laporan resmi praktikum lapangan sistematika hewan - copy

52
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07- 13 Berlaku sejak 03 Maret 2008 LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00 LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 1 dari LAPORAN RESMI PRAKTIKUM LAPANGAN SISTEMATIKA HEWAN KEMELIMPAHAN FAUNA DI AREA PERSAWAHAN PIYUNGAN, HUTAN WANAGAMA, PANTAI BARON DAN PANTAI SEPANJANG YOGYAKARTA Nama : Nike Dwiyanti NIM : 11/312964/BI/08598 Gol/Kel : A/5 Asisten : Teo Sukoco LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Upload: heru-budianto

Post on 29-Nov-2015

1.135 views

Category:

Documents


67 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 1 dari

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM LAPANGAN SISTEMATIKA HEWAN

KEMELIMPAHAN FAUNA DI AREA PERSAWAHAN PIYUNGAN, HUTAN

WANAGAMA, PANTAI BARON DAN PANTAI SEPANJANG YOGYAKARTA

Nama : Nike Dwiyanti

NIM : 11/312964/BI/08598

Gol/Kel : A/5

Asisten : Teo Sukoco

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN

FAKULTAS BIOLOGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 2 dari

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan laporan resmi praktikum lapangan Sistematika Hewan ini

sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan. laporan resmi praktikum lapangan Sistematika

Hewan ini disusun untuk melengkapi pra syarat pelaksanaan responsi praktikum

Sistematika Hewan di laboratorium Sistematika Hewan Fakultas Biologi Universitas

Gadjah Mada yang bertujuan untuk memperoleh wawasan yang lebih mendalam tentang

keanekaragaman hewan di area persawahan Piyungan, hutan Alas Bunder Wanagama,

Pantai Baron dan Pantai Sepanjang Yogyakarta.

Dalam menyusun laporan ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

masukan yang berarti dari berbagai pihak. Dengan terselesaikannya penyusunan laporan

ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dekan dan Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Biologi

Universitas Gadjah Mada,

2. Drs. Tri Joko, M.Si, Drs. Bambang Agus Suripto, S.U., M.Sc., selaku dosen pengampu

mata kuliah Sitematika Hewan,

3. Kordinator dan asisten pembimbing praktikum lapangan yang telah membimbing

penulis dalam melakukan sampling dan identifikasi ,

4. Teo Sukoco, S.Si selaku pembimbing kelompok yang telah memberi bimbingan dan

arahan,

5. Keluarga dan kerabat yang telah secara ikhlas telah mendukung dan mendoakan

penulis,

6. Seluruh civitas akademika Fakultas Biologi UGM atas bantuannya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan

kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan laporan yang disusun.

Yogyakarta, Juni 2013

Penulis

Page 3: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 3 dari

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan…………………………………………………………………..….. ii

Pengantar …………………………………………………………………………………. iii

Daftar Isi ………………………..…………………………………………………….…… v

Daftar Gambar ……………………………………………………………...…………….. vi

Daftar Lampiran ……………………………………………………………...……….… viii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang ………………………………………...……………………… 1

B. Permasalahan ………………………………………..…………………...…… 1

C. Tujuan ……………………………………………………………………….… 2

Bab II Tinjauan Pustaka ………………………………...………………………………... 3

Bab III Metode Penelitian

A. Lokasi dan Waktu ………..…………………..……………………………… 12

B. Deskripsi Lokasi ……………………………………..…………………….… 12

C. Alat dan Bahan ………………………………………………………………..13

D. Cara Kerja ………………………………………………………………….… 17

Bab IV Hasil dan Pembahasan ……………………………..………………………….… 19

Bab V Simpulan ……………………………………………………………………….… 30

Daftar Pustaka …………...…………………………………………………………….… 31

Lampiran ……………………………...…………………………………………………. 32

Page 4: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 4 dari

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kondisi lokasi areal persawahan di daerah Piyungan, Bantul, Yogyakarta

Tanggal 21

Mei 2011

……………………………………………………………………………..… 3

Gambar 2. Kondisi lokasi salah satu tempat sampling di Hutan Wanagama, Gunung Kidul,

Yogyakarta tanggal 21 Mei 2011

…………………………………………………… 4

Gambar 3. Kondisi lokasi Pantai Sundak, Yogyakarta tanggal 21 Mei 2011

…………………. 5

Gambar 4. Salah satu spesies dari Kelas Holothuroidea yang menyemburkan cairan untuk

perlindungan diri terhadap musuhnya ……………………………………………..… 12

Gambar 5. Perbandingan jumlah individu pada tiap spesies Mollusca dan Helminthes yang

ditemukan di Piyungan dan Hutan Wanagama …………………………….…

19

Gambar 6. Perbandingan jumlah individu pada tiap Ordo serangga yang ditemukan

di Piyungan dan Hutan Wanagama …………………………………………...

20

Gambar 7. Perbandingan jumlah individu pada tiap spesies Herpetofauna yang

ditemukan di Piyungan dan Hutan Wanagama ………………………….....…

20

Gambar 8. Perbandingan jumlah individu pada tiap spesies Avifauna yang ditemukan

di Piyungan dan Hutan Wanagama …………………………………………...

21

Gambar 9. Beberapa contoh hewan laut yang ditemukan di TPI Pantai Baron, antara lain

(a.) cumi; (b.) Ikan bawal merah; (c.) udang dan (d.) kepiting …………….…

28

Gambar 10. Echinus sp. dari sisi oral dan aboral …………………………………………

30

Page 5: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 5 dari

DAFTAR LAMPIRAN

Data Arthropoda

Data Herpetofauna

Data Avifauna

Data Mollusca-Helminthes

Data hewan laut TPI Pantai Baron

Data hewan laut Pantai Sepanjang

Page 6: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 6 dari

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kingdom Animalia merupakan salah satu kingdom yang memiliki anggota yang

sangat melimpah dan sangat beraneka ragam. Kemelimpahan animalia sangat

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan ketersediaan makanan. Dalam praktikum

lapangan ini, dipilih daerah terestial dan daerah akuatik sebagai wilayah objek kajian.

Daerah terestial yang dipilih adalah area persawahan Piyungan dan hutan Wanagama,

sementar daerah akuatik yang dipilih adalah pantai Baron dan pantai Sepanjang.

Seperti yang kita ketahui, keempat daerah tersebut memiliki karakter dan kondisi

lingkungan yang berbeda. Komunitas sawah merupakan salah satu jenis komunitas

dimana sekumpulan populasi organisme dapat berinteraksi dengan lingkungannya.

Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang,

burung, ular, katak, dan cacing. Hutan Wanagama dipilih karena kondisi

lingkungannya yang masih alami dan mempertahankan keadaan seperti hutan alami,

meskipun Hutan Wanagama adalah hutan buatan (arboretum) dalam skala luas yang

didesain sedemikian rupa agar menyerupai keadaan hutan asli. Pada daerah akuatik,

ada dua sub wilayah yang diamati, yakni Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pantai Baron

dan Pantai Sepanjang, Gunung Kidul Yogyakarta. Pengamatan di TPI Pantai Baron

dipilih untuk mengetahui keanekaragaman hewan yang diambil dari laut dan yang

dijual sehingga dapat diperkirakan hewan apa saja yang dapat ditemukan di daerah

laut. Untuk daerah Pantai Sepanjang, tempat ini dipilih untuk mengetahui komunitas

hewan penyusun daerah pantai beserta kemelimpahannya. Berdasarkan perbedaan

keempat tempat di atas akan dilihat bagaimana dan apa saja hewan-hewan penyusun

daerah tersebut beserta kemelimpahannya di alam. Oleh karena itu, praktikum lapangan

sistematika hewan perlu dilakukan.

B. PERMASALAH

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya, muncul

permasalahn ilmiah yaitu bagaimana kemelimpahan dan apa saja hewan-hewan

penyusun area persawahan Piyungan, hutan Wanagama, pantai Baron dan pantai

Page 7: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 7 dari

Sepanjang Yogyakarta? Dan hewan apa saja yang paling banyak ditemukan diwilyah

tersebut?.

C. TUJUAN

Praktikum lapangan ini dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari

kemelimpahan dan mengetahui hewan penyusun komunitas persawahan Piyungan,

hutan Wanagama, pantai Baron dan pantai Sepanjang Yogyakarta.

Page 8: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 8 dari

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum, hewan dikelompokkan menjadi hewan avetebrata yang tidak

memiliki tulang belakang dan hewan vetebrata yang memiliki tulang belakang. Campbell

dkk. (2003) mengklasifikasikan hewan avetebrata dan vetebrata menjadi 9 filum yaitu:

1. Filum Porifera

Porifera berasal dari kata “porus” (lubang-lubang kecil) dan “fera”

(mengandung). Jadi, porifera berarti hewan yang memiliki pori. Contoh hewan dari

filum ini adalah spons. Spons bersifat sesil dan memiliki tubuh berpori serta

koanosit. Spons tidak memiliki jaringan dan organ (parazoa). Mereka merupakan

filter feeder yang memperoleh makanan dengan menyaring air melalui pori. Filum

porifera memiliki 3 kelas berdasarkan struktur penyusun rangka, yaitu kelas

Calcarea, kelas Hexactinellida, dan kelas Demospongiae.

2. Filum Cnidaria

Coelenterata ciri coelenterata berasal dari kata “koilos” yang berarti rongga

tubuh atau “selom” dan “enteron” yang berarti usus. Jadi coelenterata artinya

rongga yang berfungsi sebagai usus. Coelenterata hidupnya di perairan laut maupun

air tawar. Hewan ini merupakan hewan bersel banyak (multiseluler). Sebagian

besar hewan cnidaria adalah karnivora laut bertentakel dengan alat pertahanan diri

cnidosit (sel yang mengandung racun). Hewan ini memiliki 2 bentuk tubuh yaitu

polip yang sesil dan medusa yang mobil. Saluran pencernaan tidak sempurna.

Filum ini terdiri atas 3 kelas yaitu Hydrozoa (contoh : Hydra sp.), Scyphozoa

(Contoh : Aurelia aurita), dan Anthozoa (Contoh: Anemon laut : Metridium

marginatum; dan Karang laut : Tubiphora musica).

3. Filum Platyhelmintes

Filum ini mencakup semua cacing pipih. Tubuh pipih dorsoventral dan tidak

berbuku-buku. Hewan ini memiliki rongga gastrovaskular namun tidak memiliki

saluran pencernaan. Platyhelminthes merupakan cacing yang tergolong triploblastik

aselomata karena memiliki 3 lapisan embrional yang terdiri dari ektoderma,

endoderma, dan mesoderma. Namun, mesoderma cacing ini tidak mengalami

spesialisasi sehingga sel-selnya tetap seragam dan tidak membentuk sel khusus.

Page 9: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 9 dari

Umumnya, golongan cacing pipih hidup di sungai, danau, laut, atau sebagai parasit

di dalam tubuh organisme lain. Platyhelminthes dapat dibedakan menjadi 3 kelas,

yaitu Turbellaria (cacing bulu getar), Trematoda (cacing hisap), Monogenea, dan

Cestoda (cacing pita).

4. Filum Nemathelmintes

Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, “nema” = benang, “helminthes” =

cacing) karena tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti benang dan tidak

bersegmen. Berbeda dengan Platyhelminthes yang belum memiliki rongga tubuh,

Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh

sejati. Oleh karena memiliki rongga tubuh semu, Nemathelminthes disebut sebagai

hewan Pseudoselomata karena rongga tubuhnya masih belum sejati (masih semu).

Nemathelminthes hidup bebas atau parasit pada manusia, hewan, dan tumbuhan.

Nemathelminthes yang hidup bebas berperan sebagai pengurai sampah organik,

sedangkan yang parasit memperoleh makanan berupa sari makanan dan darah dari

tubuh inangnya. Habitat cacing ini berada di tanah becek dan di dasar perairan

tawar atau laut. Nemathelminthes parasit hidup dalam inangnya. Nemathelminthes

dibagi menjadi dua kelas, yaitu Nematoda dan Nematophora.

5. Filum Annelida

Annelida (dalam bahasa latin, “annulus” = cincin) atau cacing gelang adalah

kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan Platyhelminthes dan

Nemathelminthes, Annelida merupakan hewan tripoblastik yang sudah memiliki

rongga tubuh sejati (hewan selomata). Namun Annelida merupakan hewan yang

struktur tubuhnya paling sederhana. Bentuk tubuhnya simetris bilateral dan

bersegmen menyerupai cincin. Annelida memiliki segmen di bagian luar dan dalam

tubuhnya. Antara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut

septa. Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga

ada yang sebagian hidup di tanah atau tempat-tempat lembab. Annelida dibagi

menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta (cacing berambut banyak, contoh : Nereis sp.),

Oligochaeta (cacing berambut sedikit, contoh: Pheretima sp.), dan Hirudinea

(contoh : Hirudo sp.).

Page 10: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 10 dari

6. Filum Mollusca

Phylum Mollusca, dari bahasa Latin “molluscus” = lunak merupakan hewan

triploblastik selomata yang bertubuh lunak. Ke dalamnya termasuk semua hewan

lunak dengan maupun tanpa cangkang, seperti berbagai jenis siput, kiton, kerang-

kerangan, serta cumi-cumi dan kerabatnya. Moluska merupakan filum terbesar

kedua dalam kerajaan binatang setelah filum Arthropoda. Moluska hidup di laut, air

tawar, payau, dan darat. Tubuh tidak bersegmen, simetri bilateral. Tubuhnya terdiri

dari “kaki” muskular, dengan kepala yang berkembang beragam menurut kelasnya.

Kaki dipakai dalam beradaptasi untuk bertahan di substrat, menggali substrat, atau

melakukan pergerakan. Tubuh hewan ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kaki,

badan, dan mantel.

7. Filum Arthropoda

Arthropoda merupakan kelompok hewan yang paling sukses di planet ini

karena dengan hampir semua ukuran dari yang paling kecil hingga yang paling

besar, mereka telah menaklukkan lingkungan darat, laut dan udara. Pada konservasi

estimasi, diperkiran jumlah arthopoda yang terdapat di hutan tropis berjumlah 6-9

juta spesies. Arthropoda berkisar dalam distribusi dari laut dalam ke puncak

gunung. Meskipun keragaman ini luar biasa, susunan dasar tubuh arthropoda cukup

konstan. Arthropoda memiliki kutikula kaku dibuat sebagian besar dari kitin dan

protein, membentuk sebuah exoskeleton yang mungkin atau mungkin tidak lebih

kaku dengan kalsium karbonat. Mereka memiliki tubuh tersegmentasi dan

menunjukkan berbagai pola segmen fusi (tagmosis) untuk membentuk unit terpadu

(kepala, perut, dan sebagainya) (Thomas, 1990). Sejumlah karakteristik penting

yang dimiliki oleh sebagian besar anggota filum ini adalah bilateral simetris

protostomes dengan tubuh sangat tersegmentasi. Segmentasi mempengaruhi baik

struktur eksternal dan internal. Beberapa segmen menyatu untuk membentuk

daerah tubuh khusus yang disebut tagmata (proses dan kondisi fusi disebut

tagmosis). Tubuh ditutupi dengan exoskeleton terutama terdiri dari kitin

(polisakarida) dalam matriks protein, lipid, protein lain, dan kalsium karbonat juga

berperan. Arthropoda umumnya tumbuh dengan molting exoskeletons mereka

dalam proses yang disebut ecdysis. Gerakan pelengkap dikendalikan terutama oleh

sistem otot yang kompleks, dibagi menjadi komponen halus dan lurik seperti pada

Page 11: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 11 dari

chordata. Kebanyakan arthropoda memiliki sepasang mata majemuk dan satu

sampai beberapa sederhana ("median") mata atau ocelli, salah satu atau kedua jenis

mata dapat dikurangi atau tidak ada dalam beberapa kelompok. Arthropoda adalah

eucoelomate dengan coelom dibentuk oleh schizocoely, tetapi volume coelom jauh

berkurang dan biasanya terbatas pada bagian-bagian dari sistem reproduksi dan

ekskretoris. Sebagian besar rongga tubuh adalah "hemocoel," terbuka atau ruang

yang penuh dengan jaringan longgar, sinus, dan darah. Sistem peredaran darah

terbuka dan terdiri dari jantung, arteri, dan ruang terbuka hemocoel tersebut. Usus

lengkap. Respirasi terjadi melalui permukaan tubuh, dan / atau melalui insang,

tracheae, atau buku paru-paru. Sistem saraf seperti annelida, dengan otak (=

ganglion otak) dan cincin saraf yang mengelilingi faring yang menghubungkan otak

dengan sepasang tali saraf ventral. Kebanyakan arthropds dioecious dan telah

dipasangkan organ reproduksi (ovarium, testis). Kebanyakan bertelur, dan

pengembangan sering melanjutkan dengan beberapa bentuk metamorfosis (Myers,

2001).

Secara umum, arthropoda diklasifikasikan sebagai berikut:

Insecta

Contoh: Belalang, kupu-kupu, kumbang, semut, dll 1.000.000 spesies

dunia

segmentasi tubuh: kepala, dada, perut

memiliki enam kaki yang melekat pada dada (yang memiliki 3 segmen)

pada dewasa memiliki satu atau dua pasang sayap yang melekat pada

thorax (beberapa tidak memilikinya)

mempunyai antena

mata majemuk lateralis

Arachnida

Contoh: Laba-laba, kalajengking, kutu, tungau, dll 65.000 spesies dunia

Segmentasi tubuh: cephalothorax, abdomen

Memiliki delapan kaki

Memiliki bagian mulut yang disebut chelicerae (pada laba-laba taring)

Crustacea (teknis subphylum)

Page 12: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 12 dari

Meliputi kepiting, udang, lobster, teritip, isopoda dll 44.000 spesies

dunia

dua daerah tubuh

dua pasang antena

5 atau lebih pasang kaki

terutama air, beberapa terestrial

Chilopods

Lipan. 2.800 spesies

kepala yang jelas

pasangan pertama kaki dimodifikasi untuk envenomation

diratakan atas ke bawah

satu pasang kaki per segmen

sepasang antena

Diplopods

Kaki Seribu. 10.000 spesies

dua pasang kaki per segmen, pertama empat segmen memiliki 1 kaki

pasangan

sepasang antena

kepala yang jelas

biasanya silinder

(Anonim1,

1997)

8. Filum Echinodermata

Phylum Echinodermata (dari bahasa Yunani untuk kulit berduri) adalah

sebuah filum hewan laut yang mencakup bintang laut, teripang, dan beberapa

kerabatnya. Kelompok hewan ini ditemukan di hampir semua kedalaman laut.

Hewan-hewan ini juga mudah dikenali dari bentuk tubuhnya: kebanyakan memiliki

simetri radial, khususnya simetri radial pentameral (terbagi lima). Walaupun

terlihat primitif, Echinodermata adalah filum yang berkerabat relatif dekat dengan

Chordata (yang di dalamnya tercakup Vertebrata), dan simetri radialnya berevolusi

secara sekunder. Lima kelas yang masih hidup sekarang mencakup Asteroidea

Page 13: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 13 dari

(bintang laut), Crinoidea (lili laut), Echinoidea (bulu babi), Holothuroidea (teripang

atau ketimun laut), Ophiuroidea (bintang ular).

9. Filum Chordata

Pada phylum Chordata, hewan yang dikelompokkan dalam kelompok ini memiliki

ciri berupa empat struktur anatomis yang muncul saat perkembangan embrio, yaitu:

1. Notochord

Merupakan suatu batang fleksibel dan longitudinal yang terdapat diantara

saluran pencernaan dan tali syaraf. Terdiri dari sel-sel besar penuh cairan

yang tebungkus dalam jaringan serat yang agak kaku dan menyokong

kerangka di sebagian besar panjang tubuh hewan tersebut. Struktur ini

masih tetap ada hingga hewan tersebut dewasa pada chordata invertebrate

dan vertebrata primitif.

2. Tali syaraf dorsal yang berlubang

Tali syaraf chordata berkembang dari suatu lempengan ektoderm yang

menggulung menjadi suatu bentuk tabung yang terletak dorsal terhadap

notochordanya. Tali syaraf ini akan berkembang menjadi otak dan tulang

belakang.

3. Celah faring

Saluran pencernaan chordate memanjang dari mulut hingga anus. Daerah

yang letakknya di posterior mulut adalah faring, yang membuka ke arah

bagian luar hewan melalui beberapa pasang celah.

4. Ekor pasca anus yang berotot

Ekor memanjang kearah posterior terhadap anus. Ekor Chordata memiliki

unsur otot kerangka serta menyediakan sebagian besar gaya dorong pada

spesies akuatik.

(Anonim2, tanpa tahun)

Filum ini adalah filum yang paling familiar untuk manusia karena manusia

termasuk kedalam filum ini. Kelompok hewan Chordata merupakan kelompok

hewan yang awalnya dikelompokkan karena memiliki tulang belakang/ vertebra.

Pada klasifikasi modern, kelompok ini dibagi menjadi tiga subphylum, yakni

Urochordata (tunicates), Cephalachordata (lancelets) dan Vetebrata. Pada

subphylum Urochordata dan Cephalochordata tidak memiliki vertebrae. Dua filum

Page 14: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 14 dari

pertama adalah filum yang sangat kecil yang hanya berisi sekitar 2.000 total

spesies. Tunicates adalah hewan laut yang hanya menampilkan atribut dari filum

Chordata dalam tahap larva, dan ketika mereka berubah menjadi dewasa mereka

kehilangan notochord dan saraf. Tunicates dewasa terlihat seperti kantung kecil di

sekitar 3 cm yang melekat pada dasar laut. Lancelets, yang mirip dalam penampilan

dengan ikan-ikan kecil, memiliki chord saraf dan notochord pada tahap menuju

kedewasaan tetapi sangat sederhana dalam struktur dan kekurangan tulang

punggung (Anonim2, tanpa tahun). Subfilum yang ketiga yaitu vetebrata mungkin

berasal dari ancestor Amphioxus namun ada juga teori yang menyatakan bahwa

vetebrata berasal dari bentuka larva Tunicates. Beberapa karakter umum vetebrata

yaitu:

1. Vertebraunit kerangka yang mengelilingi sumsum saraf

2. Otak tertutup dalam tengkorak

3. sebuah endoskeleton yang akan tumbuh seperti arthropoda yang harus ganti

kulit namun pada vetebrata bersifat permanen

4. sistem peredaran darah tertutup dengan hati ventral

5. ekskresi melalui ginjal

6. sebagian besar, alat reproduksi jantan dan betina terpisah (dengan beberapa

kasus parthenogenesis)

(Carter, 1997)

Carter (1997) mengklasifikasikan Chordata sebagai berikut:

A. Superkelas Agnatha

Merupakan hewan yang tidak berahang, kerangka berupa tulang rawan,

lidah seperti parut, notochord tetap ada sepanjang hidup, hidup secara akuatik

(laut dan air tawar), dan tidak memiliki anggota badan yang berpasangan.

Contohnya Lamprey dan hagfish.

B. Superkelas Gnathostomata

Merupakan hewan yang memiliki rahang berengsel, notochord sebagian

besar atau seluruhnya tergantikan oleh vertebrae dan anggota badan

berpasangan. Terdapat enam kelas, yakni:

Page 15: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 15 dari

Kelas Chondrichthyes

Merupakan kelompok ikan bertulang rawan, contohnya ikan hiu

dan ikan pari. Mereka memiliki kerangka tulang rawan, bukan tulang

sejati. Mereka tidak dapat mengapung seperti ikan lain sehingga mereka

harus berenang atau tenggelam. Seperti ikan lainnya mereka memiliki

sistem gurat sisi yang mendeteksi perbedaan tekanan air.

Kelas Osteichthyes

Merupakan kelompok ikan yang bertulang sejati, contohnya ikan

nila (Oreochromis niloticus). Kelas Ini adalah yang paling banyak dari

semua kelas vertebrata. Pada ikan, O2 dipertukarkan melalui insang,

yang ditutupi oleh operkulum. Mereka memiliki the swim bladder yang

digunakan untuk mengontrol daya apung, sehingga tidak seperti kelas

Chondrichthyes, ikan bertulang sejati dapat diam di kedalaman apapun

dan tidak tenggelam.

Kelas Amphibia

Merupakan kelompok hewan yang dapat hidup di dua alam,

yakni di darat dan di air. Larva hidup di air dan bernafas menggunakan

insang, fase dewasanya hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru

dan dengan alat bantu pernapasan melalui kulit (mengalami

metamorfosis). Mereka adalah vertebrata darat pertama. Telur mereka

tidak memiliki kulit telur.

Kelas Reptilia

Merupakan vertebrata pertama yang menyesuaikan diri terhadap

lingkungan yang kering, tubuh dipenuhi sisik, berjalan melata dan

bernafas melalui paru-paru. Contohnya adalah buaya. Telur mereka

memiliki cangkang yang kasar. Reptil bersifat eksotermik (exo = keluar,

luar), yaitu mereka mempertahankan suhu tubuh mereka melalui cara-

cara eksternal seperti menjemur di atas batu atau mencari naungan.

Kelas Aves

Karakteristik utama burung adalah bahwa mereka memiliki bulu.

Tulang burung yang ringan untuk terbang. Tungkai depan temodifikasi

menjadi sayap, pernafasan melalui paru-paru dan pembuahan terjadi

Page 16: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 16 dari

secara internal. Burung bersifat endotermik (endo = dalam, bagian

dalam) yaitu mereka mengontrol suhu tubuh mereka dari dalam (mereka

"berdarah panas"). Penglihatan burung adalah yang terbaik dari semua

vertebrate. Telur dan burung muda terkadang lebih bersifat eksotermik

(tidak mampu mengontrol suhu tubuh mereka dari dalam) dan

sebagainya harus diperam / diinkubasi oleh orang tua.

Anggotanya juga menghasilkan telur amniotic bercangkang, seperti

halnya kelompok Reptilia.

Kelas Mammalia

Merupakan kelompok hewan yang tubuhnya memiliki rambut

dan kelenjar mammae (kelenjar susu). Rambut tersebut dapat

melindungi diri dari cuaca dingin. Memiliki diafragma yang

memventilasi paru-paru, endotermik dan bersifat vivipar (kecuali

Monotremata). Mamalia memiliki diafragma untuk membantu dalam

respirasi dan bersifat endotermik.

Gambar 1. Phylogeny tree kingdom Animalia (Anonim3, tanpa tahun).

Page 17: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 17 dari

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. LOKASI DAN WAKTU

Praktikum lapangan sistematika hewan ini dilakukan pada tanggal 11 mei 2013

dimulai pada pukul 6 pagi hingga 9 malam. Lokasi yang dipilih untuk praktikum

lapangan ini adalah area persawahan Piyungan, hutan Alas Bunder Wanagama,

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pantai Baron dan pantai Sepanjang, Gunung Kidul

Yogyakarta.

B. DESKRIPSI LOKASI

Lokasi pertama yaitu persawahan Piyungan terdapat areal persawahan yang

cukup luas dan pada saat pengamatan, kondisi sawah masih dalam masa tanam dengan

cuaca yang mendung dengan suhu sekita 23o C dan kelembaban 92 %. Pengamatan

dilakukan pada pukul 08.00 hingga 09.00. Ada beberapa hal yang diamati, yaitu

kemelimpahan Insecta, Mollusca-Helminthes, Avifauna, dan Herpetofauna.

Lokasi kedua adalah Hutan Wanagama di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta.

Lokasi ini memiliki hutan kanopi yang cukup teduh sehingga memungkinkan seluruh

fauna dapat hidup, khususnya Arthropoda, Mollusca-Helminthes, Avifauna dan

Herpetofauna. Pengamatan dilakukan sampai sekitar pukul 11.00 WIB. Kondisi cuaca

cerah dengan suhu 37o C dan kelembaban 75 %.

Lokasi ketiga adalah daerah pantai. Untuk lokasi pantai dibagi menjadi dua

sub wilayah, yakni Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pantai Baron serta di Pantai

Sepanjang, Gunung Kidul, Yogyakarta. Pertama kali sampling dilakukan di TPI Pantai

Baron, yakni mengamati dan mendata segala hewan air yang dijual di tempat tersebut.

Setelah itu lokasi pengamatan menuju Pantai Sepanjang untuk mengamati diversitas

hewan laut (terutama avetebrata) secara langsung di alam. Cuaca pada saat

pengamatan cerah. Pengamatan dilakukan pada pukul 13.00-14.00 di TPI Pantai Baron

dan pukul 14.30-17.00 di Pantai Sepanjang.

Page 18: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 18 dari

Gambar 2. Pantai Sepanjang, Gunung Kidul Yogyakarta (Sumber: dokumentasi

pribadi)

C. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum lapangan ini adalah tool box 1 buah

sebagai wadah peralatan; jarum pentul 5 set untuk insectariums; kuas lukis 1 buah

untuk membersihkan hewan yang dikoleksi; kiliing bottle beserta tutupnya yang

didalamnya telah diberi karet, kapas, kertas karton, dan sedikit kloroform sebanyak 2

buah untuk membius hewan yang dikoleksi; syirink 2 buah yaitu yang berukuran 1 mL

dan 5 mL untuk menginjeksikan alkohol atau kloroform; plastik ukuran 2 kg sebanyak

1 bungkus sebagai wadah hewan yang dikoleksi; pinset untuk mengambil fauna yang

akan dijadikan spesimen; botol jam sebanyak 3 buah untuk wadah hewan koleksi;

ember sebagai wadah hewan laut; botol flakon besar 10 buah sebagai wadah hewan

yang dikoleksi; spidol marker untuk melabeli plastic; box kertas HVS yang telah

dilengkapi dengan sterofoam sebagai wadah insectarium; alat tulis (clipboard, pulpen,

pensil, mika, penggaris); pengukur parameter lingkungan; teropong untuk membantu

identifikasi avifauna; sweepnet untuk menangkap serangga; field guide burung

identifikasi burung untuk memudahkan dalam pengidentifikasian burung di lokasi

sampling; dan kamera untuk mengambil gambar fauna di tempat sampling dan lokasi

penelitian. Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian lapangan ini adalah 1 buah

stereofoam dengan ketebalan 1.5 cm sebagai media penempelan insect (insectarium);

kertas papilot ukuran 30x20 cm sebanyak 10 buah untuk amplop koleksi insect; kertas

Page 19: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 19 dari

carding 20 buah; alcohol; kloroform untuk membius hewan koleksi (helminthes,

athropoda) dan label untuk melabeli hewan sampling.

D. CARA KERJA

Dalam penelitian lapangan ini diperlukan adanya tahapan kerja utama, yakni sbb:

1. Persiapan di Laboratorium

Box kertas HVS kosong disiapkan dan stereofoam dipotong-potong

seukuran lebar bagian dalam HVS box dan ditata rapi di dalam HVS box. Kertas

papilot ukuran 30x20 cm dilipat secara diagonal dan kedua sisinya yang bersisa

dilipat. Killing bottle diisi dengan kapas, kemudian karet gelang dipotong-

potong, dan kertas karton yang telah dilubangi, lalu disemprotkan kloroform

dengan menggunakan syrink. Setelah itu alkohol diisikan ke dalam masing-

masing botol flakon hingga setengahnya. Semua peralatan kertas dan streofoam

dimasukkan dalam box HVS, peralatan gelas, plastik dan cairan-cairan pembius

dimasukkan dalam tool box.

2. Lapangan

Sampling dilakukan di tiga tempat terpisah, yaitu Sawah Piyungan, Hutan

Bunder Wanagama, TPI Pantai Baron, dan Pantai Sepanjang. Herpetofauna,

Mollusca, dan Helmifauna yang ditemukan ditangkap dan dimasukkan dalam

kantong plastik atau botol flakon (untuk Helmifauna). Jika tidak bisa ditangkap,

cukup diambil gambarnya saja atau diidentifikasi morfologinya. Untuk avifauna,

cukup diamati dengan menggunakan teropong dan diamati secara morfologi.

Untuk Arthropoda khususnya Insecta, ditangkap dengan menggunakan sweepnet

dan dimasukkan dalam botol flakon untuk insect kecil seperti semut,

dimasukkan dalam kertas papilot untuk yang memiliki sayap yang lebar seperti

kupu-kupu dan capung dan dimasukkan dalam killing botle untuk insect yang

berukuran cukup besar seperti belalang. Setelah semua insect yang dikoleksi

mati, dilakukan preparasi dengan membuat insectariums yang kemudian

disimpan dalam kardus HVS. Ikan yang dijual di TPI Pantai Baron diidentifikasi

dengan metode interview pada sejumlah pedagang kemudian didata dan

ditabulasi. Untuk fauna laut (Mollusca, Echinodermata, Helminthes,

Arthropoda) di Pantai Sepanjang, hewan yang disampling diambil dan

Page 20: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 20 dari

dimasukkan dalam ember dan botol jam. Sampling di 3 lokasi pertama dilakukan

sekitar 1 jam dan untuk pantai Sepanjang dilakukan selama 2 jam.

3. Identifikasi di Laboratorium

Hewan yang telah ditangkap selama sampling dikumpulkan dan dibuat

insectariumnya (untuk Insecta) dan kemudian diidentifikasi kembali. Serta

specimen lainnya diidentifikasi lebih lanjut dan dibuat preparat. Data hasil

penelitian lapangan tiap golongan hewan yang diperoleh tiap kelompok,

dikumpulkan dan ditabulasi menjadi data angkatan.

Page 21: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 21 dari

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh hasil sebagai berikut:

Sarepta speciosa

Pomacea sp.

Pilla ampullacea

Pheretima sp.

Melanoides spp.

Lymnea sp.

Bivalvia

Bellamya sumatrensis

Achatina fulica

0 5 10 15 20 25 30 35

Kemelimpahan Helminthes-Moluska di Kawasan Persawahan Piyungan

Jumlah Relatif

Gambar 3. Kemelimpahan Helmintas-Mollusca di persawahan Piyungan

Occidozyga lima

Fejervarya sp.

Fejervarya cancrivora

Duttaphyrinus melanostictus

0 10 20 30 40 50 60

Kemelimpahan Herpetofauna di Kawasan Persawahan Piyungan

Jumlah Relatif

Gambar 4. Kemelimpahan Herprtofauna di persawahan Piyungan

Page 22: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 22 dari

Pycnonotus goiavier

Prinia sp.

Passer mantarus

Lonchura lescogastroides

Halycon sp.

Columba livia

Collocalia linchii

Collocalia esculenta

Cisticola juncidis

Artamus leucorhyncus

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Kemelimpahan Avifauna di Kawasan Persawahan Piyungan

Jumlah Relatif

Gambar 5. Kemelimpahan Avifauna di Persawahan Piyungan

Monopterus albus

Channa striata

Aplochelus panchax

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

Kemelimpahan Ikan di Kawasan Persawahan Piyungan

Jumlah Relatif

Gambar 6. Kemelimpahan Ikan di persawahan Piyungan

Page 23: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 23 dari

VespidaeTetigonidae

TeneboionidaeStaphyllonidae

PyrgomorphidaePieriidae

NymphalidaeMuschideaMultilidaeMantiidaeLycodidae

LibellulidaeHesperidae

GryllidaeFormicidae

CurculinidaeCrysomelidae

CoccinilidaeCarabidaeArcitideaAlydidae

Acrydidae

0 5 10 15 20 25 30 35

Kemelimpahan Arthropoda di Kawasan Persawahan Piyungan

Jumlah Relatif

Gambar 7. Kemelimpahan Arthropoda di persawahan Piyungan

Page 24: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 24 dari

Unionoida sp.Sulcospira testudinaria

Pilla ampullaceaPheretima sp.

Mermis nigrascensMelanoides spp.

Limax sp.Haemadipsa sp.

Elaproconcha javacencisConeuplecta macrostoma

BivalviaBellamya sumatrensis

Amphidromus javanicusAchatina fulica

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Kemelimpahan Helminthes-Moluska di Kawasan Hutan Wanagama

Jumlah Relatif

Gambar 8. Kemelimpahan Helmintas-Mollusca di hutan Wanagama

Varanus salvatorTelur Bufo sp.

Occidozyga limaHemidactylus frenatus

Gekko geckoGehyra mutilata

Fejervarya limnocharisEutropis sp.

Eutropis multifasciataDuttaphrynus melanostictus

Draco volansDraco sp.

Dendrelaphis sp.Bronchocela jubata

Bronchocela cristatellaBerudu Bufo sp.

0 5 10 15 20 25 30 35

Kemelimpahan Herpetofauna di Kawasan Hutan Wanagama

Jumlah Relatif

Gambar 9. Kemelimpahan Herprtofauna di hutan Wanagama

Page 25: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 25 dari

Zosterops palpebrosusTodirhamphus cloris

Spilornis cheelaPrinia sp.

Picnonotus aurigasterParus major

Orthotomus sepiumNectarinia jungularis

Lonchura leucogastroidesGeopelia striata

Dicaeum trochileumCollocalia linchii

Collocalia esculentaAegithina tiphia

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Kemelimpahan Avifauna di Kawasan Hutan Wanagama

Jumlah Relatif

Gambar 10. Kemelimpahan Avifauna di hutan Wanagama

Rasbora sp.

Puntius binotatus

Poecilia reticulata

Orechromis niloticus

Macrobrachium sp.

Hampala macrolepidota

Channa gachua

0 5 10 15 20 25 30 35

Kemelimpahan Ikan dan Udang di Kawasan Hutan Wanagama

Jumlah Relatif

Gambar 11. Kemelimpahan Ikan dan Udang di hutan Wanagama

Page 26: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 26 dari

VespidaeThomicidae

TettygonidaeTettrigydaeTermitidaeTephntidae

TenebrionidaeSpechidae

SciutelleridaeScarabaeidae

SatyeridaeSarcophagidae

ReduviidaePyrgomorphidae

PompilidaePieriidae

PapillionidaeNymphalidae

LyrcocidaeLibellulidae

IchneumonidaeHesperidae

GryllidaeGeometridae

FulgoridaeFormicidae

CulicidaeCrucomelidae

CoenagrinoidaeBuprestidae

BlattidaeAssilidaeArctidae

AraneidaeApidae

AlydidaeAcrididae

0 5 10 15 20 25 30 35

Kemelimpahan Arthropoda di Kawasan Hutan Wanagama

Jumlah Relatif

Gambar 12. Kemelimpahan Arthropoda di hutan Wanagama

Page 27: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 27 dari

Uupheneus sulphureus

Thunnus alalunga

Stromateus neglatus

Sphyraena genie

Scomberomorus guttatus

Priacanthus blochii

Lutjanus griseus

Lutjanus argentimaculatus

Gnathodon speciosus

Euthynus affinis

Eleotheronema tetradactylum

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Kemelimpahan Ikan di TPI Pantai Baron

Jumlah Relatif

Gambar 13. Kemelimpahan Ikan di TPI Pantai Baron

Portonus sp.Penaeus sp.

Panulirus versicolorPanulirus humarusPanulirus cornatus

Loligo sp.Emerita sp.

0 20 40 60 80 100 120

Kemelimpahan Arthropoda dan Moluska Laut di TPI Pantai Baron

Jumlah Relatif

Gambar 14. Kemelimpahan Arthropoda di TPI Pantai Baron

Page 28: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 28 dari

Turbo sp.Turbinidae

Trochus stellatusTrochus maculatus

Strombus sp.Reticutriton tenuiliratus

Novathaca euglypthaNasarius sp.

Modiolus metcalfeiMitridae

Engina sp.Cypraea sp.

Cypraea capucerpentesCymatium sp.

Conus sp.Conus flavidus

Conus coronatusConus capitanius

CimotiumChiton sp.

BurcidaeBivalvia

Barbatia voliotaAtrina seminoda

0 5 10 15 20 25 30 35

Kemelimpahan Moluska di Pantai Sepanjang

Jumlah Relatif

Gambar 14. Kemelimpahan Mollusca di Pantai Sepanjang

Page 29: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 29 dari

Tripneustes gratillaOphiomastic sp.Ophiocoma sp.

Linckia sp. Heterosentrosus sp.

Echinus sp.Echinometra mathei

Diadema sp.

0 5 10 15 20 25 30 35

Kemelimpahan Echinodermata di Pantai Sepanjang

Jumlah Relatif

Gambar 15. Kemelimpahan Echinodermata di Pantai Sepanjang

Tropus sp.

Penaeus sp.

Nereis sp

Mantis Shrimp

Majidae

Kelomang

Christmas Tree Worm

Anadara sp.

0 5 10 15 20 25 30 35

Kemelimpahan Crustacea dan Helminthes di Pantai Sepanjang

Jumlah Relatif

Gambar 16. Kemelimpahan Crustacea dan Helminthes di Pantai Sepanjang

B. Pembahasan

Pada lokasi sampling di daerah sawah Piyungan, Helmin-Mollusca yang paling

banyak dijumpai adalah Achatina fulica, Pomacea sp. dan Pilla ampulacea karena

ketiga spesies tersebut memang sangat cocok dengan kondisi area persawahan yang

lembab. Selain itu, ketiga jenis spesies tersebut memerlukan padi sebagai temapat

meletakkan telur-telurnya. Itulah sebabnya ketiga spesies tersebut sangat melimpah

Page 30: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 30 dari

di area persawahan. Fejervarya sp. merupakan herpetofauna yang paling banyak

ditemukan diarea persawahan karena makanan dari Fejervarya sp. adalah berupa

serangga-serangga kecil seperti belalang yang banyak ditemui d sawah. Selain itu,

area persawahan yang lembab dan kadang-kadang tergenang air juga sangat

diperlukan oleh Fajervarya sp. untuk melakukan reproduksi. Telur Fejervarya sp.

yang bersifat anamniota membutuhkan air sebagai medium untuk dapat

berkembang. Karena banyaknya jumlah Fejervarya sp. yang ada di persawahan,

maka Fajervarya sp. sering disebut sebagai katak sawah. Avifauna yang banyak

ditemukan di area persawahan Piyungan adalah Lonchura leucogastroides karena

burung yang memiliki nama local burung pipit tersebut adalah burung pemakan biji

(terlihat dari bentuk paruhnya) sehingga memerlukan biji padi sebagai makanannya

sehingga burung tersebut banyak ditemui didaerah sawah. Berdasarkan gambar 7

terlihat keanekaragaman dan kemelimpahan yang tinggi dari Arthropoda. Hel

tersebut dibuktikan dari banyaknya jumlah dan spesien yang ditemukan di area

persawahan Piyungan. Arthropoda yang paling banyak ditemukan adalah arthropoda

dari familia Alydidae, Acrydidae, Formicidae, Libellulidae dan Coccinilidae.

Familia Alydidae dan Acrydidae adalah insect yang bersifat herbivore karena

memakan dauun-daunan sehingga kedua familia tersebut banyak ditemukan di

sawah karena mereka menggunakan daun padi sebagai sumber makanan. Formicidae

berperan sebagai decomposer yang akan mengurai sisa-sisa dedaunan sementara

Libellulidae dan Coccinilidae bersifat predator yang akan memangsa mangsanya

yang lebih kecil seperti insekta kecil yang banyak ditemukan didaerah persawahan.

Pada lokasi sampling kedua, yaitu hutan Alas Bunder Wanagama, Achatina

fulica adalah Mollusca yang paling banyak ditemukan karena keadaan hutan yang

lembab, namun tidak tergenang air dan spesies ini merupakan gastropoda yang telah

teradaptasi dengan lingkungan terestrial. Keanekaragaman herpetofauna di hutan

Alas Bunder Wanagama lebih tinggi dari persawahan Piyungan karena kebanyakan

herpetofauan menyukai habitat yang menyerupai hutan dengan banyak seresah dan

tutupan kanopi yang luas. Jumlah herpetofauna yang ditemukan tidak terlalu banyak

karena sampling dilakukan pada siang hari padahal hampir sebagian herpetofauna

bersifat nokturnal yang akan aktif pada malam hari. Collocalia esculenta adalah

avifauna yang paling banyak dijumpai di hutan Alas Bunder Wanagama. Spesies ini

Page 31: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 31 dari

adalah spesies pemakan serangga. Seperti yang terlihat pada gambar 12,

kemelimpahan insekta di hutan Alas Bunder Wanagama sangat tinggi sehingga akan

meningkatkan jumlah predator serangga, salah satunya adalah burung Collocalia

esculenta. Ikan Rasbora sp. dan Poeciliata reticulata merupakan ikan air tawar yang

banyak dijumpai di sungai dekat hutan Alas Bunder Wanagama hal tersebut

disebabkan karena sungai air tawar adalah habitat yang paling cocok untuk kedua

jenis ikan tersebut. Berdasarkan gambar 12, keanekaragaman dan kemelimpahan

Arthropoda di hutan Alas Bunder Wanagama lebih tinggi dari persawahan Piyungan

karena tumbuhan yang tumbuh di hutan tersebuh beranekaragam (heterogen)

sehingga memungkinkan lebih banyak spesies insekta (terutama insekta herbivora)

hidup. Familia yang paling banyak dijumpai di hutan Alas Bunder Wanagama

adalah Formicidae, Gryllidae, Acrydidae, Fulgoridae dan Pieridae. Formicidae dan

Gryllidae adalah arthropoda dekompeser. Karena kanopi hutan ini cukup luas,

sehingga seresah juga banyak sehingga diperlukan banyak dekomposer untuk

menguraikannya. Banyaknya tumbuhan yang tumbuh menyebabkan populasi dari

Acrydidae dan Fulgoridae yang merupakan insekta herbivora akan meningkat pula

karena tersedianya banyak makanan sehingga proses pertumbuhan dan perkembang

biakan populasi kedua familia tersebut akan meningkat. Sementara Pieridae adalah

insekta yang berperan sebagai polinator karena tumbuhan yang tumbuh di area

Wanagama tidak hanya pepohonan saja tapi juga ada beberapa tumbuhan berbunga.

Tumbuhan berbunga tersebut merupakan sumber makanan bagi Pieridae

(Lepidoptera) yang menghisap nektar.

Ikan Priacanthus bloncii dan Sphyraena genie adalah ikan yang paling banyak

dijumpai di TPI Pantai Baron. Kedua spesies tersebut adalah ikan yang banyak

ditemukan di laut tropis seperti laut-laut di Indonesia. Selain itu, kedua spesies

tersebut adalah spesies yang memiliki nilai ekonomi tinggi karena rasanya enak dan

berharga cukup tinggi sehingga hampir sebagian besar nelayan menangkap ikan-

ikan tersebut untuk dijual kepada konsumen. Tingginya tingkat penangkapan kedua

jenis ikan tersebut dapat membahayakan eksistensi populasi mereka karena beberapa

jenis ikan dari genus yang sama dengan kedua ikan tersebut dilaporkan telah punah

akibat penangkapan besar-besaran oleh nelayan. Sementara Arthropoda dan

Mollusca yang paling banyak ditemui di TPI Baron adalah Loligo sp. dan Penaeus

Page 32: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 32 dari

sp. karena Loligo sp. (Cumi-cumi) dan Penaeus sp. (udang) merupakan salah satu

hewan laut yang banyak digemari oleh konsumen karena rasanya sehingga harga

dipasaranpun tinggi. Selain itu, karena banyaknya permintaan ekspor, menjadikan

Penaeus sp. merupakan salah satu komoditi ekspor penting yang menjadi sumber

devisa negara. Oleh karena itu, Penaeus sp. dan Loligo sp. banyak diburu oleh

nelayan.

Pada titik sampling terakhir yaitu pantai Sepanjang, dilakukan pengamatan

Mollusca, Echinodermata dan Arthropoda-Helmithes. Conus sp., Cypreae sp. dan

Turbo sp. adalah mollusca yang paling sering dijumpai di pantai Sepanjang karena

ketiga jenis tersebut adalah mollusca laut yang aktif pada malam hari. Pada siang

hari biota ini biasanya bersembunyi di bawah batuan maupun koral atau

membenamkan dirinya ke dalam pasir. Struktur cangkang yang tebal dari Conus sp.,

Cypreae sp. dan Turbo sp. merupakan salah satu adaptasi terhadap terpaan

gelombang pantai Sepanjang yang cukup kuat. Untuk Arthropoda-Helminthes yang

banyak dijumpai adalah Nereis sp. dan kelomang. Pantai Sepanjang memiliki pantai

yang berpasir dan laut yang berkarang. Pantai yang berpasir tersebut sangat cocok

untuk tempat hidup kelomang yang beberapa spesiesnya teradaptasi sebagai spesies

terestrial. Walaupun beberpa jenis kelomang bersifat terestrial, namun mereka tidak

bisa jauh dari air karena larva dari kelomang masih bersifat akuatik. Laut Sepanjang

yang berkarang adalah tempat yang cocok untuk Nereis sp. karena cacing Polycaeta

tersebut sering bersembunyi didalam lubang-lubang karang. Parapodia Nereis sp.

memiliki semacam sengat yang dapat melumpuhkan predator pemangsanya.

Sehingga, dalam mengoleksi Nereis sp., digunakan pinset dan pengambilan harus

dilakukan dengan cepat agar hewan tersebut tidak masuk kembali ke dalam lubang.

Ophiocoma sp., Diadema sp., dan Echinometra mathei adalah echinodermata yang

paling melimpah di pantai Sepanjang. Ophiocoma sp. adalah echinodermata yang

sangat rapuh karena lengan-lengan Ophiocoma sp. mudah putus sehingga

Ophiocoma sp. selalu bersembunyi dibawah lubang-lubang karang di pantai

Sepanjang untuk melindungi dirinya. Diadema sp., dan Echinometra mathei adalah

echinodermata yang hidup didasar substrat dan cenderung diam, oleh Karen itu ia

perlu melindungi dirinya. Salah satu cara pertahanan dirinya adalah dengan hidup

Page 33: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 33 dari

didalam lubang-lubang karang pantai Sepanjang. Dengan begitu ia akan terhindar

dari predatornya terutama manusia.

Gambar 18. Nereis sp. dipantai Sepanjang (Sumber: dokumentasi pribadi)

Page 34: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 34 dari

BAB IVSIMPULAN

Berdasarkan praktikum lapangan ini dapat diambil simpulan, fauna yang paling

banyak dijumpai di area persawah Piyungan adalah Achatina fulica, Pomacea sp.

dan Pilla ampulacea dari kelompok Helmin-Mollusca, Fejervarya sp. dari

kelompok herpetofauna, insekta familia Alydidae, Acrydidae, Formicidae,

Libellulidae dan Coccinilidae dari kelompok Arthropoda dan Lonchura

leucogastroides dari kelompok Avifauna. Fauna yang banyak dijumpai di hutan

Alas Bunder Wanagama adalah Achatina fulica dari kelompok Helmin-Mollusca,

Collocalia esculenta dari kelompok avifauna, Ikan Rasbora sp. dan Poeciliata

reticulata, insekta famili Formicidae, Gryllidae, Acrydidae, Fulgoridae dan Pieridae

dari kelompok Arthropoda. Fauna yang banyak dijumpai di TPI Pantai Baron adalah

Ikan Priacanthus bloncii dan Sphyraena genie dari kelompok ikan dan Loligo sp.

dan Penaeus sp. dari kelompok Mollusca-Arthropo. Fauna yang banyak di jumpai di

Pantai Sepanjang adalah Conus sp., Cypreae sp. dan Turbo sp. dari kelompok

mollusca, Nereis sp. dari kelompok Helminthes, kelomang dari Arthropoda,

Ophiocoma sp., Diadema sp., dan Echinometra mathei dari kelompok

Echinodermata.

Page 35: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 35 dari

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 1997. Arthropod Information. http://insected.arizona.edu/arthroinfo.htm (diakses

tanggal 31 Mei 2013).

Anonim2. Tanpa tahun. Introduction to The Chordata: From Sea Otters to Sea Squirts.

http://www.ucmp.berkeley.edu/chordata/chordata.html (diakses tanggal 31 Mei

2013).

Anonim3. Tanpa tahun. Phylum Chordata.

http://faculty.college-prep.org/~bernie/sciproject/project/Kingdoms/Animal

%20Kingdom%20-%205/Local%20copy/classification/chordata.html (diakses

tanggal 31 Mei 2013).

Campbell, N. A., J. B. Reece dan L. G. Mitchell. 2003. Biologi. Edisi kelima. Jilid III.

Erlangga. Jakarta, hal. 213-242.

Carter, J. S. 1997. Phylum Chordata. http://biology.clc.uc.edu/courses/bio106/chordate.htm

(diakses tanggal 31 Mei 2013)

Myers, P. 2001. Arthropoda. http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Arthropoda/

(diakses tanggal 31 Mei 2013)

 Thomas, C. D. 1990. Fewer species. Nature 347: 237.

Page 36: Laporan Resmi Praktikum Lapangan Sistematika Hewan - Copy

BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00

LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 36 dari