laprak pengdas identifikasi karakteristik das fix

Upload: ahmad-ghazali-rahmadani

Post on 01-Mar-2016

240 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

copas

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUMTEKNIK PENGOLAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI(Identifikasi Karakteristik Daerah Aliran Sungai)

Oleh :Kelompok : 4 (empat)Nama dan NPM : 1. Irawati Hotijah (240110110007) 2. Pardamean Sitanggang(240110110025) 3. Alfonsus Mario A.(240110110045) 4. Sonia Melody C.(240110110054) 5. Dhanti Hanifa M.(240110110055) 6. Twiko Silandro P.(240110110096) 7. Mumtaz Riz Qiyadah(240110110106) 8. Ahmad Ghazali(240110110076)Hari/Tanggal: Jumat/ 21 Maret 2014Jam: 08.00 10.00 WIBAsisten: 1. Andy Pratama 2. Fahmi Anshari

JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIANUNIVERSITAS PADJADJARAN2014BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDaerah Aliran Sungai (DAS) dapat diidentifikasi dari berbagai sudut pandang, antara lain dari sudut pandang ekosistem maka DAS sebagai satu kesatuan ekosistem, dari sudut pandang hidrologi maka DAS merupakan satuan kajian hidrologi, dari sudut pandang fisiografi (geomorfologi) maka DAS mempunyai 3 (tiga) ciri/watak, yaitu bagian hulu, tengah, dan hilir, dari sudut pandang fungsi kawasan maka DAS di bagian hulu sebagai fungsi produksi atau sebagai daerah resapan air, bagian tengah sebagai fungsi transpot material, dan bagian hilir sebagai fungsi deposisi (pengendapan).Inventarisasi karakteristik DAS akan digunakan dalam penyusunan Rencana Pengelolaan DAS dan penyusunan Sistem Informasi Pengelolaan DAS, PP Pengelolaan DAS Nomor 37 Tahun 2012 pada Pasal 1 Ayat (5) mengamanatkan bahwa Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal-balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan. Hubungan timbal-balik antara sumberdaya alam (vegetasi, lahan, dan air) sebagai suatu sistem alam (natural system) dan manusia sebagai suatu sistem sosial (social system) membentuk hubungan saling interaksi (interrelationships) dan saling ketergantungan (interdependency) yang akan menentukan karakeristik DAS yang bersangkutan.Oleh karenanya, sebagai langkah awal dalam pengelolaan DAS maka pada praktikum kali ini meliputi dua proses, yaitu di dalam ruangan dan luar ruangan. Praktikum di dalam ruangan adalah identifikasi karakteristik DAS Cikeruh sebagai objek dalam praktiku. Identifikasi ini meliputi karakteristik morfometri dan morfologi. Sedangkan untuk praktikum di luar ruangan adalah identifikasi karakteristik kependudukan DAS. Hal ini dapat diperoleh melalui survey langsung ke daerah alirah sungai cikeruh dan melalui kantor kecamatan atau balai desa untuk memperoleh data statistiknya.1.2 TujuanAdapun tujuan dari inventarisasi dan identifikasi karakteristik DAS adalah sebagai berikut:1) Diperolehnya data karakteristik DAS dan estimasi kondisi, potensi, dan perilaku/ watak yang diperlakukan dalam rangka pengembangan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia serta kelembagaan secara optimal.2) Diperolehnya data dan informasi mengenai perlakuan-perlakuan yang mungkin terjadi di dalam DAS dan selanjutnya untuk dijadikan sebagai dasar dalam perumusan pemecahan permasalahan DAS yang akan dilakukan secara terintegrasi (terpadu) antara sektor (lintas sektoral) dalam rangka pengelolaan DAS terpadu.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi DAS Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/ kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau. Linsley (1980) menyebut DAS sebagai A river of drainage basin in the entire area drained by a stream or system of connecting streams such that all stream flow originating in the area discharged through a single outlet.

Gambar 1. Daerah Aliran Sungai(Sumber: www.aditgeoholic.blogspot.com)

Sementara itu IFPRI (2002) menyebutkan bahwa A watershed is a geographic area that drains to a common point, which makes it an attractive unit for technical efforts to conserve soil and maximize the utilization of surface and subsurface water for crop production, and a watershed is also an area with administrative and property regimes, and farmers whose actions may affect each others interests.

Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang menerima, menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkan ke laut atau danau melalui satu sungai utama. Dengan demikian suatu DAS akan dipisahkan dari wilayah DAS lain di sekitarnya oleh batas alam (topografi) berupa punggung bukit atau gunung. Dengan demikian seluruh wilayah daratan habis berbagi ke dalam uni-unit Daerah Aliran Sungai (DAS) (Asdak, 1995). Dari beberapa definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan wilayah yang paling tepat bagi pembangunan, tempat bertemunya kepentingan nasional dengan kepentingan setempat. Pembangunan ekonomi yang mengolah kekayaan alam Indonesia harus senantiasa memperhatikan bahwa pengelolaan sumber daya alam juga bertujuan untuk memberi manfaat pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu, sumber daya alam terutama hutan, tanah, dan air harus tetap dijaga agar kemampuannya untuk memperbaiki diri selalu terpelihara.Perencanaan tata ruang harus mempertimbangkan daerah hulu dan daerah hilir DAS, terkait peruntukan lahan maka perencanaan peruntukan lahan haruslah meliputi seluruh DAS. Secara Hidrologis wilayah hulu dan hilir merupakan satu kesatuan organis yang tidak dapat terpisahkan, keduanya memiliki keterkaitan dan ketergantungan yang sangat tinggi (Purwanto,1997).Daerah Aliran Sungai biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah, dan daerah hilir. Daerah hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, mempunyai kerapan drainase yang lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng lebih besar (lebih besar dari 15%), bukan merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase. Sementara daerah hilir DAS merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil, merupakan daerah dengan kemiringan kecil sampai sangat kecil (kurang dari 8%), pada beberapa tempat merupakan daerah banjir (genangan air). Ekosistem DAS hulu merupakan bagian yang sama pentingnya dengan daerah hilir karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS (Asdak, 1995).2.2Karakteristik DASKarakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi beberapa variable yang dapat diperoleh melalui pengukuran langsung, data sekunder, peta dan dari data penginderaan jauh (remote sensing). (Seyhan, 1977) menyatakan bahwa karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu:1) Faktor lahan (ground factor), yang meliputi topografi, tanah, geologi, geomorfologi.2) Faktor vegetasi dan penggunaan lahan.

2.3Luas Daerah Aliran SungaiLuas suatu DAS atau Sub DAS dapat diukur secara langsung ke lapangan atau secara langsung di peta citra satelit atau peta topografi (TOP)/ peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dengan menggunakan alat ukur luas (planimeter), atau dengan sistem Geographic Information System (GIS). Sebelum melakukan penelitian maka batas DAS harus ditentukan (deliniasi).

Gambar 2. Penampang 3D Luas DAS(Sumber: www.aditgeoholic.blogspot.com)

2.4Bentuk DASBentuk DAS mempunyai pola aliran dan ketajaman puncak discharge banjir. Bentuk DAS sulit dinyatakan secara kuantitatif. Dengan membandingkan konfigurasi basin dapat dibuat suatu indeks yang berdasarkan pada derajad kekadaran circulaty dari DAS.

2.5LerengPengukuran lereng di lapangan dapat digunakan abney level atau Clinometer, sedangkan pengukuran lereng melalui peta topografi atau peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dapat menggunakan Slope Meter atau dengan mencari beda tinggi dengan paralaks meter atau dengan menggunakan rumus Avery (1975) menggunakan contour length methode.

2.6KetinggianKetinggian suatu tempat dapat diketahui dari peta topografi, diukur di lapangan atau melalui foto udara jika terdapat salah satu titik kontrol sebagai titik ikat. Ketinggian rata-rata pada suatu DAS merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap temperatur dan pola hujan khususnya pada daerah topografi bergunung.

2.7Jaringan SungaiPola aliran atau susunan sungai suatu DAS merupakan karakteristik fisik setiap drainase basin yang penting karena pola aliran sungai mempengaruhi efisiensi sistem drainase dan karakteristik hidrografis, dan pola aliran menentukan bagi pengelola DAS untuk mengetahui kondisi tanah dan permukaan DAS khususnya tenaga erosi (Anonim, 1996).

2.8Pola AliranTerdapat bermacam-macam bentuk pola aliran yang masing-masing dirincikan oleh kondisi yang dilewati oleh sungai tersebut. Delapan jenis pola aliran yang biasa dijumpai adalah pola dendritik, parallel, trellis, rectangular, radial, annural, multibasinal dan contorted. Pola aliran dendritik yang mencirikan sebagian besar sungai-sungai di Indonesia, dapat dijumpai dalam kondisi yang berbeda-beda menurut batuannya.

2.9Sungai Terpanjang dan Sungai IndukPanjang sungai terpanjang dan sungai induk DAS diukur dari outlet ke sumber asal air, yaitu dari mulut DAS (outlet/mouth of watershed) sampai sumber air. Sedangkan panjang sungai utama diukur dari mulut DAS sampai ujung sungai utama.

Gambar 3. Aliran Sungai Utama(Sumber: www.aditgeoholic.blogspot.com)

2.10Vegetasi dan Penutupan LahanPeran vegetasi mempunyai arti yang sangat penting dalam proses hidrologi suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu intercepting hujan yang jatuh dan transpirating air yang terabsorpsi oleh akarnya.

2.11Tanah dan BatuanTipe dan distribusi tanah dalam suatu Daerah Aliran Sungai adalah penting untuk mengontrol aliran bawah permukaan (sub surface flow) melalui proses infiltrasi. Variasi dalam tipe tanah dengan kedalaman dan luas tertentu akan mempengaruhi karakteristik infiltrasi dan timbunan kelembaban tanah (soil moister storage).

2.12Definisi DAS Berdasarkan FungsiDalam rangka memberikan gambaran keterkaitan secara menyeluruh dalam pengelolaan DAS, terlebih dahulu diperlukan batasan-batasan mengenai DAS berdasarkan fungsi, yaitu pertama DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan. Kedua DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.Ketiga DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah. Keberadaan sektor kehutanan di daerah hulu yang terkelola dengan baik dan terjaga keberlanjutannya dengan didukung oleh prasarana dan sarana di bagian tengah akan dapat mempengaruhi fungsi dan manfaat DAS tersebut di bagian hilir, baik untuk pertanian, kehutanan maupun untuk kebutuhan air bersih bagi masyarakat secara keseluruhan. Dengan adanya rentang panjang DAS yang begitu luas, baik secara administrasi maupun tata ruang, dalam pengelolaan DAS diperlukan adanya koordinasi berbagai pihak terkait baik lintas sektoral maupun lintas daerah secara baik.

2.13Pengelolaan DASPengelolaan DAS dapat disebutkan merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang secara umum untuk mencapai tujuan peningkatan produksi pertanian dan kehutanan yang optimum dan berkelanjutan (lestari) dengan upaya menekan kerusakan seminimum mungkin agar distribusi aliran air sungai yang berasal dari DAS dapat merata sepanjang tahun.Pengelolaan Daerah Aliran Sungai bersifat multidisiplin dan lintas sektoral maka dalam pelaksanaan sistem perencanaan pengelolaan DAS perlu diterapkan azas One River One Plan, yaitu suatu perencanaan terpadu dengan memperhatikan kejelasan keterkaitan antar sektor pada tingkat daerah/wilayah dan nasional serta kesinambungan-nya. Selain itu pelaksanaan pengelolaan DAS umumnya melalui tiga upaya pokok : 1) Pengelolaan tanah melalui usaha konservasi tanah dalam arti luas; 2) Pengelolaan sumber daya air melalui usaha perlindungan sumber daya air; 3) Pengelolaan hutan, khususnya hutan lindung.

Gambar 4. Bentuk DAS Sejajar(Sumber: www.aditgeoholic.blogspot.com)

Kegiatan pengelolaan DAS juga dihubungkan dengan kelestarian sumber daya air, yaitu: 1) Kuantitatif: memperbesar suplai ke dalam tanah sehingga menambah tampungan air tanah dan meningkatkan suplai air tanah ke alur sungai yang berdampak mengurangi fluktuasi debit limpasan.2) Kualitatif: mengurangi kandungan material tersuspensi aliran sungai (suspended load). Sebagai akibat bertambah besarnya air hujan yang masuk ke dalam tanah sehingga pengikisan permukaan berkurang.Dampak lain dari pengelolaan DAS yang baik adalah peningkatan produktivitas lahan karena peningkatan resapan air hujan ke dalam tanah akan menambah kadar lengas tanah (soil moisture) yang selain akan memperbesar ketersediaan air juga meningkatkan proses disintegrasi dan dekomposisi regolith dan batuan induk yang berakibat meningkatnya unsur mineral dan unsur hara tanah yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan tanaman.Ditinjau dari pengelolaan kondisi fisik DAS terdapat 3 jenis pengelolaan, yaitu: 1) Secara teknis, yaitu pengelolaan dengan teknik-teknik konservasi lahan 2) Secara vegetatif, yaitu dengan penghutanan kembali lahan 3) Secara kimiawi, yaitu dengan pemanfaatan zat-zat kimia untuk meningkatkan kualitas lahanMenurut Asdak (1999), dalam keterkaitan biofisik wilayah hulu-hilir suatu DAS, perlu adanya beberapa hal yang menjadi perhatian, yaitu sebagai berikut : 1) Kelembagaan yang efektif seharusnya mampu merefleksikan keterkaitan lingkungan biofisik dan sosial ekonomi dimana lembaga tersebut beroperasi. Apabila aktifitas pengelolaan di bagian hulu DAS akan menimbulkan dampak yang nyata pada lingkungan biofisik dan/atau sosial ekonomi di bagian hilir dari DAS yang sama, maka perlu adanya desentralisasi pengelolaan DAS yang melibatkan bagian hulu dan hilir sebagai satu kesatuan perencanaan dan pengelolaan. 2) Eksternalities, adalah dampak (positif/negatif) suatu aktifitas/program dan atau kebijakan yang dialami/dirasakan di luar daerah dimana program/kebijakan dilaksanakan. Dampak tersebut seringkali tidak terinternalisir dalam perencanaan kegiatan. Dapat dikemukakan bahwa negative externalities dapat mengganggu tercapainya keberlanjutan pengelolaan DAS bagi : (a) masyarakat di luar wilayah kegiatan (spatial externalities), (b) masyarakat yang tinggal pada periode waktu tertentu setelah kegiatan berakhir (temporal externalities), dan (c) kepentingan berbagai sektor ekonomi yang berada di luar lokasi kegiatan (sectoral externalities). 3) Dalam kerangka konsep externalities, maka pengelolaan sumberdaya alam dapat dikatakan baik apabila keseluruhan biaya dan keuntungan yang timbul oleh adanya kegiatan pengelolaan tersebut dapat ditanggung secara proporsional oleh para aktor (organisasi pemerintah, kelompok masyarakat atau perorangan) yang melaksanakan kegiatan pengelolaan sumberdaya alam (DAS) dan para aktor yang akan mendapatkan keuntungan dari adanya kegiatan tersebut. Pada penanganan DAS bagian hulu diarahkan pada kawasan budidaya (pertanian)Pentingnya posisi DAS sebagai unit pengelolaan yang utuh merupakan konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pemanfaatan sumberdaya hutan, tanah dan air. Kurang tepatnya perencanaan dapat menimbulkan adanya degradasi DAS yang mengakibatkan lahan menjadi gundul, tanah/lahan menjadi kritis dan erosi pada lereng-lereng curam. Pada akhirnya proses degradasi tersebut dapat menimbulkan banjir yang besar di musim hujan, debit sungai menjadi sangat rendah di musim kemarau, kelembaban tanah di sekitar hutan menjadi berkurang di musim kemarau sehingga dapat menimbulkan kebakaran hutan, terjadinya percepatan sedimen pada waduk-waduk dan jaringan irigasi yang ada, serta penurunan kualitas air.Pada prinsipnya kebijakan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) merupakan hal yang sangat penting dalam rangka mengurangi dan menghadapi permasalahan sumberdaya air baik dari segi kualitas dan kuantitasnya. Kebijakan ini oleh karenanya merupakan bagian terintegrasi dari kebijakan lingkungan yang didasarkan pada data akademis maupun teknis. Beragamnya kondisi lingkungan pada beberapa daerah serta perkembangan ekonomi dan sosial, menjadikan tantangan bagi perkembangan daerah. Sehingga menuntut juga keberagaman spesifik analisa serta solusinya. Keberagaman ini harus diperhitungkan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan untuk memastikan bahwa perlindungan dan penggunaan DAS secara berkelanjutan ada dalam suatu rangkaian kerangka kerja

BAB IIIMETODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan3.1.1Alat1) Penggaris2) Pensil dan penghapus3) Spidol berwarna4) Curvimeter5) Paperclip 6) Kalkulator3.1.2Bahan1) Peta Kontur DAS Cikeruh ukuran A22) Plastik Mika3) Kertas Milimeterblok

3.2 Metoda PelaksanaanAdapun pelaksanaan praktikum kali terbagi atas dua bagian, yaitu:1) Praktikum di dalam Ruangana. Menyimpan plastik mika di atas peta dan menjepitnya dengan menggunakan paperclip.b. Menggambarkan aliran sungai pada plastik mika menggunakan spidol hitam.c. Menggambarkan batas luar daerah aliran sungai pada plastik mika menggunakan spidol biru.d. Menggambarkan garis kontur DAS pada plastik mika menggunakan spidol merah.e. Menyimpan kertas millimeterblok di atas plastik mika sebelumnya, kemudian menggambarkan aliran sungai, batas luar DAS, dan kontur DAS pada kertas milimeterblok menggunakan pensil.f. Menandai orde sungai pada kertas mmilimeterblok.g. Menghitung luas DAS secara keseluruhan, dan luas antar kontur.h. Menghitung panjang sungai utama, panjang sungai secara keseluruhan, dan keliling batas luar DAS menggunakan curvimeter.2) Praktikum di luar Ruangana. Mengunjungi Kantor Kecamatan Tanjungsari untuk memperoleh database berkenaan karakteristik DAS secara keseluruhan.b. Mengunjungi Kantor Desa Kutamandiri dan Kantor Desa Jatisari untuk bertanya langsung berkenaan kondisi di lingkungan daerah aliran sungai cikeruh.c. Menganalisa data yang telah diperoleh berkenaan kerentanan DAS terhadap seluruh karakteristik DAS.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh di wilayah Kecamatan Tanjungsari (Desa Kutamandiri dan Desa Jatisari)

A. Karakteristik Meteorologi DAS1) Curah HujanCurah hujan Sub-DAS Cikeruh wilayah Kec. Tanjungsari adalah sebesar 2715 mm/tahun sehingga dapat dikategorikan sebagai curah hujan yang tinggi.2) Intensitas HujanIntensitas hujan Sub-DAS Cikeruh wilayah Desa Kutamandiri Kec. Tanjungsari adalah sebesar 27,70 mm/hari sehingga dapat dikategorikan sebagai intensitas hujan yang sedang.

B. Karakteristik Morfologi DAS (geologi, geomografi, dan topografi)1) GeologiJenis batuan yang membentuk karakteristik Sub-DAS Cikeruh yaitu batuan alluvium, diocena, piocena sedimen, miocena lemistone dan mineral deposit.2) GeomografiGeomorfologi daerah Sub-DAS Cikeruh meliputi tiga satuan, yaitu:a. Satuan geomorfologi pedataran volkanik, di bagian selatan.b. Satuan geomorfologi perbukitan volkanik landai, di bagian utara.c. Satuan geomorfologi perbukitan volkanik terjal, di bagian timur.3) Topografia. Ketinggian (elevation) DASTerendah = 837,5 mdplTertinggi = 1837,5 mdplRata-rata A/2 (15,85375 km2) = 1337,5 mdpl

Tabel 1. Luas dan Elevasi Sub. DAS CikeruhNo.Elevasi (mdpl)Luas di atas berbagai elevasi (km2)

1.837,50,4575

2.937,52,929375

3.1037,52,645625

4.1137,52,34

5.1237,52,778125

6.1337,54,0675

7.1437,55,138125

8.1537,54,125625

9.1637,51,85125

10.1737,55.374375

11.1837,50

Sumber: Hasil Perhitungan Luas antar Kontur, 2014

Grafik 1. Ketinggian Sub DAS Cikeruh(Sumber: Dokumen Pribadi, 2014)

b. Orientasi DAS (aspect)Orientasi Sub. DAS Cikeruh

BTS+Outlet

Gambar 5. Arah Azimuth Sub DAS Cikeruh(Sumber: Dokumen Pribadi, 2014)

c. Kemiringan Lereng DASLereng (%) = = Lereng (o) = arc tan (0.039423/100) = 0.022587oKlasifikasi Kemiringan Lereng = Landaid. Bentuk Lereng DASKlasifikasi Bentuk Lereng = Cembung

C. Karakteristik Morfometri DASSungai = CikeruhSkala pada Peta = 1 : 250001) Luas DASKotak besar = 482Kotak kecil = 2532Jumlah kotak = (482 x 100) + 2532 = 50732Luas DAS = 50732 x (25000)2 = 31,7075 km2Berdasarkan luas DAS tersebut, Sub-DAS Cikeruh terkategori DAS sangat kecil.2) Bentuk DASPanjang Keliling Sub-DAS = 110cm x 25000 = 2750000cm = 27,5 km Penentuan bentuk DAS dapat menggunakan circularity ratio dengan sistematika persamaan sebagai berikut:

Besarnya nilai Rc menunjukkan semakin mendekati angka 1, maka bentuk DAS semakin mendekati lingkaran sempurna. Sehingga bentuk DAS Cikeruh adalah memanjang.3) Orde SungaiOrde atau jaringan sungai terlampir dalam gambar sungai di millimeter blok. Orde sungai yang diperoleh mulai dari 1 sampai dengan orde 5, jumlah orde sebagai berikut:a. Orde 1 = 92b. Orde 2 = 45c. Orde 3 = 20d. Orde 4 = 17e. Orde 5 = 14) Pola AliranBerdasarkan pola aliran sungai yang sudah digambarkan, Sub-DAS Cikeruh termasuk dalam bentuk pola aliran radial, yaitu bentuk pola aliran yang mengalir ke segala arah dari satu titik berkembang pada vulkan atau dome.5) Kerapatan DrainaseKerapatan aliran drainase dapat diperoleh berdasarkan perhitungan jumlah panjang sungai dibagi dengan luas DAS.

6) Profil Sungai Utamaa. Penentuan Sungai UtamaSungai utama adalah sungai yang memiliki panjang sungai terpanjang dibandingkan dengan panjang sungai yang lainnya pada Sub-DAS Cikeruh.b. Panjang Sungai Utama dan Sungai TerpanjangPanjang Sungai Utama = 50 cm x 25000= 1250000 cm = 12,5 kmPanjang Keseluruhan Sungai = 145 cm x 25000= 36250000 cm = 36,25 kmc. Perbedaan Tinggi DASElevasi rata-rata = 1337,5 mdplTabel 2. Luas (%) dan Elevasi Sub DAS CikeruhNo.Elevasi (mdpl)Luas (%)

1.837,51.442876291

2.937,510.68162107

3.1037,519.02546716

4.1137,526.40542458

5.1237,535.16715288

6.1337,547.9953481

7.1437,564.20011038

8.1537,577.21162186

9.1637,583.05014586

10.1737,5100

(Sumber: Dokumen Pribadi, 2014)

Grafik 2. Kurva Hipsometrik Sub. DAS(Sumber: Dokumen Pribadi, 2014)

D. Karakteristik Sosial Kependudukan DASTingkat Kerentanan DAS berdasarkan Karakteristik Sosial Kependudukan DASDesa : KutamandiriKecamatan : TanjungsariKabupaten/kota : Sumedang No.VariabelUkuranBesaranKategoriSkor

1.Kepadatan penduduk geografis4.230 Jika/km2> 400 Jiwa/km2Tinggi5

2.Kepadatan penduduk agraris3.749 Jiwa/km2

3.Persentase rumah tangga tani29,83%>20%Tinggi5

Sumber: Database Kecamatan Tanjungsari, 2014.

Tingkat Kerentanan DAS berdasarkan Karakteristik Sosial Kependudukan DASDesa : JatisariKecamatan : TanjungsariKabupaten/kota : Sumedang No.VariabelUkuranBesaranKategoriSkor

1.Kepadatan penduduk geografis6.532 Jika/km2> 400 Jiwa/km2Tinggi5

2.Kepadatan penduduk agraris7 Jiwa/km2

3.Persentase rumah tangga tani0,075%