laporan praktikum pengambilan contoh tanah ......pelaksanaan praktikum sains tanah acara 2 dan acara...
TRANSCRIPT
i
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGAMBILAN CONTOH TANAH DAN PENYANDRAAN
PROFIL TANAH
Oleh :
Golongan K/ Kelompok 4B
1. Fajar Kurniawan (161510501241)
2. Arya Widya Kunthi S. (161510501277)
3. Amin Farida (161510501284)
LABORATORIUM PEDOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan suatu media yang digunakan untuk menanam tumbuhan
dan juga tempat hidupnya jasad hidup yang ada di dalam tanah seperti
makroorganisme dan mikroorganisme. Ketersediaan tanah saat ini mulai
berkurang, hal ini disebabkan oleh banyaknya gedung-gedung yang dibangun dan
mengakibatkan unsur-unsur yang terdapat dalam tanah tidak lagi asli atau
merupakan tanah campuran. Jenis tanah dibagi menjadi 3 yaitu jenis tanah basah,
tanah lembab, dan tanah kering, ketiga jenis tanah tersebut memiliki sifat atau
karakteristik masing-masing. Terbentuknya suatu tanah untuk mengembangkan
lapisan-lapisan didasari oleh 4 faktor yaitu iklim, bahan induk, organisme, dan
relief.
Tanah memiliki susunan horison yang berbeda-beda setiap jenisnya
sehingga hal tersebut dapat mengindentifikasikan tanah berdasarkan sifat biologi,
fisika dan kimianya dengan cara mengambil beberapa sampel tanah. Secara
morfologi, tanah dapat dibedakan berdasarkan tekstur, warna, dan kepadatan
tanah. Horison memiliki kecenderungan untuk berkembang pesat saat berada di
dalam kondisi panas, lembab, dan di kondisi hutan yang menyediakan cukup air
untuk memindahkan koloid dan menyebab bahan-bahan organik mudah dirombak.
Pengambilan sampel tanah perlu dilakukan untuk mengetahui jenis tanah apa yang
ada pada suatu daerah dan mengetahui susunan horison yang terdapat pada daerah
tersebut. Berdasarkan analisis pengambilan tanah terdapat beberapa contoh tanah
yang diambil seperti contoh tanah utuh, contoh tanah biasa, dan contoh tanah
agregat utuh.
Profil tanah merupakan suatu penampang yang melintang vertikal dari
suatu tanah. Faktor yang dapat menghambat perkembangan profil tanah antara
lain curah hujan rendah, memiliki kandungan kapur yang tinggi, memiliki
kemiringan lereng yng curam, temperatur yang rendah, dan juga memiliki
kelembapan yang relatif rendah. Setiap daerah memiliki tipe tanah yang berbeda-
beda, perbedaan tersebut didapatkan dari proses alami. Perbedaan tanah dapat
2
terlihat pada tekstur, struktur, warna tanah, ketebalan horizontal dan kedalaman
solum, sifat perakaran, dan bahan organik. Oleh karena itu, mahasiswa perlu
untuk mempelajari pengambilan contoh tanah dan penyandraan profil tanah agar
mengetahui profil dan sifat tanah pada beberapa tempat.
1.2 Tujuan
1. Mempelajari pengaruh kondisi lingkungan fisik terhadap sifat-sifat lapisan-
lapisan tanah dalam profil.
2. Menentukan lokasi/lapisan tanah yang akan diambil untuk
pengukuran/analisa sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
3. Pengambilan contoh tanah.
4. Mampu mengenali klasifikasi tanah-tanah di Indonesia serta karakteristiknya.
3
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum Sains Tanah acara 2 dan acara 3 tentang
Pengambilan Contoh Tanah dan Penyandraan Profil Tanah dilaksanakan pada hari
Minggu, 21 Oktober 2017 pukul 12.30-14.20 WIB bertempat di Agrotechnopark
(Sebelah Fakultas Kesehatan Masyarakat) Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
3.2.1.1 Pengambilan Contoh Tanah
1. Ring sampel yang dilengkapi dengan sepasang tutup plastic
2. Sekop
3. Palu karet
4. Balok kayu
5. Plastik kantong untuk tempat sampel
3.2.1.2 Penyandraan Profil Tanah
1. Pisang 6. Soil Munsel
2. Lapangan 7. pH universal
3. Roll meter 8. Blangko pengamatan
4. Sekop 9. Kantong Plastik
5. Altimeter 10. Spidol
3.2.2 Bahan
1. Tanah
2. Es Batu
3. Air mentah
3.3 Pelaksanaan Praktikum
3.3.1 Pengambilan Contoh Tanah
3.3.1.1 Pengambilan contoh tanah utuh
4
1. Menentukan batas lapisan tanah pada dinding lubang profil tanah.
2. Meratakan dan membersihkan lapisan permukaan tanah di samping lubang
profil yang akan diambil contohnya.
3. Meletakkan ring sampel tegak lurus secara vertikal dengan bagian tajam
menghadap ke bawah pada lapisan tersebut, kemudian meletakkan balok kayu
di atasnya.
4. Menekan balok kayu menggunakan palu karet hingga ring sampel asuk ke
dalam tanah hingga batas lapisan.
5. Menggali tanah disekeliling ring sampel dengan sekop.
6. Mencabut bor-ring sampel dan mengeluarkan ring yang berisi tanah secara
hati-hati agar tanah dalam ring tidak rusak. Meratakan kedua sisi vrtikal
secara hati-hati dengan pisau, menghindari semaksimal mungkin melakukan
tekanan terhadap tanah dalam ring.
7. Membuang sisa lapisan pertama sampai bataas lapisan kedua.
8. Meratakan, kemudian ambil contoh seperti diatas, dan seterusnya, sehingga
semua contoh setiap laporan dapat diambil.
9. Menutup ring dengan tutupnya dan beri label/kode, simpan dalam kotak ring
sampel.
3.3.1.2 Pengambilan contoh tanah terusik dan agregat utuh
1. Menggali tanah sampai kedalaman yag diinginkan.
2. Mengambil gumpalan-gumpalan tanah yang dibatasi dengan bidang belah
alami (agregat utuh), memasukkan ke dalam plastik da memberi label/kode.
Mengusahakan agregat-agregat tersebut tetap utuh selama pengangkutan.
3. Menggunakan sisa-sisa contoh agregat sebagai contoh tanah terusik.
3.3.1.3 Pengangkutan dan Penyimpanan
1. Mengangkut contoh tanah dalam ring dengan hati-hati agar tidak terkena
goncangan dan rusak.
2. Menyimpan contoh tanah di dalam ruang.
5
3.3.2 Penyandraan Profil Tanah
1. Membuat kubang profil dengan ukuran 1,5 m, lebar 1 m dan dalam 1,8 m.
Penampang yang dicandra adalah penampang bagian utara atau selatan.
2. Menentukan batas-batas lapisan.
3. Menyesuaikan morfologi tanah yang dicandra dengan daftar isian blanko
pengamatan.
4. Mengambil setiap lapisan contoh tanah sebanyak kurang lebih 1 kg dan
memasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi keterangan: anggal
pengambilan, kedalaman, nomor lapisan dan nomor profil.
5. Menentukan dpl dengan altimeter.
6. Mengukur kemiringan topografi dengan klinometer.
3.4 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati dalamkegiatan praktikum meliputi :
1. Sampel Tanah Utuh
2. Sampel Tanah terusik
3. Deskripsi Lingkungan
4. Deskripsi umum
5. Sketsa Profil Tanah.
3.5 Analisis Data
Data yang kami peroleh dari pengamatan, selanjutnya akan dianalisis
menggunakan analisis statistik deskriptif.
6
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
1. Deskripsi Lingkungan
Desa : Tegalboto
Kecamatan : Sumbersari
Kabupaten : Jember
Hari/Tanggal : Minggu / 22 Oktober 2017
Posisi :113°42’59.66” BT
08°09’40.65” LS
Tinggi Tempat : 110 Mdpl
Arah Hadap : Timur
Curah Hujan Tahunan: 1870,97 mm/th
Kondisi lingkungan yang diamati berada pada posisi 113º 42’ 59,66’’ BT dan
8º 9’ 40,65’’ dengan ketinggian 110 Mdpl menghadap ke timur, dan kecepatan
angin 0,5 m/s serta curah hujan tahunannya yaitu 1870,97 mm/th. Cuaca pada saat
pelaksanaan pada saat itu berawan sebagian dengan kondisi lahan pengamatan
No. Deskripsi Keterangan
1 Cuaca Berawan sebagian
2 Kemiringan/Slope 0-3% Datar
3 Batuan permukaan Tidak berbatu
4 Banjir Sangat jarang
5 Tutupan lahan Rumput
6 Penggunaan lahan Lain-lain
7
Erosi
Bentuk Tidak ada
Tingkat Tidak ada
8 Landform/fisiografi lahan Vulkanik
7
yang datar dan juga tidak berbatu. Lahan yang diamati sangat jarang terkena
banjir, tanda jika suatu wilayah terkena banjir yaitu dengan melihat lapisan
tanahnya, pada tanah yang pernah tergenang oleh banjir maka akan terlihat ada
warna hijau pada lapisan tanahnya. Lahan sebagian besar ditutupi oleh rumput-
rumputan dan lahan tidak sering digunakan karena jaran sekali ada aktifitas
ditempat tersebut, lahan tidak berbentuk dan juga tidak ada tingkatan, fisiografi
lahannya merupakan vulkanik, hal itu diakibatkan karena lahan pengamatan
memiliki wilayah yang dekat dengan gunung yang masih melakukan aktifitas
vulkaniknya yaitu Gunung Raung.
2. PENCANDRAAN PROFIL/PEDON TANAH
2.A. DESKRIPSI UMUM
No. Deskripsi Lapisan
1
Lapisan
2
Lapisan
3
Lapisan
4
1. Kedalaman Efektif 0-16 cm 16-34 cm 34-59 cm 59-82 cm
2. Kejelasan Lapisan Baur Jelas
Tegas Agak
baur
3. Tekstur Tanah Clay
loam
Silty Clay
Loam
Sandy
Loam
Sandy
Loam
4. Struktur
Tipe
Sub
angular
blocky
Sub
angular
blocky
Angular
blocky
Angular
blocky
Ukuran 5-10 Fine 5-10 Fine Fine Fine
Kekerasan Lunak Lunak Sedang Sedang
5. Konsistensi
Basah Lekat Lekat Tidak
lekat
Tidak
lekat
Lembab Teguh Teguh Teguh Teguh
Kering Lunak Agak
keras Keras Keras
6. Warna 10 YR
2/2 very
10 YR
2/2 very
10 YR 2/2
very dark
7,5 YR
3/2 dark
8
dark
brown
dark
brown
brown brown
7. Kemasaman pH H2O 7 7 6 7
pH KCl
8. Bahan Organik +++ ++ + +
9. Kadar Kapur 0 0 0 0
2.B. SKETSA PROFIL TANAH
Sketsa Keterangan
Ordo : entisol
Sub ordo : orthen
Sub grup : antropotik
Suhu tanah : 29,14°C
26,3°-(0,01x110x0,6)+3,5°C
=29,14°C
Pegambilan contoh tanah utuh
No Gamabar Keterangan
Menentukan batas lapisan tanah pada
dinding lubang profil tanah.
A1
A2
C2
C3
9
Meratakan dan membersihkan lapisan
permukaan tanah di samping lubang
profil yang akan diambil contohnya.
Meletakkan ring sampel tegak lurus
secara vertikal dengan bagian tajam
menghadap ke bawah pada lapisan
tersebut, kemudian meletakkan balok
kayu di atasnya.
Menekan balok kayu menggunakan palu
karet hingga ring sampel asuk ke dalam
tanah hingga batas lapisan.
Menggali tanah disekeliling ring sampel
dengan sekop.
Mencabut bor-ring sampel dan
mengeluarkan ring yang berisi tanah
secara hati-hati agar tanah dalam ring
tidak rusak. Meratakan kedua sisi vrtikal
secara hati-hati dengan pisau,
menghindari semaksimal mungkin
melakukan tekanan terhadap tanah
dalam ring.
10
Menutup ring dengan tutupnya dan beri
label/kode, simpan dalam kotak ring
sampel.
Penyandraan Profil Tanah
No Gambar Keterangan
1 Membuat kubang profil dengan
ukuran 1,5 m, lebar 1 m dan dalam
1,8 m. Penampang yang dicandra
adalah penampang bagian utara atau
selatan.
2 Menentukan batas-batas lapisan.
3 Menyesuaikan morfologi tanah
yang dicandra dengan daftar isian
blanko pengamatan.
11
4 Mengambil setiap lapisan contoh
tanah sebanyak kurang lebih 1 kg
dan memasukkan ke dalam kantong
plastik yang telah diberi keterangan:
anggal pengambilan, kedalaman,
nomor lapisan dan nomor profil.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengambilan contoh tanah
Tanah merupakan suatu bagian yang terdapat pada kerak bumi dan
memiliki kandungan mineral dan bahan-bahan organik di dalamnya. Kandungan
mineral dan bahan-bahan organik dalam tanah berfungsi sebagai alat pendukung
suatu aktivitas biologi dan juga keaneka ragaman hayati. Proses pembentukan
tanah terjadi berawal dari letusan gunung merapi yang nantinya membentuk suatu
batuan yang mengalami pelapukan, baik pelapukan fisika, kimia dan biologi
sehingga menjadi bahan induk dan berubah bentuk berupa tanah (Aak, 1983).
Tanah juga memiliki sifat-sifat fisik yang meliputi tekstur, struktur, warna dan
kerapatan. Tekstur suatu tanah berperan penting pada karakter tanah itu sendiri
seperti berperan dalam tingkat penyerapan air, kesuburan suatu tanah hingga
pengudaraan yang ada di dalam tanah.
Pengambilan contoh tanah mewakili sifat dan ciri tanah pada lokasi tersebut
yang mempertimbangkan profil yang dibutuhkan dalam pengambilan contoh
tanah, letak profil yang ditentukan secara acak atau grid,mengambil masing
masing tanah secara horison atau setiap onterval 10 cm maupun secara acak,
dalam pengambilan contoh diambil mengunakan pisau atau ring. Pengambilan
contoh tanah dibedakan menjadi tanah utuh, tanah terusik, dan tanah agregat utuh.
Dalam distribusi pori pada berbagai permeabilitas pemngambilan sampel tanah
yaitu menentukan titik suatu lahan untuk pengambilan sampel tanah, memasang
soil sampling ring pada soil sampling auger, lalu menancapkan soil sampling
auger kedalam tanah hongga kedalaman 5 cm, kemudian melepaskan soil
12
sampling ring yang berisi tanah,melakukan pengukuran titik koordinat lahan
pengambilan sampel tanah mengunakan GPS (Sulistyaningrum dkk ., 2014).
Tanah utuh merupakan contoh tanah yang diambil dari lapisan tanah
tertentu dalam keadaan tidak terganggu,sehingga kondisinya hampir menyamai
kondisi dilapangan ( Kurnia dkk, 2006). Pengambilan sampel tanah utuh tersebut
digunakan untuk penetapan atau mengukur sifat fisik tanah seperti tekstur, berat
volume tanah, porositas dan air tersedia (Thurrohmah, 2014). Pengambilan
contoh tanah utuh dapat padat menggunakan ring dengan diameter 7 cm dan
tinggi 5,2 cm, dan mengambil tanah dengan kedalaman tanah berkisar antara 5 –
10 cm (Suwardji, 2012). Hal tersebut juga dilakukan pada kegiatan praktikum,
dengan menggunakan ring sampel yang ditutup oleh balok kayu dan lalu di palu
sampai tanah memenuhi ring sampel. Pada saat melakukan ini harus dengan hati –
hati dan sebisanya pada ring sampel tidak terdapat benda benda lain seperti batu,
akar dan hewan, karena itu dapat merusak tanah pada ring sampel dan membuat
berat volume tanah akan tidak sesuai dengan semestinya.
Tanah terusik merupakan tanah yang diambil dengan cara mencuil dari
lapisan tanah dan digunakan untuk mengetahui struktur, tekstur dan
mikroorganisme tanah. Tanah ini sebagai penetapan sifat fisika tanah dan sifat
kimia. Sifat fisika ini seperti kadar air, tekstur, erapatan partikel, konsistensi dan
kapilaritas sedangkan sifat kimia seperti Ph, bahan organik, dan kadar unsur hara.
3.2.2 Penyandraan Profil Tanah
Profil adalah irisan tegak tedon yang mempunyai lapisan –lapisan tanah
hasil proses pedogenesis yang membentuk horison tanah dari hasil pembentukan
tanah (Sutanto,2005) batas antar horison tidak seluruhnya rata dengan permukaan
tanah ada yang bergelobang dan ada yang putus putus. lapisan tanah memiliki
perbedaan setiap layernya,untuk membedakannya bisa dilihat dari warna tanah,
suara dan tekstur. Tanah yang terdapat di desa tegalboto merupakan tanah entisol,
tanah ini memiliki tekstur yang kasar.
Horison tanah adalah lapisan tanah yang kurang lebih seragam di dalam
profil tanah, perbedaan horison dapat dibedakan melalui warna ataupun suara,
13
perbedaan horison ini ada yang sejajar ataupun yang tidak beraturan, pada
pengamatan yang dilakukan saat praktikum batas horizon ini tidak beraturan
(Sutanto, 2005). Pada praktikum yang telah dilakukan ditemukan horizon pada
profil tanah di lahan praktikum di bagi menjadi 4 horizon. Pada horizon tanah
nomer 1 dan nomer 2 memiliki perbedaan warna yang cukup mencolok, namun
pada horizon nomer 3 dan 4 warnah horizon hampir sama dan dibedakan dengan
cara mendengar suara tanah saat diketuk. Setiap horizon tanah juga memiliki
struktur perbedaan struktur ini disebabkan karena perbedaan agregat gumpal
tanah dan kondisi tanah menentkan tingkat kegemburan atau keremahan tanah (
Utoyo, 2007), pada hasil pengamatan pada horizon 1 tekstur terbilang halus dan
gembur, namun pada horizon pada nomer 2, 3, dan 4 lebih kasar dan lebih keras.
Struktur tanah juga memiki beberapa tipe seperti angular blocky tanah ini
berbentuk tanah dengan gumpalan bersudut ( Arifin dkk, 2016), struktur tanah
seperti ini juga yang ditemukan di tempat praktikum tepatnya pada horison nomer
3 dan 4.
Tektur tanah merupakan cara yang digunakan untuk menetukan tekstur
yaitu dengan cara feeling metod yaitu merasakan dengan tangan dengan
membasahi sedikit media tanah dengan air dan dibentuk pita dengan memelintir
tanah dengan ibu jari dan telunjuk. tektur tanah dibedakan menjadi tektur tanah
debu (silty), tekstur tanah liat(clay), tekstur tanah pasir (sand) (Sulistyaningrum
dkk ., 2014). Lapisan tanah 1 bertekstur clay loam , lapisan tanah 2 bertekstur
silty clay loam, lapisan tanah 3 bertekstur sandy loam dan lapisan tanah 4
bertekstur sandy loam,Tekstur lapisan tersebut berbeda dikarenakan jumlah dan
luas partikel permukaan tanah.
Tanah pada lapisan 1 berwarna very dark brown yang kaya akan bahan
organik dan aktivitas biologis, tumbuhan ataupun hewan yang mempunyai
kedalaman lapisan 30 cm. Lapisan 2 pada profil dalam mempunyai kedalaman
lapisan 20 cm dan berwarna very dark brown. Lapisan 3 pada profil dalam
berwarna very dark brown sedangkan lapisan 4 berwarna dark brown, kedua
lapisan tersebut memiliki kedalaman lapisan 15 cm, Memiliki tekstur lempung liat
berpasir mempunyai struktur yang medium dan konsistensinya lembab atau tidak
14
kering karena berada pada lapisan bawah sehingga tidak mudah untuk mengalami
penguapan air.
Keasaman adalah salah satu indikator kesuburan dalam tanah. Tinggi dan
rendahnya keasaman tanah sangat bergantung pada keadaan ion hidrogen dan
hidroksi. Tanah yang besrsifat asam akan lebih memiki ion hidrogen yang lebih
banyak dan sebaliknya. Keasaman tanah jika nilainya 6,7 – 7 maka tanah tersebut
masih terbilang netral dan layak digunakan lahan pertanian (Utoyo, 2007). Pada
tanah yang ada di lahan pengamatan diketahui bahwa lapisan 1 memiliki pH
sebesar 6 dan lapisan 2, 3 dan 4 memiliki pH 7, ini mengindikasikan bahwa tanah
di tempat praktikum dilakukan masih bersifat asam dan memiliki tinggkat
kesuburan yang cukup baik, yang sangat baik jika digunakan sebagai lahan
pertanian.
Penentuan kandungan bahan organik dan kapur pada tanah dapat dilakukan
dengan menteskan H2O2 10 %, dan meneteskan HCL 1 pada sampel tanah, bila
tanah di tetesi H2O2 10 % dan mengeluarkan gelembung maka tanah tersebut
mengandung bahan organik, demikian juga jumlah gelembung yang dikeluarkan
sebagai indikasi tingkat banyaknya bahan organik, jika gelembung banyak maka
bahan organik pada tanah tersebut cukup tinggi. Begitu pula dengan tanah yang
diberikan HCL, jika tanah mengeluarkan gelembung maka tanah tersebut
memiliki bahan kapur dan semakin banyak gelembung yang keluar maka
kandungan kapur pada tanah tersebut makin tinggi. Pada tanah di tempat
praktikum tanah disana saat diberi H2O2 mengeluarkan gelembung dan paling
banyak pada horizon 1 ini menandakan pada horizon 1 tanah yang paling banyak
mengandung bahan organik dan saat di beri HCL tanah disana tidak
mengeluarkan gelembung yang menandakan tanah disana tidak mengandung
kapur.
15
BAB 4 PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Kondisi fisik lingkungan membuat profil tanah akan berbeda di setiap
horizonnya, baik secara tekstur, struktur dan warna.
2. Lokasi yang di gunakan di tegal boto dtemukan 4 lapisan tanah pada lahan
percobaan yang dianalisa dengan sifat fisik,kimia, bilogi tanah.
3. Pengambilan contoh tanah di gunakan untuk menentukan penetapan sifat
fisik,kimia dan biologi tanah.
4. Klasifikasi tanah di indonesia sangat beragam, karena di pengaruhi bahan
induk di sekitar tanah tersebut seperti dari debu vulkanik.
4.2. Saran
kegiatan praktikum berjalan dengan baik dengan penjelasan para asisten
yang detail, tetapi waktu yang dimulai terlalu siang akibatnya sulit menentukan
arah cahaya tepat untuk menggali profil tanah , karena semua arah terpancar
cahaya matahari. sebaiknya pihak lab lebih mengatur jatwal yang sesuai supaya
praktikan merasa nyaman dalam pengamatan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1983. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta: Kanisius.
Arifin, Mahfud, R. Hudaya, R. Devnita, A. Sandrawati, M. A. Solichin,,
R. Harryanto, dan G. Herdiansyah. 2016. Identifikasi Taksa Tanah di Situs
Megalitik Gunung Padang Kabupaten Cianjur. Soilrens, 14(2): 38-43.
Fathurrohmah, R. A. 2006. Pengaruh Pohon Penaung Leda ( Eucalyptus deglupta
BI.) dan Suren ( Toona sureni merr.) Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Kopi ( Coffe arabica L.). Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Kurnia, U., F. Agus ., A. Adimihardja., A. Dariah. 2006. Sifat Fisik Tanah dan
Metode Analisisnya. Departemen Pertanian.
Sulistyaningrum, D., Susanawati., Suharto B. 2014. Pengaruh Karakteristik
Fisika-Kimia Tanah Terhadap Nilai Indeks Erodibilitas Tanah Dan
Upaya Konservasi Lahan. Sumber Daya Alam dan Lingkungan, 1(2):
55-62.
Sutanto.R.2005. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Suwarji., W.H. Utumo., Sukartono. 2012. Kemantapan Agregat Setelah Aplikasi
Biochar di Tanah Lempung Berpasir Pada Pertanaman Jagung di
Lahan Kering Kabupaten Lombok Utara. Buana Sains, 12 (1): 61 –
68.
Utoyo, Bambang. 207. Geografi Membuka Cakrawala Dunia. Bandung: PT Setia
Purna Inves.
17
DOKUMENTASI
Proses pengambilan sampel tanah utuh
Gambar 1. Pembersihan permukaan tanah
Gambar 2. Meletakkan ring sampel ke dalam tanah
Gambar 3. Ring sampel telah tertatanam di dalam tanah
18
Gambar 4. Penggalian tanah sekitar ring sampel untuk mengeluarkan ring dari
dalam tanah
Gambar 5. Pemerataan tanah dalam ring sampel menggunakan pisau
Gambar 6. Pemberian label pada pengambilan sampel tanah
19
Proses penyandraan profil tanah
Gambar 1. Pengukuran kedalaman lapisan tanah
Gambar 2. Batas-batas lapisan tanah
Gambar 3. Pengambilan contoh tanah setiap lapisan
20
Gambar 4. Penentuan konsistensi setiap lapisan
Gambar 5. Penentuan warna pada lapisan tanah
Gambar 6. Penentuan pH pada setiap lapisan tanah
21
Gambar 7. Pemberian H2O untuk mendeteksi kandungan bahan organik pada
tanah
Gambar 8. Pemberian HCL untuk mendeteksi kandungan kapur dalam tanah
22
Literatur
Sulistyaningrum, D., Susanawati., Suharto B. 2014. Pengaruh Karakteristik
Fisika-Kimia Tanah Terhadap Nilai Indeks Erodibilitas Tanah Dan
23
Upaya Konservasi Lahan. Sumber Daya Alam dan Lingkungan,
1(2): 55-62.
Sutanto.R.2005. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
24
Utoyo, Bambang. 207. Geografi Membuka Cakrawala Dunia. Bandung: PT Setia
Purna Inves.
Aak. 1983. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta: Kanisius.
25
Arifin, Mahfud, R. Hudaya, R. Devnita, A. Sandrawati, M. A. Solichin,,
R. Harryanto, dan G. Herdiansyah. 2016. Identifikasi Taksa Tanah di Situs
Megalitik Gunung Padang Kabupaten Cianjur. Soilrens, 14(2): 38-43.
26
Kurnia, U., F. Agus ., A. Adimihardja., A. Dariah. 2006. Sifat Fisik Tanah dan
Metode Analisisnya. Departemen Pertanian.
Suwarji., W.H. Utumo., Sukartono. 2012. Kemantapan Agregat Setelah Aplikasi
Biochar di Tanah Lempung Berpasir Pada Pertanaman Jagung di
Lahan Kering Kabupaten Lombok Utara. Buana Sains, 12 (1): 61 –
68.
27
Fathurrohmah, R. A. 2006. Pengaruh Pohon Penaung Leda ( Eucalyptus deglupta
BI.) dan Suren ( Toona sureni merr.) Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Kopi ( Coffe arabica L.). Bogor : Institut Pertanian Bogor.