[laporan] uks & napza

Upload: caesaria-christ-haryadi

Post on 22-Jul-2015

487 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

LAPORAN FIELD LAB BLOK 20 PSIKIATRI Pembinaan UKS, Gangguan Belajar dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) di SMK Nahdhotul Ulama, SMP N 2 dan SMP Islam 1 Tanon, Sragen

DISUSUN OLEH:

Kelompok A6Kristina Sandra Dewi Christine N. Santoso Anung Rizki Putri U. Marwan Sofyan Mega Atriningrum Nurul Fitri Syarifah Ricky Trinugroho Y. Bening Rahimi Titisari Hafriliantika R. Rieska Widyaswari Teguh Hermawansyah G0008015 G0008029 G0008055 G0008125 G0008129 G0008149 G0008157 G0008203 G0008217 G0008237 G0008243

INSTRUKTUR: dr. Eko Windu Nugroho, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2010

1

LEMBAR PENGESAHANJudul Laporan : Pembinaan UKS, Gangguan Belajar dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) di SMK Nahdlatul Ulama, SMPN 2 dan SMP Islam 1 Tanon, Sragen Disusun Oleh : Kelompok A6 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Kristina Sandra Dewi G0008015 Christine N. Santoso G0008029 Anung Rizki Putri U. G0008055 Marwan Sofyan Mega Atriningrum Nurul Fitri Syarifah G0008125 G0008129 G0008149 Ricky Trinugroho Y. Bening Rahimi Titisari Hafriliantika R. Rieska Widyaswari Teguh Hermawansyah G0008157 G0008203 G0008217 G0008237 G0008243

Menyatakan bahwa laporan ini adalah asli dan belum pernah dibuat oleh siapapun sebelumnya. Laporan ini disusun sebagai bagian dari tugas kegiatan Field Lab : Pembinaan UKS, Gangguan Belajar dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif).

Sragen, 15 Desember 2010 Mengetahui, Kepala Puskesmas Tanon 1

dr. Eko Windu Nugroho, M.Kes NIP 19720715 200312 1006

2

DAFTAR ISILembar Pengesahan Instruktur Lapangan ......................................................... 1 Daftar Isi...............................................................................................................2 I. II. III. IV. V. Pendahuluan.......................................................................................3 Kegiatan yang dilakukan ..................................................................5 Pembahasan.....................................................................................14 Simpulan dan Saran.........................................................................21 Daftar Pustaka..................................................................................22

3

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan Bahan/ Obat berbahaya) merupakan masalah kompleks yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam kedokteran, sebagian besar golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya generasi muda. Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak hanya di kota-kota besar saja, akan tetapi sudah sampai ke kota-kota kecil diseluruh wilayah Indonesia, mulai dari tingkat sosial ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas. Berdasarkan data yang ada, penyalahgunaan NAPZA paling banyak berumur antara 1524 tahun. Tampaknya generasi muda adalah sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA. Oleh karena itu kita semua perlu mewaspadai bahaya dan pengaruhnya terhadap ancaman kelangsungan pembinaan generasi muda. Sektor kesehatan memegang peranan penting dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA. Upaya yang dilakukan dalam menanggulangi penyalahgunaan NAPZA meliputi tindakan promotif, preventif, terapi, dan rehabilitasi. Peran penting sektor kesehatan sering tidak disadari oleh petugas kesehatan itu sendiri, bahkan para pengambil keputusan, kecuali mereka yang berminat dibidang kesehatan jiwa, khususnya penyalahgunaan NAPZA. Bidang ini perlu dikembangkan secara lebih profesional, sehingga menjadi salah satu pilar yang 4

kokoh dari upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA. Kondisi diatas mengharuskan pula puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dapat berperan lebih proaktif dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di masyarakat. Dari hasil identifikasi masalah NAPZA dilapangan melalui diskusi kelompok terarah yang dilakukan Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat bekerja sama dengan Direktorat Promosi Kesehatan Ditjen Kesehatan Masyarakat Depkes-Kesos RI dengan petugas-petugas puskesmas di beberapa propinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, Bali ternyata pengetahuan petugas puskesmas mengenai masalah NAPZA sangat minim sekali serta masih kurangnya buku yang dapat dijadikan pedoman. B. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa mampu melakukan Pembinaan UKS: Kesehatan Jiwa (NAPZA: Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya). Adapaun learning outcome pembelajaran ini adalah diharap mahasiswa : 1. Mampu memberikan dorongan dan motivasi untuk meningkatkan pembinaan dan pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) kepada pihak / Tim UKS masing masing SMP dan SMA di wilayah kerja puskesmas. 2. Mampu merinci manajemen program dan prosedur Pembinaan UKS khususnya tentang pembinaan kesehatan jiwa anak dan remaja. 3. Mengkaji dan memberikan pendidikan kesehatan masyarakat tentang Pembinaan UKS: Kesehatan Jiwa (NAPZA: Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) yang dihubungkan dengan gangguan belajar, kepada pihak / Tim UKS masing masing SMP dan SMA di wilayah kerja puskesmas.

5

BAB II KEGIATAN YANG DILAKUKAN Jadwal Kegiatan Kegiatan Field lab topik Penyuluhan Kesehatan : Pembinaan UKS: Kesehatan Jiwa (NAPZA: Narkotika Psikotropika, dan zat adiktif lainnya, serta gangguan belajar) kelompok A3 dilaksanakan di Puskesmas Pracimantoro. Sebelum kegiatan field lab dilaksanakan, mahasiswa melakukan pra-kunjungan guna memberikan surat ijin dan menghaturkan salam perkenalan dengan pihak puskesmas. Kegiatan Field lab dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 9, 16 dan 23 November 2011. A. Gambaran Umum Kegiatan Pertemuan I : Rabu, 9 November 2011 Kegiatan hari pertama didahului dengan bimbingan dari dr. Cahyo selaku kepala Puskesmas Pracimantoro mengenai overview UKS dan rincian kegiatan yang akan dilakukan di sekolah yang akan dikunjungi. Pembekalan ini dimaksudkan sebagai pengenalan terhadap materi agar mahasiswa siap memberi penyuluhan kepada masyarakat. Kemudian kami juga diberi pretest mengenai UKS yang bertujuan mengetahui sejauh mana pengertian kami mengenai topik tersebut. Pertemuan II : Rabu, 16 November 2011

B. a

kepala Puskesmas Tanon I Sragen mengenai overview UKS dan rincian kegiatan yang akan dilakukan di masing-masing sekolah yang akan dikunjungi.

6

Kemudian kami dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama di SMK Nahdlatul Ulama, kelompok kedua di SMP N 2 Tanon dan kelompok ketiga SMP Islam 1 Tanon, Sragen. Masing-masing kelompok telah menyiapkan slide khusus mengenai NAPZA yang rencananya akan disampaikan kepada siswa yang berada di tiap-tiap sekolah. Namun penyuluhan tidak dapat dilakukan karena bersamaan dengan jadwal ujian semester siswa. Didampingi oleh petugas dari Puskesmas, Bapak Edy Kadaryanto, kelompok berangkat ke sekolah yang dituju. Berikut merupakan data yang didapat dari kegiatan di SMK Nahdlatul Ulama, SMP N 2 dan SMP Islam 1 Tanon, Sragen: 1) Pendidikan Kesehatan di Sekolah (Health Education in School) SMP SMP 2 Islam 1 Pendidikan kesehatan dapat diberikan melalui kegiatan: INDIKATOR a. Intrakurikuler o Berupa mata pelajaran Kesehatan yang berdiri sendiri (contoh : bimbingan konseling (BK)) o Disisipkan di pelajaran Penjaskes b. Ekstrakurikuler o o Disisipkan dalam kegiatan PMR (Palang Disisipkan dalam kegiatan Pramuka Merah Remaja) o Perekrutan Dokter Kecil c. Penyuluhan dari petugas kesehatan (materi : PHBS, pencegahan perilaku beresiko seperti penyalahgunaan NAPZA, pergaulan bebas, dan kenakalan remaja lainnya) o o 2) Kepada kader/ pengelola UKS Kepada peserta didik SMK

Pemeliharaan Kesehatan Sekolah (School Health Service)

7

INDIKATOR o o o o P3K) o Pertolongan pertama serta rujukan bila kasus yang tidak dapat menemukan Pemeriksaan kesehatan Pemeriksaan perkembangan

SMK (e.g.

SMP 2

SMP Islam 1

kecerdasan (e.g. tes IQ) Pemberian imunisasi Pengobatan sederhana

ditanggulangi di sekolah.

3)

Lingkungan Sekolah yang Sehat INDIKATOR SMK SMP 2 SMP Islam 1

a. Lingkungan Psikis (Perilaku) o o o Kebersihan pribadi Tidak Merokok Olahraga teratur

o Tidak menggunakan NAPZA b. Lingkungan Fisik o o o o o o o o Ada jamban Ada air bersih Ada tempat sampah Ada Sistem Pembuangan Air Limbah Ventilasi Ada warung sehat Ada UKS Ada taman sekolah

A. Kegiatan di SMK Nahdlatul Ulama Tanon Sragen

8

Kondisi UKS di SMK Nahdlatul Ulama Tanon Sragen Untuk mencapai kondisi UKS yang ideal, diperlukan adanya perencanaan input, proses dan juga output. 1. Input (parameter 5 M), meliputi : a. Man (sumber daya manusia) Tenaga kesehatan masih kurang, pengetahuan mengenai kesehatan pada tenaga kesehatan masih kurang. b. Machine (prasarana) Ruangan UKS digabung dengan ruang OSIS. c. Material (sarana) Sarana UKS belum memadai. Perlengkapan UKS yang ada hanya P3K. d. Money (pendanaan) kami belum menanyakan apakah ada pendanaan khusus untuk pengembangan UKS. e. Method (cara) Penyuluhan belum dilakukan pada tenaga kesehatan di sekolah, namun penyuluhan pada siswa-siswi sudah dilakukan dengan topik bahaya Napza dan rokok. 2. Proses Untuk mencapai tujuan UKS, upaya UKS tersebut dilakukan melalui Tri Program UKS (Trias UKS), yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat. a. pendidikan kesehatan di sekolah i. Kegiatan Intrakurikuler Bimbingan konseling belum diselenggarakan di SMK Pendidikan kesehatan belum menjadi mata Guru BK belum dibentuk. pelajaran BK Nadhlatul Ulama Tanon Sragen. yang berdiri sendiri.

9

ii.

Materi dalam pendidikan kesehatan

disisipkan dalam mata gangguan

pelajaran Penjaskes. Program konseling kenakalan remaja dan belajar dilakukan oleh guru. Kasus yang sering ditangani adalah masalah ekonomi keluarga. Kegiatan Ekstrakurikuler iii. Pendidikan kesehatan melalui kegiatan ekstrakurikuler Semua siswa diwajibkan ikut kegiatan. Kegiatan PMR masih terbatas secara teoritis sedangkan (PMR dan pramuka) dilaksanakan seminggu sekali.

kegiatan pramuka diajarkan secara praktek seperti materi P3K. Penyuluhan kesehatan Penyuluhan kesehatan oleh Puskesmas Tanon I pernah Pembinaan dari puskesmas untuk kader/pengelola UKS Diharapkan pada 2011, kegiatan ini menjadi program rutin dilakukan kepada siswa dengan materi NAPZA dan bahaya rokok. masih diagendakan. Puskesmas Tanon I Sragen sehingga apabila ditemukan masalah dapat langsung diatasi oleh pihak sekolah. b. Pelayanan Kesehatan Program pelayanan kesehatan oleh terbatas menangani siswa yang Keterbatasan ruang UKS dimana sarana dan prasarana masih sangat Obat-obatan yang tersedia berupa obat-obatan sederhana (P3K). Tidak ada data jumlah siswa sakit yang Skrining pada siswa baru belum dilakukan. Pemeriksaan kesehatan secara rutin belum dilakukan. dibawa ke UKS karena sakit ringan. minim.

siswa jarang sakit.

10

i.

Imunisasi tidak dilakukan di UKS tingkat SMA. Keadaan lingkungan psikis Keadaan lingkungan psikis cukup baik Kenakalan remaja masih dalam batas wajar, (membawa Penggunaan rokok belum ditemukan kasusnya tetapi saja Belum ditemukan siswa yang terlibat NAPZA. Kasus kenakalan jenis sedang dan berat tidak ditemukan Ruang UKS masih menjadi satu dengan ruang OSIS dengan Kantin sekolah belum ada (tempat terbatas) Kebersihan sekolah dalam batas wajar Pada beberapa mata pelajaran non praktik, jurusan proses (dalam tingkat

c. Lingkungan Sekolah yang Sehat

handphone ke sekolah dan pemakaian seragam yang tidak tertib) saat razia rutin pernah ditemukan kasus siswa membawa rokok

ii.

keadaan lingkungan fisik fasilitas seadanya

pembelajaran siswa dari berbagai ruang kelas menjadi padat 3. Out Put (Keberhasilan Pelaksanaan Program)

pendidikan yang sama) dilakukan dalam satu ruangan kelas sehingga

Data untuk siswa yang sakit serta kenakalan siswa tidak ada. B. Kegiatan di SMP N 2 Tanon Sragen 1. a. Man Pada SMP N 2 Tanon Sragen sudah ada petugas pengelola UKS, yaitu Bu Anik, yang juga merangkap sebagai guru BK. Namun sayangnya tidak ada petugas kesehatan atau tenaga medis khusus yang ikut mengelola UKS. b. Machine Ruang UKS di SMP N 2 Tanon Sragen sudah memiliki ruangan tersendiri dengan ukuran + 2x3. Ruangan cukup bersih dan rapi. Akan tetapi belum ada ventilasi yang memadai. Input

11

c. Material Di ruang UKS terdapat sebuah almari khusus sebagai tempat penyimpanan kotak P3K dan obat-obat seperti paracetamol dan obat maag. Selain itu terdapat 2 tempat tidur yang digunakan untuk siswa yang sakit, serta terdapat dispenser untuk persediaan air minum. d. Money Kami e. Method a.Diadakan penyuluhan pengaruh buruk penyalahgunaan narkoba, minuman keras, dan rokok yang dilakukan oleh pihak Puskesmas dan Kepolisian. b.Kami belum menanyakan apakah dilakukan skrining kesehatan pada siswa baru. 2. Proses 1. Pendidikan Kesehatan a. Pendidikan kesehatan disampaikan pada kegiatan baik intrakulikuler (mata pelajaran Kesehatan & Penjaskes) maupun ekstrakulikuler (PMR dan PRAMUKA). b. Penyuluhan dari Puskesmas telah dilakukan kepada pengelola UKS dan peserta didik. 2. Pelayanan Kesehatan a. Obat-obatan yang tersedia berupa P3K cukup lengkap. b. Pertolongan masalah kesehatan yang cukup berat dirujuk ke Puskesmas, seperti kasus muntah darah, asma, gastritis kronis. 3. Lingkungan Sekolah Sehat a. Keadaan lingkungan psikis o Perilaku kebersihan pribadi terjaga tetapi masih ada siswa yang belum mandi. Trias UKS di SMP N 2 Tanon Sragen belum menanyakan apakah ada pendanaan khusus untuk pengembangan UKS di SMP N 2 Tanon Sragen.

12

o Olahraga teratur berupa senam SKJ dilaksanakan setia Jumat pagi. o Tidak ada kasus NAPZA. b. Semua indikator keadaan lingkungan fisik terpenuhi. 3. Output Tingkat Keberhasilan program UKS dilihat dari peserta didik dan dari lingkungan sekolah. Dari peserta didik dapat dilihat bahwa perilaku kebersihan pribadi baik, hanya masih ada yang belum melakukan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), peserta didik bebas dari penyakit menular dan narkoba. Secara keseluruhan absensi siswa baik, tetapi masih ada siswa yang tidak masuk tanpa keterangan, hal ini akan dibahas lebih lanjut di pembahasan. Pendataan UKS di SMP N 2 Tanon Sragen sudah tersusun rapi dengan perincian yang lengkap, mulai dari siswa yang sakit dan siswa yang bermasalah. C. Kegiatan di SMP Islam 1 Tanon, Sragen Untuk mencapai kondisi UKS yang ideal, diperlukan adanya perencanaan input, proses dan output. 1. Input (parameter 5 M), meliputi : a. Man (sumber daya manusia) Belum ada tenaga kesehatan khusus di UKS di SMP Islam 1 Tanon. Pada kenyataannya, program UKS masih diampu oleh kepala sekolah. b. Machine (prasarana) Ruangan UKS belum tersedia secara khusus, penempatan UKS disatukan dengan ruang komputer. c. Material (sarana) Sarana pendukung program UKS seperti tempat tidur (kasur), kotak P3K, dan obat-obatan belum tersedia. d. Money (pendanaan) Dana khusus untuk penyelenggaraan UKS belum teralokasi. 13

e. Method (cara) Pelayanan kesehatan belum terencana dan terkoordinasi dengan baik. 2. Proses Untuk mencapai tujuan UKS, upaya UKS tersebut dilakukan melalui Tri Program UKS (Trias UKS), yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat. Di SMP Islam 1 Tanon, pendidikan kesehatan yang diberikan kepada para siswa meliputi kegiatan intrakulikuler (disisipkan dalam mata pelajaran Biologi dan Penjaskes), ekstrakulikuler (PMR dan PRAMUKA), dan penyuluhan petugas kesehatan kepada siswa. Pelayanan kesehatan hanya dilakukan apabila terdapat permasalahan kesehatan yang dialami siswa. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat. dilihat dari keadaan lingkungan psikis yang cukup baik, dan lingkungan fisik yang mendukung. Data lingkungan fisik sekolah diketahui 4 buah jamban yang cukup bersih dengan sumber air bersih berasal dari sumur. Di depan setiap ruang kelas terdapat satu tempat sampah, sampah yang terkumpul nantinya akan dibuang ke tempat pembuangan khusus di belakang sekolah dan secara rutin dibakar. Limbah sekolah dibuang melalui selokan yang nantinya berakhir pada septictank. Keadaan ruang kelas juga cukup mendukung kegiatan belajar siswa, terdapat ventilasi yang cukup dan siswa tidak terlalu padat (30 siswa dalam ruangan 6 x 6 m). Terdapat satu warung sehat di dalam sekolah, dan beberapa pedagang keliling di halaman. Pemilik warung dan para pedagang sering diberi penyuluhan oleh kepala sekolah untuk ikut menjaga kesehatan siswa dan kebersihan sekolah. 3. Output (Keberhasilan Pelaksanaan Program) Tingkat keberhasilan progarm UKS dapat dilihat dari peserta didik dan dari lingkungan sekolah itu sendiri. Dari peserta didik dapat dilihat keadaankeadaan bahwa peserta didik berprilaku sehat, tidak sakit-sakitan, bebas dari penyakit menular dan narkoba, serta absensi sakit menurun. Data satu bulan terakhir (November 2010) diketahui jumlah siswa yang sakit sebanyak 4 orang,

14

izin tidak ada, dan tanpa keterangan 58 orang. Kasus penyakit menular dan narkoba tidak ditemukan.

15

BAB III PEMBAHASAN A. Kondisi UKS di SMK Nahdlatul Ulama Tanon Sragen INPUT Kami menilai input dari kegiatan UKS di SMK ini, untuk tenaga kesehatan masih belum ada. Pengetahuan mengenai kesehatan pada tenaga kesehatan juga masih kurang dikarenakan latar belakang pendidikan guru yang tidak berhubungan dengan dunia kesehatan. Pelaksanaan UKS diampu oleh guru matematika. Ruangan UKS belum memadai karena masih digabung dengan ruang OSIS. Ventilasi masih kurang, ruangan gelap, serta sempit. Sarana UKS juga masih belum memadai. Perlengkapan UKS yang ada hanya P3K. Seharusnya, perlengkapan UKS yang ideal adalah tempat tidur, lemari obat, Snellen Chart, tempat cuci tangan, P3K, timbangan badan, pengukur tinggi badan. Jenis obat-obatan dalam kotak P3K: obat luka, obat gosok, plester, kain kasa, alkohol, obat penurun panas, oralit. Kami belum menanyakan apakah ada pendanaan khusus untuk pengembangan UKS. Penyuluhan belum dilakukan pada tenaga kesehatan di sekolah. Namun penyuluhan pada siswa-siswi sudah dilakukan dengan topik bahaya Napza dan rokok. PROSES 1) Pendidikan Kesehatan di Sekolah (Health Education in School) Bimbingan konseling secara khusus belum diselenggarakan di SMK Nadhlatul Ulama Tanon Sragen dikarenakan pendidikan kesehatan belum menjadi mata pelajaran BK yang berdiri sendiri sehingga guru BK secara khusus juga belum dibentuk. Namun demikian beberapa materi dalam pendidikan kesehatan disisipkan dalam mata pelajaran penjaskes. Program konseling terhadap kenakalan remaja dan gangguan belajar di sekolah ini tidak dilakukan di UKS tetapi dilakukan oleh guru. Kegiatan konseling hanya berupa konseling tentang masalah keluarga dan masalah gangguan belajar yang dilakukan oleh guru yang merangkap menjadi guru konseling. Kasus yang

16

sering ditangani adalah tentang masalah ekonomi keluarga yang dihadapi para peserta didik, mengingat masih banyaknya siswa-siswi yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Pendidikan kesehatan melalui kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan PMR dan pramuka sudah rutin dilaksanakan sekolah tiap seminggu sekali. Semua siswa diwajibkan ikut dalam kegiatan ini. Pada kegiatan PMR masih terbatas secara teoritis saja, sedangkan kegiatan pramuka sudah diajarkan secara praktek seperti materi P3K. Penyuluhan kesehatan oleh Puskesmas Tanon I pernah dilakukan dengan sasaran langsung kepada siswa siswi dengan materi NAPZA dan bahaya rokok. Sedangkan pembinaan dari puskesmas untuk kader/pengelola UKS masih dalam tahap diagendakan. Diharapkan pada tahun 2011, kegiatan ini sudah bisa menjadi program rutin Puskesmas Tanon I Sragen sehingga apabila ditemukan masalahmasalah dapat langsung diatasi oleh pihak sekolah. 2) Pemeliharaan Kesehatan Sekolah (School Health Service) Program pelayanan kesehatan oleh UKS saat ini hanya terbatas menangani siswa-siswi yang mengalami sakit ringan saja dikarenakan keterbatasan ruang UKS dimana sarana dan prasarana masih sangat minim. Obat-obatan yang tersedia hanyalah obat-obatan sederhana (P3K). Tidak ada data jumlah siswa-siswi yang sakit dan dibawa ke UKS karena siswa-siswi yang sakit jarang. Sementara itu untuk pemeriksaan kesehatan secara rutin belum dapat dilakukan. Mengingat jumlah siswa-siswi sakit yang dibawa ke UKS relatif sedikit, pendataan terperinci mengenai jumlah siswa-siswi yang sakit juga belum dapat dilakukan. Pemberian imunisasi tidak dilakukan pada UKS tingkat Sekolah Menengah Atas. 3) Lingkungan Sekolah yang Sehat. Secara umum gambaran mengenai keadaan lingkungan psikis cukup baik. Kenakalan remaja yang terjadi masih dalam batas wajar, seperti membawa handphone ke sekolah dan pemakaian seragam yang tidak tertib. Penggunaan rokok di area sekolah belum ditemukan kasusnya, hanya saja saat razia rutin tiap bulan pernah ditemukan kasus siswa yang kedapatan membawa rokok. Sejauh ini

17

belum ditemukan anak yang terlibat dalam NAPZA. Kasus kenakalan-kenakalan jenis sedang dan berat sejauh ini masih belum ditemukan, mungkin dikarenakan banyak siswa tinggal dalam suasana pondok yang mengutamakan pendidikan agama sebagai landasannya. Biasanya siswa yang bermasalah tersebut dipanggil oleh guru dan wali murid juga diminta untuk datang. Kerja sama antara sekolah dan wali murid perlu dijalin dengan baik untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang dialami oleh siswa. Kegiatan pembinaan lingkungan sekolah yang sehat juga belum begitu maksimal. Ruang UKS masih menjadi satu dengan ruang OSIS dengan fasilitas yang seadanya. Keberadaan kantin sekolah belum ada karena terbatasnya tempat. Namun kebersihan sekolah secara umum masih dalam batas yang wajar. Pada beberapa mata pelajaran non praktik, proses pembelajaran siswa-siswi dari berbagai jurusan (dalam tingkat pendidikan yang sama) dilakukan dalam satu ruangan kelas yang sama. Hal ini terjadi karena keterbatasan ruang kelas. Sebagai akibatnya, ruang kelas menjadi cukup padat. OUTPUTData untuk siswa yang sakit serta kenakalan siswa tidak ada. Idealnya, tingkat keberhasilan progarm UKS dapat dilihat dari peserta didik dan dari lingkungan sekolah itu sendiri. Dalam pelaksanaannya, tidak ada pencatatan yang rinci mengenai jumlah siswa yang sakit di UKS serta kenakalan-kenakalan yang ada sehingga output sulit untuk dinilai. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa keadaan-keadaan peserta didik berperilaku sehat, tidak sakit-sakitan, bebas dari penyakit menular dan narkoba, serta absensi sakit menurun.

B. Kondisi UKS di SMP N 2 Tanon Sragen Petugas UKS di SMP N 2 Tanon Sragen dipegang oleh bu Anik dimana beliau juga merangkap sebagai guru BK. Hal ini akan merepotkan bila terdapat

18

siswa yang sakit sedangkan beliau sedang mengajar. Selain itu bu Anik kurang mengerti tentang ilmu kesehatan. Maka perlu adanya petugas khusus untuk mengelola UKS. Untuk ruangan sudah baik dari segi kebersihan, kerapian, dan luas ruangan. Hanya saja tidak ada ventilasi sehingga ruangan menjadi pengap. Sebaiknya dibuatkan ventilasi yang cukup untuk menunjang kenyamanan UKS. Obat-obatan yang tersedia sudah cukup memadai seperti, kotak P3K, paracetamol dan obat maag yang tersimpan rapi di almari obat. Selain itu, terdapat dispenser untuk persediaan air minum. Kami belum sempat menanyakan apakah ada pendanaan khusus untuk pengelolaan dan pengembangan UKS tapi sebaiknya dari pihak sekolah membuat anggaran khusus dan cukup untuk pengelolaan dan pengembangan UKS. Di SMP N 2 Tanon Sragen pernah diadakan penyuluhan tentang NAPZA dan kesehatan reproduksi, hanya saja kegiatan ini belum dilakukan secara teratur. Ke depannya, diharapkan adanya kerjasama dari pihak sekolah dengan pihak puskesmas dan kepolisian untuk pengadaan rutin penyuluhan kepada siswa dan siswi. Berikut adalah data siswa dan siswi yang sakit dari tahun 2008 2010 dan tabel daftar kenakalan siswa di SMP N 2 Tanon Sragen :

80 70 60 50 40 30 20 10 0 J U M L A H SISW A Y A N G SA K IT

Diagram 1. Daftar Jumlah Siswa yang Sakit Tahun 2008

19

Diagram 2. Daftar Jumlah Siswa yang Sakit Tahun 2009

60

50

40

30 JUM LAH SISWA YANG SAKIT 20

10

0

Diagram 3. Daftar Jumlah Siswa yang Sakit Tahun 2010 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kasus Selama Tahun Ajaran 2009-2010 Bolos Rambut panjang dan ketidakdisiplinan dalam berpakaian Gangguan belajar Perseteruan dengan teman Ketidakdisiplinan dalam upacara Pornografi Pencurian Gaduh Terlambat Tato Kelas VII 2 kasus 19 kasus 10 kasus 11 kasus 2 kasus 1 kasus 2 kasus 11 kasus Kelas IX 10 kasus 2 kasus 8 kasus 1 kasus 2 kasus 1 kasus 1 kasus

Tabel. Daftar Jumlah Kasus Kenakalan siswa SMP N 2 Tanon Sragen 2009/2010

20

C. Kondisi UKS di SMP Islam 1 Sragen Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan, di SMP Islam 1 Tanon diketahui belum memiliki UKS. Pelaksanaan dan pemantauan kesehatan fisik maupun mental siswa dilakukan oleh kepala sekolah. Hal ini disebabkan karena terbatasnya jumlah guru di SMP Islam 1 Tanon dan tidak terdapat petugas kesehatan secara khusus. Sarana dan prasarana yang mendukung program UKS juga sangat terbatas seperti belum adanya ruangan khusus UKS, kasur, kotak P3K dan obat-obatan yang tersedia hanya minyak gosok dan antiseptik. Hal ini disebabkan karena lokasi sekolah dekat dengan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) sehingga apabila terdapat siswa yang mengalami masalah kesehatan ringan langsung dibawa ke PKD dan apabila kasusnya cukup berat langsung dirujuk ke puskesmas. Selain itu, dana untuk pengelolaan UKS belum teralokasi dengan baik mengingat SMP Islam 1 Tanon merupakan sekolah swasta dan sebagian besar siswanya termasuk kondisi ekonomi menengah ke bawah. Secara keseluruhan, program UKS di SMP Islam 1 Tanon belum terstruktur dan terkoordinir dengan baik sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan belum maksimal. Namun, untuk pelayanan konseling telah dilakukan, seperti layanan konsultasi siswa dengan gangguan belajar, permasalahan keluarga, dan kenakalan remaja. Kegiatan yang mendukung pelaksanaan trias UKS berupa pendidikan kesehatan secara intrakulikuler disisipkan dalam mata pelajaran biologi dan penjaskes dengan materi kesehatan reproduksi dan NAPZA. Penjaskes dilaksanakan secara teratur sekali tiap pekan selama 2x35 menit. Sedangkan untuk kegiatan ekstrakulikuler meliputi PRAMUKA dan PMR yang diadakan setiap pekan dan merupakan kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh siswa kelas 1 dan 2. Untuk menunjang kegiatan PRAMUKA dan PMR tersebut, pihak sekolah mendatangkan pelatih dari luar. Selain kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler, pendidikan kesehatan juga dilakukan melalui penyuluhan yang dilakukan setiap enam bulan sekali oleh petugas puskesmas. Pelayanan kesehatan belum terlaksana secara rutin, tetapi hanya dilakukan jika terdapat siswa yang mengalami masalah kesehatan. Keadaan lingkungan psikis sekolah dikatakan cukup baik karena para siswa dapat menjaga kebersihan pribadi, selain itu di sekolah ini juga tidak ditemukan

21

kasus siswa merokok maupun NAPZA. Hal tersebut dikarenakan SMP Islam 1 Tanon merupakan sekolah Islam, sehingga pendidikan agama terkait kenakalan remaja juga diajarkan. Kondisi lingkungan fisik sekolah cukup mendukung dengan menjaga lingkungan bersih, ventilasi yang cukup, jumlah siswa yang tidak terlalu padat, jumlah kamar mandi yang mencukupi dan makanan yang sehat. Pendataan oleh sekolah yang bersangkutan sebenarnya sudah baik, namun untuk beberapa tahun terakhir pendataan semakin berkurang, bahkan tidak ada. Hal ini ditunjukkan dengan buku-buku konseling atau data siswa terlambat atau pulang yang ada sejak tahun 1995 tapi sejak beberapa tahun terakhir tidak ada data yang ditemukan.

22

BAB IV PENUTUP A. Simpulan : 1. Penyelenggaraan UKS di SMK Nahdlatul Ulama, SMP Islam 1 Tanon dan SMPN 2 Tanon sudah cukup baik namun ada beberapa kriteria tingkat keberhasilan yang belum tercapai. B. Saran: 1. SMK Nahdlatul Ulama diharapkan lebih ada perhatian tersendiri kepada pelaksanaan UKS berupa pengampu khusus. Diperlukan penyediaan sarana dan prasarana yang lebih memadai, seperti penyediaan ruang UKS tersendiri, kasur, obat-obatan antara lain: obat luka, obat gosok, plester, kain kasa, alkohol, obat penurun panas, dan oralit. 2. SMP Negeri 2 Tanon diharapkan lebih ada perhatian tersendiri kepada pelaksanaan UKS berupa pengampu khusus. Perlu ditambah ventilasi pada ruang UKS. 3. SMP Islam 1 Tanon diharapkan lebih ada perhatian tersendiri kepada pelaksanaan UKS berupa pengampu khusus, pengadaan ruang tersendiri, dan pelengkapan obat sebagaimana termaktub di atas. 4. Puskesmas nantinya diharapkan memberikan penyuluhan berkelanjutan khususnya kepada kader UKS di masing-masing sekolah. 5. Masing-masing Sekolah diharapkan lebih baik dalam pengarsipan data UKS pada khususnya.

23

BAB V DAFTAR PUSTAKA Azzrimaidaliza, Nizwardi A, Defriman D, Masrizal DM. 2009. Pembinaan Usaha Kesehatan Sekolah di SMP Negeri 22 Padang Tahun 2009. http://www.repository.unand.ac.id/ (diakses 10 Agustus 2010) Hanim D, Yulistiatuti E, Marhamah, Nurchasanah. 2008. Menjadikan UKS sebagai Upaya Promosi Tumbuh Kembang Anak Didik. Yogyakarta: Gajahmada University Press Hanim D, Herlambang G, Cahyani C, Choirunnisa ML. 2010. Pembinaan UKS: Kesehatan Jiwa (NAPZA: Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif, Gangguan Belajar). Surakarta: FK UNS

24