laporan sinusitis fix.docx

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil dan ibu menyusui serta anak bawah lima tahun. Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu. dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 kejadian ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai faktor pendukung lainnya seperti kurang 1

Upload: sybilla17

Post on 24-Oct-2015

167 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

sinusitis

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN SINUSITIS FIX.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah

seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana

penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu

ibu dan anak, ibu hamil dan ibu menyusui serta anak bawah lima tahun. Salah satu

penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran

Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi

akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak

diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah

mampu. dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup

gawat.

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan

kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.

Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 kejadian ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari

kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Hingga saat ini angka mortalitas

ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita

datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai faktor pendukung lainnya

seperti kurang gizi. Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak

tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian

khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya

angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi.

Salah satu penyakit ISPA adalah sinusitis. Sinusitis dikarakteristikkan sebagai suatu

peradangan pada sinus paranasal. Sinusitisdiberi nama sesuai dengan sinus yang terkena.

Sinusitis selalu melibatkan mukosa pada hidung dan jarang terjadi tanpa disertai

dengan rhinitis maka sering juga disebut rhinosinusitis .  Sinusitis menjadi masalah

kesehatan penting hampir di semua negara dan angka prevalensinya makin meningkat

tiap tahunnya. Sinusitis paling sering dijumpai dan termasuk 10 penyakit termahal karena

membutuhkan biaya pengobatan cukup besar. Kebanyakan penderita rhinosinusitis ini

1

Page 2: LAPORAN SINUSITIS FIX.docx

adalah perempuan. Prevalensi sinusitis di Indonesia cukup tinggi. Hasil penelitian tahun

1996 dari sub bagian Rinologi Departemen THT FKUI-RSCM, dari 496 pasien rawat

jalan ditemukan 50 persen penderita sinusitis kronik. Pada tahun 1999, penelitian yang

dilakukan bagian THT FKUI-RSCM bekerja sama dengan Ilmu Kesehatan Anak,

menjumpai prevalensi sinusitis akut pada penderita Infeksi Saluran Nafas Atas (ISNA)

sebesar 25 persen. Angka tersebut lebih besar dibandingkan data di negara-negara lain.

B. Kasus

Anak Budi, laki-laki 12 tahun, datang ke RS dibawa oleh bapaknya dengan keluhan

hidung tersumbat bergantian dan keluar cairan sejak 1 bulan SMRS. Cairan berwarna

putih dan berbau. 2 minggu SMRS pasien berobat ke dokter dan diberiantibiotik namun

keluhan tidak menghilang. Pada pemeriksaan fisik tanda vital dan status generalis dalam

batas normal. Pada status lokalis hidung didapatkan konka inferior hiperemis -/+,

hipertrofi -/+, mukosa hiperemis -/+, secret +/+. Status lokalis tenggorokan didapatkan

arkus faring tidak simetris, mukosa hiperemis, dinding faring hiperemis, uvula tidak

simetris. Status lokalis telinga dalam batas normal.

Diagnosa medis: Rhinosinusitis maksilaris akut kiri

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dikemukakan antara lain:

1. Apa yang dimaksud dengan ISPA dan Sinusitis?

2. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat diberikan pada anak yang menderita

sinusitis?

3. Apa saja treatment yang tepat dalam menangani kasus ISPA terutama sinusitis

pada anak?

D. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, tujuan yang ingin dicapai adalah :

1. Untuk mengidentifikasi dan memahami tentang ISPA dan Sinusitis

2. Untuk mengidentifikasi dan memahami asuhan keperawatan yang tepat diberikan

pada anak yang menderita sinusitis.

2

Page 3: LAPORAN SINUSITIS FIX.docx

3. Untuk mengidentifikasi treatment yang tepat dalam menangani kasus ISPA

terutama sinusitis pada anak.

E. Manfaat

1. Bagi penulis

Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis dalam memahami

penyakit ISPA terutama sinusitis pada anak dan asuhan keperawatannya.

Melatih daya piker penulis dalam menyelesaikan suatu masalah.

2. Bagi pembaca

Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan pembaca.

Meng-upgrade informasi terbaru mengenai upaya untuk mencegah dan

menangani penyakit ISPA terutama sinusitis pada anak.

3

Page 4: LAPORAN SINUSITIS FIX.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ISPA

Definisi ISPA

Menurut DepKes RI (1998) Istilah ISPA meliputi tiga unsur yaitu infeksi, saluran

pernafasan dan akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam

tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran

pernafasan adalah organ yang dimulai dari hidung hingga alveoli beserta organ

adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah

infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Dengan demikian ISPA adalah infeksi

saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari, dimana secara klinis suatu

tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan atau

struktur yang berhubungan dengan saluran pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari

14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan berlansungya proses akut.

Menurut Corwin (2001), infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang disebabkan

oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis, radang tenggorokan, dan

laringitis.

Klasifikasi ISPA

Klasifikasi ISPA Berdasarkan Lokasi Anatomi

Berdasarkan lokasi anatomik ISPA digolongkan dalam dua golongan yaitu :

Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA) dan Infeksi Saluran Pernafasan bawah

Akut (ISPbA).

1.Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA)

Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA) adalah infeksi yang menyerang

hidung sampai bagian faring seperti : pilek, sinusitis, otitis media (infeksi pada telinga

tengah), faringitis (infeksi pada tenggorokan). Infeksi saluran pernafasan atas

digolongkan ke dalam penyakit bukan pneumonia.

4

Page 5: LAPORAN SINUSITIS FIX.docx

2. Infeksi Saluran pernafasan bawah Akut (ISPbA)

Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut (ISPaA) adalah infeksi yang menyerang

mulai dari bagian epiglotis atau laring sanpai dengan alveoli, dinamakan sesuai dengan

organ saluran nafas, seperti : epiglotitis, laryngitis, laryngotrachetis, bronchitis,

bronchiolitis dan pneumonia.

Infectious Agent

Infectious ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri

penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Strepcococcus, Stafilococcus,

Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella, dan Corynebakterium. Virus penyebab ISPA

terbesar adalah virus pernafasan antara lain adalah group Mixovirus (Orthomyxovirus ;

sug group Influenza virus, Paramyxovirus ; sug group Para Influenza virus dan

Metamixovirus; sub group Rerpiratory sincytial virus/RS-virus), Adenovirus,

Picornavirus, Coronavirus, Mixoplasma, Herpesvirus. Jamur Penyebab ISPA antara lain

Aspergilus SP, Candida albicans, Histoplasma. Selain itu ISPA juga dapat disebabkan

oleh karena aspirasi : makanan, Asap kendaraan bermotor, BBM (Bahan Bakar Minyak)

biasanya minyak tanah, benda asing (biji-bijian).

Cara Penularan Penyakit ISPA

Bibit penyakit ISPA berupa jasad renik ditularkan melalaui udara. Jasad renik

yang berada di udara akan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan dan

menimbulkan infeksi, penyakit ISPA dapat pula berasal dari penderita yang kebetulan

mengandung bibit penyakit, baik yang sedang jatuh sakit maupun karier. Jika jasad renik

bersal dari tubuh manusia maka umumnya dikeluarkan melalui sekresi saluran pernafasan

dapat berupa saliva dan sputum. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak

langsung/tidak langsung dari benda yang telah dicemari jasad renik (hand to hand

transmission).

Tanda dan Gejala ISPA

Penyakit ISPA pada anak dapat menimbulkan bermacam-macam tanda dan gejala

seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga dan demam.

5

Page 6: LAPORAN SINUSITIS FIX.docx

1. Gejala dari ISPA Ringan

Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih

gejala-gejala sebagai berikut :

a. Batuk

b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada

waktu berbicara atau menangis)

c. Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung

d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37 oC

2. Gejala dari ISPA Sedang

Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA

ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :

a. Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur yaitu : untuk kelompok umur kurang

dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih dan kelompok umur 2

bulan - <5 tahun : frekuensi nafas 50 kali atau lebih untuk umur 2 – <12 bulan dan

40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan – <5 tahun.

b. Suhu lebih dari 390C (diukur dengan termometer)

c. Tenggorokan berwarna merah

d. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak

e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga

f. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)

3. Gejala dari ISPA Berat

Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejal-gejala ISPA

ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :

a. Bibir atau kulit membiru

b. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun

c. Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah

d. Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas

e. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba

f. Tenggorokan berwarna merah

6

Page 7: LAPORAN SINUSITIS FIX.docx

Epidemiologi Penyakit ISPA

a. Distribusi dan Frekuensi Penyakit ISPA

Epidemiologi penyakit ISPA yaitu mempelajari frekuensi, distribusi penyakit ISPA

serta Faktor-faktor (determinan) yang mempengaruhinya. Dalam distribusi penyakit

ISPA ada 3 ciri variabel yang dapat dilihat yaitu variabel orang (person), variabel tempat

(place), dan variabel waktu (time).

ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak-anak. Daya ahan tubuh anak

sangat berbeda dengan orang dewasa karena sistem pertahanan tubuhnya belum kuat.

Apabila di dalam satu rumah ada anggota keluarga terkena pilek, anak-anak akan

lebih mudah tertular. Dengan kondisi anak yang masih lemah, proses penyebaran

penyakit menjadi lebih cepat. ISPA merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan

balita di Indonesia. Menurut para ahli hampir semua kematian ISPA pada bayi dan balita

umumya disebabkan oleh ISPA bawah. Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA)

mengakibatkan kematian pada anak dalam jumlah kecil, tetapi menyebabkan kecacatan

seperti otitis media yang merupakan penyebab ketulian sehingga dapat mengganggu

aktifitas belajar pada anak. Berdasarkan data SKRT 2001, menunjukkan bahwa proporsi

ISPA sebagai penyebab kematian bayi < 1 tahun adalah 27,6% sedangkan proporsi ISPA

sebagai penyebab kematian anak balita 22,68%.Hasil survei program P2ISPA di 12

propinsi di Indonesia (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat,

Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi

Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat) selama

kurun waktu 2000-2002 prevalensi ISPA terlihat berfluktuasi, tahun 2000 prevalensi

sebesar 30,1% (479.283 kasus), tahun 2001 prevalensi sebesar 22,6% (620.147 kasus)

dan tahun 2002 pervalensi menjadi 22,1% (532.742 kasus)

b. Menurut Tempat (place)

ISPA masih merupakan masalah kesehatan baik di negara maju maupun negara

berkembang. Dalam satu tahun rata-rata seorang anak di pedesaan dapat terserang ISPA

tiga kali, sedangkan daerah perkotaan sampai enam kali.

7

Page 8: LAPORAN SINUSITIS FIX.docx

Dari pengamatan epidemiologi dapat diketahui bahwa angka kesakitan ISPA di

kota cenderung lebih besar daripada di desa. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat

kepadatan tempat tinggal dan pencemaran lingkungan di kota yang lebih tinggi daripada

di desa.

c. Menurut Waktu (time)

Berdasarkan Data SKRT (1986-2001), bahwa proporsi kematian karena ISPA di

Indonesia pada bayi dan balita menunjukkan penurunan dan peningkatan yaitu pada bayi

pada tahun 1986 dengan PMR 18,85%, tahun 1992 PMR 36,40%, tahun 1995 PMR

32,10% dan tahun 2001 PMR 27,60%. Sementara pada balita pada tahun 1986 PMR

22,80%, tahun 1992 PMR 18,20%, tahun 1995 PMR 38,80% dan tahun 2001 PMR

22,80%.

Determinan Penyakit ISPA

a. Faktor Agent (Bibit Penyakit)

Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara agent atau faktor

penyebab penyakit, manusia sebagai pejamu atau host dan faktor lingkungan yang

mendukung (environment). Ketiga faktor tersebut dikenal sebagai trias penyebab

penyakit. Berat ringannya penyakit yang dialami amat ditentukan oleh sifat- sifat dari

mikroorganisme sebagai penyebab penyakit seperti : patogenitas, virulensi, antigenitas,

dan infektivitas.

Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA) seperti Faringitis dan Tonsilitis akut

dapat disebabkan oleh karena infeksi virus, bakteri ataupun jamur. Setengah dari infeksi

ini disebabkan oleh virus yakni virus influenza, parainfluenza, adeno virus, respiratory

sincytial virus dan rhino virus.

b. Faktor Host (Pejamu)

- Umur

Umur mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk terjadinya ISPA. Oleh sebab

itu kejadian ISPA pada bayi dan anak balita akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan

orang dewasa. Kejadian ISPA pada bayi dan balita akan memberikan gambaran klinik

8

Page 9: LAPORAN SINUSITIS FIX.docx

yang lebih berat dan jelek, hal ini disebabkan karena ISPA pada bayi dan anak balita

umumnya merupakan kejadian infeksi pertama serta belum terbentuknya secara optimal

proses kekebalan secara alamiah. Sedangkan orang dewasa sudah banyak terjadi

kekebalan alamiah yang lebih optimal akibat pengalaman infeksi yang terjadi

sebelumnya.

Hasil survei kesehatan Rumah tangga (SKRT) tahun 1992 menunjukkan

prevalensi ISPA untuk bayi 42,4% dan anak umur 1-4 tahun 40,6% sedangkan Case

Spesific Death Rate (CSDR) karena ISPA pada bayi 21% dan untuk anak 1-4 tahun 35%.

- Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai negara termasuk Indonesia dan

berbagai publikasi ilmiah, dilaporkan berbagai faktor risiko yang meningkatkan insiden

ISPA adalah anak dengan jenis kelamin laki-laki.

Berdasarkan hasil penelitian Ruli Handayani Kota Palembang Tahun 2004,

dengan desain Prospectice Cohort Study berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan ada

hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian gangguan saluran pernafasan diperoleh p

value = 0,089 dan diperoleh nilai Relative Risk (RR) 1,77 (CI 95% : 1,162-2,716) artinya

risiko anak laki-laki terkena gangguan saluran pernafasan sebesar 1,77 dibandingkan

dengan anak perempuan.

- Status Gizi

Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi anak adalah makanan dan

penyakit infeksi yang mungkin diderita oleh anak. Anak yang mendapat makanan baik

tetapi sering diserang penyakit infeksi dapat berpengaruh terhadap status gizinya. Begitu

juga sebaliknya anak yang makanannya tidak cukup baik, daya tahan tubuhnya pasti

lemah dan akhirnya mempengaruhi status gizinya. Gizi kurang menghambat reaksi

imunologis dan berhubungan dengan tingginya prevalensi dan beratnya penyakit

infeksi.Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai faktor resiko yang penting untuk

terjadinya penyakit infeksi. Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup

kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap infeksi. Jika keadaan gizi menjadi

buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang berarti kemampuan tubuh

mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menjadi turun. Oleh karena itu, setiap

9

Page 10: LAPORAN SINUSITIS FIX.docx

bentuk gangguan gizi sekalipun dengan gejala defisiensi yang ringan merupakan pertanda

awal dari terganggunya kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi.

B. SINUSITIS

Definisi

Sinusitis adalah radang selaput permukaan sinus paranasal, sesuai dengan rongga

yang terkena sinusitis dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusistis frontal

dan sinusitis sphenoid. Bila mengenai beberapa sinus disebut sebagai multisinusitis

sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Yang paling sering

ditemukan adalah sinusitis maksila dan sinusitis etmoid.

Gejala klinis

Sinusitis diklasifikasikan menjadi tiga, yakni

Sinusitis akut : bila gejala berlangsung selama beberapa hari hingga 4 minggu.

Sinusitis subakut : bila gejala berlangsung selama 4 minggu hingga 3 bulan.

Sinusitis Kronis : bila gejala berlangsung lebih dari 3 bulan.

Beberapa gejala subjektif dibagi menjadi gejala sistemik dan gejala lokal, gejala

sistemik yang dimaksud adalah demam dan lesu. Gejala lokal yang muncul adalah ingus

kental dan berbau, nyeri di sinus, reffered pain (nyeri yang berasal dari tempat yang lain),

yang bervariasi pada tiap sinus, seperti sinusitis maksila terdapat nyeri pada kelopak mata

dan kadang-kadang menyebar ke alveolus, sinusitis etmoid, rasa nyeri dirasakaan di

pangkal hidung dan kantus medius, sinusitis frontal, rasa nyeri dirasakan di seluruh

kepala, sedangkan sinusitis sphenoid, nyeri dirasakan di belakang bola mata dan mastoid.

Pada pemeriksaan beberapa gejala obyektif bisa didapatkan:

1. Pembengkakan di daerah muka

2. Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior, selaput permukaan konka merah dan

bengkak

3. Pada rhinoskopi posterior terdapat lendir di nasofaring dan post nasal drip.

Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan adalah pemeriksaan transluminasi, sinus

yang terinfeksi akan terlihat lebih suram dan gelap pada pencahayaan teknik khusus.

10

Page 11: LAPORAN SINUSITIS FIX.docx

Pemeriksaan lainnya adalah pemeriksaan radiologik waters pa dan lateral, akan tampak

perselubungan atau penebalan selaput permukaan dengan batas garis khayalan yang

terbentuk karena beda zat cair dan udara pada sinus yang sakit. Dapat juga dilakukan

pemeriksaan mikrobiologik pada secret yang diambil, tetapi hinggak kini jarang

digunakan.

Tatalaksana

Dapat diberikan terapi pengobatan Antibiotik selama 10-14 hari meskipun gejala

klinis telah hilang, Antibiotika yang diberikan dapat golongan Penisilin, tetapi untuk lini

kedua dapat digunakan Amoksisilin Klavulanat dan ditambah dengan dekongestan oral.

Terapi pembedahan jarang diperlukan kecuali telah terjadi komplikasi ke organ sekitar

sinus.

Patofisiologi / etiologi

Timbulnya Pembengkakan di kompleks osteomeatal, selaput permukaan yang

berhadapan akan segera menyempit hingga bertemu, sehingga silia tidak dapat bergerak

untuk mengeluarkan sekret. Gangguan penyerapan dan aliran udara di dalam sinus,

menyebabkan juga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang di produksi oleh selaput

permukaansinus akan menjadi lebih kental dan menjadi mudah untuk bakteri timbul dan

berkembang biak. Bila sumbatan terus-menerus berlangsung akan terjadi kurangnya

oksigen dan hambatan lendir, hal ini menyebabkan tumbuhnya bakteri anaerob,

selanjutnya terjadi perubahan jaringan. Pembengkakan menjadi lebih hipertrofi hingga

pembentukan polip atau kista

Beberapa faktor predisposisi atau faktor yang memperberat

Obstruksi mekanik, seperti deviasi septum, pembesaran konka, benda asing di

hidung, polip hingga tumor di hidung

Rhinitis alergika

Lingkungan : polusi, udara dingin dan kering

Komplikasi sinusitis

11

Page 12: LAPORAN SINUSITIS FIX.docx

Seperti halnya penyakit-penyakit yang lain, sinusitis juga dapat menyebabkan

komplikasi. Komplikasi sinusitis di antaranya:

a. Otak (infeksi pada otak atau timbunan nanah pada otak)

b. Mata (infeksi pada jaringan di sekitar bola mata, infeksi bola mata, pecahnya

bola mata)

c. Infeksi tulang sekitar sinus (dapat terjadi kebocoran nanah keluar dari wajah,

perubahan bentuk wajah/menonjol/membengkak)

d. Radang tenggorok yang sering kambuhRadang amandel

e. Radang pita suara (sering batuk atau serak)

f. Sesak napas atau asma

g. Gangguan pencernaan (sering sakit perut, mual, muntah, diare)

Pencegahan sinusitis atau kekambuhan sinusitis

Cara pencegahan sinusitis atau kekambuhan sinusitis dapat dikatakan bervariasi

karena banyaknya faktor yang melatar belakangi terjadinya penyakit ini. Untuk

mencegah terjadinya sinusitis atau mencegah kekambuhannnya, kita harus menghindari

faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya sinusitis. Perhatikan juga keadaan atau

kelainan yang dapat melatarbelakangi terjadinya penyakit ini. Seorang penderita sinusitis

walaupun telah menjalani pengobatan dan operasi, akan dapat mengalami kekambuhan

apabila tidak menghindari faktor-faktor penyebabnya, atau tidak dilakukan koreksi

terhadap keadaan atau kelainan yang melatarbelakanginya.

C. TINJAUAN JURNAL

Judul Jurnal : Efficacy of nasal irrigation in the treatment of acute sinusitis in children

Pengarang : Yun-Hu Wanga, Chun-Ping Yang, Min-Sho Ku , Hai-Lun Sun, Ko-

Huang Lue,

a. Division of Allergy, Asthma and Rheumatology, Department of Pediatrics, Chung

Shan Medical University Hospital, Taichung, Taiwan

b. School of Medicine, Chung Shan Medical University, Taichung, Taiwan

c. Department of Laboratory, Paochien Hospital, Pingtong, Taiwan

12

Page 13: LAPORAN SINUSITIS FIX.docx

Hasil Analisa :

o Kelompok irigasi normal saline secara signifikan meningkatkan nilai mean PRQLQ

dan nilai-nilai nPEFR di menengah (T = 2,816, P <0,05) dan periode terakhir (T =

2,767, P <0,05) dibandingkan dengan kelompok lainnya.Meskipun tidak ada angka

signifikan yang meningkat dalam statis radiografi (proyeksi Air) di antara dua

kelompok (T = 0,545, P> 0,05), tetapi kelompok irigasi normal saline lebih baik dari

kelompok lain.

o Rata - rata tingkat TSS pada kelompok irigasi secara signifikan meningkatkan semua

gejala dibandingkan dengan kelompok plasebo, dimana Rhinorrhea, hidung

tersumbat, gatal tenggorokan, batuk dan kualitas tidur membaik. 27 dari 66 (40,9%)

peserta dengan atopi, 16 dari 27 (53,33%) peserta menjalani irigasi salin normal

o Kelompok Irigasi normal atopi garam meningkatkan secara signifikan Rhinorrhea,

hidung tersumbat, gatal tenggorokan dan tidur gejala kualitas dibandingkan dengan

kelompok non-irigasi atopi. Kelompok irigasi normal saline atopi secara signifikan

meningkatkan nilai nPEFR pada periode akhir (Z = 2,53, P <0,05).

o Ini bukti studi yang irigasi hidung normal saline meningkatkan kualitas hidup anak

rhinoconjunctivitis dan mengurangi gejala sinusitis akut. Irigasi hidung adalah

pengobatan adjunctive efektif untuk sinusitis akut anak. Irigasi hidung normal saline

pada anak atopi juga meningkatkan alergi berhubungan dengan gejala

13

Page 14: LAPORAN SINUSITIS FIX.docx

BAB III

PEMBAHASAN

A. Asuhan keperawatan

1. Pengkajian

Identitas:

Nama : An.Budi

Umur : 12 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Data objektif

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda vital

• Nadi : 80 kali/menit

• Suhu : 37,5 C

• Pernafasan : 16 kali/menit

• Tekatan darah : 120/70 mmHg

Kepala : normocephali, rambut hitam dengan distribusi merata dan tidak mudah dicabut.

Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat iokor kanan dan kiri, refleks

cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+.

Hidung : tidak tampak kelainan, deviasi septum (-), sektret (-).

Telinga : Normotia, serumen -/-, membran timpani utuh

Mulut dan bibir : tidak sianosis, mukosa tidak kering

Leher : Trakea lurus di tengah, tidak teraba massa

Data subjektif

Pasien datang dengan keluhan hidung tersumbat, pilek dan keluar cairan dari

hidung sejak 1 bulan SMRS. Cairan yang keluar berwarna putih bening dan

berbau.

Pasien mengaku sering bersin-bersin terutama setelah bangun tidur dan berlanjut

hingga sore.

14

Page 15: LAPORAN SINUSITIS FIX.docx

Hidung sering tersumbat tetapi menghilang setelah bersin. Sumbatan dirasakan

pada kedua hidung secara bergantian. Tidak ada demam dan batuk sebelumnya.

2 minggu SMRS pasien sudah pernah berobat ke dokter umum dan diberikan

antibiotik, namun keluhan tidak membaik.

Pasien juga mengeluhkan adanya nyeripada saat menelan.

Riwayat penyakit terdahulu

Pasien mengaku sejak tahun 2011, pasien sering pilek, hidung tersumbat serta

keluar cairan dari hidung selama 3 bulan. Cairan berwarna hijau dan berbau.

Pasien mengaku tidak pernah berobat namun keluhannya membaik

Riwayat penyakit keluarga

Pasien menyangkal penyakit kencing manis, penyakit jantung, tekanan darah

tinggi, asma didalam keluarga

Riwayat Kebiasaan

Pasien mengaku sering minum es sejak kecil

2. Diagnosa,outcome(tujuan),intervention(intervensi)

INEFFECTIVE AIRWAY CLEARANCE

Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi (hambatan) jalan

nafas untuk mengatasi jalan nafas yang bersih

Batasan karakteristik :

Klien tidak batuk

Perubahan dalam respiratory rate

Faktor yang berhubungan :

Sumbatan jalan nafas

Produksi mukus yang banyak

NOC>> Aspiration prevention: NIC>>

15

Page 16: LAPORAN SINUSITIS FIX.docx

Indikator :

-Identifies risk factors (Mengidentifikasi

faktor risiko)

-Avoids risk factors (Menghindari faktor

risiko)

-Selects foods according to swallowing ability

(Memilih makanana berdasarkan kemampuan

menelan)

1Aspiration Precautions:

Aktivitas :

-Monitor level of swallowing ability (Monitor

level kemampuan menelan)

-Monitor pulmonary status (Monitor status

pulmonary)

-Maintain an airway (Mempertahankan jalan

nafas)

-Keep suction setup available

(Mempertahankan suction)

-Offer foods or liquids that can be formed into

a bolus before swallowing (Memberikan

makanan atau cairan dalam bentuk bolus

sebelum menelan)

NOC>>Treatment behavior: Ilness or injury

Indikator :

-Follow recommended treatment regimen

(Mengikuti treatment yang dianjurkan)

- Follow medication regimen

(Mengikuti pengobatan regimen)

- Monitor treatment side effect

(Monitor efek samping treatment)

- Use treatment devices correctly

(Menggunakan alat pengobatan secara benar)

1. NIC>>Medication Administration:

inhalation

Aktivitas :

-Follow the five right’s of medication

administration

(ikuti 5 benar dalam pemberian obat)

- Note patient’s medical history and history of

allergies

(catat riwayat pengobatan pasien dan riwayat

alergi)

- Assist patient to use inhaler as prescribed

(Bantu pasien menggunakan inhaler sesuai

resep)

2. NIC>>Medication Administration

Aktivitas :

-Monitor patient for therapeutic effect of

16

Page 17: LAPORAN SINUSITIS FIX.docx

medication

(Monitor efek dari obat terhadap pasien)

- Assist patient in taking medication

(Bantu pasien dalam menggunakan obat)

- Prepare medications using appropriate

equipment and techniques

(Siapkan obat menggunakan teknik dan alat-

alat yang sesuai)

NOC>> Aspiration prevention:

Indikator :

-Identifies risk factors (Mengidentifikasi

faktor risiko)

-Avoids risk factors (Menghindari faktor

risiko)

-Selects foods according to swallowing ability

(Memilih makanana berdasarkan kemampuan

menelan)

NIC>>

1Aspiration Precautions:

Aktivitas :

-Monitor level of swallowing ability (Monitor

level kemampuan menelan)

-Monitor pulmonary status (Monitor status

pulmonary)

-Maintain an airway (Mempertahankan jalan

nafas)

-Keep suction setup available

(Mempertahankan suction)

-Offer foods or liquids that can be formed into

a bolus before swallowing (Memberikan

makanan atau cairan dalam bentuk bolus

sebelum menelan)

INEFFECTIVE BREATHING PATTERN

17

Page 18: LAPORAN SINUSITIS FIX.docx

Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak mencukupi ventilasi yang adekuat

Batasan karakteristik

- Bradypnea

- Nasal flaring

Faktor yg berhubungan

- Nyeri berhubungan dengan nyeri tenggorokan

NOC>> Respiratory Status: Airway Patency

Indicator :

-Ability to clear secretions

NIC>>Respiratory Monitoring

Aktivitas :

-Monitor patient’s respiratory secretions

(memonitoring sekresi pernapasan pasien)

- Monitor for dyspnea and events that improve

and worsen it (memonitoring terjadinya

dispnea dan peristiwa yang meningkat atau

memburuk)

- Institute respiratory therapy treatments (e. g.

nebulizer), as needed (terapi pernapasan sesuai

kebutuhan, contoh : nebulizer)

NOC>> Respiratory Status: Ventilation

Indikator :

- Respiratory rate

- Respiratory rhythm

-

NIC>>Respiratory Monitoring

Aktivitas :

-Monitor patient respiratory secretions

(memonitoring sekresi pernapasan pasien)

- Monitor for dyspnea and events that improve

and worsen it (memonitoring terjadinya

dispnea dan peristiwa yang meningkat atau

memburuk)

- Institute respiratory therapy treatments (e.g.

nebulizer), as needed (terapi pernapasan sesuai

18

Page 19: LAPORAN SINUSITIS FIX.docx

kebutuhan, contoh : nebulizer)

NOC>>Pain level

Indikator :

- Reported pain (Melaporkan adanya nyeri

berhubungan dengan nyeri tenggorokan)

Pasien dapat melaporkan nyeri

- Food intolerance (Intoleransi makanan

berhubungan dengan nyeri menelan)

Pasien dapat menelan tanpa nyeri

- Respiratory rate

Frekuensi pernapasan pasien menjadi normal

1.NIC>>Pain management

Aktivitas :

- Perform a comprehensive assessment of pain

to include location, characteristics,

onset/duration,frequency,quality,intensity or

severity of pain,and precipitating factors

(Menampilkan pengkajian secara komprehensif

meliputi PQRST)

- Observe for nonverbal cues of discomfort,

especially in those unable to communicate

effectively (Mengobservasi tanda-tanda

nonverbal ketidaknyamanan)

2. NIC>>Feeding

Aktivitas :

-Provide for adequate pain relief before meals,

as appropriate (Menyediakan pengurangan

nyeri yang adekuat sebelum makan)

- Identify presence of swallowing reflex, if

necessary (Mengidentifkasi adanya reflex

menelan)

3.NIC>>Respiratory monitoring

Aktivitas :

-Monitor rate, rhythm, depth, and effort of

respiration (Monitor kecepatan, irama,

kedalaman, dan usaha bernapas)

- Monitor breathing pattern: bradypnea

19

Page 20: LAPORAN SINUSITIS FIX.docx

(Monitor pola napas: bradypnea)

Implikasi keperawatan

Perawat mampu memberi edukasi pada keluarga mengenai tanda dan gejala ISPA

Perawat dapat memberi informasi yang tepat pada keluarga mengenai pencegahan

komplikasi sinusitis

Perawat mampu memfasilitasi pasien dan keluarga guna mencapai pelayanan kesehatan

yang baik dan benar untuk mendukung proses penyembuhan

Perawat mampu melakukan penanganan yang tepat pada pasien yang menderita ISPA

terutama pada kasus sinusitis berdasarkan asuhan keperawatan

Perawat mampu mengedukasi pasien dan keluarga dalam upaya perawatan pasien yang

mengidap sinusitis

20

Page 21: LAPORAN SINUSITIS FIX.docx

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari,

dimana secara klinis suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap

bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan saluran pernafasan

yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari. Sinusitis termasuk Infeksi Saluran

Pernapasan atas Akut (ISPaA), infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring.

2. Diagnosa keperawatan untuk pasien sinusitis adalah ineffective airway clearance dan

ineffective breathing pattern.

Intervensi keperawatan untuk inffective airway clearance adalah Aspiration

Precautions, pain management, feeding, dan respiratory monitoring.

Intervensi keperawatan untuk inffective breathing pattern adalah respiratory

monitoring

B. Saran

Keluarga lebih cermat dalam menjaga sanitasi lingkungan dan gaya hidup anak untuk

menghindari kebiasaan yang dapat menyebabkan ISPA

Keluarga dapat mengenali tanda dan gejala ISPA lebih awal sehingga dapat dilakukan

pertolongan yang tepat

Pemerintah sebaiknya lebih giat dalam melakukan upaya promosi kesehatan kepada

masyarakat guna menurunkan angka kejadian ISPA pada anak

Pemerintah mampu memfasilitasi pelayanan kesehatan yang bermutu kepada pasien

penderita ISPA terutama sinusitis

Tenaga kesehatan dapat meng-upgrade wawasan dan kemampuan guna melakukan

pencegahan komplikasi sinusitis dan penanganan yang tepat bagi pasien penderita ISPA

Tenaga kesehatan melakukan kolaborasi yang tepat demi tercapainya penyembuhan yang

optimal bagi pasien

21