laporan praktikum petrologi bella dinna safitri

29
LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI Karakterisasi LiF Menggunakan Difraktometer Asisten : Sukma Wahyu Fitriani Oleh : Bella Dinna Safitri / 115090700111002 Laboratorium Material Jurusan Fisika Fakultas MIPA UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Upload: bellads

Post on 24-Nov-2015

112 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI Karakterisasi LiF

    Menggunakan Difraktometer

    Asisten : Sukma Wahyu Fitriani

    Oleh :

    Bella Dinna Safitri / 115090700111002

    Laboratorium Material

    Jurusan Fisika Fakultas MIPA

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2014

  • 1

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 1

    Bab I ........................................................................................................................................... 2

    Pendahuluan ............................................................................................................................... 2

    1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 2

    1.2 Tujuan.......................................................................................................................... 2

    1.3 Manfaat........................................................................................................................ 3

    Bab II ......................................................................................................................................... 4

    Tinjauan Pustaka ........................................................................................................................ 4

    2.1 Difraksi Sinar-X .......................................................................................................... 4

    2.3 Struktur Kristal ............................................................................................................ 9

    Bab III ...................................................................................................................................... 12

    Tata Laksana Percobaan .......................................................................................................... 12

    3.1 Alat dan Bahan .......................................................................................................... 12

    3.2 Tempat dan Tanggal Pelaksaan ................................................................................. 13

    3.3 Langkah Percobaan ................................................................................................... 13

    Bab IV ...................................................................................................................................... 15

    HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................ 15

    4.1 Data Hasil Percobaan ..................................................................................................... 15

    4.2 Perhitungan ................................................................................................................... 19

    4.3 Pembahasan.................................................................................................................... 21

    Bab V ....................................................................................................................................... 27

    Penutup .................................................................................................................................... 27

    5.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 27

    5.2 Saran .............................................................................................................................. 27

    Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 28

  • 2

    Bab I

    Pendahuluan

    1.1 Latar Belakang

    Penentuan karakter struktural material, baik dalam bentuk pejal atau partikel, kristalin

    atau amorf, merupakan kegiatan inti dalam ilmu material. Pendekatan umum yang diambil

    adalah meneliti material dengan berkas radiasi atau partikel berenergi tinggi. Radiasi bersifat

    elektromagnetik dan dapat bersifat monokromatik maupun polikromatik. Dengan

    memanfaatkan hipotesa de Broglie mengenai dualitas frekuensi radiasi dan momentum

    partikel, maka gagasan tentang panjang gelombang dapat diterapkan dalam eksitasi elektron.

    Sinar X adalah suatu radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang ( 0,1 nm)

    yang lebih pendek dari panjang gelombang cahaya tampak ( = 400 800 nm). Apabila

    elektron ditembak dengan cepat dalam suatu ruang vakum maka akan dihasilkan sinar X.

    Radiasi yang dipancarkan dapat dipisahkan menjadi dua komponen yaitu (a) spektrum

    kontinu dengan rentang panjang gelombang yang lebar dan (b) spektrum garis sesuai

    karakteristik logam yang ditembak [1]. Gejala interferensi dan difraksi adalah hal umum

    dalam bidang cahaya.

    Percobaan fisika dasar standar untuk menentukan jarak antar kisis dilakukan dengan

    mengukur sudut berkas difraksi dari cahaya yang diketahui panjang gelombangnya.

    Persyaratan yang harus dipenuhi adalah kisi bersifat periodik dan panjang gelombang cahaya

    memiliki orde yang sama dengan jarak kisi yang akan ditentukan. Percobaan ini secara

    langsung dapat dikaitkan dengan penerapan sinar X untuk menentukan jarak kisi dan jarak

    antar atom dalam kristal. Pemanfaatan metode difraksi memegang peranan penting untuk

    analisis padatan kristalin. Selain untuk meneliti ciri utama struktur, seperti parameter kisi dan

    tipe struktur kristal,

    1.2 Tujuan

    Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengoperasian instrumen difraksi

    sinar-X PHYWE dalam karakterisasi bahan dan menentukan ukuran butir (grain size) kristal

    LiF dengan prinsip sinar-X.

  • 3

    1.3 Manfaat

    Manfaat dari percobaan ini adalah didapatkan pengetahuan mengenai pengoperasian

    instrumen difraksi sinar-X PHYWE dalam karakterisasi bahan dan dapat ditentukan ukuran

    butir (grain size) kristal LiF dengan prinsip sinar-X.

  • 4

    Bab II

    Tinjauan Pustaka

    2.1 Difraksi Sinar-X

    Sinar-X adalah gelombang Elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 0, 5-2,

    5 A. Sinar-X dihasilkan dari tumbukan elektron berkecepatan tinggi dengan logam

    sasaran. Oleh karena itu, suatu tabung sinar-X harus mempunyai suatu sumber elektron,

    voltase tinggi, dan logam sasaran. Selanjutnya elektron elektron yang ditumbukan ini

    mengalami pengurangan kecepatan dengan cepat dan energinya diubah menjadi foton. Sinar-

    X merupakan salah satu bentuk radiasi elektromagnetik yang mempunyai energi antara 200

    eV1 MeV dengan panjang gelombang antara 0,52,5 . Panjang gelombangnya

    hampir sama dengan jarak antara atom dalam kristal, menyebabkan sinar-X menjadi salah

    satu teknik dalam analisa mineral (Suryanarayana dan Norton, 1998). Elektron-elektron

    pada atom akan membiaskan berkas bidang yang tersusun secara periodik.

    Difraksi sinar-X oleh atom-atom pada bidang atom paralel a dan a1 yang terpisah

    oleh jarak d. Dianggap bahwa dua berkas sinar-X i1 dan i2 yang bersifat paralel,

    monokromatik dan koheren dengan panjang gelombang datang pada bidang dengan

    sudut . Jika kedua berkas sinar tersebut berturut-turut terdifraksi oleh M dan N

    menjadi i1 dan i2 yang masing-masing membentuk sudut terhadap bidang dan bersifat

    paralel, monokromatik dan koheren, perbedaan panjang antara i1 M i1 dengan i2

    N i2 adalah sama dengan n kali panjang gelombang, maka persamaan difraksi dapat

    dituliskan sebagai berikut:

    n = ON + NP atau

    n = d sin + d sin = 2 d sin (1)

    Gambar 2.1 Difraksi sinar-X oleh atom-atom pada bidang (Ismunandar, 2006)

  • 5

    Persamaan (1) dikenal sebagai Hukum Bragg, dengan n adalah bilangan refleksi

    yang bernilai bulat ( 1, 2, 3, 4, . . ). Karena nilai sin tidak melebihi 1, maka pengamatan

    berada pada interval 0 < < /2, sehingga :

    < 1 (2)

    Difraksi untuk nilai n terkecil ( n = 1), persamaan tersebut dapat diubah menjadi :

    < 2d (3)

    Persamaan (3) menjelaskan bahwa panjang gelombang sinar-X yang digunakan untuk

    menentukan struktur kristal harus lebih kecil dari jarak antar atom (Zakaria, 2003).

    Difraksi sinar-X merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya

    fasa kristalin di dalam material-material benda dan serbuk, dan untuk menganalisis sifat-

    sifat struktur (seperti stress, ukuran butir, fasa komposisi orientasi kristal, dan cacat kristal)

    dari tiap fasa. Metode ini menggunakan sebuah sinar-X yang terdifraksi seperti sinar

    yang direfleksikan dari setiap bidang, berturut-turut dibentuk oleh atom-atom kristal dari

    material tersebut. Dengan berbagai sudut timbul, pola difraksi yang terbentuk menyatakan

    karakteristik dari sampel. Susunan ini diidentifikasi dengan membandingkannya dengan

    sebuah data base internasional (Zakaria, 2003).

    Apabila suatu bahan dikenai sinar-X maka intensitas sinar-X yang ditransmisikan lebih

    kecil dari intensitas sinar datang. Hal ini disebabkan adanya penyerapan oleh bahan dan juga

    penghamburan oleh atom-atom dalam material tersebut. Berkas sinar yang dihantarkan

    tersebut ada yang saling menghilangkan karena fasenya berbeda dan ada juga yang saling

    menguatkan karena fasenya sama. Berkas sinar-X yang saling menguatkan disebut sebagai

    berkas difraksi.

    Persyaratan yang harus dipenuhi agar berkas sinar-X yang dihamburkan merupakan

    berkas difraksi dikenal sebagai Hukum Bragg. Hukum Bragg menyatakan bahwa perbedaan

    lintasan berkas difrasi sinar-X harus merupakan kelipatan panjang gelombang, secara

    matematis dirumuskan:

    n = dsin (2.7)

    dengan n bilangan bulat 1, 2, 3 ...... adalah panjang gelombang sinar-X adalah jarak antar

    bidang, dan adalah sudut difraksi.

    Keadaan ini membentuk pola interferensi yang saling menguatkan untuk sudut-sudut

    yang memenuhi hukum Brag. Gejala ini dapat diamati pada grafik hubungan antara

  • 6

    intensitas spektrum karakteristik sebagai fungsi sudut 2. Untuk menentukan sudut

    dalam kristal/anoda adalah sistem kristal/atom dan parameter atau arah difraksi ditentukan

    oleh bentuk dan ukuran sel satuannya.

    2.2 Komponen Dasar X-RD

    Tiga komponen dasar dari X-RD yaitu; sumber sinar-X (X-Ray source), material contoh

    yang diuji (specimen), detektor sinar-X (X-ray detector) (Sartono,2006).

    Gambar 2.1 X-Ray Diffractometer

    a. Sumber sinar-X

    Sinar-X dihasilkan dari penembakan target (logam anoda) oleh elektron berenergi tinggi

    yang berasal dari hasil pemanasan filamen dari tabung sinar-X (Rontgen). Tabung sinar-X

    tersebut terdiri atas empat komponen utama, yakni filamen (katoda) yang berperan sebagai

    sumber elektron, ruang vakum sebagai pembebas hambatan, target sebagai anoda, dan

    sumber tegangan listrik.

  • 7

    Gambar 2.2 Skema tabung sinar-X (Suryanarayana, 1998)

    Untuk dapat menghasilkan sinar-X dengan baik, maka logam yang digunakan sebagai

    target harus memiliki titik leleh tinggi dengan nomor atom (Z) yang tinggi agar tumbukan

    lebih efektif. Logam yang biasa digunakan sebagai target (anoda) adalah Cu, Cr, Fe, Co, Mo

    dan Ag.

    Sinar-X dapat pula terbentuk melalui proses perpindahan elektron suatu atom dari

    tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah. Adanya tingkat-tingkat

    energi dalam atom dapat digunakan untuk menerangkan terjadinya spektrum sinar-X dari

    suatu atom (Gambar 4). Sinar-X yang terbentuk melalui proses ini mempunyai energi yang

    sama dengan selisih energi antara kedua tingkat energi elektron tersebut. Karena setiap jenis

    atom memiliki tingkat- tingkat energi elektron yang berbeda-beda maka sinar-X yang

    terbentuk dari proses ini disebut karakteristik Sinar-X.

    Gambar 2.3 Ilustrasi transisi elektron dalam sebuah atom (Beck, 1977)

  • 8

    Karakteristik Sinar-X terjadi karena elektron yang berada pada kulit K terionisasi

    sehingga terpental keluar. Kekosongan kulit K ini segera diisi oleh elektron dari kulit

    diluarnya. Jika kekosongan pada kulit K diisi oleh elektron dari kulit L, maka akan

    dipancarkan karakteristik sinar-X K. Jika kekosongan itu diisi oleh elektron dari kulit M,

    maka akan dipancarkan karakteristik Sinar-X K dan seterusnya (Beck, 1977).

    b. Material Uji (spesimen)

    Sartono (2006) mengemukakan bahwa material uji (spesimen) dapat digunakan bubuk

    (powder) biasanya 1 mg.

    c. Detektor

    Sebelum sinar-X sampai ke detektor melalui proses optik. Sinar-X yang

    panjang gelombangnya dengan intensitas I mengalami refleksi dan menghasilkan sudut

    difraksi 2 (Sartono, 2006). Jalannya sinar-X diperlihatkan oleh gambar 5 berturut-turut

    sebagai berikut : (1) Sumber sinar-X (2) Celah soller (3) Celah penyebar (4) Spesimen (5)

    Celah anti menyebar (6) Celah penerima (7) Celah soller dan (8) Detektor.

    Gambar 2.4 Difraktometer

    Aplikasi

    Difraksi sinar-X adalah metode yang sangat penting untuk mengkarakterisasi struktur

    kristal material. Teknik ini biasanya dapat digunakan untuk analisis parameter kisi kristal

    tunggal, atau tahap tersebut, tekstur atau bahkan stres analisis bahan polikristalin (seperti

    serbuk). Teknik ini banyak digunakan dalam penelitian dan pengembangan aplikasi dan

    penggunaannya untuk produksi atau masalah pengendalian mutu juga tumbuh, manfaat dari

    perkembangan hardware dan software untuk kemampuan throughput tinggi.

    Pada saat penemuan difraksi sinar-X, pengetahuan tentang struktur logam terbatas pada

    apa yang bisa diungkapkan oleh optik mikroskop. diakui bahwa struktur dari logam pada

  • 9

    dasarnya kristal. tapi sebenarnya terjadi karena adanya pengaturan atom, meskipun teori

    geometri ruang- kelompok dan ruang-kisi telah ditetapkan jauh sebelum rincian pengaturan

    atom dapat ditentukan. Prinsip- prinsip umum diagram fasa logam telah dibangun oleh

    Roozeboom dan lain, dan pekerjaan eksperimental Heycock dan Neville (1897) telah

    menunjukkan bagaimana batas-batas bidang fase yang berbeda dapat ditentukan dengan

    tingkat akurasi yang tinggi, bahkan dalam sistem yang sangat rumit. Pada waktu yang sama

    Sekolah Jerman di bawah Tamann telah menghasilkan dengan cepat sejumlah ekuilibrium

    metalik - diagram. Penerapan metode optik untuk studi baja telah mengakibatkan pengakuan

    dari ' jumlah 'konstituen,' tetapi sering ada kebingungan mengenai apakah ini adalah tahap

    yang berbeda dengan struktur kristal tertentu, atau campuran fase pada skala terlalu halus

    untuk diselesaikan oleh metode optik. Posisi umum, oleh karena itu, di mana lebih jauh

    kemajuan tergantung pada beberapa metode penemuan yang lebih rinci. susunan atom dalam

    logam bisa diungkapkan.

    Pentingnya penemuan difraksi X-sinar oleh kristal telah diakui dari awal, namun

    aplikasinya tertunda selama beberapa tahun akibat Perang Dunia Pertama. Davey, Hull,

    dan lain-lain bekerja sama dalam penentuan struktur kristal dari banyak logam yang lebih

    umum dan kemudian mendapatkan kristal tunggal logam. Debye-Scherrer, melakukan

    metode analisis kristal khusus yang memang menarik, itu ditemukan oleh AW Hull dan

    hampir bersamaan dengan Scherrer Debye untuk tujuan penentuan struktur logam.

    Penemuan asli metode ini dibuat tahun 1916, dan dari 1920 dan seterusnya, aplikasinya

    banyak menghasilkan kemajuan yang spektakuler pada dekade 1920-1930. Mereka

    menetapkan bahwa mayoritas logam mengkristal di salah satu tiga struktur logam khas yang

    ditunjukkan dalam Gambar. 12-2 (1). Ini adalah kubik berpusat muka, dekat-dikemas

    heksagonal, dan badan berpusat kubik struktur Allotropy umum, khususnya antara transisi

    logam, dan dalam hampir semua kasus seperti ini, berpusat kubik modifikasi.

    2.3 Struktur Kristal

    Kristal yang sempurna merupakan susunan atom secara teratur dalam kisi ruang, susunan

    khas atom-atom dalam kristal disebut struktur kristal. Struktur kristal dibangun oleh sel

    satuan (unit cell) yang merupakan sekumpulan atom yang tersusun secara periodik

    berulang di dalam kisi ruang. Pada suatu sel satuan, tiga buah sumbu merupakan sumbu

    kristal teratur yang berhubungan dengan atom atau ion yang sama. Dimensi suatu sel satuan

    ditentukan oleh perpotongan konstanta sumbu-sumbu a, b, dan c. Geometri kristal dalam

  • 10

    ruang dimensi tiga yang merupakan karakteristik kristal memiliki pola yang berbeda-

    beda. Suatu kristal yang terdiri dari jutaan atom dapat dinyatakan dengan ukuran, bentuk,

    dan susunan sel satuan yang berulang dengan pola pengulangan yang menjadi ciri khas.

    Struktur kristal dinyatakan dalam sumbu-sumbu kristal yang dikaitkan dengan parameter

    kisi dan sudut referensi seperti ditunjukkan pada Gambar 2.5

    c

    b

    a

    Gambar 2.5 Sumbu-sumbu dan sudut-sudut antar sumbu kristal. (Edi Istiyono, 2000)

    Sumbu-sumbu a, b, dan c adalah sumbu-sumbu yang dikaitkan dengan parameter

    kisi kristal. Sedangkan , , dan yang merupakan sudut antara sumbu-sumbu

    referensi kristal. Berdasarkan sumbu-sumbu a, b, dan c (kisi bidang) dan sudut , ,

    dan (kisi ruang), kristal dikelompokkan menjadi 7 sistem kristal (hubungan sudut satu

    dengan sudut yang lain) dengan 14 kisi bravais (perbandingan antara sumbu-sumbu

    kristal) (Bravais, 1948), seperti pada Tabel 2.1

    Tabel 2.1 Tujuh sistem kristal dan empat belas kisi Bravais (Kittel, 1976: 15).

    Sistem Kristal Parameter Kisi Kisi Bravais Simbol

    Kubik a = b = c

    = = =

    90

    simpel

    pusat badan

    pusat muka

    P

    I

    F

    Monoklinik a b c

    = = 90

    Simpel

    pusat dasar

    P

    C

    Triklinik a b c

    = = 90

    Simpel P

  • 11

    Tetragonal a = b c

    = = =

    90

    Simpel

    pusat badan

    P

    I

    Orthorombik a b c

    = = =

    90

    Simpel

    pusat dasar

    pusat badan

    pusat muka

    P

    C

    I

    F trigonal /

    rhombohedral

    a = b = c

    = = 90

    120

    Simpel P

    hexagonal /

    rombus

    a = b c

    = = 90, =

    120

    Simpel P

  • 12

    Bab III

    Tata Laksana Percobaan

    3.1 Alat dan Bahan

    Dalam melaksanakan praktikum penentuan ukuran butir kristal menggunakan

    Difraktometer ini menggunakan beberapa alat sebagai berikut :

    a. Komputer yang terhubung XRD

    b. XRD PHYWE

    c. LiF

    d. Sampel (clay, kuarsa, gipsum, sandstone)

    e. Kolimator

    Gambar 3.1 Komputer yang terhubung XRD

    Gambar 3.2 XRD PHYWE

  • 13

    Gambar 3.3 Sampel

    Gambar 3.4 Pembuatan sampel

    3.2 Tempat dan Tanggal Pelaksaan

    Pelaksanaan percobaan dilakukan pada hari Senin, tanggal 28 April 2014 dan 5 Mei 2014

    di ruang laboratorium Material, Fisika FMIPA, Universitas Brawijaya.

    3.3 Langkah Percobaan

    Percobaan difraksi sinar-X diawali dengan menyalakan tombol power di bagian depan.

    Selanjutnya, setelah instrumen menyala, bagian jendela dibuka dan sampel dipasang. Bila

    diperlukan colimator, maka colimator dipasang pada sebelah kiri bagian dalam ruangan.

    Setelah sampel terpasang dengan benar, jendela ditutup dengan rapat. Jendela tersebut harus

    ditutup dengan rapat agar tidak terjadi radiasi sumber sinar-X ke bagian luar ketika XRD

    dijalankan. Selan itu, jika jendela tidak ditutup dengan rapat, maka instrumen tersebut tidak

    akan bekerja memindai sampel. Selanjutnya, XRD dioperasikan melalui komputer dengan

  • 14

    program measure. Cara menjalankannya adalah dengan mengeklik start measure. Lalu,

    komputer akan menampilkan tampilan awal program dan diklik OK.

    Untuk memulai pengukuran yang baru diklik file new measurement. Selanjutnya akan

    muncul tampilan untuk pengisian data sampel yang ingin diuji, serta penggunaan daya,

    dominan yang diukur, dan penggunaan filter/colimator. Stelah semua terisi dengan benar

    diklik continue. Lalu, akan muncul tampilan mengenai crystal angle dan detector angle.

    Setelah itu, diklik start measurement untuk memulai pengukuran dan setelah selesai diklik

    stop measurement. Setelah pengukuran selesai, hasil yang diperoleh disimpan dalam format

    .msr untuk penyimpanan grafik dan .txt untuk penyimpanan data. Penyimpanan grafik

    dilakukan dengan langkah mengeklik file save measurement save, sedangkan

    penyimpanan data dilakukan dengan langkah mengeklik export data mencentang save to

    file mengeklik OK.

  • 15

    Bab IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Data Hasil Percobaan

    a) Karakterisasi LiF dengan Menggunakan Kolimator Kecil

    b) Karakterisasi LiF dengan Menggunakan Kolimator Sedang

  • 16

    c) Karakterisasi LiF dengan Menggunakan Kolimator Besar

    d) Karakterisasi LiF dengan Menggunakan Filter

  • 17

    e) Karakterisasi Clay

    f) Karakterisasi Kuarsa

  • 18

    g) Karakterisasi Gipsum

    h) Karakterisasi Sandstone

  • 19

    4.2 Perhitungan

    Cara menentukan grain size kristal LiF dengan menggunakan rumus Scherrer :

    B (2) =

    Keterangan :

    B = FWHM

    L = grain size

    K = 0,94

    = panjang gelombang sumber sinar-X

    a) Karakterisasi LiF dengan Menggunakan Kolimator Kecil

    B = 2

    Cos = Cos (2)

    Cos = - 0.41614

    L =

    L =

    L = pm = - 0.000061192 m

    b) Karakterisasi LiF dengan Menggunakan Kolimator Sedang

    Puncak 1

    B = 1.2

    Cos = Cos (1,5)

    Cos = 0.0707372

    L =

    L =

    L = 599.98132523 pm = 0.00059998132523 m

    Puncak 2

    B = 1

    Cos = Cos (1,5)

    Cos = 0.0707372

  • 20

    L =

    L =

    L = 719.97760725 pm = 0.00071997760725 m

    c) Karakterisasi LiF dengan Menggunakan Kolimator Besar

    B = 2.9

    Cos = Cos (1,5)

    Cos = 0.0707372

    L =

    L =

    L = 248.26813457 pm = 0.00024826813457 m

    d) Karakterisasi LiF dengan Menggunakan Filter

    Puncak 1

    B = 1.1

    Cos = Cos (1,55)

    Cos = 0.0707372

    L =

    L =

    L = 2226.4802173 pm = 0.0022264802173 m

    Puncak 2

    B = 2

    Cos = Cos (1,5)

    Cos = 0.0707372

    L =

    L =

    L = 359.988803 pm = 0.00359988803 m

  • 21

    4.3 Pembahasan

    Hasil difraksi sinar-X menunjukkan besar ukuran butir LiF menggunakan kolimator

    kecil, kolimator sedang, kolimator besar, dan kolimator menggunakan filter adalah

    0.000061192 m, 0.00059998132523 m, 0.00024826813457 m, dan 0.0022264802173

    m. Sedangkan ukuran butir clay, kuarsa, gipsum dan sandstone adalah 0.000359988795 m,

    0.00025974921329 m, 0.0001112570579 m, dan 0.0017441792189 m.

    Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa ukuran butir kristal sangat dipengaruhi oleh

    sudut pantul yang dibentuk oleh sinar-X yang menumbuk material. Makin besar sudut pantul

    yang dihasilkan, makin kecil ukuran butir pada material tersebut. Sedangkan makin besarnya

    kolimator akan memperbesar sudut pemantulan, sehingga nilai ukuran butirnya masin kecil.

    Dari gambar karakteristik ukuran butir menggunakan kolimator kecil, sedang, besar, dan

    filter tersebut juga dapat diketahui bahwa pengukuran intensitas radiasi sinar-x cenderung

    menunjukkan pola yang sama. Ke empat kurva tersebut menunjukkan bahwa intensitas

    radiasi semakin berkurang sebanding dengan kenaikan sudut. Perbedaan antar kurva, yaitu

    besarnya intensitas radiasi yang tercacah. Hal ini dikarenakan besarnya intensitas radiasi

    sinar-x sebanding dengan kenaikan arus tabung.

    Kaidah difraksi sinar x sangat penting khususnya dalam penentuan struktur kristal.

    Kaidah ini digunakan dikarenakan panjang gelombang sinar x berorde sama dengan kisi

    kristal sehingga kisi kristal berperan sebagai kisi difraksi. Difraksi sinar x dapat juga

    digunakan untuk menentukan ukuran kristal atau butir, fase, dan komposisi suatu padatan.

    Terjadinya difraksi tergantung pada struktur kristal dan panjang gelombangnya. Jika

    panjang gelombang jauh lebih besar dari pada ukuran atom atau konstanta kisi kristal maka

    tidak akan terjadi peristiwa difraksi karena sinar akan dipantulkan sedangkan jika panjang

    gelombangnya mendekati atau lebih kecil dari ukuran atom atau kristal maka akan terjadi

    peristiwa difraksi.

    Hal pertama yang dilakukan dari percobaan penyerapan sinar x adalah menentukan

    intensitas dimulai dari sudut 0o sampai 100

    o dengan menggunakan tegangan 15 kv dan

    radiasi CuK yang memiliki panjang gelombang 1.54 , dimana panjang gelombang

    CuK memiliki orde yang sama dengan jarak antar atom sehingga dapat digunakan sebagai

    sumber difraksi kristal, setelah itu diperoleh sudut-sudut puncak dengan intensitas yang

    mengalami kenaikan secara drastis. Pada percobaan dengan kolimator kecil, sedang, besar,

  • 22

    dan dengan menggunakan filter diperoleh sudut-sudut puncak, yaitu 38o, 3

    o dan 39

    o, 4

    o, serta

    3o dan 38

    o.

    Puncak-puncak tersebut dinamakan sinar-X karakteristik yang terbentuk melalui proses

    perpindahan elektron atom dari energy yang lebih tinggi menuju energy yang lebih rendah.

    Sinar-X yang terbentuk melalui proses ini memliki energy yang sama dengan selisih antara

    kedua tingkat energy elektron tersebut. Dari kelima titik pucak, intensitas yang paling tinggi

    berada pada sudut 28o untuk 2q. Kenapa sudut yang dipakai adalah 2q karena yang

    digunakan adalah sudut antara berkas sinar difraksi dan berkas sinar transmisi, percobaan ini

    menggunakan hukum bragg dalam menentukan sudutnya.

    Sehingga, makin bertambahnya tegangan, intensitas yang dihasilkan semakin besar. Hal

    ini disebabkan elektron yang bertumbukkan yang sangat sering dengan target, meningkatkan

    intensita. Sifat-sifat sinar-X yang dihasilkan sangat tergantung dari tegangan dan arus dari

    tabung, semakin tinggi tegangannya makin besar daya tembus yang dihasilkan dari sinar-

    X dan spectrum sinar-X yang dihasilkan akan memiliki intensitas. Sinar-X yang dihasilkan

    dengan tegangan rendah biasanya tidak mempunya intensitas hal ini biasa disebut radiasi

    putih.

    Alat X-RD yang digunakan dalam percobaan menggunakan sistem optik Bragg

    Brentano dengan panjang radiasi sebesar 8 m, incident beam mask sebesar 10 m, incident

    beam soller slit 0.04 rad dan receiving slit sebesar 0.1 m. Untuk pengambilan data

    menggunakan langkah pengukuran 2 = 0 - 100 dengan cara memasukkan tabung kolimator

    pada XRD.

    Sebuah sumber tegangan tinggi dari 20 200 kV diperlukan untuk menghasilkan sinar-x

    pada tabung sinar-x. Penentuan waktu durasi tegangan tinggi yang dipakai pada tabung harus

    dibatasi dengan hati-hati supaya pasien tidak menerima dosis yang berlebihan, film tidak

    menjadi terlalu hitam, dan tabung sinar-x tidak terlalu panas. Selama tabung sinar-x

    dioperasikan dalam batas termalnya, intensitas sinar-x diatur oleh arus filamen. Sebagai

    sebuah proteksi terhadap kelebihan panas, temperatur anoda dimonitor oleh pendeteksi

    temperatur. Jika temperatur anoda melebihi nilai tertentu, kelebihan panas akan dideteksi dan

    suplai tegangan tinggi akan mati secara otomatis. Sebagian besar anoda tabung sinar-x

    diputar oleh motor induksi untuk membatasi daya sinar-x pada satu titik dan membantu

    pendinginan anoda. Sumber tegangan tinggi pada gambar 2.2 dihasilkan oleh sebuah trafo

    tengangan tinggi ke tingkat 20 200 kV. Tegangan tinggi kemudian disearahkan dan

  • 23

    dihubungkan ke tabung sinar-x yang akan melewatkan arus konvensional hanya dalam satu

    arah dari anoda ke katoda. Produksi sinar-x oleh anoda merupakan radiasi

    Bremstrahlung yang terdiri dari sebaran frekuensi. Untuk mereduksi sinar-x frekuensi rendah

    digunakan filter sedangkan kolimator digunakan untuk membatasi luas paparan radiasi sinar-

    x.

    Percobaan dengan menggunakan difraksi sinar X kebanyakan terbatas pada zat padat

    saja. Hasil yang paling baik akan diperoleh apabila digunakan satu kristal tunggal. Namun,

    percobaan difraksi sinar ini dapat pula dilakukan dengan menggunakan padatan dalam bentuk

    serbuk yang sebenarnya terdiri dari kristal- kristal yang sangat kecil. Bahan yang berbentuk

    kristal terdiri atas atom yang tersusun secara periodik. Susunan periodik selanjutnya dikenal

    sebagai struktur kristal. Sistem kristal dikelompokkan dalam 7 sistem (Krane, 1992). Sistem

    kristal tersebut adalah triklinik, monoclinik, ortorombik, tetragonal, heksagonal,

    rombohendral dan kubik.

    Pada percobaan ini digunakan metode difraksi sinar-X serbuk (X- ray powder

    diffraction) seperti terlihat pada gambar 4.1. Sampel berupa LiF telah ditempatkan pada

    suatu plat. Sinar-X diperoleh dari elektron yang keluar dari filamen panas dalam keadaan

    vakum pada tegangan tinggi, dengan kecepatan tinggi menumbuk permukaan logam,

    biasanya tembaga (Cu).

    Gambar 4.1 Metode Difraksi Sinar-X

    Sinar-X tersebut menembak sampel padatan kristalin, kemudian mendifraksikan sinar ke

    segala arah dengan memenuhi Hukum Bragg. Detektor bergerak dengan kecepatan sudut

  • 24

    yang konstan untuk mendeteksi berkas sinar- X yang didifraksikan oleh sampel. Sampel

    serbuk atau padatan kristalin memiliki bidang-bidang kisi yang tersusun secara acak dengan

    berbagai kemungkinan orientasi, begitu pula partikel-partikel kristal yang terdapat di

    dalamnya. Setiap kumpulan bidang kisi tersebut memiliki beberapa sudut orientasi sudut

    tertentu, sehingga difraksi sinar-X memenuhi Hukum Bragg :

    n = 2 d sin dengan ; n : orde difraksi ( 1,2,3,)

    Keterangan :

    : Panjang sinar-X

    d : Jarak kisi

    : Sudut difraksi

    Bentuk keluaran dari difraktometer dapat berupa data digital. Rekaman data analog

    berupa grafik garis-garis yang terekam per menit sinkron, dengan detektor dalam sudut 2

    per menit, sehingga sumbu-x setara dengan sudut 2. Sedangkan rekaman digital

    menginformasikan intensitas sinar-X terhadap jumlah intensitas cahaya per detik.

    Pola difraktogram yang dihasilkan berupa deretan puncak-puncak difraksi

    dengan intensitas relatif bervariasi sepanjang nilai 2 tertentu. Besarnya intensitas relatif dari

    deretan puncak-puncak tersebut bergantung pada jumlah atom atau ion yang ada, dan

    distribusinya di dalam sel satuan material tersebut. Pola difraksi setiap padatan kristalin

    sangat khas, yang bergantung pada kisi kristal, unit parameter dan panjang gelombang sinar-

    X yang digunakan. Dengan demikian, sangat kecil kemungkinan dihasilkan pola difraksi

    yang sama untuk suatu padatan kristalin yang berbeda (Warren, 1969).

    Kegunaan dan aplikasi XRD:

    a. Membedakan antara material yang bersifat kristal dengan amorf,

    b. Membedakan antara material yang bersifat kristal dengan amorf,

    c. Mengukur macam-macam keacakan dan penyimpangan kristal,

    d. Karakterisasi material kristal,

    e. Identifikasi mineral-mineral yang berbutir halus seperti tanah liat, dan

    f. Penentuan dimensi-dimensi sel satuan.

    Dengan teknik-teknik yang khusus, XRD dapat digunakan untuk:

    a. Menentukan struktur kristal dengan menggunakan Rietveld refinement,

    b. Analisis kuantitatif dari mineral, dan

  • 25

    c. Karakteristik sampel film.

    Susunan khas atom-atom dalam kristal disebut struktur kristal. Struktur kristal

    dibangunoleh sel satuan (unit cell) yang merupakan sekumpulan atom yang tersusun secara

    khusus,secara periodik berulang dalam tiga dimensi dalam suatu kisi kristal (crystal lattice).

    Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa sebuah Kristal Ideal disusun olehsatuan-

    satuan struktur yang identik secara berulang-ulang yang tak hingga didalam ruang.Untuk

    menggambarkan struktur kristal ini dapat digambarkan/dijelaskan dalam istilah istilah :

    Kisi kristal : Kisi adalah sebuah susunan titik-titik yang teratur dan periodik di dalam ruang.

    Basis : sekumpulan atom, dengan jumlah atom dalam sebuah basis dapat berisi satuatom atau

    lebih.

    Struktur kristal akan terjadi bila ditempatkan suatu basis pada setiap titik kisi sehingga

    struktur kristalmerupakan gabungan antara kisi dan basis. Apabila dinyatakan dalam

    hubungan dua dimensi adalah sebagai berikut (gambar 4.4) :

    Gambar 4.4 Struktur kritsal

    Sehingga apabila atom atau sekumpulan atom tersebut menempati titik-titik kisi maka

    akan membentuk suatu struktur kristal.

    Materi yang digunakan dalam praktikum merupakan materi LiF yang cenderung bereaksi

  • 26

    dengan nonlogam membentuk ikatan ion. Jika litium dan ' fluor bereaksi, unsur-unsur ini

    membentuk senyawa ion, LiF, yang mengandung ion Li' dan F. Konfigurasi elektron dari

    atom Li dan F adalah

    Li 1 s2 2s

    1 dan

    F 1 s2 2s

    22p

    5

    Lepasnya satu elektron litium dan bertambahnya satu elektron fluor menghasilkan perubahan

    konfigurasi elektron seperti berikut

    Li (1 s2 2s

    1) Li+ (I s2 ) + e-

    F (1 s2 2s

    22p

    5) + e

    - F- (1 s2 2s22p6)

    Setiap ion yang terbentuk dalam reaksi ini mempunyai konfigurasi elektron sama seperti gas

    mulia. Litium mempunyai konfigurasi seperti helium dan fluor seperti neon.

    LiF merupakan senyawa berbentuk bubuk berwarna putih, beracun, meleleh pada suhu

    870 derajat Celcius, mendidih pada suhu 1670 derajat Celcius; tidak larut dalam alkohol,

    sedikit larut dalam air, dan larut dalam asam; digunakan sebagai media penghantar panas,

    sebagai fluks pengelasan dan pematrian, dalam keramik, dan sebagai kristal dalam peralatan

    infra merah. Bentuk susunan kristal LiF adalah sebagai berikut :

    Gambar 4.5 Susunan butir kristal LiF

  • 27

    Bab V

    Penutup

    5.1 Kesimpulan

    Dapat disimpulkan dari praktikum ini bahwa difraksi sinar-X merupakan teknik yang

    digunakan untuk menganalisis padatan kristalin. Sinar-X merupakan radiasi gelombang

    elektromagnetik dengan panjang gelombang sekitar 1 , berada di antara panjang gelombang

    sinar gama () dan sinar ultraviolet. Sinar-X dihasilkan jika elektron berkecepatan tinggi

    menumbuk suatu logam target. Suatu kristal memiliki susunan atom yang tersusun secara

    teratur dan berulang, memiliki jarak antar atom yang ordenya sama dengan panjang

    gelombang sinar-X. Akibatnya, bila seberkas sinar-X ditembakkan pada suatu material

    kristalin maka sinar tersebut akan menghasilkan pola difraksi khas. Pola difraksi yang

    dihasilkan sesuai dengan susunan atom pada kristal tersebut.

    Pengukuran ukuran butir kristal juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode

    difraksi sinar-X. Besar sudut 2teta yang dihasilkan akan mempengaruhi ukuran butir L. Besar

    ukuran butir tersebut berbanding terbalik dengan 2teta, sehingga makin besar sudut 2teta

    yang dihasilkan, maka materi akan memiliki ukuran butir yang kebih kecil dan makin kecil

    sudut 2teta yang dihasilkan, maka materi akan memiliki ukuran butir yang lebih besar.

    5.2 Saran

    Diharapkan informasi mengenai ukuran butir kristal ini dapat menjadi dasar pemetaan

    pola sedimentasi di lapangan yang sangat berkaitan dengan sortasi dan ukuran butir kristal

    batuan.

  • 28

    Daftar Pustaka

    Beck, 1977 . Principles af sconning Electron Microscopy, Jeol Hightech co., Ltd., Jepang.

    Sartono, A.A., 2006. Difraksi sinar-X (X-RD). Tugas Akhir Matalailiah proyek

    Laboratorium. Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Indonesia. http://www.doitpoms.ac.uk /tlplib/ xray-diffraction/single

    crvstal.php. Download 12 Maret 2008.

    Warren, 8.E., 1969. X-Ray Diffraction, Addittion-wesley pub: Messach$ssetfs.

    Zakaria, 2003. Analisis Kandungan Mineral Magnetik pada Batuan Beku dariDaerah

    Istimewe Yogyakarta dengan Metode X-Ray Diffiaction, skripsi, Fakultas Keguruan dan

    Ilmu Pendidikan, Universitas Haluoleo : Kendari.