lapsus batu ginjal

56
BAB I PENDAHULUAN Urolithiasis atau Batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih(urolithiasis), Urolithiasis sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk disaluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000). Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari.Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih. Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi 1

Upload: zunianggraeni

Post on 16-Sep-2015

167 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Lapsus Batu Ginjal

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Urolithiasis atau Batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih(urolithiasis), Urolithiasis sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk disaluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasiaprostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentukdi tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000).Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembangbanyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemihbagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari.Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih. Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. PengertianBatu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau calyces ginjal atau di saluran kemih (Pratomo, 2007). Batu ginjal didalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah masa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitialis).

B. AnatomiGinjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang (masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:a. Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distalis.b. Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus, lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).c. Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal.d. Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah kortekse. Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf atau duktus memasuki/meninggalkan ginjal.f. Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan calix minor.g. Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.h. Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.i. Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan antara calix major dan ureter.j. Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.

U

Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus renalis/ Malpighi (yaitu glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, tubulus kontortus distal yang bermuara pada tubulus pengumpul. Di sekeliling tubulus ginjal tersebut terdapat pembuluh kapiler,yaitu arteriol (yang membawa darah dari dan menuju glomerulus) serta kapiler peritubulus (yang memperdarahi jaringan ginjal). Berdasarkan letakya nefron dapat dibagi menjadi: a) Nefron kortikal, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di korteks yang relatif jauh dari medula serta hanya sedikit saja bagian lengkung Henle yang terbenam pada medullab) Nefron juxta medula, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di tepi medula, memiliki lengkung Henle yang terbenam jauh ke dalam medula dan pembuluh-pembuluh darah panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa rekta.Ginjal diperdarahi oleh a/v renalis. A. renalis merupakan percabangan dari aorta abdominal, sedangkan v.renalis akan bermuara pada vena cava inferior. Setelah memasuki ginjal melalui hilus, a.renalis akan bercabang menjadi arteri sublobaris yang akan memperdarahi segmen-segmen tertentu pada ginjal, yaitu segmen superior, anterior-superior, anterior-inferior, inferior serta posterior.Ginjal memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis. Untuk persarafan simpatis ginjal melalui segmen T10-L1 atau L2, melalui n.splanchnicus major, n.splanchnicus imus dan n.lumbalis. Saraf ini berperan untuk vasomotorik dan aferen viseral. Sedangkan persarafan simpatis melalui n.vagus.C. EtiologiTerbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitarnya.Faktor intrinsik itu antara lain adalah :a. Herediter (keturunan)Penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.b. UmurPenyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.c. Jenis kelaminJumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan.Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya adalah:a. GeografiPada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagi daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.b. Iklim dan temperaturec. Asupan airKurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.d. DietDiet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih.e. PekerjaanPenyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life.

D. EpidemiologiPenelitian epidemiologik memberikan kesan seakan-akan penyakit batu mempunyai hubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan berubah sesuai dengan perkembangan kehidupan suatu bangsa. Berdasarkan pembandingan data penyakit batu saluran kemih di berbagai negara, dapat disimpulkan bahwa di negara yang mulai berkembang terdapat banyak batu saluran kemih bagian bawah, terutama terdapat di kalangan anak.Di negara yang sedang berkembang, insidensi batu saluran kemih relatif rendah, baik dari batu saluran kemih bagian bawah maupun batu saluran kemih bagian atas. Di negara yang telah berkembang, terdapat banyak batu saluran kemih bagian atas, terutama di kalangan orang dewasa. Pada suku bangsa tertentu, penyakit batu saluran kemih sangat jarang, misalnya suku bangsa Bantu di Afrika Selatan.Satu dari 20 orang menderita batu ginjal. Pria:wanita = 3:1. Puncak kejadian di usia 30-60 tahun atau 20-49 tahun. Prevalensi di USA sekitar 12% untuk pria dan 7% untuk wanita. Batu struvite lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria.

E. PatofisiologiSecara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat benigna, stiktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu.Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar.Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu menyumbat saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. Kondisi metastabel dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.

Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari :a. 75 % kalsium.b. 15 % batu tripe/batustruvit(Magnesium Amonium Fosfat).c. 6 % batu asam urat.d. 1-2 % sistin (cystine).Faktor- faktor yang mempengaruhi batu kandung kemih (Vesikolitiasis) adalah1. HiperkalsiuriaSuatu keadaan dimana kadar kalsium di dalam urin lebih besar dari 250-300 mg/24 jam, disebabkan karena, hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.2. HipositraturiaSuatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih, khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan masukan protein tinggi.3. HiperurikosuriaPeningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.4. Penurunan jumlah air kemihDikarenakan masukan cairan yang sedikit.5. Jenis cairan yang diminumMinuman yang banyak mengandung soda sepertisoft drink, jus apel dan jus anggur.6. HiperoksalouriaKenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang mengganggu absorbsi garam empedu.7. Ginjal Spongiosa MedulaDisebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik (tidak dijumpai predisposisi metabolik).8. Batu Asam UratBatu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan hiperurikosuria (primer dan sekunder).9. Batu StruvitBatu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan organisme yang memproduksiurease. Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak, seperti pada reaksi: CO(NH2)2+H2O2NH3+CO2. Sekitar 75% kasus batu staghorn, didapatkan komposisi batunya adalah matriks struvit-karbonat-apatit atau disebut juga batu struvit atau batu triple phosphate, batu fosfat, batu infeksi, atau batu urease, walaupun dapat pula terbentuk dari campuran antara kalsium oksalat dan kalsium fosfat.

Suasana basa ini yang memudahkan garam-garam magnesium, ammonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amoniun fosfat (MAP) atau (Mg NH4PO4.H2O) dan karbonat apatit (Ca10[PO4]6CO3. Karena terdiri atas 3 kation Ca++ Mg++ dan NH4+) batu jenis ini dikenal dengan nama batu triple-phosphate. Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea diantaranya adalah Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas, dan Stafilokokus. Meskipun E.coli banyak menyebabkan infeksi saluran kemih, namun kuman ini bukan termasuk bakteri pemecah urea.F. Gambaran KlinisBatu pada kaliks ginjal memberikan rada nyeri ringan sampai berat karena distensi dari kapsul ginjal. Begitu juga baru pada pelvis renalis, dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran kemih dan infeksi. Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada posisi atau letak batu, besar batu, dan penyulit yang telah terjadi.Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini mungkin bisa merupakan nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri ini disebabkan oleh karena adanya batu yang menyumbat saluran kemih, biasanya pada pertemuan pelvis ren dengan ureter (ureteropelvic junction), dan ureter. Nyeri bersifat tajam dan episodik di daerah pinggang (flank) yang sering menjalar ke perut, atau lipat paha, bahkan pada batu ureter distal sering ke kemaluan. Mual dan muntah sering menyertai keadaan ini.Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine, dan jika disertai infeksi didapatkan demam-menggigil.

G. DiagnosisSelain pemeriksaan melalui anamnesis dan jasmani untuk menegakkan diagnosis, penyakit batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologik, laboratorium dan penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal. Secara radiologik, batu dapat radioopak atau radiolusen. Sifat radioopak ini berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga jenis batu yang dihadapi.Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan sebab terjadinya batu. Pemeriksaan renogram berguna untuk menentukan faal kedua ginjal secara terpisah pada batu ginjal bilateral atau bila kedua ureter tersumbat total. Cara ini dipakai untuk memastikan ginjal yang masih mempunyai sisa faal yang cukup sebagai dasar untuk melakukan tindak bedah pada ginjal yang sakit. Pemeriksaan ultrasonografi dapat untuk melihat semua jenis batu, menentukan ruang dan lumen saluran kemih, serta dapat digunakan untuk menentukan posisi batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertingggalnya batu.H. Diagnosis BandingKolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut, misalnya distensi usus dan pionefrosis dengan demam. Oleh karena itu, jika dicurigai terjadi kolik ureter maupun ginjal, khususnya yang kanan, perlu dipertimbangkan kemungkinan kolik saluran cerna, kandung empedu, atau apendisitis akut. Selain itu pada perempuan perlu juga dipertimbangkan adneksitis.Bila terjadi hematuria, perlu dipertimbangkan kemungkinan keganasan apalagi bila hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu, perlu juga diingat bahwa batu saluran kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor yang umumnya karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi. Pada batu ginjal dengan hidronefrosis, perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor ginjal mulai dari jenis ginjal polikistik hingga tumor Grawitz.

I. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penegakkan diagnosis dan rencana terapi antara lain:a. Foto Polos AbdomenPembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio opak dan paling sering dijumpai diantara batu lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio lusen). Urutan radioopasitas beberapa batu saluran kemih seperti pada tabel 1.

Jenis BatuRadioopasitas

KalsiumOpak

MAPSemiopak

Urat/sistinNon opak

Tabel. Urutan Radioopasitas Beberapa Jenis Batu Saluran Kemih

Gambar. Polo Polos Abdomen (BOF)b. Pielografi Intra Vena (PIV)Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen. Jika PIV belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde.

Gambar. Foto Pielografi Intra Vena (PIV)

c. UltrasonografiUSG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan ginjal.

Gambar. Ultrasonografi (USG)

d. Pemeriksaan Mikroskopik Urin, untuk mencari hematuria dan Kristal.e. Renogram, dapat diindikasikan pada batu staghorn untuk menilai fungsi ginjal.f. Analisis batu, untuk mengetahui asal terbentuknya.g. Kultur urin, untuk mecari adanya infeksi sekunder.h. DPL, ureum, kreatinin, elektrolit, kalsium, fosfat, urat, protein, fosfatase alkali serum.

J. PenatalaksanaanBatu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan atau terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena suatu indikasi sosial. Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah menimbulkan hidroureter atau hidronefrosis dan batu yang sudah menimbulkan infeksi saluran kemih, harus segera dikeluarkan.Kadang kala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit seperti diatas, namun diderita oleh seorang yang karena pekerjaannya (misalkan batu yang diderita oleh seorang pilot pesawat terbang) memiliki resiko tinggi dapat menimbulkan sumbatan saluran kemih pada saat yang bersangkutan sedang menjalankan profesinya dalam hal ini batu harus dikeluarkan dari saluran kemih. Pilihan terapi antara lain :1. Terapi KonservatifSebagian besar batu ureter mempunyai diameter 10)Inj. Ceftriaxone 2x1 gInj. Gentamisin 2x80 mgCek DL, RFT

7. Tanggal 7 Februari 2015S. Nyeri perut (+), pinggang kanan dan kiri terasa kemengO.TD: 120/70 mmHgN: 85 x/menitRR: 20 x/menitS: 36,2 0C A.Nephrolithiasis ren bilateralP.RL 1500 cc/24 jamTransfuse PRC 1 bag/hari (sampai Hb > 10)Inj. Cefotaxim 3x1Inj. Gentamisin 2x80 mg

8. Tanggal 8 Februari 2015S. Nyeri perut (+), pinggang kanan dan kiri kemeng, batuk (+), dahak (+)O.TD: 120/70 mmHgN: 82 x/menitRR: 22 x/menitS:36 0C A.Nephrolithiasis ren bilateralP.RL 1500 cc/24 jamInj. Ceftriaxone 2x1 gInj. Gentamisin 2x80 mg

9. Tanggal 9 februari 2015S. Nyeri pinggang kanan dan kiri, kadang terasa panas, nyeri perutO.TD: 110/80 mmHgN: 80 x/menitRR: 20 x/menitS: 36 0C A.Nephrolithiasis ren bilateralP.RL 1500 cc/24 jamInj. Ceftriaxone 2x1 gInj. Gentamisin 2x80 mgc/ anastesic/ cardio10. Tanggal 10 februari 2015S. Nyeri pinggang kanan dan kiri, nyeri perut (+)O.TD: 120/700 mmHgN: 80 x/menitRR: 20 x/menitS: 36,3 0C A.Nephrolithiasis ren bilateralP.RL 1500 cc/24 jamInj. Ceftriaxone 2x1 gInj. Gentamisin 2x80 mgCardio : Acc Operasi CRI 2 Bisoprolol 1x2,5 mgAnastesi: Acc. Operasi Puasa dari jam 24.00 WIB Inf. Asering 500 cc

11. Tanggal 11 februari 2015S. Nyeri pinggang kanan dan kiri, kadang terasa panasO.TD: 120/70 mmHgN: 81 x/menitRR: 20 x/menitS: 36 0C A.Post Operasi Batu GinjalP.RL 1000 cc/24 jamInj. Ceftriaxone 2x1 gInj. Gentamisin 2x 80 mgInj. Antrain 3 x 1 ampAlinamin F 3 x 1 tabTransamin 500 mg 3 x 1 tab

12. Tanggal 12 februari 2015S. Nyeri pada bekas operasiO.TD: 130/80 mmHgN: 84 x/menitRR: 21 x/menitS: 36,4 0C A.Post Operasi Batu Ginjal hari 1P.RL 1000 cc/24 jamInj. Ceftriaxone 2x1 gInj. Gentamisin 2x 80 mgInj. Antrain 3 x 1 ampAlinamin F 3 x 1 tabTransamin 500 mg 3 x 1 tab

13. Tanggal 13 februari 2015S. perut terasa kembung karena susah kentutO.TD: 110/70 mmHgN: 81 x/menitRR: 20 x/menitS: 36,1 0C A.Post Operasi Batu Ginjal hari 2P.RL 1000 cc/24 jamInj. Ceftriaxone 2x1 gInj. Gentamisin 2x 80 mgInj. Antrain 3 x 1 ampAlinamin F 3 x 1 tabTransamin 500 mg 3 x 1 tabAcc KRS besok jika kondisi baik

14. Tanggal 14 februari 2015S. tidak ada keluhanO.TD: 110/70 mmHgN: 82 x/menitRR: 20 x/menitS: 36,3 0C A.Post Operasi Batu Ginjal hari 3P.KRS.

VI. RESUME MEDISAnamnesis : nyeri pinggang kanan dan kiri tembus sampai belakang, kencing sedikit susahHasil Pemeriksaan: anemis (+)Pemeriksaan penunjang : Batu Ginjal SinistraDiagnosis Akhir : Nephrolithiasis ren bilateralPenatalaksanaan : Infus RL Inj. Ceftriaxone 2x1 g Inj. Gentamisin 2x 80 mg Inj. Antrain 3 x 1 amp Alinamin F 3 x 1 tab Transamin 500 mg 3 x 1 tab

BAB IVPEMBAHASAN

1. Pada kasus ini diagnosa ditegakkan berdasarkan anmanesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.2. Dari anamnesis didapatkan, pasien 55 tahun mengatakan Pasien mengatakan nyeri pada pinggang kanan dan kiri tembus belakang dirasakan sejak 4 bulan yang lalu, sejak 3 hari yang lalu kencing mulai susah, kencing berwarna kuning dan sedikit pekat, biasanya disertai demam (+), tidak ada riwayat pernah opname di rumah sakit.RPD : DM dan Hipertensi disangkal pasien.3. Hasil pemeriksaan USG abdomen didapatkan Nephrolithiasis berat ren bilateral4. Hasil pemeriksaan faal ginjal: BUN: 20,2 g/dl Serum Creatinin : 1,25 Mg/dl5. Hasil pemeriksaan Elekrolit saat MRS Natrium: 136 mmol/Liter Kalium: 4.9 mmol/Liter Clorida: 115 mmol/Liter6. Kesimpulan hasil pemeriksaan pada pasein ini tampak jelas adanya batu ginjal bilateral dan anemis.7. Tindakan saat MRS melakukan perbaikan keadaan umum pasien sampai stabil baru dilakukan operasi pengambilan baru ren dextra-sinistra.

DAFTAR PUSTAKAChris. 2011.Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy. Artikel2011. http://www.healthhype.com diakses tanggal 19 Januari 2015Demirkeses O, Onal B, Tansu N, Altintas R, Yalcin V, Oner A. Efficacy of extracorporeal shock wave lithotripsy for isolated lower caliceal stones in children compared with stones in other renal locations. Urology 2006; 67: 170 5.Matlaga, Brian R. 2011. Minimal Invasive Surgery Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy. 1 Juni 2011. Johns Hopkins Medicine Jurnal. http://urology.jhu.edurMoore, Keith L dan Anne M. R. Agur. 2002.Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : EGC.Netto NR Jr, Claro JFA, Lemos GC, Cortado PL. Renal calculi in lower pole calices : what is the best method of treatment? J Urol 1991; 146: 721 3.Purnomo, Basuki B. 2007.Dasar Dasar Urologi. Jakarta : Sagung SetoSkolarikos A, Alivizatos G, de la Rossette J. Extracorporeal shock wave lithotripsy 25 years later: complication and their prevention. Eur Urol 2006. (Article in press)Snell, Richard S.2006. Anatomi Klinik. Jakarta : EGC.Tiselius HG, Ackermann D, Alken P, Buck C, Conort P, Galucci M. Guidelines of urolithiasis. European Association of Urology 2001.Villanyi KK, Szekely JG, Parkas LM, Javor E, Pusztai C. Short-term changes in renal function after extracorporeal shock wave lithotripsy in children. J Urol 2001; 166: 222 4.Wilbert DM. A comparative review of extracorporeal shock wave generation. BJU Int 2002; 90: 507 11.

37