lapsus mt prolaps uteri

35
BAB I PENDAHULUAN Prolapsus genitalia dapat dianalogikan dengan suatu hernia, yaitu keadaan turunnya organ genitalia ke dalam vagina, bahkan bisa sampai keluar dari liang vagina. Prolapsus alat genitalia dapat disebabkan karena kelemahan otot, fasia dan ligamen penyokongnya. Secara klinis dapat berupa prolapsus uteri dan prolapsus vagina. Prolapsus uteri secara klinis lebih mudah diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi serta mudah dipahami dimulai dari prolapsusnya berdasarkan atas posisi letaknya dari introitus vagina tersebut. Menurut “Comitte of the International Continece Society” prolaps uteri dibagi menjadi 4 derajat, yaitu derajat satu kalau masih di atas introitus vagina (dalam vagina), derajat dua bila organ yang turun tersebut telah mencapai introitus vagina, derajat tiga kalau bagian yang turun tersebut telah keluar dari introitus vagina dan derajat empat bila seluruh uterus telah keluar dari vagina. 1 Menurut penelitian yang dilakukan WHO tentang pola formasi keluarga dan kesehatan, ditemukan kejadian prolapsus uteri lebih tinggi pada wanita yang mempunyai anak lebih dari tujuh daripada wanita yang mempunyai satu atau dua anak. 2 Prolapsus uteri lebih berpengaruh pada perempuan di negara- negara berkembang yang perkawinan dan kelahiran anaknya dimulai pada usia muda dan saat fertilitasnya masih tinggi. Peneliti WHO menemukan bahwa laporan kasus prolapsus uteri 1

Upload: maria-tandoro

Post on 09-Dec-2015

66 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

lapsus

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Mt Prolaps Uteri

BAB I

PENDAHULUAN

Prolapsus genitalia dapat dianalogikan dengan suatu hernia, yaitu keadaan turunnya

organ genitalia ke dalam vagina, bahkan bisa sampai keluar dari liang vagina. Prolapsus alat

genitalia dapat disebabkan karena kelemahan otot, fasia dan ligamen penyokongnya. Secara

klinis dapat berupa prolapsus uteri dan prolapsus vagina. Prolapsus uteri secara klinis lebih

mudah diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi serta mudah dipahami dimulai dari

prolapsusnya berdasarkan atas posisi letaknya dari introitus vagina tersebut. Menurut

“Comitte of the International Continece Society” prolaps uteri dibagi menjadi 4 derajat, yaitu

derajat satu kalau masih di atas introitus vagina (dalam vagina), derajat dua bila organ yang

turun tersebut telah mencapai introitus vagina, derajat tiga kalau bagian yang turun tersebut

telah keluar dari introitus vagina dan derajat empat bila seluruh uterus telah keluar dari

vagina.1

Menurut penelitian yang dilakukan WHO tentang pola formasi keluarga dan

kesehatan, ditemukan kejadian prolapsus uteri lebih tinggi pada wanita yang mempunyai

anak lebih dari tujuh daripada wanita yang mempunyai satu atau dua anak.2 Prolapsus uteri

lebih berpengaruh pada perempuan di negara-negara berkembang yang perkawinan dan

kelahiran anaknya dimulai pada usia muda dan saat fertilitasnya masih tinggi. Peneliti WHO

menemukan bahwa laporan kasus prolapsus uteri jumlahnya jauh lebih rendah daripada

kasus-kasus yang dapat dideteksi dalam pemeriksaan medik.2 Frekuensi prolapsus genitalia di

beberapa negara berlainan, seperti dilaporkan di klinik d’Gynecologie et Obstetrique Geneva

insidensinya 5,7%, dan pada periode yang sama di 2 Hamburg 5,4%, Roma 6,7%. Dilaporkan

di Mesir, India, dan Jepang kejadiannya tinggi, sedangkan pada orang Negro Amerika dan

Indonesia kurang. Frekuensi prolapsus uteri di Indonesia hanya 1,5% dan lebih sering

dijumpai pada wanita yang telah melahirkan, wanita tua dan wanita dengan pekerja berat.

Dari 5.372 kasus ginekologik di Rumah Sakit Dr. Pirngadi di Medan diperoleh 63 kasus

prolapsus uteri terbanyak pada grande multipara dalam masa menopause dan pada wanita

petani, dari 63 kasus tersebut 69% berumur diatas 40 tahun. Jarang sekali prolapsus uteri

dapat ditemukan pada seorang nullipara.3

Insidensi dari prolapsus organ pelvis yang tepat sulit ditentukan. Diperkirakan wanita

yang telah melahirkan 50% akan menderita prolapsus genitalia dan 20% dari kasus

ginekologi yang menjalani operasi akan mengalami prolapsus genitalia. Kasus prolapsus uteri

1

Page 2: Lapsus Mt Prolaps Uteri

akan meningkat jumlahnya seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup wanita.

Diperkirakan bahwa the lifetime risk menjalani operasi untuk prolapsus atau inkontinensia

adalah 11,1%. Djafar Sidik pada penelitiannya selama dua tahun (1968-1970) mendapatkan

65 kasus prolapsus genitalia dari 5.371 kasus ginekologi di RS dr. Pingardi Medan. Junizaf

melaporkan ada 186 kasus prolapsus uteri baru di RSCM pada tahun 1986. Sedangkan Erman

melaporkan kasus prolapsus genitalia di RS. M. Jamil Padang selama lima tahun (1993-1998)

sebanyak 94 kasus.4,5

Prolapsus genitalia yang paling sering dijumpai adalah uretrosistokel, sistokel,

prolapsus uteri dan rektokel. Pada derajat ringan (derajat I) atau sedang (derajat II) mungkin

tidak ada keluhan. Biasanya keluhan baru ada atau dirasakan penderita setelah derajat III

(lanjut). Keluhan penderita pada saat datang ke rumah sakit yang tersering antara lain

perdarahan, infeksi dan nyeri. Sedangkan keluhan akibat penyakit yang sering dijumpai

antara lain; perasaan adanya benda yang mengganjal didalam vagina, perasaan ada sesuatu

yang keluar, nyeri pinggang, sistokel rektokel, kesulitan koitus, enterokel sampai kesulitan

berjalan. Pada kasus prolapsus uteri derajat III dimana uterus sudah keluar dari introitus

vagina biasanya akan disertai dengan sekret purulen, ulkus dekubitus dan perdarahan.7

Penanganan prolapsus uteri bersifat individual terutama pada mereka yang

mempunyai keluhan. Penanganan kasus prolapsus uteri pada dasarnya ada dua yaitu

konservatif dan operatif. Tindakan konservatif diambil biasanya bila pasien tidak

memungkinkan dilakukan tindakan operatif, pasien dalam keadaan hamil atau bila penderita

menolak untuk dilakukan operasi. Metode konservatif yang dipilih antara lain; latihan Kegel,

pesarium dan terapi sulih hormon. Pada prolapsus uteri derajat II dan III biasanya dipilih

vaginal histerektomi karena keuntungannya dapat dilakukan kolporafi anterior dan

kolpoperineorafi pada waktu yang sama. Tindakan operasi dipilih terutama bila terapi

dengan pesarium gagal, penderita menginginkan penanganan definitif, sudah menopause dan

tidak memerlukan organ reproduksi lagi.8

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mencoba untuk membahas kasus prolapsus

uteri pada pasien rawat inap di ruang Melati.

2

Page 3: Lapsus Mt Prolaps Uteri

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PROLAPS UTERI

I. Definisi

II. Etiologi

III. Insidensi

IV. Kriteria Diagnosis1

V. Pemeriksaan Penunjang1,2,3

VI. Penatalaksanaan

VII. Penyulit1

VIII. Pencegahan

B. ATONIA UTERI

I. Definisi

II. Etiologi

III. Penatalaksanaan2,3

C. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)

3

Page 4: Lapsus Mt Prolaps Uteri

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien

Nama : Ny. Sutik

Umur : 67 tahun

Alamat : Desa Sukoharjo, RT 5/ RW 4, Kanigaran

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Bangsa : WNI

Masuk Tanggal : 22 September 2015

No. RM : 198657

3.2. Anamnesa

1. Keluhan Utama :

Keluar benjolan dari vagina

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Perdarahan sedikit-sedikit sejak 2 minggu yang lalu ( post sc hari ke 18), tanggal

31/12/2014 jam 03:00 keluar darah banyak cair, pasien mengatakan tidak pernah

kontrol selama post sc di RSAB Siti Aisyah, operator?, indikasi?

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

HT (-), DM (-), Asma (-)

4. Riwayat Penyakit Keluarga :

HT (-), DM (-), Asma (-)

5. Riwayat Psikososial : (-)

6. Riwayat Alergi : (-)

Anamnesa Umum :

Haid : teratur

Sebulan 1 kali

Selama 6-7 hari

Nyeri (+)

Menarche : 12 tahun

4

Page 5: Lapsus Mt Prolaps Uteri

Hari pertama haid terakhir (HPHT) : tidak ada data

Anamnesa Obstetrik :

P2-2 Abo post sc hari ke 18 dengan late HPP

Bersuami : 1 kali

Jumlah anak : 2

Anak ke-

Suami ke-

Tempat bersalin Tahun BBL Jenis Persalinan

1

2

1

1

Rumah (bidan)

RSAB Siti Aisyah

Usia 8 ahun

Usia 20 hari

3000

3300

Spt B

SC

Kelainan Lain :

Nafsu Makan : baik

Berat Badan : baik

BAB : lancar

BAK : lancar

Batuk : (-)

Sesak : (-)

Berdebar-debar : (-)

Pusing : (-)

Mata kabur : (-)

Nyeri epigastrik : (-)

Anamnesa Keluarga

Tumor : (-)

Gemeli : (-)

5

Page 6: Lapsus Mt Prolaps Uteri

Operasi : (-)

3.3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : cukup

Kesadaran : composmentis

a/i/c/d : +/-/-/-

gizi : baik

Tensi : 80/50 mmHg

Nadi : 108 x/mnt

Suhu : 35,6oC

Pernapasan : 20 kali/mnt

Kepala :

Bentuk : simetris

Tumor : tidak ada

Rambut : hitam

Mata

Conjunctiva : anemis (+)

Sklera : ikterik (-)

Pupil : bulat dan isokor

Telinga dan Hidung : dalam batas normal

Mulut

Tidak ada sakit gigi

Tidak hipersalivasi

Tidak ada beslag

Leher

Tidak ada struma

Tidak ada bendungan vena

Thorax

Jantung : S1S2 tunggal, tidak ada murmur

Paru : rhonki -/-, wheezing -/-

6

Page 7: Lapsus Mt Prolaps Uteri

Payudara : tidak ada massa

Abdomen

Hepar: dalam batas normal

Lien: dalam batas normal

Palpasi TFU: 2 jari dibawah pusat

Uterus kontrksi: lembek

Genitalia: pervag (+) darah, VT pembukaan 0

Ekstremitas

Edema (-)

Reflek fisiologis (+)

Reflek patologis (-)

Kelainan ortopedik (-)

3.4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 31 Desember 2014 pukul 06:51

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal/Satuan

HEMATOLOGI

Darah Lengkap

Hematokrit 18 36-46 %

hemoglobin 5,5 12-16 gr/dl

leukosit 6.450 4000-11000 mm3

Hitung Jenis

Eosinofil 2 0-8%

Basofil 0 0-3%

Neutrofil 55 45-70%

Limfosit 41 16-46%

Monosit 2 4-11%

Trombosit 439.000 150.000-350.000/mm3

Eritrosit 2,0 4,1-5,1 juta/uL

HEMOSTASIS

Masa perdarahan/BT 1,30 1-3 menit

Masa Pembekuan/CT 10,30 5-15 menit

7

Page 8: Lapsus Mt Prolaps Uteri

Glukosa Darah

Glukosa Darah Acak 106 <=200

Fungsi Hati

Bilirubin total 0,38 < 1mg/dl

Bilirubin direk 0,12 < 0,5 mg/dl

Alkali phospat 136 30-100 U/L

AST (SGOT) 14 10-25 U/L

ALT (SGPT) 23 10-25 U/L

Fungsi Ginjal

BUN 8,2 10-20 mg/dl

Kreatinin 0,8 0,5-1,7 mg/dl

Asam urat 4,8 2,3-6,6 mg/dl

IMUNOSEROLOGI

HbsAg Kualitatif negatif negatif

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 31 Desember 2014 pukul 16:10

HEMATOLOGI

Darah Lengkap

Hematokrit 22 36-46 %

hemoglobin 7,6 12-16 gr/dl

leukosit 12.380 4000-11000 mm3

Hitung Jenis

Trombosit 62.000 150.000-350.000/mm3

Eritrosit 2,5 4,1-5,1 juta/uL

HEMOSTASIS

Masa perdarahan/BT 3,30 1-3 menit

Masa Pembekuan/CT 7,00 5-15 menit

PT 17,2 11-15 detik

APTT 52,9 35-45 detik

8

Page 9: Lapsus Mt Prolaps Uteri

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 01 Januari 2015 pukul 08:48

HEMATOLOGI

Darah Lengkap

Hematokrit 39 36-46 %

hemoglobin 13,7 12-16 gr/dl

leukosit 20.080 4000-11000 mm3

Hitung Jenis

Trombosit 108.000 150.000-350.000/mm3

Eritrosit 4,7 4,1-5,1 juta/uL

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 02 Januari 2015 pukul 08:32

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal/Satuan

HEMATOLOGI

Darah Lengkap

Hematokrit 38 36-46 %

hemoglobin 12,6 12-16 gr/dl

leukosit 26,110 4000-11000 mm3

Hitung Jenis

Eosinofil 0 0-8%

Basofil 0 0-3%

Neutrofil 96 45-70%

Limfosit 3 16-46%

Monosit 1 4-11%

Trombosit 105.000 150.000-350.000/mm3

Eritrosit 4,5 4,1-5,1 juta/uL

Total eosinofil 10 50-300/uL

3.5. Diagnosis

P2-2 Abo post sc hari ke 18 dengan HPP ec sisa plasenta + atonia uteri

3.6. Terapi

1. Di IRD dilakukan tampon gulung 1 buah

2. Infus Hez 500 cc

9

Page 10: Lapsus Mt Prolaps Uteri

3. Infus RL 200 cc

4. Induksi 2amp drip

5. Injeksi ceftriaxon

6. Jam 08:30 transfusi WB: 1 kolf, jam 10:50 transfusi PRC, jam 13:10 transfusi PRC

7. Infus futrolit 1500cc/24jam

8. Injeksi kalnex 3x250

9. Injeksi vit K 1x1 ampl

10. Ca glukonas 1amp

11. Pendarahan + 600 cc

12. Tampon diganti, dan di masukan tampon 2 gulung

13. Mesorostol 4 tablet/ rectal

14. Injeksi pospargin 1 ampul iv

15. Asam tranexsamat 2 amp

3.7. Laporan Operasi

Diagnosa pre op : HPP ec sisa plasenta + atonia uteri

Diagnosa post op : post dilatasi dan kuretase

Lama Operasi : 15:00-15:20 WIB

Diagnosa pre op : HPP ec sisa plasenta + atonia uteri + DIC

Diagnosa post op : post histerektomi atas indikasi atonia uteri + DIC

Lama Operasi : 17: 25 WIB

3.8. Follow up

31-12-2014

08:20 S : perdarahan sedikit-sedikit sudah 2 minggu post sc hari

ke 18, jam 03:00 td pagi keluar darah segar cair dari

vagina dengan volume banyak dan tidak pernah kontrol

post sc

O : k/u cukup, anemis +/+, palpasi tidak teraba massa,

pervag (+) darah, VT pembukaan 0 dan pasang

tampon gulung 1 buah. (kirim ICU)

TD = 80/50 mmHg, N = 108x/menit, suhu = 36oC, RR

= 20x/menit, napas spontan, O2 2 lpm/ nasal,

SpO2:100%, GCS 456, BAK/DC: urin kuning jernih,

BU (+), Puasa (+), Mual-muntah (-), TFU sebatas

10

Page 11: Lapsus Mt Prolaps Uteri

Jam 13:30

simpisis

Hasil Lab 31-12-2014 (06:51)

Hb = 5,5 g/dl

Leukosit = 6450

PVC = 18%

Trombosit = 439.000

BT = 1,30 menit

CT = 10,30 menit

GDA = 106 mg/dl

Alkali phospat = 136

HbsAg (-)

BUN = 8,2

Terapi IRD:

- infus RL 2000 cc

- infus HEZ 500 cc

- infus D5 500 cc

- induxin 2 ampul/drip/24 jam

- injeksi ceftriaxon 1 gram

- injeksi kalnex 250 mg

- vit K 1 ampul

dr.Sylvia, Sp.An.visite:

Infus futrolit 1500 cc/24 jam

Injeksi kalnex 3x250mg

Injeksi vit K 1x1 ampul

Ca glukonas 1ampul

Transfusi 4 kolf

- jam 08:30 masuk WB 1 kolf yang ke I

- jam 10:50 masuk transfusi PRC yang ke II

- jam 13:10 masuk transfusi PRC yang ke III

Perdarahan + + 600 cc, konsul bidan: dilakukan tampon

ulang 2 gulung (yang lama di aff), lanjut injeksi kalnex 2

amp dan induxi 20 IU 30tpm.

11

Page 12: Lapsus Mt Prolaps Uteri

14:10

Konsul dr.hytriawan,Sp.OG

- misoprostol 4 tab/ectal

- inj pospargin 1 ampul (IV)

- drip synto 2 ampul/20tpm

- asam tranexsamat 2 ampul

- pro curet

- siapkan OK

TD: 82/52 mmHg, UC: lemah, perdarahan merembes

aktif 600 cc, pasang tampon gulung 2 dan perdarahan

masih merembes

- pasien mengeluh lemas

- k/u lemah, anemis +/+, O2 2lpm, TD:82/61mmHg,

nadi: 114x/menit, suhu: 360C, akral dingin

- berangkat ke OK dengan membawa darah 1 kolf

16:10

16:15

17:00

- pasien datang dari OK post curet

- TD: 106/72 mmHg, nadi: 162x/menit, suhu: 36,7,

perdarahan + merembes di underpad 100 cc, dan di

tampon kasa merembes terus.

- kalnex 3x250 mg

- ca glukonas 1 ampul

- transfusi WB ke V

konsul dr.hytriawan,Sp.OG

- pro histerektomi

- lab tgl 31-12-2014 (16:15)

BT: 3,30

CT: 7,00

PT: 17,2

APTT: 52,9

- Transfusi WB ke VI

- dan berangkat ke OK dengan membawa 4 kolf darah

12

Page 13: Lapsus Mt Prolaps Uteri

19:00

20:00

Motivasi keluarga tentang prognosa pasien, suspek DIC

- pasien datang dari OK post histerektomi

- transfusi WB 3 kolf masuk di OK (VII, VIII, IX)

- transfusi WB ke X habis jam 20:30

- ceftazidim 2x1

- metilprednisolon 3x125mg

- metronidazole 2x500mg

Terapi dr.hytriawan,Sp.OG

- terpasang drain dan perbaikan KU di ICU

- Observasi TTV dan perdarahan

- ceftazidim 2x1

- metronidazole 2x500mg

Terapi dr.sylvia, Sp.An

- transfusi WB 1 kolf + 3 bag fresh WB (jam 22:00)

- methypednisolon 3x125mg

- puasa dan observasi perdarahan

- fentanyl 5 mg

- kaltropen supp 3x1

21:00

22:00

23:00

S : pasien mengatakan nyeri luka post op

O : k/u cukup, anemis ++-, TD: 143/84 mmHg, nadi:

76x/menit, suhu:36, DC (+), puasa (+), mual muntah (-)

A : post histerektomi atas indikasi atonia uteri + DIC

P : infus futrolit 1500 cc

D5% 500 cc

- transfusi WB ke XI

- ca glukonas masuk

01 Januari 2015

01:30 Transfusi WB ke XII masuk, setelah habis dilanjutkan

transfusi ke XIII

04.30 Konsul dr sylvia, Sp.An

13

Page 14: Lapsus Mt Prolaps Uteri

06:00

Kondisi pasien tensinta tinggi, extra furosemid 2 amp

- pasien mengatakan nyeri luka post op

- TD: 175/80 mmHg, nadi 50x/menit, RR: 20x/menit,

suhu 36

08:00 - Infus futrolit 1500cc/24jam

- D5% 500cc

- fentanyl

- ceftazidim 2x1

- kalnex 3x1

- vit K 1x1

- infus metronidazole 2x500

- metilprednisolon 3x125 (12:00)

- dexsamethasone 2x1 (14:00)

14:00

21:00

- pasien mengeluh nyeri luka post op

- k/u lemah, napas spontan, TD: 157/79 mmHg, HR:

56x/menit, RR: 20x/menit, suhu:37, O2 nasal 3 lpm,

akral hangat, BU(+)

- infus futrolit 1500cc/24jam

- D5% 500cc

- fentanyl

- ceftazidim 2x1 (20:00)

- kalnex 3x1 (16:00)

- metilprednisolon 3x125 (20:00)

- pasien mengeluh nyeri luka post op

- k/u lemah, napas spontan, TD: 120/63 mmHg, HR:

51x/menit, RR: 20x/menit, suhu: 36,8, O2 nasal 3 lpm,

akral hangat, BU(+), mual muntah (-)

- infus futrolit 1500cc/24jam

- fentanyl

- kalnex 3x1 (24:00)

- metilprednisolon 3x125 dan kaltropen (04:00)

14

Page 15: Lapsus Mt Prolaps Uteri

02 januari2015

08:00 - pasien mengeluh nyeri luka post op

- k/u lemah, napas spontan, TD: 141/67 mmHg, HR:

59x/menit, RR: 24x/menit, suhu:37, O2 nasal 3 lpm,

akral hangat, BU(+)

Dr.sylvia, Sp.An visite

- infus RL 1000cc

- D5% 500cc

- fentanyl 10mg

- metilprednisolon 3x125

- diet BHTKTP

- kaltrofen 3x1

11:30

21:00

- pasien mengeluh nyeri luka post op

- k/u lemah, napas spontan, TD: 130/79 mmHg, HR:

60x/menit, RR: 20x/menit, suhu:37, O2 nasal 3 lpm,

akral hangat, BU(+), urin jernih

- infus RL 1000cc

- D5% 500cc

- metilprednisolon 3x125 (20:00)

- cefotaxim (20:00)

- asam tranexsamat (16:00)

- pasien mengeluh nyeri luka post op

- k/u lemah, napas spontan, TD: 127/72 mmHg, HR:

52x/menit, RR: 20x/menit, suhu:36,7, O2 nasal 3 lpm,

akral hangat, BU(+), urin jernih

- infus RL 1000cc

- D5% 500cc

- kaltropen supp (jam 22:00)

- kalnex dan metilprednisolon (24:00)

3 januari 2015 Pidahan dari ICU

15

Page 16: Lapsus Mt Prolaps Uteri

06:00 S : pasien mengatakan nyeri luka post op

O : k/u cukup, anemis -/-, TD: 143/81 mmHg, HR:

114x/menit, RR: 20x/menit, suhu:36,2, akral hangat,

BU(+), urin jernih

A : post histerektomi atas indikasi atonia uteri + DIC

P : infus RL 1000cc/24jam

- D5% 500cc/24jam

- metronidazole infus 2x500 (08:00)

- injeksi cefotaxim 2x1(08:00)

- asam tranexsamat 3x250 (08:00)

- kaltropen supp (jam 12:00)

- metilprednisolon (12:00)

14:00 S : pasien mengatakan tidak ada keluhan

O : k/u cukup, anemis -/-, lop taa, TD:140/100 mmHg,

UP: 100cc, drain 80 cc

A : : post histerektomi atas indikasi atonia uteri + DIC

P : Observasi TTV dan keluhan LOP

20.00 S : tidak ada keluhan

O : k/u cukup, anemis -/-, lop taa, pervag (-), TD: 130/90

mmHg, UP:600cc, drain 80cc

A : post histerektomi atas indikasi atonia uteri + DIC

P : Observasi TTV dan keluhan

04 januari 2015

06:00 S: pasien mengeluh nyeri luka post op, ma/mi:+/+, flatus:

(+), UP: 500 ml, drain tetap 50 ml, BAB (-)

O: KU: cukup, TD: 150/90 mmHg, nadi: 62x/menit,

RR:20x/menit, suhu:36,3, a/i/c/d:-/-/-/-, luka: baik, pus (-)

Nyeri (+), abdomen: metiorismus (+), akral hangat,

edema (-), cairan pervaginam (-)

A: P2-2 Ab0 post dilatasi dan kuretase, histerektomi +

DIC

P: - cefotaxim 2x1

- asam tranexsamat 3x1

16

Page 17: Lapsus Mt Prolaps Uteri

- metilprednisolon 2x125mg

5 januari 2015

06:00 S: pasien mengeluh nyeri luka post op, ma/mi:+/+, flatus:

(+), DC: 700 ml, drain tetap 10 ml, BAB (-)

O: KU: cukup, TD: 140/90 mmHg, nadi: 60x/menit,

RR:20x/menit, suhu:36,2, a/i/c/d:-/-/-/-, luka: baik, pus (-)

Nyeri (+), abdomen: metiorismus (+), akral hangat,

edema (-), cairan pervaginam (-)

A: P2-2 Ab0 post dilatasi dan kuretase, histerektomi +

DIC

P: - cefotaxim 2x1

- metilprednisolon 2x125mg

6 januari 2015

06:00 S: pasien mengeluh nyeri luka post op, ma/mi:+/+, pusing

(+), mobilisasi (+), BAK: (+), BAB (+)

O: KU: cukup, TD: 140/90 mmHg, nadi: 50x/menit,

RR:20x/menit, suhu:36,2, a/i/c/d:-/-/-/-, luka: baik, pus (-)

Nyeri (+), abdomen: metiorismus (+), akral hangat,

edema (-), cairan pervaginam (-)

A: P2-2 Ab0 post dilatasi dan kuretase, histerektomi +

DIC

P: - DC dan drain aff

- cefotaxim 2x1

- metilprednisolon 2x125mg

- asam tranexsamat 3x1

- alin F 2x1

7 januari 2015

06.00 S: pasien mengeluh nyeri luka post op, ma/mi:+/+,

mobilisasi (+), BAK: (+), BAB (+), ASI (+)

O: KU: baik, TD: 110/90 mmHg, nadi: 60x/menit,

RR:20x/menit, suhu:36,3, a/i/c/d:-/-/-/-, luka: baik, pus (-)

Nyeri (+), abdomen: metiorismus (+), akral hangat,

edema (-), cairan pervaginam (-)

17

Page 18: Lapsus Mt Prolaps Uteri

A: P2-2 Ab0 post dilatasi dan kuretase, histerektomi +

DIC

P: - cefadroxil 2x1

- asam mefenamat 3x1

BAB IV

18

Page 19: Lapsus Mt Prolaps Uteri

ANALISA KASUS

Pasien datang ke IRD Rumah Sakit dr.Moh.Saleh Probolinggo pada tanggal 31

Desember 2014 jam 08:20 WIB .

Berdasarkan hasil anamnesa, pasien mengatakan perdarahan sedikit-sedikit sejak 2

minggu yang lalu ( post sc hari ke 18), tanggal 31/12/2014 jam 03:00 keluar darah banyak

cair, pasien mengatakan tidak pernah kontrol selama post sectio caesaria di RS Siti Aisyah.

Tidak didapatkan riwayat hipertensi, diabetes melitus dan asma pada pasien maupun pada

keluarga pasien. Hasil pemeriksaan keadaan umum cukup, anemis +/+, palpasi TFU: 2 jari

dibawah pusat, uterus kontraksi: lembek, pervag (+) darah, VT pembukaan 0 dan pasang

tampon gulung 1 buah. TD = 80/50 mmHg, N = 80x/menit, suhu = 36oC, RR = 20x/menit,

napas spontan, O2 2 lpm/ nasal, SpO2:100%, GCS 456, BAK/DC: urin kuning jernih, BU

(+), Puasa (+), Mual-muntah (-).Hasil Lab 31-12-2014 (06:51), Hb = 5,5 g/dl Leukosit =

6450, PVC = 18%, Trombosit = 439.000, BT = 1,30 menit, CT = 10,30 menit, GDA = 106

mg/dl, Alkali phospat = 136, HbsAg (-), BUN = 8,2. (pasien dikirm ke ICU). Dan di ICU

mendapatkan terapi, Infus futrolit 1500 cc/24 jam, Injeksi kalnex 3x250mg, Injeksi vit K 1x1

ampul, Ca glukonas 1ampul, Transfusi 4 kolf.

Jam 13:30 WIB, Perdarahan + + 600 cc, dilakukan tampon ulang 2 gulung (yang lama

di aff), lanjut injeksi kalnex 2 amp dan induxi 20 IU 30tpm. Konsul dr.hytriawan,Sp.OG

mendapatkan terapi misoprostol 4 tab/ectal, inj pospargin 1 ampul (IV), drip synto 2

ampul/20tpm, asam tranexsamat 2 ampul, pro curet, TD: 82/52 mmHg, UC: lemah,

perdarahan merembes aktif 600 cc, pasang tampon gulung 2 dan perdarahan masih

merembes. Jam 14:10 WIB dilakukan oprasi dilatasi dan kuretase. Jam 16:10 post dilatasi

dan kuretase TD: 106/72 mmHg, nadi: 162x/menit, suhu: 36,7, perdarahan + merembes di

underpad 100 cc, dan di tampon kasa merembes terus. konsul dr.hytriawan,Sp.OG, pro

histerektomi, hasil laboratorium tgl 31-12-2014 (16:15), BT: 3,30, CT: 7,00, PT: 17,2, APTT:

52,9. Jam 17:30 WIB dilakukan tindakan histerektomi.

Dari hasil analisa kasus diatas pasien mengalami Perdarahan Post Partum Sekunder (late

postpartum hemorrhage). perdarahan yang terjadi pada masa nifas (puerperium) tidak

termasuk 24 jam pertama setelah kala III. Pada pemeriksaan fisik diatas didapatkan juga

tanda-tanda dari atonia uteri dan syok hipovilemik yaitu pasien dalam keadaan anemis +/+

19

Page 20: Lapsus Mt Prolaps Uteri

( Hb: 5,5 g/dL), palpasi TFU: 2 jari dibawah pusat, uterus kontraksi; lembek pervag (+)

darah, VT pembukaan 0, tanda-tanda vitalnya; TD = 80/50 mmHg, N = 108x/menit, suhu =

36oC, RR = 20x/menit. Ada pun penyulit dari kasus ini sindroma abnormalitas koagulasi dan

fibrinolisis (DIC) yang ditandai dengan adanya perdarahan post partum 600 cc,

trombositopenia (62.000), terjadi peningkatan Protrombin time (PT) 17,2 detik, dan juga

terjadi peningkatan Aktivated Partial Tromboplastin Time 52,9 detik.

Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah bayi

lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 mL setelah persalinan abdominal. Kondisi dalam

persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan jumlah perdarahan yang terjadi, maka

batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal dimana

telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien mengeluh lemah, limbung,

berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan darah sistolik < 90 mmHg, denyut nadi >

100 x/menit, kadar Hb < 8 g/dL. Pasien mengeluhkan perdarahan pervaginam selama 1 bulan.

Pada kasus ini terjadi perdarahan > dari 600cc, terdapat perubahan tanda-tanda vital antara

lain TD: 80/50 mmHg, keadaan pasien lemah, Hb = 5,5 g/dl, pasien mengeluh perdarahan >

18 hari.

Penyebab terjadinya perdarahan post partum antara lain:

- Atonia uteri

- Luka jalan lahir

- Retensio plasenta

- Gangguan pembekuan darah

Pada Tabel II.I. Penilaian Klinik untuk Menentukan Penyebab Perdarahan Post Partum

Gejala dan Tanda Penyulit Diagnosis Kerja

- Uterus tidak berkontraksi dan

lembek.

Perdarahan segera setelah anak lahir

Syok

Bekuan darah pada

serviks atau posisi

telentang akan

menghambat aliran

darah keluar

Atonia uteri

20

Page 21: Lapsus Mt Prolaps Uteri

Dari beberapa etiologi diatas pada kasus ini penyebab terjadinya perdarahan post partum

adalah atonia uteri. dimana bisa kita lihat dari tabel II diatas didapatkan tanda dan gejala yang

sama, juga didapatkan penyulit seperti syok.

Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah sindroma abnormalitas

koagulasi dan fibrinolisis. Banyak kasus DIC berhubungan dengan kehamilan. DIC

disebabkan oleh eclampsia/ preeclampsia, perdarahan post partum, sepsis, solusio plasenta,

missed septic abortion, ruptur uterus, emboli air ketuban, Intra uterine fetal death (IUFD),

penyakit trofoblas, dan Sickle Cell Crisis.

Gambaran klinis DIC pada kehamilan seringkali gejala dan tanda komplikasi obstetri yang

mendasari terjadinya DIC. Manifestasi perdarahan yang muncul bisa berupa hematom,

purpura, epistaksis, bekas injeksi yang berdarah, atau yang lebih dramatis terjadinya

perdarahan aktif dari luka operasi dan perdarahan post partum. Perdarahan bisa berupa

hematuria, perdarahan gastrointestinal, intracarnial dan internal bleeding.

Pada kasus ini disebabkan oleh perdarahan post partum, dimana gambaran klinis yang

muncul, terjadi perdarahan yang berlebihan pada saat dilakukan oprasi dan juga pada saat

dilakukan penjahitan luka diakhir oprasi.

Uji laboratorium untuk diagnosis DIC terdiri atas uji tapis dan uji penentu. Uji tapis meliputi

hitung trombosit, Protrombin time (PT), Partial Tromboplastin Time, masa trombin,

fibrinogen, sedangkan uji penentu adalah pemeriksaan fibrin monomer terlarut (soluble fibrin

monomer), D-dimer, Fibrin degradation product dan anti trombin. Dalam pertemuan

Scientific and standardization Comittee International Society on trombosis and Haemostasis

ke 47, Juli 2001 di Paris disusun sistem skor untuk DIC.

1. Penilaian resiko : Apakah terdapat kelainan dasar / etiologi yang berkaitan

dengan DIC? (jika tidak, penilaian tidak dilanjutkan)

2. Uji koagulasi : hitung trombosit, protrombin time, fibrinogen, FDP / D-dimer

Skor

Trombosit

> 100.000 / mm3 : 0

50.000 – 100.000 / mm3 : 1

<50.000 / mm3 : 2

21

Page 22: Lapsus Mt Prolaps Uteri

FDP atau D-dimer

< 500 μg/L : 0

500 – 1000 μg/L : meningkat ringan : 1

> 1000 μg/L : meningkat ringan : 2

Pemanjangan protrombin time (PT)

< 3 detik : 0

4 – 6 detik : 1

> 6 detik : 2

Fibrinogen

> 100 mg dl : 0

< 100 mg dl : 1

3. Jumlah skor ≥ 5 sesuai DIC skor diulang tiap hari

Jumlah skor < 5 sugestif DIC skor diulang dalam 1-2 hari

Pada kasus ini Uji laboratorium yang menunjang untuk diagnosis DIC yaitu terjadi penurunan

trombosit (62.000), terjadi peningkatan Protrombin time (PT) 17,2 detik, dan juga terjadi

peningkatan Partial Tromboplastin Time 52,9 detik. Dari hasil laboratorium diatas diagnosis

DIC dapat ditegakkan pada kasus ini.

Pada skor DIC

- Penilaian resiko : Apakah terdapat kelainan dasar / etiologi yang berkaitan dengan DIC?

Dari kasus ini etiologinya adalah perdarahan post partum.

- Uji koagulasi : trombosit pada kasus ini adalah 62.000 (skor 1), protrombin time (PT) 17,2

(skor 2), hasil yang lainnya tidak ada keterangan.

Pada pasien dimana penyebab dan gejala DIC adalah perdarahan, perfusi organ

merupakan hal yang sangat penting, infus cepat dengan Ringer laktat atau NaCl, dan

mengganti perdarahan dengan whole blood. Fresh whole blood merupakan yang terbaik

karena kandungkan faktor koagulasi dan trombosit. Oksigenasi dengan sungkup atau intubasi

endotracheal diberikan untuk mencapai oksigenasi arterial yang memuaskan. Monitoring

dengan pemasangan CVP untuk menjaga produksi urin 30-60 ml/jam dan hematokrit >30%.

22

Page 23: Lapsus Mt Prolaps Uteri

BAB V

KESIMPULAN

Pasien mengeluhkan perdarahan banyak cair post sectio caesaria hari ke 18, pasien

mengatakan tidak pernah kontrol selama post sc di RSAB Siti Aisyah. Hasil pemeriksaan

keadaan umum cukup, anemis +/+, palpasi TFU : 2 jari di bawah pusat dengan kontraksi

uterus yang lembek, pervag (+) darah, VT pembukaan 0. Diagnosis HPP ditegakan melalui

adanya perdarahan setelah melahirkan dimana ditemukannya perdarahan 600 cc dan pada

palpasi ditemukannya kontaksi uterus yang lemah yang merupakan tanda dari atonia uteri.

Karena masih adanya perdarahan yang cukup banyak sehingga harus dilakukan tampon ulang

dan kemudian pasien ini direncanakan tindakan dilatasi dan kuretase, untuk mengurangi

perdarahan akibat adanya sisa plasenta di cavum uteri.

Post dilatasi dan kuretase pasien kemudian di observasi di ruangan ICU. Hasil observasi + 5

menit pasien masih mengalami perdarahan merembes di underpad 100 cc dan di tampon

kasa merembes terus.

Penatalaksanaan selanjutnya yaitu dilakukan histerektomi, hal ini dilakukan untuk

memperkecil terjadinya perdarahan akibat kontraksi uterus yang lemah.

Terjadinya DIC pada kasus ini disebabkan oleh perdarahan post partum, dan di sertai dengan

Uji laboratorium yang menunjukkan penurunan trombosit (62.000), terjadi peningkatan

Protrombin time (PT) 17,2 detik, dan juga terjadi peningkatan Partial Tromboplastin Time

52,9 detik.

23

Page 24: Lapsus Mt Prolaps Uteri

24

Page 25: Lapsus Mt Prolaps Uteri

DAFTAR PUSTAKA

1. Paraton, H., Widohariadi, Bambang Trijanto, dkk. 2008. Prolapsus Uteri dalam

Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Edisi

III. RSU Dr. Soetomo Surabaya.

2. Koblinsky M, et all. 2001. Kesehatan Wanita Sebuah Perspektif Global. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press.

3. Winkjosastro, H. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP

4. Junizaf. Prolapsus alat genitalia. Dalam: Junizaf. Ed. Buku ajar uroginekologi.

Subbagian Uroginekologi-Rekonstruksi Bagian Obstetri dan Ginekologi

FKUI/RSUPN-CM. Jakarta, 2002: 70-75

5. Muchtar R. Kelainan dalam letak alat-alat genital. Dalam: Wiknjosastro H,

Sumapraja S, Saifuddin AB. Ed. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo, 1991: 360-374

6. Sakala EP. Obstetrics and gynecology. Baltimore: Williams and wilkins, 1997; 230-

232

7. Thompson JD. Surgical correction of defect in pelvic support. In: Rock JA,

Thompson JD. Eds. Te Linde’s operative gynecology. 8th edition. Philadelphia:

Lippincott-Raven, 1997: 958-967

25