laporan praktikum biokimia
DESCRIPTION
uji kualitatif karbohidratTRANSCRIPT
Hasil Pengamatan
Perlakuan Hasil
Tes Molisch
Pekat
2mL larutan karbohidrat pekat di
tambahkan 2 tetes pereaksi
molisch
Campuran berwarna jingga
ditambahkan 2mL H2SO4 pekat
Encer
2mL larutan karbohidrat encer di
tambahkan 2 tetes pereaksi
molisch
Campuran berwarna jingga
ditambahkan 2mL H2SO4 pekat
Larutan berubah dari warna kuning
menjadi warna jingga
Perubahan warna larutan menjadi
ungu kehitaman
Larutan berubah warna dari kuning
pucat menjadi warna jingga
Perubahan warna larutan menjadi
ungu kecoklatan
Tes Benedict
Pekat
5mL pereaksi benedict dimasukan
ke tabung reaksi
Ditambahkan 8 tetes larutan
karbohidrat pekat
Campuran dipanas di tangas air
selama 3 menit
Encer
5mL pereaksi benedict dimasukan
ke tabung reaksi
Ditambahkan 8 tetes larutan
karbohidrat encer
Campuran dipanas di tangas air
selama 3 menit
Larutan warna biru muda
Membentuk 2 lapisan, Lapisan
karbohidrat dibawah
Larutan warna kuning kecoklatan
dengan endapan merah bata
Larutan warna biru muda
Larutan karbohidrat mengendap di
bagian bawah
Larutan warna jingga dengan
endapan hijau
Tes Barfoed
Pekat
2mL larutan karbohidrat pekat
dimasukkan ke tabung reaksi
Ditambahkan 3mL pereaksi
barfoed
Dipanaskan di tangas air 1 menit
Encer
2mL larutan karbohidrat encer
dimasukkan ke tabung reaksi
Ditambahkan 3mL pereaksi
barfoed
Dipanaskan di tangas air 1 menit
Larutan kuning cerah
Larutan karbohidrat mengendap di
bawah, lapisan atas larutan barfoed
warna biru
a. 0-5 menit: larutan biru dengan
endapan hijau tua
b. 5-7 menit: endapan berubah
warna menjadi merah
c. 7-12 menit: endapan merah bata
Larutan kuning pucat
Larutan karbohidrat mengendap di
bawah, lapisan atas larutan barfoed
warna biru
a. 0-5 menit: larutan biru dengan
endapan biru tua
b. 5-7 menit: endapan berubah
warna menjadi biru violet
c. 7-12 menit:
endapan biru
violet bertambah
a b
c
Tes Seliwanoff
Pekat
3 tetes larutan karbohidrat pekat
dimasukkan ke dalam tabung
reaksi
Ditambahkan 3ml pereaksi
seliwanoff
Campuran dipanaskan di tangas
air
Encer
3 tetes larutan karbohidrat encer
dimasukkan ke dalam tabung
reaksi
ditambahkan 3ml pereaksi
seliwanoff
campuran dipanaskan di tangas air
Larutan warna kuning
Larutan warna kuning
Larutan warna jingga tidak ada
endapan
Larutan kuning pucat
Larutan warna kuning
Larutan warna jingga tidak ada
endapan
a b c
Tes Iodium
3 tabung diisi larutan kanji 1%
Tabung 1 ditambahkan 2 tetes
aquades, lalu dikocok
Tabung 2 ditambahkan 2 tetes
HCl 6M, lalu dikocok
Tabung 3 ditambahkan 2 tetes
NaOH 6M , lalu dikocok
Masing-masing tabung
ditambahkan 1 tetes larutan I2
Larutan tidak berwarna
Tidak ada perubahan
Tidak ada perubahan
Tidak ada perubahan
a. Tabung 1: ungu
b. Tabung 2:ungu kehitaman
c. Tabung 3: tidak ada perubahan
Hidrolisis kanji
5 ml larutan kanji dimasukkan
pada tabung reaksi
Ditambahkan 3ml HCL 3M
Ambil 1-3 tetes campuran pada
plat tetes
Dipanaskan di tangas air setiap 3
menit diambil satu tetes diletakkan
di plat tetes selama 15 menit
Sampel menit ke 3 ditambah 1
tetes I2
Larutan tidak berwarna
Tidak ada perubahan
Larutan kontol
Sampel panas
Warna ungu violet
a b c
Sampel menit ke 6 ditambah 1
tetes I2
Sampel menit ke 9 ditambah 1
tetes I2
Sampel menit ke 12 ditambah 1
tetes I2
Sampel menit ke 15 ditambah 1
tetes I2
Kelima sampel ditambahkan 1
tetes Na2CO3 1M dan 1 tetes
pereaksi benedict
Warna ungu violet
Warna ungu violet
Warna ungu violet
Warna ungu violet
Tidak terjadi perubahan apapun
pada kelima sampel
Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian secara kualitatif terhadap
sampel untuk diketahui ada tidaknya karbohidrat yang tekandung dalam sampel.
Sampel yang digunakan adalah Madu Kembang Sido Muncul. Pengujian yang
dilakukan terhadap sampel diantaranya Uji Molisch, Uji benedict, Uji Barfoed,
Uji Seliwanoff, Uji Iodium, dan Hidrolisis Kanji.
Pengujian yang pertama dilakukan yaitu uji molisch. Uji molisch
merupakan tes umum untuk mengetahui kandungan karbohidrat pada suatu bahan.
Pertama disiapkan 2mL larutan karbohidrat yang encer dan yang pekat. Kemudian
masing-masing ditetesi pereaksi molisch warnanya berubah menjadi jingga,
keduanya kemudian ditambahkan 2mL H2SO4 pekat kemudian terbentuk endapan
berwarna ungu kehitaman pada sampel larutan pekat dan endapan ungu
kecoklatan pada sampel larutan encer. Endapan tersebut terbentuk karena larutan
karbohidrat yang direaksikan dengan pereaksi molisch yang mengandung alfa
naftol dan H2SO4 pekat yangmerupakan asam kuat menyebabkan karbohidrat yang
terkandung terhidrolisis membentuk furfural, karena H2SO4 dapat menghidolisis
oligosakarida dan monosakirda. Tak hanya endapan, cincin berwarna jingga pada
batas larutan dan endapan menunjukkan keberadaan karbohidrat pada sampel.
Heksosa atau pentosa yang terkandung pada karbohidrat mengalami dehidrasi di
bawah pengaruh asam sulfat pekat menjadi furfural, maka fungsi H2SO4 dalam
percobaan ini adalah untuk mendehidrasi karbohidrat. Persamaan reaksi dari uji
molisch yaitu
Pengujian kedua adalah uji benedict. Pengujian benedict merupakan
pengujian oksidasi gula. Apabila suatu bahan yang direaksikan dengan pereaksi
benedict mengandung sakarida, maka sakarida tersebut akan teroksidasi oleh
pereaksi benedict. Mula-mula 5ml pereaksi dimasukkan ke dalam tabung reaksi
lalu ditambahkan 8 tetes larutan karbohidrat, kemudian campuran diaduk lalu
dipanaskan dipenangas air selama 3 menit. Pemanasan berfungsi agar reaksi dapat
berlangsung lebih cepat. Pengujian dilakukan terhadap sampel pekat dan encer.
Pada sampel pekat dihasilakan endapan merah bata dalam larutan kuning
kecoklatan sehingga membentuk dua lapisan. Dan pada sampel encer dihasilkan
endapan jingga dalam larutan hijau. Prinsip dari uji benedict adalah mengoksidasi
gula dalam suasana basa. Pereaksi benedict terdiri dari CuSO4, Na2CO3 dan
natrium sitrat. Karbohidrat atau monosakarida khususnya memiliki sifat
mereduksi terutama dalam suasana basa karena adanya gugus aldehid atau keton
bebas pada karbohidrat. Pada uji benedict ion Cu2+ direduksi oleh larutan
karbohidrat baik yang pekat maupun encer menjadi ion Cu+ yang mengendap
sebagai Cu2O berwarna jingga hingga merah bata. Reaksi yang terjadi pada uji
benedict sebagai berikut:
Pengujian yang ketiga adalah pengujian barfoed. Seperti uji benedict, uji
barfoed juga mendeteksi sifat mereduksi dari karbohidrat khususnya
monosakarida. Pertama larutan karbohidrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan 3mL pereaksi barfoed lali dipanaskan di tangas air selama
satu menit. Lalu diamati perubahan dari campuran pada 3 periode yaitu 0-5 menit,
5-7 menit, dan 7-12 menit. Pengujian dilakukan pada sampel encer dan pekat.
Pada sampel pekat perubahan pada laruta yaitu 0-5 menit larutan berwarna biru
dengan endapan hijau, 0-5 menit: larutan biru dengan endapan hijau tua, 5-7 menit
endapan berubah warna menjadi merah, dan 7-12 menit endapan merah bata. Pada
sampel encer perubahan yang terjadi saat 0-5 menit larutan biru dengan endapan
biru tua 5-7 menit endapan berubah warna menjadi biru violet, dan 7-12 menit
endapan biru violet bertambah banyak. Karbohidrat pada sampel mereduksi ion
Cu2+ menjadi ion Cu+ dan mengendap sebagai Cu2O. Pereaksi barfoed bekerja
dalam suasana asam. Monosakarida lebih cepat mereduksi ion daripada
disakarida. Apabila karbohidrat mereduksi ion logam maka karbohidrat akan
teroksidasi. Gugus aldehid pada karbohidrat akan teroksidasi menjadi gugus
karboksilat dan terbentuklah asam mono karboksilat. Dan glukosa akan
teroksidasi menjadi glukonat. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Pengujian berikutnya dalah tes ketosa dengan pereaksi seliwanoff. Mula-
mula tiga tetes laruta karbohidrat dalam tabung reaksi ditambahkan 3mL perekasi
seliwanoff, kemudian dipanaskan di tangas air. Pengujian dilakukan pada sampel
pekat dan encer. Apabila sampel menganduk ketosa maka hasil reaksi akan
menunjukkan uji positif yaitu warna jingga mulai muncul sebelum dipanaskan.
Tapi pada kenyataannya warna jingga mulai muncul setelah dilakukan pemanasan
beberapa menit. Hal ini menunjukkan bahwa sampel tidak mengandung fruktosa
yang merupakan gula dengan gugus keton denga enam atom karbon atau
ketoheksosa. Warna jingga yang muncul adalah hasil penguraian glukosa menjadi
ketoheksosa oleh pemanasan sehingga lama kelamaan warna jingga muncul.
Pengujian selanjutnya adalah uji iodium. Pengujian ini dilakukan untuk
mengidentifikasi kandungan karbohidrat jenis pati pada sampel. Sampel yang
digunakan adalah larutan kanji 1%. Apabila sampel mengandung pati maka akan
menghasilkan uji positif berupa warna ungu. Dari tiga tabung berisi larutan kanji
yang ditambah 1 tetes I2, dua diantaranya menghasilkan uji positif yaitu tabung
yang telah ditambah aquadest dan tabung yang sebelumnya ditambahkan HCl.
Sedangkan tabung ketiga yang sebelum penambahan I2 ditambahkan NaOH tidak
menghasilkan warna ungu karena NaOH mencegah pati terhidrolisis oleh I2. HCl
berperan sebagai katalis proses hidrolisis, sedangkan aquadest tidak berpengaruh
apa-apa.
Hidrolisis kanji yang digunakan menggunakan reagen HCl, I2, Na2CO3,
dan pereaksi benedict. Mula-mula 5 mL Kanji 1% dan 3 mL HCl dicampur dalam
tabung reaksi, kemudian ambil 3 tetes sebagai larutan kontrol taruh di plat tetes.
Campuran dipanaskan , lalu hasil pemanasan diambil 3 menit sekali selama 15
menit ditaruh di plat tetes kemudian ditambahkan 1 tetes I2, 1 tetes Na 2CO3, dan 1
tetes pereaksi benedict. Dari sampel menit ke 3,6,9,12 dan 15 menghasilkan warna
yang sama yaitu ungu violet, dan kelima sampel hasil pemanasan warnanya sama
pula dengan warna larutan kontrol yang juga beri 1 tetes I2, 1 tetes Na2CO3, dan 1
tetes pereaksi benedict, yakni ungu violet, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pemanasan tidak berpengaruh terhadap hidrolisis kanji.
DAFTAR PUSTAKA
Harun, Ifriany. 2008. Praktikum Biokimia. Pontianak: UNTAN.
Keenan, K. 1992. Kimia. Jakarta: Erlangga.
Lehninger, Albert. 1987. Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Page, David. 1989. Prinsip Biokimia. Jakarta: UI Press.
Poedjiadi, Anna. 1994. Biokimia. Jakarta: Erlangga.