lapsus anak

48
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bronkopneumonia merupakan satu bentuk pneumonia, yaitu pneumonia lobularis. Pneumonia merupakan infeksi yang mengenai parenkim paru. Pneumonia biasanya disebabkan oleh virus atau bakteria. Sebagian besar episode yang serius disebabkan oleh bakteria. Biasanya sulit untuk menentukan penyebab spesifik melalui gambaran klinis atau gambaran foto dada. Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun. Pola bakteri penyebab pneumonia biasanya berubah sesuai dengan distribusi umur pasien. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengangkat kasus ini sebagai pembelajaran dalam upaya pendekatan kedokteran keluarga terhadap penanganan permasalahan penyakit bronkopneumonia. 1.2 Tujuan 1.Mengetahui dan memahami definisi bronkopneumonia 2.Mengetahui dan memahami patofisiologi bronkopneumonia

Upload: alhamdulilllahyah

Post on 29-Dec-2015

79 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Anak

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bronkopneumonia merupakan satu bentuk pneumonia, yaitu pneumonia

lobularis. Pneumonia merupakan infeksi yang mengenai parenkim paru.

Pneumonia biasanya disebabkan oleh virus atau bakteria. Sebagian besar episode

yang serius disebabkan oleh bakteria. Biasanya sulit untuk menentukan penyebab

spesifik melalui gambaran klinis atau gambaran foto dada.

Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama

pada anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama

morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun. Pola bakteri

penyebab pneumonia biasanya berubah sesuai dengan distribusi umur pasien.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengangkat kasus ini sebagai

pembelajaran dalam upaya pendekatan kedokteran keluarga terhadap penanganan

permasalahan penyakit bronkopneumonia.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami definisi bronkopneumonia

2. Mengetahui dan memahami patofisiologi bronkopneumonia

3. Mengetahui dan memahami gejala dan tanda bronkopneumonia

4. Mengetahui dan memahami cara penanganan bronkopneumonia

1.3 Manfaat

Makalah ini diharapkan memberikan tambahan ilmu pengetahuan tentang

patofisiologi, gejala dan tanda, serta penanganan diagnosis bronkopneumonia.

Page 2: Lapsus Anak

2

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : An. A

Umur : 10 Bulan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : Belum Sekolah

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Dunrejo, Batu

Tanggal Periksa : 1 November 2013

Nama Ayah : Tn. S

Usia Ayah : 41 Tahun

Pekerjaan Ayah : Swasta

Nama Ibu : Ny. R

Usia Ibu : 37 Tahun

Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

No. RM : 157652

2.2 Anamnesis (Alloanamnesis)

1. Keluhan Utama : Batuk dan muntah

2. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke IGD RSI dengan keluhan muntah dan demam sejak satu

minggu yang lalu. Pasien mengeluh muntah sekitar sekali sampai tiga kali

kali sehari dan keluhan dirasakan setelah makan. Selain itu pasien juga

mengeluh batuk sejak seminggu yang lalu, batuk pada mulanya tidak

berdahak tetapi setelah beberapa hari batuk disertai dengan dahak

berwarna jernih dan tidak berdarah. Sebelum dibawa ke RSI, pasien

dibawa berobat ke bidan desa dan diberi obat namun keluhan tidak

berkurang. Pasien tidak mengeluh kejang, diare, dan sesak nafas.

Page 3: Lapsus Anak

3

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Penyakit Serupa : Disangkal

Riwayat MRS : Disangkal

Riwayat Hipertensi : Disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal

Riwayat Kencing Manis : Disangkal

Riwayat Sariawan : Sariawan (+)

Riwayat Asma : Disangkal

Riwayat Alergi : Disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Penyakit Serupa : Disangkal

Riwayat Hipertensi : Disangkal

Riwayat Kencing Manis : Disangkal

Riwayat Asma : Disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal

Riwayat Alergi : Disangkal

5. Riwayat Kehamilan

Ibu pasien selama proses kehamilan menyangkal menderita hipertensi,

kencing manis, dan perdarahan.

6. Riwayat Persalinan

Ibu pasien melahirkan pasien An. A pada usia kehamilan 9 bulan dengan

pertolongan bidan desa dengan panjang 49 cm dan berat badan 2,7 Kg.

7. Riwayat Gizi

Pasien mengkonsumsi ASI sejak lahir dan belum pernah mengkonsumsi

susu formula. Pasien mulai mengkonsumsi makanan berupa bubur sereal

dan air putih pada usia 9 bulan.

8. Riwayat Imunisasi

Imunisasi Usia Dilakukan Imunisasi

Hepatitis B I, II, III (usia 0, 1, dan 6 bulan)

BCG 0 bulan

DPT I, II, III (usia 2, 3, dan 4 bulan)

Polio I, II, III, IV (usia 0, 2, 3, 4 bulan)

Page 4: Lapsus Anak

4

Campak 9 bulan

9. Riwayat Tumbuh Kembang

a. Tangan mengepal : 1 bulan

b. Miring : 3 bulan

c. Mengangkat kepala : 3 bulan

d. Memegang benda : 3 bulan

e. Tengkurap : 5 bulan

f. Merangkak : 7 bulan

g. Berjalan : 7 bulan

h. Berbicara “ mama” : 7 bulan

10. Riwayat Sosial Ekonomi

Ekonomi keluaga An. A kesan cukup, ayah An. A bekerja sebagai

pengawas bangunan, sedangkan ibu hanya sebagai IRT. Hubungan

keluarga An. A dengan tetangga sekitar terbina dengan baik.

2.3 Anamnesis Sistem

1. Kulit :luka (-), bintik merah (-)

2. Kepala :sakit kepala (-),luka pada kepala (-), benjolan di

kepala (-)

3. Mata :pandangan mata berkunang-kunang

(-/-),penglihatan kabur (-/-)

4. Hidung :tersumbat (+/+), mimisan (-/-)

5. Telinga :keluar cairan (-/-), pendengaran berkurang (-/-),

berdengung (-/-)

6. Mulut :sariawan (-), luka (-), perdarahan (-)

7. Tenggorokan :nyeri menelan (-), suara serak (-)

8. Pernafasan :sesak nafas (-)

9. Kadiovaskuler :berdebar-debar (-), nyeri dada (-)

Page 5: Lapsus Anak

5

10.Gastrointestinal :nafsu makan menurun (+),mual (-), muntah

(+),nyeri perut (-),sulit BAB (-).

11.Genitourinaria :BAK normal

12.Neurologik :kejang (-), lumpuh (-),kaki kesemutan (-/-)

13.Psikiatri :emosi stabil, mudah marah (-)

14.Muskuloskeletal :kaku sendi (-),nyeri otot (-)

15.Ekstremitas :

Atas kanan : bengkak ( - ), sakit ( - ), luka ( - )

Atas kiri : bengkak ( - ), sakit ( - ), luka ( -)

Bawah kanan : bengkak ( - ), sakit ( - ), luka ( - )

Bawah kanan : bengkak ( - ), sakit ( - ), luka ( - )

2.4 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

2. Kesadaran : Composmentis, GCS: 456

3. Tanda Vital (1 November 2013)

Nadi : 100x/menit

Respiratory rate : 20x/menit

Suhu : 36º C

4. Antropometri

Tinggi Badan : 71 cm

Berat Badan : 8 Kg

5. Head to Toe

1. Kulit : Kuning, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-),

petechie (-), eritem (-)

2. Kepala : bentuk mesocephal, massa (-)

3. Mata : conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil isokor

(-/-)

4. Hidung : nafas cuping hidung (-/-), rhinorrhea (+/+), epistaksis (-/-)

5. Mulut : mukosa bibir pucat (-/-), sianosis bibir (-/-), bibir kering (-/-)

6. Telinga : otorrhea (-/-), pendengaran berkurang (-/-)

7. Tenggorokan: tonsil membesar (-/-), pharing hiperemis (+)

Page 6: Lapsus Anak

6

8. Leher : lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran

KGB (-)

9. Thorax : normochest, simetris, pernafasan abdominalthoracal,

retraksi (-), massa (-), krepitasi (-), kelainan kulit (-), nyeri (-)

Cor:

Inspeksi : ictus cordis tampak (+)

Palpasi : tidak ada data nyeri tekan dan massa

Perkusi : Batas kiri atas : ICS 2 PSL sinistra

Batas kanan atas : ICS 2 PSL dexstra

Batas kiri bawah : ICS 4 PSL sinistra

Batas kanan bawah : ICS5 MCL dexstra

Auskultasi : S1 dan S2 norma regular, HR 100 x/menit. Suara

tambahan (-)

Pulmo :

Inspeksi : retraksi intercostae (-)

Palpasi : stem fremitus meningkat pada infra-supra lobus

dextra-sinistra

Perkusi : sonor menurun

Auskultasi : Suara dasar vesikuler

Rhonki basah

+ +

+

+ +

Abdomen

Inspeksi : datar/sejajar dinding dada, venektasi (-), massa (-),

bekas jahitan (-)

Palpasi : nyeri tekan abdomen (-)

Perkusi : pekak

Auskultasi : bising usus (+ N)

10. Sistem Collumna Vertebralis :

Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)

Palpasi : nyeri tekan (-)

Page 7: Lapsus Anak

7

11. Ekstremitas :

Akral hangat Oedem

12. Pemeriksaan neurologik :

Kesadaran : compos mentis/ GCS 456

Fungsi luhur : tidak ada data

Fungsi vegetatif : tidak ada data

Fungsi sensorik

Fungsi motorik

Ref.Fisiologis

Ref.Patologis

2.5 Differential Diagnosis

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan differential

diagnosis:

Vomiting

Infeksi Saluran Pernafasan

2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Darah Lengkap (Tanggal 1 November 2013)

Hb : 10,4 g/dl (11,5-13,5)

Haematokrit : 32,5% (34-40)

Leukosit : 10,58 ribu/ul (5,0-14,5)

Trombosit : 260 ribu/ul (150-440)

Kekuatan Tonus Reflek Fisiologis

+ +

+ +

- -

- -

+ +

+ +

5 5

5 5

+ +

+ +

+ +

+ +

Page 8: Lapsus Anak

8

Eritrosit : 4,25 juta/ul (3,87-5,39)

PDW : 11,5 fl (9-13)

MPV : 7,55 fl (7,2-11,1)

PCT : 0,2%

LED : 22

Index:

MCV : 76,5 fl (75-87)

MCH : 24,5 pg (24-30)

MCHC : 32,1% (31-37)

Diff.Count:

Basofil : 0,1 % (0-1)

Eosinofil : 0,6 % (1-6)

Limfosit : 65,2 % (30-45)

Monosit : 11,5 % (2-8)

Netrofil : 22,6 % (50-70)

2. Pemeriksaan Serologi Darah (1 November 2013)

Thypi O : negatif

Thypi H : negatif

Parathypi : negatif

Parathypi OA : negatif

Parathypi OB : negatif

3. Pemeriksaan Foto Thorax (3 November 2013)

Cor : bentuk/ukuran/posisi kesan normal

Pulmo : tampak patchy infiltrate di hampir kedua lapang paru

Kedua sinus kostofrenikus tajam

Hemidiafragma D/S baik

Tulang dan jaringan lunak normal

Kesimpulan : mengesankan Bronchopneumonia

2.7 Resume

Pasien datang ke IGD RSI dengan keluhan muntah dan demam sejak satu

minggu yang lalu. Pasien mengeluh muntah sekitar sekali sampai tiga kali

kali sehari dan keluhan dirasakan setelah makan. Selain itu pasien juga

Page 9: Lapsus Anak

9

mengeluh batuk sejak seminggu yang lalu, batuk pada mulanya tidak berdahak

tetapi setelah beberapa hari batuk disertai dengan dahak berwarna jernih dan

tidak berdarah. Sebelum dibawa ke RSI, pasien dibawa berobat ke bidan desa

dan diberi obat namun keluhan tidak berkurang. Pasien tidak mengeluh

kejang, diare, dan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan rhinorea dan

suara ronkhi halus pada auskultasi paru. Pada pemeriksaan hematologi

didapatkan penurunan jumlah hemoglobin, neutrofil, monosit, dan

peningkatan limfosit. Pada foto thorax didapat hasil pulmo tampak patchy

infiltrate di hampir kedua lapang paru dengan kesimpulan bronchopneumonia.

2.8 Working Diagnosis

Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

didapatkan working diagnosis pada An. A adalah Bronchopneumonia.

2.9 Penatalaksanaan

FARMAKOLOGI

Infus C1:4 10 tetes permenit

o Indikasi: larutan dengan komposisi bervariasi yaitu dextrose 5% : Nacl

0,225% diberikan pada pasien usia 1 bulan-3 tahun dengan indikasi

non-diare.

Injeksi IV Vometron (Ondansetron) 4 mg (3 x 1/6 ampul).

o Indikasi: pengobatan mual muntah paska bedah, radioterapi

o Kontrindikasi: hipersensitivitas

Injeksi IV Glocef (Sefotaksim) 2x100mg

o Indikasi:infeksi saluran pernafasan hebat, kulit, intraabdominal, dan

saluran urine

o Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap sefalosporin

o Dosis: Dewasa dan anak >12 tahun: sehari 1-2 gr, maksimal sehari 12

gr. Anak 1 bulan-12 tahun: 50-100 mg/KgBB/hari dalam 4-6 dosis

terbagi.

Sirup Progresic (paracetamol) 3x1/2 ctk

o Indikasi:penurun demam, mengurangi nyeri

o Kontraindikasi: Hipersensitif, gangguan fungsi hati dan ginjal.

Page 10: Lapsus Anak

10

o Dosis: 3-4x sehari. Anak 1-6 tahun ½-1 sendok teh, 6-12 tahun 1-2

sendok teh.

Sirup Zenirex 3x1/3 ctk

o Indikasi: Untuk meredakan batuk berdahak atau batuk yang disebabkan

oleh alergi.

o Kontraindikasi: penderita yang hipersensitif terhadap salah satu

komponen.

o Dosis:

- dewasa: sehari 2 - 4 sendok teh setiap 4 jam

- anak-anak 6 - 12 tahun: 1 - 2 sendok teh setiap 4 jam

- 2-6 tahun: ½ sendok teh setiap 4 jam

- dibawah 2 tahun harus dibawah pengawasan dokter

NON-FARMAKOLOGI

KIE (Komunikasi, Edukasi, dan Informasi):

1. Memberikan pengertian dan pemahan tentang bronkopneumonia

(pencegahan, pengenalan tanda dan gejala klinis, kondisi kegawatan,

penanganan dini atau rujukan, dan komplikasi). kepada keluarga

2. Menjaga kebersihan serta kesehatan diri dan lingkungan, khusunya

menjaga kebersihan ruangan, pastikan ruangan tidak lembab.

3. Menjaga asupan makanan dan cairana anak.

4. Memberikan informasi mengenai pencegahan penularan

bronkopneumonia.

2.10Follow Up

Tanggal S O A P

2 Nov

2013

Muntah

sudah

berkurang

sekitar 2 kali,

batuk

berdahak

dengan sekret

berwarna

Nadi 104x/menit

Suhu 36,2º C

Ronkhi halus

pada hampir

seluruh kedua

lapang paru

batuk berdahak

dengan sekret

Vomiting

Infeksi Saluran

Pernapasan

Infus C 1:4

10 tetes

permenit

Injeksi

vometron 4

mg 3x1/6

Amp.

Injeksi Glocef

Page 11: Lapsus Anak

11

putih bening,

demam.

putih bening. 2x100 mg

Progresic

syrup 3x1/3

ctk

Zenyrex

Syrup 3x1/3

ctk

3 Nov

2013

Batuk

Berdahak

Nadi 100x/menit

Suhu 36º C

Ronkhi halus

pada hampir

seluruh kedua

lapang paru

batuk berdahak

dengan sekret

putih bening

Foto thorax: kesan

bronchopneumoni

a

Bronchopneumonia Infus C 1:4

10 tetes

permenit

Injeksi

vometron 4

mg 3x1/6

Amp.

Injeksi Glocef

2x100 mg

Progresic

syrup 3x1/3

ctk

Zenyrex

Syrup 3x1/3

ctk

4 Nov

2013

Semua

keluhan

sebelumnya

berkurang

Bronchopneumonia

Acc pulang dan

kontrol 3 hari

berikutnya

Progresic

syrup 3x1/3

ctk

Zenyrex

Syrup 3x1/3

ctk

Cefat 3x1/2

ctk

Page 12: Lapsus Anak

12

BAB III

IDENTIFIKASI KELUARGA

3.1 Demografi Keluarga

Nama Pasien : An. A

Nama Kepala Keluarga: Tn. S

Alamat : Dunrejo, Batu

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah

No. Nama Status L/P UmurPendidikan

Terakhir

Pekerjaa

n

Pasien

KlinikKet.

1. Tn. S Menikah L41

tahunSMA Swasta -

Kepala

Keluarga

2. Ny. R Menikah P37

tahunSMA IRT - Ibu

3. Nn. RBelum

MenikahP

15

tahunSMA Pelajar - Anak

4. An. AyBelum

MenikahP

10

tahunSD Pelajar - Anak

5. An. IBelum

MenikahL 4 tahun - - - Anak

6. An. ABelum

MenikahL

10

bulan- -

Pasien

RSIAnak

Kesimpulan:

Keluarga An. A adalah nuclear family yang terdiri atas 6 orang dan tinggal dalam

satu rumah. An. A merupakan anak keempat dari Tn. S dan Ny. R.

3.2 Fungsi Holistik

1. Fungsi Biologis

An. A sebagai pasien dengan diagnosis bronchopneumonia

2. Fungsi Psikologis

Page 13: Lapsus Anak

13

An. A tinggal dengan kedua orangtua, dan tiga kakaknya. An. A

merupakan anak bungsu dan suka bermain dan bercanda bersama dengan

orangtua dan kakak-kakaknya.

3. Fungsi Sosial

sehari-hari An. A bermain dengan keluarga. Keluarga An. A memiliki

hubungan baik dengan tetangga dan masyarakat sekitar dan tidak memiliki

kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat.

4.Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Biaya rumah sakit berasal dari dana pribadi dan tidak diliputi oleh

asuransi. Pola makan pasien sehari-hari adalah minum ASI, bubur sereal,

dan minum air putih. Pola makan keluarga pasien sehari-hari cukup teratur

dengan menu tahu, tempe, ika, ayam, telur, daging, dan sayur-sayuran.

Kebutuhan sehari-hari An. A dipenuhi oleh orangtua.

Kesimpulan

Dari seluruh poin tersebut dapat disimpulkan bahwa An. A 10 bulan

dengan diagnosis bronchopneumonia. Dari fungsi psikologis, sosial dan

ekonomi baik.

3.3 Fungsi Fisiologi

Fungsi fisiologis dinilai menggunakan APGAR score. APGAR score adalah

skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang

setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang

lain. APGAR score meliputi :

1. Adaptasi

Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga

yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang

lain.

2. Partnership

Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota

keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.

3. Growth

Page 14: Lapsus Anak

14

Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan

anggota keluarga tersebut.

4. Affection

Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota

keluarga.

5. Resolve

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu

yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata ≤ 5 kurang, 6-7 cukup

dan 8-10 adalah baik.

Tabel APGAR Score Tn. S

Apgar Tn. M terhadap Keluarga

Sering/

selalu

(2)

Kadang-

kadang

(1)

Tidak/

jarang

(0)

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan

saya untuk melakukan kegiatan baru atau

arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon smosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya

dan saya membagi waktu bersama-sama√

Total APGAR Score Tn. S adalah 9

Page 15: Lapsus Anak

15

Tabel APGAR Score Ny. R

Apgar Ny. R terhadap Keluarga

Sering/

selalu

(2)

Kadang-

kadang

(1)

Tidak/

jarang

(0)

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan

saya untuk melakukan kegiatan baru atau

arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon smosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya

dan saya membagi waktu bersama-sama√

Total APGAR Score Ny. R adalah 10

Tabel APGAR Score Nn. R

Apgar Nn. R terhadap Keluarga

Sering/

selalu

(2)

Kadang-

kadang

(1)

Tidak/

jarang

(0)

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

saya

Page 16: Lapsus Anak

16

G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan

saya untuk melakukan kegiatan baru atau

arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon smosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya

dan saya membagi waktu bersama-sama√

Total APGAR Score Ny. R adalah 10

Tabel APGAR Score An. Ay

Apgar An. A terhadap Keluarga

Sering/

selalu

(2)

Kadang-

kadang

(1)

Tidak/

jarang

(0)

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan

saya untuk melakukan kegiatan baru atau

arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon smosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya

dan saya membagi waktu bersama-sama√

Total APGAR Score An. Ay adalah 10

Page 17: Lapsus Anak

17

APGAR score keluarga An. A = (9+10+10+10):4 = 9,75

Kesimpulan: Fungsi fisiologis keluarga An. A baik.

3.4 Fungsi Patologis

Fungsi patologis dari keluarga An. A dinilai dengan menggunakan alat

S.C.R.E.E.M sebagai berikut:

Tabel SCREEM Keluarga An. A

Sumber Patologis

Social Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya -

Culture Menggunakan adat istiadat daerah asal -

ReligiousPemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian

juga dalam ketaatannya dalam beribadah.

-

Economic Penghasilan keluarga relatif cukup -

EducationalTingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini

cukup -

MedicalDalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga An. A

ke praktek dokter umum atau RS -

Kesimpulan

Keluarga An. A tidak memiliki fungsi patologis.

Page 18: Lapsus Anak

Tn. M

Tn. A Ny. A Ny. M Ny. STn. P Tn. S

Ny. RNy. NTn. M

Ny. R

Nn. R An. AAy An. I An. A

Tn. S Ny. R

An. A

An. I An. Ay

Ny. R

18

3.5 Genogram Keluarga

Keterangan:

: Laki-laki : tinggal serumah

: Perempuan : Pasien

3.6 Pola Interaksi Keluarga

Keterangan : hubungan baik

Kesimpulan: hubungan antar anggota keluarga An. A baik dan tidak ada konflik

3.7 Identifikasi Faktor Perilaku dan Non-Perilaku

A. Faktor Perilaku Keluarga Pengetahuan Keluarga

n

Page 19: Lapsus Anak

19

Keluarga An. A memiliki pengetahuan yang baik mengenai kesehatan dengan rutin berobat ke pusat keseharan terdekat setiap kali ada anggota keluarga yang sakit.

SikapKeluarga An. A sangat perduli terhadap kesehatan penderita. Ketika pasien

MRS keluarga pasien bergantian menjaga pasien di rumah sakit. Keluarga

juga saling mengingatkan untuk menjaga kesehatan.

Tindakan

Seluruh anggota keluarga selalu mengantarkan dan menemani berobat jika ada

salah satu keluarga yang sakit.

B. Faktor Non-Perilaku Keluarga

Rumah yang dihuni keluarga An. A kondisinya cukup baik dan bersih. Pencahayaan

dan ventilasi rumah cukup, kondisi rumah tidak lembab, dan kebutuhan air minum

menggunakan air mineral dalam kemasan, dan kebutuhan air sehari-hari menggunakan

air PDAM.

Page 20: Lapsus Anak

Pengetahuan: Keluarga An. A memiliki pengetahuan yang baik mengenai kesehatan dengan rutin berobat ke pusat keseharan terdekat setiap kali ada anggota keluarga yang sakit.

Sikap: Keluarga An. A sangat perduli terhadap kesehatan penderita. Ketika pasien MRS keluarga pasien bergantian menjaga pasien di rumah sakit. Keluarga juga saling mengingatkan untuk menjaga kesehatan.

Tindakan: keluarga mengantar An. A berobat

Keluarga An. A

Lingkungan: rumah cukup memenuh isyarat kesehatan

Keturunan: keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami keluhan seperti pasien.

Pelayanan kesehatan: Jika An. A sakit pergi berobat ke pusat kesehatan terdekat.

FaktorPerilaku Faktor Non Perilaku

20

C. Identifikasi Lingkungan Rumah

1. Lingkungan Dalam RumahKeluarga ini tinggal di sebuah rumah dengan luas 7x8,5 m2. Rumah ini

terdiri dari ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 ruang keluarga yang bersambung

dengan ruang makan, satu dapur, dan 21kamar mandi. Rumah An. Aberlantai

keramik. Ventilasi dan penerangan rumah cukup. Kondisi dapur dan kamar

mandi cukup baik dan rapi. Sarana air untuk kegiatan sehari-hari keluarga ini

menggunakan air PDAM tetapi untuk air minum menggunakan air mineral

dalam kmasane. Saluran pembuangan air melalui selokan yang bersatu

dengan rumah lainnya. Saluran jamban memiliki septic tank. Secara

keseluruhan kebersihan rumah sudah cukup.

2. Lingkungan Luar Rumah

Rumh keluarga An. A tidak memiliki pagar pembatas dan

pekarangan.Sampah dibuang di tempat pembuangan sampah. Rumah ini jauh

Page 21: Lapsus Anak

21

dari jalan raya dan terletak di sebuah gang yang tidak terlalu ramai dan

bising.

Gambar Denah Rumah

Page 22: Lapsus Anak

22

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Definisi Bronkopneumonia

Pneumonia merupakan infeksi yang mengenai parenkim paru.

Bronkopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing. Bronkopneumonia

didefinisikan sebagai peradangan akut dari parenkim paru pada bagian distal

bronkiolus terminalis dan meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris,

sakus alveolaris, dan alveoli.

4.2 Epidemiologi

Insiden penyakit ini pada negara berkembang mencapai 30% pada anak-anak

di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di

Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada

anak di bawah umur 2 tahun. Infeksi saluran pernafasan bawah masih tetap

merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang

berkembang maupun yang sudah maju. Berdasarkan Hasil Survei Kesehatan

Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah

menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia.

4.3 Etiologi

Usia pasien merupakan peranan penting pada perbedaan dan kekhasan

pneumonia anak, terutama dalam spectrum etiologi, gambaran klinis dan strategi

pengobatan. Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi

Streptococcus grup B dan bakteri gram negatif seperti E.colli, pseudomonas sp,

atau Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan balita pneumoni sering

disebabkan oleh Streptococcus pneumonia, H. influenzae, Stretococcus grup A,

S. aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri

tersebut, sering juga ditemukan infeksi Mycoplasma Pneumoniae.

Penyebab utama virus adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV) yang

mencakup 15-40% kasus diikuti virus influenza A dan B, parainfluenza, human

Page 23: Lapsus Anak

23

metapneumovirus dan adenovirus. Nair, et al 2010 melaporkan estimasi insidens

global pneumonia RSV anak-balita adalah 33.8 juta episode baru di seluruh dunia

dengan 3.4 juta episode pneumonia berat yang perlu rawat-inap. Diperkirakan

tahun 2005 terjadi kematian 66.000 -199.000 anak balita karena pneumonia RSV,

99% di antaranya terjadi di negara berkembang. Data di atas mempertegas

kembali peran RSV sebagai etiologi potensial dan signifikan pada pneumonia

anak-balita baik sebagai penyebab tunggal maupun bersama dengan infeksi lain.

4.4 Klasifikasi

Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan

pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah

membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara

klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan. Pembagian secara anatomis :

- Pneumonia lobaris

- Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)

- Pneumonia interstisialis (bronkiolitis)

Pembagian secara etiologi :

- Bakteri : Pneumococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus

pneumonia, Haemofilus influenzae.

- Virus : Respiratory Synctitial virus, Parainfluenzae virus, Adenovirus

- Jamur : Candida, Aspergillus, Mucor, Histoplasmosis, Coccidiomycosis,

Blastomycosis, Cryptoccosis.

- Corpus alienum

4.5 Patofisiologi

Pneumonia dapat timbul akibat masuknya kuman penyebab ke dalam saluran

pernafasan bagian bawah melalui 2 cara, yaitu : inhalasi dan hematogen.

Dalam keadaan normal saluran nafas mulai dari trakea ke bawah berada

dalam keadaan steril dengan adanya mekanisme pertahanan paru-paru seperti

refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi, refleks

batuk, pergerakan sel silia, sekret mukus, sel fagositik dan sistem limfatik. Infeksi

paru terjadi apabila mekanisme ini terganggu atau mikroorganisme yang masuk

sangat banyak dan virulensi.

Page 24: Lapsus Anak

24

Saluran napas bawah dijaga tetap steril oleh mekanisme pertahanan bersihan

mukosiliar, sekresi imunoglobulin A, dan batuk. Mekanisme pertahanan

imunologik yang membatasi invasi mikroorganisme patogen adalah makrofag

yang terdapat di alveolus dan bronkiolus, IgA sekretori, dan imunoglobulin lain.

Biasanya bakteri penyebab terhirup ke paru-paru melalui saluran nafas,

mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang

meliputi empat stadium, yaitu :

1. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)

Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang

berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan

peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.

Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-

sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator

tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga

mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin

dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan

permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma

ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar

kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus

meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida

maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering

mengakibatkan penurunan saturasi oksigen dan hemoglobin.

2. Stadium II (48 jam berikutnya)

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah

merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian

dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya

penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah

dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau

sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung

sangat singkat, yaitu selama 48 jam.

3. Stadium III (3 – 8 hari)

Page 25: Lapsus Anak

25

Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih

mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin

terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.

Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat

karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan

kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.

4. Stadium IV (7 – 11 hari)

Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan

peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh

makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.

Page 26: Lapsus Anak

26

4.6 Manifestasi Klinis

Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat

ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut :

- Gejala infeksi umum, yaitu : demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan

nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti : mual, muntah atau diare ; kadang-

kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.

- Gejala gangguan respiratori, yaitu : batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea,

napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.

4.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung

leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial. Infeksi virus

leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit

predominan) dan bakteri leukosit meningkat 15.000-40.000 /mm3 dengan

neutrofil yang predominan. Pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri

serta peningkatan LED. Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan

hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik. Isolasi

mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau darah bersifat invasif sehingga tidak

rutin dilakukan.

Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan peningkatan

corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebar di pinggir

lapang paru. Bayangan bercak ini sering terlihat pada lobus bawah.

4.8 Penatalaksanaan

a. Penatalaksaan umum

• Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau

PaO2 pada analisis gas darah ≥ 60 torr

• Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.

b. Penatalaksanaan khusus

Page 27: Lapsus Anak

27

Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan

pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibiotik

awal.

Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi.

Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan

manifestasi klinis

Antibiotik:

Bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam

pertama) menurut kelompok usia:

1. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :

- ampicillin + aminoglikosid

- amoksisillin-asam klavulanat

- amoksisillin + aminoglikosid

- sefalosporin generasi ke-3

2. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)

- beta laktam amoksisillin

- amoksisillin-amoksisillin klavulanat

- golongan sefalosporin

- kotrimoksazol

- makrolid (eritromisin)

3. Anak usia sekolah (> 5 thn)

- amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)

- tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)

Antibiotik intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat

menerima obat peroral atau termasuk dalam derajat pneumonia berat.

Antibiotik intravena yang dianjurkan adalah : ampisilin dan kloramfenikol,

ceftriaxone, dan cefotaxim. Pemberian antibiotik oral harus dipertimbangkan

jika terdapat perbaikan setelah mendapat antibiotik intra vena. Faktor yang

perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :

1. Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan epidemiologis

2. Berat ringan penyakit

3. Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis

Page 28: Lapsus Anak

28

4. Ada tidaknya penyakit yang mendasari

4.9 Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul jika tidak diobati dengan baik antara lain:

a. Atelektasis

Merupakan kondisi paru-paru yang mengerut baik sebagian atau

keseluruhan akibat penyumbatan saluran udara di bronkus atau brokiolus

oleh

b. Emfisema

Suatu keadaan paru dengan udara yang berlebihan sehingga

mengakibatkan pelebaran atau pecahnya alveolus.

c. Empiema

Keadaan terkumpulnya pus atau nanah dalam jaringan paru hingga rongga

paru.

d. Abses paru

Adanya suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi material purulent

berupa sel radang akibat prosesn nekrosis parenkim paru.

e. Endokarditis

Proses peradangan yang terjadi pada endokardium atau selapus jantung

akibat infeksi.

4.10 Prognosis

Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi

didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang

terlambat untuk pengobatan.

Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi

berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan

hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan

pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja

sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif

yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi

apabila berdiri sendiri

Page 29: Lapsus Anak

29

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Dasar Penegakan Diagnosis

Kriteria diagnose pada kasus bronchopneumonia adalah bila ditemukan tiga

dari 5 gejala berikut:

a. Sesak nafas yang disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding

dada atau retraksi intercostae.

b. Demam

c. Pada pemeriksaan auskultasi didapatkan rhonki basah halus hingga sedang atau

crackles.

d. Pada pemeriksaan penunjang foto thorax menunjukkan hasil adanya gambaran

infiltrate yang difuse.

e. Pada pemeriksaan darah lengkap terdapat leukositosis. Pada infeksi yang

dikarenakan oleh virus leukosit tidak melebih 20.000/mm3 dengan limfosit

predominan, dan jika dikarenakan infeksi bakteri maka leukosit.

5.2 Dasar Pemberian Terapi

Infus C1:4

Infus C 1:4larutan dengan komposisi bervariasi yaitu dextrose 5% : Nacl

0,225% diberikan pada pasien usia 1 bulan-3 tahun dengan indikasi non-diare.

Rumus dosis maintenance cairan:

Total kebutuhan cairan bayi usia dibawah 1 tahun (rumus Darrow)

Kebutuhan cairan = 100 ml x usia (bulan)

Kebutuhan cairan = 100ml x 10 = 1000 ml

(1000cc x 15 tetes) / 1440 menit = 10 tetes/menit

Injeksi IV Vometron (Ondansetron)

Ondansetron adalah derivate carbazalone yang strukturnya berhubungan

dengan serotonin dan merupakan antagonis reseptor 5-HT3 subtipe spesifik yang

berada di CTZ dan juga pada aferen vagal saluran cerna, tanpa mempengaruhi

reseptor dopamine, histamine, adrenergik, ataupun kolinergik.Obat ini memilki

Page 30: Lapsus Anak

30

efek neurologikal yang lebih kecil dibanding dengan Donperidol ataupun

Metoklopramid.

Ondansetron efektif bila diberikan secara oral atau intravena dan mempunyai

bioavaibility sekitar 60% dengan konsentrasi terapi dalam darah muncul tiga

puluh sampai enam puluh menit setelah pemakaian. Metabolismenya di dalam hati

secara hidroksilasi dan konjugasi dengan glukoronida atau sulfat dan di eliminasi

cepat didalam tubuh, waktu paruhnya adalah 3-4 jam pada orang dewasa

sedangkan pada anak-anak dibawah 15 tahun antara 2-3 jam.

Efek samping yang sering timbul pada dosis terapi adalah sakit kepala dan

konstipasi, lemas dan peningkatan enzim hati. Aritmia jantung dan AV blok telah

dilaporkan setelah pemakaian Ondansetron dan Metoklopramid. Iskemia jantung

akut yang berat telah dilaporkan pada pasien tanpa kelainan jantung.

Kontraindikasi Ondansetron adalah selain pada pasien yang hipersensitivitas

terhadap obat ini, juga pada ibu hamil ataupun yang sedang menyusui karena

mungkin disekresi dalam asi. Pasien dengan penyakit hati mudah mengalami

intoksikasi, tetapi pada pasien yang mempunyai kelainan ginjal agaknya dapat

digunakan dengan aman. Dosis Ondansetron 4-8 mg IV sangat efektif, sedangkan

sebagai profilaksis dosis 1-8 mg IV sangat efektif.

Injeksi IV Glocef (Sefotaksim)

Sksimefot merupakan salah satu antibiotik golongan sefalosporin generasi

ketiga yang dapat diberikan secara injeksi. Obat ini sangat aktif terhadap berbagai

kuman Gram-positifmaupun Gram-negatif aerobik. Aktifitasnya terhadap B.

fragilis sangat lemah dibandingkan klindamisin dan metronidazol. Waktu paruh

plasma sekitar 1 jam dan diberikan tiap 6 sampai 12 jam. Metabolitnya ialah

desasetilsefotaksim yang kurang aktif. Obat ini efektif untuk pengobatan meninitis

oleh bakteri Gram-negatif. Sefotaksim tersedia dalam bentuk injeksi 2 dan 10

gram.

Sirup Progresic (paracetamol)

Page 31: Lapsus Anak

31

Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antpiretik yang

sama. Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilngkan atau

mengurangi nyeri ringan sampai sedang.Efek anti-inflamasinya sangat

lemah.Parasetamol merupakan penghambat biosentesis prostaglandin yang

lemah.Efek iritasi, erosi dan lambung tidak terlihat, demikian juga gangguan

pernafasan dan keseimbangan asam basa.

Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna.

Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh

plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh.

Indikasi parasetamol digunakan sebagai analgesik dan antipiretik. Sebagai

analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena

kemungkinan mengakibatkan nefropati analgesik.

Efek samping yang ditimbulkan seperti reaksi alergi terhadap derivate para-

aminofenol jarang terjadi.Manifestasinya berupa eritema atau urtikaria dan gejala

yang lebih berat berupa demam dan lesi pada mukosa.

Parasetamol tersedia sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500 mg atau sirup

yang mengandung 120 mg/5 mL.Dosis parasetamol untuk dewasa 300 mg-1 gr

perkali, dengan makimum 4 gr per hari.Penggunaanya diberikan maksimal 6 hari.

Sirup zenirex

Satu sendok teh (5 ml) mengandung: Promethazini HCl 5 mg, Ipecacuanhae

Extractum 4 mg, dan Glicerylis Guaiacolas 50 mg. Indikasi zenirex digunakan

sebagai Untuk meredakan batuk berdahak atau batuk yang disebabkan oleh alergi.

Promethazini HCl termasuk derivat phenothiazin yang bekerja secara

kompetitive dengan reseptor H 1. Ipecacuanhae extractum dan glycerilis

guaiacolas sebagai expectorant dengan merangsang sekresi saluran pernapasan

sehingga menurunkan viscositas dan mempermudah pengeluaran dahak.

Page 32: Lapsus Anak

32

BAB VI

PENUTUP

8.1 Kesimpulan Holistik

a. Diagnosis dari segi biologis

Bronchopneumonia

b. Diagnosis dari segi psikologis

Hubungan pasien dengan ayah, ibu dan kakak-kakaknya baik. Intensitas

waktu untuk berkumpul bersama keluarga juga sering. Selain itu

mereka juga sering berkunjung dan berkumpul dengan keluarga besar.

c. Diagnosis dari segi sosial

Pasien setiap hari bermain dengan saudara-saudaranya

8.2 Saran Komprehensif

a. Memberikan informasi dan pemahaman kepada orang tua An.A,

mengenai brokopneumonia (pencegahan, pengenalan tanda dan gejala

klinis, kondisi kegawatan, penanganan dini atau rujukan, dan

komplikasi).

b. Istirahat dan perawatan yang intensif untuk mempercepat pemulihan

dan mencegah komplikasi.

c. Memberikan informasi mengenai pemakaian masker untuk mencegah

timbulnya penularan bakteri

Page 33: Lapsus Anak

33

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman Richard E, Kliegman Robert, Nelson Waldo E, Vaughan Victor C.

Nelson Textbook of Pediatrics.17th Edition. EGC. Jakarta : 2000

2. Ikatan dokter anak indonesia. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1.

jakarta :pengurus pusat IDAI

3. ISO Indonesia edisi 2010-2011. IAI.

4. Mirzanie, Hanifah. 2006. Pediatricia. Jogjakarta

5. Pedoman Terapi Ilmu Kesehatan Anak, 2005.Unpad: Bandung

6. Pedoman pelayanan kesehatan anak dirumah sakit. 2009. Jakarta : WHO

indonesia

7. Rahajoe. NN, dkk. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi 1 cetakan

Pertama IDAI Jakarta h.350-365

8. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC