laporan praktikum lapangan botani tingkat rendah - identifikasi tumbuhan tingkat rendah

45
i

Upload: jessy-damayanti

Post on 12-Apr-2017

196 views

Category:

Science


6 download

TRANSCRIPT

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena dalam kesempatan yang berbahagia ini penyusun masih diberikan

kesempatan untuk menyelesaikan Laporan Praktikum Lapangan mata kuliah

Botani Tingkat Rendah Identifikasi Tumbuhan Tingkat Rendah.

Dalam menyelesaikan laporan ini, penyusun melakukan pengamatan di

kawasan Pantai Carita dan Pantai Karang Bolong di Banten, Grafika Cikole di

Lembang Bandung, dan di Kebun Raya Bogor. Untuk menyusun laporan,

penyusun menggunakan buku panduan dan internet. Penyusun laporan bermaksud

untuk memperdalam pemahaman sebagai seorang mahasiswa dan melatih

kemandirian agar tidak hanya menerima dari dosen, tetapi harus mengembangkan

sendiri dengan cara mencari informasi yang bersangkutan.

Penyusun menyadari bahwa dalam menyelesaikan laporan ini masih jauh

dari kesempurnaan dan banyak kekurangan, untuk itu diharapkan adanya kritik

dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi siapa

saja yang membaca dan memerlukannya.

Samarinda, 21 Desember 2016

Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................iDAFTAR ISI............................................................................................................iiIDENTIFIKASI TUMBUHAN TINGKAT RENDAH...........................................1

A. Tujuan...........................................................................................................1B. Dasar Teori....................................................................................................1

1. Paku (Pteridophyta)...................................................................................22. Lumut (Briophyta).....................................................................................33. Jamur (Fungi)............................................................................................6

C. Alat dan Bahan............................................................................................10D. Prosedur Kerja.............................................................................................10E. Hasil Pengamatan dan Pembahasan............................................................11

1. Asplenium nidus......................................................................................112. Polypodium vulgare.................................................................................123. Polypodium glycyrrhiza...........................................................................124. Tectaria crenata........................................................................................145. Angiopteris evecta...................................................................................166. Davallia denticulata.................................................................................177. Polystichum setiferum.............................................................................188. Nephrolepis sp.........................................................................................199. Ganoderma applanatum...........................................................................2010. Auricularia auricula.................................................................................2111. Pleurotus ostreatus...................................................................................2312. Gymnopus dryophilus..............................................................................2413. Polytrichastrum formosum......................................................................2414. Usnea subfloridina...................................................................................2515. Flavoparmelia caperata............................................................................2616. Bryum gemmiferum.................................................................................2717. Funaria hygrometrica...............................................................................28

F. Kesimpulan.................................................................................................29DAFTAR PUSTAKA

ii

IDENTIFIKASI TUMBUHAN TINGKAT RENDAH

A. Tujuan

Mahasiswa dapat mengidentifikasi tumbuhan tingkat rendah yang berada

di kawasan Pantai Carita dan Pantai Karang Bolong di Banten, Grafika Cikole

di Lembang Bandung, dan di Kebun Raya Bogor.

B. Dasar Teori

Botani Tingkat Rendah dapat didefinisikan sebuah cabang dari ilmu

biologi yang mempelajari tentang tumbuhan–tumbuhan tingkat rendah.

Dikatakan tumbuhan tingkat rendah karena jenis-jenis tumbuhan ini tidak bisa

dibedakan antara akar, batang, dan daunnya.

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang cukup banyak, baik

flora maupun fauna. Kita boleh berbangga dengan kekayaan tumbuhan yang

tidak dimiliki negara lain. Akan tetapi lebih kurang 30.000 sampai 40.000 jenis

tumbuhan yang tersebar dari Aceh sampai Papua, dari daratan rendah hingga

dataran tinggi dari daerah tropik hingga daerah sejuk, jenis-jenis pohon di

Indonesia sangat banyak. Oleh Endert, seorang pakar tumbuh-tumbuhan

Belanda yang pernah bekerja di Indonesia ditaksir ada kira-kira 4.000 jenis

pohon dan dari 4.000 jenis ini belumlah kita kenal semua baik namanya

maupun sifatnya.

Beragamnya mahkluk hidup yang ada di bumi ini yang ditunjukkan

dengan adanya variasi bentuk, penampilan serta ciri-ciri yang lainnya, maka

mendorong diperlukannya suatu cara untuk mengelompokkan mahkluk hidup

agar mudah dipelajari dan dipahami. Para ilmuwan dari bidang biologi

mengembangkan suatu sistem pengelompokan yang memudahkan untuk

memahami, mempelajari, dan mengenali mahkluk hidup dengan suatu sistem

klasifikasi. Cabang ilmu biologi yang mempelajari klasifikasi suatu mahkluk

hidup disebut dengan taksonomi atau sistematik. Bergantung pada golongan

makhluk hidup yang dijadikan obyek studi, apabila yang merupakan obyek

studinya adalah tumbuhan maka istilah yang digunakan adalah Taksonomi atau

1

Sistematik Tumbuhan, begitu juga berlaku pada obyek studi hewan. Unsur

utama yang menjadi ruang lingkup Taksonomi Tumbuhan adalah pengenalan

(identifikasi), pemberian nama dan penggolongan atau klasifikasi.

1. Paku (Pteridophyta)

Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat digolongkan sebagai tumbuhan

tingkat rendah, namun sekelompok tumbuhan ini telah memiliki sistem

pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya.

Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat

perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi.

Alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama adalah spora. Jadi

penempatan tumbuhan paku ke dalam golongan tingkat rendah atau tinggi bisa

berbeda-beda tergantung sifat yang digunakan sebagai dasar. Jika didasarkan

pada macam alat perkembangbiakannya, maka sebagai tumbuhan berspora

tergolong tumbuhan tingkat rendah. Namun, jika didasarkan pada ada atau

tidaknya sistem pembuluh, tumbuhan paku dapat digolongkan sebagai

tumbuhan tingkat tinggi karena sudah mempunyai berkas pembuluh.

Tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang sebagian besar hidup di

tempat-tempat yang lembap. Tumbuhan paku diduga merupakan tumbuhan

berkormus tertua yang menghuni daratan bumi. Cara hidupnya bermacam-

macam ada yang epifit (menempel pada tumbuhan lain), saprofit (di sisa-sisa

tumbuhan lain atau sampah), higrofit (tempat lembab) maupun hidrofit (hidup

di air). Tumbuhan paku juga memiliki banyak manfaat untuk kehidupan

manusia.

Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju

abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000

(diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh

di daerah tropika basah yang lembap. Tumbuhan ini cenderung menyukai

kondisi air yang melimpah karena salah satu tahap hidupnya tergantung dari

keberadaan air, yaitu sebagai tempat media bergerak sel sperma menuju sel

telur. Tumbuhan paku pernah merajai hutan-hutan dunia di Zaman Karbon

sehingga zaman itu dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku. Serasah

2

hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil dan mengalami mineralisasi

sekarang ditambang orang sebagai batu bara.

Bentuk luar (morfologi) tumbuhan paku bermacam-macam, sesuai

dengan hasil evolusi adaptasinya. Penampilan luar paku ada yang

berupa pohon (paku pohon, biasanya tidak bercabang), semak, epifit,

tumbuhan merambat, mengapung di air, hidrofit, tetapi biasanya

berupa terna dengan rimpang yang menjalar di tanah atau humus.

Organ fotosintetik dan reproduktif paku disebut ental (bahasa

Inggris frond) dengan ukuran yang bervariasi, dari beberapa milimeter

sampai enam meter. Ental paku sejati yang masih muda selalu menggulung

seperti gagang biola dan menjadi satu ciri khas.

Sebagian besar anggota paku-pakuan tumbuh di daerah tropika basah.

Paku-pakuan cenderung ditemukan pada kondisi tumbuh marginal, seperti

lantai hutan yang lembab, tebing perbukitan, menempel atau merayap

pada batang pohon atau bebatuan, di dalam airkolam/danau, daerah

sekitar kawah vulkanik, serta sela-sela bangunan yang tidak terawat..

Ketersediaan air yang mencukupi pada rentang waktu tertentu diperlukan

karena salah satu tahap hidupnya tergantung pada keberadaan air, yaitu

sebagai media bergeraknya sel sperma menuju sel telur. Karena itulah,

tumbuhan ini juga lebih banyak dijumpai di kawasan pegunungan yang

basah dan teduh.

2. Lumut (Briophyta)

Pada umumnya kita menyebut "lumut" untuk semua tumbuhan yang

hidup di permukaan tanah, batu, tembok atau pohon yang basah, bahkan

yang hidup di air. Padahal tidak semuanya benar. Kalau kita cermati,

mereka semua masih berupa talus jadi belum memiliki kormus yang jelas.

Semua lumut merupakan tumbuhan autotrop fotosintetik, tak berpembuluh,

tetapi sudah memiliki batang dan daun yang jelas dapat diamati meskipun

akarnya masih berupa rizoid. Maka lumut dianggap sebagai peralihan antara

tumbuhan thallus ke tumbuhan berkormus, karena memiliki ciri thallus

3

berupa rizoid dan kormus yang telah menampakkan adanya bagian batang

dan daun. Bryophyta tidak memiliki jaringan yang diperkuat oleh lignin,

oleh karenanya memiliki profil yang rendah, tingginya hanya 1–2 cm dan

yang paling besar tingginya tidak lebih dari 20 cm.

Lumut merupakan organisme multi seluler eukariotik yang

menunjukkan peralihan ciri thalus ke kormus yang telah beradaptasi dengan

kehidupan darat, sehingga dimasukkan ke dalam Kingdom Plantae. Lumut

dapat dengan mudah dijumpai di tempat yang lembap atau basah, seperti

menempel pada pohon dan di permukaan batu bata. Di kutub, lumut

merupakan penyusun ekosistem tundra (padang lumut). Lumut yang hidup

di permukaan batu bata berbentuk seperti beludru yang berwarna hijau. Ada

juga yang berupa lembaran menempel pada tebing atau dinding sumur.

Lumut yang hidup di pohon, tubuhnya menjulur panjang, menggantung.

Lumut kering yang dijual sebagai media tanaman disebut moss. Lumut

mengalami pergiliran keturunan (metagenesis). Dalam daur hidupnya, lumut

mengalami dua fase kehidupan, yaitu fase gametofit (haploid) dan fase

sporofit (diploid). Alat perkembangbiakan jantan berupa antheridium dan

alat perkembangbiakan betina berupa arkegonium.

Alat perkembangbiakan lumut

Dalam daur hidup lumut, misalnya lumut daun, generasi gametofit

(haploid) merupakan generasi yang dominan. Generasi sporofitnya lebih

kecil dan hidup lebih pendek. Generasi sporofit (diploid) menghasilkan

spora haploid melalui pembelahan meiosis dalam suatu struktur yang

disebut sporangium. Spora yang kecil, apabila menyebar dan menemukan

4

tempat yang sesuai akan berkembang menjadi tumbuhan gametofit yang

baru.

Umumnya lumut daun berumah dua (dioesious) yang berarti satu

individu hanya memiliki satu jenis kelamin. Jika arkegonium telah masak,

sel telur siap untuk dibuahi, dan seluruh sel di dalam arkegonium melebur

menjadi semacam lendir. Sel dinding yang terdapat di ujung akan terlepas

dan bagian atas arkegonium akan menjadi corong. Begitu juga dinding

anteridium akan pecah sehingga spermatozoid dapat keluar. Spermatozoid

dapat menuju ke sel telur jika ada air dan baru terjadi pembuahan pada

musim hujan. Arkegonium menghasilkan suatu zat (gula atau protein) untuk

menarik spermatozoid agar bergerak menuju ke sel telur. Gerak

spermatozoid ini disebut kemotaksis. Pembuahan menghasilkan zigot yang

diselubungi oleh arkegonium yang akan tumbuh dan berkembang menjadi

sporogo-nium yang merupakan sporofit. Di dalam kotak spora terjadi

pembentukan spora melalui pembelahan meiosis sehingga dihasilkan spora

yang haploid. Kotak spora berbentuk periuk dengan suatu cincin yang

melingkar sepanjang tepi atasnya, disebut operkulum. Di bawah operkulum

terdapat dua baris gigi peristom yang jika keadaan lembap akan menutup

sehingga spora tidak dapat keluar. Jika kadar air rendah kaliptra (tudung

kotak spora) dan operkulum terlepas, gigi peristom membukan (menghadap

ke luar) dan spora keluar. Jika spora jatuh di tempat yang sesuai, akan

tumbuh menjadi protonema. Dari protonema tumbuh tunas-tunas yang

menjadi tumbuhan lumut. Tumbuhan lumut merupakan gametofit yang

berumur panjang, sedangkan sporogonium merupakan sporofit yang

berumur pendek.

Lumut yang dihidup di bumi ini dapat di klasifikasikan sebagai

berikut:

a. Lumut Daun

Lumut ini dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang basah

atau lembap, menempel pada permukaan batu bata, tembok dan tempat-

tempat terbuka. Tubuhnya berukuran kecil, berbatang semu tegak dan

5

lembaran daunnya tersusun spiral. Pada pangkal batang terdapat rizoid

yang bercabang dan bersepta berfungsi sebagai akar.

Contoh lumut daun

b. Lumut Hati

Lumut hati berbentuk lembaran (talus), rizoidnya tidak bercabang

terdapat di bawah tangkai atau lembarannya. Letak antheridium dan

archegonium terpisah. Pada umumnya lumut hati mudah ditemukan pada

tebing-tebing yang basah.

c. Lumut Tanduk

Lumut tanduk sering dijumpai hidup di tepi danau, sungai atau di

sepanjang selokan. Lumut ini juga mengalami pergiliran keturunan antara

generasi sporofit dan generasi gametofit. Generasi sporofitnya

membentuk kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk.

3. Jamur (Fungi)

Jamur (fungi) adalah organisme eukariotik yang bersel tunggal atau

banyak dengan tidak memiliki klorofil. Sel jamur memiliki dinding yang

tersusun atas kitin. Karena sifat-sifatnya tersebut dalam klasifikasi makhluk

hidup, jamur dipisahkan dalam kingdom nya tesendiri, ia tidak termasuk

dalam kindom protista, monera, maupun plantae. Karena tidak berklorofil,

jamur temasuk ke dalam makhluk hidup heterotof (memperoleh makanan

dari organisme lainnya), dalam hal ini jamur hidup dengan jalan

menguraikan bahan-bahan organik yang ada di lingkungannya. Umumnya

jamur hidup secara saprofit (hidup dengan mengurai sampah oganik seperti

6

bankai menjadi bahan anoganik). Ada juga jamur yang hidup secara parasit

(memperoleh bahan organik dari inangnya), adapula yang hidup dengan

simbiosis mutualisme(yaitu hidup dengan organisme lain agar sama-sama

mendapatkan untung).

Jamur uniseluler berkembangbiak secara aseksual dengan membentuk

tunas, dan secara seksual dengan membentuk spora askus. Sedangkan jamur

multiseluler yang terbentuk dari rangkaian sel membentuk benang seperti

kapas, yang disebut benang hifa. Dalam perkembangbiakkannya secara

aseksual ia memutuskan benang hifa (fragmentasi), membentuk spora

aseksual yaitu zoospora, endospora, dan konidia. Secara seksual melalui

pelebuan anatara inti jantan dan inti bentina sehingga terbentuk spora  askus

atau spora sidium.

Jamur diklasifikasikan berdasarkan cara reproduksi dan struktur

tubuhnya. Dalam klasifikasi dengan lima kingdom, jamur dibagi menjadi 4

divisi yaitu:

a. Divisi Zygomycota

Tubuh Zygomycota terdiri dari benng hifa yang bersekat

melintang, ada pula yang tidak bersekat melintang. Hifa bercabang-

cabang banyak dan dinding selnya mengandung kitin.

Contoh jamur ini adalah jamur yang tumbuh pada tempe, selain itu

ada juga yang hidup secara saprofit pada rotin, nasi, dan bahan makanan

lainnya. Ada pula yang hidup secara parasit, misalnya penyebab penyakit

busuk pada ular jalar.

Jamur Zygomycota berkembangbiak secara aseksual dengan spora.

Beberapa hifa akan tumbuh ke atas dan ujungnya menggembung

membentuk sporangium.

Reproduksi secara seksual dilakukan sebagai berikut: dua hifa

yakni hifa betina (hifa -) dan hifa jantan (hifa +) betemu, kemudian inti

jantan dan inti betina melebu, terbentuk zigot yang berdinding tebal.

Zigot menghasilkan kota spora yang disebut zigosporangium dan

sporanya disebut zygospora. Zygospora mengalamai dormansi (istirahat)

7

selama 1-3 bulan. Setelah itu zigospora akan berkecambah membentuk

hifa. Hifa jantan dan betina hanya istilah saja, dan disebut jantan, jika

hifanya memberi isi sel, disebut betina kalau menerima isi sel.

b. Divisi Ascomycota

Ciri Khusus dari jamur Ascomycota adalah dapat menghasilkan

spora askus (askospora), yaitu spora hasil repoduksi seksual, berjumlah 8

spora yang tersimpan di dalam kotak spoa. Kotak spora ini menyerupai

kantong sehigngga disebut askus, untuk mengetahui bentuk dan stuktu

askus dibutuhkan pengamatan yang teliti. Reproduksi aseksual dengan

tunas, fragmentasi, konidia. Reproduksi seksual dengan menghasilkan

spora askus.

c. Divisi Basidiomycota

Jamur Basidiomycota umumnya merupakan jamur makroskopik,

dapat dilihat dengan mata karena ukuannya yang besar. Pada musim

penghujan dapat kita temukan pada pohon, misalnya jamur kuping, jamur

pohon, atau di tanah yang banyak mengandung bahan oganik, misalnya

jamur barat.

Bentuk tubuh buahnya kebanyakan mirip payung misalnya pada

jamur merang yang kalian amati. Basidiomycota ada yang dibudayakan

misalnya jamur merang, jamur tiram, jamur shiltake, dan lainnya, jamur-

jamur tersebut merupakan makan yang bergizi tinggi.

Hifa Basidiomycota memiliki sekat melintang, berinti satu

(monokaiotik) atau dua (dikariotik). Miseliumnya berada pada substrat.

Dari hifa dikariotik dapat muncul tubuh buah berbentuk payung atau

bentuk lain yang menjulang di atas substrat. Bagian tubuh buah inilah

yang enak dimakan. Tubuh buah atau basidiokarp merupakan tempat

tumbuhnya basidium. Setiap basidium menghasilkan 4 spora basidum.

d. Divisi Deutromycota

Belum semua jamur yang dijumpai di alam telah diketahui cara

repoduksi seksualnya. Kira-kira terdapat sekitar 1500 jenis jamur yang

belum diketahui cara reproduksi seksualnya. Akibat dari hal ini Tidak

8

ada yang bisa menggolongkan 1500 jamur tersebut. Jamur yang demikian

untuk sementara waktu digolongkan ke dalam Deuteromycota atau

“jamur tak tentu”. Jadi Deuteromycota bukanlah penggolongan yang

sejati atau bukan takson. Jika kemudian menurut penelitian ada jenis dari

jamur ini yang diketahui proses reproduksi seksualnya, maka akan

dimasukkan ke dalam ascomycota atau basidiomycota.

9

C. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Alat Tulis

b. Kamera

2. Bahan

Tumbuhan tingkat rendah yang berada dikawasan Pantai Carita dan

Pantai Karang Bolong di Banten, Grafika Cikole di Lembang Bandung, dan

di Kebun Raya Bogor.

D. Prosedur Kerja

1. Dicari tumbuhan tingkat rendah yang ada di tempat lokasi yang ditetapkan.

2. Difoto sebanyak mungkin tumbuhan tingkat rendah yang dilihat.

3. Diidentifikasi foto tumbuhan tingkat rendah yang didapat menjadi tiga

golongan yaitu, paku (Pteridophyta), jamur ( Fungi ), lumut (Bryophyta).

10

E. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

1. Asplenium nidus

KlasifikasiKerajaan : Plantae Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida Ordo : Polypodiales Famili : AspleniaceaeGenus : AspleniumSpesies : Asplenium nidus

Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan, paku sarang

burung (Asplenium nidus) merupakan jenis tumbuhan paku populer

sebagai tanaman hias halaman. Paku ini ditemukan saat melakukan

pengamatan di Kebun Raya Bogor.

Paku ini mudah dikenal karena tajuknya yang besar, entalnya dapat

mencapai panjang 150 cm dan lebar 20 cm, menyerupai daun pisang.

Peruratan daun menyirip tunggal. Warna helai daun hijau cerah, dan

menguning bila terkena cahaya matahari langsung. Spora terletak di sisi

bawah helai, pada urat-urat daun, dengan sori tertutup semacam kantung

memanjang. Ental-ental yang mengering akan membentuk semacam

"sarang" yang menumpang pada cabang-cabang pohon. "Sarang" ini bersifat

menyimpan air dan dapat ditumbuhi tumbuhan epifit lainnya.

11

2. Polypodium vulgare

KlasifikasiKerajaan : Plantae Divisi : Pteridophyta Kelas : PolypodiopsidaOrdo : Polypodiales Famili : PolypodiaceaeGenus : PolypodiumSpesies : Polypodium vulgare

Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan, Polypodium

vulgare adalah pakis berkembang di sepanjang rimpang horizontal. Daun

dengan bentuk selebaran segitiga ukuran 10 sampai 50 cm. Pada daun paku

ini terdapat spora berwarna hijau. Habitat pakis ini ditemukan saat

melakukan pengamatan di Kebun Raya Bogor, di lokasi yang teduh dan

semi-teduh.

3. Polypodium glycyrrhiza

Klasifikasi

12

Kerajaan : Plantae Divisi : Pteridophyta Kelas : PolypodiopsidaOrdo : Polypodiales Famili : PolypodiaceaeGenus : PolypodiumSpesies : Polypodium glycyrrhiza

Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan,

habitat Polypodium glycyrriza adalah epifit di tanah. Rimpang yang

menjalar di tanah atau batang pohon dan juga batu-batuan . Biasanya

terdapat pada daerah pegunungan hutan basah (lembab), di daerah tropis dan

sub tropis. Polypodium glycyrriza merupakan Pterydophyta yang memiliki

perawakan herba tapi sedikit berkayu. Karena batangnya sedikit berair dan

agak keras.

Bangun daun pada Polypodium glycyrriza yaitu linier bentuk

ujungnya meruncing dan tepi daunnya beringgit. Berbentuk pisau

membedah dan simetris. Ukuran daunnya berupa isofil yakni mempunyai

ukuran sama atau serupa, sektar kurang lebih 75 cm. Biasanya tangkai daun

langsing, 0,5-2 mm. Warna daunnya hijau muda, pada permukaan daunnya

halus mempunyai ramenta.

Daun Polypodium glycyrriza memiliki urat daun menyirip, tulang

daunnya memiliki tipe makrofil, yakni tulang daunnya bercabang dari

pangkal ke ujung.

Daun pada Polypodium glycyrriza ini memiliki tipe sporofil, karena

terdapat spora yang digunakan sebagai reproduksi (perkembangbiakannya),

jadi fungsi daun disini tidak hanya digunakan sebagai fotosintesis atau biasa

disebut daun tropofil.

Batang paku-pakuan ini nampak dengan jelas berupa rimpang (batang

saling mengait), bentuk batangnya bulat beralur dan berusuk secara

longitudinal. Pada permukaan batangnya halus ramenta yakni terdapat

rambut-rambut atau sisik berwarna hitam, atau merah kecoklatan. Ukuran

batang pada Polypodium glycyrriza berkisar antara 2-5 mm. Pada batang

13

muda memiliki diameter berkisar 1,5-2 mm saja. Warna batangnya merah

kecoklatan pada batang yang masih muda. Tetapi pada batang dewasanya

dapat berwarna merah kecoklatan hingga kehitaman.

Akar Polypodium glycyrriza ini memiliki sistem perakaran serabut

yang bercabang cabang secara dikotom. Karena spesies ini utmbuh di tanah

(epifit). Akar-akar manis s tapi berserat dan tipis. Rhizomes berisi ostadin,

sebuah senyawa steroid 3000 kali lebih manis dari pada sukrosa. Pesisir

penduduk asli menggunakan rhizomes sebagai pemanis dan untuk

mengobati penyakit tenggorokan.

Polypodium glycyrriza ini memiliki spora yang terletak di bagian

ventral daun teratur berjajar di tengah dekat urat daun.

Perkembangbiakan  Polypodium glycyrriza sama dengan tumbuhan paku

lainnya yaitu dengan menggunakan spora.

4. Tectaria crenata

KlasifikasiKingdom : PlantaeDivisi : PteridophytaKelas : PteridopsOrdo : PolypodialesFamili : PolypodiaceaeGenus : TectariaSpesies :  Tectaria crenata Cav.

14

Spesies Tectaria sp. diperoleh dari Kebun Raya Bogor, habitatnya

yaitu di tanah atau biasanya juga dapat ditemukan di bebatuan. Jenis paku

ini mempunyai rimpang yang ramping dan panjang, berakar dalam tanah,

memanjat pohon tetapi tidak epifit, atau ada sebagian yang rimpangnya

menjalar pada permukaan bebatuan, menyukai keteduhan. Perawakan paku

ini termasuk semak atau bisa dikatakan agak berkayu.

Daunnya tidak ental. Bentuk daun lanset yaitu semakin ke ujung

semakin mengecil atau bisa dikatakan ujungnya runcing. Warnanya hijau

tapi tidak hijau pekat karena habitatnya yang dibawah dan tidak begitu

tinggi sehingga cukup terhalang oleh spesies lain yang lebih tinggi untuk

memperoleh sinar matahari dalam berfotosintesis. Urat daunnya menyirip,

tetapi urat daunnya tersebut tidak bercabang-cabang. Tekstur daun Tectaria

crenata seperti selaput dengan permukaan yang cukup halus. Daun spesies

ini termasuk daun tunggal karena pada tangkai yang keluar langsung dari

akar hanya terdapat 1 helaian daun saja, tidak bercabang atau tidak

majemuk.

Bentuk batang adalah bulat, dengan permukaan yang halus tidak

mempunyai ramenta. Ukuran panjang batangnya sekitar 33 cm, berwarna

coklat, tanpa adanya percabangan karena batang pada akarnya langsung

keluar dari atas tanah. Bentuk batang atau cabang bermacam-macam, antara

lain bulat beralur dan berusuk secara longitudinal, beruas-ruas panjang dan

kaku. Ada yang panjang ramping, bulat dengan simetri dorsiventral.

Permukaan batang paku-pakuan tidak selalu halus, tetapi kadang-kadang

dihiasi dengan bentuk tertentu, seperti duri, rambut-rambut uniseluler,

ramenta, lapisan lilin, dan sebagainya.

Spesies ini mempunyai akar serabut dikotom. Pada umumnya akar

paku-pakuan adalah serabut yang bercabang-cabang secara dikotom.

Adapula yang bercabang monopodial atau tidak bercabang. Namun tidak

semua paku-pakuan mempunyai akar, misalnya pada bangsa Psilotales,

fungsi akarnya digantikan oleh rizoid.

15

5. Angiopteris evecta

KlasifikasiKingdom : Plantae Divisi : Pterydophyta Kelas : Marttiopsida Ordo : Marttiales Famili : Marattiaceae Genus : Angiopteris Spesies : Angiopteris evecta

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di Grafika Cikole

Lembang Bandung, didapatkan spesies paku yaitu Angiopteris evecta.

Tanaman jenis paku ini memiliki ciri-ciri mempunyai ukel yang berukuran

cukup besar, akarnya menjalar (creeping), mempunyai stipula dengan lebar

10 cm ketika kering penasi daunnya yaitu tipe bipinnatus, sorus terletak di

marginal atau ujung sekali dari pinggir daunnya, ukuran tanaman ini pada

saat diamati yaitu mempunyai tinggi batang kira – kira 220 cm dengan

ukuran lebar ukel kira-kira 10 cm, namun tinggi paku ini bisa mencapai

hingga 7m oleh sebab itu spesies ini sering disebut sebagai raja paku atau

paku raksasa. Angiopteris evecta berwarna hijau pada daun dan batangnya

serta hidup terrestrial diatas tanah. Pada ukel terdapat rambut – rambut

16

berwarna coklat ,rambut ini muncul mulai dari bagian bawah ukel dekat

tanah hingga ujung ukel ke atas.

Agiopteris evecta termasuk kelompok paku tanah. Tumbuhan yang

termasuk kelompok ini adalah paku-pakuan yang hidup ditanah, tembok dan

tebing terjal.

Sampai dengan saat ini tumbuhan pakis telah banyak dimanfaatkan

bagi kepentingan manusia, salah satunya adalah tumbuhan paku Angiopteris

evecta. Pakis gajah ini sering dimanfaatkan orang sebagai tanaman hias

karena keindahannya memiliki nilai jual yang tinggi. Selain itu dapat

dijadikan pula sebagai bahan baku obat dan antibiotik.

6. Davallia denticulata

KlasifikasiKerajaan : Plantae Divisi : PterydophytaKelas : FilicinaeOrdo : DavallialesFamili : PolypodiceaeGenus : DavalliaSpesies : Davallia denticulata

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Kebun Raya Bogor,

didapatkan spesies Davallia denticulata yang daunnya berbentuk segitiga

17

60-100 x 40 – 70, seperti kulit, menyirip rangkap, tangkai 15 – 60 cm, anak

daun bulat telur memanjang, beringgit, bergerigi dengan urat-urat yang

bebas. Tangkai berwarna coklat gelap mengkilap. Bila tumbuhan ini masih

muda rimpangnya ditutupi sisik-sisik padat. Bentuk entalnya segitiga,

menyirip ganda tiga atau empat. Helaian daun berbentuk segitiga dan tepi

yang bergerigi serta daun yang kaku.

Termasuk jenis paku yang umumnya menumpang pada tumbuhan

lain. Meskipun demikian tidak berarti tumbuhnya hanya menumpang saja.

Paku ini dapat pula tumbuh pada tanah-tanah cadas, karang atau batu-batu.

Biasanya banyak dijumpai tumbuh pada batang jenis palem. Tumbuh

bersama-sama dengan paku cecerenean, paku sarang burung atau jenis-jenis

paku lainnya.

7. Polystichum setiferum

KlasifikasiKerajaan : Plantae Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida Ordo : Polypodiales Famili : DryopterydaceaeGenus : PolystichumSpesies : Polystichum setiferum

Berdasarkah hasil identifikasi yang dilakukan, panjang daun

Polystichum setiferum adalah 30-120 cm, dan biasanya bagian pucuknya

18

terkulai. Daunnya bertektur lembut, tipis, dan berbulu, dengan tepi daunnya

yang bergerigi. Pinnae pada tangkai saling berlawanan arah, yang panjang

pinnaenya 4-14 cm.

8. Nephrolepis sp.

KlasifikasiKerajaan : Plantae Divisi : Pteridophyta Kelas : FilicinaeOrdo : Polypodiales Famili : LomariopsidaceaeGenus : NephrolepisSpesies : Nephrolepis exaltata

Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan, Nephrolepis exaltata

mudah dijumpai tumbuh di tepi-tepi sungai, tebing, atau pada

batang palem serta pohon lain. Nephrolepis mudah dijumpai di rumah-

rumah atau kebun. Tumbuhan ini mudah beradaptasi karena

bersifat epifit dan memiliki rimpang yang tahan kering yang menjalar ke

mana-mana, dan entalnya memanjang berbentuk pedang.

Perawakan spesies Nephrolepis exaltata adalah herba. Tumbuh di

tempat tinggi atau dataran tinggi. Rimpangnya tipis, menyerupai akar. Dari

rimpangnya tumbuh ental yang memanjang, dapat mencapai 1,5m panjang,

dengan anak-anak daun tersusun menyirip tunggal, mirip pedang atau

mata tombak. Panjang daun adalah 50-250 cm dan 6-15 cm luas, dengan

19

alternatif pinnae, masing-masing pinna menjadi 2-8 cm, tepi daun terlihat

sedikit bergigi.

Batang menjalar dibawah permukaan tanah. Berbentuk panjang,

berupa rimpang, permukannya kasar dan terdapat ramenta. Tinggi batang

mencapai 33 cm warnanya coklat dan tidak bercabang. Memiliki perakaran

serabut, merambat di bawah permukaan tanah seperti rambut. Akar

berwarna coklat dan terdapat sisik. Sorus terdapat di peruratan daun bagian

tepi dan tengah, berbentuk bulat. Setiap sporangium mengandung spora

yang berwarna kuning dan jarang berwarna kahijauan, permukaanya lembut,

spora bertangkai 2 sampai 3 sel baris.

Berdasarkan literatur, daur hidup Nephrolepis  exaltata terdiri dari dua

fase utama yaitu: gametofit dan sporofit. Nephrolepis exaltata yang kita

lihat merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk

generasi fase gametofit dinamakan protalium. Gametofit tersebut

menghasilkan gamet (sel sperma dan sel telur) melalui pembelahan mitosis.

Selanjutnya sperma membuahi sel telur dengan cara manggabungkan diri

pada protalus. Pembuahan sel telur menghasilkan zigot yang diploid dan

berkembang melalui pembelahan miosis sehingga menjadi sporofit

(tumbuhan Nephrolepis).

9. Ganoderma applanatum

KlasifikasiKerajaan : FungiDivisi : Basidiomycota

20

Kelas : AgaricomycetesOrdo : PolyporalesFamili : GanodermataceaeGenus : GanodermaSpesies : Ganoderma applanatum

Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan, dinding sel Ganoderma

applanatum terdiri atas kitin, namun sel nya tidak memiliki klorofil. Fungi

ini didapatkan saat melakukan pengamatan di Kebun Raya Bogor. Kulitnya

keras dan berwarna hitam dengan tepinya berwarna putih. Ganoderma

applanatum yang ditemukan ini hidup menjadi parasit pada batang pohon

yang masih hidup. Ganoderma apllanatum mendapatkan makanan secara

heterotrof yaitu dengan mengambil makanan dari bahan organik di sekitar

tempat tumbuhnya. Bahan organik tersebut yang akan diubah menjadi

molekul-molekul sederhana dan diserap langsung oleh hifa.

Berdasarkan kajian literatur jamur Ganoderma sp. memiliki sifat

saprofit dan parasit tumbuhan. Sebagai patogen tumbuhan, Jamur

Ganoderma sp. dapat menyebabkan akar membusuk sehingga menyebabkan

kerugian. Sebagai saprofit, Jamur Ganoderma sp. telah lama digunakan

sebagai bahan obat bagi kesehatan manusia.

10. Auricularia auricula

KlasifikasiKerajaan : FungiDivisi : Basidiomycota

21

Kelas : AgaricomycetesOrdo : Auriculariales Famili : AuriculariaceaeGenus : AuriculariaSpesies : Auricularia auricula

Berdasarkan hasil identfikasi yang dilakukan Auricularia auricula

atau biasa disebut karena bentuk tubuh buahnya melebar seperti daun

telinga manusia (kuping). Jamur ini ditemukan saat melakukan pengamatan

di Kebun Raya Bogor.

Karakteristik dari jamur kuping ini adalah memiliki tubuh buah yang

kenyal (mirip gelatin) jika dalam keadaan segar. Namun, pada keadaan

kering, tubuh buah dari jamur kuping ini akan menjadi keras seperti tulang.

Bagian tubuh buah dari jamur kuping berbentuk seperti mangkuk atau

kadang dengan cuping seperti kuping, memiliki diameter 2-15 cm, tipis

berdaging, dan kenyal. Warna tubuh buah jamur ini pada umumnya hitam

atau coklat kehitaman akan tetapi adapula yang memiliki warna coklat tua.

Berdasarkan kajian literatur, cara reproduksi vegetatif dari jamur

kuping adalah dengan membentuk tunas, dengan konidia, dan fragmentasi

miselium. Sedangkan, reproduksi generatif jamur kuping adalah dengan

menggunakan alat yang disebut basidium, basidium berkumpul dalam badan

yang disebut basidiokarp, yang selanjutnya menghasilkan spora yang

disebut basidiospora.

Jamur kuping memiliki banyak manfaat kesehatan, di antaranya untuk

mengurangi penyakit panas dalam dan rasa sakit pada kulit akibat luka

bakar. Bila jamur kuping dipanaskan maka lendir yang dihasilkannya

memiliki khasiat sebagai penangkal (menonaktifkan) zat-zat racun yang

terbawa dalam makanan.

22

11. Pleurotus ostreatus

KlasifikasiKerajaan : FungiDivisi : BasqidiomycotaKelas : HomobasidiomycetesOrdo : Agaricales Famili : TricholomataceaeGenus : PleurotusSpesies : Pleurotus ostreatus

Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan, tubuh buah jamur tiram

memiliki tangkai yang tumbuh menyamping dan bentuknya seperti tiram

sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus.

Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu,

coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5–

20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk. Selain itu, jamur tiram

juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm

serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat.

Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di

hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk

di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon

yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu.

Jamur tiram ini didapatkan saat melakukan pengamatan di Kebun Raya

Bogor.

23

12. Gymnopus dryophilus

KlasifikasiKerajaan : FungiDivisi : BasidiomycotaKelas : AgaricomycetesOrdo : AgaricalesFamili : MarasmiaceaeGenus : GymnopusSpesies : Gymnopus dryophilus

Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan, jamur jenis ini tumbuh

di atas tumpukan jerami padi. Gymnopus dryophilus berwarna putih

kecoklatan dan hidup berkelompok. Gymnopus dryophilus didapatkan saat

melakukan pengamatan di Kebun Raya Bogor.

13. Polytrichastrum formosum

KlasifikasiKerajaan : PlantaeDivisi : Bryophyta

24

Kelas : PolytrichopsidaOrdo : PolytrichalesFamili : PolytrichaceaeGenus : PolytrichhastrumSpesies : Polytrichhastrum formosum

Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan, Polytrichhastrum

formosum memiliki daun yang pelepahnya menyandang lamela pada

permukaan bagian atas. Batang Polytrichhastrum formosum sentral

menebal dengan sebuah rhizoma. Polytrichhastrum formosum merupakan

anggota keluarga Polytrichaceae, dimana hampir semua anggotanya

cenderung lebih besar dibandingkan lumut daun lainnya. Lumut ini

ditemukan saat melakukan pengamatan di Pantai Karang Bolong

14. Usnea subfloridina

KlasifikasiKerajaan : Plantae Divisi : AscomycotaKelas : AcholichesOrdo : LecanorinneaeFamili : ZamiaceaeGenus : UsneaSpesies : Usnea subfloridina

Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan, ciri-ciri morfologi

Usnea subfloridina yaitu talus berbentuk benang, tegak ataupun

bergantungan tanpa rizhoid dan melekat pada substrat pada suatu cakram

25

pelekat yang berasal dari lapisan teras. Bila dilihat secara keseluruhan

menyerupai jaring laba-laba. Usnea subfloridina ini mengandung apotesium.

Lumut kerak ini biasa disebut sebagai lumut janggut dan hidup pada batang-

batang pohon di area pegunungan. Lumut ini didapatkan saat melakukan

pengamatan di Grafika Cikole Lembang Bandung.

15. Flavoparmelia caperata

KlasifikasiKingdom : FungiDivisi : AscomycotaKelas : LecanoromycetesOrdo : LecanoralesFamili : ParmeliaceaeGenus : FlavoparmeliaSpesies : Flavoparmelia caperata

Berdasarkan identifikasi yang dilakukan, warnanya bercak hijau

keputih putihan, sering ditemukan tepung yang berasal dari sel ganggang

yang terbungkus hifa, memiliki soredium, melekat pada batu atau pada

pohon-pohoanan. Oleh karena itu lumut kerak disebut juga tumbuhan

pioner atau vegetasi perintis.

Lumut kerak juga dikenal sangat sensitif terhadap zat zat polutan

berbahaya sehingga tidak dapat hidup di lingkungan yang tercemar.

Pertumbuhan talusnya lambat, Dalam satu tahun, pertumbuhan talusnya

kurang dari 1 centimeter. Bersifat autotrof dan mampu mengikat nitrogen di

udara.

26

16. Bryum gemmiferum

KlasifikasiKerajaan : PlantaeDivisi : BryophytaKelas : BryopsidaOrdo : BryalesFamili : BryaceaeGenus : BryumSpesies : Bryum gemmiferum

Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan, spesies ini ditemukan

hidup tumbuh pada batang pohon yang lembab. Tubuh tumbuhan hijau,

lembut dan tegak. Spesies ini ditemukan saat melakukan pengamatan di

Kebun Raya Bogor

17. Funaria hygrometrica

KlasifikasiKerajaan : PlantaeDivisi : Bryophyta

27

Kelas : BryopsidaOrdo : FunarialesFamili : FunariaceaeGenus : FunariaSpesies : Funaria hygrometrica

Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan, spesies ini ditemukan

hidup tumbuh pada batu-batuan besar yang lembab. Tubuh tumbuhan hijau,

lembut dan tegak. Spesies ini ditemukan saat melakukan pengamatan di

Pantai Karang Bolong, Banten.

28

F. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa tumbuhan Asplenium nidus, Polypodim vulgare, Polypodium

glycyrriza,Tectaria crenata, Angiopteris evecta, Davallia denticulata,

Polystichum setiferum, dan Nephrolepis exaltata termasuk ke dalam tumbuhan

paku (Pteridophyta) karena memiliki pembuluh sejati dan berkembang biak

menggunakan spora. Ganoderma applanatum, Auricularia auricula, Pleurotus

ostreatus, dan Gymnopus dryophilus termasuk ke dalam jamur (fungi) karena

tidak memiliki klorofil dan hidup secara saprofit terhadap tumbuhan lain.

Sedangkan, Polytrichhastrum formosum, Usnea subfloridina, Flavoparmelia

caperata, Bryum gemmiferum, dan Funaria hygrometrica termasuk ke dalam

lumut karena mereka semua masih berupa talus jadi belum memiliki kormus

yang jelas. Semua lumut merupakan tumbuhan autotrop fotosintetik, tak

berpembuluh, tetapi sudah memiliki batang dan daun yang jelas dapat diamati

meskipun akarnya masih berupa rizoid.

29