laporan thypus abdominalis

32
 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN THYPOID ABDOMINALIS  LAPORAN KELOMPOK Fasilitator : Lukman Hakim, S. Kep., Ns Kelompok 1 : 1. Ika Desti Srimuryani 12. Okvianto Santoso 2. Novika Andriani 13. Nuriyatus Sa’adah 3. Shufrotun Nisa’ 14. Windarti 4. Ni’matul Faizah 15. Muhajir 5. Endah Rokhmawati 16. M. Arif Jauhari 6. Nuril Huda 17. Cholimatun Nisa’ 7. Megawati 18. Izza Nafsia Agustina 8. Ika Nurul Mutmainnah 19. Risha Ika Cahyani 9. Rohmatul Khasanah 20. Khoirul Anam 10. Laily Maita Saputri 21. Tiara Ayu Putri 11. Siti Mardiyansyah 22. Kustyo Budi STIKES NU TUBAN PRODI S-1 KEPERAWATAN Jalan Letda Sucipto No. 211 Tuban T elp. (0356) 325789 TAHUN AJARAN 2011/2012

Upload: desty-s-ika

Post on 18-Jul-2015

839 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 1/32

“ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN THYPOID ABDOMINALIS” 

LAPORAN KELOMPOKFasilitator : Lukman Hakim, S. Kep., Ns

Kelompok 1 :1.  Ika Desti Srimuryani 12. Okvianto Santoso

2.  Novika Andriani 13. Nuriyatus Sa’adah 

3.  Shufrotun Nisa’ 14. Windarti

4.  Ni’matul Faizah 15. Muhajir

5.  Endah Rokhmawati 16. M. Arif Jauhari

6.  Nuril Huda 17. Cholimatun Nisa’ 

7.  Megawati 18. Izza Nafsia Agustina

8.  Ika Nurul Mutmainnah 19. Risha Ika Cahyani

9.  Rohmatul Khasanah 20. Khoirul Anam10.  Laily Maita Saputri 21. Tiara Ayu Putri

11.  Siti Mardiyansyah 22. Kustyo Budi

STIKES NU TUBAN PRODI S-1 KEPERAWATAN

Jalan Letda Sucipto No. 211 Tuban Telp. (0356) 325789

TAHUN AJARAN 2011/2012

Page 2: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 2/32

KATA PENGANTAR

Pada saat terselesaikannya laporan ini tak ada yang pantas penulis ucapkan

kecuali rasa syukur Alhamdulillah kehadirat Illahi Robbi dimana hanya atas limpahan

kasih dan Rahmad-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan laporan diskusi kelompok

yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Thypoid Abdominalis” dengan

baik.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Digestive System".

Laporan ini kami sajikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh pembaca.

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1.  Bapak Lukman Hakim, S. Kep,. Ns selaku fasilitator dari kelompok 1.

2.  Kepada rekan-rekanku senasib seperjuangan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa ibarat tak ada gading yang tak retak,

tentulah pembuatan laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itulah kritik dan saran

yang membangun dan yang mengarah pada perbaikan pada penyempurnaan laporan ini,

sangat penyusun harapkan. Semoga laporan sederhana ini bermanfaat bagi perawat

khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Tuban, 4 April 2012

Kelompok

Page 3: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 3/32

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Batasan Topik

1.3 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Thypoid Abdominalis 

2.2 Anatomi Fisiologi Thypoid Abdominalis

2.3 Patofisiologi

2.4 Prinsip Etika Penatalaksanaan Thypoid Abdominalis

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

3.2 Diagnosa Keperawatan

3.3 Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 4/32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Thyfus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) adalah penyakit infeksi

akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang

lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran.

penyebab penyakit ini adalah salmonella typosa, basil geram negatif yang

bergerak dengan bulu getar, tidak berspora . mempunyai sekurang-kurangnya tiga

macam antigen O (somatic, terdiri zat kompleks lipopolisakarida), antigen H

(flagella) dan antigen Vi. Dalam serum pasie terdapat zat anti (aglutinin) terdapat

tiga macam antigen tersebut. (Ngastiyah 2002)

Insiden demam typoid bervariasi disetiap daerah dan biasanya terkait

dengan sanitasi lingkungan, di daerah Rural (Jawa Barat) 157 kasus per 100.000

penduduk sedangkan di daerah urban ditemukan 760-810 per 100.000 penduduk.

Perbedaan insiden di perkotaan berhubungan erat dengan penyediaan air bersih

yang belum memadai serta sanitasi lingkunggan dengan pembuanggan sampah

yang kurang memenuhi syarat kesehatan lingkunggan. (Ari W.Sudoyo 2007)

Di Indonesia, thyfus abdominalis terdapat dalam keadaan edemic.

Pasien anak yang ditemukan berumur diatas satu tahun sebagian besar

pasien yang di rawat dibagian ilmu kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta

berumur di atas 5 tahun.

Data yang didapat dari Rekam Medik Rumah Sakit Kota Mataram Lombok

Barat. Prevalensi penderita Tifus Abdominalis dalam 8 bulan terakhir tahun

2010, dengan perincian berdasarkan jenis kelamin didapatkan kasus terbanyak

adalah sebagai berikut pada bulan Maret jumlah penderita sebanyak 10

penderita dengan perincian, 3 laki-laki, 7 perempuan. Pada bulan April jumlah

penderita sebanyak 34 dengan perincian, 22 laki-laki, 12 perempuan. Pada

bulan Mei jumlah penderita sebanyak 19 dengan perincian, 7 laki-laki, 12

perempuan. Pada bulan Juni jumlah penderita sebanyak 8 dengan perincian,

5 laki-laki, 3 perempuaan. Pada bulan Juli jumlah penderita sebanyak 5

dengan perincian, 3 laki  – laki, 2 perempuan. Pada bulan Agustus jumlah

Page 5: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 5/32

penderita sebanyak 1 dengan jenis kelamin perempuan. Pada bulan

September jumlah penderita sebanyak 12 dengan perincian, 4 laki- laki, 8

perempuan. Pada bulan Oktober jumlah penderita sebanyak 28 dengan

perincian, 19 laki – laki, 9 perempuan.

Dari data di atas jumlah penderita yang paling banyak adalah pada bulan

April 2010 dengan presentasi penderita sebanyak 30,38 %. Hal ini dapat di

sebabkan oleh berbagai faktor salah satunya perantaraan makanan dan minuman

yang telah terkontaminasi. singkatnya kuman ini terdapat dalam tinja, kemih atau

darah masa ingkubasinya sekitar 10 hari.( Dr.Jan Tambayong,2002 )

Untuk itu untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang

pentingnya hidup sehat melalui penyuluhan kepada keluarga tentang penting

hidup sehat, peningkatan pelayanan kesehatan, dan biaya pengobatan yang lebih

relative murah perlu kita perhatikan untuk menurunkan angka morbilitas penyakit

Tifus Abdominalis. selain itu,penanganan yang tepat sangat di perlukan yaitu,

dengan cara tirah baring total selama demam sampai dengan dua minggu normal

kembali, makanan harus mengandung cukup cairan, kalori, dan tinggi protein,

tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun menimbulkan

banyak gas, obat yang digunakan adalah kloramfenikol 100 mg. (Arif Mansjoer,

2000).

Pada laporan ini akan di bahas tentang asuhan keperawatan pada pasien

Thypoid Abdominalis.

1.2  Batasan Topik

1.  Jelaskan konsep dasar Thypoid Abdominalis!

2.  Bagaimana anatomi fisiologi Thypoid Abdominalis?

3.  Bagaimana patofisiologi penyakit Thypoid Abdominalis?

4.  Bagaimana prinsip etika penatalaksanaan Thypoid Abdominalis?

5.  Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Thypoid Abdominalis?

1.3  Tujuan

1.3.1  Tujuan Umum

Page 6: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 6/32

Penyusun dapat menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien dengan

diagnosa medis Thyfus Abdominalis melalui pendekatan proses

keperawatan sesuai standar keperawatan.

1.3.2  Tujuan Khusus

Setelah menyusun Laporan ini, kelompok diharapkan mampu:

a)  Menjelaskan konsep dasar penyakit Thyfus Abdominalis mulai dari

pengertian, penyebab, pathofisiologi/pathways, tanda dan gejala,

pemeriksaan penunjang , penatalaksanaan dan komplikasi.

b)  Melakukan pengkajian pada klien dengan diagnose medis Thyfus

Abdominalis.

c)  Merumuskan diagnose keperawatan pada klien dengan diagnose medis

Thyfus Abdominalis

d)  Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan diagnose medis

Thyfus Abdominalis

e)  Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan diagnose medis

Thyfus Abdominalis

f)  Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan diagnose medis

Thyfus Abdominalis.

Page 7: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 7/32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1  KONSEP DASAR THYPOID ABDOMINALIS

2.1.1 Pengertian

Thyfus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya

mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan

pada saluran cerna, dan gangguan kesadaran. (Arif Mansjoer,2000)

Thyfus Abdominalis merupakan penyakit infeksi bakteri yang hebat

yang diawali di selaput lendir usus dan jika tidak segera diobati secara

progresif dapat menyerbu jaringan diseluruh tubuh. (Jan Tambayong,

2002).

Demam Typhoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi Akut yang

biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih

dari satu minggu gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (

Nursalam, 2005 ).

Thyfus Abdominalis (demam typoid, enteric fever) ialah, penyakit

infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala

demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan

gangguan kesadaran. (Ngastiyah , 2002)

2.1.2 Etiologi

Penyebab penyakit ini adalah salmonella typhosa yang mempunyai

ciri- ciri sebagai berikut :

a.  Basil garam negatif yang begerak dengan bulu getar dan tidak berspora.

b.  Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen yaitu, antigen O

(somatiik yang terdiri zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella),

dan antigen Vi dalam serum pasien terdapat zat anti (aglutinin) terhadap

ketiga macam antigen tersebut.(Nursalam dkk, 2005).

c.  Selain itu penyakit tipus abdomnalis juga bias didukung oleh faktor-

faktor antara lain : pengetahuan tentang kesehatan diri dan lingkungan

Page 8: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 8/32

yang relative rendah, penyediaan air bersih yang tidak memadai.

Keluarga dengan hygiene sanitasi yang rendah, pemasalahan pada

identifikasi dan pelaksanaan karier, keterlambatan membuat diagnosis

yang pasti, pebogenesis dan faktor virulensi yang belum dimengerti

sepenuhnya serta belum tersedianya vaksin yang efektif, aman dan

murah (Panyakit dalam Soegeng Soegijanto, 2002).

Salmonella Thyposa

2.1.3 Manifestasi Klinis Thypoid Abdominalis

Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-

gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat,

dari asimtomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasihingga kematian.

Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini di temukan keluhan

dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu

demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah obstipasi

atau diare, perasaan tidak enak di perut,batuk dan epistaksis. Pada

pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan menigkat. Sifat demam

adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam

hari. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam,

bradikardia relatif (bradikardia relatif adalah peningkatan suhu 10c tidak

diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali per menit), lidah yang berselaput

(kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta teremor), hepatomegali,

splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa somolen stupor,

koma, delerium, atau psikosis. Roseolae jarang di temukan pada orang

Indonesia. (Ngastiyah,2005).

Page 9: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 9/32

 

Gambaran klinik thypoid abdominalis

2.1.4 Komplikasi

1)  Komplikasi Intra Intestine

a)  Perdarahan usus. Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan

pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak terjadi

melena dapat disertai nyeri perut dengan tanda- tanda renjatan.

b)  Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau

setelahnya dan terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang

tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat

udara di rongga peritonium, yaitu pekak hati menghilang dan

terdapat udara di antara hati dan diafragma pada foto rontgen

abdomen yang di buat dalam keadaan tegak

c)  Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa

perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut

yang hebat, dinding abdomen tegang.

2)  Komplikasi Extra Intestine

Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia), yaitu

meningitis, kolesistisis, ensefalopati, dan lain- lain. Terjadi karena

infeksi skunder, yaitu bronkopneumonia. (Ngastiyah, 2005).

2.1.5 Prognosis

Umumnya prognosis typhus abdominalis pada adalah baik, asal

klien cepat berobat. Mortalitas pada klien yang dirawat adalah 6%.

Page 10: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 10/32

Prognosis menjadi tidak baik bila terdapat gambaran klinik yang berat

seperti:

a)  Demam tinggi (hipertireksia) atau febris continue

b)  Kesadaran sangat menurun

c)  Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis,

perforasi.

2.1.6 Stadium Febris Thypoid Abdominalis

1)  Minggu pertama, disebut stadium incremasi, yaitu masa menaiknya

suhu badan. Pada minggu ini keluhan dan gejala serupa dengan penyakit

infeksi akut pada umumnya, yaitu demam, nyeri kepala, pusing,

obstipasi/diare, perasaan tidak enak pada perut, batuk dan kadang-

kadang epistaksis. Pada akhir minggu pertama biasa timbul bintik-bintik

merah sebesar jarum pentul, bila ditekan hilang. Biasanya timbul pada

dada bagian bawah, daerah abdomen bagian atas dan menjalar

kedaerah perut, bintik merah ini disebut “Roseola” atau rosesport, bintik

ini belum diketahui jelas sebabnya dan biasanya roseola di Indonesia

 jarang ditemukan.

2)  Minggu kedua disebut stadium “acme” yaitu masa memuncaknya

penyakit atau panas menetap yang disebut febris kontinue. Pada

stadium ini suhu berkisar antara 40 –41ᴼC. Gejala lainnya seperti nadi

relatif bradikardi, lidah yang khas kotor ditengah-tengah, tepi dan ujung

merah, lidah bila dikeluarkan tremor. Timbul hepatomigali, splenomegali

dan meteorismus. Gangguan kesadaran yaitu klien gelisah, apatis,

somnolen, delirium atau psikose, stupor, koma.

3)  Minggu ketiga disebut stadium impihibov atau disebut masa sangsi.

Biasanya terjadi penurunan suhu yang krisis dan terjadi kenaikan nadi,

bila ditemukan gejala ini harus hati-hati menandakan adanya timbul

komplikasi seperti perdarahan.

4)  Minggu ke empat disebut stadium deternasi yaitu masa penurunan

panas suhu berangsur-angsur turun, nafsu makan mulai ada, badan

merasa enak. Pada akhir minggu ke empat, yang disebut rekofalesent

Page 11: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 11/32

yaitu yang disebut masa penyembuhan. Pada minggu ini keadaan umum

pasien baik, badan sudah segar dan kuat, nafsu makan baik.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

a.  Pemeriksaan Rutin

Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering di

temukan leukopenia, dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau

leukositosis. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi

skunder. Selain itu pula dapat ditemukan anemia ringan dan

trombositopenia. Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi

aneosinofilia maupun limfopenia. Laju endap darah darah pada demam

tifoid dapat meningkat.

b.  Uji Widal

Uji widal di lakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman S

typhi. Pada uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman

S typhi dengan antibodi yang disebut aglutinin. Antigen yang

digunakanpada uji widal adalah suspensi Salmonelle yang sudah

dimatikan dan di olah di laboratorium.

Maksud uji Widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin

dalam serum penderita tersangka demam tifoid yaitu:

1)  Aglutinin O ( dari tubuh kuman )

2)  Aglutinin H ( flagela kuman )

3)  Aglutinin Vi ( simpai kuman )

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang

digunakan untuk diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya

semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman ini.

Pembentukan aglutinin mulai terjadi pada akhir minggu pertama

demam, kemudian meningkat secara cepat dan mencapai puncak pada

minggu ke-empat, dan tetap tinggi selama beberapa minggu. Pada fase

akut mula-mula timbul aglutinin O, kemudian diikuti dengan aglutinin H.

Pada orang yang telah sembuh aglutinin O masih tetap di jumpai setelah

4-6 bulan, sedangkan aglutinin H menetap lebih lama antara 9-12 bulan.

Page 12: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 12/32

Oleh karena itu uji Widal bukan untuk menetukan kesembuhan

penyakit.

c.  Kultur darah

Hasil biakan darah yang positf memastikan demam tifoid, akan

tertapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena mungkin

disebabkan beberapa hal sebagai berikut:

1)  Telah mendapat terapi antibiotik. Bila pasien sebelum dilakukan

kultur darah telah mendapatkan antibiotik, pertumbuhan kuman

dalam media biakan terhambat dan hasil mungkin negatif.

2)  Volume darah yang kurang (kurang lebih 5cc darah). Bila darah yang

di biak terlalu sedikit hasil biakan bisa negatif. Darah yang di ambil

sebaiknya secara bedside langsung dimasukkan kedalam media cair

empedu.

3)  Riwayat vaksinal. Vaksinasi di masa lampau menimbulkan anti bodi

dalam darah pasien. Anti bodi (aglutinin) ini dapat menekan

bakteremia hingga biakan darah dapat negatif. (Aru W.Sudoyo

dkk,2007)

2.2  ANATOMI DAN FISIOLOGI THYPOID ABDOMINALIS

1.  ANATOMI SISTEM PENCERNAAN

Gambar anatomi sistem pencernaan

Organ yang termasuk saluran pencernaan antara lain: (Syaifudin,

2006)

Page 13: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 13/32

1)  Oris (Mulut)

Mulut adalah permulaan dari saluran pencernaan yang terdiri dari

dua bagian yaitu bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang di

antara gusi, gigi, bibir dan pipi di bagian dalam, yaitu rongga mulut yang di

batasi sisinya oleh tulang maxilaris, palatum dan mandibularis dibagian

belakang bersambung dengan fharing. Atap mulut di bentuk oleh palatum

yang terdiri atas dua bagian yaitu palatum durum (palatum keras) yang

tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maxilaris dan

lebih ke belakang terdiri dari dua tulang palatum. Palatum mole (palatum

lunak) terletak dibagian belakang yang merupakan lipatan mengngantung

yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir.

Sedangkan lidah terletak di lantainya dan terikat pada tulang hioid, di garis

tengah sebuah lipatan memberan mukosa atau (prenulum linguas)

menyambung lidah dengan lantai mulut.

2)  Fharing (Tenggorokan)

Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan

kerongkongan. Di dalam lengkungan fharing terdapat tonsil, yaitu kalenjar

limfe yang banyak mengandung limposit dan merupakan pertahanan

terhadap infeksi. Faring terletak di belakang hidung, mulut, dan laring.

Fharing merupakan saluran berbentuk kerucut dan bahan memberan

berotot (muskulo memberanosa) dengan bagian terlebar di sebelah atas

dan berjalan dari dasar tengkorak sampai vertebrata servikal ke IV, yaitu

ketinggian tulang rawan krekoid, tempat fharing bersambung dengan

esofagus. Panjang fharing kira-kira 7 cm di bagi atas tiga bagian yaitu

nasofharing bermuara pada tuba yang menghubungkan tekak dengan

gendang telinga. Pada bagian media di sebut dengan orofaring, bagian ini

terbatas sampai di akar lidah, sedangkan di bagian anterior di sebut dengan

laringofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.

3)  Esophagus (Kerongkongan)

Merupakan saluran yang menghubungkan antara tekak dengan

lambung, panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak

di bawah lambung. lapisan dinding dari dalam keluar adalah lapisan Selaput

Page 14: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 14/32

lendir, lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkular dan lapisan otot

memanjang longitudinal.

Eshopagus terletak dibelakang trakhea dan didepan tulang punggung

setelah mulalui thoraks menembus diafragma masuk kedalam abdomen

menyambung dengan lambung.

4)  Gaster (Lambung)

Merupakan bagian saluran yang dapat mengembang paling banyak

terutama didaerah epigastrik lambung terletak terutama di daerah

epigastrik dan sebagian disebelah kiri daerah hopokondria dan umbilical.

lambung terdiri dari bagian atas yaitu fundus ventrikuli bagian yang

menonjol keatas terletak disebelah kiri osteom kardium, suatu lekukan

pada bagian bawah kurpatura minor, susunan lapisan lambung dari dalam

keluar terdiri dari lapisan selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot

miring, lapisan otot panjang, lapisan jaringan ikat atau serosa.

5)  Intestinum Minor (Usus Halus)

Usus halus adalah tabung yang panjangnya + 2,5 m usus alus

memanjang dari lambung sampai katup iliokolika tempat tersambungnya

dengan usus besar. Usus halus terletak didaerah umbilicus dan dikelilingi

oleh usus dalam beberapa bagian, yaitu:

Duodenum merupakan bagian pertama usus halus yang panjangnya

25 cm berbentuk sepatu kuda dan kepalanya megelilingi kepala pankreas

saluran empedu dan saluran pankreas masuk kedalam duodenum pada

suatu lubang yang disebut ampula hepatopangkeratika atau ampula fateri.

Jejenum menempati dua perlima sebelah atas dari usus alus dengan

panjang + 2,3 m dari ilium.

Ilium dan jejenum melekat pada dinding abdomen posterior dengan

perantaraan lipatan peritonium yang berbentuk kipas, di kenal sebagai

misentrium. Dinding usus halus terdiri atas empat lapisan yang sama

dengan lambung, dinding luar adalah membran serosa, yaitu peritonium

yang membalut usus dengan erat. Dinding lapisan berotot terdiri atas dua

lapisan serabut longitudinal dan di bawahnya ada lapisan tebal teridiri atas

serabut sirkuler. Fungsi usus halus adalah menerima zat-zat makanan yang

Page 15: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 15/32

sudah di cerna untuk di serap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran

limfe.

6)  Intestinum Mayor (Usus Besar)

Panjangnya ± 1,5 meter yang merupakan sambungan dari usus halus,

mulai dari katub ilokolik atau ileosekal yaitu tempat yang di lewati oleh sisa

makanan. Fungsi usus besar adalah menyerap air dari makanan, tempat

tinggal dari bakteri coli dan sebagai tempat feces. Lapisan usus besar terdiri

dari empat lapisan dari dalam keluar, yaitu selaput lendir, lapisan otot

melingkar, lapisan otot memanjang dan jaringan ikat.

7)  Rektum & Anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar

(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong

karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon

desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum,

maka timbul keinginan untuk buang air besar. Orang dewasa dan anak yang

lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda

mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk

menunda buang air besar.

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan

limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh

(kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani)

menjaga agar anus tetap tertutup.

2.  FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai

berikut :

1)  Menerima makanan 

2)  Memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut

pencernaan)

3)  Menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah

4)  Membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh

Page 16: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 16/32

Jumlah makanan yang dicerna seseorang dan jenisnya adalah

tergantung dari kemauan ddan seleranya. Mekanisme ini ada dalam tubuh

seseorang dan merupakan sistem pengaturan yang otomatis.

Makanan masuk melalui mulut kemudian dikunyah oleh gigi, gigi

anterior (insisivus) menyediakan kerja memotong yang kuat dan gigi posterior

(molar), kerja menggiling. Semua otot rahang yang bekerja dengan bersama-

sama dapat mengatupkan gigi dengan kekuatan sebesar 55 pound pada

insisivus dan 200 pound pada molar.

Setelah itu makanan ditelan, menelan merupakan mekanisme yang

kompleks, terutama faring yang hampir setiap saat melakukan fungsi lain

disamping menelan makanan dan hanya diubah dalam beberapa detik dalam

traktus untuk mendorong makanan.

Esophagus terutama berfungsi untuk menyalurkan makanan dari faring

kelmbung dan gerakannya diatur secara khusus untuk melakukan fungsi

tersebut.

Fungsi lambung ada tiga, yaitu penyimpanan sejumlah besar makanan

sampai makanan dapat diproses didalam duodenum, pencampuran makan ini

dengan sekresi setengan cair yang disebut dengan kimus. Pengosongan

makanan dengan lamat dari lambung ke usus halus pada kecepatan yang

sesuai untuk pencernaan dan absorpsi yang tepat oleh usus halus.

Makan akan digerakkan dengan melakukan gerakan pristaltik. Pristaltik

usus yang normal adalah 12 kali per menit. Makanan kemudian akan didorong

ke usus besar dan akan diabsorpsi baik air, elektrolit, dan penimbunan bahan

feces di rektum sampai dapat dikeluarkan melalui anus melalui proses

defekasi.

2.3  PATOFISIOLOGI

Kuman salmonella masuk bersama makanan/minuman yang

terkontaminasi, setelah berada dalam usus halus mengadakan invasi ke jaringan

limfoid usus halus (terutama plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika.

Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis setempat kuman lewat pembuluh

limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ retikuloendotelial sistem

(RES) terutama hati dan limpa.

Page 17: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 17/32

Di tempat ini kuman difagosit oleh sel-sel fagosit RES dan kuman yang

tidak difagosit berkembang biak. Pada akhir masa inkubasi 5-9 hari kuman

kembali masuk ke darah menyebar ke seluruh tubuh (bakteremia sekunder) dan

sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu yang

selanjutnya kuman tersebut dikeluarkan kembali dari kandung empedu ke rongga

usus dan menyebabkan reinfeksi usus.

Dalam masa bakteremia ini kuman mengeluarkan endotoksin. Endotoksin

ini merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang

meradang. Selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah mempengaruhi pusat

termoregulator di hipothalamus yang mengakibatkan timbulnya gejala demam.

Makrofag pada pasien akan menghasilkan substansi aktif yang disebut

monokines yang menyebabkan nekrosis seluler dan merangsang imun sistem,

instabilitas vaskuler, depresi sumsum tulang dan panas. Infiltrasi jaringan oleh

makrofag yang mengandung eritrosit, kuman, limfosist sudah berdegenerasi yang

dikenal sebagai tifoid sel. Bila sel ini beragregasi maka terbentuk nodul terutama

dalam usus halus, jaringan limfe mesemterium, limpa, hati, sumsum tulang dan

organ yang terinfeksi.

Kelainan utama yang terjadi di ileum terminale dan plak peyer yang

hiperplasi (minggu I), nekrosis (minggu II) dan ulserasi (minggu III). Pada dinding

ileum terjadi ulkus yang dapat menyebabkan perdarahan atau perforasi intestinal.

Bila sembuh tanpa adanya pembentukan jaringan parut. (Arif Mansjoer, 2001).

2.4  PRINSIP ETIKA PENATALAKSANAAN THYPOID ABDOMINALIS

a)  Perawatan 

1.  Klien tirah baring absolut sampai minimal 7 hari sampai demam tulang atau

kurang lebih 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah

terjadinya komplikasi perdarahan/perforasi usus. 

2.  Mobilisasi klien dilakukan secara bertahap bila tidak ada panas, sesuai

dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan (sesuai kekuatan

klien). 

3.  Posisi tubuh klien harus diubah-ubah tiap 2 jam untuk menghindari

terjadinya dekubitus, komplikasi pneumia hipostatik. 

b)  Diet 

Page 18: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 18/32

1.  Diet yang sesuai, cukup kalori, tinggi protein, cukup cairan,tidak boleh

mengandung banyak serat, dan tidak merangsang maupun menimbulakan

gas. 

2.  Makanan diberikan secara bertahap disesuaikan dengan penyakitnya (mula-

mula cair, saring, lunak, makanan biasa). Pada penderita yang akut dapat

diberi bubur saring. 

3.  Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim. 

4.  Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama

7 hari. 

c)  Obat-obatan 

Pengobatan antibiotika pada penderita Typhus andominalis akan

memperpendek perjalanan penyakit, mengurangi komplikasi dan mengurangi

angka kematian kasus. Obat-obat simtomatik sebenarnya tidak perlu diberikan

secara rutin pada setiap pasien karena tidak banyak berguna (sesuai dengan

penyakit) misalnya:

1)  Antipiretik 

2)  Kortikosteroid (diberikan pada pasien yang toksik) 

3)  Suportif (vitamin-vitamin) 

4)  Penenang (diberikan pada pasien dengan gejala neuroprikatri). 

Sedangkan obat-obatan antimikrobia yang sering diberikan antara lain:

1)  Klorampenikol 

Dengan klorampenikol, demam turun rata-rata setelah lima hari. Dosis

untuk orang dewasa 4 kali 500mg/hari secara oral sampai 7 hari bebas

demam. 

2)  Tiampenikol 

Dosis dan efektifitas tiampenikol pada penderita Typhus abdominalis sama

dengan klorampenikol. Demam rata-rata turun setelah 5-6 hari. 

3)  Kotrimoxazol (kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol) 

Efektifitas kotrimoxazol kurang lebih sama dengan klorampenikol. Demam

turun rata-rata setelah 5-6 hari. Dosis dewasa 2 kali 2 tablet sampai 7 hari

bebas demam. Setiap tabletnya mengandung 80 mg Trimetoprim dan 400

mg Sulfametoksazol. 

4) 

Amoxicilin dan ampicillin 

Page 19: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 19/32

Dalam kemampuannya untuk menurunkan demam, efektifitasnya lebih

kecil dibandingkan dengan klorampenikol. Digunakan sampai 7 hari bebas

demam, denagn ampicilin dan amoxicillin demam turun rata-rata setelah 7-

9 hari. 

5)  Sefalosporin generasi ketiga 

Sefalosporin generasi ketiga antara lain Sefaperozon, Seftriakson, dan

Sefotaksim. Dosis dan lama pemberian belum diketahui dengan pasti. 

6)  Fluorokinolon 

Dosis dan lam pemberian belum diketahui dengan pasti. 

Page 20: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 20/32

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus Pemicu

Nn. MW MRS dengan keluhan panas tinggi naik turun, susah makan dan

nyeri tenggorokan. Dari pemeriksaan fisik di dapatkan S=38,5ᴼC, N=84x/menit,

TD=120/80 mmHg, RR=32x/menit, adanya nyeri tekan perut sebelah kanan

bawah, lidah kotor dan di dapatkan dari pemeriksaan darah lengkap diperoleh

widal 1/200.

3.1  Pengkajian

LEMBAR PENGKAJIAN KEPERAWATAN 

Tanggal MRS : 26 Maret 2012 Jam Masuk : 09.30 WIB

Tanggal Pengkajian: 26 Maret 2012 No. RM : 138414

Jam Pengkajian : 10.00 WIB

IDENTITAS 

Identitas anak Identitas Penanggung jawab

Nama : Nn. MW Nama : Ny. R

Umur : 20th Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Probolinggo

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Hubungan dengan klien : IbuAlamat : Probolinggo

Sumber informasi : Klien dan keluarga

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG 

1.  Keluhan Utama :

Klien mengeluh panas

2.  Riwayat Penyakit Saat ini :

Page 21: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 21/32

Klien mengatakan mengalami panas tinggi naik turun sejak 5 hari yang lalu.

Panas turun pada pagi hari dan meningkat saat sore dan malam hari. Kemudian

klien beli obat di apotek terdekat. Setelah dua hari pasien masih demam

disertai nyeri tenggorokan, sakit perut, mual muntah setiap kali makan dan

tidak nafsu makan. Kemudian oleh ibunya klien langsung di bawa ke UGD RSNU

kamis, 29 Maret 2012 jam 09.30 WIB.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU  

Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini

sebelumnya. Penyakit yang pernah dialami klien adalah sakit biasa seperti batuk,

pilek dan demam. Biasanya hanya di belikan obat dari apotek dan sembuh. Klien

tidak pernah dirawat di RS sebelumnya.

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Klien mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang pernah

menderita penyakit seperti yang dialami Klien.

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK  

1.  Tanda tanda vital

Keadaan Umum :

1)  Klien tampak lemah, bibir kering dan pecah-pecah.

2)  Klien tampak berkeringat banyak.

Tanda Vital : S : 38,5ᴼC ; N : 84 x/menit ; T : 120/80 mmHg ; RR :32 x/menit

Kesadaran : Apatis (E=3 V=5 M=5)

2.  Sistem Pernafasan B1

a.  Keluhan :

Sesak (+) Nyeri waktu nafas (-)

b.  Batuk :

Produktif (-) Nonproduktif(-)

c.  Irama nafas : tidak teratur

d.  Suara nafas : Vesikuler

e.  Alat bantu napas : tidak ada

Lain-lain : -

Masalah Keperawatan :

Pola napas tidak efektif 

Masalah Keperawatan :

- Gg. Keseimbangan suhu tubuh

(hiperthermi)

- Pola napas tidak efektif 

Page 22: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 22/32

3.  Sistem Kardio vaskuler B2

a.  Keluhan nyeri dada : tidak

b.  Irama jantung : reguler

c.  S1/S2 tunggal : ya

d.  Suara jantung : normal

e.  CRT : 2 detik

f.  Akral : panas

g.  JVP : normal

Lain-lain : -

4.  Sistem Persyarafan B3

a.  GCS : apatis (E=3 V=5 M=5)

b.  Keluhan pusing : ya

c.  Pupil : Isokor

d.  Sclera/Konjunctiva : normal

e.  Gangguan pandangan : tidak

f.  Gangguan pendengaran : tidak

g.  Gangguan penciuman : tidak

5.  Sistem perkemihan B4

a.  Kebersihan : Bersih

b.  Produksi urine : 1500ml/hari

c.  Kandung kemih :

Membesar : tidak

Nyeri tekan : tidak

d.  Intake cairan oral : 1500cc/hari

e.  Alat bantu kateter : tidak

Lain-lain : -

6.  Sistem pencernaan B5

a.  Lidah : kotor

b.  Mukosa : kering

c. 

Tenggorokan

Masalah Keperawatan : tidak ada

Masalah Keperawatan :

Resiko cidera

Masalah Keperawatan : tidak

ada

Masalah Keperawatan :

- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh- Gg. Rasa nyaman nyeri

Page 23: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 23/32

Sakit menelan (-)

Pembesaran tonsil (-)

d.  Abdomen : nyeri (+)

e.  Peristaltik : 29 x/menit

f.  BAB : 3x/hari, Konsistensi cair

g.  Diet : cair

h.  Nafsu makan : menurun Frekuensi: 2x/hari

i.  Porsi makan : habis ½ porsi

Lain-lain: -

7.  Sistem muskuloskeletal dan integumen B6

a.  Pergerakan sendi : bebas

b.  Kekuatan otot 4 4

4 4

c.  Kelainan ekstremitas : tidak

d.  Kelainan tulang belakang : tidak

e.  Fraktur : tidak

f.  Traksi/spalk/gips : tidak

g.  Kulit : warna sawo matang

h.  Turgor : buruk

Lain-lain: -

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.  Pemeriksaan Darah Lengkap

Parameter Hasil/satuan Nilai normal Interpretasi

Hemoglobin 13,8 g/dl 12-14 Normal

Leukosit 11.100/µl 4000 – 11.000 Tinggi

Diff count

-  Limfosit

-  Monosit

-  46 %

-  7%

-  20-40

-  2-8

-  Tinggi

-  Normal

Trombosit 179.000/ µl 150.000 – 400.000 Normal

2.  Uji Widal

a.  Widal O = 1/200

Masalah Keperawatan :

Intoleransi aktifitas

Page 24: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 24/32

b.  Widal H = 1/160

  ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH

Ds :

-  Klien mengatakan

badannya terasa panas.

Do :

  Keadaan umum :

  Bibir tampak kering

dan pecah-pecah, klien

tampak berkeringat

banyak.

  TTV :

  S :38,50C

  Pemeriksaan fisik :

  Akral panas

  Pemeriksaan darah rutin:

  Leukosit 11.100/µl

  Limfosit 46 %

  Uji widal

  Widal O = 1/200

  Widal H = 1/160

Bakteremia

Kuman mengeluarkan

endotoxin

Merangsang sintesa dan

pelepasan zat pirogen

oleh leukosit

Menstimulasi pusat

termoregulator

Peningkatan suhu tubuh

Gg. Keseimbangan suhu

tubuh (Hiperthermi)

Gg. Keseimbangan suhu

tubuh (Hiperthermi)

Ds :

-  Klien mengatakan mual

dan muntah setiap kali

makan

-  Klien mengatakan tidak

nafsu makan

Do :

  Keadaan umum

Akumulasi sel tifoid di

ileum terminal sbg tempat

infeksi utama

HCl meningkat

Mual, muntah

Anoreksia

Perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh

Page 25: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 25/32

  Klien tampak lemah

  Pemeriksaan fisik

  Lidah kotor

  Hanya mampu

menghabiskan ½ porsi

makan

  Pola makan 2x sehari

  BB turun dari 50 kg

menjadi 47 kg

Perubahan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh

3.2  Diagnosa Keperawatan

1.  Gg. Keseimbangan suhu tubuh (hiperthermi) b.d proses peradangan.

2.  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah.

Page 26: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 26/32

3.3  Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Hari/tgl No.diagnosa Intervensi Rasional Jam/

tgl

Implementasi Evaluasi TTD

Senin, 26

Maret

2012

Diagnosa 1

Tujuan :

Dalam waktu 1x8 jam

suhu tubuh dalam

batas normal

Criteria hasil :

1.  Klien mengatakan

badan sudah tidak

panas lagi

2.  Suhu aksila 36,5-

37,5oC

3.  Klien minum

minimal 8

gelas/hari

4.  Bibir klien tidak

kering lagi dan

1. Berikan penjelasan

kepada klien dan

keluarga tentang

peningkatan suhu

tubuh.

2. Lakukan kompres

hangat.

3. Beri minum yang

banyak 2500cc/hari.

4. Anjurkan klien untuk

memakai pakaian

tipis dan menyerap

keringat.

5. Observasi suhu tiap 4

 jam sekali.

6. Kolaborasi : berikan

paracetamol kalau

1. Agar klien dan

keluarga

mengetahui sebab

dari peningkatan

suhu dan

membantu

mengurangi

kecemasan yang

timbul.

2. Membantu

menurunkan suhu

tubuh.

3. Peningkatan suhu

tubuh

mengakibatkan

penguapan tubuh

meningkat sehingga

1.  Memberikan

penjelasan

kepada klien dan

keluarga tentang

peningkatan suhu

tubuh.

2.  Lakukan kompres

hangat.

3.  Memberikan

paracetamol dan

ceftriaxone 400

Mg

4.  Menganjurkan

klien untuk

memakai pakaian

tipis dan

menyerap

S : Klien mengatakan

badannya masih

panas

O :

-  Suhu aksila

37,8oC

-  Klien minum 8

gelas/hari

-  Bibir klien

masih tampak

kering dan

pecah-pecah

-  Akral masih

teraba panas

A : Masalah teratasi

sebagian

P : Lanjutkan

Page 27: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 27/32

tidak pecah

5.  Akral hangat

perlu dan ceftriaxone

400 Mg pada jam

10.30, 18.30, 02.30

perlu diimbangi

dengan asupan

cairan yang banyak.

4. Pakaian yang tipis

akan lebih mudah

untuk menyerap

keringat,

menghilangkan

hambatan

pengeluaran panas

lewat udara.

5. Tanda-tanda vital

merupakan acuan

untuk mengetahui

keadaan umum

pasien.

6. Antipiretik

berfungsi langsung

ke hipotalamus

keringat.

5.  Memberi minum

yang banyak

2500cc/hari.

6.  Observasi suhu

tiap 4 jam sekali.

intervensi no. 3, 4, 5,

6

Page 28: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 28/32

untuk menurunkan

panas dan

antibiotik dapat

menghambat

proses infeksi

Senin, 26

Maret

2012

Diagnosa 2

Tujuan :

Dalam waktu 3x24 jam

mampu

mempertahankan

kebutuhan nutrisi

adekuat.

Criteria hasil :

•  Klien mengatakan

nafsu makan

meningkat dan

tidak mual

•  Mampu

1.  Jelaskan pada klien

dan keluarga

tentang manfaat

makanan/nutrisi.

2.  Kaji pola dan nafsu

makan klien

3.  Anjurkan klien

untuk

menghabiskan 1

porsi makanan

dengan cara di

makan sedikit-

sedikit dan diberi

 jeda.

1.  Meningkatkan

pengetahuan klien

tentang nutrisi

sehingga motivasi

untuk makan

meningkat.

2.  Mengetahui pola

dan kebiasaan

makan klien dapat

menentukan

intervensi

selanjutnya

3.  Menghindari

refluks makanan.

1.  Menjelaskan pada

klien dan keluarga

tentang manfaat

makanan/nutrisi.

2.  Mengkaji pola dan

nafsu makan klien

3.  Menganjurkan

klien untuk

menghabiskan 1

porsi makanan

dengan cara di

makan sedikit-

sedikit dan diberi

 jeda.

S : Klien mengatakan

nafsu makan

meningkat dan tidak

mual lagi

O :

-  Klien

menghabiskan

porsi makan

yang di

sediakan

-  Klien tidak

tampak lemah

-  BB 49,5 kg

A : Masalah teratasi

Page 29: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 29/32

menghabiskan

porsi makan yang

di sediakan

•  Tidak tampak

lemah

•  BB meningkat

4.  Anjurkan klien

untuk melakukan

perawatan mulut

sebelum dan

sesudah makan

5.  Dorong tirah baring

dan atau

pembatasan

aktivitas selama

fase sakit akut

6.  Kolaborasi : Beri

nutrisi sesuai diit

bubur saring +

tinggi kalori tinggi

protein.

7.  Kolaborasi : Berikan

antasida 3x1 dan

vit. B komplek 3x1.

4.  Memberi rasa

segar dan

bertujuan untuk

menjaga

kebersihan

sehingga timbul

keinginan untuk

makan

5.  Menurunkan

kebutuhan

metabolik untuk

mencegah

penurunan kalori

dan simpanan

energi.

6.  Meningkatkan

asupan nutrisi dan

mencegah

perforasi usus

4.  Menganjurkan

klien untuk

melakukan

perawatan mulut

sebelum dan

sesudah makan

5.  Mendorong tirah

baring dan atau

pembatasan

aktivitas selama

fase sakit akut

6.  Memberi nutrisi

sesuai diit bubur

saring + tinggi

kalori tinggi

protein.

7.  Memberikan

antasida 3x1 dan

vit. B komplek

P : Hentikan

intervensi

Page 30: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 30/32

7.  Antasida

mengurangi rasa

mual dan muntah.

Vit. B komplek

memenuhi

kebutuhan

vitamin dan

meningkatkan

nafsu makan

3x1.

Page 31: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 31/32

  KESIMPULAN

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram negatif 

Salmonella typhi. Selama terjadi infeksi, kuman tersebut bermultiplikasi dalam sel

fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah. Bakteri

tersebut terdapat pada air atau makanan yang terkontaminasi oleh manusia pembawa

bakteri tersebut. Bakteri tersebut menyebar pada manusia sekitarnya.

Setelah melalui asam lambung, Salmonella typhosa menembus ileum ditangkap

oleh sel mononuklear, disusul bakteriemi I. Setelah berkembang biak di RES, terjadilah

bakteriemi II.

Interaksi Salmonella dengan makrofag memunculkan mediator-mediator. Lokal

(patch of payer) terjadi hiperplasi, nekrosis dan ulkus. Sistemik timbul gejala panas,

instabilitas vaskuler, inisiasi sistem beku darah, depresi sumsum tulang dll.

Imunulogi humoral lokal, di usus diproduksi IgA sekretorik yang berfungsi

mencegah melekatnya salmonella pada mukosa usus. Humoral sistemik, diproduksi IgM

dan IgG untuk memudahkan fagositosis Salmonella oleh makrofag. Seluler berfungsi

untuk membunuh Salmonalla intraseluler

Page 32: Laporan Thypus abdominalis

5/15/2018 Laporan Thypus abdominalis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-thypus-abdominalis 32/32

DAFTAR PUSTAKA

Ali Zaidin (2002), Dasar-dasar keperawatan professional, Widia Medika. Jakarta.

Aru .W. Sudoyo (2007), Ilmu Penyakit Dalam, Departemen, Jakarta

Diagnosa (2007). Nanda (NIC & NOC). EGC: Jakarta

Isti Handayaningsih (2009). Dokumentasi Keperawatan “DAR”  Sari Buku Keperawatan.

Jogjakarta

Mansjoer Arif (2002) Kapita Selekta Kedokteran, Media Auskullapius. FK-UI Jakarta.

Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Noer Sjaifoellah (2004) Ilmu Penyakit Dalam. EGC: Jakarta

Nursalam (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Salemba Media, Surabaya.

Nursalam (2005)  Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak (Perawat dan Bidan), 

Salemba Medika. Jakarta.

Suarli (2009) Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis. Erlangga. Jakarta.

Syaifudin, Drs. H.(2006) Anatomi fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. EGC.Jakarta.

Tambayong, Jan (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.