lapsus kolik baru
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
KOLIK RENAL ET CAUSA BATU SALURAN KEMIH
Pembimbing
dr. B. Susanto Permadi, Sp.PD
NIP. 19590824 198511 1 001
Disusun oleh:
Diah Ayu Priyatiningsih
1220221098
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta
2013
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
KOLIK RENAL ET CAUSA BATU SALURAN KEMIH
Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik di bagian
Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Disusun oleh :
Diah Ayu Priyatiningsih 1220221098
Fakultas Kedokteran UPN ”Veteran” Jakarta
Ambarawa, Agustus 2013
Pembimbing
dr B. Susanto Permadi, Sp.PD dr Hascaryo Nugroho, Sp.PD
NIP. 19590824 198511 1 001 NIP. 19600620 198803 1 003
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
laporan kasus dengan judul “Kolik Renal”. Laporan kasus ini merupakan salah satu
syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter di Bagian
Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa.
Laporan kasus ini sedikit banyak membahas mengenai penyakit yang menjadi
masalah-masalah di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia. Hanya
sebagian masalah kecil yang penulis bahas, namun diharapkan laporan kasus ini bisa
memberikan sedikit pengetahuan kepada para pembaca mengenai penyakit ini.
Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. B. Susanto Permadi, Sp.PD dan dr. Hascaryo Nugroho,
Sp.PD selaku dokter pembimbing dan teman-teman Co-Ass yang telah membantu
dalam proses pembuatan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini banyak
terdapat kekurangan dan juga masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis
mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga laporan
kasus ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan semua pihak yang berkepentingan
bagi pengembangan ilmu kedokteran. Amin.
Ambarawa, Agustus 2013
Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS
I.1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
No. RM : 38334-2013
Umur : 39 tahun
Status Marital : Menikah
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Alamat : Ngelo, 2/5 Wiru Bringin, Kab.Semarang
Tanggal masuk : 26 Juni 2013
I.2. DATA DASAR
ANAMNESA (Subyektif)
Autoanamnesa tanggal 26 Juni 2013
Keluhan Utama : nyeri hebat pada pinggang sebelah kiri, hilang timbul sejak
2 minggu yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dari IGD Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa pada 26 Juni
2013 pukul 17.00 WIB. Pasien mengeluh nyeri hebat pada pinggang sebelah
kiri, hilang timbul sejak 2 minggu yang lalu. Nyeri dirasakan tajam seperti
ditusuk-tusuk terutama saat BAK dan menjalar sampai ke lipatan paha sebelah
kiri. Saat serangan, pasien merasa sangat lemas dan nyeri yang dialami pasien
hingga menggangu aktifitas. Nyeri berkurang jika pasien berbaring dan minum
air hangat. Pasien juga mengeluhkan anyang-anyangan dan BAK berdarah
sekitar 1 minggu yang lalu. Pasien belum mengkonsumsi obat apapun. Keluhan
tidak disertai mual, muntah dan demam. Pasien mengaku jarang mengkonsumsi
air putih dan jarang berolahraga.
Riwayat Peyakit Dahulu :
Riwayat penyakit kencing manis : Disangkal
Riwayat penyakit jantung : Disangkal
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya : Disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat penyakit kencing manis : Disangkal
Riwayat penyakit jantung : Disangkal
Riwayat penyakit ginjal : Disangkal
PEMERIKSAAN FISIK (Obyektif)
Tanggal 26 Juni 2013
Keadaan umum : tampak lemas
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital : TD : 130/80 mmHg, Nadi: 90x/menit
Suhu: 37 0C, RR: 24x/menit
Kulit : Turgor kulit supel
Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut
Wajah : Simetris, ekspresi wajar
Mata : Edama palpebra -/-, conjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik -/-
Telinga : Bentuk normal, simetris, lubang lapang, serumen -/-
Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret -/-
Mulut : Bibir basah, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 tenang
Leher : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran kgb.
Thorak : retraksi suprasternal (-)
Pulmo : I : Normochest, dinding dada asimetris
P : Fremitus taktil kanan = kiri, ekspansi dinding dada simetris
P : Sonor di kedua lapang paru
A : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor : I : Tidak tampak ictus cordis
P : Iktus cordis tidak teraba
P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra
Batas bawah ICS V linea parasternal sinistra
Batas kiri ICS VI linea midklavicula sinistra
Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra
A : BJ I dan II reguler, Gallop -/-, Murmur -/-
Abdomen : I : Datar
A : Bising usus (+)
P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar & lien tidak teraba
membesar, terdapat nyeri tekan lumbal sinistra menjalar ke
pinggang kiri bagian belakang dan nyeri ketok CVA (-/+)
P : Timpani
Ekstremitas : Edema tungkai (-), sianosis (-),capilary refill <2detik
I.3. ANALISA KASUS
S : Pada tanggal 26 Juni 2013 pasien atas nama Ny. Siti Solekah berumur 39
tahun datang ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa pukul 17.00
WIB dengan keluhan nyeri hebat pada pinggang sebelah kiri, hilang timbul
sejak 2 minggu yang lalu. Nyeri dirasakan tajam seperti ditusuk-tusuk
terutama saat BAK dan menjalar sampai ke lipatan paha sebelah kiri. Saat
serangan, pasien merasa sangat lemas dan nyeri yang dialami pasien hingga
menggangu aktifitas. Nyeri berkurang jika pasien berbaring dan minum air
hangat. Pasien juga mengeluhkan anyang-anyangan dan BAK berdarah
sekitar 1 minggu yang lalu. Pasien belum mengkonsumsi obat apapun.
Keluhan tidak disertai mual, muntah dan demam. Pasien mengaku jarang
mengkonsumsi air putih dan jarang berolahraga.
O : Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak lemas dengan kesadaran
compos mentis. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 130/80
mmHg, nadi 90x/menit, suhu: 370C dan respirasi 24x/menit. Pada
pemeriksaan fisik kepala, wajah, hidung, telinga, mulut, leher, jantung,
pulmo dan ekstremitas tidak didapatkan adanya kelainan. Pada
pemeriksaan fisik abdomen terdapat nyeri tekan lumbal sinistra menjalar
ke pinggang kiri bagian belakang dan nyeri ketok CVA (-/+). Pada pasien
ini, disarankan untuk dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan laboratorium darah rutin, kimia darah, USG abdomen dan
pemeriksaan BNO IVP.
A : Kolik renalis
P : - Inf RL 20 tpm
- Inj Ketorolac 10 mg 3x1
- Inj Cefotaxim 3x1
PENGKAJIAN KOLIK RENALIS
1. Nyeri hebat pada pinggang sebelah kiri sifatnya hilang timbul dan sangat
mengganggu aktifitas
2. Nyeri dirasakan tajam seperti ditusuk-tusuk terutama saat BAK dan menjalar
sampai ke lipatan paha sebelah kiri serta berkurang jika pasien berbaring
3. Keluhan anyang-anyangan dan BAK berdarah sekitar 1 minggu yang lalu
4. Jarang mengkonsumsi air putih dan jarang berolahraga
5. Pada pemeriksaan fisik abdomen terdapat nyeri tekan lumbal sinistra menjalar
ke pinggang kiri bagian belakang dan nyeri ketok CVA (-/+)
I.4. PENELUSURAN (FOLLOW UP)
Tanggal 27 Juni 2013
S : nyeri pinggang kiri (+), tidur malam terganggu
O : Keadaan umum : tampak lemas
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital : TD : 130/90 mmHg, Nadi: 80x/menit
Suhu: 36 0C, RR: 20x/menit
Kulit : Turgor kulit supel
Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut
Wajah : Simetris, ekspresi wajar
Mata : Edama palpebra -/-, conjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik -/-
Telinga : Bentuk normal, simetris, lubang lapang, serumen -/-
Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret -/-
Mulut : Bibir basah, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 tenang
Leher : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran kgb
Thorak : retraksi suprasternal (-)
Pulmo : I : Normochest, dinding dada asimetris
P : Fremitus taktil kanan = kiri, ekspansi dinding dada simetris
P : Sonor di kedua lapang paru
A : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor : I : Tidak tampak ictus cordis
P : Iktus cordis tidak teraba
P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra
Batas bawah ICS V linea parasternal sinistra
Batas kiri ICS VI linea midklavicula sinistra
Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra
A : BJ I dan II reguler, Gallop -/-, Murmur -/-
Abdomen : I : Datar
A : Bising usus (+)
P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar & lien tidak teraba
membesar, terdapat nyeri tekan lumbal sinistra menjalar ke
pinggang kiri bagian belakang dan nyeri ketok CVA (-/+)
P : Timpani
Ekstremitas : Edema tungkai (-), sianosis (-),capilary refill <2detik
A : Kolik renal
P : - Inf RL 16tpm
- Inj cefotaxim 3x1
- Vitamin B kompleks 3x1
- Asam mefenamat tab 500 mg 3x1
- Inj Ketorolac 10 mg 3x1
- cek laboratorium (darah rutin dan kimia darah)
Tanggal 28 Juni 2013
S: nyeri pinggang kiri (+)
O : Keadaan umum : tampak lemas
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital : TD : 130/90 mmHg, Nadi: 80x/menit
Suhu: 36 0C, RR: 20x/menit
Kulit : Turgor kulit supel
Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut
Wajah : Simetris, ekspresi wajar
Mata : Edama palpebra -/-, conjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik -/-
Telinga : Bentuk normal, simetris, lubang lapang, serumen -/-
Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret -/-
Mulut : Bibir basah, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 tenang
Leher : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran kgb
Thorak : retraksi suprasternal (-)
Pulmo : I : Normochest, dinding dada asimetris
P : Fremitus taktil kanan = kiri, ekspansi dinding dada simetris
P : Sonor di kedua lapang paru
A : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor : I : Tidak tampak ictus cordis
P : Iktus cordis tidak teraba
P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra
Batas bawah ICS V linea parasternal sinistra
Batas kiri ICS VI linea midklavicula sinistra
Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra
A : BJ I dan II reguler, Gallop -/-, Murmur -/-
Abdomen : I : Datar
A : Bising usus (+)
P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar & lien tidak teraba
membesar, terdapat nyeri tekan lumbal sinistra menjalar ke
pinggang kiri bagian belakang dan nyeri ketok CVA (-/+)
P : Timpani
Ekstremitas : Edema tungkai (-), sianosis (-),capilary refill <2detik
A : Kolik renal
P : - Inf RL 16tpm
- Inj cefotaxim 3x1
- Vitamin B kompleks 3x1
- Asam mefenamat tab 500 mg 3x1
- Inj Ketorolac 10 mg 3x1
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin dan kimia darah :
Darah Rutin
Hb : 12,2 g/dl 12-16 g/dl
Ht : 37,2 % 37-43 %
Eritrosit : 4,22 juta 4,2 – 5,4 juta
Lekosit : 10 ribu 4,0 - 10 ribu
Trombosit : 275 ribu 200 - 400 ribu
MCV : 88,2 mikro m3 80-90 mikro m3
MCH : 28,9 pg 27-34 pg
MCHC : 32,8 g/dl 32-36 g/dl
RDW : 10,6 % 10 – 16 %
MPV : 7,8 mikro m3 7 – 11 mikro m3
Limfosit : 1,7 x 10*3/mikroL (L) 1,7 – 3,5 x 10*3/mikroL
Monosit : 0,6 x 10*3/mikroL 0,2 – 0,6 x 10*3/mikroL
Granulosit : 7,5 x 10*3/mikroL (H) 2,5 – 7 x 10*3/mikroL
Limfosit % : 19,0 % (L) 25 – 35 %
Monosit % : 7,5% (H) 4 – 6 %
Granulosit % : 73,5 % 50 – 80 %
PDW : 14,5 % 10 – 18 %
PCT : 0,213 % 0,2 – 0,5 %
Kimia Darah
Gula Darah Puasa : 85 mg/dl 74-105 mg/dl
Gula Darah 2jam PP : 72 mg/dl <120 mg/dl
Ureum : 28,0 mg/d 1-50 mg/dl
Kreatinin : 1,21 mg/dl (H) 0,6-1,1 mg/dl
SGOT : 17 u/L 15-40 u/L
SGPT : 14 u/L 10-40 u/L
Protein Total : 7,19 g/dl 6,4-8,3 g/dl
Albumin : 4,09 g/dl 3,4-4,8 g/dl
Globulin : 3,10 g/dl 2,0-4,0 g/dl
Urin Acid : 4,64mg/dl 4,4-7,6 mg/dl
Cholesterol : 177 mg/dl 158-276 mg/dl
Triglycerid : 30 mg/dl (L) 58-327 mg/dl
Tanggal 29 Juni 2013
S: nyeri pinggang kiri (+)
O : Keadaan umum : tampak lemas
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital : TD : 130/80 mmHg, Nadi: 80x/menit
Suhu: 36 0C, RR: 20x/menit
Kulit : Turgor kulit supel
Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut
Wajah : Simetris, ekspresi wajar
Mata : Edama palpebra -/-, conjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik -/-
Telinga : Bentuk normal, simetris, lubang lapang, serumen -/-
Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret -/-
Mulut : Bibir basah, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 tenang
Leher : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran kgb
Thorak : retraksi suprasternal (-)
Pulmo : I : Normochest, dinding dada asimetris
P : Fremitus taktil kanan = kiri, ekspansi dinding dada simetris
P : Sonor di kedua lapang paru
A : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor : I : Tidak tampak ictus cordis
P : Iktus cordis tidak teraba
P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra
Batas bawah ICS V linea parasternal sinistra
Batas kiri ICS VI linea midklavicula sinistra
Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra
A : BJ I dan II reguler, Gallop -/-, Murmur -/-
Abdomen : I : Datar
A : Bising usus (+)
P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar & lien tidak teraba
membesar, terdapat nyeri tekan pinggang kiri bagian belakang
dan nyeri ketok CVA (-/+)
P : Timpani
Ekstremitas : Edema tungkai (-), sianosis (-),capilary refill <2detik
A : Kolik renal
P: - Inf RL 16tpm
- Inj cefotaxim 3x1
- Vitamin B kompleks 3x1
- Asam mefenamat tab 500 mg 3x1
- Inj Ketorolac 10 mg 3x1
- cek USG abdomen
Hasil pemeriksaan USG abdomen:
Gambaran hidronefrosis ginjal
Tanggal 30 Juni 2013
S: nyeri pinggang kiri (+)
O : Keadaan umum : tampak lemas
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital : TD : 130/80 mmHg, Nadi: 80x/menit
Suhu: 36 0C, RR: 20x/menit
Kulit : Turgor kulit supel
Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut
Wajah : Simetris, ekspresi wajar
Mata : Edama palpebra -/-, conjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik -/-
Telinga : Bentuk normal, simetris, lubang lapang, serumen -/-
Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret -/-
Mulut : Bibir basah, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 tenang
Leher : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran kgb
Thorak : retraksi suprasternal (-)
Pulmo : I : Normochest, dinding dada asimetris
P : Fremitus taktil kanan = kiri, ekspansi dinding dada simetris
P : Sonor di kedua lapang paru
A : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor : I : Tidak tampak ictus cordis
P : Iktus cordis tidak teraba
P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra
Batas bawah ICS V linea parasternal sinistra
Batas kiri ICS VI linea midklavicula sinistra
Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra
A : BJ I dan II reguler, Gallop -/-, Murmur -/-
Abdomen : I : Datar
A : Bising usus (+)
P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar & lien tidak teraba
membesar, terdapat nyeri tekan pinggang kiri bagian belakang
dan nyeri ketok CVA (-/+)
P : Timpani
Ekstremitas : Edema tungkai (-), sianosis (-),capilary refill <2detik
A : Kolik renal
P: - Inf RL 16tpm
- Inj cefotaxim 3x1
- Vitamin B kompleks 3x1
- Asam mefenamat tab 500 mg 3x1
- Inj Ketorolac 10 mg 3x1
Tanggal 01 Juli 2013
S: nyeri pinggang kiri (+)
O : Keadaan umum : tampak lemas
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital : TD : 110/80 mmHg, Nadi: 80x/menit
Suhu: 36 0C, RR: 20x/menit
Kulit : Turgor kulit supel
Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut
Wajah : Simetris, ekspresi wajar
Mata : Edama palpebra -/-, conjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik -/-
Telinga : Bentuk normal, simetris, lubang lapang, serumen -/-
Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret -/-
Mulut : Bibir basah, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 tenang
Leher : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran kgb
Thorak : retraksi suprasternal (-)
Pulmo : I : Normochest, dinding dada asimetris
P : Fremitus taktil kanan = kiri, ekspansi dinding dada simetris
P : Sonor di kedua lapang paru
A : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor : I : Tidak tampak ictus cordis
P : Iktus cordis tidak teraba
P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra
Batas bawah ICS V linea parasternal sinistra
Batas kiri ICS VI linea midklavicula sinistra
Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra
A : BJ I dan II reguler, Gallop -/-, Murmur -/-
Abdomen : I : Datar
A : Bising usus (+)
P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar & lien tidak teraba
membesar, terdapat nyeri tekan pinggang kiri bagian belakang
dan nyeri ketok CVA (-/+)
P : Timpani
Ekstremitas : Edema tungkai (-), sianosis (-),capilary refill <2detik
A : Kolik renal
P: - Inf RL 16tpm
- Inj cefotaxim 3x1
- Vitamin B kompleks 3x1
- Asam mefenamat tab 500 mg 3x1
- Inj Ketorolac 10 mg 3x1
- Cek BNO IVP
Tanggal 02 Juli 2013
S: nyeri pinggang kiri (+)
O : Keadaan umum : tampak lemas
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital : TD : 110/70 mmHg, Nadi: 80x/menit
Suhu: 36 0C, RR: 20x/menit
Kulit : Turgor kulit supel
Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut
Wajah : Simetris, ekspresi wajar
Mata : Edama palpebra -/-, conjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik -/-
Telinga : Bentuk normal, simetris, lubang lapang, serumen -/-
Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret -/-
Mulut : Bibir basah, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 tenang
Leher : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran kgb
Thorak : retraksi suprasternal (-)
Pulmo : I : Normochest, dinding dada asimetris
P : Fremitus taktil kanan = kiri, ekspansi dinding dada simetris
P : Sonor di kedua lapang paru
A : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor : I : Tidak tampak ictus cordis
P : Iktus cordis tidak teraba
P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra
Batas bawah ICS V linea parasternal sinistra
Batas kiri ICS VI linea midklavicula sinistra
Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra
A : BJ I dan II reguler, Gallop -/-, Murmur -/-
Abdomen : I : Datar
A : Bising usus (+)
P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar & lien tidak teraba
membesar, terdapat nyeri tekan pinggang kiri bagian belakang
dan nyeri ketok CVA (-/+)
P : Timpani
Ekstremitas : Edema tungkai (-), sianosis (-),capilary refill <2detik
A : Kolik renal
P: - Inf RL 16tpm
- Inj cefotaxim 3x1
- Vitamin B kompleks 3x1
- Asam mefenamat tab 500 mg 3x1
- Inj Ketorolac 10 mg 3x1
Hasil pemeriksaan BNO IVP:
BNO
Lesi opak pada cavum pelvis sinistra suspek ureterolithiasis sinistra 1/3 distal
IVP
Hidronefrosis sedang dan hidroureter bagian proksimal dan media et
causa sumbatan batu pada ureter bagian 1/3 distal (sumbatan parsial –
masih tampak kontras masuk pada ureter setelah sumbatan tersebut)
Fungsi ekskresi ginjal dextra dan sinistra normal
Vesika urinaria tidak tampak kelainan
Tanggal 03 Juli 2013
S: nyeri pinggang kiri (+)
O : Keadaan umum : tampak lemas
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital : TD : 120/80 mmHg, Nadi: 80x/menit
Suhu: 36 0C, RR: 20x/menit
Kulit : Turgor kulit supel
Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut
Wajah : Simetris, ekspresi wajar
Mata : Edama palpebra -/-, conjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik -/-
Telinga : Bentuk normal, simetris, lubang lapang, serumen -/-
Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret -/-
Mulut : Bibir basah, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 tenang
Leher : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran kgb
Thorak : retraksi suprasternal (-)
Pulmo : I : Normochest, dinding dada asimetris
P : Fremitus taktil kanan = kiri, ekspansi dinding dada simetris
P : Sonor di kedua lapang paru
A : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor : I : Tidak tampak ictus cordis
P : Iktus cordis tidak teraba
P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra
Batas bawah ICS V linea parasternal sinistra
Batas kiri ICS VI linea midklavicula sinistra
Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra
A : BJ I dan II reguler, Gallop -/-, Murmur -/-
Abdomen : I : Datar
A : Bising usus (+)
P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar & lien tidak teraba
membesar, terdapat nyeri tekan pinggang kiri bagian belakang
dan nyeri ketok CVA (-/+)
P : Timpani
Ekstremitas : Edema tungkai (-), sianosis (-),capilary refill <2detik
A : Kolik renal
P: - Inf RL 16tpm
- Inj cefotaxim 3x1
- Vitamin B kompleks 3x1
- Asam mefenamat tab 500 mg 3x1
- Inj Ketorolac 10 mg 3x1
- Konsul dokter spesialis bedah
Tanggal 04 Juli 2013
S: nyeri pinggang kiri (+)
O : Keadaan umum : tampak lemas
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital : TD : 130/80 mmHg, Nadi: 80x/menit
Suhu: 36 0C, RR: 20x/menit
Kulit : Turgor kulit supel
Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut
Wajah : Simetris, ekspresi wajar
Mata : Edama palpebra -/-, conjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik -/-
Telinga : Bentuk normal, simetris, lubang lapang, serumen -/-
Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret -/-
Mulut : Bibir basah, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 tenang
Leher : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran kgb
Thorak : retraksi suprasternal (-)
Pulmo : I : Normochest, dinding dada asimetris
P : Fremitus taktil kanan = kiri, ekspansi dinding dada simetris
P : Sonor di kedua lapang paru
A : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor : I : Tidak tampak ictus cordis
P : Iktus cordis tidak teraba
P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra
Batas bawah ICS V linea parasternal sinistra
Batas kiri ICS VI linea midklavicula sinistra
Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra
A : BJ I dan II reguler, Gallop -/-, Murmur -/-
Abdomen : I : Datar
A : Bising usus (+)
P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar & lien tidak teraba
membesar, terdapat nyeri tekan pinggang kiri bagian belakang
dan nyeri ketok CVA (-/+)
P : Timpani
Ekstremitas : Edema tungkai (-), sianosis (-),capilary refill <2detik
A : Kolik renal
P: - Inf RL 16tpm
- Inj cefotaxim 3x1
- Vitamin B kompleks 3x1
- Asam mefenamat tab 500 mg 3x1
- Inj Ketorolac 10 mg 3x1
- Dokter spesialis bedah merujuk pasien ke RS lain untuk terapi lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Nyeri
II.1.1. Definisi
Nyeri adalah mekanisme protektif yang dimaksudkan untuk
menimbulkan kesadaran bahwa telah atau akan terjadi kerusakan jaringan.
Nyeri disertai oleh respons perilaku termotivasi (misalnya penarikan atau
pertahanan) serta reaksi emosi (misalnya menangis atau ketakutan).
(Sherwood, 2001)
II.1.2. Klasifikasi
1. Nyeri somatik superfisial
Merupakan nyeri yang berasal dari struktur superfisial kulit dan
subkutis. Etiologi dari nyeri ini biasanya berupa rangsangan mekanis,
suhu, kimiawi dan listrik. Sensasi nyeri berupa sengatan pada kulit
dengan rasa terbakar.
2. Nyeri somatik dalam
Merupakan nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligament, sendi dan
tulang. Etiologi dari nyeri ini biasanya berupa reaksi peradangan dan
cedera pada sendi. Sensasi nyeri bersifat difus dan menyebar dengan
rasa nyeri seperti tertusuk, kram, linu dan berdenyut.
3. Nyeri viseral
Merupakan nyeri yang berasal dari organ. Etiologi dari nyeri ini
biasanya berupa distensi (peregangan), iskemia dan reaksi inflamasi.
Sensai nyeri pada saraf otonom (viseral) biasanya mengacu pada
permukaan kulit, sedangkan pada saraf spinal somatik (parietal) timbul
tepat di atas daerah yang nyeri. Reseptor nyeri berada di otot polos
organ berongga dan kapsul organ padat.
4. Nyeri neuropati
Merupakan nyeri akibat disfungsi SSP atau perifer di sepanjang traktus
sarafnya. Etiologi dari nyeri ini biasanya berupa lesi SSP dan lesi saraf
perifer. Sensasi nyeri berupa rasa terbakar, perih dan bertambah parah
saat stress emosi fisik serta membaik saat relaksasi.
5. Nyeri alih
Merupakan nyeri yang berasal dari salah satu daerah di tubuh, namun
terletak di daerah lainnya. Etiologi dari nyeri ini biasanya berupa
reaksi inflamasi dan iskemia. Sensasi nyeri dialihkan ke dermatom
yang dipersarafi oleh segmen medulla spinalis yang sama dengan
viskus nyeri.
II.1.3. Proses
1) Transduksi : penerimaan sinyal saraf nyeri
2) Konduksi : penghantaran impuls di akson
3) Transmisi : impuls merangsang neurotransmitter
4) Persepsi : impuls diterjemahkan di otak
5) Modulasi : respon dan efek yang dirasakan
II.1.4. Karakteristik
Nyeri Cepat Nyeri Lambat
Dibawa oleh serat A-delta Dibawa oleh serat C
Sensasi tajam menusuk Sensasi seperti terbakar, tumpul, pegal
Mudah ditentukan Lokasi tidak jelas
Muncul pertama kali Muncul kemudian, menetap lebih lama,
lebih tidak menyenangkan
Timbul pada rangsangan Timbul pada rangsangan terhadap
nosiseptor polimodal, termal dan mekanis
II.1.5. Nosiseptor
Nosiseptor merupakan saraf aferen primer yang bertugas menerima &
menyalurkan rangsangan nyeri. Jumlah terbanyak nosiseptor terdapat di kulit.
Terdapat tiga kategori reseptor nyeri: nosiseptor mekanis (berespons terhadap
kerusakan mekanis misalnya tusukan, benturan atau cubitan), nosiseptor
termal (berespons terhadap suhu yang berlebihan terutama panas), nosiseptor
polimodal (berespons setara terhadap semua jenis rangsangan yang merusak,
termasuk iritasi zat kimia yang dikeluarkan dari jaringan yang cedera.
(Sherwood, 2001)
II.1.6. Mekanisme
Impuls nyeri yang berasal dari nosiseptor disalurkan ke SSP melalui
salah satu dari dua jenis serat aferen. Sinyal-sinyal yang berasal dari nosiseptor
mekanis dan termal disalurkan melalui serat A-delta yang berukuran besar dan
bermielin dengan kecepatan sampai 30 meter/detik (jalur nyeri cepat). Impuls
dari nosiseptor polimodal diangkut oleh serat C yang kecil dan tidak bermielin
dengan kecepatan yang jauh lebih lambat sekitar 12 meter/detik (jalur nyeri
lambat).
Serat-serat aferen primer bersinaps dengan antar-neuron ordo kedua di
tanduk dorsal korda spinalis. Salah satu neurotransmitter yang dikeluarkan
dari ujung-ujung aferen nyeri ini adalah susbtansi P, yang diperkirakan khas
untuk serat-serat nyeri. Berbeda dengan nyeri yang menyertai cedera perifer,
yang berfungsi sebagai mekanisme protektif normal untuk memberi peringatan
mengenai kerusakan yang sudah atau akan terjadi pada tubuh, keadaan nyeri
kronik abnormal diperkirakan disebabkan oleh kerusakan di dalam jalur-jalur
nyeri susunan saraf perifer atau pusat. Individu merasakan nyeri karena adanya
penyampaian sinyal abnormal dalam jalur-jalur nyeri walaupun tidak terdapat
cedera perifer atau rangsangan nyeri. Sebagai contoh, stroke yang merusak
jalur-jalur asendens dapat menimbulkan sensasi nyeri abnormal dan menetap.
(Sherrwood, 2001)
II.2. Batu Saluran Kemih
II.2.1. Definisi
Massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih
(kalkulus uriner) dan bisa menyebankan nyeri, perdarahan, penyumbatan
aliran kemih atau infeksi. (Purnomo, 2011)
II.2.2. Etiologi
a. Pre renal: peningkatan reabsorpsi kalsium di usus, kelainan metabolik
(kadar asam urat tinggi), dehidrasi
b. Renal: gangguan reabsorpsi ginjal, pH urin terlalu asam
c. Post renal: infeksi saluran kemih, gangguan aliran urin (stasis urin), lokasi
anatomis penyempitan saluran kemih
II.2.3. Posisi
a. Ginjal (Nefrolithiasis)
b. Ureter (Ureterolithiasis)
c. Vesika urinaria (Vesikolithiasis)
d. Uretra (Uretrolithiasis)
II.2.4. Proses
Gangguan keseimbangan antara zat pembentuk batu dan inhibitornya
(sitrat, magnesium, sulfat) yang bekerja pada proses reabsorpsi kalsium dalam
usus, proses pembentukan nukleasi, proses agregasi dan proses retensi kristal.
II.2.5. Faktor Risiko
1) Intrinsik
a. Herediter: penyakit ini diduga diturunkan dari orang tua
b. Usia: paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
c. Jenis kelamin: jumlah pasien pria tiga kali lebih banyak daripada wanita
2) Ekstrinsik
a. Iklim dan temperatur: daerah yang bersuhu panas menyebabkan tubuh
bayak mengeluarkan keringat yang akan mengurangi produksi urin dan
mempermudah pembentukkan batu.
b. Asupan air: kurangnya asupan air menyebabkan kadar semua substansi
dalam urin akan meningkat dan mempermudah pembentukkan batu.
c. Diet: diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terbentuknya
batu saluran kemih.
d. Pekerjaan: penyakit ini sering dijumpai pada oramg yang pekerjaannya
banyak duduk atau aktifitas terbatas.
e. Infeksi atau obstruksi saluran kemih: ISK dapat menyebabkan nekrosis
jaringan ginjal dan menjadi inti batu. Infeksi oleh bakteri yang memecah
urea dan membentuk ammonium akan mengubah pH urin menjadi alkali
dan akan mengendapkan garam-garam fosfat sehingga mempercepat
pembentukkan batu.
II.2.6. Patofisiologi
Batu terdiri dari kristal-kristal yang terlarut dalam urin dan akan tetap
berada dalam urin (metastable) jika tidak mengalami presipitasi (pH urin,
GFR, korpus alienum pada saluran kemih) ---- kristal mengalami presipitasi
---- membentuk inti batu (nukleasi) ---- menarik bahan2x lain (agregasi) ----
kristal menjadi lebih besar ---- agregat kristal masih rapuh ---- agregat kristal
menempel pada epitel saluran kemih (retensi kristal) ---- mengendap ---
menyumbat saluran kemih.
II.2.7. Jenis
A. Batu kalsium oksalat dan fosfat
Secara epidemiologi, kristal ini paling sering dijumpai (70-80% dari
kasus batu saluran kemih). Kristal ini umum ditemukan pada spesimen urin
bahkan pada pasien yang sehat, biasa muncul setelah mengkonsumsi
makanan tertentu (asparagus, kubis dan lainnya). Adanya 1-5 (+) kristal Ca-
oxallate per LPL masih dinyatakan normal, tetapi jika jumlahnya >5 adalah
kondisi abnormal. Faktor pembentuk batu kalsium antara lain:
a) Hiperkalsiuria (kalsium dalam urin >300 mg/24 jam)
Absortif: kenaikan absorpsi kalsium dalam lumen usus
Puasa: kelebihan kalsium diduga dari tulang
Ginjal: kelainan reabsorpsi kalsium di tubulus ginjal
b) Hiperoksaluria (ekskresi oksalat urin >45 gram/hari)
Peningkatan sedikit ekskresi oksalat memacu proses presipitasi kristal
kalsium oksalat
c) Hiperurikosuria (asurat dalam urin >850 mg/24 jam)
Peningkatan sedikit asam urat dalam urin memacu proses nukelasi dan
presipitasi kristal kalsium oksalat
d) Hipositraturia dan hipomagnesuria
Kadar sitrat dan magnesium yang tinggi dapat menghambat proses
nukleasi dan presipitasi kristal
B. Batu struvit
Batu struvit disebut juga batu infeksi karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini
adalah golongan pemecah urea yang dapat menghasilkan enzim urease dan
merubah urin dalam suasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak
seperti pada reaksi: CO(NH2)2 + H20 2NH3 + CO2. Bakteri yang
termasuk pemecah urea diantaranya adalah: Proteus, Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus.
C. Batu asam urat
Secara epidemiologi, kristal ini ditemukan pada 5-10% dari kasus batu
saluran kemih. Sekitar 80% batu asam urat terdiri dari asam urat murni dan
sisanya merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak
diderita oleh pasien dengan penyakit gout, mieloproliferatif dan pasien denga
terapi antikanker. Sumber asam urat berasal dari diet yang mengandung purin
dan metabolisme endogen di dalam tubuh. Degradasi purin di dalam tubuh
melalui asam inosinat diubah menjadi hipoxantin. Dengan batuan enzim
xantin oksidase, hipoxantin diubah menjadi xantin yang akhirnya diubah
menjadi asam urat. Faktor yang menyebabkan terbentuknya kristal asam urat:
– Urine yang terlau asam (pH urine <6 )
– Volume urine yang jumlahnya sedikit (<2 liter/hari)
– Dehidrasi
– Hiperurikosuria
II.2.8. Gambaran Klinik dan Diagnosis
a. Tanda dan gejala: nyeri perut bagian bawah disertai nyeri pinggang (kolik
renalis) yang hebat, tiba-tiba, sering menjalar dan sifatnya hilang timbul.
Nyeri saat BAK & BAK disertai pasir atau darah.
b. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan abdomen bagian bawah dan
kostovertebral, nyeri ketok CVA (+), teraba ginjal pada sisi sakit akibat
hidronefrosis, terlihat tandatanda retensi urine dan jika disertai infeksi
didapatkan demam.
c. Pemeriksaan sedimen urine menunjukkan adanya lekosituria, hematuria dan
kristal-kristal pembentuk batu.
d. Pemeriksaan kultur urine menunjukkan adanya pertumbuhan kuman
pemecah urea.
e. Pemeriksaan kadar elektrolit
yang diduga sebagai faktor
penyebab timbulnya batu saluran
kemih (antara lain kadar :
kalsium, oksalat, fosfat maupun
urat di dalam darah maupun di
dalam urin.
f. Pemeriksaan USG menunjukkan
gambaran hidronefrosis pada ginjal dan saluran kemih yang mengalami
sumbatan.
g. Pemeriksaan BNO IVP dapat menilai anatomi dan fungsi ginjal, dapat
mendeteksi batu opak maupun non opak.
II.2.9. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa (NSAID)
b. ESWL (Extracorporeal Shockwave
Lithotripsy)
Alat pemecah batu menggunakan gelobang
kejut tanpa melalui tindakan invasive, batu
dipecah menjadi fragmen kecil sehingga
mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.
c. Endourologi (tindakan invasiv minimal melalui alat yang dimasukkan
langsung ke dalam saluran kemih atau dengan insisi kecil pada kulit)
-PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy): yaitu mengeluarkan batu dengan
cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kaliks melalui insisi pada kulit.
Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu.
-Litotripsi: memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam vesika
urinaria atau uretra. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
-Ureteroskopi atau uretero-renoskopi: memasukkan alat ureteroskopi
peruetram untuk melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal.
d. Bedah laparoskopi: banyak digunakan untuk mengambil batu ureter.
e. Bedah terbuka: pielolitotomi atau nefrolitotomi (ginjal), ureterolitotomi
(ureter), vesikolitotomi (vesika urinaria), uretrolitotomi (uretra).
f. Nefroktomi dilakukan jika ginjal sudah tidak berfungsi dan infeksi disertai
pus (pionefrosis) akibat batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi
dan infeksi menahun.
II.2.10. Pencegahan
• menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi
urine sebanyak 2-3 liter per hari
• diet untuk mengurangi kadar zat komponen pembentuk batu
• aktivitas harian yang cukup
Diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan:
Rendah protein karena protein memacu ekskresi kalsium urine dan
menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam
Rendah oksalat
Rendah garam karena natriuresis akan memacu timbulnya
hiperkalsiuri
Rendah purin
DAFTAR PUSTAKA
1. Sylvia A. Price, Loraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, edisi IV, buku II, alih bahasa dr. Peter Anugrah, Penerbit buku
kedokteran EGC, Jakarta, 1995
2. Mansjoer Arif, dkk. Kapita selekta kedokteran, edisi III, buku I, Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta : 2001
3. Sudoyo Aru.W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi IV, Jilid III, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta : 2006
4. Iwan Darmansjah.Editor .Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000,DepKes
RI DirJen POM,Jakarta,Sagung Seto,2000.
5. Amir Syarif. Farmakologi dan Terapi, Departemen Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas
6. Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 2008