lapsus baru fix

39
BAGIAN RADIOLOGI LAPORAN KASUS FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2013 UNIVERSITAS HASANUDDIN FRAKTUR TIBIA Oleh: Dian Faradibah (C111 10 276) Nurul Mutiah A. (C111 09 771) Nur Insani (C111 10 136) Jonathan Jeffry Pratama (C111 10 121) Supari Candi (C111 10 333) Pembimbing Residen: dr. Robby Dosen Pembimbing dr. Sri Asriany, Sp.Rad DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: anirafikabullatz

Post on 24-Dec-2015

49 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

laporan kasus radiologi

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Baru Fix

BAGIAN RADIOLOGI LAPORAN KASUSFAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2013UNIVERSITAS HASANUDDIN

FRAKTUR TIBIA

Oleh:

Dian Faradibah (C111 10 276)Nurul Mutiah A. (C111 09 771)

Nur Insani (C111 10 136)Jonathan Jeffry Pratama (C111 10 121)

Supari Candi (C111 10 333)

Pembimbing Residen:dr. Robby

Dosen Pembimbingdr. Sri Asriany, Sp.Rad

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2013

Page 2: Lapsus Baru Fix

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Ani Rafika Suryaningsih (C111 09 813 )

St. Magfirah (C111 09 771)

Dewi Anggriana (C111 10 136)

Jonathan Jeffry Pratama (C111 10 121)

Supari Candi (C111 10 333)

Judul laporan kasus: Fraktur os Tibia

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian

Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Desember 2013

Penguji Konsulen Pembimbing

dr. Nikmatia Latief, Sp.Rad dr. Syukriani

Mengetahui,Kepala Bagian Radiologi

Fakultas KedokteranUniversitas Hasanuddin

Prof. Dr. dr. Muhammad Ilyas, Sp.Rad(K)

ii

Page 3: Lapsus Baru Fix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................iii

I. KASUS............................................................................................1

II. DISKUSI........................................................................................8

II.1. Pendahuluan......................................................................8

II.2. Diskusi Radiologi..............................................................12

II.3. Diferensial Diagnosis........................................................19

II.4. Pemeriksaan Radiologi Lanjutan.......................................22

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................25

iii

Page 4: Lapsus Baru Fix

OSTEOARTHRITIS

I. KASUS

Nama pasien/umur : A. Anil Rahman Asira/ 59 tahun

No. Rekam Medik : 643560

Alamat : Dusun Bulusipong

Ruang perawatan : Lontara 2 Kamar 7B 4

Tanggal MRS : 26-12-2013

A. Anamnesis

Keluhan utama:

Luka pada betis kanan

Anamnesis terpimpin: Seorang pasien laki-laki umur 16 tahun datang

dengan luka pada betis kanan. Pasien mengalami kecelakaan 10 jam yang

lalu dengan mengendarai sepeda motor dan tiba-tiba didepannya mobil

berhenti secara mendadadak, secara reflex dia berusaha menghindar dari

mobil yang tiba-tiba berhenti didepannya sehingga pasien berusaha

menginjak rem akan tetapi kakinya terjepit rem sehingga betis kanannya

terluka. Pasien sadar ketika kecelakaan.dan segera dilarikan ke rs setelah

kecelakaan terjadi.

Riwayat penyakit sekarang :

Tidak ada

Riwayat penyakit sebelumnya:

- Riwayat hipertensi (+)

1

Page 5: Lapsus Baru Fix

- Riwayat DM (-)

- Riwayat PJK (-)

- Riwayat minum alkohol (-)

Riwayat pengobatan (termasuk obat yang sedang dikonsumsi)

Tidak ada

B. Pemeriksaan fisis

Keadaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis (GCS 15)

Status Gizi : Gizi baik

Tanda Vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg Pernapasan : 20x/menit

Nadi : 80x/menit Suhu : 36,70C

Mata

Kelopak mata : Edema (-)

Konjungtiva : Anemis (-)

Sklera : Ikterus (-)

Kornea : Jernih

Pupil : Bulat, isokor

THT : Dalam batas normal

Mulut

Bibir : Pucat (-), kering (-)

Lidah : Kotor (-), hiperemis (-), kandidiasis oral (-)

2

Page 6: Lapsus Baru Fix

Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)

Faring : Hiperemis (-)

Leher

KGB : Tidak ada pembesaran

Dada

o Inspeksi

Bentuk : Simetris

Sela iga : Dalam batas normal

Lain-lain : -

Paru-paru

o Palpasi

Nyeri tekan : (-)

Massa tumor : (-)

o Perkusi

Paru kiri : Sonor

Paru kanan : Sonor

o Auskultasi

Bunyi pernapasan : Bronkovesikuler kanan dan kiri

Bunyi tambahan : Rh -/- , Wh -/-

Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

Palpasi : Iktus kordis tidak teraba

Perkusi : Pekak

3

Page 7: Lapsus Baru Fix

Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular

: Bunyi tambahan (-)

Abdomen

Inspeksi : Datar, ikut gerak napas

Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal

Palpasi : Nyeri tekan (-), Massa tumor (-)

: Hepar-lien tidak teraba

Perkusi : Timpani

Ekstremitas

Akral Hangat : +/+

Edema : -/-

Deformitas : -/-

Tanda perdarahan : -/-

Disabilitas : +/+

Nyeri lutut : +/+

C. Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan

GOT/GPT SGOT 38 < 38 U/L

SGPT 15 < 41 U/L

Glukose

SewaktuGDS 128 140 mg/dL

4

Page 8: Lapsus Baru Fix

Protein total Protein total 5,9 6,6-6,7gr/dl

Albumin Albumin 3,0 3,5-5.0 gr/dl

Elektrolit

Natrium

Kalium

Klorida

135

4,82

107

136-145

3,6-6,1

97-111

Ureum Ureum 23 10-50 mg/dL

Kreatinin Kreatinin 0,6 L(< 1,3); P(< 1,1) mg/dL

HBs-Ag HBs-Ag Non-reactive Non Reactive

Waktu

bekuanWaktu bekuan 7.30 menit 4-10 menit

Waktu

perdarahanWaktu perdarahan 2.30 menit 1-7 menit

Waktu

Protorombi

n

Waktu protorombin 13,5kontrol10.2 10-14 detik

APTT 29,7kontrol 26,2 22,0-30.0detik

D. Radiologi

Gambar 1. Foto Kruris Sinistra AP / Lateral

5

Page 9: Lapsus Baru Fix

Gambar 2. Foto Genu Dextra AP / Lateral

Foto Kruris Dextra AP / Lateral

Alignment bentuk kruris berubah

Tidak tampak dislokasi

Tampak fraktur oblique pada 1/3 medial os tibia dextra dengan

fragmen tulang sedikit displace ke arah medial , calus forming belum

ada, tidak tampak tanda-tanda osteomielitis,

Mineralisasi tulang baik

Celah sendi yang tervisualisasi kesan baik

Soft tissue kesan swelling

Kesan :

Fraktur oblik 1/3 medial os tibia tibia dextra

6

Page 10: Lapsus Baru Fix

E. Resume Klinis

: Seorang pasien laki-laki umur 16 tahun datang dengan luka pada

betis kanan. Pasien mengalami kecelakaan 10 jam yang lalu dengan

mengendarai sepeda motor dan tiba-tiba didepannya mobil berhenti secara

mendadadak, secara reflex dia berusaha menghindar dari mobil yang tiba-

tiba berhenti didepannya sehingga pasien berusaha menginjak rem akan

tetapi kakinya terjepit

F. Diagnosis

Fraktur Tibia oblik 1/3 medial dextra

F. Terapi

IVFD

Hypobac

Farmadol

II. DISKUSI

II.1. Pendahuluan

II.1.1. Anatomi dan Fisiologi Sendi

7

Page 11: Lapsus Baru Fix

Gambar 3. Gambaran skematik sendiDikutip dari kepustakaan (1)

Korteks artikuler berbentuk garis putih tipis, seperti

yang terlihat pada foto radiografi konvensional antara

kapsul sendi dan biasanya ditutupi oleh kartilago hialin,

kemudian disebut sebagai kartilago artikuler. Kartilago ini

memungkinkan permukaan sendi menjadi rata dan cukup

kuat untuk menyerap tekanan kompresi dan menanggung

beban tubuh. Kartilago ini pada usia muda kira-kira setebal

7 mm dan menjadi semakin tipis seiring usia. Kartilago juga

tidak memiliki suplai darah dan hanya memperoleh nutrisi

dari cairan sinovial. Tulang yang berada dibawah dari

korteks artikuler ini disebut sebagai tulang subkondral.

Diantara kapsul sendi terdapat membran sinovial yang

mengandung cairan sinovial. Cairan sinovial ini selain

8

Page 12: Lapsus Baru Fix

berfungsi sebagai pemberi nutrisi, juga berfungsi sebagai

pelumas dan juga menjaga stabilitas sendi. Kartilago

merupaka struktur yang paling pertama terganggu pada

arthritis. Foto radiologi konvensional dapat memperlihatkan

gangguan pada korteks artikuler dan juga tulang subkondral

sehingga dapat memperlihatkan bukti tidak langsung dari

keterlibatan pada kartilago artikuler.(1, 2)

II.1.2. Definisi Osteoarthritis

Osteoarthritis (OA), juga disebut penyakit sendi

degeneratif, adalah gangguan yang ditandai oleh kerusakan

progresif dan hilangnya tulang rawan artikular disertai

dengan proliferasi tulang baru dan jaringan lunak di dalam

dan sekitar sendi yang terlibat. OA adalah bentuk paling

umum dari penyakit sendi. Faktor risiko termasuk usia,

jenis kelamin perempuan, ras, faktor genetik, trauma sendi,

stres yang berulang, obesitas, cacat bawaan, penyakit

radang sebelumnya, dan gangguan metabolisme / endokrin.

Radiografi mungkin normal pada awalnya, tetapi dengan

perkembangan penyakit, dapat menunjukkan penyempitan

ruang sendi, sklerosis tulang subkondral, kista subkondral,

dan osteofit. Erosi yang terjadi berbeda dengan artritis

reumatoid dan artritis psoriatik karena mereka terjadi secara

9

Page 13: Lapsus Baru Fix

subkondral sepanjang bagian tengah dari permukaan sendi.

(3)

Osteoarthritis dapat melibatkan sendi apapun tetapi

paling sering mempengaruhi tulang belakang, tangan, kaki,

pinggul, dan lutut. Osteoarthritis meningkat tajam dengan

usia. Setelah usia 50 tahun laki-laki lebih cenderung

mendapatkan osteoarthritis di pinggul, sedangkan

perempuan lebih cenderung untuk mendapatkan

osteoarthritis di tangan, lutut, dan kaki.(4)

Tidak ada definisi sederhana dari OA karena

membutuhkan pertimbangan dari tiga bidang yang saling

tumpang tindih - perubahan patologis, gambaran radiologi

dan gejala klinis. Patologis, ada perubahan dalam struktur

tulang rawan, radiologis terdapat osteofit dan penyempitan

ruang sendi, dan klinis beberapa pasien mengeluh sakit dan

disabilitas. Prevalensi dari OA sebesar 10% dari seluruh

penduduk berusia lebih dari 65 tahun.(5)

II.1.3. Patofisiologi Osteoarthritis

Kartilago yang dapat berperan dalam menghaluskan

sendi dan juga berperan sebagai peredam goncangan. Kedua

mekanisme ini mencegah terjadinya kerusakan pada sendi.

Dalam kartilago, terdapat dua makromolekul yang berperan

yakni kolagen tipe II yang berfungsi dalam pembentukan

10

Page 14: Lapsus Baru Fix

kekuatan tegang, dan aggrecan makromolekul proteoglikan

yang berikatan dengan dengan asam hyaluronat, merupakan

glukosaminoglikan bermuatan sangat negatif. Kondrosit

menghasilkan semua elemen dari matriks kartilago, namun

di lain pihak juga memproduksi enzim yang memecah

matriks dan sitokin serta faktor pertumbuhan, menyebabkan

terjadinya siklus pembentukan dan penghancuran. Pada

keadaan normal, sintesis dan katabolisme berlangsung

dalam keadaan seimbang. Kolagenase dan aggrecanase

yang mengkatabolisme kolagen dan aggrecan bekerja di

sekitar kondrosit, namun pada proses OA, aktivitasnya

meningkat dan tersebar di seluruh matriks kartilago

terutama bagian permukaan. Pembentukan IL-1 oleh

membran sinovial dan kartilago memicu produksi dari

proteinase dan menghambat sintesisnya, sehingga terjadi

penurunan dari aggrecan dan kolagen yang mengakibatkan

hilangnya kemampuan sendi untuk meredam benturan.(6)

II.1.4. Diagnosis

Osteoarthritis biasanya akan memberikan gejala

nyeri setelah penggunaan sendi dan menghilang secara

perlahan-lahan. Terdapat juga kekakuan pada pagi hari yang

berlangsung kurang dari 30 menit. Pemeriksaan cairan sendi

lebih membantu diagnosis apabila ditemukan sel darah

11

Page 15: Lapsus Baru Fix

putih >1000/µL. Pemeriksaan X-ray menunjukkan adanya

penyempitan celah sendi dan pembentukan osteofit.(6)

II.1.5. Terapi

Terapi pada OA dapat berupa farmakoterapi dan

nonfarmakoterapi. Pengobatan nonfarmakoterapi secara

umum dilakukan dengan mencegah aktivitas yang

membebankan sendi, ataupun melatih otot pada sisi yang

sakit, dan juga penggunaan tongkat untuk mengurangi

beban pada sendi. Penatalaksanaan farmakologi yakni

dengan obat-obatan NSAID, acetaminofen, dan COX-2

Inhibitor obat-obatan ini berfungsi untuk meredakan rasa

nyeri yang ditimbulkan pada sendi. Pemberian suntikan

intraartikular asam hialuronat dan glukokortikoid juga

dapat meredakan rasa nyeri. (6)

II.2. Diskusi Radiologi

Pemeriksaan pencitraan pada Osteoarthritis penting dilakukan

untuk mendiagnosis penyakit ini dikarenakan pemeriksaan pencitraan

dapat menegakkan diagnosis OA, menentukan komponen yang terlibat,

evaluasi progresifitas penyakit dan juga keberhasilan terapi. Pemeriksaan

yang dapat dilakukan adalah radiografi konvensional, MRI dan Arthro CT-

scanner. (7)

Pemeriksaan radiologi konvensional tetap merupakan alat yang

paling mudah dipakai dalam mengevaluasi sendi lutut. Meskipun

12

Page 16: Lapsus Baru Fix

demikian, radiologi konvesional hanya memberikan gambaran tidak

langsung dari kondisi kartilago artikuler dikarenakan kartilago tidak

terlihat pada sinar X. Jenis foto yang dilakukan adalah foto frontal (AP

ataupun PA), Lateral dan tangensial untuk bagian patellofemoral.(7)

a. Foto tampak frontal (AP atau PA) sendi lutut

Foto pada posisi berdiri paling baik dalam memperlihatkan

pemendekan celah sendi, namun tidak memvisualisasikan kartilago

dengan baik. Pengukuran celah sendi lebih baik pada posisi kaki

sedikit difleksikan.(7)

Gambar 4. Gambaran skematis celah sendi pada posisi (a) tidak berdiri (b) berdiri.Dikutip dari kepustakaan (7)

Gambar 5. Pemendekan celah sendi yang lebih jelas terlihat pada posisi sedikit difleksikan (b) dibandingkan posisi ekstensi (a)

Dikutip dari kepustakaan (7)

13

A B

Page 17: Lapsus Baru Fix

b. Foto lateral sendi lutut

Foto lateral kurang dipakai untuk analisis OA, namun

memberikan gambaran yang jelas pada celah sendi. Kontur dari

condylus dan permukaan tibia mudah diidentifikasi. Selain itu juga

menunjukkan sendi patellofemoral berupa osteofit marginal dan

penyempitan celah sendi serta lesi seperti posisi patella yang bergeser.

(7)

Gambar 6. Foto lateral sendi LututDikutip dari kepustakaan (8)

c. Posisi Tangensial

Posisi ini dilakukan untuk melihat bagian dari sendi

patellofemoral. Namun jarang dilakukan pada pemeriksaan karena

posisinya yang sulit dilakukan. Posisi dari foto ini adalah sendi lutut

difleksikan 30-45°.(7)

14

Page 18: Lapsus Baru Fix

Gambaran utama dari foto radiografi konvensional yang terlihat pada

foto OA lutut adalah:

a. Penyempitan celah sendi yang berhubungan dengan hilangnya

kartilago

b. Osteofit yang menunjukkan adanya reaksi tulang marginal sesuai

dengan kehilangan kartilago. Etiologinya masih belum diketahui

namun diduga dikarenakan sinovitis OA.

c. Reaksi tulang subkondral, pemadatan yang terlihat akibat kerusakan

kartilago yang saling tumpang tindih.(7)

Gambar 7. Penyempitan celah sendi pada sisi medial. (a) celah sendi jelas menyempit pada lutut kanan (tanda panah). (b) pembesaran dari lutut kanan, dapat dilihat adanya osteofit pada sisi medial

dari femur dan tibiaDikutip dari kepustakaan (9)

Permukaan dari sendi yang sebenarnya didefinisikan oleh Buckland-

Wright (1995) sebagai garis diantara penonjolan tibia dan pinggir luar atau

medial, melewati pusat dari fossa artikuler pada permukaan midkoronal.

Garis ini merupakan batas atas dari garis radiodens terang pada korteks

subkondral dan terlihat dibawah pinggiran sendi anterior dan posterior dari

15

Page 19: Lapsus Baru Fix

tibia. Celah sendi diukur antara garis ini dan pinggir dari condylus femur

pada sisi medial. (8)

Analisa celah sendi dilakukan pada posisi menopang berat badan,

merupakan satu-satunya tanda yang berhubungan secara tepat dengan

hilangnya substansi kartilago. Kekurangannya, tanda ini kurang sensitif

sehingga diagnosis dari pre-osteoarthritis sulit ditegakkan. Namun disisi lain

tanda ini sangat spesifik. Osteofit merupakan tanda yang paling spesifik dari

OA lutut. Hampir semua klasifikasi dari OA menggunakan kriteria berupa

osteofit, penyempitan celah sendi ataupun keduanya. Beberapa klasifikasi

diantaranya klasifikasi Menkes, Ahlback, dan klasifikasi Kellgreen &

Lawrence. Saat ini klasifikasi Kellgreen-Lawrence merupakan klasifikasi

yang paling sering digunakan dan merupakan standar diagnosis radiologi

dari OA.(7, 9)

Klasifikasi Kellgreen-Lawrence berfokus pada Osteofit:

1. Stage 0: Tidak terlihat adanya gambaran radiologi yang sesuai

untuk OA

2. Stage 1: Penyempitan celah sendi yang masih ragu-ragu dan

pembentukan osteofit yang samar-samar

3. Stage 2: ditemukan Osteofit dan kemungkinan penyempitan celah

sendi pada foto AP dan posisi menyangga berat.

4. Stage 3: Osteofit multipel, Penyempitan celah sendi yang jelas,

sklerosis, kemungkinan deformitas tulang.

16

Page 20: Lapsus Baru Fix

5. Stage 4: Osteofit besar, Penyempitan celah sendi yang sangat jelas,

sklerosis berat, dan deformitas tulang yang jelas. (9)

Gambar 8. Osteoarthritis pada sendi panggulDikutip dari kepustakaan (10)

OA pada panggul memberikan semua tanda radiologis denngan

penyempitan celah sendi yang menonjol. Osteofit muncul pada permukaan

acetabulum bagian superolateral dan lebih kurang pada caput dan collum

femoris. Pada stadium lanjut dari OA, caput femoris dapat terlihat mendatar.

(10)

17

Page 21: Lapsus Baru Fix

Gambar 9. Osteoarthritis pada jari tangan. Dikutip dari kepustakaan (4)

Radiograf tangan menunjukkan penyempitan ruang sendi dan

sklerosis dan pembentukan osteofit. Menonjolnya keterlibatan sendi

interphalangeal proksimal dan sendi interphalangeal distal merupakan

indikasi osteoarthritis. (4)

II.3. Diferensial Diagnosis

II.3.1 Charcot Arthropathy (Neuropathic Joint)

Charcot arthropathy terjadi karena gangguan pada sensasi

yang menyebabkan mikrofraktur multipel dan juga

ketidakseimbangan autonom sehingga terjadi hyperemia, resorbsi

tulang dan fragmentasi dari tulang. Charcot arthropathy disertai

dengan rasa nyeri, pembengkakan jaringan lunak paling sering

terjadi pada ekstremitas bawah. Gambaran radiologi yang tampak

yakni adanya sklerosis subkondral yang ekstensif, fragmentasi

tulang sekitar sendi, namun kadang dapat terabsorbsi sehingga

tidak lagi terlihat, terjadi destruksi pada sendi.(2)

18

Page 22: Lapsus Baru Fix

Gambar 10. Charcot Arhritis memperlihatkan sklerosis tulang subkondral, fragmentasi tulang sekitar sendi yang memberikan gambaran densitas tulang didalam sendi (panah

putih) dan juga kerusakan celah sendi (panah hitam) Dikutip dari kepustakaan (2)

II.3.2 Arthritis Rheumatoid

Arthritis Rheumatoid (AR) adalah gangguan pada jaringan

ikat dengan etiologi yang tidak diketahui dan dapat menyerang

semua sendi synovial di dalam tubuh. Gambaran radiologi yang

tampak yakni pembengkakan jaringan lunak, osteoporosis,

penyempitan celah sendi, dan erosi marginal. Pemeriksaan

radiologis saja tidak dapat menegakkan diagnosis dari AR ini

dikarenakan beragamnya penampakan dari AR ini. Pada sendi yang

besar, AR dicirikan dengan penyempitan celah sendi dan adanya

osteoporosis. Erosi dapat ditemukan dan cenderung mengenai area

pinggir, jauh dari lokasi tumpuan beban. Lokasi dari kelainan ini

19

Page 23: Lapsus Baru Fix

biasanya bilateral dan lebih sering pada sendi proksimal dari

pergelangan tangan. Berbeda dengan OA, penyempitan sendi pada

AR ini terjadi pada kedua sisi dari sendi.(2, 11)

Gambar 11. Gambaran radiologi dari sendi yang mengalami Arthritis Rheumatoid (A) Lateral dan (B) Anteroposterior Penyempitan celah sendi yang merata,

osteopenia dan juga tampak osteoarthritis sekunder serta efusi sinovial. Dikutip dari kepustakaan (12)

II.3.3 Gout Arhthritis

Gout arhthritis adalah penyakit metabolik yang paling

sering terkena pada laki-laki usia pertengahan hingga lanjut usia

serta juga pada wanita postmenopause. Merupakan penyakit akibat

dari deposit asam urat pada sendi dan jaringan ikat. Umumnya

hanya mengenai satu sendi dengan predileksi tersering pada sendi

metatarsophalangeal dari ibu jari kaki, namun juga dapat

ditemukan pada sendi tarsal, tumit, dan juga lutut. Gambaran

radiologi pada fase akut kurang memberikan tanda yang jelas,

hanya ditemukan adanya pembengkakan jaringan lunak. Pada fase

20

Page 24: Lapsus Baru Fix

kronik, ditemukan erosi dengan pinggir yang sklerosis (dapat saling

tumpang tindih antara pinggir tulang) dan massa jaringan lunak.(13)

Gambar 12. Gout arthritis pada ibu jari. Terdapat lesi litik dan juga kista pada phalanx proksimal diakibatkan adanya tofus.

Dikutip dari kepustakaan (14)

II.4. Pemeriksaan Radiologi Lanjutan

II.4.1 Arthro CT-scanner

Dilakukan dengan menginjeksikan iodin. Injeksi ini

memungkinkan visualisasi dari struktur intra-artikuler dan

terkhusus kartilago. (7)

Gambar 12. arthro CTscanner yang memperlihatkan (a) potongan aksial memperlihatkan lesi pada patella dan (b) pada condylus medial. Dikutip dari kepustakaan (7)

21

Page 25: Lapsus Baru Fix

II.4.2. Pencitraan MRI

MRI memanipulasi gambar kontras untuk menonjolkan

jenis jaringan yang berbeda. Metode kontras umum meliputi 2D

atau multi-slice T1-weighted, kepadatan proton, dan pencitraan T2-

weighted. Teknik pencitraan Spin Echo (SE) dan Fast spin echo

(FSE) berguna dalam mengevaluasi cacat tulang rawan fokal.

Perkembangan terbaru dalam hardware, software, gradien, dan

kumparan radio frekuensi (RF) menyebabkan penggunaan dari fast

atau turbo-spin echo imaging, saturasi lemak dan eksitasi air untuk

meningkatkan kontras jaringan. Beberapa sistem penilaian

semikuantitatif morfologi MRI telah dikembangkan untuk

mengevaluasi sendi lutut pada OA.(9)

Erosi tulang subkondral sering diamati pada pasien dengan

OA berkelanjutan tetapi juga dilihat pada pasien dengan OA ringan

yang tidak menunjukkan penyempitan ruang sendi pada radiografi

standar. Ini mungkin disebabkan oleh beban mekanis yang berubah

sehingga menyebabkan remodelling subkondral dan berhubungan

dengan BMLs secara bersamaan. Pada MRI, erosi tulang

subkondral muncul sebagai depresi atau mendatar pada permukaan

subkondral. Perubahan tulang subkondral terlihat pada MRI jauh

sebelum perubahan terlihat pada radiografi.(9)

Perubahan komposisi tulang subkondral penting untuk

dicatat dalam perkembangan OA dan dengan baik divisualisasikan

22

Page 26: Lapsus Baru Fix

menggunakan MRI. Secara khusus, bone marrow edema-like

lesions (BMLs), subchondral cyst-like lesions, dan erosi tulang

subkondral adalah gambaran utama yang menunjukkan

perkembangan penyakit. BMLs adalah lesi degeneratif yang terdiri

dari edema, nekrosis sumsum tulang, fibrosis, dan kelainan

trabekular. Mereka sering terdeteksi bersamaan dengan kerusakan

tulang rawan yang berdekatan.(9)

Gambar 13. Edema sumsum tulang dan lesi sumsum tulang digambarkan pada femur medial di MRI T2-weighted fat suppressed (A) dan medial tibial plateau di MRI intermediate-weighted

fat suppressed (B). Dikutip dari kepustakaan (9)

23

Page 27: Lapsus Baru Fix

DAFTAR PUSTAKA

1. Waugh A, Grant A. Ross and Wilson's Anatomy and Physiology in Health and Illness. Edinburgh: Churlcill Livingstone; 2004.

2. Herring W. Learning Radiology: recognizing the basic. 2, editor. New york: Elsevier; 2011.

3. Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL. Harrison's Manual of Medicine. New York: McGraw-Hill; 2005.

4. Alguire P. Internal Medicine Essentials for Clerkship Students 2: ACP Press; 2009.

5. Kumar P, Clark M. Clinical Medicine. 6 ed: Saunders Elsevier Ltd; 2005.6. Felson DT. Osteoarthritis. In: Fauci AS, editor. Harrison's Rheumatology. New

York: McGraw-Hill; 2010. p. 224-33.7. Carillon Y. Imaging knee osteoarthritis. In: Bonnin M, Chambat P, editors.

Osteoarthritis of the knee: Springer; 2008. p. 3-14.8. Jonsson K, Boegard T. Radiography. In: Davies AM, Cassar-Pullicino VN,

editors. Imaging of the knee: techniques and applications: Springer; 2008.9. Braun HJ, Gold GE. Diagnosis of Osteoarthritis: Imaging. J Bone.

2011;11(19):1-11.10. Manek NJ, MacGregor AJ. Imaging in Osteoarthritis. In: Isenberg DA, Renton

P, editors. Imaging in Rheumatology: Oxford University Press; 2003. p. 214-33.

11. Helms CA. Arthritis. In: Brant WE, Helms CA, editors. Fundamental of Diagnostic Radiology. New York: Lippincott Williams & Willkins; 2007.

12. Cobby M, Kirwan J. Rheumatoid Arthritis. In: Isenberg DA, Renton P, editors. Imaging in Rheumatology: Oxford University Press; 2003.

13. Schumacher HR, Chen LX. Gout and other crystal-asssociated arthropathies. In: Fauci AS, editor. Harisson's Rheumatology. second ed. New York: McGraw-Hill; 2010. p. 235-42.

14. Forrester AW, Bailint PV, Sturrock RD. Imaging of Crystal arthritis. In: Isenberg DA, Renton P, editors. Imaging in Rheumatology: Oxford University Press; 2003.

24