laporan pendahuluan sindrom cushing
DESCRIPTION
Askep Sindrom CushingTRANSCRIPT
-
1
I. LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Sindrom cushing adalah hiperfungsi atau aktivitas kelenjar adrenal yang
berlebih, produk atau jumlah hormon glukokortikoid kortisol yang berlebih
baik yang diproduksi oleh kelenjar adrenal maupun yang diberikan sebagai
terapi. ( Chang. 2009 )
Sindrom Cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik
gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap.
Kadar yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena pemberian
dosis farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid. ( Price. 2005 )
B. ANATOMI FISIOLOGI
Kelenjar adrenal terdiri dari sepasang,berbentuk piramid,terletak
retroperitoreal dibagian atas atau medial ginjal dan beratnya kira-kira 4 gram.
-
2
Kelenjar adrenal berada pada ujung ginjal kanan dan kiri yang tersusun atas 2
lapisan,yaitu:
1. Korteks adrenal (Lapisan Luar)
Tersusun atas 3 area atau zona yaitu pada bagian luar disebut zona
glomerulosa (15% dari korteks) yang menghasilkan hormon
mineralokortikoid (aldosteron),bagian tengah disebut zona fasikulata (78%
dari korteks) yng menghasilkan glukokortikoid (kortisol) dan lapisan
paling dalam adalah zona retikularis (7,5% dari korteks) yang mensekresi
androgen dan estrogen.
Fungsi hormonnya sebagai berikut:
a. Mineralokortikoid (Aldosteron)
Hormon ini berperan dalam pengaturan keseimbangan elektrolit
dengan cara meningkatkan retensi sodium dan meningkatkan ekskresi
potasium,membantu mempertahankan tekanan darah dan kardiak
output.
b. Glukokortikoid (Kortisol)
Hormon ini berperan dalam metabolisme karbohidrat,lemak,glukosa
dan protein,keseimbangan cairan dan elektrolit serta sebagai anti
inflamasi.
c. Hormon androgen dan estrogen
Diantaranya adalah dehydroepiandrosteron (DHEA) hormon ini
merupakan prekursor-prekursor untuk konversi diperifer menjadi
hormon androgen yang aktif,testoterone dan dihidrotestoterone.
Pada laki-laki dewasa sekresi androgen adrenal yang berlebihan tidak
mempunyai dampak klinis yang berarti,namun pada usia anak-anak
akan menyebabkan pembesaran penis premature dan perkembangan
diri ciri-cirinya seks sekunder.
Pada wanita peningkatan sekresi androgen dapat menyebabkan
akne,hirsutisme dan virilasi.
-
3
2. Medulla adrenal
Mensekresi katekolamin,epinefrin dan norepinefrin. Pada saat terjadi
stress,epinefrin bekerja dihati merubah glikogen menjadi glukosa dan
bekerja dijantung dengan meningkatkan kardiak output. Norepinefrin
berperan dalam meningkatkan kontriksi pembuluh darah dan
meningkatkan tekanan darah.
C. ETIOLOGI
1. Sindrom cushing disebabkan oleh sekresi kortisol atau kortikosteron yang
berlebihan, kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks
anal ginjal berupa adenoma maupun carsinoma yang tidak tergantung
ACTH juga mengakibatkan sindrom cushing. Demikian juga hiperaktivitas
hipofisis, atau tumor lain yang mengeluarkan ACTH. Syindrom cuhsing
yang disebabkan tumor hipofisis disebut penyakit cusing. (buku ajar ilmu
bedah, R. Syamsuhidayat, hal 945).
2. Sindrom cusing dapat diakibatkan oleh pemberian glukortikoid jangka
panjang dalam dosis farmakologik (latrogen) atau oleh sekresi kortisol
yang berlebihan pada gangguan aksis hipotalamus-hipofise-adrenal
(spontan) pada sindrom cusing spontan, hiperfungsi korteks adrenal terjadi
akibat ransangan belebihan oleh ACTH atau sebab patologi adrenal yang
mengakibatkan produksi kortisol abnormal. (Sylvia A. Price; Patofisiologi,
hal 1091)
3. Meningginya kadar ACTH ( tidak selalu karena adenoma sel basofil
hipofisis).
4. Meningginya kadar ATCH karena adanya tumor di luar hipofisis, misalnya
tumor paru, pankreas yang mengeluarkan ACTH like substance.
5. Neoplasma adrenal yaitu adenoma dan karsinoma
6. Iatrogenik adalah Pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis
farmakologik. Dijumpai pada penderita artitis rheumatoid, asma, limpoma
-
4
dan gangguan kulit umum yang menerima glukokortikoid sintetik sebagai
agen antiinflamasi.
D. EPIDEMIOLOGI
Rasio kejadian antara wanita dan pria adalah 5:1 berhubungan dengan tumor
adrenal.
Sindrom Cushing secara relatif jarang terjadi, terjadi terutama pada wanita
dan usia awitan rata-rata 20-40 tahun, namun dapat terjadi pada usia 60 tahun.
( Rumahorbo.1999 )
E. PATHWAY
-
5
F. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis yang terdapat pada pennderita sindrom cushing adalah
sebagai berikut :
1. Amenorea
2. Jerawat
3. Nyeri punggung
4. Penurunan konsentrasi
5. Kelemahan otot
6. Moonface
7. Nyeri kepala
8. Hiperpigmentasi
9. Luka sukar sembuh
10. Edema pada ekstremitas
11. Penipisan kulit
12. Hipertensi
13. Osteoporosis
14. Striae pada abdomen
15. Pembesaran klitoris
16. Obesitas
17. Punuk kerbau pada posterior leher
18. Hipokalemia
19. Psikosis
20. Retensi natrium
21. Depresi
22. Perubahan emosi
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. CT scan
Untuk menunjukkan pembesaran adrenal pada kasus sindro cushing.
2. Photo scanning
Pemeriksaan adrenal mengharuskan pemberiankortisol radio aktif secara
intravena.
-
6
3. Pemeriksaan elektro kardiografi
Untuk menentukan adanya hipertensi.
4. Uji supresi deksametason.
Mungkin diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis peyebab sindrom
cushing tersebut, apakah hipopisis atau adrenal.
5. Pengambilan sample darah
Untuk menentukan adanya varyasi diurnal yang normal pada kadar kortisol,
plasma.
6. Pengumpulan urine 24 jam.
Untuk memeriksa kadar 17 hiroksikotikorsteroidserta 17 ketostoroid yang
merupakan metabolic kortisol dan androgen dalam urine.
H. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan tergantung pada ACTH yang tidak seragam. Apakah sumber
ACTH ada hipofisis atau ektopik.
2. Jika dijumpai tumor hipofisis. Sebaiknya diusahakan reseksi tumor
transfenoidal.
3. Jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tumor tidak dapat ditemukan
maka sebagai gantinya dapat dilakukan radiasi kobait pada kelenjar hipofisis.
4. Kelebihan kortisol juga dapat ditanggulangi dengan adrenolektomi total dan
diikuti pemberian kortisol dosis fisiologik.
5. Bila kelebihan kortisol disebabkan oleh neoplasma disusul kemoterapi pada
penderita dengan karsinoma atau terapi pembedahan.
6. Digunakan obat dengan jenis metyropone, amino gluthemideo, p-ooo yang
bias mensekresikan kortisol (PatofisiologiEdisi 4 hal 1093).
I. PROGNOSIS
Sindrom cushing yang tidak diobati akan fatal dalam beberapa tahun oleh
karena gangguan kardiovaskuler dan sepsis. Setelah pengobatan radikal
kelihatan membaik bergantung pada apakah gangguan kardiovaskuler
irreversibel.
-
7
Pengobatan substitusi permanen memberikan resiko pada waktu pasien
mengalami stress dan diperuntukan perawatan khusus karsinoma adrenal lainnya
cepat menjadi fatal oleh karena metastasis.
J. PENCEGAHAN
1. Menjaga pola hidup yang sehat
2. Menghindari mengkonsumsi rokok, alkohol dll
3. Yang sudah mengkonsumsi rokok ataupun alkohol dikurangi
4. Olahraga secara teratur
-
8
II. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, tempat/tgl
lahir , umur, pendidikan, agama, alamat, tanggal masuk RS.
Lebih lazim sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki
dan mempunyai insiden puncak antara usia 20 dan 40
tahun.
b. Keluhan Utama
Adanya memar pada kulit, pasien mengeluh lemah, terjadi
kenaikan berat badan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan
kartekosteroid dalam jangka waktu yang lama.
d. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit cushing
sindrom.
e. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breath)
Inspeksi : Pernapasan cuping hidung kadang terlihat,
pergerakan dada simetris
Palpasi : Vocal premitus teraba rate, tidak terdapat nyeri
tekan
Perkusi : Suara sonor
Auskultasi : Terdengar bunyi nafas normal, tidak terdengar
bunyi nafas tambahan.
2) B2 (Blood)
Perkusi pekak , S1 S2 Terdengar tunggal , hipertensi, TD
meningkat.
3) B3 (Brain)
-
9
Composmentis (456), kelabilan alam perasaan depresi
sampai mania
4) B4 (Bladder)
Poliuri, kadang terbentuk batu ginjal, retensi natrium.
5) B5 (Bowel)
Terdapat peningkatan berat badan, nyeri pada daerah
lambung, terdapat striae di daerah abdomen, mukosa bibir
kering, suara redup.
6) B6 (muskuloskeletal dan integumen)
Kulit tipis, peningkatan pigmentasi, mudah memar, atropi
otot, ekimosis, penyembuhan luka lambat, kelemahan otot,
osteoporosis, moon face, punguk bison, obesitas tunkus.
2. Diagnosa
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan berkurangnya
curah jantung, retensi cairan dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi
ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal.
b. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan edema dan
menurunnya tingkat aktivitas.
-
10
c. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kelemahan dan
perubahan metabolisme protein.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
penampilan fisik.
e. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan suasana
hati, mudah tersinggung dan depresi.
f. Nyeri akut berhubungan dengan perlukaan pada mukosa lambung.
g. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake tidak adekuat.
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit,
prosedur perawatan, pengobatan.
3. Intervensi
1. Diagnosa I : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan berkurangnya
curah jantung, retensi cairan dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan
perifer dan hipertensi pulmonal.
NOC :
Electrolit and acid base
balance
Fluid balance
Hydration
Kriteria Hasil:
Terbebas dari edema, efusi,
anaskara
Bunyi nafas bersih, tidak
ada dyspneu/ortopneu
Terbebas dari distensi vena
jugularis, reflek
hepatojugular (+)
NIC :
Fluid management
Timbang popok/pembalut jika diperlukan
Pertahankan catatan intake dan output yang
akurat
Pasang urin kateter jika diperlukan
Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi
cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
Monitor status hemodinamik termasuk CVP,
MAP, PAP, dan PCWP
Monitor vital sign
Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan
(cracles, CVP , edema, distensi vena leher,
asites)
Kaji lokasi dan luas edema
-
11
Memelihara tekanan vena
sentral, tekanan kapiler
paru, output jantung dan
vital sign dalam batas
normal
Terbebas dari kelelahan,
kecemasan atau
kebingungan
Menjelaskanindikator
kelebihan cairan
Monitor masukan makanan / cairan dan hitung
intake kalori harian
Monitor status nutrisi
Berikan diuretik sesuai interuksi
Batasi masukan cairan pada keadaan
hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130
mEq/l
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
muncul memburuk
Fluid Monitoring
Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan
dan eliminaSi
Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
ketidak seimbangan cairan (Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi hati, dll )
Monitor berat badan
Monitor serum dan elektrolit urine
Monitor serum dan osmilalitas urine
Monitor BP, HR, dan RR
Monitor tekanan darah orthostatik dan
perubahan irama jantung
Monitor parameter hemodinamik infasif
Catat secara akutar intake dan output
Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem
perifer dan penambahan BB
Monitor tanda dan gejala dari odema
Beri obat yang dapat meningkatkan output urin
-
12
Diagnosa II : Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan edema dan
menurunnya tingkat aktivitas
NOC : Tissue Integrity : Skin and
Mucous Membranes
Kriteria Hasil :
Integritas kulit yang baik
bisa dipertahankan
(sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi pada
kulit
Perfusi jaringan baik
Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan kulit
dan mencegah terjadinya
sedera berulang
Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
NIC : Pressure Management
Anjurkan pasien untuk menggunakan
pakaian yang longgar
Hindari kerutan padaa tempat tidur
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
dan kering
Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
setiap dua jam sekali
Monitor kulit akan adanya kemerahan
Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
derah yang tertekan
Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Monitor status nutrisi pasien
Memandikan pasien dengan sabun dan air
hangat
Diagnosa III : Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kelemahan dan
perubahan metabolisme protein.
NOC : Risk Kontrol
Kriteria Hasil :
Klien terbebas dari cedera
Klien mampu menjelaskan
cara/metode untukmencegah
injury/cedera
Klien mampu menjelaskan
NIC : Environment Management (Manajemen
lingkungan)
Sediakan lingkungan yang aman untuk
pasien
Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,
sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
kognitif pasien dan riwayat penyakit
-
13
factor resiko dari
lingkungan/perilaku personal
Mampumemodifikasi gaya
hidup untukmencegah injury
Menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
Mampu mengenali
perubahan status kesehatan
terdahulu pasien
Menghindarkan lingkungan yang
berbahaya (misalnya memindahkan
perabotan)
Memasang side rail tempat tidur
Menyediakan tempat tidur yang nyaman
dan bersih
Menempatkan saklar lampu ditempat
yang mudah dijangkau pasien.
Membatasi pengunjung
Memberikan penerangan yang cukup
Menganjurkan keluarga untuk menemani
pasien.
Mengontrol lingkungan dari kebisingan
Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan penyebab
penyakit.
Diagnosa IV :Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit, prosedur
perawatan, pengobatan.
NOC :
Kowlwdge : disease process
Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
Pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman
tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program
NIC :
Teaching : disease Process
Berikan penilaian tentang tingkat
pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
-
14
pengobatan
Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
muncul pada penyakit, dengan cara yang
tepat
Gambarkan proses penyakit, dengan cara
yang tepat
identifikasi kemungkinan penyebab,
dengna cara yang tepat
Sediakan informasi pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang tepat
Hindari harapan yang kosong
Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang
dan atau proses pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang
tepat.
4. Evaluasi
-
15
a. Tidak terjadi kelebihan cairan
b. Integritas kulit baik bisa dipertahankan
c. Bebas dari cidera
d. Mampu menyatakan pemahaman tentang penyakit sindrom cushing
-
16
III. SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Tema : Sindrom Cusing
Sub Tema : Perawatan Penyakit Sindrom Cusing
Sasaran : Bp. X
Tempat : Bangsal Z Rumah Sakit B
Hari/Tanggal : Jumat , 26 September 2013
Waktu : 30 Menit
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan Bp. X dapat
menjelaskan penyakit . Sindrom Cusing
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan Klien dapat:
1. Menjelaskan pengertian penyakit Sindrom Cusing
2. Menyebutkan faktor penyebab yang dapat menimbulkan penyakit
Sindrom Cusing
3. Menyebutkan tanda/gejala dari penyakit Sindrom Cusing
4. Menjelaskan penatalaksanaan penyakit Sindrom Cusing
5. Menjelaskan patofisiologi penyakit Sindrom Cusing
C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
-
17
D. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu
1. Pembukaan Salam pembuka
Menyampaikan
tujuan penyuluhan
Menjawab salam
Menyimak,
Mendengarkan,
menjawab
pertanyaan
5 Menit
2. Kerja/ isi Penjelasan
pengertian,
penyebab, gejala,
penatalaksanaan
dan patofisiologi
penyakit
Sindrom Cusing
Memberi
kesempatan peserta
untuk bertanya
Menjawab
pertanyaan
Evaluasi
Mendengarkan
dengan penuh
perhatian
Menanyakan hal-hal
yang belum jelas
Memperhatikan
jawaban dari
penceramah
Menjawab
pertanyaan
15
menit
3. Penutup Menyimpulkan
Salam penutup
Mendengarkan
Menjawab salam
10
Menit
E. Media
Ppt dan laptop
F. Sumber/Referensi
a. Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC :
Jakarta.
-
18
b. Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
c. FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.
G. Evaluasi
Formatif:
1. Klien dapat menjelaskan pengertian penyakit Sindrom Cusing
2. Klien mampu menjelaskan faktor penyebab dari penyakit Sindrom Cusing
3. Klien dapat menjelaskan tanda/gejala penyakit Sindrom Cusing
4. Klien mampu menjelaskan penatalaksanaan penyakit Sindrom Cusing
Sumatif:
Klien dapat memahami penyakit penyakit Sindrom Cusing
Yogyakarta, 8 November 2012
Pembimbing Penyuluh
Eunike Felicia Sioni, S.Kep.,Ns. Kelompok 7
-
19
IV. ASPEK LEGAL ETIK
1. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu
yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan
otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.
2. Nonmaleficience
Prinsip menghindari tindakan yg membahayakan. Bahaya dpt berarti
dengan sengaja, risiko atau tidak sengaja membahayakan
3. Beneficience
Prinsip bahwa seseorang harus melakukan kebaikan. Perawat
melakukan kebaikan dengan mengimplementasikan tindakan yang
menguntungkan / bermanfaat bagi klien. Dapat terjadi dilema bila
klien menolak tindakan tersebut, atau ketika petugas kesehatan
berperan sebagai peneliti.
4. Justice
Prinsip bahwa individu memiliki hak diperlakukan setara.
5. Fidelity
Prinsip bahwa individu wajib setia terhadap komitmen atau
kesepakatan dan tentang jawab yang dimiliki. Kesetiaan juga
melibatkan aspek kerahasiaan / privasi dan komitmen adanya
kesesuaianantara informasi dengan fakta.
6. Veracity
Mengacu pada mengatakan kebenaran. Bok (1992) mengatakan bahwa
bohong pada orang yg sakit atau menjelang ajal jarang
dibenarkan.Kehilangan kepercayaan thd perawat dan kecemasan
karena tdk mengetahui kebenaran biasanya lebih merugikan
V. Advokad
Untuk menjadi seorang advokat klien, perawat harus :
-
20
1. Menjadi asertif (tingkah laku interpersonal yang mengungkap emosi secara
terbuka, jujur, tegas dan langsung pada tujuan sebagai usaha untuk
mencapai kebebasan emosi dan dilakukan dengan penuh keyakinan diri dan
sopan)
2. Mengetahui bahwa hak dan nilai klien mereka dan keluarga harus
didahulukan saat hak dan nilai tersebut menimbulkan konflik dengan hak
dan nilai pemberi perawatan kesehatan.
3. Memastikan bahwa klien dan keluarga mendapatkan informasi yang cukup
untuk mengambil keputusan mengenai kesehatan dan perawatan kesehatan
mereka.
4. Menyadari bahwa potensi konflik dapat timbul pada isu yang membutuhkan
konsultasi, konfrontasi, atau negosiasi antara perawat dan pengelola atau
antara perawat dan dokter.
-
21
VI. JURNAL
LAPAROSKOPI ADRENALECTOMY TRANSPERITONEAL
BILATERAL UNTUK SINDROM CUSHING : TANTANGAN BEDAH
DAN PELAJARAN YANG DIPELAJARI
sumber
Departemen Disiplin Bedah , All India Institute of Medical Sciences ( AIIMS ),
Ansari Nagar, New Delhi, India. [email protected]
abstrak
TUJUAN :
Laparoskopi adrenalectomy mapan untuk pengobatan lesi adrenal. Namun,
adrenalectomy bilateral untuk sindrom Cushing adalah operasi yang menantang
dan memakan waktu. Kami melaporkan pengalaman kami bilateral adrenalectomy
laparoskopi untuk penyakit ini di 19 pasien .
BAHAN DAN METODE :
Dari September 2009 sampai Agustus 2012, kami telah beroperasi 19 pasien
dengan sindrom Cushing dan dilakukan adrenalectomy laparoskopi bilateral
menggunakan pendekatan transperitoneal, sinkron pada 15 pasien dan dipentaskan
pada 4 pasien. Pada 15 pasien, operasi dilakukan secara berurutan pada kedua sisi
dalam posisi lateral dengan intraoperatif perubahan posisi. Adrenalectomy
lengkap termasuk lemak periadrenal dilakukan pada kedua belah pihak .
HASIL :
Sembilan belas pasien yang dirujuk dari Departemen Endokrinologi untuk
adrenalectomy bilateral untuk hormon adrenocorticotropin (ACTH)-dependent
dan ACTH-independen sindrom Cushing. Indikasi untuk operasi yang Cushing
penyakit pada 15 pasien, sumber okultisme / ektopik ACTH pada 2 pasien, dan
hiperplasia adrenal primer pada 2 pasien. Lima belas pasien menjalani
adrenalektomi bilateral selama operasi yang sama. Empat pasien menjalani
prosedur dipentaskan. Semua prosedur laparoskopi diselesaikan tanpa konversi.
Waktu operasi rata-rata untuk adrenalectomy bilateral simultan adalah 210 menit
(kisaran, 150-240 menit). Ini termasuk waktu reposisi dan reprepping. Tidak ada
-
22
komplikasi intraoperatif utama. Kehilangan darah rata-rata adalah 100 mL
(kisaran, 50 sampai 200 mL). Tak satu pun dari pasien yang diperlukan transfusi
darah pada periode pasca operasi. Komplikasi pasca operasi termasuk infeksi
minor port- situs dalam 2 pasien. Satu pasien sangat lemah meninggal pada hari
ke-14 pasca operasi karena sakit pneumonia. Sisanya 18 pasien telah dilakukan
baik dalam hal dampak terhadap penyakit.
KESIMPULAN :
Bilateral adrenalectomy Laparoskopi untuk sindrom Cushing adalah layak dan
aman. Ini semua menganugerahkan keuntungan dari pendekatan minimal invasif
seperti sedikit rasa sakit pascaoperasi, rawat inap lebih pendek, komplikasi luka
lebih rendah, dan pemulihan lebih cepat. Keuntungan dari pendekatan laparoskopi
telah menyebabkan rujukan.
-
23
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC :
Jakarta.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.
Susanne CS. 1999. Buku Ajar Medikal Bedah Brunner-Suddart. Jakarta :
EGC.
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Endokrin. Jakarta : EGC.
Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC.
Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29.
Jakarta: EGC.
Syamsuhidayat 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta : EGC.
Setiati, Siti. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Smeltzer, Suzanne C. Buku Ajar Medikal-Bedah Brunner & Suddarth; alih
bahasa, Agung Waluyo ... [el al] ; editor edisi bahasa Indonesia, Monika Ester.
Ed. 8 Jakarta: EGC, 2001
Susanne C. Smeltzer; Buku Ajar Medikal Bedah Brunner-Suddart; EGC;
Jakarta; 1999.
Sylvia A. Price. 1994.Patofisiolgi Konsep klinis Proses-Proses Penyakit .
Jakarta: EGC.