lapsus gynecology mioma uteri

34
LAPORAN KASUS GINEKOLOGI MIOMA UTERI Lanira Zarima N. H1A 008 038 PEMBIMBING : dr. I Made W. Mahayasa, Sp.OG DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN 1

Upload: aisyah-aizh

Post on 31-Jul-2015

178 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Gynecology Mioma Uteri

LAPORAN KASUS GINEKOLOGI

MIOMA UTERI

Lanira Zarima N.

H1A 008 038

PEMBIMBING :

dr. I Made W. Mahayasa, Sp.OG

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

DI SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/RSUP NTB

MATARAM

2012

1

Page 2: Lapsus Gynecology Mioma Uteri

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya.

Laporan kasus yang berjudul “Mioma Uteri” ini disusun dalam rangka mengikuti

Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum

Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis.

1. Dr. A. Rusdhy H. Hamid, Sp.OG, selaku Ketua SMF Obstetri dan Ginekologi RSUP

NTB.

2. Dr. I Made W. Mahayasa, Sp.OG, selaku Koordinator Pendidikan SMF Obstetri dan

Ginekologi RSUP NTB, sekaligus pembimbing.

3. Dr. H. Doddy A. K., Sp.OG (K), selaku supervisor

4. Dr. Edi Prasetyo Wibowo, Sp.OG, selaku supervisor

5. Dr. Agus Thoriq, Sp.OG, selaku supervisor

6. Dr. Gede Made Punarbawa, Sp.OG, selaku supervisor

7. Dr. I Made Putra Juliawan, Sp.OG, selaku supervisor

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuan kepada penulis.

Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini.

Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan

khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari

sebagai dokter. Terima kasih.

Mataram, Juli 2012

Penulis

2

Page 3: Lapsus Gynecology Mioma Uteri

BAB I

PENDAHULUAN

Mioma uteri adalah suatu tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel jaringan otot

polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan

fibromioma, fibroid ataupun leiomioma merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot

uterus dan jaringan ikat di sekitarnya. Mioma bisa menyebabkan gejala yang luas termasuk

perdarahan menstruasi yang banyak, penekanan pada daerah pelvis, dan disfungsi reproduksi.

Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. Sering

ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana prevalensi mioma uteri meningkat

lebih dari 70% dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus, yang membuktikan bahwa

banyak wanita yang menderita mioma uteri asimptomatik.1,2

Kejadian mioma uteri lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati angka

40%. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya

hubungan mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi

sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih

bertumbuh. Di Indonesia, angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39-11,87% dari semua

penderita ginekologi yang dirawat.2

Perihal penyebab pasti terjadinya tumor mioma belum diketahui. Bentuk tumor bisa

tunggal atau multiple (banyak), umumnya tumbuh didalam otot rahim yang dikenal dengan

intramural mioma. Tumor mioma ini akan cepat memberikan keluhan, bila mioma tumbuh ke

dalam mukosa rahim, keluhan yang biasa dikeluhkan berupa perdarahan saat siklus dan di

luar siklus haid. Sedangkan pada tipe tumor yang tumbuh di kulit luar rahim yang dikenal

dengan tipe subserosa tidak memberikan keluhan perdarahan, akan tetapi seseorang baru

mengeluh bila tumor membesar yang dengan perabaan di daerah perut dijumpai benjolan

keras, benjolan tersebut kadang sulit digerakkan bila tumor sudah sangat besar. Selain itu,

mioma juga dapat menimbulkan kompresi pada traktus urinarius sehingga terjadi gangguan

berkemih.2,3

Penatalaksanaan mioma uteri dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan

(medisinalis) maupun secara operatif. Pemberian GnRH analog merupakan terapi medisinalis

yang bertujuan untuk mengurangi gejala perdarahan yang terjadi dan mengurangi ukuran

mioma. Penatalaksanaan operatif terhadap gejala-gejala yang timbul atau adanya pembesaran

massa mioma adalah miomektomi atau histerektomi.1

3

Page 4: Lapsus Gynecology Mioma Uteri

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat

kenyal, batas jelas, mempunyai pseudokapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel.

Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine

fibroid.3 Mioma berwarna lebih pucat, relatif bulat, kenyal, berdinding licin, dan apabila

dibelah bagian dalamnya akan menonjol keluar sehingga mengesankan bahwa permukaan

luarnya adalah kapsul.4

B. Epidemiologi

Mioma uteri terjadi pada 20-25% perempuan di usia reproduktif, tetapi oleh faktor

yang tidak diketahui dengan pasti. Insidensinya 3-9 kali lebih banyak pada ras kulit

berwarna dibandingkan dengan ras kulit putih. Mioma uteri belum pernah dilaporkan

terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang

masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20-30% dari seluruh wanita.

Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi

yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35-45 tahun (kurang

lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang

sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini

dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik

menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau

hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras,

kegemukan dan nulipara.3,4

C. Etiologi

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan

penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal

yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor

mempunyai abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. Ada beberapa faktor yang diduga

kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :

4

Page 5: Lapsus Gynecology Mioma Uteri

1. Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan

sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering

memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.

2. Paritas : lebih sering terjadi pada nulipara atau pada wanita yang relatif

infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma

uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua

keadaan ini saling mempengaruhi.

3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit

hitam, angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor

ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga yang menderita mioma.

4. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan

pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang

setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.3

D. Patofisiologi

Penyebab mioma uteri menurut teori onkogenik dibagi menjadi 2 faktor, yaitu

inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma uteri masih

belum diketahui dengan pasti. Dari penelitian yang menggunakan glucose-6-phosphatase

dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan yang uniseluler.

Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatik dari

miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan growth factor

lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan tumor.1

5

Page 6: Lapsus Gynecology Mioma Uteri

Tidak didapatkan bukti bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma,

namun diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari

reseptor estrogen dengan konsistensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan miometrium

sekitarnya, namun konsentrasinya lebih rendah jika dibandingkan dengan endometrium.

Hormon progesteron meningkatkan aktivitas mitotik dari mioma pada wanita muda,

namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti.

Progesteron memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down-regulation apoptosis

dari tumor. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi

matriks ekstraseluler.1

Namun, tidak ada bukti yang kuat untuk mengatakan bahwa estrogen menjadi

penyebab mioma. Telah diketahui bahwa hormon memang menjadi prekursor

pertumbuhan miomatosa. Mioma tumbuh cepat saat penderita hamil atau terpapar

estrogen dan mengecil atau menghilang setelah menopause.4

E. Klasifikasi Mioma Uteri

Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.2,3,4

Lokasi

1. Cervical (2,6%) umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi

2. Isthmica (7,2%) lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius

3. Corporal (91%) merupakan lokasi paling lazim dan seringkali tanpa gejala

Lapisan Uterus

Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa (48%),

submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).

1. Mioma Submukosa

Mioma submukosa berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam

rongga uterus. Jenis ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering

memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar

mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa,

walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma

submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui

saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapat menyebabkan dismenorrhea.

Dari sudut klinik, mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting

dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural

6

Page 7: Lapsus Gynecology Mioma Uteri

walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak

berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan

keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga

sebagai terapinya dilakukan histerektomi.

Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa

pedunculated. Mioma submukosa pedunculated adalah jenis mioma submukosa

yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina,

dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah

mengalami infeksi, ulserasi, nekrosis, dan infark. Pada beberapa kasus, penderita

akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.

2. Mioma Intramural

Mioma intramural terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium.

Karena pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk

simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak

mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan

konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam

pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga

dapat menimbulkan keluhan miksi.

Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih

kecil dan tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus

berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering

tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya

massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadangkala tumor tumbuh sebagai

mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot

rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim

dominan).

Secara makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan halus.

Pada potongan, tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip potongan

daging ikan. Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat,

sehingga tumor mudah dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi kistik

maka konsistensi menjadi lunak. Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi

keras. Secara histologik tumor ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang

membentuk pusaran, meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus

7

Page 8: Lapsus Gynecology Mioma Uteri

fibrosis, kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel

otot polos cenderung mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada

mioma uteri dapat terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat

degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.

Perubahan ini terjadi secara sekunder dari atrofi postmenopausal, infeksi, perubahan

dalam sirkulasi atau transformasi maligna.

3. Mioma Subserosa

Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada

permukaan uterus yang diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di

antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.

Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja,

dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.

Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut

sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga

peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum, atau

mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari

tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga

mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga

peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.

4. Mioma Intraligamenter

Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke

ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga

disebut wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma

saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran

servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.

Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot

polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like pattern) dengan

pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena

pertumbuhan.

8

Page 9: Lapsus Gynecology Mioma Uteri

Gambar 1. Jenis-Jenis Mioma Uteri

F. Gejala Klinis

Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan

ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala klinis hanya ditemukan pada 35-

50% penderita mioma. Walaupun seringkali asimtomatik, gejala yang mungkin

ditimbulkan sangat bervariasi, seperti metroragia, nyeri, menoragia, hingga infertilitas.4

Berbagai keluhan penderita dapat berupa :

1. Perdarahan Abnormal Uterus 1,3,4

Perdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan hal ini terjadi

pada 30% penderita. Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya berupa

hipermenorrhea, menorrhagia dan dapat juga terjadi metrorrhagia. Bila perdarahan

terjadi secara kronis, maka dapat terjadi anemia defisiensi besi.

Perdarahan pada mioma submukosa seringkali diakibatkan oleh hambatan

pasokan darah endometrium, tekanan, dan bendungan pembuluh darah di area tumor

(terutama vena), atau ulserasi endometrium di atas tumor. Tumor bertangkai

seringkali menyebabkan trombosis vena dan nekrosis endometrium akibat tarikan

dari infeksi. Dismenorrhea dapat disebabkan oleh efek penekanan, kompresi,

termasuk hipoksia lokal miometrium.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain :

♣ Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adeno

karsinoma endometrium.

♣ Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.

♣ Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.

9

Page 10: Lapsus Gynecology Mioma Uteri

♣ Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma

diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah

yang melaluinya dengan baik.

2. Rasa Nyeri 3,4

Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus, kecuali apabila kemudian

terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan proses degenerasi

akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma, atau kontraksi uterus

sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma subserosa dari kavum uteri. Gejala akut

abdomen dapat terjadi bila torsi berlanjut dengan terjadinya infark atau degenerasi

merah yang mengiritasi selaput peritoneum, seperti pada peritonitis. Mioma yang

besar dapat menekan rektum sehingga menimbulkan sensasi untuk mengedan. Nyeri

pinggang dapat terjadi pada penderita mioma akibat penekanan pada persyarafan

yang berjalan di atas permukaan tulang pelvis.

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan

sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.

Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pertumbuhannya yang

menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenorrhea.

3. Gejala dan Tanda Penekanan 1,3,4

Mioma intramural sering dikaitkan dengan penekanan terhadap organ sekitar.

Parasitik mioma dapat menyebabkan obstruksi saluran cerna dan perlekatannya

dengan omentum dapat menyebabkan strangulasi usus. Bila ukuran tumor lebih

besar lagi, akan terjadi penekanan ureter, kandung kemih, dan rektum.

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada

kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio

urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum

10

Page 11: Lapsus Gynecology Mioma Uteri

dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh

limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

4. Disfungsi Reproduksi 1,3

Abortus spontan dapat terjadi akibat efek penekanan langsung mioma terhadap

kavum uteri. Hubungan antara mioma uteri dengan infertilitas masih belum jelas.

Dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas.

Mioma yang terletak di daerah kornu dapat menyebabkan sumbatan dan gangguan

transportasi gamet dan embrio akibat terjadinya oklusi tuba bilateral. Mioma uteri

juga dapat menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus yang sebenarnya

diperlukan untuk motilitas sperma di dalam uterus.

Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars

intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya

abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena

adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan implantasi

embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma akibat perubahan histologi

endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi massa tumor.

G. Diagnosis

1. Anamnesis

Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,

faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.3

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga

dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur,

gerakan bebas, dan tidak nyeri. Mioma uteri dapat ditemukan melalui pemeriksaan

bimanual rutin uterus. Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan

kontur uterus.2,3

11

Page 12: Lapsus Gynecology Mioma Uteri

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL)

terutama untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan laboratorium lainnya disesuaikan

dengan keluhan pasien. Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini

disebabkan perdarahan uterus yang berlebihan dan habisnya cadangan zat besi.

Kadang-kadang mioma menghasilkan eritropoeitin yang pada beberapa kasus

menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit

ginjal diduga akibat penekanan mioma terhadap ureter yang menyebabkan

peningkatan tekanan balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan

eritropoetin ginjal.2

4. Pemeriksaan Imaging

a. Ultrasonografi

USG transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya

mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang

kecil. Uterus atau massa yang paling besar baik diobservasi melalui

ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran

ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun

pembesaran uterus. Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik

dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang

hipoekoik.

b. Histeroskopi

Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika

tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat. Dapat

digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh ke arah kavum uteri

pada pasien infertil.

c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi

jarang diperlukan dan biaya pemeriksaan lebih mahal. Pada MRI, mioma

tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari

miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat

dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi

alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.2

12

Page 13: Lapsus Gynecology Mioma Uteri

H. Penatalaksanaan

Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan mioma uteri

tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga

biasanya mioma yang ditangani, yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta

mioma yang diduga menyebabkan infertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri

terbagi atas penanganan konservatif dan operatif.3

Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause

tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut :

♣ Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.

♣ Bila anemia (Hb < 8 g/dl), maka lakukan transfusi.3

1. Terapi Medisinalis (Hormonal)

Saat ini pemakaian Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH) agonist

memberikan hasil untuk memperbaiki gejala-gejala klinis yang ditimbulkan oleh

mioma uteri. Pemberian GnRH agonist bertujuan untuk mengurangi ukuran mioma

dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium. Dari penelitian

didapatkan data bahwa pemberian GnRH agonist selama 6 bulan pada pasien

dengan mioma uteri, didapatkan adanya pengurangan volume mioma sebesar 44%.

Efek maksimal pemberian GnRH agonist baru terlihat setelah 3 bulan. Pada 3 bulan

berikutnya, tidak terjadi pengurangan volume mioma secara bermakna.1

Pemberian GnRH agonist sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan

mengurangi vaskularisasi pada tumor sehingga akan memudahkan tindakan

pembedahan. Terapi hormonal lainnya seperti kontrasepsi oral dan preparat

progesteron akan mengurangi gejala perdarahan uterus yang abnormal, namun tidak

dapat mengurangi ukuran mioma.1

2. Terapi Pembedahan

Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang

menimbulkan gejala. Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi.

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan

American Society for Reproductive Medicine (ASRM) indikasi pembedahan pada

pasien dengan mioma uteri adalah :

a) Perdarahan uterus yang tidak berespon terhadap terapi konservatif

b) Dugaan adanya keganasan

13

Page 14: Lapsus Gynecology Mioma Uteri

c) Pertumbuhan mioma pada masa menopause

d) Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi tuba

e) Nyeri dan penekanan yang sangat mengganggu

f) Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius

g) Anemia akibat perdarahan 1

Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan

uterus. Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan

fungsi reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Dewasa ini ada

beberapa tindakan untuk melakukan miomektomi berdasarkan ukuran dan lokasi

dari mioma. Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi,

histereskopi, maupun dengan laparoskopi.1

Tindakan miomektomi dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum

pada myoma geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang

mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila

miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan

akan terjadi kehamilan adalah 30-50%.1,3

Histerektomi

Histerektomi adalah tindakan pembedahan untuk pengangkatan uterus.

Histerektomi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu dengan pendekatan

perabdominal (laparotomi), pervaginam, dan pada beberapa kasus secara

laparoskopi. Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh

kasus. Tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma uteri merupakan indikasi

bila didapatkan keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus

urinarius, dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu.1,3

Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu total

abdominal histerektomi (TAH) dan subtotal abdominal histerektomi (STAH).

Masing-masing prosedur histerektomi ini memiliki kelebihan dan kekurangan.

STAH dilakukan untuk menghindari risiko operasi yang lebih besar, seperti

perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih dan rektum.

Namun dengan melakukan STAH akan menyisakan serviks, dimana kemungkinan

timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. Dengan menyisakan serviks, menurut

penelitian didapatkan data bahwa terjadinya dyspareunia akan lebih rendah

14

Page 15: Lapsus Gynecology Mioma Uteri

dibandingkan dengan yang menjalani TAH sehingga akan tetap mempertahankan

fungsi seksual. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada vagina dapat

menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan perdarahan pasca operasi dimana

keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH.1

Tindakan histerektomi juga dapat dilakukan melalui pendekatan vagina,

dimana tindakan operasi tidak melalui insisi pada abdomen. Histerektomi

pervaginam jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan

tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Secara umum, histerektomi vaginal hampir

seluruhnya merupakan prosedur operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang

dibuka sangat minimal sehingga trauma yang mungkin timbul pada usus dapat

diminimalisasi. Selain itu, kemungkinan terjadinya perlengketan paska operasi juga

lebih minimal. Masa penyembuhan pada pasien yang menjalani histerektomi

vaginal lebih cepat dibandingkan dengan yang menjalani histerektomi abdominal.1,3

Prosedur histerektomi dengan laparoskopi dapat berupa miolisis. Miolisis per

laparoskopi efektif untuk mengurangi ukuran mioma dan menimbulkan

devaskularisasi mioma sehingga mengurangi gejala yang terjadi.1

.

Gambar 2. Bagan Penatalaksanaan Mioma Uteri

Besar < 14 mgg Besar > 14 mgg

Tanpa keluhan Dengan keluhan

Konservatif Operatif

Mioma

15

Page 16: Lapsus Gynecology Mioma Uteri

I. Komplikasi

Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat

degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.

Perubahan sekunder tersebut, antara lain :

♣ Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah persalinan, mioma uteri menjadi kecil.

♣ Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut. Tumor

kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Terjadi pada mioma yang telah matang

atau “tua” dimana bagian yang semula aktif tumbuh kemudian terhenti akibat

kehilangan pasokan nutrisi dan berubah warnanya menjadi kekuningan, melunak atau

melebur menjadi cairan gelatin sebagai tanda terjadinya degenerasi hialin.

♣ Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari

mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi

agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga

menyerupai limfangioma. Adanya kompresi atau tekanan fisik pada bagian tersebut

dapat menyebabkan keluarnya cairan kista ke kavum uteri, kavum peritoneum, atau

retroperitoneum.

♣ Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada wanita

berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya

pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan

memberikan bayangan pada foto rontgen. Umumnya mengenai mioma subserosa yang

sangat rentan terhadap defisit sirkulasi yang dapat menyebabkan pengendapan

kalsium karbonat dan fosfat di dalam tumor.

♣ Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada kehamilan

dan nifas. Patogenesis diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan

vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah

berwarna merah yang disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin.

Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis,

haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada

perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau

mioma bertangkai.

♣ Degenerasi lemak (miksomatosa) : jarang terjadi dan umumnya asimtomatik,

merupakan kelanjutan degenerasi hialin dan kistik.

16

Page 17: Lapsus Gynecology Mioma Uteri

♣ Septik : defisit sirkulasi dapat menyebabkan mioma mengalami nekrosis di bagian

tengah tumor yang berlanjut dengan infeksi yang ditandai dengan nyeri, kaku dinding

perut, dan demam akut.4

Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri :

a) Degenerasi Ganas

Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh

mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya

baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan

akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi

pembesaran sarang mioma dalam menopause.

b) Torsi (Putaran Tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut

sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut.

Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.

c) Nekrosis dan Infeksi

Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena

gangguan sirkulasi darah padanya.3

17

Page 18: Lapsus Gynecology Mioma Uteri

BAB III

LAPORAN KASUS GINEKOLOGI

I. IDENTITAS

Nama : Nn. H

Usia : 36 tahun

Pekerjaan : IRT

Agama : Islam

Suku : Sasak

Alamat : Sumbawa

RM : 046540

MRS : 13 Juli 2012

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama : adanya benjolan pada perut bagian bawah

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien pindahan dari Rawat Inap Bedah dengan keluhan adanya benjolan pada perut

bagian bawah tanpa disertai rasa nyeri. Pasien merasakan perut bagian bawahnya mulai

membesar sejak 4 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh perdarahan menstruasi lebih

banyak dari biasanya sejak 2 bulan terakhir.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien mengaku tidak pernah memiliki riwayat keluhan yang serupa. Pasien juga

menyangkal adanya riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan

asma.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan seperti pasien.

Riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan asma disangkal.

Riwayat Alergi :

Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan.

18

Page 19: Lapsus Gynecology Mioma Uteri

III. STATUS GENERALIS

Keadaan umum : baik

Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital

- Tekanan darah : 110/80 mmHg

- Frekuensi nadi : 88 x/menit

- Frekuensi napas : 20 x/menit

- Suhu : 36,8oC

Pemeriksaan Fisik Umum

- Mata : anemis (-/-), ikterus (-/-)

- Jantung : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)

- Paru : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

- Ekstremitas : edema - - akral teraba hangat + +

- - + +

IV. STATUS GINEKOLOGI

Abdomen :

Inspeksi → abdomen tampak mengalami pembesaran, tidak ada tanda-tanda

peradangan, bekas operasi (-).

Palpasi → teraba massa ukuran + 14x12x5 cm, berbatas tegas, padat kenyal,

terfiksir, permukaan rata, nyeri tekan (-).

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Ultrasonografi (USG) Abdomen :

Uterus AF membesar ukuran 11,1 x 8,5 cm

Tampak massa padat menempel dengan uterus berlobus ukuran 12,2 x 8,1 cm

Diagnosis : Mioma Uterus (Intramural + Subserous)

DD : Mioma Intramural + Tumor Padat Ovarium

Pemeriksaan Darah Lengkap :

Hb : 10,4 g/dL

RBC : 5,40 M/µl

WBC : 5,99 K/µl

19

Page 20: Lapsus Gynecology Mioma Uteri

PLT : 307 K/µl

HCT : 36,0 %

HbSAg : (-)

GDS : 89 mg%

SGOT : 64 U/L

SGPT : 35 U/L

VI. DIAGNOSIS PRE OPERASI

Mioma Uteri (Intramural + Subserous)

VII. RENCANA TINDAKAN

Observasi keadaan umum pasien dan vital sign

Konsultasi ke SPV, advice : persiapkan laparatomi

KIE pasien dan keluarganya

VIII. LAPARATOMI

Tindakan Operasi : Histerektomi Totalis dan SOS

Penemuan Intra Operasi :

Uterus ukuran 25 x 20 x 20 cm berbenjol-benjol

Terdapat perlekatan

Ovarium kiri membesar

Perdarahan ± 300 cc

Instruksi Post Operasi :

Pemeriksaan laboratorium post-operatif

Bila Hb < 8 g/dl, transfusi darah (PRC) hingga Hb 9-10 g/dl

Injeksi Ampisilin 1 gram per 6 jam

Observasi tanda vital dan keluhan pasien

IX. 2 JAM POST OPERATIF

KU : baik

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 76 x/menit

Kes : CM

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,5oC

20

Page 21: Lapsus Gynecology Mioma Uteri

Pemeriksaan Laboratorium

Hb : 10,2 g/dL

RBC : 4,84 M/µl

WBC : 13,32 K/µl

PLT : 432 K/µl

HCT : 33,3 %

X. 1 HARI POST OPERATIF

KU : baik

Kes : compos mentis

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,4oC

21

Page 22: Lapsus Gynecology Mioma Uteri

BAB IV

PEMBAHASAN

Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat kenyal,

batas jelas, mempunyai pseudokapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel. Pada laporan

kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita 36 tahun dengan diagnosis mioma uteri.

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit

multifaktorial. Faktor predisposisi pada pasien tersebut diantaranya adalah usia, dimana

tumor ini paling sering memberikan gejala klinis pada usia 35-45 tahun. Diperkirakan ada

korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul

pada wanita usia reproduktif.

Diagnosis mioma uteri ditegakkan berdasarkan gejala yang timbul, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang yang ada. Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat

sarang mioma ini berada (intramural, submukosa, subserosa), besarnya tumor, serta

perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala-gejala pada pasien tersebut, antara lain

gangguan haid berupa menorrhagia (perdarahan haid yang lebih banyak dari normal). Gejala

yang lain berupa rasa penuh dan berat pada perut bagian bawah.

Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan status vital yang baik, yang berarti

hemodinamik pasien masih stabil. Pada palpasi abdomen, teraba massa mioma berukuran 14

x 12 x 5 cm yang berkonsistensi kenyal. Konsistensi dari mioma bervariasi dari keras seperti

batu hingga lembek, walaupun sebagian besar memiliki konsistensi kenyal seperti karet.

Pemeriksaan penunjang dengan USG pada pasien ini didapatkan gambaran uterus

yang membesar dengan ukuran 11,1 x 8,5 cm dengan kesan uterus myomatosus (intramural

dan subserous).

Jadi dapat ditarik kesimpulan diagnosis pasien tersebut adalah mioma uteri melalui

hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan.

Penatalaksanaan pasien ini dilakukan konsul anastesi dan penyakit dalam untuk mengevaluasi

keadaan pasien pre-operatif. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah

akan timbulnya karsinoma servix uteri.

22

Page 23: Lapsus Gynecology Mioma Uteri

DAFTAR PUSTAKA

1. Hadibroto BR, 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 38 No. 3

September 2005. Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, RSUD H. Adam Malik Medan. Available from :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15576/1/mkn-sep2005-%20(9).pdf

(Accessed on July 20, 2012).

2. Anonim, 2006. Biomolekuler Mioma Uteri. Available from :

http://digilib.unsri.ac.id/download/Biomolekuler%20Mioma%20Uteri.pdf (Accessed

on July 20, 2012).

3. Jevuska O, 2007. Mioma Geburt. Available from : http://oncejevuska.blogspot.com.

(Accessed : July 21, 2012).

4. Adriaansz G, 2011. Tumor Jinak Organ Genitalia. Dalam Anwar M, Baziad A,

Prabowo RP. Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Cetakan Pertama. Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirodihardjo : Jakarta.

23