lapsus jiwa samlih bismillah, mudahan dr asyikin dilembutkan hatinya
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sarafTRANSCRIPT

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama :Nn. N
Usia :32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Parangkiwan Pangkalab Bun
Pendidikan :SMP
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Agama : Islam
Suku :Bugis
Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan:Belum Menikah
Tanggal berobat : 17 Agustus 2015
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Alloanamnesa hari Senintanggal 17 Agustus2015 jam 09.30 WITA dengan
Tn. Y (kakak kandung pasien) di IGD RSJ Sambang Lihum dan
autoanamnesa dengan pasienhari Senin tanggal 17 Agustus 2015jam 10.00
WITA di bangsal jiwa RSJ Sambang Lihum.

A. KELUHAN UTAMA
Mengamuk
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pada bulan Maret 2013, os bersama keluarganya di bawa ziarah ke makam
ayahnya.Setelah pulang dari ziarah os tiba-tiba menjadi murung dan sering diam
ketika diajak bicara. Os menjadi susah diajak makan dan sering mengurung diri di
dalam kamar.
Sekitar awal Juni tahun 2013 os menurut keluarga sering mondar mandir
di rumah tanpa alasan yang jelas, dan saat diajak bicara mulai tidak nyambung.Os
juga menjadi kurang dalam kebersihan diri dan aktifitas keseharian os
terganggu.Pada 25 Juli 2013 os tiba- tiba mengamuk, melepas pakaian dan berlari
keluar rumah dan berkeliling kampung dengan bertelanjang bulat. Karena
keluarga merasa malu dan takut jika os kabur lebih jauh, maka diputuskan untuk
mempasung os. Os dipasung denagan cara dirantai di kaki. Selama dipasung os
menjadi sering berteriak, dan saat didekati os malah melawan dan tampak
ketakutan pada setiap orang yang mendekatinya.
Pada pertengahan Juli 2015 os mulai sering mengamuk. Os mengamuk
lebih sering dari sebelum-sebelumnya dan hampir setiap hari. Ketika diajak
berbicara, os cenderung menghindar dan meracau tentang hal-hal aneh, namun
kakak os tidak bisa mengerti apa yang os katakana. Os diobati dengan obat
penenang yang di dapatkan dari puskesmas Obatnya 2 macam namun os dan
keluarga tidak patuh sehingga putus obat. Pada tanggal 14 Agustus 2015, os tiba-
tiba berteriak dan mengamuk sehingga membuat tetangga dan lingkungan tidak

tenang. Os melihat sekelilingnya dengan ketakutan, dan semakin mengamuk
ketika kakak os mendekat untuk menenangkan. Saat ditinggalkan sendirian, os
tampak terdiam dan tenang. Pada tanggal 17 Agustus 2015, os dibawa berobat ke
RSJ sambaing lihum, karena kakak os curiga os akan kembali mengamuk tidak
terkendali.
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pada awal Februari tahun 2009, Ayah os meninggal dunia. Menurut kakak
os setelah kematian ayah os perilaku os mulai berubah. Os menjadi pemurung,
pendiam dan sering mengunci diri di kamar selama beberapa hari. Ketika kakak os
dan keluarga dekat lain mencoba untuk mengajak os berbicara, os cenderung
menghindar dan hanya diam ketika ditanya. Menurut kakak os, os juga jarang
keluar rumah dan menutup diri dari pergaulan dengan teman-temannya. Ketika
diminta untuk membeli sesuatu diwarung, atau diajak mengunjungi rumah
kerabat, os selalu menolak. Os memang dikenal pribadi yang pendiam namun
setelah kematian ayahnya os menjadi sangat pendiam dan lebih sering melamun.
Pada pertengahan November 2009, os mulai berbicara sendiri. Saat berbicara
sendiri, os seolah tidak sadar akan keadaan sekitarnya. Ketika kakak os bertanya
apa yang sedang os bicarakan, os hanya diam. Os juga kadang tertawa-tawa
sendiri, walaupun tidak ada hal lucu, tidak jelas apa yang ditertawakan. Bahkan
terkadang, saat sedang melamun, os bisa menangis tiba-tiba tidak jelas sebabnya.
Saat ditanya sebabnya, os hanya diam dan tidak mau berbicara.

Pada pertengahan Januari 2010, ketika sedang melamun dan diajak
berbicara oleh kakaknya,, os tiba tiba meracau dan berkata bahwa ia melihat
bayangan orang didekat kakinya. Os juga mengatakan bahwa bayangan hitam
tersebut ingin menjahatinya. Ketika ditanya lebih lanjut mengenai bayangan itu,
os hanya meracau tidak jelas, dan tidak bisa mendeskripsikan dengan pasti. Sejak
saat itu, os menjadi mudah marah dan sering ketakutan. Os kadang-kadang juga
berteriak dan maracau tentang bayangan hitam tersebut dan menunjuk nunjuk
kakinya. Ketika keluarga (kakak dan ibu os) berusaha mendekati os unutk
menenangkannya, os malah mengamuk, menganggap orang yang mendekatinya
sebagai orang yang berusaha menjahatinya.
Namun pernah sekali os berkata bahwa ada orang/ bayangan yang ingin
menjahatinya dan bergantung di kakinya.Os tidak mendekskripsikan secara
pasti.Os menjadi mudah marah dan ketakutan kemudian mengamuk jika dia
meliat bayangan tersebut. Os mudah tersinggung. Os mengamuk dengan
menghancurkan dinding rumah bahkan sampai jebol Keluarga pernah membawa
os ke orang pintar di kampung, namun tidak ada perubahan dan akhirnya dirawat
di rumah. Paman os menyarankan untuk me ruqiyah os. Keluarga menganggap os
sedangkerasukan roh halus karena sering melihat bayangan.
Pada awal Februari 2010 os di ruqyah di tempat dekat kampungnya. Os di
ruqyah sebanyak dua kali, menurut keluarga os sudah menjadi lebih tenang, dan
mulai jarang melihat bayangan dan tidak ada mngamuk lagi. Namun terkadang os
masih sering menyendiri. Pada bulan April 2010, os sudah tidak ada melihat
bayangan lagi, dan sudah bisa melakukan pekerjaan rumah seperti biasa. Os sudah

bisa bergaul dengan tetangga sekitar rumahnya. Keluarga sangat senang os sudah
kembali sehat.
D. RIWAYAT PERKAWINAN
Os tidak pernah menikah dan tidak pernah ada rencana pernikahan. Os
tidak pernah menjalin hubungan dengan lawan jenis menurut kakak dan ibu os
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Antenatal dan Prenatal
Os merupakan anak yang diharapkan.Os merupakan anak ke 3
dari 3 bersaudara.Saat hamil dan melahirkan, ibu os mengaku tidak
ada sakit atau keluhan, maupun kelianan. Ibu os tidak pernah
mengalami muntah-muntah berlebihan selama masa kehamilan.Pasien
lahirdengan spontan, berat lahir3kg dan cukup bulan dan ditolong oleh
dukun beranak.
2. Infancy (0 - 1,5 tahun) Basic Trust vs. Mistrust
Pasien diberikan ASI oleh ibunya hingga usia 7 bulan.Saat
menyusui pasien, ibu pasien memperlihatkan pandangan yang senang
dan juga memberikan senyuman kepada pasien.Ibu pasien sering
menyanyikan lagu-lagu yang menenangkan dan membisikkan kata-
kata dengan lembut.Ibu pasien juga sering membelai pasien dengan
lembut.Os dapat tidur nyenyak, mudah bila diberi makan dan tidak ada
kesukaran dalam buang air besar.

3. Early Childhood (1,5 – 3 tahun) Autonomy vs. Shame & Doubt
Pasien sudahmulai bisa bergerak sesuai dengan
keinginannya.Pasien senang berlari-lari dan naik turun tangga.Orang
tua pasien membiarkan os berlari-lari dan naik turun tangga sambil
mengawasi tindakan pasien.Bila pasien mau terjatuh atau tersandung,
orang tua os sigap untuk menangkap.
4. Preschool Age (3 – 6 tahun) Inisiative vs. Guilt
Pasien mulai berinisiatif untuk membantu orang tuanya.Pasien
membantu membereskan makanan, mencuci piring dan menyapu
kamarnya.Walaupun pekerjaan yang dilakukan pasien masih sering
tidak tuntas, ibu os sering memarahi os pasien untuk menyelesaikan
tugasnya tanpa pernah menyalahkan pasien.Pasien juga sangat dekat
dengan ayahnya. Ayah pasien menunjukkan sikap menyayangi pasien
dan sering mengajaknya jalan-jalan.
5. School Age (6 – 12 tahun) Industry vs. Inferiority
Os dibelikan boneka-boneka oleh orang tuanya. Os sering
bermain seakan-akan menggendong anak. Orang tua pasien tidak
pernah marah kepada os namun mainan os memenag tidak sebanyak
anak-anak lain karena kondisi keuangan yang buruk.
6. Adolescence (12 – 20 tahun) Identity vs. Role Diffusion
Os bersekolah di SMP dan tinggal di rumah bersama ayah ibu
dan dua kakanya.Apabila pulang ke rumah pasien sering membantu
pekerjaan ibuya. Ketika usia ini orang tua kurang mengetahui keadaan

pasien karena kesibukan mencari nafkah. Pada usia ini juga ayah os
tiba-tiba jatuh sakit stroke dan tidak beraktifitas dan mencari nafkah
seperti sebelumnya. Os harus berhenti sekolah karena keadaan ini.Os
tidak pernah tinggal kelas.
7. Young Adulthood (20 – 25 tahun) Intimacy vs. Isolation
Os pernah mengikuti kursus computer dan menyelesaikannya
sebelum terjadinya gejala-gejala gangguan jiwa.Pada rentangusia ini os
tidak pernah menikah. Os memang dikenal sebagai pribadi pendiam,
jarang bergaul sehingga keluarga tidak mengetahui adakah os memiliki
pacar atau teman dekat.Os tidak pernah bekerja sebelumnya.
E. RIWAYAT KELUARGA
Genogram :
Keterangan :
= Penderita
= Laki-laki
= Perempuan

/ = meninggal dunia
Pasien adalah anak ke-3 dari 3 orang bersaudara.Tidak terdapat
riwayat gangguan jiwa yang serupa dalam keluarga pasien.
F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG
Saat ini pasien tinggal dengan ibu, kaka perempuan dan lali-
laki.Pasien tinggal dirumah kayu yang terletak di pinggir jalan.Perumahan
sekitar cukup padat.
G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA
Os tidak merasa dirinya sakit.Dia merasa tidak gila hanya orang
rumah saja yang mengira dia gila.
III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien datang ke Poli Jiwa bersama kakak laki-lakinya. Pasien
berperawakan kurus. Kulit pasien berwarna kuning langsat, tampak tidak
terawat.Pasienberpakaian acak-acakan. Pasien mengenakan kaus biru dan
tidak mengenakan celana. Pasien terlihat tidak aktif, pasien sulit diajak
bicara dan menjawab sedikit-sedikit pertanyaan yang diajukan
2. Kesadaran
Jernih
3. Perilaku dan aktivitas motorik

Hiperaktif
4. Pembicaraan
Inkoheren
5. Sikap terhadap pemeriksa
nonkooperatif
6.Kontak Psikis
Kontak (+), tidak wajar, tidak dapat dipertahankan.
B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN, EKSPRESI AFEKTIF,
KESERASIAN DAN EMPATI
1. Afek(mood) : Hiperthym
2. Ekspresi afektif : tidak stabil
3. Keserasian : inappropriate
4. Hidup Emosi
Stabilitas : Labil
Pengendalian : tidak terkendali
Skala diferensiasi : Sempit
Empati : Tidak dapat diraba-rasakan
Sungguh-sungguh : sungguh-sungguh
Dalam/dangkal : Dangkal
Arus : Lambat

C. FUNGSI KOGNITIF
1. Kesadaran : jernih
2. Orientasi : Waktu : baik
Tempat : baik
Orang : baik
Situasi : baik
3. Konsentrasi : terganggu
4. Daya ingat : Jangka panjang : terganggu
Jangka pendek : terganggu
Segera : terganggu
5.Intelegensia dan Pengetahuan Umum: buruk
6. Pikiran abstrak : terganggu
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi A/V: (-/+)
2. Depersonalisasi/ Derealisasi : (-)
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir : a. Produktivitas : terganggu
b. Kontinuitas : tidak Lancar, tidak relevan
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi Pikir : a. Preokupasi : (-)
b. Waham : (+) kejar

F. PENGENDALIAN IMPULS
terganggu
G. DAYA NILAI
a. Daya norma sosial : terganggu
b. Uji daya nilai : terganggu
c. Penilaian realita : terganggu
H. TILIKAN
T1 : Tidak Sadar bahwa dirinya sakit dan merasa tida perlu berobat
I. TARAF DAPAT DIPERCAYA
Tidak dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT
1. STATUS INTERNUS
Keadaan Umum : tampak sakit ringan
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 40 kg
IMT : 17,06 kg/m2
Tanda vital : TD : 100/80 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,4derajat Celcius

Kepala Mata : palpebra tidak edema, konjungtiva anemis (-), sclera
tidak ikterik, refleks cahaya +/+
Telinga : sekret -/-
Hidung : sekret -/- epistaksis (-)
Mulut : mukosa bibir lembab, pucat (-), lidah tidak tremor
Leher : KGB tidak membesar, JVP tidak meningkat
Thoraks I : bentuk simetris
P : fremitus raba simetris
P : Pulmo : sonor
Cor : batas jantung normal
A : Pulmo : vesikuler, Ronki/wheezing -/-
Cor : S1S2 tunggal
Abdomen I : simetris
P : hepar/lien/massa tidak teraba
P : timpani
A : BU (+) normal
Ekstremitas Superior : jejas pasung
Inferior : -/-
2. STATUS NEUROLOGIS
N 1-XII : normal
Gejala rangsang meningeal : tidak ada
Gejala TIK meningkat : tidak ada

Refleks patologis : tidak ada
Refleks fisiologis : normal
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Alloanamnesa
Fase prodromal I :
- Pada awal Februari 2009 os sering diam (mutisme), pemurung, mengunci
diri di kamar, dan menutup diri dari pergaulan setelah kematian
ayahnya.
- Pada pertengahan November 2009 os mulai berbicara sendiri, kadang
tertawa-tawa sendiri (autism), dan saat sedang melamun, os bisa
menangis tiba-tiba.
Fase Aktif I :
- Pada pertengahan Januari 2010, ketika sedang melamun os meracau ia
melihat bayangan orang didekat kakinya yang ingin menjahatinya
(halusinasi visual).
- os menjadi mudah marah dan sering ketakutan.
- Os menganggap orang yang mendekatinya sebagai orang yang
berusaha menjahatinya (waham curiga)
- Os mengamuk dengan menghancurkan dinding rumah

Fase remisi I :
- Pada awal Februari 2010 os sudah menjadi lebih tenang, dan mulai
jarang melihat bayangan dan tidak ada mengamuk lagi
- Pada bulan April 2010, os sudah tidak ada melihat bayangan lagi, dan
sudah bisa melakukan pekerjaan rumah seperti biasa.
- Os sudah bisa bergaul dengan tetangga sekitar rumahnya.
Fase prodromal II:
- Pada bulan Maret 2013, os tiba-tiba menjadi murung dan sering diam
(mutisme) , susah diajak makan bersama dan mengurung diri dalam
kamar
- Sekitar pertengahan tahun 2013 os sering mondar mandir di rumah dan
saat diajak bicara tidak nyambung.
- Os mulai jarang mandi, harus dipaksa dan diingatkan (gangguan
kebersihan diri).
Fase Aktif II:
- Pada 25 Juli 2013 os tiba- tiba mengamuk, melepas pakaian dan berlari
keluar rumah dan berkeliling kampung dengan bertelanjang bulat.
- Saat dipasung, os sering berteriak dan bersikap melawan saat didekati.
Autoanamnesa
♦ Kontak (+), tidak wajar, tidak dapat dipertahankan.

♦ Perilaku dan aktifitas psikomotor:hiperaktif
♦ Pembicaraan : Inkoheren
♦ Afek : hiperthym
♦ Ekspresi afektif :stabil
♦ Empati : tidak dapat diraba-rasakan
♦ Hidup emosi : labil, sempit, sungguh-sungguh, dangkal
♦ Keserasian : inappropriate
♦ Konsentrasi : terganggu
♦ Daya ingat :jangka panjang terganggu, jangka pendek
terganggu, daya ingat segera terganggu
♦ Intelegensi : buruk
♦ Halusinasi A/V : (-/+)
♦ Arus pikir : tidak lancar, tidak relevan
♦ Preokupasi : (-)
♦ Tilikan : T1
♦ Penilaian realita : terganggu
♦ Taraf dapat dipercaya : tidak dapat dipercaya
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
1. Aksis I : Skizofrenia Paranoid (F20.0)
2. Aksis II : Gangguan Kepribadian Skizoid (F.60.1)
3. Aksis III : Tidak ada
4. Aksis IV : Masalah keluarga dan lingkungan sosial

5. Aksis V : GAF scale 30-21
VIII. PROGNOSIS
Diagnosis penyakit : dubia ad malam (skizofrenia paranoid)
Perjalanan penyakit : dubia ad malam (kronis)
Ciri kepribadian : dubia ad malam (skizoid)
Stressor psikososial : dubia ad malam (keluarga dan lingkungan
sosial)
Usia saat menderita : dubia ad malam (28tahun)
Pendidikan : dubia ad malam (SMP)
Perkawinan : -
Ekonomi : dubia ad malam (ekonomi lemah)
Lingkungan sosial : dubia ad malam (tidak pernah
bersosialisasi)
Organobiologi : dubia ad bonam( tidakada penyakit fisik)
Pengobatan psikiatrik : dubia ad malam
Ketaatan berobat : dubia ad malam
Kesimpulan : dubia ad malam
IX. RENCANA TERAPI
Psikofarmaka : Risperidone 2 x 2 mg
Haloperidol 2 x 5 mg

Psikoterapi : Support terhadap penderita dan keluarga (family therapy)
Religius : Bimbingan /ceramah agama, shalat berjamaah, pengajian
Rehabilitasi : sesuai bakat dan minat
X. DISKUSI
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu
bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang
tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
Pada umumnya skizofrenia ditandai oleh penyimpangan yang
fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang
tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted).Kesadaran yang jernih dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran
kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Untuk diagnosis Skizofrenia harus memenuhi seluruh persyaratan
berikut yaitu :
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas) :
a. - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda ; atau

- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal); dan
- “thought broadcasting”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya;
b. - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk
kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus);
- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
c. Halusinasi auditorik:
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien, atau
Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara), atau
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia

biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
mahluk asing dan dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus.
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor;
d. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal));

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
Efek samping obat anti-psikosis dapat berupa:
Sedasi dan inhibisi
Gangguan otonomik (hipotensi, anti kolinergik: mulit kering, sulit
defekasi, miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler
meninggi, ganggu an irama jantung
Gangguan ekstrapiramidal (dystonia akut,akatisia, sindrom
parkinson)
Tardive dyskinesia gerakan berulang involunter pada: lidah wajah
mulut atau rahang, anggota gerak. Saat tidur geja hilang.
Pada pemberian anti psikosis jangka panjang perlu dievaluasi. Darah rutin,
urine lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal
Efek samping obat antipsikosis salah lainnya hepatotoksis maka perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin dam kimia darah terutama untuk
memeriksa fungsi hati (SGOT, SGPT) dapat juga dari pemeriksaan fisik, tanda
ikterik, palpasi hepar. Pada pasien ini tidak didapatkan tanda-tanda hepatotoksik
dari pemeriksaan fisik (4).
Hipotesis terjadinya sindrom psikosis diduga berkaitan dengan aktivitas
neurotransmitter dopamine yang meningkat (hiperaktivitas sistem dopaminergik

sentral). Sehingga, mekanisme kerja obat anti psikosis adalah memblokade
dopamin pada reseptor pasca sinaptik pada neuron di otak, khususnya di sistem
limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonistsi) sehingga
efektif untuk gejala positif.
Sedangkan obat anti psikosis atipikal disamping berafinitas terhadap
“Dopamine D2 Receptors” juga terhadap “Serotonin 5 HT2 Receptors”
(Serotonin-dopamine antagonist), sehingga efektif juga untuk gejala negatif.
Selain itu dilakukan psikoterapi berupa terapi keluarga dan masyarakat
agar bisa menerima keadaan penderita dengan tidak menimbulkan stressor-
stressor baru, melainkan dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk
kesembuhan penderita. Psikoterapi dan rehabilitasi merupakan penatalaksanaan
gangguan jiwa lanjutan yang sudah tenang bertujuan untuk menguatkan daya
tahan mental, mempertahankan kontrol diri dan mengembalikan keseimbangan
adaptatif. Psikoterapi ataupun rehabilitasi pada penderita ini sebaiknya ditunjang
dengan pemeriksaan psikologi terlebih dahulu, sehingga bisa dipilih metode yang
cocok untuk menunjang kesembuhan penderita.
Rehabilitasi sesuai dengan minat dan bakat pada penderita yang diambil
berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis. Dengan terapi ini diharapkan penderita
dapat kembali ke masyarakat.
Peran keluarga dan masyarakat sangat penting dalam membantu
kesembuhan pasien. Karena disini jelas terdapat hubungan yang kurang baik
dengan salah satu keluarga yang jika terjadi kembali dapat menjadi suatu pemicu
kekambuhan penyakit pasien.

DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkasan dari PPDGJ – III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, 2002.
2. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi ketiga. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, 2007.
3. Hawari D. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa: Skizofrenia. Jakarta: FKUI, 2001.
4. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Jakarta University Press, 2004.

Laporan Kasus
SKIZOFRENIA PARANOID
(F 20.0)
Oleh
Ramadhan Wibowo I4A011033
Ilfa Najmi Arifa I4A011047
Yusrina Rahmadini I4A011088
Pembimbing
dr. H. Asyikin Noor, Sp. KJ, MAP

UPF/Lab Ilmu Kedokteran Jiwa
FK Unlam-RSJD Sambang Lihum
Banjar
Agustus 2015