laporan rsj

37
I. IDENTITAS PASIEN Nama : Bp. S Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 33 tahun Agama : Islam Pendidikan : MI (SD) Pekerjaan : BPU Bangsa/suku : Jawa Alamat : Sepete, Ungaran timur No.RM : 6.5569 II. ALLOANAMNESIS Anamnesis hanya dilakukan secara autoanamnesis, dikarenakan keterbatasan waktu. II.1. Sebab dibawa ke Rumah Sakit Tidak mau bicara dan sering marah-marah. II.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang) Tiga tahun lalu, pasien diantar keluarganya ke RS Sejahtera karena tidak mau bicara. Pasien juga sering marah-marah, sehingga sering merusak alat-alat rumah tangga. Sehari-hari pasien hanya mengurung diri di kamar, bicara terbatas, dan badannya juga kaku. Kemudian karena kondisi semakin buruk, pasien diantar mantri RS Sejahtera ke RSJ Prof. Soerojo Magelang.

Upload: tommy-hardianto

Post on 30-Nov-2015

59 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan rsj

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Bp. S

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 33 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : MI (SD)

Pekerjaan : BPU

Bangsa/suku : Jawa

Alamat : Sepete, Ungaran timur

No.RM : 6.5569

II. ALLOANAMNESIS

Anamnesis hanya dilakukan secara autoanamnesis, dikarenakan keterbatasan

waktu.

II.1. Sebab dibawa ke Rumah Sakit

Tidak mau bicara dan sering marah-marah.

II.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)

Tiga tahun lalu, pasien diantar keluarganya ke RS Sejahtera karena

tidak mau bicara. Pasien juga sering marah-marah, sehingga sering

merusak alat-alat rumah tangga. Sehari-hari pasien hanya mengurung

diri di kamar, bicara terbatas, dan badannya juga kaku. Kemudian

karena kondisi semakin buruk, pasien diantar mantri RS Sejahtera ke

RSJ Prof. Soerojo Magelang. Sekarang pasien sering merasa pusing.

Pasien sering murung, sedih dan menyendiri, dikarenakan merasa

kangen dengan keluarganya.

II.3. Anamnesis Sistem

Sistem Cerebrospinal : nyeri kepala (-), pusing (+), demam (-)

Sistem Kardiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar-debar (+)

Sistem Respirasi : batuk (+), pilek (-), sesak napas (-)

Sistem Gastrointestinal : BAB tidak ada keluhan, mual

(-), muntah (-)

Page 2: laporan rsj

Sistem Urogenital : BAK tidak ada keluhan

Sistem Muskuloskeletal : pegal-pegal (-)

Sistem integumentum : edema (-), merah (-), gatal (-)

II.4. Grafik Perjalanan penyakit

II.5. Hal-hal yang Mendahului Penyakit (Riwayat Penyakit Dahulu)

II.5.1. Hal-hal yang Mendahului Penyakit

II.5.1.1. Faktor Organik

Tidak ada

II.5.1.2. Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)

Tidak ada

II.5.1.3. Faktor Predisposisi

Tidak ada

II.5.1.4. Faktor Presipitasi

Masalah pribadi (putus dengan pacarnya 3 tahun yang lalu)

II.5.2. Riwayat Penyakit Dahulu

II.5.2.1. Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya

Riwayat gangguan jiwa sebelumnya (-)

Riwayat pengobatan sebelumnya (-)

II.5.2.2. Riwayat Sakit Berat/Opname

Riwayat sakit beral (-)

Riwayat opname (-)

II.6. Riwayat Keluarga

II.6.1. Pola Asuh Keluarga

Kurang memperhatikan pasien

Page 3: laporan rsj

II.6.2. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit gangguan jiwa (-)

II.6.3. Silsilah Keluarga

II.7. Riwayat pribadi

II.7.1. Riwayat Kelahiran

Normal

II.7.2. Latar Belakang Perkembangan Mental

Tidak diketahui

II.7.3. Perkembangan Awal

Tidak diketahui

II.7.4. Riwayat Pendidikan

SD (MI)

II.7.5. Riwayat Pekerjaan

BPU

II.7.6. Riwayat Perkembangan Seksual

Tidak diketahui

II.7.7. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual

Tidak diketahui

II.7.8. Riwayat Perkawinan

Belum menikah

II.7.9. Riwayat Kehidupan Emosional

Tidak diketahui

II.7.10. Hubungan Sosial

Kurang bisa bersosialisasi, suka menyendiri

II.7.11. Kebiasaan

Page 4: laporan rsj

Sering merokok, suka menyendiri

II.7.12. Status Sosial Ekonomi

Rendah

II.7.13. Riwayat Khusus

Tidak ada pengalaman militer, maupun urusan dengan polisi

II.8. Tingkat Kepercayaan Anamnesis

Kurang dapat dipercaya

II.9. Kesimpulan Anamnesis

Dari anamnesis yang kami lakukan , gejala gejala skizofrenia

katatonik sudah tidak dominan muncul, namun masih terlihat waham

kejar, afek tumpul, progresi pikir yang tangensial dan terkadang terdapat

blocking saat bicara, Selain itu terlihat jelas tanda tanda depresi, seperti

merasa sedih, putus asa dan murung dan terkadang sulit tidur.

III. PEMERIKSAAN FISIK

III.1. STATUS PRAESENS

III.1.1 Status Internus

Keadaan Umum : Baik

Bentuk Badan : Baik

Berat Badan : tidak dilakukan pemeriksaan

Tinggi Badan : tidak dilakukan pemeriksaan

Tanda Vital : Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 73 kali/menit

Respirasi : 20 kali/menit

Suhu : tidak dilakukan

Kepala

Leher

Thorax

Abdomen

Ekstremitas

Sistem Integumentum

Page 5: laporan rsj

Kelainan Khusus

Kesan Status Internus

III.1.2 Status Neurologis

Kepala dan Leher

Tanda Meningeal

Nervi Kranialis

Kekuatan Motorik

Sensibilitas

Fungsi Saraf vegetatif

Refleks Fisiologis

Refleks Patologis

Gerakan Abnormal

Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan

Kesan Status Neurologis

Semua pemeriksaan tidak dilkakukan karena pasien tidak

kooperatif dank arena keterbatasan waktu.

III.1.3 Status Pemeriksaan Laboratorium/Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

III.2. STATUS PSIKIATRI

Tanggal Pemeriksaan : 7 November 2011

III 2.1. Kesan Umum : laki-laki, kontak mata baik, berpenampilan baik

III.2.2. Kesadaran : Kuantitatif : Compos mentis

Kualitatif : Tidak berubah

III.2.3. Orientasi Orang/Waktu/Tempat/Situasi

Baik

III.2.4. Penampilan/Rawat Diri

Baik

Page 6: laporan rsj

III.2.5. Sikap dan Tingkah Laku

Dalam batas normal

III.2.6. Roman Muka (Ekspresi Muka)

Sedikit mimik

III.2.7. Afek

Tumpul

III.2.8. Proses pikir

III.2.8.1. Bentuk Pikir : Realistik

III.2.8.2. Isi Pikir : Phobi (ular), Waham kejar

III.2.8.3. Progresi Pikir : Kualitatif : Tangensial

Kuantitatif : Blocking

III.2.9. Mood dan Interest

Depresi : merasa sedih, putus asa, murung

Kecemasan : merasa cemas dan khawatir, sering berdebar-

debar, sulit tidur

III.2.10. Hubungan Jiwa

Mudah

III.2.11. Perhatian

Mudah ditarik sukar dicantum

III.2.12. Persepsi

Tidak ditemukan gangguan persepsi

III.2.13. Memori

Amnesia retrograd

III.2.14. Gangguan Intelegensi Sesuai Umur/Pendidikan

Tidak ada

III.2.15. Insight

Baik

III.2.16. Gejala dan Tanda Lain yang Didapatkan

Tidak ada

III.3. Hasil Pemeriksaan Psikologi

Tidak dilakukan

Page 7: laporan rsj

III.4. Hasil pemeriksaan Sosiologi

Tidak dilakukan

IV. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA

IV.1. Tanda-tanda (Sign)

Ekspresi muka sedikit mimik, afek tumpul.

IV.2. Gejala (Simtom)

Phobi, waham kejar, progresi pikir tangensial dan blocking, depresi

(merasa sedih, murung, putus asa), kecemasan (merasa cemas dan

khawatir, sering berdebar-debar, sulit tidur), perhatian mudah ditarik

sukar dicantum, amnesia retrograd.

IV.3. Kumpulan Gejala (Sindrom)

Tidak ada.

V. DIAGNOSIS BANDING

1. Skizofrenia katatonik

2. Skizofrenia tak terinci

3. Depresi pasca skizofrenia

VI. PEMBAHASAN

Bedasarkan anamnesis kami lebih mengarahkan diagnosis depresi pasca

skizofrenia , karena terdapat tanda dan gejala yang mengarah kepada

diagnosis tersebut bedasarkan PPDGJ III

VII. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak ada rencana pemeriksaan penunjang, karena keadaan pasien sudah

mulai stabil

VIII. DIAGNOSIS

AKSIS I : F20.4 Depresi pasca skizofrenia

AKSIS II : F 60.6 Gangguan Keribadian Cemas (Menghindar)

Page 8: laporan rsj

AKSIS III : (-)

AKSIS IV : Masalah pribadi

AKSIS V : GAF 65, gejala sedang, moderat

IX. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN

IX.1. Terapi Organobiologik

IX.1.1. Psikofarmaka

Antipsikotik : Risperidone

Clozapine

IX.1.2. Terapi Fisik

Melakukan terapi ECT untuk pasien

IX.2. Psikoedukatif/Psikoterapi

Terapi perilaku

Teknik ini menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan

sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan diri sendiri,

latihan praktis, dan komunikasi intrapersonal.

Terapi berorientasi-keluarga

Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia

tanpa menjadi terlalu mengcilkan hati. Ahli terapi dapat membicarakan

episode psikotik itu sendiri dan peristiwa-peristiwa yang menyebabkan

episode psikotik tersebut, sehingga keluarga dapat berperan dalam

penyembuhan pasien skizofrenia (Puri et al., 2008).

IX.3. Terapi Sosiokultural

IX.3.1. Terapi Rehabilitatif

Pasien dilatih untuk bersosialisasi dengan baik bersama

lingkunganya

IX.3.2. Terapi Spiritual

Senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT dan

mengikuti training motivasi dan pembentukan kecerdasan

spiritual.

Page 9: laporan rsj

IX.3.3. Edukasi dan Modifikasi Keluarga

Dokter atau perawat hendaknya melakukan edukasi

terhadap keluarga untuk membantu pasien cepat pulih.

X. PROGNOSIS

X.1. Faktor Premorbid

Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada

Pola Asuh Keluarga : Tidak diketahui

Kepribadian Premorbid : Introvert

Stressor Psikososial : Tidak ada

Sosial Ekonomi : Bawah

Status Perkawinan : Tidak menikah

X.2. Faktor Morbid

Usia Onset : Dewasa

Jenis Penyakit : Psikotik

Kelainan Organik : Akut

Regresi : Tidak ada

Respon Terapi : Bagus

X.3. Kesimpulan Prognosis

Baik

XI. RENCANA FOLLOW UP

Melakukan peninjauan terhadap pasien setiap 3 bulan sekali, apakah pasien

menunjukan perbaikan gejala atau tidak.

XII. PEMBAHASAN

Skizofrenia adalah salah satu gangguan psikiatri yang paling

melemahkan. Gangguan ini merupakan suatu psikosis utama yang dapat

bermanifestasi dalam berbagai cara (Puri et al., 2008).

Page 10: laporan rsj

Etiology

Menurut synopsis pisikiatri gangguan skizofrenia biasanya

paling sering disebabkan oleh factor biologis dan factor lingkungan,

untuk factor biologgis biasanya paling sering skizzofernia akibat

neurobiology yang dapat menyebabkan skizofernia adalah factor genetic ,

penelitian genetic yang pernah dilakukan pada tahun 1930 . pada

penelitian tersebut menujukan hasil, kebanyakan dari kasus skizofrenia

jika angota keluarganya juga terjangkit skizofernia , biasanya

kemungkinan besar akan terjangkit skizofre nia, kemungkinan

seseorang yangterjangkit skizofrenia memiliki hubungan keluarga

yang cukup dekat , seperti ayah dengan anaknya atau anak dengan

ibunya. Pada kembar homozigot cenderung memiliki

kemungkinan terjakit skizofrenia lebih besar,

Untuk factor lingkungan , biasanya pasien memiliki

ketahanan stressor yang cukup rendah sehingga dengan mudah

dapat mempengaruhi ganguan pisikososial.

Untuk kasus depresi

Untuk Depresi Sampai sekarang para pakar kedokteran,

masih belum dapat menentukan penyebab pasti nya, namun

menurut buku ajar pisikiatri diyakini bahwa penyebab depresi

dikarenakan adanya ketidak seimbangan biokimiawi pada

neurotransmitter. Hal inilah yang mendasari obat anti depresan ,

sebagian besar obat anti depresan bekerja untuk menyeimbangkan

neurotransmitter di dalam otak .

Menurut willy f marawis , gangguan mood merupakan

gangguan mental yang paling umum di dalam populasi dewasa

dengan bukti bukti yang mengarah pada peningkatan prevalensinya

. Di lihat dari beberapa kasus sebelumnya diperkirakan bahwa pada

Page 11: laporan rsj

tahun 2020, depresi berat merupakan gangguan yang paling banyak

ditemui kasusnya, perkiraan tersebut dapat ditinjau dari segi

kesejahteraan manusia.

Pada jurnal obisety and depression in US women : results

from the 2005-2006 national health and nutrional examination

penilitian Jun Ma dan Lan Xiao, pada penelitianya dikemukakan

bahwa semakin tinggi BMI semakin tinggi pula tinggkat depresi.

Penelitian tersebut mengunakan metode penghitungan status gizi,

melalui lingkar pinggang , berat badan dan tinggi badan dihitung.

Kemudian dilakukan tes kuisioner untuk menentukan tinggkat

depresi. Sayangnya penelitian tersebut hanya digunakan hanya

untuk kaum perempuan.

Penyeba penyeba lainya adalah Ganguan pisikologi,

biasanya tipe introvert dan kepribadian paranoid rentan mengalami

depresi Kemudian pengendalian stressor yang kurang baik, atau

cenderung kepada orang orang yang memilki tinggkat stress yang

tinggi , biasanya tinggkat stress yang tinggi pada saat melewati

masa masa yang cukup sulit seperti kehilangan keluarga,

kehilangan pekerjaan, atau kehilangan pasangan hidupnya . Zat

kimia dan obat obatan menjadi salah satu pencetus dari depresi ,

pengunaan zat pisikoaktif yang berlebihan dapat memicu gejala

depresi

Menurut willy f marawis , gangguan mood merupakan

gangguan mental yang paling umum di dalam populasi dewasa

dengan bukti bukti yang mengarah pada peningkatan prevalensinya

. Di lihat dari beberapa kasus sebelumnya diperkirakan bahwa pada

tahun 2020, depresi berat merupakan gangguan yang paling banyak

ditemui kasusnya, perkiraan tersebut dapat ditinjau dari segi

kesejahteraan manusia.

Page 12: laporan rsj

Patofisiologi

Patofisiologi dari penyakit skizofrenia ini masih belum diketahui.

Tetapi dalam dekade yang lalu semakin banyak penelitian yang melibatkan

peranan patofisiologis untuk daerah tertentu di otak, termasuk sitem limbik,

korteks frontalis, dan ganglia basalis. Tentu saja ketiga daerah tersebut saling

berhubungan, sehingga disfungsi pada salah satu daerah mungkin melibatkan

patologi primer di daerah lainnya. Dua jenis penelitian telah melibatkan

sistem limbik sebagai suatu tempat potensial untuk patologi primer pada

sekurang-kurangnya suatu bagian, kemungkinan bahkan pada sebagian besar,

pasien skizofrenik (Kaplan et al., 2010).

Patofisiologi dari skizofrenia melibatkan juga hipotesis dopamin

skizofrenia, dimana hipotesis tersebut mengatakan bahwa skizofrenia

disebabkan oleh hiperaktivitas dopaminergik sentral dalam sistem

mesolimbik-mesokorteks (suatu sistem dopaminergik yang berasal dari area

tegmentum bagian ventral otak yang dianggap tersusun atas dua sistem) (Puri

et al., 2008).

Teori atau hipotesis tersebut timbul dari dua pengamatan. Pertama,

kecuali clozapine, khasita dan potensi antipsikotik adalah berhubungan

dengan kemampuannya untuk bertindak sebagai antagonis reseptor

dopaminergik tipe 2 (D2). Kedua, obat-obatan yang meningkatkan aktivitas

dopaminergik, yang paling jelas adalah amfetamin, yang merupakan salah

satu psikotomimetik. Teori dasar tidak memperinci apakah hiperaktivitas

dopaminergik adalah karena terlalu banyaknya pelepasan dopamin, terlalu

banyaknya reseptor dopamin, atau kombinasi kedua mekanisme tersebut

(Kaplan et al., 2010).

Manifestasi

Untuk gejala gelaja atau symptom yang ada pada gejala skizofrenia katatonik adalah

sebagai berikut

Page 13: laporan rsj

Simtom positif

Adanya gangguan terhadap waham

Kekacauan dalam proses berpikir

Adanya prilaku halusinasi

Adanya rasa gundah dan juga perasaan gelisah seperti mencemaska

sesuatu

Terdapat kecurigaan, atau waham kejar

2. Symptom negative

Biasanya pasien memiliki ganguan suasana emosional yang

tumpul, atau tidak bersemagat

Pasien cenderung lebih emosional

Adaya penarikan diri terhadap lingkungan

Sulit untuk digali tentang riwayat pasien

Kesulitan dalam pemikiran, rata rata pasien berpikir secara

abstrak

Kurangnya spontanitas pada pasien, pasie cenderug berespo

lambat

Kurangnya spontanitas pada arus percakapan

3. Simtom psikopatologi umum

Adanya kekawatiran somatic

Timbulnya gejala gejala ansietas yang tidak jelas

Timbulnya rasa bersalah pada benak pasien

Pasien memiliki tinggkat ketegangan (tension) yag lebih

tinggi disbanding orang normal

Adanya kelainan pada mekanisme dan sikap tubuh

Pasien cenderung terlihat seperti kasus depresi

Adanya retardasi motorik

Ganguan isi pikira yang tidak seperti orang normal

Page 14: laporan rsj

Pada jurnal experiences of victimization and depression

are associated with community functioning among men with

schizofernia, bahwa pasien pasien skizofrenia sebaiknya

dihadapkan oleh komunitas nyata pada masyarakat. Tujuanya

untuk membangun rasa mandiri dan dapat bersosialisasi secara

normal, namun pasien harus dalam pengawasan ketat terhadap

pemakaian obat, dan psien tidak terjadi penyalah gunaan obat.

Sedangkan manifestasi depresi Sedangkan manifestasi depresi seperti

Bebrapa orang biasanya terlihat murung dan tidak bersemangat

dalam jangka waktu yang lam dengan latar belakang yang

berbeda beda

Gejalanya bisanya sulit untuk terlihat, tandan tanda untuk

depresi adalah

Pola tidur yang abnormal bisanya pasien cenderung

untuk sulit tidur dan terdapat kegelisan disertai

dengan mimpi buruk

Kesulitan untuk berkonsenterasi

Pasien cenderum malas untuk melakukan berbagai

macam kegiatan, termasuk kegiatann yang mereka

sukai

Pasien lebih mudah tersingung dan merasa cemas

Diagosis

Untuk pembahasa manifestasi kami akan menjelaskan

secara rinci, gejala gejala dari gangguan sintom yang muncul.

Menurut rekam medis pada rumah sakit jiwa Suroyo , diagnosis

kasus pasien untuk pertama kali datang ke rumah sakit adalah

skizofernia katatonik, dengan gejala utama pasien tidak mau bicara

dan badanya dominasi kaku .

Page 15: laporan rsj

Pada awalnya bapak S didiagnosa skizofernia katatonik,

namun setelah 3 tahun menjalani terapi pasien sudah lebih baik

namun masih memiliki gejala gejala skizofernia contohnya seperti

waham dan halusinasi, pasien masih merasa di ikuti oleh seseorang

. Tapi pasien sudah dapat berinteraksi dengan baik walaupun

kadang kadang terjadi blocking ketika dilakukan anamnesis.

Sehingga timbulah diagnosis baru yaitu depresi pasca

skizofrenia, diagnosis yang ditegakan menurut criteria PPDGJ III

antara lain :

1. Pasien telah mengidap skizofrenia selama 12 bulan terakhir

2. Masih terdapat gejala skizofrenia

3. Memenuhi criteria depresi ,

Menurut jurnal characterization of depression in patients with

schizopernia , penelitian bertujuan untuk menetukan kriteria

depresi pada kasus skizofrenia. Antara skizofrenia akut dan kronis

dengan depresi berat . gejala klinis depresi terlihat pada kasus

skizofrenia akut dan depresi berat, pada kasus skizofernia kronik

agak sulit terdeteksi .

Untuk kasus skizofernia katatonik katatonik

Menurut buku catatann ilmu kesehatan jiwa, biasanya

skizofernia katatonik timbul pertama kali antara usia 15-30 tahun

dan sifatnya biasanya akut dan sering diikuti oleh stress

emosional , ada dua jenis criteria pada skizofernia katatoni yang

pertama yaitu skizofernia katatonik dengan gaduh gelisah , gejala

gejala pada pasien gaduh gelisah biasanya pasien tidak bisa diam

atau hiperaktivasi motorik, namun aktivitasnya tidak diikuti oleh

emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari

Page 16: laporan rsj

luar, contohnya pasien terus bicara atau selalu bergerak.

Pembicaraanya menunjukan stereotopi, manerisme, neologisme.

Gejala berikutnya adalh pasien bisanya tidak bisa tidur, tidak mau

makan sehingga dapat membahayakan kondisi pasien.

Yang kedua adalah gangguan skizofernia stupor katatonik,

pada kasus tersebut biasanya pasien tidak menunjukan perhatianya

sama sekali terhadap lingkunganya, emosinyapun sangat dangkal .

Skizofernia katatonik memiliki aktifitas motorik paling

rendah, seperti yang dikemukakan oleh jurnal quantitative motor

activity differentiates schizofernia subtypes oleh mahasiswa

kedokteran university hospital of psychiatry switzerland, pada

penelitian tersebut mengunakan actigraphy pada pergelangan

tanggan pada pasien skizofernia paranoid, katatonik, dan

skizofernia tak terinci untuk mengetahui tingkat aktivitas mana

yang paling tertinggi, dari hasil didapatkan bahwa pada skizofernia

paranoid dan skizofernia tak terinci memiliki tingkat aktivitas yang

tinggi.

Menurut PPDGJ III gejala gejala skizofernia katatonik sebaggai

berikut

Memenuhi criteria umum untuk skizofernia itu sendiri

Memenuhi satu atau lebih dari criteria skizofernia katatonik

dan gambaran klinisnya sebagai berikut :

a. Stupor atau amat berkurangnya aktivitas terhadap

lingkunganya termasuk dalam aktifitas spontan,

biasanya pasien cenderung untuk berdiam diri tidak

melakukan aktivitas apapun dalamm jangka waktu yang

lama

b. Gundah gulisah, menurut penjelsan buku ilmu kesehtan

jiwa. Jika pasien tidak cenderung ke gejala stupor,

Page 17: laporan rsj

biasanya pasien cenderung ke gejala gundah gelisah,

seperti hiperaktifitas

c. Menampilkan posisi tertentu

d. Negativisme biasanya pasien menolak semua perintah ,

pasien cenderung untuk membangkang semua perintah

perintah yang tertuju pada pasien

e. Rigiditas adalah sikap pasienn dalam mempertahankan

posisi kaku

f. Flesibilitas cerea meupakan pertahanan posisi tubuh

yang dapat dibenttuk

Untuk pasien skizofernia katatonik biasanya pasien tidak

komunikatif dengan criteria criteria PPDG III terhadap

gejala skizofernia katatonik, Untuk diagnosis sebaiknya

tidak terlalu terburu buru dalam menentukan diagnosis

pasti, karena harus diperoleh bukti untuk menyingkirkan

gejala gejala lainya.

Diantaranya adalah gejala gejala skizofernia katatonik yang

disebabkan oleh penyakit penyakit otak , gangguan

metabolic dan gangguan alcohol

Untuk diagnosis selanjutnya adalah gangguan mood ,

setelah pasien menjalani terapi selama 3 tahun telah terjadi

beberapa perubahan manifestasi , sehingga merubah diagnosis awal

ketika pasien baru dating ke rumah sakit jiwa. Pasien sudah dapat

berinteraksi dengan orang lain dan dapat berkomunikasi dengan

baik ketika melakukan anamnesis.

Menurut analisa kelompok kami pasien cenderung

memasuki kriteria depresi pasca skizofrenia . Menurut PPDGJ III

kriteria depresi pasca skizofrenia adalah sebagai berikut :

Page 18: laporan rsj

a. Pasien telah menderita skizofrenia selama 12 bulan

terakhir ini

b. Beberapa gejala skizofernia masih tetap ada , namun

tidaak lagi mendominasi pada gambaran klinisnya

c. Adanya gejala gejala depresi yang menonjol dan

hamper mendominasi, dan paling tidak gejala tersebut

sudah ada selama 2 minggu

Apabila pasien tidak menunjukan gejala skizofernia,

diagnosis untuk pasien tersebut menjadi episode depresi ,

namun jika gejala skizofernia masih jelas dan menonjjol ,

diagnosis harus tetap ditegakan untuk depresi pasca

skizofernia

Terapi pada kasus pasien skizofrenia yang kami dapat, meliputi

perawatan di rumah sakit, terapi somatik, dan terapi psikososial. Indikasi

utama untuk perawatan di rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,

menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau

membunuh, dan perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai, termasuk

ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan,

pakaian, dan tempat berlindung. Tujuan utama perawatan di rumah sakit yang

harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung

masyarakat (Kaplan et al., 2010).

Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu

mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan di rumah

sakit tergantung pada keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas

pengobatan rawat jalan. Penelitian telah menunjukkan bahwa perawatan

singkat di rumah sakit (empat sampai enam minggu) adalah sama efektifnya

dengan perawatan jangka panjang di rumah sakit dan bahwa rumah sakit

dengan pendekatan perilaku yang aktif adalah lebih efektif daripada institusi

Page 19: laporan rsj

yang biasanya dan komunitas terapetik berorientasi-tilikan (Kaplan et al.,

2010).

Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke

arah masalah kehidupan, perawatan diri sendiri, kualitas hidup, pekerjaan dan

hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat

pasien dengan fasilitas pascarawat, termasuk keluarganya, keluarga angkat,

board-and-care homes, dan half-way house. Pusat perawatan di siang hari

(day care center) dan kunjungan rumah kadang-kadang dapat membantu

pasien tetapi di luar rumah sakit untuk periode waktu yang lama dan dapat

memperbaiki kualitas kehidupan sehari-hari pasien (Kaplan et al., 2010).

Untuk saat ini pasien skizofrenia yang kami dapat masih harus

melakukan perawatan di rumah sakit untuk menstabilkan keadaan

kejiwaannya.

Terapi somatik untuk pasien skizofrenia meliputi terapi antipsikotik.

Antipsikotik terdiri dari antipsikotik atipikal, seperti risperidon, klozapin,

olanzapin dan amisulpirid, antipsikotik tipikal, seperti klorpromazin,

flufenazin, perfenazin, dan antipsikotik tipikal golongan lainnya, seperti

klorprotiksen, droperidol, dan haloperidol (Gunawan et al., 2009).

Suatu penelitian mengatakan bahwa pemberian long-acting risperidon

melalui injeksi tidak lebih baik daripada antipsikotik oral pada pasien

skizofrenia yang dirawat di rumah sakit. Simtom psikiatrik, kualitas hidup

yang memburuk, dan efek samping neurologis memang sedikit lebih banyak

terjadi dengan pemberian antipsikotik oral, akan tetapi efek samping dan

manifestasi gangguan ekstrapiramidal yang ditimbulkan oleh long-acting

risperidon lebih banyak dibanding antipsikotik oral (Rosenheck et al., 2011).

Suatu penelitian lainnya meneliti mengenai efektifitas penggunaan

klozapin dan kombinasi klozapin dengan risperidon pada pasien skizofrenia

yang refrakter. Hasil penelitian tersebut adalah kedua kelompok sampel yang

diberi klozapin dengan risperidon dan klozapin dengan plasebo menunjukan

penurunan simtom dalam delapan minggu setelah pemberian. Akan tetapi,

terdapat manfaat yang ditimbulkan akibat pemberian klozapin yang

Page 20: laporan rsj

dikombinasikan dengan risperidon pada pasien skizofrenia yang refrakter,

yaitu simtom skizofrenia lebih berkurang (Honer et al.,2006).

Penggunaan antipsikotik atipikal pada dosis tertentu ternyata

meningkatkan risiko terjadinya aritmia ventrikular dan kematian jantung

mendadak. Seperti yang diungkapkan pada suatu penelitian oleh Ray et al

(2009). Penelitian tersebut menggunakan metode penghitungan insiden

kematian jantung mendadak pada pengguna antipsikotik atipikal dan

antipsikotik tipikal. Hasilnya adalah terdapat risiko kematian jantung

mendadak yang lebih tinggi pada pengguna antipsikotik atipikal dan

antipsikotik tipikal dibandingkan dengan yang tidak menggunakan

antipsikotik tersebut.

Sedangkan terapi psikososial untuk pasien Skizofrenia meliputi terapi

perilaku, terapi berorientasi-keluarga, terapi kelompok, dan psikoterapi

individual (Kaplan et al., 2010).

Rencana pengobatan untuk skizofrenia harus ditujukan pada

kemampuan dan kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan hadiah

ekonomi dan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan

sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis dan komunikasi

intrapersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah

yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan

kesempatan berjalan-jalan bebas di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi

perilaku maladaptif atau menyimpang, seperti berbicara lantang, berbicara

sendirian di masyarakat, dan postur tubuh yang aneh, dapat dikurangi (Kaplan

et al., 2010).

Berbagai terapi berorientasi-keluarga berguna dalam pengobatan

skizofrenia, karena pasien dengan skizofrenia seringkali dipulangkan dalam

keadaan setengah remisi parsial, keluarga dimana pasien skizofrenia kembali

seringkali mendapat manfaat dari terapi keluarga yang singkat tetapi intensif

(setiap hari). Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk

mengidentifikasi dan menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan

kesulitan. Jika masalah memang timbul pada pasien di dalam keluarga, pusat

Page 21: laporan rsj

terapi harus pada pemecahan masalah yang tepat. Seringkali anggota

keluarga, di dalam cara yang jelas, mendorong sanak saudaranya yang

menderita skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat.

Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang

sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya. Ahli

terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa

menjadi terlalu mengecilkan hati (Kaplan et al., 2010).

Pada pasien yang kami dapat, pasien juga mengalami gejala depresi.

Dibandingkan terapi medis biasa, intervensi terapi menggunakan perawat

yang berdasarkan guidline, terapi yang dipusatkan pada pasien, dapat

menimbulkan depresi lebih terkontrol. Perawat memotivasi dan memberi

semangat pada pasien yang mengalami depresi untuk memecahkan masalah

yang dialami pasien (Katon et al., 2010).

Hampir seperempat kasus skizofrenia mengalami perbaikan klinis dan

sosial yang baik, dan sebagian besar penelitian memperlihatkan hanya kurang

dari separuh yang mengalami hasil jangka panjang yang buruk. Faktor-faktor

yang dihubungkan dengan prognosis baik meliputi (Puri et al., 2008) :

1. Jenis kelamin perempuan

2. Memiliki keluarga yang menderita gangguan mood bipolar (yang

pasiennya lebih cenderung mengalami gejala-gejala afektif atau mood

selama penyakit skizofrenik akut)

3. Usia awitan lebih tua

4. Awitan mendadak

5. Cepat mengalami perbaikan

6. Respon baik terhadap pengobatan

7. Lebih berupa afektif

8. Penyesuaian psikoseksual baik

9. Tidak memperlihatkan gangguan kognitif

10. Tidak mengalami pembesaran ventrikel (seperti yang diperlihatkan pada

CT atau MRI)

Page 22: laporan rsj

XIII. KESIMPULAN DAN SARAN

Kegiatan Program Pengenalan Klinik (PPK) yang kami laksanakan

pada tanggal 7 November 2011 di RSJ Prof.dr.Soerojo Magelang berjalan

dengan lancar. Walaupun ada beberapa kendala yang kami temui saat

melakukan kegiatan PPK ini. Akan tetapi, kegiatan yang kami lakukan di

sana tetap dapat terselesaikan dengan baik walupun dengan segala

keterbatasan yang ada.

Di sana kami mendapat berbagai pengalaman yang bermanfaat, yaitu

bagaimana cara berinteraksi yang baik dengan pasien, yang meliputi cara

anamnesis yang baik, meminta kesediaan pasien untuk diperiksa, dan

memberi edukasi pada pasien. Selain itu, pengetahuan yang kami dapat dari

dokter di rumah sakit tersebut juga bermanfaat dalam menambah wawasan

kami.

Jadi, kegiatan PPK ini, menurut kami sangat bermanfaat, karena kami

dapat menerapkan ilmu yang telah kami peroleh pada pasien yang

sebenarnya, sehingga hendaknya kegiatan PPK ini dapat dilakukan pada

setiap blok.

Page 23: laporan rsj

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, S. G., et al., 2009. Farmakologi dan Terapi. FKUI, Jakarta.

Honer, W.G., Thornton, A.E., Eric, Y.H., Chen, M.D., Raymond, C.K., Chan

P.D., Jessica, O.Y., Wong, M.B., Bergmann, A.M.D., Falkai, P.M.D.,

Clotet, E.P., McKenna, P.J., Stip, E., Williams, R.,G., MacEwan, W.G.,

Wasan, K., Ric Procyshyn, R., 2006. Clozapine Alone versus Clozapine

and Risperidone with Refractory Schizophrenia http://www.nejm.org/doi

/pdf/10.1056/NEJMoa053222.

Kaplan, H. I., et al., 2010. Synopsis of Psychiatry. Kusuma, W. 2010 (Alih

Bahasa), Binarupa Aksara, Tangerang.

Katon, W.J., Lin, E.H.B., Korff, M.V., Ciechanowski, P., Ludman, E.J., Young,

B., Peterson, D., Rutter, C.M., McGregor, M, McCulloch, D., 2010.

Collaborative Care for Patients with Depression and Chronic Illnesses.

http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMoa1003955.

Maramis, W.F., et al., 2009. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga Univerity Press,

Jakarta.

Puri, B.K., et al., 2008. Buku Ajar Psikiatri. EGC, Jakarta.

Ray, W.A., Chung, C.P., Murray, K.T., Hall, K, Stein, C.M., 2009. Atypical

Antipsychotic Drugs and the Risk of Sudden Cardiac Death.

http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMoa0806994.

Rosenheck, R.A., Krystal, J.H., Lew, R., Barnett, P.G., Fiore, L., Valley, D.,

Thwin, S.S., Vertrees, J.E., 2011. Long-Acting Risperidone and Oral

Antipsychotics in Unstable Schizophrenia. http://www.nejm.org/doi/pdf

/10.1056/NEJMoa1005987.

Page 24: laporan rsj

Sadock, B.J., et al., 2010. Kaplan & Sadock’s Concise Textbook of Clinical

Psychiatry. Nisa, T.M. 2010 (Alih Bahasa), EGC, Jakarta.

Ungvari S Gabor, carooff NS , Grevish Lozsef ., 2009. The catatonia conundrum : evidence of psychomotor phenomena as a symptom dimension in psychotic disorders. http://web.ebscohost.com/ehost/detail?vid=6&hid=9&sid=04033a59-a8e9-41a2-92006db520f19b05%40sessionmgr13&bdata=JnNpdGU9ZWhvc3QtbGl2ZQ%3d%3d

Ma Jun , Xiao Lan ,. 2009 . Obesity and depression in US women : Results from the 2005 – 2006 National http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=a405fef6-fac0-4496-85ac-be27c4a6814b%40sessionmgr13&vid=1&hid=9Health and Nutritional examination

Walther Sebastian, Horn Helge, Razavi Nadja , Koschorke , J . muller Thomas, Stik Werne., 2009 . Quantitative Motor activity differentiates schizophrenia Subtypes

http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=c0ea6668-4bab-439f-a711-bf98a80aa0de%40sessionmgr11&vid=1&hid=9

Hodgins Sheilagh, Licoln Tania , Mak Tim ,. 2008 . Experiences of victimization and depression are assiociated with community functioning among men schizophrenia

http://www.springerlink.com/content/p7pug717491h1578/

Page 25: laporan rsj

LAMPIRAN