laporan praktek batu
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

LAPORAN KERJAPRAKTEK BATU
Dosen Pembimbing :
Suselo Utoyo,ST.,MMT 196312011990031002
Disusun oleh :
KELOMPOK 2. (1 MRK 4)MUHAMMAD FACHRIAN Z. (01)EKA FARALINA MUBIN (07)GHILMAN YASYFA’ SANIY W. (10)M. ZAINUL ARIFIN (13)
TEKNIK SIPILMANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI
POLITEKNIK NEGERI MALANGTAHUN AJARAN 2015/2016

2
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, para instruktur atau pembimbing yang
memberikan persetujuan atas laporan praktek kerja batu yang disusun oleh:
Kelompok :4
Nama Anggota dan NIM: Ahmad Fachrian Zuhdi
Eka Faralina Mubin
Ghilman Yasyfa’ Saniy W (1541320046)
Muhammad Zainul (1541320005)
Kelas : 1 MRK 4
Malang, 18 April 2016Menyetujui,
Instruktur I Instruktur II
Suselo Utoyo, ST., MMT
NIP : 196312011990031001 NIP : 196312011990031002
2

3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmat dan karunianya, kami masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan
materi ini. Tidak lupa kami ucapkan terimahkasih kepada dosen pembimbing
yang telah memberikan kepercayaan kepada kami dalam menyelesaikan laporan
ini, serta teman – teman yang memberikan dukungan baik berupa moral maupun
moril dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan, karena sesungguhnya inilah keterbatasan ilmu
yang kami miliki dan kami juga hanyalah manusia biasa.Seperti kata pepatah
“Tak ada gading yang tak retak” tak ada manusia yang luput dari kesalahan,
begitupula dengan kami, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.Maka
dari itu saran dan kritik dari pembaca sangat kami harapkan demi kelancaran
dalam pembuatan laporan berikutnya dan juga untuk menmbah wawasan kami
sebagai penulis dan semoga dengan selesainya laporan ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan juga bagi para pembaca serta teman – teman pada umumnya.
Malang, 18 April 2016
Penyusun
3

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman sekarang pembangunan fasilitas baik itu bangunan umum
maupun untuk penduduk sipil. Mulai dari renovasi hingga pembukaan lahan
untuk bangunan baru, memang tak dapat dipungkiri pembangunan infrastruktur
dapat dikatakan tidak akan berhenti.
Namun untuk itu semua dibutuhkan tenaga-tenaga handal yang mampu
mengatur, menangani, dan melaksanakan pekerjaan tersebut. Ilmu bangunan
merupakan ilmu yang sulit dari semua ilmu teknologi. Untuk itu sebagai
Mahasiswa Manajemen Rekayasa Konstruksi Politeknik Negeri Malang
diharapkan mengerti dan mampu mengatur tata aturan dalam pekerjaan
lapangan dalam pembangunan fasilitas masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada laporan
praktek batu bata kelas 1 MRK 4 Politeknik Negeri Malang kali ini adalah:
1. Bagaimana cara pemasangan rollag yang benar?
2. Bagaimana cara pemasangan pasangan bata ikatan ½ bata?
3. Bagaimana cara pemasangan pilar yang terbuat dari batu bata?
4. Bagaimana pelaksanaan pekerjaan plesteran, dan acian?
5. Bagaimana cara pemasangan keramik lantai?
6. Bagaimana cara pemasangan keramik dinding?
1.3 Batasan Masalah
Guna memudahkan pelaksanaan praktek batu bata kelas 1 MRK 3
Politeknik Negeri Malang, perlu adanya ruang lingkup pembahasan, yaitu
sebagai berikut:
1. Pembuatan benda praktek dilakukan di bengkel Batu Politeknik Negeri
Malang.
4

5
2. Pembuatan benda praktek dilakukan secara individu, namun penggunaan
alat dilakukan dengan berkelompok
3. Beberapa macam pekerjaan yang harus dilaksanakan pada praktek batu
bata kali ini adalah pemasangan rollag, pemasangan dinding bata ikatan
½ bata, pemasangan pilar, pekerjaan plesteran, pekerjaan acian,
pemasangan keramik dinding, dan pemasangan keramik lantai.
4. Pembuatan benda praktek dilaksanakan sesuai ketentuan yang diberikan
dosen praktek batu bata.
5. Bahan perekat pengganti semen adalah kapur.
1.4 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari praktek batu
bata kali ini, yaitu:
1. Mengetahui bahan yang tepat untuk pembuatan rollag, dinding pasangan
bata, pilar pasangan bata, pekerjaan plesteran, acian, dan pemasangan
keramik lantai serta keramik dinding.
2. Mengetahui cara perhitungan komposisi bahan yang dibutuhkan dalam
pekerjaan-pekerjaan di atas.
3. Mengetahui biaya pekerjaan-pekerjaan di atas.
1.5 Manfaat
Dengan mengacu pada tujuan di atas, maka praktek batu bata ini akan
bermanfaat bagi pihak-pihak antara lain:
1. Mahasiswa Teknik Sipil kelas 1 MRK 4, untuk menambah wawasan
tentang pekerjaan pemasangan rollag, dinding pasangan bata, pilar
pasangan bata, pekerjaan camport, plesteran, acian, dan pemasangan
keramik lantai serta dinding. Wawasan ini juga dapat digunakan di dunia
kerja untuk mengetahui biaya dan bahan yg diperlukan per m2.
2. Dunia pendidikan, khususnya jurusan Teknik Sipil.
3. Masyarakat umum, untuk menambah pemahaman tentang pelaksanaan
pekerjaan-pekerjaan di atas yang baik dan benar.
5

6
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Umum
Konstruksi batu adalah sejenis konstruksi yang sebagian besar terdapat
dalam konstruksi bangunan gedung, jembatan dan lain-lainnya. Yang dimaksud
dengan konstruksi batu disini adalah pekerjaan yang meliputi, pasangan
pondasi batu kali, pasangan ubin bata, super bata, batako, pasangan ubin lantai,
ubin dinding dan plesteran dinding.
Teknik serta aturan-aturan dari setiap pekerjaan diatas yaitu sebagai
berikut:
1. Faktor kerja
Dalam pekerjaan konstruksi batu ini tenaga pekerja adalah merupakan
faktor yang memegang peranan penting, terutama kalau kita membicarakan
tentang kekuatan konstruksi. Sebab yang dikatakan memasang batu
tidaklah hanya menyusun batu sedimikian saja, tetapi ada aturan dan teknik
tertentu.
2. Tenaga-tenaga pekerjaan
Dalam pelaksanaan pasangan batu ini ada yang disebut tukang dan ada pula
yang disebut pembantu (kuli).
Yang menjadi dasar kerja batu adalah kebutuhan akan tempat tinggal
yang nyaman yang merupakan kebutuhan yang paling penting dan diharapkan
terpenuhi, selain itu juga kita dapat memenuhi berbagai kebutuhan terhadap
berbagai macam bangunan umum yang bersumber pada kerja batu.
2.2 Bahan Bangunan
1. Batu bata
Bata merah adalah suatu unsur bangunan yang terbuat dari tanah liat
dengan atau tanpa bahan tambahan seperti serbuk gergaji, sekam padi atau
pasir. Tanah liat ini dicetak berbentuk balok-balok, lalu dibakar dengan
6

7
temperatur 1050C untuk mengeraskannya, sehingga tidak dapat hancur lagi
bila direndam dalam air.
Ukuran standar batu bata untuk Indonesia adalah:
a. 52 mm x 115 mm x 240 mm
b. 50 mm x 110 mm x 230 mm
Penimbunan dilapangan harus diberi lantai dengan jarak 30 cm dari
permukaan tanah. Bata disusun berdiri arah lebarnya dan disusun saling
melintang setiap 4 buah. Ketinggian penyusunan maksimal 2 meter, ini
untuk memudahkan dalam pengambilan. Diatasnya ditutup dengan kain
terpal atau plastik agar air hujan tidak terserap oleh bata merah.
2. Pasir
Pasir adalah merupakan butiran-butiran mineral atau agregat halus yang
mempunyai diameter butiran 0-4 mm. Di Indonesia ada beberapa macam
pasir kalau diselidiki menurut tempat pengambilan dan penggunaannya.
Tempat pengambilan:
a. Dasar sungai yang airnya mengalir
b. Dasar sungai yang airnya tenang
c. Digali pada tebing pegunungan
Untuk menjamin mutu pasangan dan plesteran, maka pasir di test dahulu
dilaboratorium. Biasanya dilapangan dapat dilakukan pengetesan secara
sederhana, guna mengetahui baik dan jeleknya pasir. Dan ini dapat dites
dengan visual saja seperti :
a. Pasir digenggam dengan tangan, lalu digosok-gosokan ketelapak tangan
yang satu lagi. Kemudian kita lihat kedua telapak tangan itu, kalau
kotor sekali atau sebagian dari pasirnya jelek dan mengandung tanah
dan lumpur. Ini tidak bisa dipakai kecuali kalau dicuci terlebih dahulu.
Tapi sebaiknya kalau tangan tidak begitu kotor dan tidak ada yang
lengket maka pasir dapat dipakai.
b. Pasir dimasukkan kedalam botol yang kacanya jernih dan tembus
pandang kira ¾ botolnya. Kemudian ditambahkan air kedalamnya
sampai botol itu penuh, lalu dikocok selama 10 menit sampai rata.
Kemudian botol itu didiamkan selama 30 menit, lalu lihat hasilnya, air
7

8
akan menjadi jernih. Pada bagian bawah botol terlihat butiran-butiran
pasir yang kasar dan diatasnya terlihat lapisan pasir yang halus sekali
dan ini disebut lumpur.
3. Kapur
Kapur adalah bahan perekat non hidrolis dan tidak mempunyai kekuatan.
Fungsi kapur pada bahan bangunan:
a. Mencampur spesi atau mortar
b. Mengurangi penggunaan semen
c. Membuat adukan tidak cepat kering
d. Mortar lebih mudah diaduk
4. Keramik
Keramik ada 2 macam, yaitu keramik lantai dan keramik dinding.
Fungsinya sebagai penutup suatu bidang atau melindungi bidang agar
kedap air. Keramik dinding biasanya digunakan pada kamar mandi agar
tembok tidak lembab.
5. Air
Air yang dipakai untuk membuat suatu adukan, hendaklah memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan. Umpamanya untuk plesteran-plesteran yang
putih, tidak boleh dipakai air yang mengandung kotoran yang memberikan
warna pada adukan, misalnya zat besi yang akan memperlihatkan noda –
noda coklat pada plesteran. Untuk membuat suatu adukan kita harus
memakai air yang jernih, kalau ada yang mengandung zat lain itupun
kadarnya harus kecil sekali. Banyaknya pemakaian air tergantung pada
jenis adukan yang dibuat, keadaan cuaca dan sebagainya. Dan sebagai
angka rata – rata diambil :
a. Untuk adukan kedap air dari semen kira – kira 22 % dari isi bahan yang
dicampur.
b. Untuk kedap air dari kapur dan tras kira – kira 20 %
c. Untuk adukan kedap air dari kapur kira – kira 8 – 10 %
Airlaut dapat mengakibatkan kerusakan pada tembok, begitupun air
yang mengandung bahan – bahan busuk, seperti air danau yang
kebanyakan mengandung larutan asam, humus janganlah dipergunakan.
8

9
2.3 Peralatan
1. Sendok spesi segitiga
Alat ini terbuat dari plat baja tipis dengan tangkai dari kayu. Daun sendok
ini berbentuk segitiga, dengan sisi sama panjang dengan bata merah.
2. Ruskam kayu
Terbuat dari kayu tipis atau papan yang diberi tangkai pada belakangnya.
Gunanya adalah untuk meratakan plesteran dinding dengan jalan
menggosok-gosokan pada permukaan plesteran.
3. Ruskam besi
Terbuat dari plat besi tipis yang diberi tangkai pada belakangnya. Gunanya
adalah untuk meratakan plesteran dinding dengan jalan menggosok-
gosokan pada permukaan plesteran.
4. Sekop
Terbuat dari plat baja yang diberi tangkai kayu dan matanya sedikit
dilengkungkan agar enak dalam mengangkat pasir atau bahan lainnya.
Gunanya adalah untuk mengaduk mortar, menggali tanah, dan sebagainya.
5. Cangkul
Terdiri dari daun cangkul yang terbuat dari plat baja dan diberi tangkai
kayu. Cangkul ini mempunyai lubang yang berguna untuk memudahkan
mengaduk mortar.
Spesifikasinya:
Lebar plat : 17 cm
Tebal plat : 2 mm
Panjang tangkai : 80 cm
Diameter tangkai : 5 cm
6. Ayakan pasir
Ayakan pasir ini terbuat dari kayu mesh yang diberi kerangka kayu dan
berbentuk empat persegi panjang. Gunanya untuk menyaring pasir, semen,
kapur, dan lain-lain.
7. Meteran
Meteran terbuat dari plat baja yang tipis sekali dan di gulung dalam suatu
kotak sebagai pelindung. Meteran ini juga ada yang terbuat dari kayu yang
9

10
disebut meteran lipat. Pada meteran ini tercantum garis ukuran dalam
melimeter. Kegunaan adalah untuk mengukur pekerjaan untuk tebal, lebar,
panjang dan tinggi.
8. Waterpass
Kerangka terbuat dari alumunium dan dilengkapi dengan tabung gelas yang
berisi cairan ether yang ada gelembung udara didalamnya. Gunanya adalah
untuk mengukur kedataran dan ketegakan pasangan.
9. Jidar
Terbuat dari kayu empat persegi panjang atau alumunium yang diberi
lobang tempat pegangan sewaktu menggunakannya. Kegunaannya adalah
untuk mendatarkan plesteran dinding.
10. Penyiku
Alat ini terbuat dari flat baja atau besi denga membentuk sudut siku (90o)
dilengkapi dengan garis-garis ukuran dalam cm. Gunanya adalah untuk
mengukur kesikuan pertemuan dinding dalam pemasangan batu.
11. Line bobbyn
Alat ini terdiri dari 2 buah potongan kayu, yang dihubungkan dengan
benang. Dipergunakan sebagai garis petunjuk pemasangan batu bata.
Caranya dengan mengaitkan salah satu potongan kayu pada ujung pasangan
batu bata dan satunya lagi dikaitkan pada ujung pasangan batu bata lainnya.
Pemakaian alat ini lebih efisien apabila dibandingkan dengan pemakaian
paku karena kedudukan alat ini mudah diatur. Alat ini juga ada yang terbuat
dari baja tipis yang dibentuk merupakan segitiga.
12. Mortar board
Kotak spesi sebaiknya dibuat dari pelat besi dengan bentuk trapezium dan
pada sisi – sisinya diberi tangkai agar mudah mengangkatnya sewaktu
memindah – mindahkannya. Gunanya adalah untukk tempat meletakan
spesi yang selesai diaduk dan dipasang.
13. Jointer
Joiter terbuat dari besi yang di bengkokan dan diberi tangkai kayu.
Gunanya adalah untuk membersihkan siar pada pasangan bata.
14. Unting unting
10

11
Dipergunakan sebagai pengganti waterpass vertikal. Dapat dibuat dari
kuningan, besi ataupun timah, dengan berat 100 gr s/d 500 gr. Tepat
ditengah-tengah unting-unting dipasang benang, yang panjangnya
tergantung dari tinggi kontruksi bangunan.
15. Ember
Ember terbuat dari flat baja tipis dengan bentuk piramid terbalik dan diberi
tangkai untuk pegangannya. Gunanya adalah untuk mengambil air,
menakari pasir atau semen, membawa adukan dan lain-lain.
16. Palu Pemotong Bata
Alat ini juga terbuat dari baja dengan tangkai dari kayu. Mata palu bagian
depan dibuat tajam, dan bagian belakangnya dibuat empat persegi dengan
permukaan datar berfungsi sebagai palu. Jadi disamping pemotong bata
juga dapat dipakai untuk memukul paku.
17. Kapur tulis
Gunanya adalah untuk menggambarkan lokasi pemasangan, dan juga untuk
menandai suatu tempat yang diperlukan dalam pengukuran.
11

12
BAB III
METODELOGI
3.1 Metode Praktikum Lapangan
Dengan meggunakan metode ini penulis secara langsung
melakukan praktikum di lapangan guna mendapatkan hasil perhitungan
bahan secara nyata dan akurat sesuai dengan keadaan di lapangan. Adapun
bahan yang menjadi materi praktikum adalah pembuatan dinding ruangan.
Secara umum, metode ini adalah cara-cara yang sudah banyak
dilakukan di lapangan sejak dahulu. Beberapa langkah kerja memang ada
yang menyimpang dari acuan. Namun apabila hal itu memang mudah
untuk dilakukan, serta lebih efektif, efisien, dan praktis, tidak ada salahnya
untuk dipraktikkan.
3.2 Metode Studi Literatur
Studi literatur ini dilakukan agar penulis dapat menentukan hasil
perbandingan bahan yang sesuai dengan kebutuhan dan menurut Standart
Nasional Indonesia (SNI).
12

13
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Persiapan Alat dan Bahan
1. Peralatan
Untuk pelaksanaan praketek batu bata kami menggunakan alat-alat
antara lain:
a. Sendok spesi segitiga
b. Ruskam besi
c. Ruskam kayu
d. Meteran
e. Sekop
f. Cangkul
g. Ayakan pasir
h. Waterpass
i. Jidar
j. Penyiku
k. Benang
l. Line bobbyn
m. Paku
n. Mortar board
o. Gerobak dorong
p. Jointer
q. Unting unting
r. Ember
s. Palu
t. Kapur tulis
2. Bahan
a. Batu bata dimensi (5 cm x 10 cm x 20,5 cm)
b. Pasir pasang
c. Air
13

14
d. Kapur mati
e. Keramik lantai berdimensi (30x30 cm)
f. Keramik dinding berdimensi (20x25 cm)
4.2 Langkah Kerja
1. Pemasangan Rollag
a. Mengayak pasir yang berguna untuk menyaring pasir berbutir halus
sehingga pasir yang besar (kerikil) dibuang atau disisikan.
b. Menyiapkan kapur yang kemudian kapur dan pasir dicampur dengan
perbandingan 1 kp : 6 ps.
c. Membasahi bata yang akan dipasang dengan cara direndam. Gunanya
agar kandungan air dalam spesi tidak cepat kering karena terserap bata,
sehingga spesi tidak begitu kuat. Disamping itu untuk membersihkan
batu bata.
d. Campuran kapur dan pasir diaduk diatas mortar board sampai menjadi
campuran yang homogen, kemudian dicampur dengan air secukupnya
sampai membentuk adonan spesi yang punel (tidak lembek maupun
tidak terlalu kering).
e. Selanjutnya batu bata diletakkan pada kedua pojok garisan atau kepala
secara tegak yang sebelumnya bagian bawahna diberi spesi, kemudian
didatarkan dengan waterpass antar kepala rollag.
f. Tarik benang lurus dengan menggunakan line bobbyn di masing-
masing ujung kepala rollag.
g. Selanjutnya pasangan bata diteruskan sesuai dengan kepalanya.
h. Terakhir, perapian siar nat pasangan rollag dengan menggunakan
jointer.
Gambar langkah kerja:
14

15
2. Pemasangan dinding pasangan batu bata ikatan ½ bata dan pilar pasangan
batu bata
a. Mengayak pasir yang berguna untuk menyaring pasir berbutir halus
sehingga pasir yang besar (kerikil) dibuang atau disisikan.
b. Lalu menyiapkan kapur yang kemudian kapur dan pasir dicampur
dengan perbandingan 1 kp : 6 ps.
c. Membasahi bata yang akan dipasang dengan cara direndam. Gunanya
agar kandungan air dalam spesi tidak cepat kering karena terserap bata,
sehingga spesi tidak begitu kuat. Disamping itu untuk membersihkan
batu bata.
d. Campuran kapur dan pasir diaduk diatas mortar board sampai menjadi
campuran yang homogen, kemudian dicampur dengan air secukupnya
sampai membentuk adonan spesi yang punel (tidak lembek maupun
tidak terlalu kering).
e. Jika sudah selesai, maka dilakukan pemasangan kepala atau acuan
pada sisi kanan dan sisi kiri, lalu kepala pasangan tersebut ditimbang
dengan waterpass agar datar
f. Tarik benang lurus dengan menggunakan line bobbyn di masing-
masing ujung kepala pasangan.
g. Selanjutnya pasangan bata diteruskan sesuai dengan kepalanya.
h. Pasangan bata disusun sebanyak 10 lapis.
15

16
i. Jangan lupa setiap memasang 1 lapis mengontrol ketegakan, kerataan,
dan kedataran.
3. Pekerjaan plesteran
a. Mengayak pasir yang berguna untuk menyaring pasir berbutir halus
sehingga pasir yang besar (kerikil) dibuang atau disisikan.
b. Lalu menyiapkan semen yang kemudian semen dan pasir dicampur
dengan perbandingan 1 semen : 3 pasir.
c. Membuat patokan kepala plesteran dengan cara:
1) Menancapkan paku di dinding kurang lebih 5 cm di bawah sisi atas
pasangan.
2) Menentukan ketebalan plesteran, dalam hal ini ketebalan plesteran
adalah 1 cm.
3) Mematok ketegakan plesteran dengan menggunakan unting-unting.
4) Jika sudah tegak, tancapkan paku di sisi benang, lalu ikat benang
dengan paku.
5) Lakukan hal yang sama di sisi dinding yang lain.
d. Campuran semen dan pasir diaduk diatas mortar board sampai menjadi
campuran yang homogen, kemudian dicampur dengan air secukupnya
sampai membentuk adonan spesi yang punel dan sedikit kental.
e. Membuat kepala plesteran sesuai patok kepala plesteran. Hal yang
harus diperhatikan adalah ketegakan kepala plesteran.
f. Campuran spesi diplesterkan ke seluruh permukaan dinding dengan
ketebalan kurang lebih sama dengan kepala plesteran.
g. Setelah selesai, ratakan permukaan pleteran dengan mistar atau jidar
dengan acuan kepala plesteran.
Gambar dan langkah kerja:
16

17
4. Pekerjaan acian
a. Siapkan kebutuhan semen terlebih dahulu, lalu ayak hingga semen
yang mengeras dapat dibuang.
b. Membersihkan permukaan dinding yang diplester dari butiran pasir.
Usahakan agar dinding bersih dari pasir yang tidak melekat pada
plesteran.
c. Mencampur semen dengan air dengan perbandingan 1:1, atau hingga
adonan kental dan jangan terlalu encer.
d. Setelah dirasa cukup kental, campuran tersebut diratakan ke
permukaan dinding dengan menggunakan ruskam besi.
Gambar hasil kerja:
TOLONG CANTUMKAN FAR!!!
5. Pemasangan keramik dinding
a. Bersihkan permukaan dinding yang telah diaci dengan palu pemotong
bata hingga menyisakan sedikit plesteran. Kemudian ratakan dengan
jidar, lalu bersihkan dengan sikat ijuk dari kotoran yang mudah lepas,
siapkan peralatan, bahan dan ukur dinding terhadap ketepatan keramik
dengan meteran.
b. Periksa ketegakan pasangan dinding dengan unting-unting dan tandai
dengan memasang benang lurus (ujung-ujungnya dipasang paku).
c. Pasang benang dengan menggunakan unting-unting tegak lurus pada
tengah-tengah bidang / panjang dinding yang akan dipasang keramik
serta tentukan posisi keramik.
d. Siapkan keramik sesuai kebutuhan, lalu cuci dan rendam ke dalam air.
e. Mengayak pasir yang berguna untuk menyaring pasir berbutir halus
sehingga pasir yang besar (kerikil) dibuang atau disisikan.
f. Lalu menyiapkan kapur yang kemudian kapur dan pasir dicampur
dengan perbandingan 1 kp : 4 ps.
g. Campuran kapur dan pasir diaduk diatas mortar board sampai menjadi
campuran yang homogen, kemudian dicampur dengan air secukupnya
sampai membentuk adonan spesi yang kental.
17

18
h. Letakkan spesi di bagian bawah keramik sesuai ketebalan yang
ditentukan, setelah itu pasang keramik pada bagian pojok (siku) bawah
dinding.
i. Lakukan hal yang sama pada bagian samping keramik yang telah
dipasang sesuai gambar kerja.
j. Untuk pasangan keramik lapis 2, beri jarak dengan paku pada bagian
atasnya, lanjutkan dengan keramik yang lain..
k. Setelah pasangan keramik dinding selesai, maka bersihkan sisa
campuran air dan kapur pada keramik.
Gambar langkah kerja:
6. Pemasangan keramik lantai
a. Bersihkan daerah yang akan dipasang keramik lantai.
b. Pasang benang sebagai patokan pasangan keramik lantai dan periksa
kesikuannya.
c. Siapkan keramik sesuai kebutuhan, lalu cuci dan rendam ke dalam air.
d. Mengayak pasir yang berguna untuk menyaring pasir berbutir halus
sehingga pasir yang besar (kerikil) dibuang atau disisikan.
18

19
e. Lalu menyiapkan kapur yang kemudian kapur dan pasir dicampur
dengan perbandingan 1 kp : 4 ps.
f. Campuran kapur dan pasir diaduk diatas mortar board sampai menjadi
campuran yang homogen, kemudian dicampur dengan air secukupnya
sampai membentuk adonan spesi yang kental.
g. Letakkan spesi di area yang akan dipasang keramik sesuai ketebalan
yang ditentukan, setelah itu pasang keramik pada bagian pojok (siku).
h. Lakukan hal yang sama pada bagian samping keramik yang telah
dipasang sesuai gambar kerja.
i. Setiap pemasangan keramik lantai periksa kerataan dan kedataran
pasangan keramik lantai.
j. Setelah pasangan keramik dinding selesai, maka nat yang berongga
diisi dengan campuran kapur dan air yang sangat kental dengan cara
dipoles pada nat.
k. Bersihkan sisa campuran air dan kapur pada keramik.
Gambar langkah kerja:
4.3 Hasil Praktek
19

20
1. Ukuran, campuran, dan kebutuhan bahan
a. Rollag
Pasangan rollag membutuhkan batu bata merah ukuran 5 x 10 x 20,5
cm sebanyak 16 buah. Panjang pasangan adalah 109 cm. Campuran
spesi 1 kp : 6 ps, membutuhkan 1 ember kapur dan 6 ember pasir
digunakan untuk 4 orang, artinya 4 bidang kerja rollag.
b. Pasangan dinding bata ikatan ½ bata dan pilar
Pasangan dinding membutuhkan bata utuh sebanyak 54 buah dan, bata
½ sebanyak 13 buah. Panjang pasangan dinding termasuk pilar sesuai
panjang rollag. Sementara tinggi pasangan 66 cm dihitung dari sisi atas
rollag, sebanyak 10 lapis. Campuran spesi 1 kp : 6 ps, membutuhkan 1
ember kapur dan 6 ember pasir per orang.
c. Plesteran
Pekerjaan plesteran setebal 1,5 cm menggunakan campuran 1 kp : 5 ps.
Bahan yang digunakan adalah 1 ember kapur dan 5 ember pasir setiap
orang.
d. Acian
Pekerjaan acian menghabiskan kurang lebih 1,5 ember campuran air
dan kapur untuk tiap orangnya.
e. Keramik dinding
Keramik dinding ukuran 20 x 25 cm sebanyak 12 buah. Campuran
spesi 1 kp : 5 ps membutuhkan bahan 1 ember kapur dan 5 ember pasir
untuk 4 orang.
f. Keramik lantai
Dimensi keramik lantai yang digunakan adalah 30 x 30 cm sebanyak 6
buah. Sementara campuran spesinya menggunakan perbandingan 1
kp : 6 ps. Keramik lantai sebanyak 6 buah dikerjakan oleh 1 orang,
setiap campuran spesi dapat digunakan oleh 2 orang, sehingga 1 ember
kapur dan 6 ember pasir dapat digunakan untuk 12 buah keramik.
2. Kebutuhan biaya
Kebutuhan biaya dan bahan semua pekerjaan dalam 1 kelompok:
Batu bata merah (5x10x20,5 cm) : 280 buah
20

21
Keramik lantai (30x30 cm) : 2.16 m2
Keramik dinding (20x25 cm) : 2.4 m2
Kapur : 16 zak
1 zak kapur bervolume 1 volume ember
Kebutuhan kapur sebanyak 16 ember
Pasir : 0.54 m3
1 ember bervolume 0.0088 m3
Kebutuhan pasir sebanyak 62 ember
Tabel 1 : Biaya Praktik
No. Nama Bahan Volume SatuanHarga Bahan
(Rp)
Jumlah Harga
(Rp)
1 Batu Bata 280 Buah 4500 1260000
2 Keramik Lantai 2.16 m2 50500 109080
3 Keramik Dinding 2.4 m2 51700 124080
4 Kapur 16 Zak 9000 144000
5 Pasir Pasang 0.54 m3 82000 44280
Total 1681240
Biaya praktik batu bata adalah Rp 1.681.240,00 / kelompok.
3. Kendala selama praktik:
a. Keterbatasan alat praktik yang vital (waterpass, jidar, jointer) karena
sering terdapat kecelakaan bahan.
b. Perhitungan bahan yang tidak pasti (perkiraan) membuat waktu praktik
menjadi kurang efektif.
c. Sering terjadi miss komunikasi dalam pembagian bahan.
d. Pembagian tugas antar dalam 1 kelompok masih kurang lancar.
e. Pengetahuan akan cara pelaksanaan praktik masih belum memenuhi
standar.
21

22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktek batu bata yang kami lakukan, dapat disimpulkan
beberapa hasil praktek sebagai berikut:
1. Benda praktek yang dibuat adalah pemasangan rollag, pemasangan dinding
pasangan bata ikatan ½ bata, pemasangan pilar pasangan bata, pekerjaan
plesteran, pekerjaan acian, dan pemasangan penutup lantai dan dinding
keramik.
2. Pemasangan rollag harus benar-benar diperhatikan, karena menentukan
panjang pasangan, kesikuan pasangan serta kekuatan pasangan.
3. Pekerjaan pasangan
4. dinding batu bata harus memperhatikan kedataran, ketegakan, kerataan,
kesikuan, serta ukuran sesuai ketentuan.
5.2 Saran
1. Dalam bekerja harus mengutamakan keselamatan kerja.
22

23
2. Dalam bekerja hendaknya mengikuti petunjuk yang telah diberikan
instruktur.
3. Bekerjalah dengan memanfaatkan waktu seefisien mungkin.
4. Pergunakan alat-alat sesuai dengan fungsinya.
5. Hasil pekerjaan harus rapi dan teliti.
6. Dalam pengerjaannya, tidak ada salahnya kita menghitung berapa batu
bata dan spesi yg terpakai setiap m2 nya, hal ini akan berdampak untuk
dunia kerja nantinya.
23