lapsus bedah umum frktur

23
BAB I LAPORAN KASUS A.IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. “F” Umur : 16 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Tuban Agama : Islam Pekerjaan : Siswa Suku Bangsa : Jawa MRS : 14 Juli 2012 B.ANAMNESA Perawatan hari pertama (14 Juli 2012) Keluhan utama : nyeri paha kiri Riwayat penyakit sekarang : nyeri pada paha kiri karena kll mengendarai sepeda motor menabrak batu. Saat kejadian dan saat MRS pasien sadar. Paha kiri tidak dapat digerakkan dan nyeri sekali, pusing (-), mual (+), muntah (+) 1x. Riwayat penyakit dahulu : - Riwayat penyakit keluarga : - 1

Upload: anik-cindi-yuliastini

Post on 25-Jul-2015

124 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB I

LAPORAN KASUS

A.IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. “F”

Umur : 16 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Tuban

Agama : Islam

Pekerjaan : Siswa

Suku Bangsa : Jawa

MRS : 14 Juli 2012

B.ANAMNESA

Perawatan hari pertama (14 Juli 2012)

Keluhan utama : nyeri paha kiri

Riwayat penyakit sekarang : nyeri pada paha kiri karena kll mengendarai sepeda motor

menabrak batu. Saat kejadian dan saat MRS pasien sadar. Paha kiri tidak dapat digerakkan

dan nyeri sekali, pusing (-), mual (+), muntah (+) 1x.

Riwayat penyakit dahulu : -

Riwayat penyakit keluarga : -

1

C.PEMERIKSAAN FISIK

Status generalisasi

• Kesadaran : composmentis

• Tensi : 120 / 60 mmHg

• Nadi : 96 x/menit

• RR : 20 x/menit

• Suhu : 36,8°C

• BB : 56.000 gr

Kepala / leher

• a / i / c / d : -/-/-/-

• pupil isokor : +/+

• reflek cahaya : +/+

Thoraks

• inspeksi : simetris, jejas -

• palpasi :gerakan nafas simetris, nyeri tekan (-)

• perkusi : sonor

• auskultasi : Rh -/- Wh -/-

• Jantung : S1S2 tunggal

2

Abdomen

inspeksi : flat

auskultasi : bising usus (+)

palpasi : supel, nyeri tekan (-)

perkusi : timpani

Ekstremitas

akral hangat : + +

+ +

edema : - -

- +

Status Lokalis

3

1. Perdarahan di bawah kulit pada bibir atas uk.4x2 cm

2. Terdapat tanda-tanda patah tulang tertutup pada paha kaki kiri

Inspeksi : luka ( - )

oedem (+)

deformitas ( + )

palpasi :nyeri tekan (+)

movement :nyeri gerak (+)

3. Terdapat luka babras pada jempol kaki kiri uk.2x2 cm

4. terdapat luka babras pada siku kiri uk.10x5 cm

4

5. Terdapat luka babras di pipi kiri uk.8x0,3 cm pada pipi kiri

6. Terdapat luka babras di pipi kanan uk.4x6 cm

7. Terdapat luka terbuka tepi tidak rata pada bibir atas bagian luar uk.1x1x0,5 cm

8. Terdapat luka terbuka tepi tidak rata pada pipi kiri uk. 1x0,5x0,5 cm

9. Terdapat luka terbuka tepi tidak rata pada dasar gusi bawah uk.10x3x2 cm

D.PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium :

hematologi rutin :Hemoglobin : 14,7 g/dl

LED : 10/30 mm/jam

PCV : 43,1 %

Eritrosit : 4.890.000 jt/cmm

Hitung jenis sel : -/-/-/45/49/6

Leukosit : 8.200/cmm

Trombosit : 217.000 /cmm

Imunologi :HbsAg : negatif

5

LFT :SGOT :25U/L

SGPT :21U/L

RFT :Bun :10,3mg/dl

kreatinin serum :1,08mg/dl

Glukosa darah sewaktu :146 mg/dl

RADIOLOGI

Pelvis

Femur Sinistra

6

E.DIAGNOSIS

- Cedera kepala ringan

- Vullnus appertum dan vullnus abratio

- Closed fracture femur sinistra 1/3 distal

F. TERAPI

1. Infus RL extra 2 flash, setelah itu RL 20 tpm

2. Injeksi cefotaxim 3x1 gram

3. Injeksi ketorolac 3x30 mg

4. Debridement, hecting, rawat luka

5. Dilakukan pemasangan ORIF (plate dan screw)

Perawatan hari ke-4 (post op. ORIF Femur)

Keluhan utama : nyeri pada bekas operasi

pusing (-), mual (-), muntah (-).

Pemeriksaan fisik :

Status generalisasi

• Kesadaran : composmentis

• Tensi : 120 / 70 mmHg

• Nadi : 88 x/menit

• RR : 20 x/menit

• Suhu : 37°C

• BB : 56.000 gr

7

Kepala / leher

• a / i / c / d : -/-/-/-

• pupil isokor : +/+

• reflek cahaya : +/+

Thoraks

• inspeksi : simetris, jejas -

• palpasi :gerakan nafas simetris, nyeri tekan (-)

• perkusi : sonor

• auskultasi : Rh -/- Wh -/-

• Jantung : S1S2 tunggal

Abdomen

• inspeksi : flat

• auskultasi : bising usus (+)

• palpasi : supel, nyeri tekan (-)

• perkusi : timpani

Ekstremitas

• akral hangat : + +

+ +

• edema : - -

- +

8

LAPORAN OPERASI:

1. dilakukan inform consent dan antibiotic

2. dilakukan regional anestesi, posisi pasien terlentang

3. desinfeksi lapangan operasi dengan betadin dan alcohol

4. lapangan operasi dipersempit dengan doek steril

5. dilakukan insisi lapis demi lapis pada region femoralis sinistra 1/3 distal

6. ditemukan closed fraktur femur sinistra 1/3 distal

7. dilakukan pemasangan ORIF (plate dan screw)

8. rawat perdarahan, pasang drain infuse

9. jahit luka lapis demi lapis

10. operasi selesai

post op:

1. infuse RL 20tpm

2. injeksi cefotaxim 2x1 gram

3. injeksi ketorolac 3x30 mg

radiologi post ORIF

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Definisi

Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang

disebabkan oleh kekerasan.

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang

rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.

Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat

trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak

dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang

cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok

B.     Etiologi

Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

a. Cedera traumatik

Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :

1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata secara

spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit

diatasnya.

2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya

jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.

3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.

b. Fraktur Patologik

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat

mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :

1) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan

progresif.

2) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul

10

sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.

3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang

mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi

kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan

kalsium atau fosfat yang rendah.

c. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit

polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

C. Klasifikasi fraktur

1. Berdasarkan garis patah:

Komplit :bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua

kortex tulang.

Inkomplit :bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang.

2. Berdasarkan hubungan dengan dunia luar :

a. Fraktur tertutup (closed fracture) :bila tidak terdapat hubungan antara

fragmen tulang dengan dunia luar.

b. Fraktur terbuka (open fracture) :bila terdapat hubungan antara freag,en

tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.

Oleh Anderson dan Gustilo, fraktur terbuka dibagi menjadi :

Grade I : luka bersih dan diameter < 1 cm

Grade II : luka bersih, diameter > 1cm

Grade III : luka kotor disertai kerusakan jaringan yang luas

luka lebih dari 8 jam

luka tembak

luka dengan tulang tampak dari luar (bone exposed)

IIIA : bila jaringan masih dapat menutup struktur yang penting

(AVN, tendon, tulang)

11

IIIB : bila jaringan tak dapat menutup stuktur penting

(uncovered)

IIIC : bila disertai putusnya arteri atau traumatic amputasi

3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma :

a. melintang : trauma angulasi atau langsung

b. oblik : trauma angulasi

c. spiral : trauma rotasi

d. kompresi : trauma aksial – fleksi pada tulang spongiosa

e. avulsi : trauma tarikan/traksi otot pada insersinya di tulang misal : fraktur patella.

4. Berdasarkan jumlah garis patah :

a. kominutif : >1 dan saling berhubungan

b. segmental : >1 dan tidak berhubungan

c. multiple : >1 dan pada tulang yang berlainan tempatnya

5. Berdasarkan dislokasi fragmen:

a. displaced ( bergeser ) : pergeseran fragmen – fragmen fraktur

b. undisplaced ( tidak bergeser ) : garis patah komplit tapi kedua fragmen tidak

bergeser, periosteumnya masih utuh.

D. PREVALENSI

Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki daripada perempuan dengan umur

dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan.

Sedangkan pada Usila prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita berhubungan

dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormone

E. PATOFISIOLOGI

Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu :

1. Fase hematum

• Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan, edema, hematume disekitar fraktur

• Setelah 24 jam suplai darah di sekitar fraktur meningkat

2. Fase granulasi jaringan

12

• Terjadi 1 – 5 hari setelah injury

• Pada tahap phagositosis aktif produk neorosis

• Itematome berubah menjadi granulasi jaringan yang berisi pembuluh darah baru

fogoblast dan osteoblast.

3. Fase formasi callus

• Terjadi 6 – 10 harisetelah injuri

• Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus

4. Fase ossificasi

• Mulai pada 2 – 3 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh

• Callus permanent akhirnya terbentuk tulang kaku dengan endapan garam kalsium yang

menyatukan tulang yang patah

5. Fase consolidasi dan remadelling

• Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat berbentuk callus terbentuk dengan oksifitas

osteoblast dan osteuctas

G. Diagnosis

a. Anamnesa (What,When,Where,How,Why): didapatkan

riwayat terjadi ruda paksa yang adekuat/tak adekuat perlu

dijabarkan lebih lanjut dimana letaknya, kapan terjadinya

bagaimana terjadinya, mengapa dapat terjadi

b. Pemeriksaan klinis :

keadaan umum : kesadaran, pupil, vital sign (tensi, nadi,

respirasi, suhu)

status lokal : tergantung daerah yang terkena ruda paksa

-inspeksi :

a. luka pada kulit (bentuk, ukuran, sifat)

b. sendi yang terdekat : posisi, pembengkakan (deformitas)

13

-palpasi :

a. krepitasi b. false movement

c. nyeri tekan d. massa +/-

e. pulsasi arteri f. sensorik

- movement : gerakan sendi aktif

gerakan sendi pasif

kekuatan otot

- measurement : - panjang ektremitas (kiri dan kanan)

- gerakan sendi (sudutnya)

- ukuran luka

- lingkaran ekstremitas (kiri dan kanan)

c. Pemeriksaan penunjang

1. Radiologi : - plain foto

- CT scan/tomogram

- MRI

Syarat pemeriksaan :

- terlihat 2 sendi

- minimal 2 arah

- bila perlu dilakukan : 2 kali dan atau 2 sisi

2. Laboratorium

- darah lengkap

- Golongan darah

14

H. PENATALAKSANAAN

Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan

pemeriksaan terhadap jalan nafas (airway), proses pernafasan (breathing), dan sirkulasi

(circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi,

baru lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu terjadinya

kecelakaan penting ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat

golden periode 1-6 jam. Bila lebih dari 6jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan

anamnesis dan pemeriksaan fisik secara cepat, singkat dan lemgkap. Kemudian lakukan

foto radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah

terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak selain memudahkan proses

pembuatan foto.

Prinsip dasar : a. Reposisi

b. Imobilisasi

c. Rehabilitasi

a. Reposisi

- menarik pada axis tulang dan melawan mekanisme ruda

paksa (MOI)

- dapat dilakukan secara tertutup (closed reduction) atau

terbuka (open reduction/operasi)

- tujuannya : mengembalikan pada posisi seanatomis

mungkin (realignment, koreksi angulasi dan rotasi,

koreksi level permukaan sendi)

b. Imobilisasi

- prinsipnya mempertahankan hasil reposisi sampai terjadi penyembuhan tulang (bone

union)

- melalui 2 sendi ( 1 sendi diatas dan 1 sendi dibawah

15

fraktur)

- dibagi menjadi :

1. External support :

- splinting/spalk

- braching

- casting/circular cast

- mitella/collar and cuff

2. Internal fixasi :

- intramedula à nailing

- extramedulla à plating

3. External fixasi à diluar kulit dengan memakai alat khusus

4. Traksi

- skeletal traksi : bila beban >5 kg dan > 4minggu

- skin traksi : bila beban < 5 kg dan < 4 minggu

c. Rehabilitasi

- prinsipnya dilakukan sedini mungkin

setelah nyeri hilang atau keadaan umum

memungkinkan

- tujuannya : mencegah terjadinya komplikasi

dengan melakukan mobilisasi dini (joint motion

dan body moving)

16

FRAKTUR FEMUR

Dibagi menjadi:

1. Fraktur batang femur

2. Fraktur kolum femur

Fraktur batang femur mempunyai insien yang cukup tinggi diantara jeis-jenis patah tulang.

Fraktur di dareah kaput, kolum, trokanter, subtrokanter, suprakondilus biasanya memerlukan

tindakan operatif.

Manifestasi klinis

Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan tanda

functiolaesa, nyeri tekan, dan nyeri gerak. Tampak adanya deformitas angulasi ke lateral atau

angulasi anterior, endo/eksorotasi. Ditemukan adanya perpendekan tungkai bawah. Pada

fraktur tengahfemur,saat pemeriksaan harus diperhatikan adanya dislokasi sendi panggul dan

lrobeknya ligamentumdi daerah lutut. Selain itu diperiksa juga keadaan nervus isciadikus dan

arteri dorsalis pedis.

Penatalaksanaan

Pada fraktur femur tertutup, untuk sementara dilakukan traksi kulit dengan metode

ekstensi buck, atau didahului dengan pemakaian Thomas splint, tungkai ditraksi dalam

keadaan ekstensi. Tujuan traksi kulit tersebut untuk mengurangi rasa sakit dan

mencegahkerusakan jaringan lunak lebih lanjut di sekitar daerah yang patah.

Setelah dilakukan traksi kulit dapat dipilih pengobatan non-operatif atau operatif.

Fraktur batang femur dengan anak-anak umumnya dengan terapi non-operatif, karena akan

menyambung baik. Perpendekan <2 cm masih dapat diterima karena di kemudian hari akan

sama panjangnya dengan tungkaiyang normal. Hal ini dimungkinkan karena daya proses

remodeling pada anak-anak.

a. Pengobatan non-operatif

Dilakukan traksi skeletal, yang sering metode Perkin dan metode balance skeletal traction,

pada anak di bawah 3tahun digunakan traksi kulit Bryant, sedangkan pada anak usia 3-13

tahundengan traksi Russell.

17

b. Operatif

Indikasi operasi antara lain:

Penanggulangan non-operatif gagal

Fraktur multiple

Robeknya arteri femoralis

Fraktur patologik

Fraktur pada orang tua

Pada fraktur femur 1/3 tengah sangat baik untuk dipasang intramedullary nail. Terdapat

bermacam-macam intramedullary nail untuk femur, diantaranya Kuntscher nail, AO nail, dan

interlocking nail.

Operasi dapat dilakukan dengan cara terbuka atau cara tertutup. Cara terbuka yaitu

dengan menyayat kulit-fascia sampai ke tulang yang patah. Pen dimasukkan melalui ujung

trokanter mayor dengan bantuan image intensifier. Tulang dapat direposisi dan pen dapat

masuk ke dalam fragmen bagian distal melalui guide tube. Keuntungan cara ini tidak

menimbulkan bekas sayatan lebar dan perdarahan terbatas.

Komplikasi

Komplikasi dini dari fraktur femur adalah terjadi syok, dan emboli lemak. Sedangkan

komplikasi lambat yang dapat terjadi adalah delayed union, non-union, malunion, kekakuan

sendi lutut, infeksi, dan gangguan saraf perifer akibat traksi yang berlebihan.

18