lapsus obgyn

64
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persalinan lama, yang disebut juga dengan istilah distosia secara umum memaksudkan persalinan yang abnormal atau sulit.4 Sementara itu, WHO secara lebih spesifik mendefinisikan persalinan lama (prolonged labor/partus lama) sebagai proses persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam. Waktu pemanjangan proses persalinan yang dimaksud adalah penambahan antara kala I dan kala II persalinan. Dalam penentuan batas waktu, terdapat varias sebuah sumber yang menyatakan bahwa batasan waktu dalam penentuan partus lama adalah 18 jam. Persalinan lama merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesi (SKD) tahun 2002- 2003 dilaporkan bahwa dari seluruh kasus persalinan, kejadian persalinan lama adalah 31%, perdarahan berlebihan terjadi sebanyak 7%, dan angka kejadian infeksi sebesar 5 %. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengangkat kasus ini sebagai pembelajaran dalam upaya pendekatan kedokteran keluarga terhadap penanganan pada persalinan lama. 1.2 Tujuan 1

Upload: alhamdulilllahyah

Post on 19-Oct-2015

73 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPersalinan lama, yang disebut juga dengan istilah distosia secara umum memaksudkan persalinan yang abnormal atau sulit.4 Sementara itu, WHO secara lebih spesifik mendefinisikan persalinan lama (prolonged labor/partus lama) sebagai proses persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam. Waktu pemanjangan proses persalinan yang dimaksud adalah penambahan antara kala I dan kala II persalinan. Dalam penentuan batas waktu, terdapat varias sebuah sumber yang menyatakan bahwa batasan waktu dalam penentuan partus lama adalah 18 jam.Persalinan lama merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesi (SKD) tahun 2002-2003 dilaporkan bahwa dari seluruh kasus persalinan, kejadian persalinan lama adalah 31%, perdarahan berlebihan terjadi sebanyak 7%, dan angka kejadian infeksi sebesar 5 %. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengangkat kasus ini sebagai pembelajaran dalam upaya pendekatan kedokteran keluarga terhadap penanganan pada persalinan lama.1.2 TujuanTujuan penyusunan laporan ini adalah untuk melatih keterampilan berkomunikasi mahasiswa dalam berhadapan langsung dengan pasien, guna mencari informasi sebanyak-banyaknya yang berhubungan dengan penyakit pasien untuk menunjang diagnosis kasus obgyn, khususnya persalinan lama dengan kala I memanjang yang terjadi pada Ny. T, dengan upaya pendekatan kedokteran keluarga yang bersifat holistik dan komprehensif.

BAB IILAPORAN KASUS

2.1 Identitas PasienNama: Ny. TUmur: 30 tahunJenis Kelamin: Perempuan Status: MenikahPendidikan: SMAPekerjaan: Ibu Rumah TanggaAgama: IslamSuku: JawaAlamat: Jl. Mayjen. Panjaitan, MalangNama Suami: Tn. BUsia Suami: 29 TahunPendidikan Suami: SMAPekerjaan Suami: Swasta No. RM: 1293632.2 Anamnesis 1. Keluhan Utama: Perut mulas2. Keluhan Penyerta: keluar bercak darah di pakaian dalam pasien.3. Riwayat Penyakit Sekarang:Pasien datang dengan usia kehamilan 41-42 minggu ke kamar bersalin pada tanggal 14 november 2013 pukul 15.00 dengan keluhan perut mulas seperti kenceng-kenceng. Kenceng-kenceng sejak 2 hari yang lalu dirasakan sebentar tapi sering.4. Riwayat Kehamilan:Hamil anak ketiga. Anak pertama lahir normal cukup bulan, persalinan dibantu oleh bidan. Anak kedua mengalami keguguran pada usia kandungan 2 bulan dan dilakukan curret.5. Riwayat Penyakit DahuluRiwayat Hipertensi: DisangkalRiwayat Penyakit Jantung: DisangkalRiwayat Kencing Manis: DisangkalRiwayat Asma: DisangkalRiwayat Alergi: Disangkal6. Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat Hipertensi: Ayah (+)Riwayat Kencing Manis: Ayah (+)Riwayat Asma: DisangkalRiwayat Penyakit Jantung: DisangkalRiwayat Alergi: Disangkal7. Riwayat Imunisasi: imunisasi TT sudah dilakukan8. Riwayat pengobatan: pasien mengaku mengkonsumsi obat-obatan resep daro dokter selama kehamilan.9. Riwayat Kebiasaan:Riwayat merokok: disangkalRiwayat minum alkohol: disangkalRiwayat olahraga: tidak pernahRiwayat pengisian waktu luang : melakukan aktivitas ibu rumah tangga seperti bersih-bersih, dll.10. Riwayat GiziPasien makan sehari tiga kali dengan nasi sepiring, tahu, tempe, daging, ayam, buah jarang. Pasien tidak suka meminum susu dan makan sayur.11. Riwayat Sosial EkonomiSumber penghasilan adalah suami pasien yang bekerja sebagai enginering. Untuk biaya kesehatan terliputi oleh asuransi jamsostek.12. Riwayat MenstruasiMenarche pada usia 12 tahun dengan siklus haid yang teratur setiap 28-30 hari dengan lama menstruasi 6-8 hari. Pasien tidak pernah merasakan keluhan saat menstruasi.13. Riwayat kontrasepsiPasien menggunakan kontrasepsi jenis IUD dari tahun 2004-2011.2.3 Anamnesis Sistem1. Kulit:luka (-), kulit gatal (-)2. Kepala:sakit kepala (-), pusing (-), rambut rontok (-)3. Mata:pandangan berkunang-kunang (-/-),penglihatan kabur (-/-), ketajaman penglihatan berkurang (-/-), mata cowong (-/-)4. Hidung:tersumbat (-/-), mimisan (-/-), PCH (-)5. Telinga:keluar cairan (-/-), berdengung (-/-)6. Mulut:sariawan (-), luka (-), 7. Tenggorokan:nyeri menelan (-), suara serak (-)8. Pernafasan :sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-)9. Kadiovaskuler :berdebar-debar (-), nyeri dada (-)10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-),nyeri perut(+),sulit BAB (-).11. Genitourinaria :BAK normal, nyeri saat berkemih (-)12. Neurologik:kejang (-), lumpuh (-),kaki kesemutan (-/-)13. Psikiatri :emosi stabil, mudah marah (-)14. Muskuloskeletal:nyeri sendi (-),nyeri otot (-), lemas (+)15. Ekstremitas: Atas kanan: bengkak ( - ), pucat ( - ), luka ( - ), hangat (+) Atas kiri: bengkak ( - ), pucat ( - ), luka ( -), hangat (+) Bawah kanan: bengkak ( - ), pucat ( - ), luka ( - ), hangat (+) Bawah kanan: bengkak ( - ), pucat ( - ), luka ( - ), hangat (+)2.4 Pemeriksaan Fisik1. Keadaan Umum: Tampak sakit ringan2. Kesadaran: Composmentis, GCS: 4563. Tanda Vital Nadi: 84x/menit Respiratory Rate: 20x/menit Suhu: 36 C Tekanan Darah: 120/80 mmHg4. Antropometri Tinggi Badan: 158 cm Berat Badan: 60,5 Kg Berat Badan Sebelum Hamil : 55 Kg5. Head to Toe1. Kepala: bentuk mesocephal, luka (-), rambut rontok (-)2. Mata: conjungtiva anemis (+/+),sklera ikterik (-/-), pupil isokor (-/-), eksoftalmus (-/-)3. Hidung: nafas cuping hidung (-/- ), rhinorrhea (-/-), epistaksis (-/-)4. Mulut: mukosa bibir pucat (-/-), sianosis bibir (-/-), bibir kering (-/-)5. Telinga: otorrhea (-/-), pendengaran berkurang (-/-)6. Tenggorokan: tonsil membesar (-/-), pharing hiperemis (-)7. Leher: lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran KGB (-)8. Thorax: normochest, simetris, pernafasan thorakoabdominal, retraksi (-), massa (-), krepitasi (-), kelainan kulit (-), nyeri (-)Cor:Inspeksi: ictus cordis tampak (-)Palpasi: nyeri tekan (-), massa (-)Perkusi: Batas kiri atas : ICS 2 PSL sinistraBatas kanan atas: ICS 2 PSL dexstraBatas kiri bawah: ICS 4 PSL sinistraBatas kanan bawah : ICS5 MCL dexstraAuskultasi: S1 dan S2 normal regular, HR 84 x/menit. Suara tambahan (-)Pulmo :Inspeksi : retraksi intercostae (-)Palpasi : fremitus taktil kiri sama dengan kananPerkusi : sonor di seluruh lapang paruAuskultasi : Suara dasar vesikuler++

+

++

9. AbdomenInspeksi: striae gravidarumAuskultasi: tidak dilakukanPalpasi: tidak dilakukanPerkusi: tidak dilakukan10. Sistem Collumna Vertebralis :Inspeksi: deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)Palpasi: nyeri tekan (-)11. Ekstremitas : Akral hangat Oedem++

++

--

--

12. Pemeriksaan neurologik : tidak dilakukan13. Pemeriksaan Obstetri:HPHT: 27 Januari 2013Leopold I: TFU 34 cmLeopold II: punggung kananLeopold III: letak kepalaLeopold IV: kepala belum masuk PAPEff. : 25 %VT: blood slym (-/-), diameter 1 jari sempitDJJ: 141x/menitGerak janin : gerak aktif (+)His : 1 x 15-20ll

2.5 Pemeriksaan Penunjang14 November 2013Hb: 11,6 g/dl (12-16)Haematokrit: 36,4% (35-47)Leukosit: 8,11 ribu/ul (3,8-10,6)Trombosit: 258 ribu/ul (150-440)Eritrosit: 4,49 juta/ul (3,6-5,8)PDW: 17,3 fl (9-13)MPV: 9,09 fl (7,2-11,1)PCT: 0,2%Index:MCV: 81,1 fl (80-100)MCH: 25,8 pg (26-34)MCHC: 31,9 % (32-36)Diff.Count:Basofil: 0,1 % (0-1)Eosinofil: 1,2 % (1-6)Limfosit: 27,6 % (30-45)Monosit: 8,2 % (2-8)Netrofil: 62,9 % (50-70)

15 November 2013Hb: 11,4 g/dl (12-16)Haematokrit: 35% (35-47)Leukosit: 17,6 ribu/ul (3,8-10,6)Trombosit: 232 ribu/ul (150-440)Eritrosit: 4,27 juta/ul (3,6-5,8)PDW: 17,3 fl (9-13)MPV: 8,96 fl (7,2-11,1)PCT: 0,2%Index:MCV: 81,8 fl (80-100)MCH: 26,8 pg (26-34)MCHC: 32,7 % (32-36)Diff.Count:Basofil: 0 % (0-1)Eosinofil: 1,2 % (1-6)Limfosit: 6,9 % (30-45)Monosit: -Netrofil: -

2.6 Diagnosis Holistik1. Working Diagnosis: G3P1001Ab100 kala I memanjang2. Diagnosis dari segi psikologis:Hubungan Ny. T dengan keluarga harmonis, saling mendukung, dan perhatian3. Diagnosis dari segi sosial, ekonomi, dan budaya:Suami pasien bekerja sebagai seorang enginering. Pasien dan keluarga tidak memiliki suatu kedudukan tertentu dalam masyarakat.

2.7 Penatalaksanaan HolistikNon-Farmakoterapi Memberikan masukan dan pengertian bahwa dukungan dan peran aktif dari keluarga dan orang sekitar sangat diperlukan untuk membantu pemulihan keadaan Ny. T Analisa dan Pola Pengaturan Gizi :Perhitungan AMB (Angka Metabolisme Basal) menurut rumus Harris Benedict:Perempuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) (4,7 x U)= 655 + (9,6 x 60) + (1,8 x 158) (4,7 x 30)= 655 + 576 + 284 - 141= 1374Kebutuhan kalori terkait aktivitas dan stress: Aktifitas mengurus rumah dan anak saat suami bekerja (berat: 2,0)Kalori total = AMB x faktor aktifitas = 1374 x 2,0 = 2748 kkalKebutuhan kalori saat menyusui = kalori total + 400 kkal= 2748 kkal + 400 kkal= 3148 kkalKalori ini dibagi dalam 3 porsi besar dan 2 porsi tambahan, yakni:1. Makan pagi 20% = 629,6 kalori2. Makan siang 30% = 944,4 kalori3. Makan malam 25% = 787 kalori4. Asupan di sela makan pagi dan siang 10% = 314,8 kalori5. Asupan di sela makan siang dan malam 15% = 472,2 kaloriAsupan nutrisi pada ibu hamil harus dijaga dengan baik agar produksi ASI untuk bayi bisa terjaga dengan baikDistribusi Makanan Setiap Waktu MakanWaktu makanKarbohidrat 65%Protein 25%Lemak 10%

Pagi629,6 kalori409,24 kalori157,4 kalori62,96 kalori

Siang944,4 kalori613,86 kalori236,1 kalori94,4 kalori

Malam787 kalori511,55 kalori196,75 kalori78,87 kalori

Farmakoterapi Cytotex (misoprostol 200 mcg) Indikasi: peradangan, terutama yang disebabkan tukak lambung Kontraindikasi: kehamilan, laktasi Efek samping: peningkatan kontraksi uterus Dosis: 2-4 x sehari Injeksi ottogenta 2x80 mg iv Komposisi: gentamicin sulfat 80mg/2ml Indikasi: infeksi berat disebabkan kuman yang peka, seperti sepsis bakterialis, infeksi bakteri yang serius pada SSP, sistem saluran kencing, kulit, tulang, dan jaringan lunak. Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap gentamicin Dosis: 3mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis (dapat dinaikkan menjadi 5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis) Sediaan: ampul 80 mg/2 ml Injeksi ranitidin 2x1 amp iv Konposisi: Ranitidin HCL 50 mg Indikasi: pengobatan jangka pendek untuk ulkus/tukak duodenum aktif, ulkus/tukak lambung aktif, ulkus gastrik ringan, ulkus yang menyertai pada pemberian AINS, hiperasiditas, ulkus pasca operasi, profilaksis ulkus karena stress pada penyakit berat, profilaksis hemorage berulang pada penderita perdarahan ulkus peptik, gejala refluks esofagitis, terapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak duodenum dan lambung, sindrom Zolinger-Ellison Kontraindikasi: Hipersensitifitas Dosis: IM 50 mg tiap 6-8 jam (tanpa pengenceran), IV bolus intermitten 50 mg (2 ml) tiap 6-8 jam (larutkan dalam larutan infus). Infus IV kontinu: 150 mg diencerkan dalam 250 ml larutan infus IV kecepatan 6,25 mg/jam selama 24 jam. Sediaan: ampul 25 mg/ml x 2 x 5 (jenis ranitidin yang lain: 30 x 150 mg tablet, 30 x 300 mg tablet) Injeksi ketorolac 3x30 mg iv Indikasi: penatalaksanaan jangka pendek (maksimal 2 hari) terhadap nyeri akut derajat sedang-berat segera setelah operasi Konntraindikasi: alergi terhadap ketorolac, ulkus peptikum, pasien dengan penyakit serebrovaskuler, gangguan hemostasis Dosis: dosis awal 10 mg diikuti dengan peningkatan dosis 10-30 mg setiap 4-6 jam bila diperlukan Injeksi antrain iv 3x1 amp Komposisi: metamizole Na Indikasi: meredakan nyeri pasca operasi, nyeri kolik Kontraindikasi: hamil, tekanan darah sistolik 4000 gram). Bila diyakini tidak ada disproporsi sefalopelvik, dapat dilakukan induksi persalinan.Pada kondisi fase laten berkepanjangan, terapi yang dianjurkan adalh menunggu. Hal ini dikarenakan persalinan semu sering kali didiagnosa sebagai fase laten berkepanjangan. Kesalahan diagnosa ini dapat menyebabkan induksi atau percepatan persalinan yang tidak perlu yang mungkin gagal. Dan belakangan dapat menyebabkan seksio sesaria yang tidak perlu. Dianjurkan dilakukan observasi selama 8 jam. Bila his berhenti maka ibu dinyatakan mengalami persalinan semu, bila his menjadi teratur dan bukaan serviks menjadi lebih dari 4 cm maka pasien dikatakan berada dalam fase laten. Pada akhir masa observasi 8 jam ini, bila terjadi perubahan dalam penipisan serviks atau pembukaan serviks, maka pecahkan ketuban dan lakukan induksi persalinan dengan oksitosin. Bila ibu tidak memasuki fase aktif setelah delapan jam infus oksitosin, maka disarankan agar janin dilahirkan secara seksio sesarea.Pada kondisi fase aktif memanjang, perlu dilakukan penentuan apakah kelainan yang dialami pasien termasuk dalam kelompok protraction disorder (partus lama) atau arrest disorder (partus tak maju). Bila termasuk dalam kelompok partus tak maju, maka besar kemungkinan ada disproporsi sefalopelvik. Disarankan agar dilakukan seksion sesarea. Bila yang terjadi adalah partus lama, maka dilakukan penilaian kontraksi uterus. Bila kontraksi efisien (lebih dari 3 kali dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik), curigai kemungkinan adanya obstruksi, malposisi dan malpresentasi. Bila kontraksi tidak efisien, maka penyebabnyakemungkinan adalah kontraksi uterus yang tidak adekuat. Tatalaksana yang dianjurkan adalah induksi persalinan dengan oksitosin.

Pada kondisi Kala II memanjang, perlu segera dilakukan upaya janin. Hal ini dikarenakan upaya pengeluaran janin yang dilakukan oleh ibu dapat meningkatkan risiko berkurangnya aliran darah ke plasenta. Yang pertama kali harus diyakini pada kondisi kala II memanjang adalah tidak terjadi malpresentasi dan obstruksi jalan lahir. Jika kedua hal tersebut tidak ada, maka dapat dilakukan percepatan persalinan dengan oksitosin. Bila percepatan dengan oksitosin tidak mempengaruhi penurunan janin, maka dilakukan upaya pelahiran janin. Jenis upaya pelahiran tersebut tergantung pada posisi kepala janin. Bila kepala janin teraba tidak lebih dari 1/5 diatas simfisis pubis atau ujung penonjolan kepala janin berada di bawah station 0, maka janin dapat dilahirkan dengan ekstraksi vakum atau dengan forseps. Bila kepala janin teraba diantara 1/5 dan 3/5 diatas simfisi pubis atau ujung penonjolan tulang kepala janin berada diantara station ) dan station -2, maka janin dilahirkan dengan ekstraksi vakum dan simfisiotomi. Namun jika kepala janin teraba lebih dari 3/5 diatas simfisi pubis atau ujung penonjolan tulang kepala janin berada diatas station -2, maka janin dilahirkan secara seksio sesaria.4.2 Sectio Caesarea4.2.1 Anatomi Kulit Abdomen Anatomi Kulit Abdomen

Sumber : Winkjosastro, 2005Kulit terdiri dari beberapa lapisan, yaitu :1. Lapisan epidermis, merupakan lapisan luar, terdiri dari epitel skuamosa bertingkat. Sel-sel yang menyusunnya dibentuk oleh lapisan germinal dalam epitel silindris dan mendatar, ketika didorong oleh sel-sel baru ke arah permukaan, tempat kulit terkikis oleh gesekan. Lapisan luar terdiri dari keratin, protein bertanduk, Jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah dan sel-selnya sangat rapat.2. Lapisan dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen, jaringan fibrosa dan elastin. Lapisan superfasial menonjol ke dalam epidermis berupa sejumlah papila kecil. Lapisan yang lebih dalam terletak pada jaringan subkutan dan fasia. Lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf.3. Lapisan subkutan mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak pembuluh darah dan ujung saraf. Lapisan ini mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang terdapat dibawahnya. Dalam hubungannya dengan tindakan SC, lapisan ini adalah pengikat organorgan yang ada di abdomen, khususnya uterus. Organ-organ di abdomen dilindungi oleh selaput tipis yang disebut peritonium. Dalam tindakan SC, sayatan dilakukan dari kulit lapisan terluar (epidermis) sampai dinding uterus.4.2.2 Anatomi Otot Perut dan Fasia Otot Perut dan Fasia

1. FasiaDi bawah kulit, fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan lemak yang dangkal, Camper's fasia, dan yang lebih dalam lapisan fibrosa,. Fasia profunda terletak pada otot-otot perut. menyatu dengan fasia profunda paha. Susunan ini membentuk pesawat antara Scarpa's fasia dan perut dalam fasia membentang dari bagian atas paha bagian atas perut. Di bawah lapisan terdalam otot abdominis transverses, terletak fasia transversalis. Para fasia transversalis dipisahkan dari peritoneum parietalis oleh variabel lapisan lemak.. Fascias adalah lembar jaringan ikat atau mengikat bersama-sama meliputi struktur tubuh.2. Otot PerutOtot perut terdiri dari : otot dinding perut anterior dan lateral, serta otot dinding perut posterior. Otot dinding perut anterior dan lateral (rectus abdominis) meluas dari bagian depan margo costalis di atas dan pubis di bagian bawah. Otot itu disilang oleh beberapa pita fibrosa dan berada didalam selubung. Linea alba adalah pita jaringan yang membentang pada garis tengah dari procecuss xiphodius sternum ke simpisis pubis, memisahkan kedua musculus rectus abdominis. Obliquus externus, obliquus internus dan transverses adalah otot pipih yang membentuk dinding abdomen pada bagian samping dan depan. Serat obliquus externus berjalan ke arah bawah dan atas, serat obliquus internus berjalan ke atas dan ke depan.4.2.3 Definisi dan Klasifikasi Sectio Caesarea Yusmiati (2007) menyatakan bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada komplikasikomplikasi, kendati cara ini semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal.Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact) (Syaifuddin, 2006).

Klasifikasi Sectio Caesarea1. Abdomen (sectio caesarea abdominalis)a. SC klasik atau corporal Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm. Kelebihannya antara lain : mengeluarkan janin dengan cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan sayatan bisa diperpanjang proksimal dan distal. Sedangkan kekurangannya adalah infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada peritonealis yang baik, untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi ruptur uteri spontan.b. SC ismika atau profundalDilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servikal transversal) kira-kira 10 cm. Kelebihan dari sectio caesarea ismika, antara lain : penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik, tumpang tindih dari peritoneal flop baik untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum, dan kemungkinan ruptur uteri spontan berkurang atau lebih kecil. Sedangkan kekurangannya adalah luka melebar sehingga menyebabkan uteri pecah dan menyebabkan perdarahan banyak, keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.c. SC ekstra peritonealisYaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dan tidak membuka cavum abdominal.2. Vagina (sectio caesarea vaginalis)Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan dengan sayatan memanjang (longitudinal), sayatan melintang (transversal), atau sayatan huruf T (T insision) (Rachman, M, 2000; Winkjosastro, Hanifa, 2007).4.2.4Indikasi Operasi Sectio CaesareaPara ahli kandungan menganjurkan sectio caesarea apabila kelahiran melalui vagina mungkin membawa resiko pada ibu dan janin. Indikasi untuk sectio caesarea antara lain :1. Indikasi medisAda 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu : A. Power Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar, misalnya daya mengejan lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang mempengaruhi tenaga.B. Passanger Diantaranya, anak terlalu besar, kelainan letak lintang, primi gravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu lama pada pintu atas panggul, dan anak menderita fetal distress syndrome (denyut jantung janin kacau dan melemah).C. Passage Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius pada jalan lahir atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa menular ke anak.2. Indikasi IbuA. Usia Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko, misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan preeklamsia. Eklampsia (keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga dokter memutuskan persalinan dengan sectio caesarea.B. Tulang Panggul Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan. C. Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea Sebenarnya, persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada indikasi yang mengharuskan dilakukanya tindakan pembedahan, seperti bayi terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau membuka, operasi bisa saja dilakukan.D. Faktor Hambatan Jalan Lahir Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas. E. Kelainan Kontraksi Rahim Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong, tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar.F. Ketuban Pecah Dini Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes ke luar sehingga tinggal sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang mengelilingi janin dalam rahim. G. Rasa Takut Kesakitan Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat dan menggigit. Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak tahan melahirkan dengan sakit. Kecemasan yang berlebihan juga akan mengambat proses persalinan alami yang berlangsung.3. Indikasi JaninA. Ancaman Gawat Janin (fetal distress) Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung janin berkisar 120- 160. Namun dengan CTG (cardiotography) detak jantung janin melemah, lakukan segera sectio caesarea segara untuk menyelematkan janin. B. Bayi Besar (makrosemia) C. Letak Sungsang Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan arah jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada posisi yang lain.D. Faktor Plasentai. Plasenta previa Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian atau selruh jalan lahir. ii. Plasenta lepas (Solution placenta) Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding rahim sebelum waktunya. Persalinan dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera lahir sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban.iii. Plasenta accreta Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Pada umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan yang berulang kali, ibu berusia rawan untuk hamil (di atas 35 tahun), dan ibu yang pernah operasi (operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya plasenta).E. Kelainan Tali Pusati. Plasenta previaii. Prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung) keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan ini, tali pusat berada di depan atau di samping atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi.iii. Terlilit tali pusat Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman.4. Indikasi AbsolutA. Panggul Sempit Absolut / Penutupan jalan lahir totalB. Fetal distres4.2.5 Komplikasi Operasi Sectio CaesareaKomplikasi yang sering terjadi pada post sectio caesarea, antara lain:1. Infeksi puerperal (nifas). Tahapan ringan suhu meningkat beberapa hari; tahapan sedang suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung; sedangkan pada tahapan berat terjadi peritonitiss, sepsis, dan usus paralitik.2. Perdarahan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka serta perdarahan pasca operasi.3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonitis terlalu tinggi.4. Kemungkinan ruptur uteri pada kehamilan berikutnya.

BAB VPEMBAHASAN

5.1Dasar Penegakan DiagnosisFase aktif persalinan berawal pada pembukaan serviks 3-4 cm atau lebih dengan disertai adanya kontraksi uterus. Friedman membagi masalah fase aktif menjadi gangguang protaction (berkepanjangan/berlarut-larut) dan arrest (macet, tak maju).Pada persalinan multipara, protaction didefinisikan sebagai kecepatan pembukaan kurang dari 1,5 cm per jam atau penurunan kurang dari 2 cm per jam. Arrest didefinisikan sebagai berhentinya secara total pembukaan atau penurunan. Kemacetan pembukaan (arrest of dilatation) adalah tidak adanya perubahan srviks selama 2 jam, dan kemacetan penurunan (arrest of descent) adalah tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.Untuk membantu mempermudah diagnosa kedua kelainan ini, WHO mengajukan penggunaan partograf dalam tatalaksana persalinan. Dimana berdasarkan partograf ini, partus lama dapat didagnosis bila pembukaan serviks kurang dari 1cm/ jam selama minimal 4 jam. Sementara itu, American College of Obstetrician and Gynecologists memiliki kriteria diagnosis yang berbeda,. Kriteria diagnosa tersebut ditampilkan pada tabel dibawah ini.Tabel Kriteria Diagnosis Persalinan Lama

5.2Dasar PenatalaksanaanPara ahli kandungan menganjurkan sectio caesarea apabila kelahiran melalui vagina mungkin membawa resiko pada ibu dan janin. Indikasi untuk sectio caesarea antara lain :1. Indikasi medisAda 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu : a. Power Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar, misalnya daya mengejan lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang mempengaruhi tenaga.b. Passanger Diantaranya, anak terlalu besar, kelainan letak lintang, primi gravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu lama pada pintu atas panggul, dan anak menderita fetal distress syndrome (denyut jantung janin kacau dan melemah).c. Passage Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius pada jalan lahir atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa menular ke anak.2. Indikasi Ibua. Usia Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko, misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan preeklamsia. Eklampsia (keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga dokter memutuskan persalinan dengan sectio caesarea.b. Tulang Panggul Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan. c. Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea Sebenarnya, persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada indikasi yang mengharuskan dilakukanya tindakan pembedahan, seperti bayi terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau membuka, operasi bisa saja dilakukan.d. Faktor Hambatan Jalan Lahir Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas. e. Kelainan Kontraksi Rahim Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong, tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar.f. Ketuban Pecah Dini Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes ke luar sehingga tinggal sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang mengelilingi janin dalam rahim. g. Rasa Takut Kesakitan Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat dan menggigit. Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak tahan melahirkan dengan sakit. Kecemasan yang berlebihan juga akan mengambat proses persalinan alami yang berlangsung.3. Indikasi Janina. Ancaman Gawat Janin (fetal distress) Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung janin berkisar 120- 160. Namun dengan CTG (cardiotography) detak jantung janin melemah, lakukan segera sectio caesarea segara untuk menyelematkan janin. b. Bayi Besar (makrosemia) c. Letak Sungsang Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan arah jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada posisi yang lain.d. Faktor Plasentai. Plasenta previa Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian atau selruh jalan lahir. ii. Plasenta lepas (Solution placenta) Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding rahim sebelum waktunya. Persalinan dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera lahir sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban.iii. Plasenta accreta Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Pada umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan yang berulang kali, ibu berusia rawan untuk hamil (di atas 35 tahun), dan ibu yang pernah operasi (operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya plasenta).e. Kelainan Tali Pusati. Plasenta previaii. Prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung) keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan ini, tali pusat berada di depan atau di samping atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi.iii. Terlilit tali pusat Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman.4. Indikasi Absoluta. Panggul Sempit Absolut / Penutupan jalan lahir totalb. Fetal distres

BAB VIPENUTUP

6.1 KESIMPULAN HOLISTIK1. Diagnosis dari segi biologisWorking diagnosis: G3P1001 Ab100 kala I memanjang2. Diagnosis dari segi psikososialHubungan Ny. T dengan keluarganya harmonis, saling mendukung dan perhatian. 3. Diagnosa dari segi sosialSuami pasien bekerja sebagai enginering di salah satu kantor di malang. Suami maupun pasien sendiri merupakan anggota masyarakat biasa, tidak memiliki jabatan khusus di masyarakat.

6.2 SARAN KOMPREHENSIF1 Memberikan pengertian dan pemahaman kepada pasien dan keluarga pasien mengenai keadaan yang dialami Ny. T.2 Memberikan masukan dan pengertian bahwa dukungan dan peran aktif dari keluarga dan orang sekitar sangat diperlukan untuk membantu pemulihan keadaan Ny. T.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham G.F., Leveno K.J., Bloom S.L., Hauth J.C., Rouse D.J., Spong C.Y.,et al. 2005. Williams Obstetrics. 21rd ed. USA : McGraw-Hill Company.2. Guyton and Hall, 1996. Textbook of medical physiology. 9thEd. W. B Saunders Company. Philadelphia.3. Kasdu, D. (2003). Operasi Caesar. Jakarta: Puspa Swara 4. Keppler, Whalley, Simkin. (2001). Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, Dan Bayi. Jakarta: Arcan.5. Prawirohardjo Sarwono. 2009. Ilmu kebidanan. Ed-4. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

44