura pada foto dada,

ditemukannya kokus Gram positif yang banyak pada sediaan apusan sputum.

Adanya infeksi kulit yang disertai pus/pustula mendukung diagnosis.

Terapi dengan kloksasilin (50 mg/kg/BB IM atau IV setiap 6 jam) dan

gentamisin (7.5 mg/kgBB IM atau IV 1x sehari). Bila keadaan anak

mengalami perbaikan, lanjutkan kloksasilin oral 50mg/kgBB/hari 4 kali sehari

selama 3 minggu.

Catatan: Kloksasilin dapat diganti dengan antibiotik anti-stafilokokal lain

seperti oksasilin, flukloksasilin, atau dikloksasilin.

b) Empiema. Curiga ke arah ini apabila terdapat demam persisten, ditemukan

tanda klinis dan gambaran foto dada yang mendukung. Bila masif terdapat

11

Page 12: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

tanda pendorongan organ intratorakal. Pekak pada perkusi. Gambaran foto

dada menunjukkan adanya cairan pada satu atau kedua sisi dada. Jika terdapat

empiema, demam menetap meskipun sedang diberi antibiotic dan cairan

pleura menjadi keruh atau purulen.

Untuk penatalaksanaan Empiema harus didrainase. Mungkin diperlukan

drainase ulangan sebanyak 2-3 kali jika terdapat cairan lagi. Penatalaksanaan

selanjutnya bergantung pada karakteristik cairan. Jika memungkinkan, cairan

pleura harus dianalisis terutama protein dan glukosa, jumlah sel, jenis sel,

pemeriksaan bakteri dengan pewarnaan Gram dan Ziehl-Nielsen. (WHO

2009)

12

Page 13: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama lengkap : Bayi Ny S

Umur : 1 Bulan

Sex : Perempuan

Nomor RM : 113265

Masuk RS tanggal : 28 April 2014

Tempat dan tanggal lahir : RSUD Kota Mataram, 27 Maret 2014

Alamat : Montela - Pejeruk

Ibu Ayah

Nama Ny S Tn J

Umur 24 Tahun 25 Tahun

Pendidikan SMP SMA

Pekerjaan IRT Swasta

II. ANAMNESIS

A. Keluhan utama : Tidak mau menyusu

B. Riwayat penyakit sekarang :

Pasien rujukan dari Puskesmas Pajeruk dengan diagnosa ikterik dan

suspek sepsis, di keluhkan tidak mau menyusu sejak satu hari SMRS, selain

itu pasien di keluhkan batuk, demam disertai sesak napas sejak satu hari

SMRS, sesak berupa napas yang cepat dan dalam, sesak dirasakan terus

menerus, awalnya pasien dikeluhkan batuk-batuk sejak 3 hari sebelum MRS,

batuk disertai dahak yang sulit untuk dikeluarkan setelah itu baru timbul

sesak, darah (-), pilek (-). Satu hari terakhir keluhan sesak memberat tapi

tidak sampai membuat mulut bayi membiru. pasien tidak dikeluhkan demam,

13

Page 14: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

kejang (-), muntah (-), bayi juga menjadi rewel, buang air besar normal,

buang air kecil juga normal.

C. Riwayat pengobatan:

Pasien dibawa berobat ke Puskesmas dan diberikan terapi O2 2 lpm,

dan kemudian di rujuk ke RSUD Kota Mataram.

D. Riwayat kehamilan :

• Ini merupakan kehamilan kedua / anak kedua

• Kehamilan dikatakan kurang bulan

• Saat kehamilan ibu rutin ANC di puskesmas. ANC > 7 kali

• Ibu mendapatkan imunisasi saat hamil

• Ibu tidak pernah sakit saat hamil

• Ibu tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan atau jamu saat hamil

• Riwayat sakit kuning saat hamil (-).

• Ibu pasien menderita kencing manis (-).

E. Riwayat persalinan :

Lahir spontan, pervaginam di RSUD Kota Mataram, Indikasi letak

kepala, riwayat KPD (-) BBL 1200 gram, langsung menangis, tidak pernah

biru, kelainan bawaan (-). Bayinya diberikan suntikan vitamin K saat lahir (+).

F. Ikhtisar keturunan

Keterangan :

Pasien

14

4 thn

4 thn

1 bln

1 bln

Page 15: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

G. Riwayat Imunisasi

Jenis

Imunisasi

Dasar (Umur Dalam Hari/Bulan) Ulangan (Umur Dalam

Bulan)

BCG

Polio

Hepatitis B

DPT

Campak

Dari keterangan ibu, ibu tidak mengetahui bayinya telah diimunisasi atau

belum.

H. Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita gejala yang serupa

I. Riwayat Nutrisi

Bayi minum ASI langsung dari ibu sejak lahir, selama ini bayi minum

dengan baik, namun sejak sakit bayi agak malas minum. setiap hari 7-8 x/hari

dengan susu yang diminum total sehari ± 75 cc, dimalam hari bayi minum

sebanyak ± 5 kali.

III. PEMERIKSAAN FISIK

• Keadaan umum : Sedang

• Kesadaran : Sadar

Vital sign :

- HR : 128 x/menit, teratur

- RR : 62 x/menit, Abdominal - thorakal

- Suhu : 37.9 C

- CRT : < 3 detik

15

Page 16: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

Status Gizi :

• LK : 34 cm (Normal)

Menurut kurva Nellhaus antara mean dan – 2 SD

• BB : 2200 gram

• PB : 50 cm

Berdasarkan perhitungan :

BB/PB = BB – median / SD +1 – Median

= (2.2 – 3.4) / (3.7 – 3.4)

= - 1.2 / 0.3

Zscore - 4 SD (Sangat kurus)

BB/U = BB – median / SD +1 – Median

= (2.2 – 4.2) / (4.8 – 4.2)

= - 2 / 0.6

Zscore - 3 SD (Gizi kurang)

PB/U = PB – median / SD +1 – Median

= (50 – 53.7) / (55.7 – 53.7)

= - 3.7 / 1.9

Zscore – 1.94 SD (Normal)

Menurut kurva WHO, berdasarkan berat badan anak perempuan 0-24 bulan.

Kesan gizi pada pasien adalah gizi kurang.

Pemeriksaan khusus :

1. Kepala :

Bentuk : Normochepali

Ubun-ubun Besar : Terbuka

Mata : - Pupil : reflex cahaya (+/+), isokor

- Sekret mata : (-/-)

- Sclera ikterik (-/-)

- Konjungtiva anemis (-/-)

16

Page 17: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

Telinga : otore (-)

Hidung : rinore (-), napas cuping hidung (+)

Mulut : sianosis (-)

Tenggorokan : Tidak dievaluasi

2. Leher :

Kaku kuduk (-)

Pembesaran KGB (-)

3. Thorak

- Inspeksi : Kelainan bentuk (-), retraksi ICS (intercostal) (+/+), gerakan

dinding dada simetris.

- Palpasi : pergerakan dinding dada simetris

- Perkusi : tidak dievaluasi

- Auskultasi :

Jantung : S1-S2 tunggal, regular, murmur (-/-), Gallop (-/-)

Paru : broncovesikuler, ronchi (+/+) basah kering, wheezing (-/-)

4. Abdomen

- Inspeksi : distensi (-), tali pusat terawat, pelebaran vena (-).

- Auskultasi : BU (+) normal

- Palpasi : hepar / lien / ren tidak teraba

- Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen

5. Ekstrimitas

Akral hangat (+/+)

Edema (-/-)

6. Kulit

Warna kulit kemerhan, Icterus (-), ruam kulit (-), petekie (-)

7. Uro-genital

Tidak terdapat kelainan bawaan.

17

Page 18: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap dan

rontgen thoraks.

Laboratorium 29/04/2014 17.30 Wita

- HB : 10.9 mg/%

- WBC : 7.03

- PLT : 450

- HCT : 28.9

- GDS : 71

Rontgen Thoraks 29/04/2014

18

Page 19: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

V. DIFERENSIAL DIAGNOSA

Pneumonia berat

Bronkiolitis

Sepsis

VI. DIAGNOSA KERJA

Pneumonia Berat

VII. PENATALAKSANAAN

O2 nasal kanul 2 lpm

D51/4NS 10 tpm mikro

Inj. Cefotaxim 3 x 80 mg

NGT

Puasa, observasi vital sign

VIII. PROGNOSIS

Bonam

IX. RESUME

Bayi perempuan usia 1 bulan dikeluhkan tidak mau menyusu sejak 1 hari

sebelum masuk Rumah Sakit, awalnya dikeluhkan batuk 3 hari, sesak 1 hari, dan

dikeluhkan rewel.

Pemeriksaan vital sign didapatkan HR : 128 x/mnt, RR : 62 x/mnt, T : 37.6 C,

dan pada pemeriksaan fisik didapat napas cuping hidung (+), retraksi sub

costa/ICS (+/+), ronkhi (+/+) basah kering.

Untuk penilaian status gizi pasien ini berdasarkan perhitungan BB/U kurva

WHO didapatkan nilai Zscore = - 3 SD termasuk dalam kategori gizi kurang.

Pada perhitungan PB/U Zscore = - 1.94 SD termasuk dalam kategori normal dan

pada perhitungan BB/PB nilai Zscore = - 4 SD termasuk dalam kategori sangat

kurus.

19

Page 20: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

Pada hasil pemeriksaan penunjang darah lengkap didapatkan nilai HB 10.9

mg/%, dan pada rontgen thoraks tidak didapatkan adanya kelainan. Pasien ini

didiagnosa sebagai pneumonia berat dan diberikan terapi berupa :

O2 nasal kanul 2 lpm

D51/4NS 10 tpm mikro

Inj. Cefotaxim 3 x 80 mg

NGT

Puasa

Prognosis dari pasien ini adalah bonam.

X. DIAGNOSA AKHIR

Pneumonia Berat + Gizi kurang

20

Page 21: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

PEMBAHASAN

Diagnosis pneumonia dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik serta pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini, diagnosis pneumonia

ditegakkan berdasarkan :

1. Anamnesis

Pada anamnesis, didapatkan tidak mau menyusu, batuk dan demam.

Awalnya dikeluhkan batuk-batuk sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit,

batuk disertai dahak yang sulit dikeluarkan setelah itu baru timbul sesak.

Sesak berupa napas yang cepat dan dalam, sesak dirasakan terus menerus, tapi

tidak sampai membuat mulut bayi membiru.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat kesulitan dalam

bernapas terutama saat inspirasi yang menyebabkan terjadinya peningkatan

usaha napas yang ditandai dengan penggunaan otot bantu pernapasan.

Diagnosis yang dapat dipikirkan berdasarkan adanya keluhan tidak

mau nyusu, batuk, demam serta sesak napas pasien antara lain pneumonia,

bronkiolitis dan sepsis.

Kondisi lain yang dapat menyebabkan sesak dapat disingkirkan,

seperti asma, tuberkulosis paru, dan aspirasi benda asing dapat disingkirkan.

Asma dapat disingkirkan karena gejala batuk yang dialami

pasien adalah batuk berdahak dimana asma memberikan gejala

batuk kering, tidak terdapatnya bunyi ‘’ngik-ngik’’ ketika

pasien mengalami sesak, tidak ada waktu spesifik maupun

faktor pemicu sesak napas pada pasien.

Tuberkulosis paru dapat disingkirkan atas dasar onset penyakit

pasien yang akut dan pasien tidak memiliki riwayat kontak

dengan orang dewasa yang memiliki tuberkulosis paru

Kondisi aspirasi benda asing dapat disingkirkan karena tidak

terdapat riwayat adanya tersendak.

21

Page 22: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

Oleh karena itu, berdasarkan anamnesis, diagnosis yang masih

dipikirkan adalah pneumonia, bronkiolitis, dan sepsis karena ketiga kondisi

tersebut memiliki manifestasi tidak mau menyusu, batuk, demam dan sesak

napas.

Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat

ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut :

Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, nafsu

makan menurun, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah

atau diare, kadang-kadang ditemukan gejala infeksi

ekstrapulmoner.

Gejala gangguan respiratorik, yaitu batuk, sesak nafas,

merintih, retraksi dimding dada, takipneu, nafas cuping hidung,

dan sianosis.

2. Pemeriksaan Fisik

Pneumonia bakterial dan viral sering diawali dengan gejala infeksi

saluran napas atas, seperti merintih dan batuk, selama beberapa hari. Pada

pneumonia viral, demam sering ditemukan, dengan temperatur yang lenih

rendah dari pneumonia bakterial. Takipneu merupakan manifestasi klinis yang

paling konsisten dari pneumonia. Peningkatan usaha bernapas terlihat dari

retraksi interkosta, subkosta, dan suprasternalis, napas cuping hidung, dan

penggunaan otot bantu pernapasan. Infeksi berat dapat disertai sianosis dan

kelelahan pernapasan menurun dan suara pernapasan bronkial.

Pada pemeriksaan fisik terlihat pasien dalam keadaan tampak sakit

sedang. Dari tanda vital pasien didapatkan frekuensi napas 62x/menit

(takipneu) disertai napas cuping hidung, dan suhu 37,90C (febris). Pada

pemeriksaan paru didapatkan pengembangan dada normal, simetris statis

dinamis, retraksi m.interkosta (+), ronkhi basah kering pada seluruh lapang

paru (+/+), wheezing (-/-). Oleh karena itu, kesan yang menonjol pada pasien

22

Page 23: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

adalah terdapat peningkatan usaha pernapasan yang merupakan salah satu ciri

khas pada pneumonia.

3. Pemeriksaan Penunjang

Darah Perifer Lengkap

Pada pneumonia virus dan juga mikoplasma umumnya ditemukan

leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi, pada

pneumonia bakteri biasanya didapatkan leukositosis yang berkisar

antara 15.000 – 40.000/mm3 dengan predominan PMN. Leukopenia

menunjukkan prognosis yang buruk. Leukositosis hebat

(>30.000/mm3) hampir selalu menunjukkan adanya infeksi bakteri,

sering ditemukan pada keadaan bakterimia, dan resiko terjadinya

komplikasi lebih tinggi. Kadang-kadang terdapat anemia ringan dan

peningkatan LED. Secara umum, pemeriksaan darah perifer lengkap

dan LED tidak dapat membedakan antara infeksi virus dan bakteri

secara umum.

Pemeriksaan rontgen toraks

Kelainan foto rontgen toraks pada pneumonia tidak selalu

berhubungan dengan gambaran klinis. Kadang-kadang bercak-bercak

sudah ditemukan pada gambaran radiologi sebelum timbul gejala

klinis. Akan tetapi, resolusi infiltrat membutuhkan waktu lebih lama

dari gejala klinis untuk menghilang. Secara umum, gambaran

pneumonia pada foto toraks dapat berupa :

- Infiltrat interstitial, ditandai dengan peningkatan corak

bronkovaskular dan hiperaerasi.

- Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air

bronchogram.

- Bronkopneuminia, ditandai dengan gambaran difus merata pada

kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas

hingga daerah perifer paru, disertai dengan corakan peribronkial.

23

Page 24: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

4. Tatalaksana

Pada pasien ditemukan gejala pneumonia berat. Kriteria pneumonia berat

pada anak yaitu terdapat batuk atau kesulitan bernapas ditambah minimal

salah satu hal berikut ;

Kepala terangguk-angguk

Pernapasan cuping hidung

Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas,

konsolidasi, dll)

Selain itu bisa didapatkan pula tanda berikut ini :

Napas cepat

Suara merintih (grunting) pada bayi muda

Pada auskultasi terdengar ronkhi, suara pernapasan menurun, dan

suara pernapasan bronkial.

Oleh karena itu tindakan awal pada pasien adalah pemberian oksigen

melalui nasal kanul sebesar 2 lpm, yang bertujuan untuk membantu memenuhi

kebutuhan oksigen pada pasien yang mengalami sesak napas.

Pemberian terapi cairan pada saat pasien di bangsal anak berupa D5 ¼ NS

10 tpm/makro bertujuan untuk menjaga keseimbangan elektrolit dan asupan

cairan tubuh pasien.

Terapi antibiotik yang diberikan pada pasien dengan pneumonia berat

berdasarkan terapi empirik yaitu berupa pengobatan kombinasi ampilisin-

kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin. Sebagai alternatif, pemberian

seftriakson (80-100 mg/kgBB IM atau IV sekali sehari). Dan pada pasien ini

di berikan injeksi cefotaxim 3x 80 mg.

5. Prognosis

Secara keseluruhan, prognosis pasien dengan pneumonia adalah baik.

Dengan pemberian antibiotic yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat di

turunkan sebesar 13-55%.

24

Page 25: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

FOLLOW – UP

TGL S O A P

28/04/14 - Sesak (+)

- Minum

berkurang

- Batuk (+)

- Demam (+)

Ku : Sedang

Vital Sign :

HR : 128 x/mnt

RR : 62 x/mnt

T : 37.6 C

P. Fisik :

K/L : mata : anemis

(-/-), icterus (-/-),

napas cuping

hidung (+)

Thoraks :

Retraksi subcostal /

ICS (+/+)

Ronkhi (+/+)

Wheezing (-/-)

Abdomen :

Distensi (-), BU (+)

normal, H/L/R tidak

teraba.

Ekstrimitas :

Sianosis (-)

Akral hangat

Pneumonia

berat

- O2 nasal kanul 2

lpm

- D51/4NS 10 tpm

mikro

- Inj. Cefotaxim 3 x

80 mg

- NGT

- Puasa, observasi

vital sign

- Cek DL

- Cek GDS

- Rontgen Thoraks

29/04/14 - Sesak (+)

berkurang

- Minum masih

kurang

- Batuk (+)

Ku : Sedang

Vital Sign :

HR : 120 x/mnt

RR : 58 x/mnt

Pneumonia

berat

- O2 nasal kanul 2

lpm

- D51/4NS 8 tpm

mikro

- Inj. Cefotaxim 3 x

25

Page 26: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

berkurang

- Demam (+)

T : 37.7 C

P. Fisik :

K/L : mata : anemis

(-/-), icterus (-/-),

napas cuping

hidung (+)

Thoraks :

Retraksi subcostal /

ICS (+/+)

Ronkhi (+/+)

Wheezing (-/-)

Abdomen :

Distensi (-), BU (+)

normal, H/L/R tidak

teraba.

Ekstrimitas :

Sianosis (-)

Akral hangat

Laboraturium :

HB : 10.9 mg/%

WBC : 7.03

PLT : 450

HCT : 28.9

GDS : 71

80 mg

- Aff NGT

- ASI langsung

30/04/14 - Sesak (+)

berkurang

- Minum (+)

- Batuk (-)

Ku : Sedang

Vital Sign :

HR : 128 x/mnt

RR : 52 x/mnt

Pneumonia

berat

- Terapi lanjut

26

Page 27: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

- Demam (-) T : 36.6 C

P. Fisik :

K/L : mata : anemis

(-/-), icterus (-/-),

napas cuping

hidung (-)

Thoraks :

Retraksi subcostal /

ICS (+/+) berkurang

Ronkhi (+/+)

Wheezing (-/-)

Abdomen :

Distensi (-), BU (+)

normal, H/L/R tidak

teraba.

Ekstrimitas :

Sianosis (-)

Akral hangat

01/05/14 - Sesak (+)

berkurang

- Minum (+)

- Batuk (-)

- Demam (-)

Ku : Sedang

Vital Sign :

HR : 128 x/mnt

RR : 50 x/mnt

T : 36 C

P. Fisik :

K/L : mata : anemis

(-/-), icterus (-/-),

napas cuping

hidung (-)

Thoraks :

Retraksi subcostal /

Pneumonia

berat

- Terapi lanjut

27

Page 28: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

ICS (+/+) berkurang

Ronkhi (+/+)

Wheezing (-/-)

Abdomen :

Distensi (-), BU (+)

normal, H/L/R tidak

teraba.

Ekstrimitas :

Sianosis (-)

Akral hangat

02/05/14 - Sesak (+)

berkurang

- Minum (-)

- Batuk (-)

- Demam (-)

Ku : Sedang

Vital Sign :

HR : 128 x/mnt

RR : 48 x/mnt

T : 37.6 C

P. Fisik :

K/L : mata : anemis

(-/-), icterus (-/-),

napas cuping

hidung (-)

Thoraks :

Retraksi subcostal /

ICS (+/+) berkurang

Ronkhi (+/+)

Wheezing (-/-)

Abdomen :

Distensi (-), BU (+)

normal, H/L/R tidak

teraba.

Pneumonia

berat

- O2 coba aff

Terapi lanjut

28

Page 29: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

Ekstrimitas :

Sianosis (-)

Akral hangat

03/05/14 - Sesak (-)

- Minum (-)

- Batuk (-)

- Demam (-)

Ku : Sedang

Vital Sign :

HR : 128 x/mnt

RR : 38 x/mnt

T : 36.9 C

P. Fisik :

K/L : mata : anemis

(-/-), icterus (-/-),

napas cuping

hidung (-)

Thoraks :

Retraksi subcostal /

ICS (-/-)

Ronkhi (-/-)

Wheezing (-/-)

Abdomen :

Distensi (-), BU (+)

normal, H/L/R tidak

teraba.

Ekstrimitas :

Sianosis (-)

Akral hangat

Pneumonia

berat

- Boleh Pulang

- Cefixim 2 x 0,5 mg

- Sun B Plex 1 x 0,3 cc

Daftar Pustaka

29

Page 30: Lapsus Pneumoni 1

Case Report: Pneumonia

Depkes RI. 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA Untuk

Penanggulangan Pneumonia Pada Balita. Jakarta

IDAI. 2010. Pneumonia, dikutip dari buku : Pedoman Pelayanan Medis, Jilid

Pertama. IDAI 2010. Jakarta.

Rahajoe, dkk. 2008. Respirologi Anak. IDAI, Jakarta 2008.

Said, Mardjanis. 2010. Pneumonia, dikutip dari buku : Buku Ajar Respirologi

Anak, Edisi Pertama. IDAI 2010. Jakarta.

WHO. 2009. Pneumonia, dikutip dari buku : Pelayanan Kesehatan Anak Di

Rumah Sakit. WHO Indonesia 2009. Jakarta.

30