laporan salep

44
I. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami prinsip penetapan kadar dengan metode Spektrofotometri 2. Mengetahui dan memahami penerapan metode Spektrofotometri dalam bidang farmasi 3. Mampu menetapkan kadar sediaan obat dalam bentuk salep secara Spektrofotometri II. Dasar Teori A. Pengertian Salep Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam empat kelompok yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan dasar salep larut dalam air. Salep obat menggunakan salah satu dari dasar salep tersebut (FI IV, hal. 18). B. Penggolongan Salep Berdasarkan Kerja Farmakologi (Art of Compounding, hal 339), ada 3 golongan: 1. Salep Epidermik Salep ini dimaksudkan hanya bekerja dipermukaan kulit untuk menghasilkan efek lokal. Diharapkan tidak diserap dan hanya berlaku sebagai pelindung, antiseptik, astringen melawan rangsangan (yaitu sebagai anti radang) dan parasitida. Dasar salep yang sering dipakai adalah vaselin. 2. Salep Endodermik Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan Salep Page 1

Upload: gynaa-terakhirr

Post on 04-Aug-2015

2.129 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan salep

I. Tujuan

1. Mengetahui dan memahami prinsip penetapan kadar dengan metode

Spektrofotometri

2. Mengetahui dan memahami penerapan metode Spektrofotometri dalam bidang

farmasi

3. Mampu menetapkan kadar sediaan obat dalam bentuk salep secara

Spektrofotometri

II. Dasar Teori

A. Pengertian Salep

Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada

kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam

empat kelompok yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep

yang dapat dicuci dengan air dan dasar salep larut dalam air. Salep obat menggunakan

salah satu dari dasar salep tersebut (FI IV, hal. 18).

B. Penggolongan Salep

Berdasarkan Kerja Farmakologi (Art of Compounding, hal 339), ada 3 golongan: 

1. Salep Epidermik

Salep ini dimaksudkan hanya bekerja dipermukaan kulit untuk menghasilkan efek

lokal. Diharapkan tidak diserap dan hanya berlaku sebagai pelindung, antiseptik,

astringen melawan rangsangan (yaitu sebagai anti radang) dan parasitida. Dasar salep

yang sering dipakai adalah vaselin.

2. Salep Endodermik

Dimaksudkan untuk melepaskan obat ke kulit tetapi tidak menembus kulit, diserap

sebagian  saja. Salep ini dapat berlaku sebagai emolien, stimulan dan  lokal iritan.

Dasar salep terbaik yang digunakan adalah minyak tumbuhan dan minyak alami.

3. Salep Diadermik

Salep ini dimaksudkan untuk melepaskan obat menembus kulit dan menimbulkan efek

konstitusi (efek terapi yang diinginkan). Namun hal ini tidak lazim digunakan dan termasuk

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 1

Page 2: Laporan salep

pemakaian khusus obat-obat seperti senyawa raksa, iodida dan belladona. Dasar salep yang

terbaik digunakan adalah lanolin, adeps lanae dan oleum cacao.

Berdasarkan Penetrasi (RPS 16, 1518-1519), salep dikelompokkan menjadi :

1. Mempunyai efek permukaan

Mempunyai efek permukaan, memiliki aktivitas membentuk lapisan film yang

bertujuan untuk mencegah hilangnya kelembaban (sebagai protektif), efek

membersihkan ataupun sebagai antibakteri. Pembawa (basis) harus dapat

memudahkan kontak dengan permukaan dan melepaskan zat aktif ke sasaran.

2. Mempunyai efek pada stratum korneum

Contoh salep dengan efek ini adalah sediaan sunscreen yang mengandung asam p-

amino benzoat yang berpenetrasi ke stratum korneum.

3. Mempunyai efek epidermal

Pada salep ini obat/zat aktif dapat penetrasi kelapisan kulit yang paling dalam.

Menurut konsistensinya salep dibagi menjadi :

1. Unguenta : adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak mencair

pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga.

2. Cream : adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit. Suatu tipe

yang dapat dicuci dengan air.

3. Pasta : adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk). Suatu

salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diberi.

4. Cerata : adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi lilin

(waxes), sehingga konsistensinya lebih keras.

5. Gelones Spumae : (Jelly) adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan

mengandung sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada membran mukosa

sebagai pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari campuran sederhana minyak dan

lemak dengan titik lebur yang rendah.

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 2

Page 3: Laporan salep

Menurut Efek Terapinya, salep dibagi atas : 

1. Salep Epidermic (Salep Penutup) : Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi

hanya untuk melindungi kulit dan menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak

diabsorbsi. Kadang-kadang ditambahkan antiseptik, astringen untuk meredakan

rangsangan. Dasar salep yang terbaik adalah senyawa hidrokarbon (vaselin).

2. Salep Endodermic : Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam tetapi tidak

melalui kulit dan terabsorbsi sebagian. Untuk melunakkan kulit atau selaput lendir

diberi lokal iritan. Dasar salep yang baik adalah minyak lemak.

3. Salep Diadermic (Salep Serap) : Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam

melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya,

misalnya pada salep yang mengandung senyawa Mercuri, Iodida, Belladonnae. Dasar

salep yang baik adalah adeps lanae dan oleum cacao.

Menurut Dasar Salepnya, salep dibagi atas : 

1. Salep hydrophobic yaitu salep-salep dengan bahan dasar berlemak, misalnya:

campuran dari lemak-lemak, minyak lemak, malam yang tak tercuci dengan air.

2. Salep hydrophillic yaitu salep yang kuat menarik air, biasanya dasar salep tipe o/w

atau seperti dasar hydrophobic tetapi konsistensinya lebih lembek, kemungkinan juga

tipe w/o antara lain campuran sterol dan petrolatum.

Berdasar fisik-konsistensi (viskositas = kekentalan)

1. Cairan kental/encer : linimentum

2. Setengah padat : cream – unguentum – pasta

3. Lebih bersifat padat : sapo medicatus, emplastrum

Dasar Salep

Menurut FI. IV, dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok,

yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci

dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar

salep tersebut.

1. Dasar Salep Hidrokarbon 

Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain vaselin putih dan

salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair yang dapat dicampurkan

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 3

Page 4: Laporan salep

kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan

kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan

terutama sebagai emolien, sukar dicuci, tidak mengering dan tidak tampak berubah

dalam waktu lama. 

2. Dasar Salep Serap

Dasar salep serap ini dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri atas dasar

salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (parafin

hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam

minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Dasar

salep ini juga berfungsi sebagai emolien.

3. Dasar Salep yang dapat dicuci dengan air.

Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep hidrofilik (krim).

Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai dapat dicuci dengan air, karena mudah dicuci

dari kulit atau dilap basah sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetika.

Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini dari

pada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat

diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan

dermatologik.

4. Dasar Salep Larut Dalam Air 

Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut

air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungannya seperti dasar salep yang

dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air, seperti

paraffin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut gel.

Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor yaitu khasiat yang diinginkan,

sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan

sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang kurang ideal

untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-obat yang cepat

terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon daripada dasar salep yang

mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar salep yang

mangandung air.

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 4

Page 5: Laporan salep

Beberapa contoh – contoh dasar salep :

1. Dasar salep hidrokarbon Vaselin putih ( = white petrolatum = whitwe soft

paraffin), vaselin kuning (=yellow petrolatum = yellow soft paraffin), campuran

vaselin dengan cera, paraffin cair, paraffin padat, minyak nabati.

2. Dasar salep serap (dasar salep absorbsi) Adeps lanae, unguentum simpleks (cera

flava : oleum sesami = 30 : 70), hydrophilic petrolatum ( vaselin alba : cera alba :

stearyl alkohol : kolesterol = 86 : 8 : 3 : 3 )

3. Dasar salep dapat dicuci dengan air. Dasar salep emulsi tipe m/a (seperti

vanishing cream), emulsifying ointment B.P., emulsifying wax, hydrophilic

ointment.

4. Dasar salep larut air Poly Ethylen Glycol (PEG), campuran PEG, tragacanth,

gummi arabicum

C. Kualitas dasar salep yang baik adalah:

1. Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruh oleh suhu

dan kelembaban kamar.

2. Lunak, semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus, dan seluruh

produk harus lunak dan homogen.

3. Mudah dipakai

4. Dasar salep yang cocok

5. Dapat terdistribusi merata

D. Persyaratan salep menurut FI ed III

1. Pemerian

2. Tidak boleh berbau tengik

3. Kadar

Kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau narkotik,

kadar bahan obat adalah 10 %.

4. Dasar salep

5. Homogenitas

Jika salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus

menunjukkan susunan yang homogen.

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 5

Page 6: Laporan salep

6. Penandaan

Pada etiket harus tertera “obat luar” (Syamsuni, 2005).

E. Aturan umum pembuatan salep

Bagian – bagian yang dapat larut dalam sejumlah campuran lemak yamg

diperuntukkan bilamana perlu dilarutkan dengan pemanasan di dalamnya. Zat-zat yang

mudah larut dalam air kecuali ditentukan lain ,bila banyak nya air yang dipergunakan

untuk pelarutan dapat dipungut oleh jumlah campuran lemak yang telah ditentukan,

mula-mula dilarutkan dalam air; banyaknya air yang dipergunakan mula-mula

dikurangi dari jumlah yang telah ditentukan dari campuran lemak.

Zat-zat yang dalam lemak dan dalam air atau kurang cukup dapat larut harus

sebelumnya dijadikan serbuk, dan diayak melalui dasar ayakan B40. Pada pembuatan

unguenta ini zat yang padat sebelumnya dicampur rata dengan lemak, yang beratnya

sama atau setengahnya,bilamana perlu sebelumnya dilelehkan dan kemudian sejumlah

sisa lemaknya telah atau tidak dilelehkan ditambahkan sebagian demi sebagian. Apabila

unguenta dibuat dengan perlelehan, maka campurannya harus diaduk sampai dingin.

Zat-zat yang dapat dilarutkan dalam dasar salep

Umumnya kelarutan obat dalam minyak lemak lebih besar daripada dalam vaselin.

Champora, Mentholum, Phenolum, Thymolum dan Guayacolum lebih mudah dilarutkan

dengan cara digerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila dasar salep mengandung

vaselin, maka zat-zat tersebut digerus halus dan tambahkan sebagian (+ sama banyak)

Vaselin sampai homogen, baru ditambahkan sisa vaselin dan bagian dasar salep yang lain.

Champora dapat dihaluskan dengan tambahan Spiritus fortior atau eter secukupnya

sampai larut setelah itu ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit, diaduk sampai

spiritus fortiornya menguap. Bila zat-zat tersebut bersama-sama dalam salep, lebih mudah

dicampur dan digerus dulu biar meleleh baru ditambahkan dasar salep sedikit demi

sedikit.

Zat-zat yang mudah larut dalam air

Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang tersedia

maka obatnya dilarutkan dulu dalam sebagian dulu dalam air dan dicampur dengan

bagian dasar salep yang dapat menyerap air, setelah seluruh obat dalam air terserap, baru

ditambahkan bagian-bagian lain dasar salep, digerus dan diaduk hingga homogen. Dasar

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 6

Page 7: Laporan salep

salep yang dapat menyerap air antara lain ialah Adeps lanae, Unguentum Simplex,

hydrophilic ointment. Dan dasar salep yang sudah mengandung air antara lain Lanoline

(25% air), Unguentum Leniens (25%), Unguentum Cetylicum hydrosum (40%).

Zat-zat yang kurang larut atau tidak larut dalam dasar salep

Zat-zat ini diserbukkan dulu dengan derajat halus serbuk pengayak no.100. setelah

itu serbuk dicampur baik-baik dengan sama berat masa salep, atau dengan salah satu

bahan dasar salep. Bila perlu bahan dasar salep tersebut dilelehkan terlebih dahulu,

setelah itu sisa bahan-bahan yang lainditambahkan sedikit demi sedikit sambil digerus

dan diaduk hingga homogen. Untuk pencegahan pengkristalan pada waktu pendinginan,

seperti Cera flava, Cera alba, Cetylalcoholum dan Paraffinum solidum tidak tersisa dari

dasar salep yang cair atau lunak.

F. Sifat-sifat salep

Sifat-sifat dari salep yang digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit kulit, harus :

1. Bersifat antiseptika (mencegah infeksi)

2. Bersifat protektiva (bahan yang mampu melindungi kulit yang luka atau yang

sakit)

3. Bersifat emolien (bahan yang mampu menghaluskan dan melemaskan kulit)

4. Bahan-bahan yang dapat mengurangi rasa gatal

5. Bahan-bahan yang cepat menguap sehingga terjadi pendinginan setempat Misalnya

: kamfer,menthol

6. Bahan-bahan yang dapat menahan rasa sakit setempat. Misalnya : phenol,

anaesthesin

G. Pembuatan salep

Baik dalam ukuran besar maupun kecil, salep dibuat dengan dua metode umum, yaitu :

1. Pencampuran

Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur bersama-sama

dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai.

2. Peleburan

Dengan metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep dicampurkan

dengan melebur bersama dan didinginkan dengan pengadukan yang konstan

sampai mengental. Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 7

Page 8: Laporan salep

ditambahkan pada campuran yang sedang mengental setelah didinginkan dan

diaduk. 

Cara pembuatan salep ditinjau dari zat khasiat utamanya :

1. Zat padat

a. Zat padat dan larut dalam dasar salep

Camphorae

Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan didalam pot salep tertutup

(jika tidak dilampaui daya larutnya).

Jika dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol. sesami), camphorae dilarutkan

lebih dahulu dalam minyak tersebut

Jika dalam resep terdapat salol, menthol, atau zat lain yang dapat mencair jika

dicampur (karena penurunan titik eutektik), camphorae dicampurkan supaya

mencair, baru ditambahkan dasar salepnya

Jika camphorae itu berupa zat tunggal, camphorae ditetesi lebih dahulu dengan

eter atau alkohol 95%, kemudian digerus dengan dasar salepnya

Pellidol

Larut 3% dalam dasar salep, pellidol dilarutkan bersama-sama dengan dasar

salepnya yang dicairkan (jika dasar salep disaring tetapi jangan lupa harus

ditambahkan pada penimbangannya sebanyak 20% ).

Jika pellidol yang ditambahkan melebihi daya larutnya, maka digerus dengan

dasar salep yang mudah dicairkan.

 Iodum

Jika kelarutannya tidak dilampaui, kerjakan seperti pada camphorae

Larutkan dalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada unguentum iodii dari Ph.

Belanda V)

Ditetesi dengan etanol 95% sampai larut, baru ditambahkan dasar salepnya

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 8

Page 9: Laporan salep

b. Zat padat larut dalam air

Protargol

Taburkan diatas air, diamkan ditempat gelap selama ¼ jam sampai larut

Jika dalam resep terdapat gliserin, tambahkan  gliserin tersebut, baru

ditambahkan airnya dan tidak perlu ditunggu ¼ jam lagi karena dengan adanya

gliserin, protargol atau mudah larut.

Colargol

Dikerjakan seperti protargol

Argentum nitrat (AgNO3)

Walaupun larut dalam air, zat ini tidak boleh dilarutkan dalam air karena akan

meninggalkan bekas noda hitam pada kulit yang disebabkan oleh terbentuknya

Ag2O, kecuali pada resep obat wasir.

Fenol/fenol

Sebenarnya fenol mudah larut dalam air, tetapi dalam salep tidak dilarutkan

karena akan menimbulkan rangsangan atau mengiritasi kulit dan juga tidak

boleh diganti dengan Phenol liquifactum (campuran fenol dan air 77-81,5% FI

ed.III).

Bahan obat yang larut dalam air tetapi tidak boleh dilarutkan dalam air,

yaitu :

1. Argentum nitrat : stibii et kalii tartras

2. Fenol : oleum iocoris aselli

3. Hydrargyri bichloridum : zink sulfat

4. Chrysarobin : antibiotik (misalnya penicilin)

5. Pirogalol : chloretum auripo natrico.

Bahan yang ditambahkan terakhir pada suatu massa salep :

1. Ichtyol

Jika ditambahkan pada massa salep yang masih panas atau digerus terlalu lama, akan

terjadi pemisahan.

2. Balsem-balsem dan minyak yang mudah menguap.

Balsem merupakan campuarn damar dan minyak mudah menguap ; jika digerus

terlalu lama, damarnya akan keluar.

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 9

Page 10: Laporan salep

3. Air

Ditambahkan terakhir karena berfungsi sebagai pendingin; disamping itu, untuk

mencegah permukaan mortir menjadi licin.

4. Gliserin

Harus ditambahkan ke dalam dasar salep yang dingin, karena tidak bisa bercampur

dengan bahan dasar salep yang sedang mencair dan harus ditambahkan sedikit demi

sedikit karena tidak mudah diserap oleh dasar salep.

5. Marmer album

Dimasukkan terakhir karena dibutuhkan dalam bentuk kasar, yang akan memberikan

pengaruh percobaan pada kulit.

c. Zat padat tidak larut dalam air.

Umumnya dibuat serbuk halus dahulu, misalnya :

1. Belerang (tidak boleh diayak)

2. Ac. Boricum (diambil bentuk yang pulveratum)

3. Oxydum zincicum (diayak dengan ayakan No. 100/B40).

4. Mamer album (diayak dengan ayakan No.25/B10)

5. Veratrin (digerus dengan minyak, karena jika digerus tersendiri akan menimbulkan

bersin).

2. Zat cair

Sebagai pelarut bahan obat

a. Air

Terjadi reaksi

Contohnya, jika aqua calcis bercampur dengan minyak lemak akan terjadi

penyabunan sehingga cara penggunaannya adalah dengan diteteskan sedikit demi

sedikit kemudian dikocok dalam sebuah botol bersama dengan minyak lemak, baru

dicampur dengan bahan lainnya.

Tak terjadi reaksi

Jumlah sedikit : teteskan terakhir sedikit demi sedikit

Jumlah banyak : diuapkan atau diambil bahan berkhasiatnya saja dan berat airnya

diganti dengan dasar salepnya

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 10

Page 11: Laporan salep

b. Cairan kental

Umumnya dimasukan sedikit demi sedikit. Contohnya : gliserin, pix lithantratis, pix

liquida, balsem peruvianum, ichtyol, kreosot.

c. Bahan berupa ekstrak/extractum

Extractum sicccum /kering

Umumnya larut dalam air, maka dilarutkan dalam air, dan berat air dapat

dikurangkan dari dasar salepnya

Extractum spissum/kental

Diencerkan dahulu dengan air atau etanol

Extractum liquidum

Dikerjakan seperti pada cairan dengan spiritus.

d. Bahan-bahan lain

1. Hydrargyrum

Gerus dengan adeps lanae dalam lumpang dingin, sampai halus (<20µg) atau

gunakan resep standar, misalnya : Unguentum Hydrargyri (Ph.Belanda V) yang

mengandung 30% dan Unguentum Hydrargyri Fortio (C.M.N) mengandung 50%

2. Naphtolum

Dapat larut dalam sapo kalicus, larutkan dalam sapo tersebut. Jika tidak ada sapo,

dikerjakan seperti Camphorae. Mempunyai D.M/T.M untuk obat luar.

3. Bentonit

Serbuk halus yang dengan air akan membentuk massa seperti salep.

H. Pengawetan salep

Preparat farmasi setengah padat seperti salep, sering memerlukan penambahan

pengawet kimia sebagai antimikroba, pada formulasi untuk mencegah pertumbuhan mikro

organisme yang terkontaminasi. Pengawet-pengawet ini termasuk hidroksibenzoat, fenol-

fenol, asam benzoat, asam sorbat, garam amonium kuarterner dan campuran lainnya.

Preparat setengah padat harus pula dilindungi melalui kemasan dan penyimpanan yang

sesuai dari pengaruh pengerusakan oleh udara, cahaya, uap air (lembap) dan panas serta

kemungkinan terjadinya interaksi kimia antara preparat dengan wadah.

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 11

Page 12: Laporan salep

I. Fungsi salep

1. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit.

2. Sebagai bahan pelumas pada kulit.

3. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan

larutan berair dan rangsang kulit.

J. Pengemasan dan penyimpanan salep

Salep biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube, botol dapat dibuat dari

gelas tidak bewarna, warna hijau, amber atau biru atau buram dan porselen putih. Botol

plastik juga dapat digunakan. Wadah dari gelas buram dan berwarna berguna untuk salep

yang mengandung obat yang peka terhadap cahaya. Tube dibuat dari kaleng atau plastik,

beberapa diantaranya diberi tambahan kemasan dengan alat bantu khusus bila salep akan

digunakan untuk dipakai melalui rektum, mata, vagina, telinga, atau hidung.

Tube umumnya diisi dengan bertekanan alat pengisi dari bagian ujung belakang yang

terbuka (ujung yang berlawanan dari ujung tutup) dari tube yang kemudian ditutup dengan

disegel. Tube salep untuk pemakaian topikal lebih sering dari ukuran 5 sampai 30 gr.

Botol salep dapat diisi dalam skala kecil oleh seorang ahli farmasi dengan mengemas

sejumlah salep yang sudah ditimbang kedalam botol dengan memakai spatula yang

fleksibel dan menekannya kebawah, sejajar melalui tepi botol guna menghindari

kemungkinan terperangkapnya udara didalam botol. Salep dalam tube lebih luas

pemakaiannya daripada botol, disebabkan lebih mudah dan menyenangkan digunakan oleh

pasien dan tidak mudah menimbulkan keracunan. Pengisian dalam tube juga mengurangi

terkena udara dan menghindari kontaminasi dari mikroba yang potensial, oleh karena itu

akan lebih stabil dan dapat tahan lama pada pemakaian dibandingkan dengan salep dalam

botol. Kebanyakan salep harus disimpan pada temperatur dibawah 300C untuk mencegah

melembek apalagi dasar salepnya bersifat dapat mencair. 

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 12

Page 13: Laporan salep

K. Asam Benzoat

Asam benzoat, C7H6O2 (atau C6H5COOH), adalah padatan kristal berwarna putih dan

merupakan asam karboksilat aromatik yang paling sederhana. Nama asam ini berasal dari

gum benzoin (getah kemenyan), yang dahulu merupakan satu-satunya sumber asam

benzoat. Asam lemah ini beserta garam turunannya digunakan sebagai pengawet makanan.

Asam benzoat adalah prekursor yang penting dalam sintesis banyak bahan-bahan kimia

lainnya.

Sejarah

Asam benzoat pertama kali ditemukan pada abad ke-16. Distilasi kering getah

kemenyan pertama kali dideskripsikan oleh Nostradamus (1556), dan

selanjutnya oleh Alexius Pedemontanus (1560) dan Blaise de Vigenère (1596).

Justus von Liebig dan Friedrich Wöhler berhasil menentukan struktur asam

benzoat pada tahun 1832. Mereka juga meneliti bagaimana asam hipurat

berhubungan dengan asam benzoat.Pada tahun 1875, Salkowski menemukan

bahwa asam benzoat memiliki aktivitas anti jamur.

Produksi

Pembuatan secara industri

Asam benzoat diproduksi secara komersial dengan oksidasi parsial toluena

dengan oksigen. Proses ini dikatalisis oleh kobalt ataupun mangan naftenat.

Proses ini menggunakan bahan-bahan baku yang murah, menghasilkan

rendemen yang tinggi, dan dianggap sebagai ramah lingkungan.

Sintesis laboratorium

Asam benzoat sangatlah murah dan tersedia secara meluas, sehingga sintesis

laboratorium asam benzoat umumnya hanya dipraktekkan untuk tujuan

pedagogi. Ia umumnya diajarkan kepada mahasiswa universitas.

Untuk semua metode sintesis, asam benzoat dapat dimurnikan dengan

rekristalisasi dari air, karena asam benzoat larut dengan baik dalam air panas

namun buruk dalam air dingin. Penghindaran penggunaan pelarut organik untuk

rekristalisasi membuat eksperimen ini aman. Pelarut lainnya yang

memungkinkan meliputi asam asetat, benzena, eter petrolium, dan campuran

etanol dan air.

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 13

Page 14: Laporan salep

Dengan hidrolisis

Sama seperti nitril ataupun amida lainnya, benzonitril dan benzoamida dapat

dihidrolisis menjadi asam benzoat ataupun basa konjugatnya dalam keadaan

asam maupun basa.

Dari benzaldehida

Disproporsionasi benzaldehida yang diinduksi oleh basa dalam reaksi

Cannizzaro akan menghasilkan sejumlah asam benzoat dan benzil alkohol

dalam jumlah yang sama banyak. Benzil alkohol kemudian dapat dipisahkan

dari asam benzoat dengan distilasi.

Dari bromobenzena

Bromobenzena dapat diubah menjadi asam benzoat dengan "karbonasi" zat

anatara fenilmagensium bromida:

C6H5MgBr + CO2 → C6H5CO2MgBr

C6H5CO2MgBr + HCl → C6H5CO2H + MgBrCl

Dari benzil alkohol

Benzil alkohol dapat direfluks dengan kalium permanganat ataupun oksidator

lainnya dalam air. Campuran ini kemudian disaring dalam keadaan panas untuk

memisahkan mangan dioksida, dan kemudian didinginkan untuk mendapatkan

asam benzoat.

Pembuatan secara historis

Proses industri pertama melibatkan reaksi antara benzotriklorida

(triklorometil benzena) dengan kalsium hidroksida dalam air, menggunakan besi

sebagai katalis. Kalsium benzoat yang dihasilkan kemudian diubah menjadi

asam benzoat dengan menggunakan asam klorida. Produk proses ini

mengandung turunan asam benzoat yang terklorinasi dalam jumlah yang

signifikan. Oleh karena itu, asam benzoat yang digunakan untuk konsumsi

manusia didapatkan dari distilasi getah kemenyan. Pada zaman sekarang, asam

benzoat yang digunakan untuk konsumsi diproduksi secara sintetik.

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 14

Page 15: Laporan salep

L. Asam Salisilat (C7H6O2)

Asam salisilat merupakan turunan dari senyawa aldehid. Senyawa ini juga biasa

disebut o-hidroksibensaldehid, o-formilfenol atau 2-formilfenol. Senyawa ini stabil,

mudah terbakar dan tidak cocok dengan basa kuat, pereduksi kuat, asam kuat, dan

pengoksidasi kuat.

Sifat-sifat fisik dari asam salisilat

No

.

Penampakan Tidak berwarna menjadi kuning pada larutan dengan

bau kenari pahit

1 Titik lebur 1-2 0C

2 Titik didih 197 0C

3 Kerapatan 4,2

4 Tekanan uap 1 mmHg pada 33 0C

5 Daya ledak 1,146 g/cm3

6 Titik nyala 76 0C

Dari hasil penelitian ditetapkan apabila dimakan oleh tikus dengan dosis 520

mg/kg merupakan dosis yang mengakiibatkan kematian 50 % (LD50), dan apabila terkena

kulitnya dengan dosis 600 mg/kg merupakan dosis yang mengakibatkan kematian 50 %

(LD50).

Sifat-sifat lain yang dimiliki oleh asam salisilat adalah sebagai berikut:

1. Panas jika dihirup, di telan dan apabila terjadi kontak dengan kulit.

2. Iritasi pada mata

3. Iritasi pada sauran pernafasan

4. Iritasi pada kulit

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 15

Page 16: Laporan salep

III. Alat Bahan

Alat Jumlah Bahan

Buret 50 ml 1 buah Padatan NaOH 0,1 N

Spatula 1 buah Padatan Oksalat p.a

Labu takar 100 ml 1 buah Sampel salep

Corong gelas 1 buah Fe(NO3)3 1%

Batang pengaduk 2 buah Indikator pp

Pipet tetes 1 buah Aquadest

Erlenmeyer 250 ml 2 buah Larutan Standar Asam Salisilat ?? ppm

Gelas kimia 100 ml 1 buah Air bebas CO2

Gelas kimia 250 ml 2 buah

Gelas ukur 50 ml 1 buah

Gelas kimia 500 ml 1 buah

Gelas kimia 1 L 1 buah

Hote plate 1 buah

Labu takar 250 ml 1 buah

Pipet volume 25 ml 1 buah

Pipet volume 25 ml 1 buah

Pipet ukur 5 ml 1 buah

Labu takar 50 ml 1 buah

Kuvet 2 buah

Spektrofotometer Labo 1 set

Botol Semprot 1 buah

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 16

Page 17: Laporan salep

IV. Cara Kerja

1. Pembakuan NaOH 0,1 N

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 17

Menimbang gram oksalat

Menambahkan 3 tetes indicator fenolftalein

Melakukan titrasi dengan titran NaOH 0,1 N sampai timbul warna merah muda

Page 18: Laporan salep

2. Preparasi Sampel

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 18

Menimbang 1,0000 gram salep dalam gelas kimia 250 ml

Menambahkan 100 ml aquadest panas 75oC dan 2 tetes indikator fenolftalein

Menambahkan NaOH 0,1 N sampai timbul warna merah jambu

Memanaskan larutan tersebut sampai suhu sekitar 85oC

Menambahkan lagi NaOH 0,1 N sampai timbul kembali warna merah jambu

Mendinginkannnya dalam suhu ruang

Memindahkan larutan tersebut ke labu takar 250 ml kemudian encerkan menggunakan aquadest sampai tanda batas

Memipet 25 ml larutan tersebut ke Erlenmeyer

Menambahkan indicator fenolftalein 2 tetes

Melakukan titrasi dengan NaOH 0,1 N

Melakukannya secara duplo

Page 19: Laporan salep

3. Pengukuran

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 19

1

Mengambil sekitar 16 ml filtrate dari langkah b

2

Memasukannya kedalam labu takar 50 ml

3

Menambahkan 5 ml ferri nitrat 1%

4

Menambahkan aquadest sampai tanda batas

5

Mengukur absorbansi pada panjang gelombang 530 nm

6

Melakukannya secara duplo

Page 20: Laporan salep

4. Pembuatan kurva standar

V. Data Pengamatan dan Pengolahan Data

Metode Titrasi asam basa

a. Penentuan kadar asam salisilat dan benzoat pada sampel

- Merk : Pagoda Salep Ekstra

- Jenis : Salep

- Kandungan zat aktif : Asam salisilat 12%, sulfur

pracepitatum10%, asam benzoate 5%,

menthol 1%,champora 3%

- Penimbangan sampel

Berat sampel : 1,0006 gram

- T pemanasan : 86◦ C

- Reaksi

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 20

1

Membuat larutan yang mengandung asam salisilat 5 gram dalam 250 ml

2

Kemudian menyaring larutan tersebut

3

Membuat variasi konsentrasi larutan 20 , 40 , 60 , 80 , 100 ppm

4

Memipet ferri nitrat kedalam masing-masing labu takar 2,5 ml , 5 ml , 7,5 ml , 10,0 ml , 12,5 ml

5

Menambahkan aquadest hingga tanda batas

6

Melakukan pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 530 nm

7

Melakukan pengukuran pada blanko

Page 21: Laporan salep

b. Standarisasi larutan standar sekunder NaOH ± 1,000 N

- Larutan standar primer : H2C2O4 2H2O

- Konsentrasi H2C2O4 2H2O : 0,1000N

- Volume H2C2O4 2H2O yang dipipet : 10,00 ml

- Volume NaOH yang dibutuhkan : 1. 10,45 ml

2. 10,40 ml

Rata-rata = 10,43 ml

- Reaksi

H2C2O4 +   2NaOH       pp       Na2 C2 O4       +   2H2 O

Tidak berwarna Merah sangat muda

Data Pembakuan NaOH

Volume Oksalat ( ml ) Volume NaOH ( ml )

10 10,45

10 10,40

Rata-rata 10,43

Data Titrasi Sampel dengan NaOH

Sampel salep : 1,0000 gram

Dilarutkan dalam aquadest 100 ml

Data volume NaOH yang ditambahkan dalam larutan sampel (pengatur suasana)

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 21

Page 22: Laporan salep

Volume Sampel ( ml )Volume NaOH sebelum

pemanasan ( ml )

Volume NaOH setelah

pemanasan ( ml )

25 11,30 0,2

Volume Sampel ( ml ) Volume NaOH (dua) ( ml )

25 0,1

25 0,1

Metode Spektrofotometri

a. Persiapan Sampel

- volume sampel(filtrat) yang dipipet : 16,00 ml

b. Persiapan larutan standar

- Penimbangan zat standar

Berat zat standar asam salisilat : 0,5001 gram

- Volume labu takar untuk larutan induk : 250,00 ml

c. Penentuan panjang gelombang maksimum

Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (Standar : 60 ppm)

Panjang Gelombang (λ) %T Absorbansi

400 69,7 0,157

410 65,5 0,184

420 60,4 0,219

430 53,9 0,269

440 48,1 0,318

450 41,9 0,377

460 37,1 0,431

470 34,4 0,463

480 30 0,523

490 25,8 0,588

500 23,7 0,625

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 22

Page 23: Laporan salep

510 22,2 0,654

520 21,4 0,670

530 21,2 0,674

540 21,4 0,670

550 22,1 0,655

560 23 0,639

570 25,5 0,594

580 27,2 0,565

Kurva Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λ maks = 530 nm)

350 400 450 500 550 6000

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

λ (nm)

A =

- Log

T

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 23

Page 24: Laporan salep

d. Pengukuran larutan standar dan sampel

Konsentrasi Standar

(ppm)

%T Absorbansi

20 60,0 0,222

40 36,7 0,435

60 22,8 0,642

80 14,8 0,830

100 10,4 0,983

Sampel

(pengenceran 5 kali)

51,2 0,291

Kurva Kalibrasi pengukuran larutan standar

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1100

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

f(x) = 0.009585 x + 0.0473000000000009R² = 0.996031203957575

Konsentrasi (ppm)

A =

- Log

%T

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 24

Page 25: Laporan salep

PERHITUNGAN

Perhitungan Konsentrasi NaOH

Voksalat x Noksalat = VNaOH x N NaOH

10 ml x 0,1 N = 10,43 ml x N NaOH

N NaOH = 0,0959 N

Penetapan Kadar Asam Total dengan Titrasi NaOH

Berat sampel = 1,0000 gram = 1000 mg

Vol. Aquadest = 100 mL

Hasil titrasi sampel : vol. NaOH = 0,1 mL

Faktor Pengenceran = 10 kali pengenceran

Asam Total (%)

¿ ml NaOH x N NaOH x faktor pengenceran x faktor asam dominan x100 %mg sampel

= 0,1 ml x0,0959 N x10 x64 x100 %

1000 mg

= 0,6138 %

= 0,6138 %

Perhitungan Kadar Asam Salisilat dengan Spektrofotometri

Konsentrasi Asam Salisilat dalam sampel salep

Faktor Pengenceran = 5

Absorbansi sampel = 0,291

Y = 0,009x + 0,047

0,291 = 0,009x + 0,047

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 25

Page 26: Laporan salep

X = 27,1111 ppm dikalikan faktor pengenceran

= 27,1111 ppm x 5 = 135,56 ppm

135,56 ppm = 135,56 mg/L

= 0,1356 gram/1 L

= 0,01356 gram/100 ml = 0,0136 %

Jadi, kadar asam salisilat dalam sampel adalah 0,0136 %

Perhitungan Kadar Asam Benzoat

Asam Benzoat = Asam Total – Asam Salisilat

= 0,6138 % - 0,0136 %

= 0,6002 %

= 0,60 %

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 26

Page 27: Laporan salep

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 27

Page 28: Laporan salep

VI. PEMBAHASAN

            Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) dengan rumus molekul C7H6O3

merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang dapat digunakan secara topikal dan

biasa dipakai untuk obat luar seperti salep.

Kadar asam salisilat dalam setiap sediaan salep berbeda-beda , untuk itu pada

praktikum ini dilakukan penentuan kadar senyawa obat dalam salep. Sampel yang

digunakan adalah salep merk “Pagoda” obat kulit topikal yang juga beperan sebagai anti

bakteri, antijamur, keratolitik dan antipruriginosa . Dengan komposisi dalam kemasan

antara lain : Asam salisilat 12%, sulfur pracepitatum10%, asam benzoate 5%, menthol

1%,champora 3%.

Metode analisis yang digunakan adalah titrasi asam basa dan spektrofotometri

menggunakan spektrofotometer visible merk Labo. Metode titrasi asam basa digunakan

untuk menentukan kadar total asam di dalam sampel sedangkan metode

spektrofotometri digunakan untuk menentukan kadar asam salisilat.

Penetapan kadar asam salisilat dengan metode titrasi asam basa menggunakan

larutan NaOH + 0,1 N. Larutan NaOH tersebut distandarisasi terlebih dahulu dengan

asam oksalat 0,1 N menggunakan indikator phenolphtalein karena  berada pada trayek

pH (8,2-10,0) yang sesuai dengan titik infleksi pada kurva titrasi. Titik akhir

ditunjukkan oleh perubahan warna dari bening menjadi merah jambu (pink). Reaksi

yang terjadi :

H2C2O4 +   2NaOH       pp       Na2 C2 O4       +   2H2 O

Tidak berwarna Merah sangat muda

Berdasarkan hasil praktikum, rata-rata volume NaOH hasil titrasi yaitu 10,175

mL sehingga dapat diketahui bahwa konsentrasi sebenarnya dari larutan NaOH yaitu

sebesar 0,0959N.

Larutan sampel dibuat dengan cara melarutkan sejumlah 1 gram salep dengan

100 ml akuades yang dibantu dengan pemanasan agar salep dapat larut secara

sempurna. Larutan sampel kemudian ditetesi phenolftalein dan ditambahkan sejumlah

larutan standar NaOH sampai berwarna pink. Penambahan NaOH bertujuan untuk

menetralkan kondisi larutan. Kemudian larutan dipanaskan untuk memastikan warna

pink tidak hilang. Namun, saat praktikum warna tersebut hilang sehingga penambahan

larutan NaOH dilakukan kembali sampai timbul warna pink.

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 28

Page 29: Laporan salep

Larutan sampel yang sudah dalam keadaan dingin selanjutnya diencerkan ke

dalam labu takar 250 ml. Pengenceran dilakukan agar konsentrasi larutan sampel tidak

terlalu pekat sehingga memudahkan dalam penentuan titik akhir titrasinya .Sebanyak

25 ml larutan sampel dititrasi dengan larutan standar NaOH dengan indikator

phenolftalein. Titik akhir titrasi ditunjukkan oleh perubahan warna dari bening menjadi

merah jambu (pink). Reaksi yang terjadi :

Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan konsentrasi total asam dari sampel

salep yaitu 0,6138 %. Asam total yang dimaksud adalah jumlah kandungan asam

salisilat dan asam benzoat dalam sampel.

1. Metode Spektrofotometri

Pada penentuan kadar metil salisilat dengan metode spektrofotometri, larutan

sampel salep direaksikan dengan feri nitrat 1% sehingga menghasilkan senyawa

kompleks berwarna ungu.

Sebelum dilakukan pengukuran standar dan sampel dilakukan penentuan

panjang gelombang maksimum dengan menggunakan larutan standar 60 ppm.

Didapatkan panjang gelombang maksimum pada 530 nm. Penentuan kadar asam

salisilat dengan metode spektrofotometri didasarkan pada pengukuran transmittan

atau absorbansi. Pengukuran %T sampel menunjukkan nilai 51,2 (A = 0.291).

Konsentrasi sampel diketahui melalui interpolasi absorbansi (A) tersebut

terhadap kurva standar antara absorbansi (A) vs konsentrasi (C). Adapun larutan

standar yang dibuat terdiri dari berbagai konsentrasi yaitu mulai dari 20 ppm; 40 ppm;

60 ppm; 80 ppm dan 100 ppm. Berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan

linier dari kurva standar Y= 0,009x + 0,047 diperoleh konsentrasi asam salisilat dalam

sampel yaitu sebesar 0,0136 %

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 29

+ NaOH + Na+ + CH3OH

Page 30: Laporan salep

Sampel salep “Pagoda” memiliki kandungan asam salisilat dan asam benzoat, jadi

selain menentukan kadar asam salisilat juga dapat menentukan kadar asam benzoat.

Kadar asam benzoat yang didapat adalah sebesar 0,60 %.

Kadar asam salisilat dan asam benzoat yang dihasilkan berdaarkan praktikum

dan komposisi yang tertera pada kemasan sangat berbeda jauh. Pada kemasan

seharusnya kandungan asam salisilat sebesar 12% dan kandungan asam benzoat

sebesar 5%. Hal ini bisa terjadi karena pada saat melarutkan sampel dengan aquadest,

tidak semua sampel larut karena banyak sampel yang menempel pada dinding gelas

kimia sehingga tidak semua kandungan asamnya terukur.

VII. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut :

Kadar total asam dalam sampel salep “Pagoda” dengan metode titrasi asam basa

= 0,6138 %.

Kadar asam salisilat dalam sampel salep “Pagoda” dengan metode

spektrofotometri = 0,0136 %

Kadar asam benzoat dalam sampel salep “Pagoda” dengan metode

spektrofotometri = 0,60 %.

DAFTAR PUSTAKA

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 30

Page 31: Laporan salep

Anonim, 2005, Farmasetika , Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anonim, 1978, Formularium Nasional II, Depkes RI, Jakarta.

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia III, Depkes RI, Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia IV, Depkes RI, Jakarta.

Damayuda. 2010. http://damayuda.blogspot.com/2010/12/asam-salisilat-c7h6o2.html.

Diakses 29 Oktober 2012

Fadhli, Haiyul. 2011. http://haiyulfadhli.blogspot.com/2011/06/sediaan-semisolid.html.

Diakses 29 Oktober 2012

Littlebee. “Krim Asam Salisilat”. http://www.scribd.com/doc/47702265/Krim-Asam-

Salisilat ( Diakses tanggal 30 oktober 2012)

Nur Aeni, Siska. 2010. http://siskhana.blogspot.com/2010/05/salep.html. Diakses 29

Oktober 2012

Riyanto. TT. http://mipa-farmasi.blogspot.com/2012/03/pengertian-salep.html. Diakses 29

Oktober 2012

Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC Penerbit Buku

Kedokteran, Jakarta.

Teddy. 2011. http://teddymorin17.blogspot.com/p/salep.html Diakses 29 Oktober 2012

Wikipedia. 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_benzoat. Diakses 29 Oktober 2012

Wikipedia. 2012. http://www.wikipedia.com./org/wiki//asam (Diakses tanggal 30

Oktober 2012)

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 31

Page 32: Laporan salep

LAMPIRAN

Sampel salep yang digunakan yang mengandung asam salisilat dan asam

benzoat

Proses penyaringan sampel

Titik akhir pada saat titrasi pertama (I) Titik akhir pada saat titrasi pertama (II)

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 32

Page 33: Laporan salep

Memanaskan larutan sampel sampai suhu ± 85◦C

Larutan sampel yang akan diukur menggunakan spektrofotometer labbo

Deretan larutan standar dalam penentuan kadar asam salisilat menggunakan

spektrofotometer labbo

Mengukur %transmitan larutan standard an sampel pada spektrofotometer visible

merk Labo

Laporan Kimia Farmasi – Penentuan Senyawa Obat dalam Sediaan SalepPage 33