laporan tahunan direkrorat pascapanen tanaman pangan …sakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan...

Download Laporan Tahunan Direkrorat Pascapanen Tanaman Pangan …sakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN TAHUNAN DIREKTOR… · Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun

If you can't read please download the document

Upload: dongoc

Post on 06-Feb-2018

267 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN

    TAHUN 2011

    KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

    2011

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Peranan sektor pertanian khususnya tanaman pangan dalam pembangunan

    nasional sangatlah penting. Upaya mewujudkan swasembada berkelanjutan

    padi, jagung dan kedelai pada tahun 2014 memerlukan strategi dan

    langkah operasional yang sinergis antara pusat dan daerah. Strategi

    peningkatan produksi pangan diterapkan melalui perluasan areal tanam,

    peningkatan produktivitas, pengamanan produksi, dan pemberdayaan

    kelembagaan pertanian serta adanya dukungan pembiayaan usahatani.

    Strategi pengamanan produksi diupayakan dalam bentuk penanganan

    pascapanen yang baik. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal

    Tanaman Pangan Nomor : 14/HK.310/C/2/2011 tentang pedoman

    pelaksanaan penanganan pascapanen tanaman pangan dijelaskan bahwa

    kegiatan pascapanen dianggap memiliki peranan penting dan strategis

    dalam mendukung keberhasilan penanganan susut hasil, mempertahankan

    mutu, meningkatkan daya saing dan nilai tambah hasil pertanian, oleh

    karena itu diharapkan dari tahun ke tahun dapat dilakukan penurunan

    tingkat kehilangan hasil tanaman pangan secara intensif dan kontinyu.

    Tujuan penanganan pascapanen itu sendiri adalah :

    1. Menurunkan Susut hasil

    2. Mempertahankan mutu

    3. Meningkatkan daya saing komoditas tanaman pangan

    4. Mempertahankan dan memperpanjang masa simpan

    Oleh karena itu, dalam penanganan pascapanen tanaman pangan, peran

    pemerintah sangat diperlukan dalam regulasi dan fasilitasi penyediaan

    sarana pascapanen untuk mengatasi masalah susut panen di lapangan,

    olehnya itu Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan pada tahun anggaran

    2011 mengalokasikan dana dekonsentrasi untuk provinsi dan dana tugas

    pembantuan untuk kabupaten/kota. Pelaksanaan kegiatan penanganan

    I

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2

    pascapanen tanaman pangan dialokasikan pada 31 perovinsi dan 189

    kabupaten/kota meliputi bimbingan teknis dan apresiasi penanganan

    pascapanen.

    Beberapa kegiatan utama yang telah dilaksanakan oleh Direktorat

    Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2011 antara lain : 1) Rancangan

    Kebijakan Pascapanen Tanaman Pangan; 2) Bantuan Sarana Pascapanen

    Tanaman Pangan; 3) Apresiasi dan Monev Penanganan Pascapanen

    Tanaman Pangan; 4) Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Tanaman

    Pangan; 5) Buku Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan;

    6) Pembinaan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan; 7) Sosialisasi

    Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan; 8) Bahan Informasi

    Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan; 9) Kegiatan Project FAO

    (TCP/INS/3202 (D) : Strategy For Improving Rice Post Harvest System in

    Indonesia; 10) Kegiatan Pertemuan/Workshop.

    Untuk melaksanakan kegiatan Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2011,

    telah dialokasikan anggaran melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

    (revisi ke-4 DIPA) sebesar Rp. 48.948.070.000,- dari jumlah tersebut

    terdapat alokasi anggaran hasil penghematan sebesar Rp.39.574.447.000,-

    dan dana Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN) sebesar Rp 4.348.900.000,-

    pada kegiatan Penguatan Kelembagaan dan Manajemen Pascapanen

    melalui dana bantuan untuk kegiatan strategi penanganan sistem

    pascapanen.

    Kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Pascapanen Tanaman

    Pangan selama kurun waktu 1 (satu) tahun di tahun 2011 perlu disusun

    dalam satu laporan kegiatan, dan dirangkum sebagai laporan tahunan

    Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011.

    B. Tujuan

    Tujuan penyusunan laporan tahunan adalah memaparkan hasil yang telah

    dicapai dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan di tahun 2011 dan sebagai

    acuan dalam melakukan kegiatan di tahun 2012.

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 3

    PELAKSANAAN KEGIATAN

    A. Rancangan Kebijakan Pascapanen Tanaman Pangan

    Penyusunan Rancangan Kebijakan Pascapanen Tanaman Pangan bertujuan:

    1. Menyediakan bahan kebijakan penanganan pascapanen tanaman

    pangan bagi segenap stakeholders dalam pengembangan penanganan

    pascapanen tanaman pangan mulai dari tingkat Kementerian, Dinas

    Pertanian Provinsi, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, Gapoktan dan

    Poktan.

    2. Mewujudkan penanganan pascapanen tanaman pangan yang terarah

    dan terintegrasi dalam tataran teknis manajerial, dan operasional.

    3. Mengoptimalkan pemanfaatan sarana pascapanen secara efektif dan

    efisien sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.

    Rancangan Kebijakan Pascapanen Tanaman Pangan memuat antara lain :

    1. Arah Kebijakan dan Strategi Pascapanen Tanaman Pangan

    Fokus kebijaksanaan pembangunan tanaman pangan Tahun 2010

    2014 adalah meningkatkan produksi komoditas sub sektor tanaman

    pangan dalam rangka memperkuat ketahanan pangan menuju

    kemandirian pangan nasional. Sejalan dengan hal ini maka kebijakan

    pengembangan penanganan pascapanen tanaman pangan difokuskan

    pada upaya penyelamatan hasil dan upaya mempertahankan kualitas

    hasil. Hal ini sesuai dengan tujuan penanganan pascapanen yaitu

    menurunkan susut hasil komoditas tanaman pangan; mempertahankan

    mutu hasil; mempertahankan dan memperpanjang masa simpan serta

    meningkatkan daya saing komoditas tanaman pangan.

    Dalam upaya penyelamatan hasil dan mempertahankan kualitas hasil,

    maka kebijakan penanganan pascapanen yang dilaksanakan tahun

    2011 antara lain :

    II

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 4

    a. Penerapan atau Pengelolaan Teknologi Pascapanen yang

    dilaksanakan melalui :

    1) Sosialisasi penerapan teknologi pascapanen.

    2) Koordinasi penanganan pascapanen

    3) Apresiasi teknologi pascapanen

    4) Penyebarluasan informasi teknologi pascapanen.

    5) Bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi penanganan pasca-

    panen.

    b. Fasilitasi bantuan sarana pascapanen, yang difokuskan pada

    komoditas padi. Jenis sarana pascapanennya disesuaikan dengan

    kondisi spesifik lokasi dan harus dibeli dengan seluruh dana

    bantuan per paket Rp. 185.000.000,- (seratus delapan puluh lima

    juta rupiah).

    c. Strategi dan program pascapanen tanaman pangan yang dilaksana-

    kan pada saat ini antara lain :

    c.1. Padi

    1) Optimasi Penanganan Panen dan Pascapanen

    a) Pemantapan kelembagaan pascapanen padi berbasis

    poktan/gapoktan.

    b) Peningkatan kemampuan dan keterampilan regu

    panen dan pascapanen dalam penanganan kegiatan.

    c) Meningkatkan aktivitas Gerakan Penanganan Pasca-

    panen melalui Gerakan Penanganan Pascapanen dan

    Pemasaran Gabah/Beras (GP4GB).

    d) Fasilitasi teknologi, sarana dan pembiayaan pasca-

    panen sesuai spesifik lokasi .

    e) Pengembangan metodologi susut hasil padi.

    f) Fasilitasi perencanaan dan Implementasi Gerakan

    Massal Kebutuhan Pangan Nasional.

    2) Revitalisasi Penggilingan Padi

    a) Sosialisasi revitalisasi penggilingan padi dan Apresiasi.

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 5

    b) Bimbingan teknis pemberdayaan penggilingan padi,

    teknologi, sarana.

    c) Fasilitasi dan pembiayaan untuk revitalisasi peng-

    gilingan padi.

    d) Fasilitasi kerjasama penggilingan padi dengan poktan/

    gapoktan di sentra produksi padi.

    c.2. Jagung dan Serealia Lain

    1) Perumusan kebijakan dan penyusunan pedoman, standar,

    kreteria dan bimbingan teknis/manajemen pascapanen

    jagung.

    2) Melakukan gerakan pelayanan penanganan pascapanen

    jagung

    3) Revitalisasi silo jagung.

    4) Bimbingan teknis dan manajemen penerapan SOP dan

    GHP penanganan pascapanen

    c.3. Kedelai dan Aneka Kacang

    1) Pendekatan Kawasan/Wilayah

    a) Pengembangan sentra produksi terintegrasi dengan

    sentra pemasaran

    b) Menumbuh dan mengembangkan kelembagaan pasca-

    panen berbasis gapoktan sebagai lembaga per-

    ekonomian di pedesaan dalam rangka mendukung

    pengembangan usahatani ke arah agribisnis.

    2) Pendekatan Sarana dan Teknologi

    a) Pengembangan mekanisasi/penyebaran sarana dan

    teknologi pascapanen tanaman pangan secara tepat

    sasaran sesuai spesifik lokasi.

    b) Fasilitasi/investasi peralatan dan mesin (alsin)

    pascapanen kedelai untuk menurunkan kehilangan

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 6

    hasil dan memperbaiki mutu hasil kedelai sesuai

    permintaan pasar.

    c) Pendekatan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui

    peningkatan kemampuan dan keterampilan petani/

    kelompok tani maupun gapoktan diperlukan

    pembinaan, bimbingan teknis, pelatihan, penyuluhan,

    dan pendampingan.

    d) Menjalin kemitraan untuk mendorong dan

    menggerakkan seluruh pemangku kepentingan/

    stakeholders dalam penangan pascapanen kedelai.

    c.4. Aneka Umbi

    1) Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan

    2) Optimalisasi dan fasilitasi pemanfaatan sarana dan

    teknologi pascapanen

    3) Pembinaan dan pelatihan penanganan pascapanen

    ubikayu dan ubijalar.

    2. Langkah-Langkah Operasional

    a. Kegiatan Pusat

    1) Penyediaan Pedoman Pelaksanaan Pascapanen Tanaman

    Pangan.

    2) Apresiasi, Koordinasi dan Workshop Penanganan Pascapanen

    Tanaman Pangan.

    3) Pembinaan dan Monitoring dan Evaluasi.

    b. Kegiatan Pusat di Provinsi (Dekonsentrasi)

    1) Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan

    (31 Provinsi).

    2) Apresiasi Penanganan Pascapanen (15 Provinsi).

    c. Kegiatan Pusat di Kabupaten/Kota (Tugas Pembantuan)

    1) Bimbingan Teknis/Apresiasi Penanganan Pascapanen Tanaman

    Pangan (189 Kabupaten/Kota).

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 7

    2) Bantuan Sarana Pascapanen (189 Kabupaten/Kota pada 378

    poktan).

    Kegiatan operasional pascapanen tanaman pangan yang akan

    dilakukan tahun 2012 2015 antara lain :

    1. Apresiasi/pelatihan bagi penyuluh/pemandu lapang/petugas dan

    kelompok tani/petani.

    2. Bimbingan Teknis Pascapanen Tanaman Pangan

    3. Kajian/ujicoba penerapan susut pascapanen tanaman pangan

    4. Pengembangan Sistem dan Manajemen Pascapanen yang

    terintegrasi

    5. Bantuan sarana pascapanen tanaman pangan

    6. Survei susut panen dan pascapanen tanaman pangan.

    B. Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan

    Dalam rangka mendukung swasembada pangan dan meningkatkan nilai

    tambah serta daya saing produk, maka peranan penanganan pascapanen

    sangat penting. Sampai saat ini tingkat susut hasil panen dan pascapanen

    masih cukup tinggi, oleh karena itu untuk menurunkan susut hasil tersebut

    diperlukan upaya penanganan pascapanen yang intensif dan kontinyu.

    Pada Tahun Anggaran 2011 untuk mendukung kegiatan penanganan

    pascapanen tanaman pangan di daerah, Direktorat Jenderal Tanaman

    Pangan mengalokasikan dana dekonsentrasi untuk provinsi dan dana tugas

    pembantuan untuk kabupaten/kota. Pelaksanaan kegiatan penanganan

    pascapanen tanaman pangan di alokasikan pada 31 provinsi dan 189

    kabupaten/kota meliputi kegiatan bimbingan teknis dan apresiasi

    penanganan pascapanen. Sedangkan bantuan pembelian sarana

    pascapanen dialokasikan pada 378 kelompoktani (poktan) atau gabungan

    kelompoktani (gapoktan) yang tersebar pada 189 kabupaten/kota. Setiap

    Dinas Pertanian Kabupaten/kota menerima 2 (dua) paket bantuan sarana

    pascapanen padi.

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 8

    Bantuan sarana pascapanen padi merupakan salah satu wujud kepedulian

    Pemerintah Pusat dalam rangka mengembangkan sarana pascapanen dan

    upaya mengurangi susut hasil panen padi di lokasi penerima bantuan dan

    dalam membantu poktan/gapoktan melalui pemberian dana bantuan sosial

    dengan pola Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang dananya ditransfer

    ke rekening bank milik poktan/gapoktan penerima bantuan berdasarkan

    DIPA 2011 yang telah dialokasikan pada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota

    sejumlah Rp 185.000.000,- (seratus delapan puluh lima juta rupiah) per

    paket. Untuk itu, diperlukan peran aktif Dinas Pertanian Provinsi dan

    Kabupaten/Kota dalam merealisasikan sarana penanganan pascapanen.

    Penerima bantuan dalam membeli sarana pascapanen padi harus sesuai

    prioritas kebutuhan dalam rangka menurunkan susut hasil padi. Pilihan

    sarana pascapanen padi yang akan dibeli berupa :

    a. Reaper (mesin pemanen padi tipe pisau bergerigi gerak bolak balik 4

    alur pemotongan), paddy mower (mesin pemanen padi tipe sandang),

    dan atau sabit bergerigi. Sarana panen dapat dipilih, namun alsin yang

    dipilih harus mempertimbangkan upaya penekanan susut hasil

    semaksimal mungkin.

    b. Power Thresher (alat mesin perontok padi tipe throw in) dengan

    kelengkapan 2 unit terpal minimal ukuran 8 x 8 m (apabila belum

    memiliki terpal).

    c. Pedal Thresher Bermotor dengan kelengkapan 2 unit terpal minimal

    ukuran 8 x 8 m (apabila belum memiliki terpal).

    d. Flat Bed Dryer (mesin pengering biji-bijian tipe bak datar) dengan

    tungku sekam. Bagi poktan/gapoktan yang telah memiliki dryer dengan

    kompor/tungku berbahan bakar selain sekam dan berkeinginan untuk

    mengganti dengan tungku sekam, maka diperbolehkan untuk membeli

    tungku sekamnya saja.

    e. Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil, dengan perbaikan/ pembelian

    komponen penggilingan antara lain : 2 unit Polisher (Milling, Spiral,

    Screen), 2 unit Ayakan kawat (separator), 1 unit Moisture tester, dan 1

    unit water polisher.

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 9

    Realisasi bantuan penanganan pascapanen tanaman pangan 2011 yaitu :

    1. Realisasi CPCL

    Realisasi CPCL sebanyak 377 (99,74 %) dari target 378 paket.

    Kabupaten Solok Selatan hanya menetapkan 1 poktan/gapoktan

    penerima, karena kesulitan mencari poktan/gapoktan yang akan

    menerima.

    2. Realisasi SP2D

    Realisasi SP2D 373 paket (98,93 %) dari realisasi 377 CPCL yang

    ditetapkan. Kabupaten yang tidak terealisasi SP2Dnya yaitu : Kabupaten

    Solok (2 paket), dan Kabupaten Tanah Karo (2 paket).

    a. Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Solok

    telah bersurat kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor :

    520/1482/Usta/IX-2011 tanggal 27 September 2011 perihal

    Pembatalan Penerima Bantuan Kegiatan Pascapanen Tahun 2011.

    Hal ini disebabkan karena pilihan sarana pascapanen padi dalam

    pelaksanaan tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan yang

    diusulkan poktan/gapoktan calon penerima bantuan.

    b. Kabupaten Tanah Karo tidak merealisasikan bantuan sarana

    pascapanen padi disebabkan Pemerintah setempat memprioritaskan

    merealisasikan bantuan yang berasal dari dana APBD.

    3. Realisasi Pembelian

    Realisasi pembelian 373 paket (98,6 %) dari target 378 paket.

    Adapun perincian kabupaten/kota penerima bantuan dan realisasi

    kegiatannya sebagaimana terlampir (Lampiran 1).

    C. Bantuan Sarana Pascapanen APBN-Dana Penghematan

    Dalam upaya mendukung peningkatan produksi tanaman pangan terutama

    padi perlu diikuti dengan penanganan pascapanen yang baik guna

    menyelamatkan hasil, mempertahankan mutu, efisiensi, nilai tambah dan

    daya saing bagi petani. Namun dengan adanya dampak perubahan iklim

    berpotensi mengganggu kegiatan pascapanen padi khususnya proses

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 10

    pengeringan, karena sebagian besar petani Indonesia masih bergantung

    pada sinar matahari.

    Agar perubahan iklim tidak mempengaruhi proses penanganan pascapanen

    khususnya pengeringan, maka di tahun 2011 Direktorat Pascapanen

    Tanaman Pangan mendapat alokasi dana APBN-Penghematan untuk

    bantuan sarana pengering (flat bed dryer) sebanyak 231 unit di 16 Propinsi

    pada 82 kabupaten/kota (Lampiran 2).

    Adapun kriteria pemberian bantuan alat pengering (flat bed dryer) sebagai

    berikut :

    a. Kelompoktani (Poktan)/Gabungan Kelompok tani (Gapoktan) penerima

    bantuan merupakan poktan/gapoktan yang aktif dan bersedia

    mendukung program pencapaian sasaran produksi tanaman pangan.

    b. Diprioritaskan bukan penerima bantuan sarana pascapanen reguler

    (Bantuan Sosial Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota) tahun 2011.

    c. Penerima bantuan bersedia menyiapkan lahan dan bangunan untuk

    tempat sarana pengering/flat bed dryer yang dikuatkan dengan surat

    pernyataan kesediaan dari pemilik lahan/bangunan untuk penempatan

    dryer.

    d. Penerima bantuan bersedia mengikuti semua kewajiban yang diberikan

    dan bertanggung jawab dalam kegiatan operasional tersebut untuk

    mensukseskan pencapaian tujuan pemberian bantuan yang telah

    ditetapkan.

    e. Lokasi penempatan bantuan sarana pengering/flat bed dryer berada di

    lokasi SL-PTT dan berdekatan dengan penggilingan padi.

    f. Adanya surat perjanjian tertulis antara poktan/ gapoktan penerima

    bantuan dengan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang menyatakan

    bahwa bantuan sarana tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk

    mengoptimalkan dukungan program Peningkatan Produksi Beras

    Nasional (P2BN).

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 11

    g. Penerima bantuan mau dan bersedia membuat laporan perkembangan

    pemanfaatan pengering/flat bed dryer yang diterimanya, termasuk

    manfaatnya bagi perkembangan kelompoknya sendiri.

    Penentuan lokasi kabupaten/kota, mempertimbangkan beberapa hal,

    sebagai berikut :

    a. Memberi prioritas pada daerah sentra produksi tanaman pangan

    b. Mempertimbangkan proposal yang dibuat oleh daerah/masyarakat,

    terkait dengan kebutuhan pengering tipe bak datar/flat bed dryer di

    wilayahnya.

    c. Mempertimbangkan respon daerah dalam merealisasikan bantuan-

    bantuan alsintan yang pernah diberikan tahun-tahun sebelumnya yang

    diantaranya ditunjukkan melalui laporan pemanfaatan alsintan bantuan

    tersebut setiap tahunnya.

    d. Mempertimbangkan letak lokasi penerima bantuan mengingat

    keterbatasan waktu yang tersedia yang dibutuhkan untuk proses

    pengadaan, distribusi dan perakitan bantuan sarana pengering tipe bak

    datar/flat bed dryer tahun 2011.

    Penetapan calon penerima dan calon lokasi melalui tahapan sebagai

    berikut:

    a. Usulan calon penerima dan calon lokasi bantuan sarana pengering tipe

    bak datar yang telah masuk di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota/

    Provinsi/Pusat diverifikasi oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota

    bersama-sama dengan Dinas Pertanian Provinsi.

    b. Hasil verifikasi tersebut direkapitulasi oleh Dinas Pertanian Provinsi

    yang selanjutnya disampaikan kembali kepada Kementerian Pertanian

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, cq. Direktorat Pascapanen

    Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian.

    c. Hasil finalisasi usulan tersebut selanjutnya akan ditetapkan oleh

    Direktur Jenderal Tanaman Pangan sebagai penerima bantuan sarana

    pengering/flat bed dryer Dana Penghematan tahun 2011.

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 12

    Ketentuan dalam pendistribusian dan perakitan bantuan sarana pengering

    sebagai berikut :

    a. Sebelum pendistribusian, penyedia barang berkoordinasi dengan Dinas

    Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota/Calon Penerima bantuan untuk

    menginformasikan jadwal pengiriman sarana pengering tipe bak datar

    dan mendapatkan informasi tentang petugas yang akan memeriksa

    barang yang telah ditunjuk oleh Kepala Dinas Pertanian

    Kabupaten/Kota.

    b. Petugas pemeriksa barang Dinas Pertanian Kabupaten/Kota melakukan

    pemeriksaan terhadap sarana pengering beserta kelengkapannya.

    c. Pendistribusian bantuan sarana pengering sampai titik bagi di lokasi

    yang ditentukan oleh poktan/gapoktan. Lahan dan bangunan yang

    merupakan titik bagi telah disediakan oleh poktan/gapoktan penerima

    bantuan dengan ukuran minimal (p x l x t) 12 x 6 x 4 meter.

    d. Sarana pengering yang dikirim, dalam kondisi terpasang, baru, baik,

    terakit sempurna, sudah di running test (diuji coba dengan dihidupkan

    mesinnya), serta dilengkapi dengan petunjuk operasional/manual

    penggunaan dan perawatan sarana pengering tersebut.

    e. Bantuan yang telah diterima oleh Poktan/Gapoktan agar diketahui oleh

    Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan dilaporkan ke Dinas Pertanian

    Provinsi dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan cq. Direktorat

    Pascapanen Tanaman Pangan untuk memudahkan pembinaan

    selanjutnya.

    Dengan terbatasnya waktu pelaksanaan pengadaan sarana pengering

    gabah, maka pelatihan operasional sarana pengering untuk operator yang

    ditunjuk oleh poktan/gapoktan penerima dipusatkan pada satu lokasi

    di masing-masing provinsi dengan pelatih dari pihak pabrikan. Waktu

    pelatihan ditetapkan berdasarkan kesiapan poktan/gapoktan, pabrikan

    sebagai pelatih, sedangkan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota atau Provinsi

    sebagai pembina.

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 13

    D. Apresiasi/Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen

    Tanaman Pangan

    Kondisi saat ini pengetahuan dan keterampilan serta kesadaran dan

    kepedulian petani terhadap penanganan pascapanen masih rendah,

    sehingga tingkat susut hasil tanaman pangan masih cukup tinggi. Agar

    susut hasil tanaman pangan dapat diperkecil, maka perlu meningkatkan

    kemampuan dan keterampilan Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu

    petugas/aparat, penyuluh dan kelompoktani dalam menangani pascapanen

    di tingkat lapang, khususnya padi.

    Kegiatan Apresisasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan

    dialokasikan di 15 provinsi (Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung,

    Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, NTB,

    Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Tengah) berupa

    pertemuan dan pelatihan bagi petugas Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

    Sedangkan apresiasi di tingkat kabupaten/kota berupa pertemuan dan

    pelatihan bagi kelompoktani, terutama penerima bantuan sarana

    pascapanen lingkup kabupaten/kota bersangkutan.

    Penanganan pascapanen tanaman pangan bertujuan meningkatkan

    efisiensi, menurunkan tingkat susut hasil dan mempertahankan mutu

    hasil. Susut hasil tanaman pangan dapat terjadi secara kuantitatif yaitu

    terjadi pada kegiatan panen dan perontokan serta secara kualitatif atau

    turunnya mutu yang disebabkan oleh rusaknya atau rendahnya kualitas

    hasil tanaman pangan. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan, kemajuan

    maupun kendala penanganan pascapanen tanaman pangan di tingkat

    petani perlu dilakukan monitoring dan evaluasi, sehingga dapat dilakukan

    perbaikan penanganan pascapanen di tahun mendatang.

    Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen yang telah dilakukan

    antara lain :

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 14

    1. Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Padi

    Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pascapanen padi dilakukan untuk

    memonitor realisasi bantuan sarana pascapanen yang diperoleh

    poktan/gapoktan. Monitoring dan evaluasi dilakukan ke beberapa

    propinsi yaitu; Provinsi Aceh, Lampung, Bengkulu, D.I.Yogyakarta,

    Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara,

    Sulawesi Tengah, dan Papua Barat, dengan hasil sebagai berikut :

    a. Aceh

    Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen

    sejumlah 16 paket yang tersebar di 8 kabupaten. Realisasi bantuan

    telah mencapai 100%.

    b. Lampung

    Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen

    sejumlah 16 paket yang tersebar di 8 kabupaten. Realisasi bantuan

    telah mencapai 100%.

    c. Bengkulu

    Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen

    sejumlah 8 paket yang tersebar di 4 kabupaten. Realisasi bantuan

    telah mencapai 100%.

    d. D.I. Yogyakarta

    Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen

    sejumlah 8 paket yang tersebar di 4 kabupaten. Realisasi bantuan

    telah mencapai100%.

    e. Jawa Timur

    Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen

    sejumlah 48 paket yang tersebar di 24 kabupaten. Realisasi

    bantuan telah mencapai100%.

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 15

    f. Nusa Tenggara Barat,

    Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen

    sejumlah 10 paket yang tersebar di 5 kabupaten. Realisasi bantuan

    telah mencapai 100%.

    g. Sulawesi Selatan,

    Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen

    sejumlah 18 paket yang tersebar di 9 kabupaten. Realisasi bantuan

    telah mencapai 100%.

    h. Sulawesi Utara,

    Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen

    sejumlah 10 paket yang tersebar di 5 kabupaten. Realisasi bantuan

    telah mencapai 100%.

    i. Sulawesi Tengah

    Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen

    sejumlah 12 paket yang tersebar di 6 kabupaten. Realisasi bantuan

    telah mencapai 100%.

    j. Papua Barat.

    Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pasca panen

    sejumlah 4 paket yang tersebar di 2 kabupaten. Realisasi bantuan

    telah mencapai 100%.

    2. Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen jagung dan serealia lain.

    Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen jagung dan serealia

    lain dilaksanakan ke Provinsi Banten, Jawa Barat, Sumatera Barat,

    Lampung, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah,

    Jawa Timur, Jawa Barat dan DIY, diperolah hasil sebagai berikut :

    a. Kegiatan monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen jagung

    dan serealia lain dilaksanakan melalui rapat koordinasi untuk

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 16

    membahas form-form yang akan dibuat untuk digunakan sebagai

    rujukan kegiatan monitoring dan evaluasi, dan selanjutnya

    melakukan kunjungan ke lapangan antara lain ke Provinsi Banten,

    Jawa Barat, Sumatera Barat, Lampung, Gorontalo, Sulawesi Utara,

    Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan DIY.

    b. Tujuan dilaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi

    penanganan pascapanen jagung dan serealia lain adalah untuk

    memonitor kegiatan penanganan pasca panen jagung dan serealia

    lain di tingkat lapang agar mutu hasil panen dapat dipertahankan,

    dan melakukan evaluasi kegiatan penanganan pascapanen, mulai

    dari kegiatan panen, pengeringan, pemipilan, pengangkutan, dan

    penyimpanan. Diharapkan pada setiap kegiatan tersebut dilakukan

    secara tepat untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi.

    c. Hasil monitoring di tingkat lapang, dapat disimpulkan bahwa pada

    setiap Provinsi, susut hasil pada proses pascapanen sebagian

    besar tidak pernah didata; silo jagung yang dimiliki poktan/

    gapoktan tidak difungsikan secara maksimal dikarenakan sumber

    panas yang menggunakan tungku sekam menghasilkan biji jagung

    yang kusam, sedangkan jika menggunakan sumber panas/burner

    dengan bahan bakar minyak tanah akan mengakibatkan ongkos

    produksi yang tinggi; Pola kemitraan untuk pascapanen jagung

    masih sebatas antara petani dengan pedagang pengumpul, belum

    sampai ke pabrik pengolahan/produsen pakan ternak.

    Tahapan penanganan pascapanen jagung pada umumnya adalah:

    1) Proses pemanenan masih dilakukan secara manual dengan

    menggunakan sabit/parang;

    2) Proses pengeringan dilakukan dengan menggunakan lantai

    jemur/terpal kecuali pemanenan yang dilakukan pada musim

    hujan, proses pengeringan dilakukan dengan menggunakan

    dryer (pada beberapa provinsi yang mendapatkan bantuan

    paket silo jagung).

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 17

    3) Proses pemipilan dilakukan dengan menggunakan cornsheller,

    kecuali di beberapa daerah yang luas tanamnya kecil

    (pemipilan dilakukan dengan manual).

    4) Proses penyimpanan dilakukan hanya untuk menunggu proses

    pengumpulan hasil panen dari anggota kelompok tani sebelum

    dijual dan tidak berfungsi sebagai stok. Proses penyimpanan

    biasanya menggunakan karung dan tidak ada perlakuan

    khusus selama penyimpanan.

    5) Proses pengangkutan dari Poktan/Gapoktan ke pedagang

    pengumpul/ pabrikan menggunakan mobil.

    d. Penanganan pascapanen serealia lain belum dilakukan monitoring

    dan evaluasi secara langsung dikarenakan pertanaman komoditas

    serealia lain seperti gandum dan sorgum masih terbatas.

    3. Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Kedelai dan Aneka Kacang

    Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen kedelai dan aneka

    kacang pada tahun 2011 dilaksanakan di Provinsi Banten, Gorontalo,

    Maluku Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta dengan

    tujuan untuk mengetahui penanganan pascapanen kedelai dan aneka

    kacang di tingkat petani dan permasalahan yang ada serta upaya yang

    telah dilakukan pemerintah daerah. Hasil evaluasi tersebut dapat

    sebagai perbaikan penanganan pascapanen di tahun mendatang.

    Hasil kegiatan monitoring dan evaluasi yaitu penanganan pascapanen

    kedelai dan aneka kacang kehilangan hasilnya paling banyak terjadi

    pada tahap panen, perontokan dan pengeringan. Hasil Analisis

    permasalahan di tingkat lapang dan pemecahan masalah dalam

    penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang dapat dilihat pada

    tabel 1.

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 18

    Tabel 1. Analis Dan Pemecahan Masalah Dalam Tahap Kegiatan

    Penanganan Pascapanen Kedelai Dan Aneka Kacang

    Penyebab Pemecahan

    Masalah Masalah

    Panen 1. Panen terlalu awal - Petani tidak - Sosialisasi umur

    dan atau panen mengetahui umur panen kedelai

    terlambat panen yang tepat optimin sesuai

    varietas

    2. Kehilangan hasil - Ketika panen - Setelah pemanenan

    tinggi kedela, kacang kedelai, kacang tanah

    tanah, kacang hijau kacang hijau ditaruh

    langsung di taruh di dialas plastik

    lahan tanpa alas

    - Biji tercecer di

    ladang

    Perontokan - Kehilangan hasil - Perontokan tertunda - Kontrol yang ketat

    tinggi di lapangan saat panen

    - Cara perontokan - Panen berkelompok

    dengan dipukul (regu panen) di

    - Perontokan tanpa lengkapi dengan

    alas mesin perontok

    Pengeringan - Terlambat - Fasilitas - Pengeringan di

    pengeringan penjemuran/lantai usahakan sampai

    - Mutu biji kedelai, jemur terbatas, tidak kering simpan

    kacang tanah, kacang ada alat mesin sementara

    hijau rusak pengering (k.a 15 - 17 %)

    - Mesin pengering - Ada alat mesin - Bantuan mesin

    tidak berkembang tetapi tidak dapat pengering

    mengoperasikannya - Pelatihan operator

    - Petani enggan - Pemilikan alsin secara

    mengeluarkan biaya berkelompok dan

    untuk pengeringan pengoperasiannya

    secara berpindah-

    pindah

    Kegiatan Masalah

    4. Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Aneka Umbi

    Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen aneka umbi telah

    dilakukan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Gorontalo,

    dan Jambi, dengan hasil sebagai berikut :

    a. Penanganan pascapanen ubikayu dan ubijalar masih bersifat

    tradisonal/sangat sederhana, yaitu dengan cara mencabut/cangkul.

    b. Sarana penanganan pascapanen untuk ubijalar dan ubikayu masih

    sangat terbatas.

    c. Rendahnya harga ubikayu dan ubijalar di tingkat petani

    menyebabkan minat petani untuk mengusahakan komoditi ubikayu

    dan ubijalar rendah.

    d. Masih rendahnya pengetahuan petani terhadap penanganan

    pascapanen ubikayu dan ubijalar.

    e. Perlunya pembinaan, bimbingan teknis, sosialisasi tentang

    penanganan pascapanen secara kontinyu.

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 19

    E. Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan

    Kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan merupakan bentuk

    fasilitasi dalam rangka peningkatan efisiensi produksi, menurunkan susut

    hasil, meningkatkan rendemen dan mutu hasil, nilai tambah dan daya

    saing serta pengamanan harga untuk mendukung peningkatan produksi

    tanaman pangan.

    Penanganan pascapanen akan memberikan hasil sesuai yang diharapkan

    apabila dilakukan secara professional, untuk itu kegiatan tersebut

    diharapkan dapat berkembang secara optimal dan menguntungkan serta

    berkelanjutan sehingga mampu memberikan andil yang signifikan dalam

    meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Sehubungan

    dengan hal tersebut diperlukan kemampuan dan keterampilan sumber

    daya manusia dengan melakukan bimbingan teknis di tingkat lapangan

    untuk penanganan pascapanen tanaman pangan.

    Bimbingan teknis di provinsi dan kabupaten/kota penerima bantuan

    sarana pascapanen diberikan dalam rangka mengidentifikasi, mem-

    verifikasi dan menentukan kelompoktani penerima bantuan, membimbing/

    membina dan memonitor kelompoktani penerima bantuan serta meng-

    evaluasi perkembangan dan pemanfataan sarana pascapanen.

    Kegiatan bimbingan teknis di tingkat lapangan diharapkan dapat

    meningkatkan kemampuan para pelaku pascapanen (petugas, petani/

    kelompok tani) yang menangani pascapanen tanaman pangan, sehingga

    peningkatan efisiensi produksi, penurunan susut hasil, peningkatan

    rendemen dan mutu hasil, panen akan dapat menambah nilai tambah dan

    daya saing serta pengamanan harga hasil panen sesuai yang diharapkan.

    1. Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Padi

    Bimbingan teknis penanganan pascapanen padi dilaksanakan di

    Provinsi Aceh, Lampung, Sumatera Utara, Jambi, Jawa Tengah,

    Sulawesi Tenggara, dan D.I Yogyakarta, dengan hasil sebagai berikut:

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 20

    a. Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota memberikan

    bimbingan serta bahan masukan kepada poktan/gapoktan

    penerima bantuan dalam membeli sarana pascapanen padi

    (diprioritaskan sesuai kebutuhan). Pembelian sarana pascapanen

    harus mengacu pada Pedoman Pelaksanaan Penanganan

    Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011. Sarana yang dibeli

    berupa Reaper, Power Thresher, Pedal Thresher, Flat Bed Dryer,

    dan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil.

    b. Di dalam penyusunan RUK (Rencana Usaha Kelompok) sudah

    mengacu pada pedoman pelaksanaan penanganan pascapanen

    tanaman pangan 2011 dan diperioritaskan pada kebutuhan

    poktan/gapoktan, sedangkan spesifikasi teknisnya disesuaikan

    kebutuhan daerah dan dapat menggunakan produsen/pengrajin

    di daerah setempat sepanjang telah memiliki test report dari

    lembaga uji yang ditunjuk oleh Kementerian Pertanian.

    c. Masalah utama proses penanganan pascapanen padi adalah

    kehilangan (susut) hasil yang masih relatif tinggi serta mutu

    gabah/beras yang dihasilkan belum baik. Titik kritis terjadinya

    susut hasil yaitu pada tahapan panen dan perontokan serta saat

    penggilingan. Selain terjadi kehilangan bobot di setiap perlakuan

    penanganan pascapanen juga terjadi kerusakan kualitas fisik

    gabah. Langkah untuk mengurangi tingkat kerusakan fisik dan

    mutu beras adalah dengan memperbaiki cara, keterampilan,

    perbaikan sarana dan prasarana.

    d. Beberapa provinsi menginginkan sarana pascapanen dibeli di luar

    alat pascapanen yang tercantum dalam Pedoman Pelaksanaan

    Pascapanen seperti Penggilingan Padi Kecil dan RMU.

    e. Teknologi alat dan mesin pascapanen merupakan adopsi

    teknologi baru bagi petani, olehnya itu perlu dilakukan bimbingan

    yang intensif bagi petani, aparat/petugas mengenai cara

    penggunaan, cara perbaikan serta perawatan sarana pascapanen

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 21

    sehingga alat tersebut lebih bermanfaat dan berdayaguna baik

    dari segi waktu maupun tenaga yang dikeluarkan.

    2. Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Jagung dan Serealia Lain

    Bimbingan teknis penanganan pascapanen jagung dan serealia lain

    dilaksanakan di Provinsi Gorontalo, Lampung, Sumatera Barat, NTB,

    Bengkulu, Sulawesi Selatan, Maluku, DIY, dan Sumatera Utara,

    dengan hasil sebagai berikut :

    a. Kegiatan penanganan pascapanen jagung dan serealia lain

    dengan baik dan benar memerlukan kemampuan dan

    keterampilan sumberdaya manusia. Olehnya itu, para pelaku di

    lapangan perlu diberi bimbingan teknis dalam penanganan

    pascapanen terutama kepada aparat/petugas kabupaten/kota,

    dan kepada poktan/gapoktan.

    b. Bimbingan teknis di tingkat lapangan diharapkan dapat

    meningkatkan SDM (petugas, petani / kelompoktani) yang

    menangani pascapanen jagung dan serealia lain, sehingga akan

    terjadi peningkatan efisiensi produksi, penurunan susut hasil, dan

    mutu hasil panen yang dapat memberikan nilai tambah, daya

    saing serta pengamanan harga hasil panen sesuai yang

    diharapkan.

    3. Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Kedelai dan Aneka Kacang

    Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Kedelai dan Aneka Kacang

    dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat, Bali, Sumatera Utara, Jambi,

    NTB, Jawa Tengah, dan D.I Yogyakarta, dengan hasil sebagai berikut:

    a. Penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang umumnya

    masih secara tradisional, sehingga menyebabkan susut tercecer

    masih relatif tinggi, terutama saat proses panen, perontokan dan

    pengeringan.

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 22

    b. Kualitas/mutu dan kuantitas/jumlah hasil panen kedelai dan aneka

    kacang masih rendah, hal ini disebabkan karena panen terlalu

    awal pada kadar air tinggi dan penundaan penanganan pasca-

    panen.

    c. Petani masih sulit mengadopsi teknologi penanganan pascapanen

    kedelai dan aneka kacang. Dalam mengoperasikan alsin pasca-

    panen petani kurang trampil dalam penggunaannya, disebabkan

    tidak adanya pelatihan khusus dalam pengoperasian sarana

    pascapanen.

    d. Masih kurangnya pengetahuan petani dalam melakukan

    penanganan pascapanen yang tepat dan benar, serta masih

    kurangnya ketersediaan sarana pascapanen kedelai dan aneka

    kacang.

    e. Petani enggan bertanam kedelai karena harga jual kedelai yang

    rendah, sehingga perlu ditumbuhkembangkan kemitraan usaha

    antara petani dengan pengusaha industri kedelai melalui sistem

    kontrak beli agar terdapat kepastian produksi, harga dan

    kelangsungan usaha.

    4. Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Aneka Umbi

    Bimbingan teknis penanganan pascapanen aneka umbi dilaksanakan

    di Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Timur,

    Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dengan

    hasil sebagai berikut :

    a. Penanganan pascapanen yang baik perlu dilakukan pada setiap

    tahapan kegiatan pascapanen ubikayu dan ubijalar seperti

    penentuan saat panen, pemanenan, pengupasan, pencucian,

    perajangan, pengeringan, pengemasan gaplek/chips dan

    penyimpanan umbi segar.

    b. Penanganan pascapanen aneka umbi belum diterapkan secara

    optimal, sehingga tingkat kehilangan hasil masih tinggi,

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 23

    dikarenakan adanya berbagai kendala seperti aspek teknis,

    ekonomi, dan sosial.

    c. Penanganan pascapanen ubikayu dan ubijalar yang dilakukan oleh

    petani masih bersifat tradisional. Saat panen masih menggunakan

    cangkul, sehingga masih terdapat batang umbi yang terluka.

    Pengangkutan dari ladang ke tempat pengumpulan masih dipikul,

    sehingga beberapa umbi akan tercecer selama perjalanan. Di

    samping itu diperlukan biaya tambahan untuk tenaga kerja.

    Sumber daya manusia masih rendah dan pengetahuan tentang

    pentingnya penanganan pascapanen ubikayu dan ubijalar yang

    baik masih kurang.

    d. Introduksi sarana dan teknologi pascapanen ubikayu dan ubijalar

    belum bersifat spesifik dan selektif.

    e. Kurangnya tenaga/operator sarana pascapanen yang terampil dan

    dukungan perbengkelan dalam perbaikan, perawatan dan

    penyediaan suku cadang masih belum memadai.

    f. Masih diperlukan upaya penanganan pascapanen yang intensif

    dan kontinyu.

    F. Buku Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan

    Informasi mengenai Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan

    bertujuan sebagai :

    1. Bahan panduan bagi petani dan pelaku pascapanen tentang cara-cara

    penanganan pascapanen yang berdasarkan prinsip-prinsip Good

    Handling Practises (GHP) sehingga diharapkan petani dapat :

    (1) Menurunkan tingkat kehilangan; (2) Mempertahankan mutu; dan

    (3) Mendapatkan produk tanaman pangan yang memenuhi persyaratan

    kualitas.

    2. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam melakukan penanganan

    pascapanen tanaman pangan, khususnya terkait dengan upaya

    menurunkan susut pascapanennya.

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 24

    Buku Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan terdiri dari :

    1. Buku Teknologi Penanganan Pascapanen Padi

    Penanganan pascapanen padi meliputi beberapa tahapan kegiatan yaitu

    penentuan saat panen, pemanenan, perontokan, pengangkutan,

    pengeringan gabah, pengemasan dan penyimpanan gabah,

    penggilingan, pengemasan dan penyimpanan beras.

    a. Penentuan Saat Panen Padi

    Merupakan tahap awal dari kegiatan penanganan pascapanen

    padi. Ketidaktepatan dalam penentuan saat panen dapat

    mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu

    gabah/beras yang rendah. Penentuan saat panen harus dilakukan

    berdasarkan pengamatan visual dan pengamatan teoritis.

    1) Pengamatan Visual

    Pengamatan visual dilakukan dengan cara melihat tampilan

    fisik tanaman padi pada hamparan lahan sawah, umur panen

    optimal padi dicapai apabila 90 sampai 95% butir gabah pada

    malai padi sudah berwarna kuning keemasan.

    2) Pengamatan Teoritis

    Pengamatan teoritis dilakukan dengan melihat deskripsi

    varietas padi dan mengukur kadar air dengan moisture tester,

    umur panen padi yang tepat adalah 30 - 35 hari setelah

    berbunga merata atau antara 135 - 145 hari setelah tanam.

    Berdasarkan kadar air, umur panen optimum dicapai setelah

    kadar air gabah mencapai 22 - 23% pada musim kemarau,

    dan antara 24 - 26% pada musim penghujan.

    b. Pemanenan Padi

    Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemanenan padi

    adalah umur panen, cara panen, sistem panen, serta penumpukan

    dan pengumpulan hasil panen. Ketidaktepatan dalam melakukan

    pemanenan padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 25

    tinggi dan mutu hasil yang rendah. Pada tahap ini, kehilangan

    hasil dapat mencapai 9,52% apabila pemanenan padi dilakukan

    secara tidak tepat.

    c. Alat dan Mesin Pemanen Padi

    Alat dan mesin yang digunakan untuk memanen padi harus

    memenuhi persyaratan teknis, ekonomis, dan sosial. Selain itu,

    alat dan mesin yang digunakan untuk memanen padi juga harus

    sesuai dengan jenis varietas padi yang akan dipanen. Pada saat ini

    telah terjadi perkembangan dalam penggunaan alat pemanen padi

    mulai dari sabit bergerigi dengan bahan baja yang sangat tajam,

    dan juga telah diperkenalkan secara mekanisasi dengan

    menggunakan paddy mower, reaper dan stripper.

    d. Sistem Panen Padi

    Sistem panen harus dibuat berdasarkan tata cara sebagai berikut :

    1) Pemanenan dilakukan dengan sistem beregu/kelompok.

    2) Pemanenan dan perontokan dilakukan oleh kelompok

    pemanen.

    3) Jumlah pemanen antara 5 - 7 orang yang dilengkapi dengan 1

    unit pedal thresher atau 15 - 20 orang yang dilengkapi 1 unit

    power thresher.

    Menurut hasil penelitian, kehilangan hasil panen pada sistem

    kelompok jauh lebih rendah dibandingkan dengan sistem kroyokan

    dan ceblokan.

    e. Penumpukan dan Pengumpulan Hasil Panen

    Penumpukan dan pengumpulan hasil panen harus dilakukan

    dengan cara yang baik. Untuk menghindari atau mengurangi

    terjadinya kehilangan hasil sebaiknya pada waktu penumpukan

    dan pengumpulan hasil panen menggunakan alas dari

    terpal/plastik. Penggunaan alas pada saat penumpukan dan

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 26

    pengumpulan hasil panen dapat menurunkan kehilangan hasil

    antara 0,94 2,36%.

    f. Perontokan Padi

    Pada tahap perontokan padi, kehilangan hasil akibat ketidak

    tepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari

    5%. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam perontokan

    padi adalah penundaan perontokan, dan alat perontok yang

    digunakan.

    Alat dan mesin yang digunakan untuk merontokkan padi telah

    mengalami perkembangan mulai dari perlakuan tradisional dengan

    gebotan sampai menggunakan perlakuan mekanis menggunakan

    pedal thresher atau power thresher.

    1) Gebotan

    Gebotan merupakan alat perontok padi tradisionil yang masih

    banyak digunakan petani.

    2) Pedal Thresher

    Pedal thresher merupakan alat perontok padi dengan

    konstruksi sederhana dan digerakkan dengan menggunakan

    tenaga manusia. Kelebihan alat ini dibandingkan dengan alat

    gebot adalah mampu menghemat tenaga dan waktu; mudah

    dioperasikan dan mengurangi kehilangan hasil. Kapasitas kerja

    75 - 100 kg per jam dan cukup dioperasikan oleh 1 orang.

    Penggunaan pedal thresher dalam perontokan dapat menekan

    kehilangan hasil padi sekitar 2,5%.

    3) Pedal Thresher Bermotor

    Pedal thresher bermotor adalah alat perontok padi yang

    digunakan untuk melepas butiran-butiran gabah dari

    tangkainya sehingga dapat diproses menjadi beras, dengan

    menggunakan tenaga motor penggerak untuk meng-

    operasionalkanya. Proses perontokan dilakukan hanya pada

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 27

    ujung jerami yang ada padinya saja, sementara ujung yang

    lain (pangkal) jerami masih dipegang oleh operator.

    4) Power Thresher

    Power thresher merupakan mesin perontok yang

    menggunakan sumber tenaga motor penggerak. Kelebihan

    mesin perontok ini dibandingkan dengan alat perontok lainnya

    adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih

    tinggi. Penggunaan power thresher dalam perontokan dapat

    mengurangi kehilangan hasil padi sekitar 3%.

    5) Power Thresher Bermotor (Multifungsi Pedal Thresher)

    Power thresher merupakan alat perontok yang digerakan oleh

    motor bakar atau motor listrik melalui system transmisi.

    Pengumpanan padi yang dirontokkan dengan cara memegang

    tangkai padi bagian malai, diletakan di bawah atau di atas

    silinder perontok atau dengan melepas padi ke ruang

    perontok. Pada umumnya power thresher sudah dilengkapi

    dengan unit pembersih berupa saringan dan kipas

    penghembus untuk memisah tangkai atau jerami, daun dan

    gabah hasil perontokan.

    g. Pengeringan

    Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air gabah

    sampai mencapai batas tertentu sehingga siap untuk diolah/

    digiling atau aman untuk disimpan dalam waktu yang lama

    1) Penjemuran

    Penjemuran merupakan proses pengeringan gabah basah

    dengan memanfaatkan panas sinar matahari. Sebagai sarana

    penjemuran dapat digunakan lantai jemur dari semen atau

    menggunakan alas dari terpal/plastik.

    2) Pengeringan buatan

    (a) Flat Bed Dryer

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 28

    Flat bed dryer merupakan alat pengering buatan yang

    sederhana, terdiri dari :

    (1) Kotak/bak pengering, pemanas dan kipas/blower.

    Lantai kotak pengering terbuat dari baja yang

    berlubang kecil-kecil sehingga dapat dilalui udara

    pengering.

    (2) Bed type adalah suatu tipe alat pengering dimana

    bak penampungnya berada di atas ruang pengering

    dan angin berhembus secara horizontal kemudian

    naik ke atas melewati sela-sela ruang udara di

    antara butiran bahan yang dikeringkan.

    (3) Gabah yang akan dikeringkan diletakkan di kotak

    pengering, udara yang sudah dipanaskan oleh

    sumber pemanas (tungku sekam) dihembuskan

    oleh blower dan menembus tumpukan gabah.

    Udara yang keluar dari tumpukan gabah akan

    membawa uap air yang dilepaskan oleh gabah.

    (b) Flat Bed Dryer Berbahan Bakar Sekam

    Penggunaan mesin pengering (dryer) berbahan bakar

    sekam dalam teknologi pengeringan gabah merupakan

    terobosan baru dalam penanganan pascapanen. Mesin

    pengering dapat digunakan untuk mengantisipasi

    pengaruh cuaca di mana biasanya petani harus

    mengeringkan gabahnya pada musim penghujan dan

    lantai jemur tidak bisa dipakai pada saat tersebut.

    (c) Bed Dryer Automixing

    Bed dryer automixing adalah sistem pengering dengan

    sistem pengacak/pengaduk otomatis. Dasar automixing

    adalah menggantikan peran manual pengacakan atau

    pengadukan kerataan gabah. Makin sering diacak, makin

    homogen tingkat kerataan kering gabahnya, serta makin

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 29

    jarang diacak makin tidak homogen antar lapisan. Rata-

    rata bed dryer manual memiliki rendemen rendah sekitar

    50% namun dapat lebih tinggi apabila rajin dibalik dan

    suhu dipertahankan tidak terlalu tinggi. Bed dryer

    automixing ini dapat mengatasi masalah yang terjadi

    pada tipe flat bed dryer yang memiliki kelemahan

    kekurangan kerataan tekanan di keempat sudutnya.

    (d) Vertical Dryer

    Vertical Dryer adalah Mesin Pengering Gabah yang

    terdiri dari : Motor Penggerak, Ruang Pengering, Unit

    Pemanas (Burner), Blower, Bucket Elevator dan Panel

    kontrol.

    h. Penyimpanan

    Penyimpanan merupakan tindakan untuk mempertahankan

    gabah/beras agar tetap dalam keadaan baik dalam jangka waktu

    tertentu. Kesalahan dalam melakukan penyimpanan gabah/beras

    dapat mengakibatkan terjadinya respirasi, tumbuhnya jamur;

    serangan serangga, binatang pengerat; dan kutu beras yang

    dapat menurunkan mutu gabah/beras. Cara penyimpanan gabah/

    beras dapat dilakukan melalui : 1) sistem curah, yaitu gabah yang

    sudah kering dicurahkan pada suatu tempat yang dianggap aman

    dari gangguan hama maupun cuaca; dan 2) cara penyimpanan

    menggunakan kemasan/wadah seperti karung plastik, karung

    goni, dan lain-lain.

    i. Penggilingan

    Penggilingan merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi

    beras. Proses penggilingan gabah meliputi pengupasan sekam,

    pemisahan gabah, penyosohan, pengemasan dan penyimpanan.

    Peningkatan mutu beras akan dapat dicapai apabila : a) gabah

    yang digiling bermutu baik dengan budidaya yang baik dan benar

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 30

    dan proses pascapanen yang tepat; b) sarana mekanis yang

    dipakai untuk mengolahnya memadai; dan c) SDM operator yang

    terampil.

    j. Pengemasan

    Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum dilakukan

    pengemasan antara lain :

    1) Beras hasil gilingan sebaiknya tidak langsung dikemas, sampai

    sisa panas akibat penggilingan hilang.

    2) Jenis kemasan disarankan memperhatikan berat isinya.

    3) Untuk kemasan lebih dari 10 kg sebaiknya menggunakan

    karung plastik yang dijahit tutupnya, untuk ukuran 5 kg

    dengan kantong plastik ketebalan 0,8 mm.

    4) Faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis kemasan

    adalah kekuatan kemasan, dan bahan kemasan (tidak korosif,

    tidak mencemari, kedap udara).

    5) Label kemasan beras hendaknya mencantumkan nama

    varietas (untuk menghindari pemalsuan).

    k. Penyimpanan

    1) Tempat penyimpanan beras harus aman dari tikus, bersih,

    bebas kontaminasi hama (Caliandra sp. dan Tribolium sp.) dan

    penyakit gudang, ada pengaturan aerasi, tidak bocor dan

    tidak lembab.

    2) Sebelum beras disimpan sebaiknya dilakukan pemeriksaan

    terhadap kebocoran kemasan.

    3) Karung beras diletakkan di atas bantalan kayu yang disusun

    berjejer dengan jarak tertentu untuk pengaturan aerasi, tidak

    langsung kontak dengan lantai untuk menghindari

    kelembaban, memudahkan pengendalian hama (fumigasi),

    serta teknik penumpukan beras.

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 31

    2. Buku Teknologi Penanganan Pascapanen Jagung

    Buku Teknologi Penanganan Pascapanen Jagung, menyajikan antara

    lain:

    a. Teknik Penanganan Pascapanen Jagung

    1) Penanganan Tahap Pertama

    (a) Teknik Pemanenan Jagung

    (1) Kegiatan pemanenan, meliputi kegiatan penentuan

    waktu panen, pemungutan hasil, pengumpulan, dan

    pengangkutan ke tempat proses selanjutnya.

    (2) Kegiatan panen jagung yang dilakukan harus sesuai

    waktu panen atau tepat umur, dan sesuai metoda/

    cara yang biasa dilakukan petani. Penentuan panen

    dilakukan pada saat tanaman jagung berumur

    7 - 8 minggu setelah keluar bunga, masak fisiologis,

    dan berdasarkan visual telah mencapai kematangan

    biji yang tepat, dan ditandai dengan mengeringnya

    batang dan daun-daun yang menguning kering

    kecoklatan.

    (3) Sebaiknya panen dilakukan pada kadar air 17-18 %,

    akan tetapi bila dipanen pada kadar air tinggi

    (35-40%) maka cara panen dilakukan dengan

    menyabit batang jagung setinggi pinggang,

    kemudian jagung langsung dipetik atau dipuntir

    dengan tangan dan segera dikupas kelobotnya serta

    dimasukkan ke dalam keranjang dan dilakukan

    pengeringan sampai kondisi kadar air mencapai

    17-18%. Sedangkan pada kadar air rendah

    (17-20%) cara panen dilakukan dengan memetik

    dan mengupas kelobot jagung langsung pada

    batangnya tanpa menyabit tanaman jagung terlebih

    dahulu.

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 32

    (4) Setelah panen selesai, jagung tongkol dimasukkan ke

    dalam karung dan dibawa ke tepi jalan menunggu

    pengangkutan.

    (b) Teknik Pengeringan Jagung

    (1) Pengeringan awal untuk jagung tongkol

    Pengeringan awal biasanya dilakukan dengan tujuan

    untuk mempermudah pekerjaan pemipilan jagung di

    mana kadar air diturunkan sekitar 18 20 %,

    sebab pemipilan tanpa dilakukan pengeringan

    terlebih dahulu menyebabkan banyak butiran yang

    rusak, terkelupas kulit, terluka atau cacat,

    pengerjaannya agak lambat. Pengeringan dapat

    dilakukan secara tradisional maupun dengan bantu-

    an alat mekanis berupa alat mesin pengering jagung.

    (2) Pengeringan akhir untuk jagung pipil

    Pengeringan akhir yaitu butir-butir biji yang telah

    terpipil dikeringkan kembali dengan tujuan agar

    kadar airnya turun lagi dari 18 20 % menjadi

    sekitar 12 %.

    (c) Teknik Pemipilan Jagung

    Kegiatan pemipilan jagung meliputi kegiatan melepas biji

    dari tongkol, memisahkan tongkol, memisahkan kotoran

    dan mengangkut jagung pipilan kering ke tempat proses

    selanjutnya. Proses pemipilan dapat dilakukan dengan

    tangan, menggunakan alat sederhana dan mesin pemipil.

    2) Penanganan Tahap Kedua

    (a) Teknik Penyimpanan Jagung Biji

    (1) Penyimpanan jagung dengan sistem curah.

    (2) Penyimpanan jagung biji dengan kemasan/wadah.

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 33

    (b) Teknik Pengangkutan Jagung

    Pengangkutan, meliputi kegiatan pewadahan atau

    pengemasan bahan dan pemindahan guna proses

    selanjutnya. Kegiatan pengemasan atau pewadahan di-

    lakukan untuk memperkecil kehilangan dan memudahkan

    dalam pengangkutan.

    b. Teknik Penanganan Pascapanen Sorgum, Gandum dan Hotong

    Penanganan pascapanen serealia lain seperti sorgum, gandum dan

    hotong pada umumnya sama dengan penanganan pascapanen

    jagung hanya saja tahapannya yang berbeda. Adapun tahapan

    penanganan pascapanen serealia lain terdiri dari :

    1. Pemanenan

    Pemanenan dilakukan setelah biji terbentuk serta daun

    berwarna kuning dan mengering.

    2. Perontokan

    Penyimpanan tanpa perontokan akan beresiko menimbulkan

    kerusakan, perontokan dapat dilakukan secara manual

    maupun mekanis.

    3. Pengeringan

    Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air biji hingga

    berkisar maksimal 12%.

    4. Penyimpanan

    Penyimpanan dapat dilakukan dalam bentuk curah maupun

    kemasan.

    c. Penyakit Pada Jagung dan Teknik Pengendaliannya

    Salah satu faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kualitas

    pangan dan pakan dari jagung adalah infeksi cendawan

    Aspergillus spp., Fusarium spp., dan Penicillium spp. karena

    cendawan tersebut memproduksi senyawa beracun yang disebut

    aflatoxin. Cendawan ini dominan ditemukan pada jagung dalam

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 34

    tahap penyimpanan. Infeksi awal terjadi pada fase silking di

    lapang, kemudian terbawa oleh benih ke tempat-tempat

    penyimpanan. Patogen-patogen tersebut kemudian berkembang

    dan memproduksi mitoksin, sehingga bahan pakan menjadi rusak

    dan bermutu rendah.

    d. Teknik Pengendalian Penyakit Pada Jagung dan Serealia Lain

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian Aspergillus spp.,

    Fusarium spp., dan Penicillium spp., dapat dilakukan pada fase

    prapanen dan pascapanen.

    Pencegahan infeksi dini Aspergillus spp., Fusarium spp., dan

    Penicillium spp. dapat dilakukan dengan rotasi pertanaman bukan

    inang, yang akan memutus siklus perkembangannya. Pencegahan

    penularan oleh serangga dengan penyemprotan insektisida dapat

    berefek ganda, yaitu meminimalisasi penyebaran patogen dalam

    suatu populasi tanaman jagung karena tertekannya populasi

    serangga yang menjadi vektor penyebarannya di pertanaman.

    3. Buku Teknologi Penanganan Pascapanen Kedelai

    Teknologi penanganan pascapanen kedelai menyajikan antara lain :

    a. Panen

    Panen kedelai hendaknya dilakukan pada saat umur fisiologi

    maksimal, umur panen yang optimal akan menghasilkan jumlah dan

    mutu produksi yang cukup tinggi. Setiap tanaman kedelai

    mempunyai umur panen yang berbeda tergantung varietas dan

    faktor lingkungan.

    Panen kedelai dapat dilakukan apabila tanaman sudah matang yaitu

    sekurang-kurangnya 95 % polong pada batang utama berwarna

    kuning kecoklatan, daun-daun telah rontok, batang sudah kering,

    kadar air di bawah 25 %, dan kulit polong mudah dikupas.

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 35

    Pemanenan kedelai pada kadar air tinggi (30 40 %) dapat

    menyebabkan banyak butir biji yang kusam dan waktu pengeringan

    lama, sehingga susut mutu meningkat. Pemanenan pada kadar air

    rendah (17 20 %) memiliki keuntungan yaitu kegiatan penanganan

    pascapanen lebih pendek dan jumlah susut bobot pascapanen dan

    susut mutu keseluruhan lebih kecil (Tabel 2 dan 3).

    Panen kedelai dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara

    mencabut dan menggunakan sabit. Namun pemanenan kedelai

    dengan cara dicabut bersama akar tidak disarankan untuk dilakukan,

    karena akan mengurangi kesuburan tanah serta menambah kotoran

    pada biji kedelai.

    Tabel 2. Perkiraan Susut Pascapanen Kedelai yang dipanen

    pada Kadar air rendah

    Tercecer Mutu

    Panen (k.a 17 - 20%) 1,0 1,0

    Penjemuran di lahan (k.a 14 - 17%) 2,0 0,5

    Perontokan dengan tenaga manusia 7,0 1,0

    Jumlah Susut 10,0 2,5

    Perkiraan Susut (%)Kegiatan Pascapanen

    Tabel 3. Perkiraan Susut Pascapanen Kedelai Yang Dipanen Pada Kadar Air Tinggi

    Tercecer Mutu

    Panen (k.a 30 - 40 %) 0,5 2,0

    Penjemuran di ladang (k.a 25 - 30%) 1,0 2,0

    Pengangkutan ke rumah (k.a 25 - 30%) 1,0 -

    Penjemuran di pekarangan (k.a 15 - 17%) 5,0 2,0

    Penundaan di beranda (k.a 15 - 17%) 1,0 1,0

    Perontokan ( k.a 15 - 17%) 7,0 1,0

    Jumlah Susut 15,5 8,0

    Perkiraan Susut (%)Kegiatan Pascapanen

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 36

    b. Pengeringan

    Pengeringan kedelai bertujuan mengurangi kandungan air dalam biji

    melalui proses penguapan air biji kedelai. Pengeringan kedelai dapat

    dillakukan dengan cara alami dengan menjemur di sinar matahari

    atau dengan menggunakan mesin pengering.

    Pengeringan kedelai dengan lantai jemur dilakukan dengan cara

    meletakkan secara merata brangkasan kedelai di lantai jemur

    dengan ketebalan 20 cm, dan setiap 2 jam dilakukan pembalikan

    agar pengeringan benar-benar merata. Pengeringan kedelai

    dilakukan selama 1 2 hari, sampai kadar biji + 17 %.

    Pengeringan dengan mesin pengering sangat dianjurkan karena

    dapat meningkatkan mutu pengeringan. Laju pengeringan diatur

    dengan suhu maksimal 60 oC.

    c. Perontokan

    Perontokan bertujuan melepas biji kedelai dari kulit polongnya.

    Brangkasan kedelai hasil penjemuran (kadar air 15-17%) biasanya

    ditumpuk/ditunda selama 3-7 hari di beranda rumah sebelum

    dilakukan perontokan. Tujuan penundaan (tempering time) adalah

    untuk menyeragamkan kadar air dan warna biji kedelai. Perontokan

    kedelai dapat dilakukan dengan tongkat pemukul dan menggunakan

    alat mekanis (power thresher).

    d. Pembersihan biji kedelai

    Pembersihan biji kedelai bertujuan memisahkan kotoran, biji rusak

    akibat luka, biji gepeng, atau terlalu kecil. Dengan melakukan

    pembersihan yang tepat maka akan diperoleh biji kedelai yang baik.

    Pembersihan kedelai dapat dilakukan dengan ditampi atau dengan

    menggunakan mesin pembersih (winower), mesin ini merupakan

    kombinasi antara ayakan dengan blower. Biji yang telah bersih

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 37

    selanjutnya dijemur kembali sampai kadar air mencapai

    9 11 %.

    e. Penyimpanan Biji Kedelai

    Biji yang kering lalu disimpan dalam wadah yang bebas hama dan

    penyakit, disimpan di tempat kering dalam karung goni/plastik.

    Karung-karung ini ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar

    tidak langsung menyentuh tanah atau lantai. Apabila kedelai

    disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2 - 3 bulan sekali harus

    dijemur sampai kadar airnya sekitar 9% - 11%. Biji kedelai yang

    akan disimpan sebaiknya mempunyai kadar air 9 - 12 %.

    4. Buku Teknologi Penanganan Pascapanen Ubikayu

    Teknologi penanganan pascapanen ubikayu adalah semua kegiatan

    yang dilakukan sejak ubikayu dipanen sampai menghasilkan produk

    setengah jadi (intermedidate product). Masalah utama dalam

    penanganan pascapanen ubikayu adalah tingginya tingkat kehilangan

    hasil (susut tercecer) di setiap tahap kegiatan, seperti pada tahap

    panen, pengupasan, perajangan dan pengeringan.

    Buku teknologi penanganan pascapanen ubikayu, menyajikan antara

    lain:

    a. Penentuan saat panen

    Penentuan saat panen harus dilakukan berdasarkan deskripsi

    varietas ubikayu (umur tanaman) dan pengamatan visual

    (kenampakan fisik).

    b. Pemanenan ubikayu

    Pemanenan ubikayu sebaiknya dilakukan pada umur yang tepat

    sesuai dengan karakteristik varietasnya. Pada umumnya umur

    panen ubikayu berkisar antara umur 8 12 bulan. Panen yang

    dilakukan terlalu awal akan memberikan hasil produksi dan

    kandungan pati yang rendah. Apabila ubikayu dipanen melewati

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 38

    umur optimumnya maka akan memberikan kandungan serat yang

    kasar dan tinggi.

    Pemanen dilakukan dengan beberapa cara /variasi tergantung adat

    kebiasaan di suatu daerah masing-masing. Pemanenan biasa

    dilakukan dengan cara mencabut dilakukan dengan cara mencabut,

    atau menggunakan alat pengungkit.

    c. Pengupasan

    Pengupasan kulit secara manual merupakan cara pengupasan

    ubikayu yang terbaik. Cara ini memberikan rendeman yang tinggi

    namun memerlukan waktu yang relatif lama dan tenaga kerja yang

    banyak. Pengupasan kulit dapat dilakukan dengan alat bantu pisau

    atau alat khusus pengupasan ubikayu. Jika pengupasan tidak bersih

    menyebabkan kotoran banyak melekat sehingga susut pengupasan

    meningkat sampai 4 - 10 %.

    d. Pencucian

    Ubikayu yang telah dikupas secepatnya dicuci dengan air yang

    mengalir. Jika ubikayu kupas masih menunggu proses, sebaiknya

    direndam dalam bak perendaman (semua umbi harus tercelup air,

    sehingga tidak ada bagian umbi yang berwarna coklat).

    e. Perajangan

    Proses perajangan ubikayu diartikan sebagai pengirisan/

    mengecilkan ukuran umbi kupas. Perajangan dapat dilakukan

    dengan alat atau mesin. Tahapan proses yang penting dan cukup

    menentukan mutu tepung kasava adalah saat pembuatan gaplek

    dan chips kering. Gaplek berbentuk gelondong, sedangkan chips

    bentuk cacah atau bentuk irisan tipis (slicer) atau bentuk sawut

    (shrudding).

    f. Pengeringan

    Pengeringan ubikayu harus dilakukan dengan cara yang baik dan

    menggunakan sarana yang baik pula. Agar pengeringan chips/

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 39

    sawut lebih cepat dan menurunkan kandungan asam biru terutama

    pada ubikayu pahit maka dilakukan pemerasan sawut (alat press

    atau malat spiner) sampai kadar air sawut basah 45%. Sawut yang

    tidak diperas (kadar air 60%) membutuhkan waktu penjemuran 14-

    16 jam, sedang yang diperas (kadar air 45%) hanya 6-8 jam.

    g. Pengemasan

    Pengemasan merupakan proses mempertahankan mutu chips/

    sawut selama 6 bulan. Sebelum dikemas, kadar air harus < 12%

    dan segera dimasukkan kedalam wadah pengemasan yang baik

    (karung rangkap/double layer bag).

    h. Penyimpanan

    Penyimpanan ubikayu segar bersifat sementara sambil menunggu

    waktu yang tepat untuk dijual atau diolah lebih lanjut. Beberapa

    cara penyimpanan ubikayu segar dapat dilakukan antara lain : (1)

    Perlakuan fungisida dalam kantong plastik; (2) Media sekam

    lembab; dan (3) media serbuk gergaji.

    G. Pembinaan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan

    Pembinaan penanganan pascapanen tanaman pangan dimaksudkan untuk

    membina para petani, petugas instansi terkait yang bergerak di bidang

    penanganan pascapanen agar dapat sesuai dengan Good Handling

    Practises (GHP). Selain itu, dengan melakukan pembinaan di tingkat

    lapangan diharapkan dapat meningkatkan SDM (petugas, petani/kelompok

    tani) yang menangani pasca panen dan menurunkan kehilangan hasil

    panen. Peningkatan efisiensi produksi, menurunnya susut hasil,

    meningkatnya rendemen dan mutu hasil, dapat menambah nilai tambah

    dan daya saing serta pengamanan harga hasil panen sesuai yang

    diharapkan.

    Pembinaan penanganan pascapanen yang telah dilaksanakan adalah :

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 40

    1. Pembinaan Penanganan Pascapanen Padi

    Pembinaan penanganan pascapanen padi dilaksanakan ke beberapa

    provinsi yaitu Provinsi Aceh, Lampung, Riau, Gorontalo, Kalimantan

    Barat, Bali, dan Nusa Tenggara Barat, dengan hasil sebagai berikut :

    a. Terkait dengan pengadaan bantuan sarana penanganan

    pascapanen padi, pemilihan pembelian jenis sarana

    memprioritaskan pada kebutuhan poktan/gapoktan dengan tetap

    mengacu pada pedoman pelaksanaan penanganan pascapanen

    tanaman pangan 2011, sedangkan spesifikasi teknisnya

    disesuaikan kebutuhan poktan/gapoktan dengan tetap memper-

    timbangkan upaya menurunkan susut hasil dan mempertahankan

    mutu gabah/padi. Pembelian sarana menggunakan

    produsen/pengrajin di daerah sepanjang sudah memiliki

    persyaratan minimal test report dari lembaga uji yang telah

    ditunjuk oleh Kementerian Pertanian

    b. Semua Provinsi yang dikunjungi sampai dengan tahun 2010 belum

    memiliki data nilai susut hasil padi dan rendemen beras, dan

    direncanakan dilakukan pada tahun 2012 melalui anggaran

    pembiayaan yang bersumber dari Direktorat Jenderal Tanaman

    Pangan.

    c. Dukungan APBD Provinsi, Kabupaten dan Daerah terhadap upaya

    penanganan pascapanen padi masih minim, sehingga masih

    tergantung pada bantuan Pemerintah Pusat.

    d. Dibutuhkan kebijakan dari Kepala Dinas serta koordinasi yang

    baik antara satker Bidang Tanaman Pangan dengan Bidang Bina

    Usaha/PPHP demi kelancaran pelaksanaan kegiatan penanganan

    pasca panen tanaman pangan.

    e. Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota berupaya mengirimkan teknisi dan

    operator ke pabrikan dalam rangka mengikuti pelatihan untuk

    menambah pengetahuan dan teknologi pascapanen agar dapat

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 41

    mengadopsi teknologi secara cepat serta meningkatkan

    kompetensi tenaga teknis dan operator.

    2. Pembinaan Penanganan Pascapanen Jagung dan Serealia Lain

    Pembinaan penanganan pascapanen jagung dan serealia lain

    dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Selatan, NTB, NTT, Kalimantan

    Barat, Sulawesi Tengah, Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan Jambi,

    dengan hasil sebagai berikut :

    a. Kurangnya permodalan pada Gapoktan untuk membeli jagung,

    baik jagung tongkolan kering, basah, maupun pipil kering,

    sehingga hanya dapat menampung sebagian kecil hasil panen

    petani, dan belum memiliki gudang serta lantai jemur.

    b. Kurang minatnya petani dalam membudidayakan jagung, karena

    fluktuasi harga jagung pipilan kering di pasaran.

    c. Produktivitas jagung menurun, dipengaruhi oleh kebiasaan

    panen petani jagung khususnya di Sulawesi Selatan yaitu tanam di

    musim hujan dan panen juga dimusim hujan, sehingga

    menyebabkan hampir 70 % areal tanam dan panen terkena

    jamur aflatoksin karena tidak cepat tertangani.

    3. Pembinaan Penanganan Pascapanen Kedelai dan Aneka Kacang

    Pembinaan penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang

    dilaksanakan di 8 (delapan) Provinsi yaitu : Provinsi Kalimantan

    Timur, Lampung, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Maluku Utara,

    Sulawesi Tengah, Nanggroe Aceh Darussalam, dengan hasil sebagai

    berikut :

    a. Upaya peningkatan produksi kedelai dan aneka kacang pada saat

    ini belum diikuti dengan penanganan pascapanen yang tepat

    sehingga susut hasil masih sangat tinggi. Untuk itu diharapkan

    adanya upaya khusus dari pemerintah pusat maupun daerah

    untuk mendorong perbaikan penanganan pascapanen kedelai dan

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 42

    aneka kacang dalam rangka menurunkan susut/kehilangan hasil

    dan mempertahankan mutu.

    b. Belum ada koordinasi antar lembaga terkait baik di tingkat pusat

    maupun daerah dalam penanganan pascapanen. Penanganan

    pascapanen tidak dapat dilakukan secara parsial, oleh karena itu

    koordinasi antar lembaga terkait perlu dioptimalkan baik di tingkat

    pusat maupun daerah. Koordinasi tersebut sangat penting dalam

    mendukung keberhasilan tercapainya program dan kegiatan

    penanganan pascapanen sesuai yang diharapkan.

    c. Untuk mengurangi susut hasil karena tercecer dan mem-

    pertahankan mutu kedelai dan aneka kacang diperlukan teknologi

    dan sarana alat pascapanen yang memenuhi persyaratan teknis,

    ekonomis dan mudah diadopsi oleh petani sehingga alat yang

    diberikan dapat diaplikasikan dan dimanfaatkan oleh kelompok

    tani. Inovasi teknologi dan sarana pascapanen yang dihasilkan

    oleh lembaga penelitian maupun perguruan tinggi dan perusahaan

    swasta perlu didorong untuk terus dikembangkan sesuai dengan

    spesifik lokasi.

    d. Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada belum memadai, untuk itu

    diperlukan peningkatan SDM melalui pelatihan/kursus, kerjasama

    dengan lembaga pelatihan maupun perguruan tinggi. Peningkatan

    kualitas SDM diarahkan untuk peningkatan sikap, ilmu

    pengetahuan dan teknologi, serta keterampilan pelaku

    pascapanen (petugas/penyuluh, petani/kelompoktani).

    e. Kelembagaan yang menangani kegiatan pascapanen umumnya

    masih lemah. Untuk memantapkan perbaikan penanganan

    pascapanen termasuk usaha jasa pascapanen, diperlukan

    dukungan kelembagaan serta mendorong tumbuh kembangnya

    perbengkelan/pengrajin alat mesin pascapanen dan kemitraan

    usaha jasa alat mesin pascapanen antara petani/kelompok tani

    sebagai pengguna dan UPJA sebagai unit usaha bisnis yang

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 43

    mengusahakan pelayanan jasa persewaaan alat mesin

    pascapanen.

    4. Pembinaan Penanganan Pascapanen Aneka Umbi

    Pembinaan penanganan pascapanen aneka umbi dilaksanakan di

    Provinsi Jawa Barat, Aceh, Gorontalo, Maluku Utara, Kalimantan Barat,

    Riau dan Papua Barat, dengan hasil sebagai berikut :

    a. Penanganan pascapanen yang baik dan tepat belum dilakukan.

    Petani/kelompok tani masih melakukan penanganan pascapanen

    secara tradisional, berdasarkan kebiasaan yang dilakukan secara

    turun temurun (petani melakukan panen dengan mencabut

    sehingga peluang adanya umbi yang tertinggal atau patah cukup

    besar yaitu + 7%).

    b. Penanganan yang dilakukan petani berdasarkan kebiasaan turun

    temurun, dapat disebabkan karena kurangnya informasi,

    kurangnya sosialisasi, kurangnya pembinaan, sehingga tingkat

    pengetahuan petani tetap berada di level kebiasaan.

    Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka

    kebutuhan manusia akan berkembang, sehingga manusia perlu

    berusaha mendapatkan inovasi baru. Kondisi yang ada di petani

    saat ini memerlukan adanya pembinaan dan pola pembinaan

    kepada petani, baik secara individual maupun yang tergabung

    dalam kelompoktani, hendaknya dapat dilakukan secara kontinyu

    dalam upaya meningkatkan dan memberdayakan pengetahuan

    dan kemampuan petani.

    c. Bantuan sarana pascapanen kepada petani merupakan salah satu

    bentuk pembinaan. Namun pembinaan berupa bantuan sarana

    hendaknya tidak menjadikan petani terlena dan malas

    sehingga dari tahun ke tahun tidak selalu mengharapkan adanya

    bantuan dari pemerintah.

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 44

    d. Ketersediaan sarana pascapanen untuk komoditi aneka umbi

    masih sangat terbatas, umumnya yang tersedia untuk komoditi

    padi.

    H. Sosialisasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan

    Pelaksanaan sosialisasi penanganan pascapanen dilakukan untuk

    memberikan pemahaman kepada petugas daerah dan pelaku

    penanganan pascapanen mengenai pentingnya penanganan pascapanen

    sehingga diharapkan mutu produk yang dihasilkan mempunyai nilai

    tambah dan berdaya saing. Melalui sosialisasi penanganan pascapanen

    secara tidak langsung dapat memberikan sumbangan terhadap

    peningkatan pendapatan petani dan keluarganya.

    Sosialisasi penanganan pascapanen tanaman pangan diarahkan untuk

    memotivasi dan meningkatkan pengetahuan petani dan petugas yang

    memiliki kompetensi dibidang penanganan pascapanen tanaman pangan,

    agar semakin meningkatkan perhatiannya dalam penanganan

    pascapanen di daerahnya dan dilaksanakan secara optimal sehingga

    peluang terjadinya kehilangan hasil dapat diminimalkan.

    Sosialisasi yang telah dilaksanakan dapat dilihat pada uraian berikut :

    1. Sosialisasi Penanganan Pascapanen Padi

    Sosialisasi penanganan pasca panen dilaksanakan di Provinsi

    Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung,

    Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta,

    Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan

    Selatan dan Nusa Tenggara Barat, dengan hasil sebagai berikut :

    a. Dana kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan

    terdapat pada Satker Bidang Tanaman Pangan, namun secara

    tupoksi penanganan pascapanen terdapat pada Bidang P2HP.

    Hal ini menyebabkan terhambatnya komunikasi dan koordinasi

    kegiatan penanganan pascapanen baik ditingkat provinsi maupun

    kabupaten/ kota.

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 45

    b. Sebagian petani belum sepenuhnya dapat menerima teknologi

    baru, karena masih terbiasa dengan sarana pascapanen

    tradisional yang menurut mereka lebih mudah dan murah,

    olehnya itu perlu disosialisasikan secara intensif dan kontinyu

    mengenai keuntungan dan cara penggunaan teknologi baru

    tersebut.

    c. Penerapan teknologi yang lebih maju akan menimbulkan

    berbagai persoalan sosial yaitu adanya anggapan bahwa buruh

    tani akan kehilangan pekerjaan terutama para penderep yang

    biasa mengumpulkan sisa panen. Olehnya itu para buruh tani

    harus diberi pengertian bahwa dengan penggunaan teknologi,

    pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat, hasil pascapanen

    lebih banyak dan pendapatan yang diperoleh lebih tinggi.

    d. Pilihan bantuan sarana yang dibeli dirasakan belum sesuai

    dengan kebutuhan poktan/gapoktan, olehnya itu pemilhan

    sarana pasacapanen harus disesuaikan dengan kebutuhan

    poktan/ gapoktan, fleksibel dalam penentuan spesifikasinya

    dengan tetap mengacu pada pedoman pelaksaaan pascapanen

    tanaman pangan tahun 2011.

    2. Sosialisasi Penanganan Pascapanen Jagung dan Serealia Lain

    Sosialisasi penanganan pascapanen jagung dan serealia lain

    dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara, Riau, Bengkulu, Bangka

    Belitung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan

    Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara,

    dengan hasil sebagai berikut:

    a. Dukungan alsintan pascapanen dan pendampingan petugas

    dari pusat, provinsi/kabupaten/kota sangat diperlukan petani di

    lapangan.

    b. Kegiatan sosialisasi penanganan pascapanen jagung dan serealia

    lain harus terus dilaksanakan dalam rangka menurunkan tingkat

  • Laporan Tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2011

    Direktorat Jenderal Tanaman Pangan