laporan sistem polder fix

20
SISTEM POLDER A. Pengertian Sistem Polder Polder adalah sekumpulan dataran rendah yang membentuk kesatuan hidrologis artifisial yang dikelilingi oleh tanggul. Pada daerah polder, air buangan (air kotor dan air hujan) dikumpulkan di suatu badan air (sungai, situ) lalu dipompakan ke badan air lain pada polder yang lebih tinggi posisinya, hingga pada akhirnya air dipompakan ke sungai atau kanal yang langsung bermuara ke laut. Tanggul yang mengelilingi polder bisa berupa pemadatan tanah dengan lapisan kedap air, dinding batu, bisa juga berupa konstruksi beton dan perkerasan yang canggih. Polder juga bisa diartikan sebagai tanah yang direkalamasi. Sistem polder banyak diterapkan pada reklamasi laut atau muara sungai, dan juga pada manajemen air buangan (air kotor dan drainase hujan) di daerah yang lebih rendah dari muka air laut dan sungai. Sistem polder adalah suatu cara penanganan banjir dengan kelengkapan bangunan sarana fisik, yang meliputi saluran drainase, kolam retensi, pompa air, yang dikendalikan sebagai satu kesatuan pengelolaan. Dengan sistem polder, maka lokasi rawan banjir akan dibatasi dengan jelas, sehingga elevasi

Upload: arie-bagus-prasetyo

Post on 18-Dec-2015

116 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

air

TRANSCRIPT

SISTEM POLDERA. Pengertian Sistem PolderPolder adalah sekumpulan dataran rendah yang membentuk kesatuan hidrologis artifisial yang dikelilingi oleh tanggul. Pada daerah polder, air buangan (air kotor dan air hujan) dikumpulkan di suatu badan air (sungai, situ) lalu dipompakan ke badan air lain pada polder yang lebih tinggi posisinya, hingga pada akhirnya air dipompakan ke sungai atau kanal yang langsung bermuara ke laut. Tanggul yang mengelilingi polder bisa berupa pemadatan tanah dengan lapisan kedap air, dinding batu, bisa juga berupa konstruksi beton dan perkerasan yang canggih.Polder juga bisa diartikan sebagai tanah yang direkalamasi. Sistem polder banyak diterapkan pada reklamasi laut atau muara sungai, dan juga pada manajemen air buangan (air kotor dan drainase hujan) di daerah yang lebih rendah dari muka air laut dan sungai.Sistem polder adalah suatu cara penanganan banjir dengan kelengkapan bangunan sarana fisik, yang meliputi saluran drainase, kolam retensi, pompa air, yang dikendalikan sebagai satu kesatuan pengelolaan. Dengan sistem polder, maka lokasi rawan banjir akan dibatasi dengan jelas, sehingga elevasi muka air, debit dan volume air yang harus dikeluarkan dari sistem dapat dikendalikan. Oleh karena itu, sistem polder disebut juga sebagai sistem drainase yang terkendali.Sistem ini dipakai untuk daerah-daerah rendah dan daerah yang berupa cekungan, ketika air tidak dapat mengalir secara gravitasi. Agar daerah ini tidak tergenang, maka dibuat saluran yang mengelilingi cekungan. Air yang tertangkap dalam daerah cekungan itu sendiri ditampung di dalam suatu waduk, dan selanjutnya dipompa ke kolam tampungan.

Gambar sketsa sistem polderB. Sejarah Sistem PolderSistem polder ini telah direncanakan oleh Herman van Breen dan tim (dengan banjir kanal barat dan timur) ketika merancang kota sebagai respon terhadap banjir besar yang melanda Batavia tahun 1918. Namun sayangnya rencana yang bagus ini belum bisa terealisasi sepenuhnya hingga saat ini. Di Jakarta sendiri sistem polder ini sebenarnya sudah diterapkan di kawasan perumahan elit di tepi laut Jakarta Utara. Polder identik dengan negeri kincir angin Belanda yang seperempat wilayahnya berada di bawah muka laut dan memiliki lebih dari 3000 polder. Sebelum ditemukannya mesin pompa, kincir angin digunakan untuk menaikkan air dari suatu polder ke polder lain yang lebih tinggi. Bicara tentang banjir kita perlu banyak belajar dari negara ini yang sudah kenyang bergulat memerangi banjir sejak abad ke-17 karena morfologi alamnya sebagian besar yang berupa rawa dan dataran rendah.Di negara ini, ancaman banjir datang secara rutin dari laut melalui gelombang pasang dan ganasnya badai Laut Utara, ataupun dari luapan sungai Ijssel, Maar, dan Rijn akibat mencairnya es di hilir sungai pada akhir musim dingin. Sistem polder dipakai untuk mengeluarkan air dari dataran rendah dan juga menangkal banjir di wilayah delta dan daerah aliran sungai. Di negara ini, rencana penanganan banjir ditetapkan pada level nasional, provinsi, dan kotapraja. Terdapat Badan Manajemen Air yang sejajar dengan pemerintahan lokal dan berperan khusus dalam perencanaan, manajemen aktivitas yang berkait dengan air, juga upaya mitigasi bencana banjir. Upaya penanganan banjir juga melibatkan masalah penyediaan perumahan, tempat kerja, suplai air minum, pertanian, lingkungan ekologis, galian mineral, bahkan pariwisata dan rekreasi. Sungai Rijn (Rheine) yang menyebabkan banjir adalah lintasan jalur wisata perahu pesiar yang bermula di Swis, melewati Jerman, dan berakhir di Belanda.Berkaitan dengan aspek ruang, bermacam kemungkinan terjadinya banjir (ketinggian, daerah tergenang) dari beragam periode ulang(return period)dikaji untuk menentukan sistem pengaliran air dan batas polder. Ada beberapa daerah di sekitar badan sungai yang memang disiapkan untuk digenangi ketika banjir besar (periode yang lebih lama) melanda. Daerah ini biasanya dimanfaatkan untuk fungsi pertanian atau daerah hijau. Ketentuan sempadan sungai dan tanggul juga diterapkan untuk menjamin tidak ada bangunan pada daerah tersebut. Kontrol pada pemanfaatan lahan agar sesuai dengan peruntukannya amatlah ketat, dimulai dari kelayakan pada saat perijinan, pengawasan rutin, hingga penggunaan foto udara kawasan. Selain ditunjang sumberdaya manusia, teknologi, dan finansial, upaya penegakan hukum dan peraturan merupakan salah satu kunci keberhasilan penanggulangan banjir di negara ini.

C. Karakteristik Sistem PolderPolder adalah suatu kawasan yang didesain sedemikian rupa dan dibatasi dengan tanggul sehingga limpasan air yang berasal dari luar kawasan tidak dapat masuk. Dengan demikian hanya aliran permukaan atau kelebihan air yang berasal dari kawasan itu sendiri yang akan dikelola oleh sistem polder. Di dalam polder tidak ada aliran permukaan bebas seperti pada daerah tangkapan air alamiah, akan tetapi dilengkapi dengan bangunan pengendali pada pembuangannya dengan penguras atau pompa yang berfungsi mengendalikan kelebihan air. Muka air di dalam sistem polder tidak bergantung pada permukaan air di daerah sekitarnya karena polder mempergunakan tanggul dalam operasionalnya sehingga air dari luar kawasan tidak dapat masuk ke dalam sistem polder.D. Fungsi PolderPada awalnya polder dibuat untuk kepentingan pertanian. Tetapi beberapa dekade belakangan ini sistem polder juga diterapkan untuk kepentingan pengembangan industri, permukiman, fasilitas umum serta untuk kepentingan lainnya dengan alasan keamanan. Fungsi utama polder adalah sebagai pengendali muka air di dalam sistem polder tersebut. Untuk kepentingan permukiman, muka air di dalam Sistem dikendalikan supaya tidak terjadi banjir/genangan. Air di dalam sistem dikendalikan sedemikian rupa sehingga jika terdapat kelebihan air yang dapat menyebabkan banjir, maka kelebihan air itu dipompa keluar sistem polder.E. Elemen-elemen Sistem PolderSistem polder terdiri dari jaringan drainase, tanggul, kolam retensi dan badan pompa. Keempat elemen sistem polder harus direncanakan secara integral, sehingga dapat bekerja secara optimal.1. Jaringan DrainaseDrainase adalah istilah yang digunakan untuk sistem penanganan kelebihan air. Khusus istilah drainase perkotaan, kelebihan air yang dimaksud adalah air yang berasal dari air hujan. Kelebihan air hujan pada suatu daerah, dapat menimbulkan masalah yaitu banjir atau genangan air, sehingga diperlukan adanya saluran drainase yang berfungsi menampung air hujan dan kemudian mengalirkan air hujan tersebut menuju kolam penampungan. Dari kolam penampungan tersebut, untuk mengendalikan elevasi muka air, kelebihan air tersebut harus dibuang melalui pemompaan. Pada suatu sistem drainase perkotaan terdapat jaringan saluran drainase yang merupakan sarana drainase lateral berupa pipa, saluran tertutup dan saluran terbuka.Berdasarkan cara kerjanya saluran drainase terbagi dalam beberapa jenis, yaitu saluran pemotong, saluran pengumpul dan asaluran pembawa.a. Saluran Pemotong (interceptor) adalah saluran yang berfungsi sebagai pencegah terjadinya pembebanan aliran dari suatu daerah terhadap daerah lain di bawahnya.Saluran ini biasanya dibangun dan diletakkan pada bagian yang relatif sejajar dengan bangunan kontur.b. Saluran Pengumpul (collector) adalah saluran yang berfungsi sebagai pengumpul debit yang diperoleh dari saluran drainase yang lebih kecil dan akhirnya akan dibuang ke saluran pembawa. Letak saluran pembawa ini di bagian terendah lembah ini suatu daerah sehingga secara efektif dapat berfungsi sebagai pengumpul dari anak cabang saluran yang ada.c. Saluran Pembawa (conveyor). adalah saluran yang berfungsi sebagai pembawa air buangan dari suatu daerah ke lokasi pembuangan tanpa membahayakan daerah yang dilalui. Sebagai contoh adalah saluran banjir kanal atau sudetan-sudetan atau saluran by pass yang bekerja khusus hanya mengalirkan air secara cepat sampai ke lokasi pembuangan. Untuk menjamin berfungsinya saluran drainase secara baik, diperlukan bangunanbangunan pelengkap di tempat-tempat tertentu. Jenis bangunan pelengkap itu adalah :1. Bangunan Silang; misalnya gorong-gorong atau siphon2. Bangunan Pintu Air ; misalnya pintu geser atau pintu otomatis3. Bangunan peresap (infiltrasi ) misalnya sumur resapanSemua bangunan yang disebutkan di atas tidak selalu harus ada pada setiap jaringan drainase. Keberadaannya tergantung pada kebutuhan setempat yang biasanya dipengaruhi oleh fungsi saluran, tuntutan akan kesempurnaan jaringannya, dan kondisi lingkungan.

Gambar skema jaringan drainase ada sistem polder2. TanggulTanggul merupakan suatu batas yang mengelilingi suatu badan air atau daerah/wilayah tertentu dengan elevasi yang lebih tinggi daripada elevasi di sekitar kawasan tersebut, yang bertujuan untuk melindungi kawasan tersebut dari limpasan air yang berasal dari luar kawasan. Dalam bidang perairan, laut dan badan air merupakan daerah yang memerlukan tanggul sebagai pelindung di sekitarnya. Jenis jenis tanggul, antara lain : tanggul alamiah, tanggul timbunan, tanggul beton dan tanggul infrastruktur. Tanggul alamiah yaitu tanggul yang sudah terbentuk secara alamiah dari bentukan tanah dengan sendirinya. Contohnya bantaran sungai di pinggiran sungai secara memanjang. Tanggul timbunan adalah tanggul yang sengaja dibuat dengan menimbun tanah atau material lainnya, di pinggiran wilayah. Contohnya tanggul timbunan batuan di sepanjang pinggiran laut. Tanggul beton merupakan tanggul yang sengaja dibangun dari campuran perkerasan beton agar berdiri dengan kokoh dan kuat. Contohnya tanggul bendung, dinding penahan tanah ( DPT ). Tanggul infrastruktur merupakan sebuah struktur yang didesain dan dibangun secara kuat dalam periode waktu yang lama dengan perbaikan dan pemeliharaan secara terus menerus, sehingga seringkali dapat difungsikan sebagai sebuah tanggul, misal jalan raya.3. Kolam RetensiKolam retensi merupakan suatu cekungan atau kolam yang dapat menampung atau meresapkan air didalamnya, tergantung dari jenis bahan pelapis dinding dan dasar kolam. Kolam retensi dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu kolam alami dan kolam non alami. Kolam alami yaitu kolam retensi yang berupa cekungan atau lahan resapan yang sudah terdapat secara alami dan dapat dimanfaatkan baik pada kondisi aslinya atau dilakukan penyesuaian. Pada umumnya perencanaan kolam jenis ini memadukan fungsi sebagai kolam penyimpanan air dan penggunaan oleh masyarakat dan kondisi lingkungan sekitarnya. Kolam jenis alami ini selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan, juga dapat meresapkan pada lahan atau kolam yang pervious, misalnya lapangan sepak bola ( yang tertutup oleh rumput ), danau alami, seperti yang terdapat di taman rekreasi dan kolam rawa Kolam non alami yaitu kolam retensi yang dibuat sengaja didesain dengan bentuk dan kapasitas tertentu pada lokasi yang telah direncanakan sebelumnya dengan lapisan bahan material yang kaku, seperti beton. Pada kolam jenis ini air yang masuk ke dalam inlet harus dapat menampung air sesuai dengan kapasitas yang telah direncanakan sehingga dapat mengurangi debit banjir puncak (peak flow) pada saat over flow, sehingga kolam berfungsi sebagai tempat mengurangi debit banjir dikarenakan adanya penambahan waktu kosentrasi air untuk mengalir dipermukaan. Kapasitas kolam retensi yang dapat menampung volume air pada saat debit banjir puncak, dihitung dengan persamaan umum seperti di bawah ini :

Dengan : V = volume kolamt = waktu awal air masuk ke dalam inlett0 = waktu air keluar dari outflowQin = debit inflowQout = debit outflow4. Stasiun PompaDi dalam stasiun pompa terdapat pompa yang digunakan untuk mengeluarkan air yang sudah terkumpul dalam kolam retensi atau junction jaringan drainase ke luar cakupan area. Prinsip dasar kerja pompa adalah menghisap air dengan menggunakan sumber tenaga, baik itu listrik atau diesel/solar. Air dapat dibuang langsung ke laut atau sungai/banjir kanal yang bagian hilirnya akan bermuara di laut. Biasanya pompa digunakan pada suatu daerah dengan dataran rendah atau keadaan topografi atau kontur yang cukup datar, sehingga saluran-saluran yang ada tidak mampu mengalir secara gravitasi. Jumlah dan kapasitas pompa yang disediakan di dalam stasiun pompa harus disesuaikan dengan volume layanan air yang harus dikeluarkan. Pompa yang menggunakan tenaga listrik, disebut dengan pompa jenis sentrifugal, sedangkan pompa yang menggunakan tenaga diesel dengan bahan bakar solar adalah pompa submersible.

F. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Polder Kelebihan Sistem Polder1. Sistem polder mampu mengendalikan banjir dan genangan akibat aliran dari hulu, hujan setempat dan naiknya muka air laur (ROB).2. Digunakan sebagai obyek wisata atau rekreasi3. Digunakan sebagai lahan pertanian, perikanan, dan lingkungan industri serta perkantoran. Kekurangan Sitem Polder1. Bekerjanya sistem ini sangat bergantung pada pompa. Jika pompa mati, maka kawasan akan tergenang.2. Biaya operasi dan pemeliharaaan relatif mahal

G. Penggunaan Sistem Polder1. Mengendalikan air2. Obyek Wisata / Rekreasi3. Lahan Pertanian / Perikanan4. Lingkungan Industri dan Perkantoran

H. Struktur Organisasi pengolahan Polder

Secara internal, organisasi BP2B Sima harus mencerminkan sebagai organisasi yang terbuka untuk mengadopsi dan mengakomodasi kepentingan masyarakat yang tinggal di Kawasan Polder Banger. Sebagai sebuah sistem yang kelak menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat di Kawasan Polder Banger, pemeliharaan dan operasionalisasi Sistem Polder Banger harus bersifat melibatkan masyarakat yang tinggal di dalam kawasan Polder Banger. Pelibatan masyarakat diperlukan sebagai upaya untuk membangun dan mengembangkan kepedulian masyarakat terhadap sistem yang menopang kehidupan mereka. Kepedulian masyarakat dibutuhkan agar pelaksanaan program dan kegiatan pemeliharaan dan operasional sistem sehari-hari mendapatkan dukungan dan bantuan secara langsung masyarakat. Pelibatan masyarakat ini harus tercermin di dalam aspek organisasi BP2B Sima. Struktu organisasi Tim pelaksanaan :1. Badan Pengurus Harian : Kepala Badan Pengurus berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Walikota Semarang.2. Pelaksanaan Harian : Pelaksana Harian adalah bagian dari organisasi pengelola sistem polder yang melaksanakan program kerja BP2B Sima dan juga Pelaksana Harian dipimpin oleh seorang Kepala Pelaksana yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Kepala Badan Pengurus.

SISTEM POLDER YANG ADA DI SEMARANGSemarang, ibukota propinsi dari Jawa Tengah yang dikenal dengan sebutan kota ATLAS. Kota semarang mempunyai letak geografis yang sangat menarik, Semarang mempunyai pantai sekaligus dataran tinggi, kondisi yang tidak dimiliki oleh kota-kota lain di Indonesia. Kita dapat melihat pantai dari ketinggian di kota perbukitan semarang atas, yang dapat ditempuh hanya dalam waktu 15 menit dari pantai menuju perbukitan. Pusat kota semarang sendiri berada di sekitar simpang lima, kota ini mempunyai pelabuhan tanjung emas.Potensi dari letak semarang yang berada di pinggir pantai tentunya, namun letak yang berada di pinggir pantai bukannya membawa berkah bagi masyarakat semarang justru letak yang berseberangan dengan laut jawa menjadikan daerah ini langganan banjir rob. Banjir melanda bukan hanya setiap tahun, di daerah-daerah tertentu banjir ini malah menjadi permanen. Air yang kotor karena tidak mengalir pun menjadikan masalah baru. Bukan tanpa usaha, pemerintah kota semarang berusaha mengatasi banjir rob ini dengan membuat sebuah polder/ danau buatan. Misalnya sistem polder yang ada di Semarang yaitu Sistem Polder Kali Semarang, Sistem Polder Kali Banger, Sistem Polder Bulu, dan Sistem Polder yang ada di depan stasiun tawang. Untuk mengurangi banjir rob tersebut dengan memompa air ke dalam polder buatan itu, peninggian tanggul sungai pun dilakukan.Banjir menggenangi daerah semarang utara, mulai dari terminal terboyo, genuk, stasiun tawang, Jalan Hasanudin, Jalan M.T. Haryono, Jalan Kakap, Jalan Tanah Mas, hingga kawasan kota lama. Penurunan permukaan tanah akibat penggunaan air tanah, tidak adanya hutan kota yang bisa menyerap air dan semakin tingginya permukaan air laut menjadi alasan utama banjir rob ini hingga saat ini belum terselesaikan. Rumah warga maupun jalan disana pun sudah ditinggikan berkali-kali, namun ketinggian genangan air rob yang setiap tahun bertambah mebuat usaha warga sepertinya sia-sia. Genangan yang meninggi ketika air laut pasang ditambah air hujan semakin mebuat banjir rob menjadi-jadi. Bukan tak mungkin apabila tidak ada solusi dan area banjir rob semakin meluas maka akan membuat seluruh kota semarang yang berada di semarang bawah akan terkena banjir dan menjadi banjir rob seumur hidup bagi warga semarang. Kerugian secara material berupa macetnya sendi-sendi ekonomi hingga penyakit akibat banjir pun tidak dapat dihindari.Misalnya kami mengambil contoh Sistem Polder yang ada di Tawang

Kolam Retensi (10000 m2)

Stasiun Pompa

Bangunan Pintu

KESIMPULAN Permasalahan banjir yang terjadi di Kota Lama Semarang diatasi dengan drainase sistem polder (sistem non gravitasi). Hal ini dikarenakan kawasan Kota Lama Semarang termasuk daerah yang mengalami penurunan (land subsidence), sehingga elevasi/ketinggian muka tanah lebih rendah dari elevasi muka air laut pasang maupun muka air banjir sungai yang merupakan outlet dari saluran drainase kota. Komponen sistem polder yang direncanakan untuk mengatasi banjir di Kota Lama Semarang meliputi saluran primer, kolam retensi, stasiun pompa, saluran pembuang, dan peninggian jalan yang difungsikan sebagai tanggul.

DAFTAR PUSTAKA www.portalgaruda.org/http://www.academia.edu/ http://eprints.undip.ac.id/http://www.kaskus.co.id/thread/5305a96c118b4658338b4629/pengelolaan-sistem-polder-untuk-penanganan-banjir-rob-di-semarang/http://anggunsugiarti.blogspot.com/2012/02/belajar-dari-sistem-polder-negera.htmlhttps://bebasbanjir2025.wordpress.com/teknologi-pengendalian-banjir/polder/https://www.google.com/search?q=kelebihan+kekuranga+sistem+polder&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflb#rls=org.mozilla:en-US:official&channel=fflb&q=polder+adalah