laporan pbl suak pandan fix

266
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aceh merupakan salah satu dari sembilan provinsi di Indonesia yang masih berstatus kesehatan buruk. Delapan propinsi lainnya masing-masing Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Gorontalo, Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur adalah provinsi berstatus kesehatan buruk disebutkan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dalam temu media, Jumat (1/10/2010). Kesembilan provinsi tersebut akan menjadi sasaran guna memperkuat komitmen pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium serta mensinergikan kebijakan kesehatan pemerintah pusat dan daerah (Tribunnews.com). Data tersebut yang dikeluarkan Menteri Kesehatan berasal dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang khusus menggunakan indikator MDGs kesehatan, seperti status gizi balita (memberantas kelaparan), status kesehatan ibu dan anak (menurunkan kematian anak dan meningkatkan kesehatan Ibu), prevalensi malaria, tuberculosis dan HIV/AIDS (menurunkan angka kesakitan penyakit menular) serta akses sumber air 1

Upload: nana-maulina

Post on 22-Dec-2015

253 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hsdhidhisdijjdi

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aceh merupakan salah satu dari sembilan provinsi di Indonesia yang

masih berstatus kesehatan buruk. Delapan propinsi lainnya masing-masing

Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Gorontalo, Papua, Papua Barat,

Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur adalah provinsi berstatus

kesehatan buruk disebutkan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih

dalam temu media, Jumat (1/10/2010). Kesembilan provinsi tersebut akan

menjadi sasaran guna memperkuat komitmen pencapaian Tujuan Pembangunan

Milenium serta mensinergikan kebijakan kesehatan pemerintah pusat dan

daerah (Tribunnews.com).

Data tersebut yang dikeluarkan Menteri Kesehatan berasal dari Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang khusus menggunakan indikator MDGs

kesehatan, seperti status gizi balita (memberantas kelaparan), status kesehatan

ibu dan anak (menurunkan kematian anak dan meningkatkan kesehatan Ibu),

prevalensi malaria, tuberculosis dan HIV/AIDS (menurunkan angka kesakitan

penyakit menular) serta akses sumber air minum yang aman dan fasilitas

sanitasi dasar. Secara umum Riskesdas bertujuan untuk memperoleh gambaran

pencapaian target MDGs kesehatan Indonesia pada tahun 2010 di tingkat

nasional dan provinsi, serta secara khusus bertujuan untuk : (a) Menilai status

pencapaian target MDGs kesehatan Indonesia pada tahun 2010 di tingkat

nasional dan provinsi, (b) Memperoleh gambaran faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi status pencapaian target MDGs kesehatan Indonesia di tingkat

nasional dan provinsi.

Menurut data daripada World Hunger Organization, terdapat empat

jenis masalah kekurangan gizi utama dan berpengaruh pada golongan

berpendapatan rendah di negara berkembang. Masalah gizi utama tersebut

adalah Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang

1

Page 2: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) (World

Hunger Organization, 2009). Masalah malnutrisi pada anak usia bawah lima

tahun dapat mengganggu proses tumbuh kembang secara fisikal maupun mental

dan ini dapat memberikan dampak yang negatif pada sumber daya manusia

pada masa mendatang. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (riskesdas)

Nasional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 menunjukkan

bahwa prevalensi gizi buruk nasional berdasarkan presentase berat badan per

umur (BB/U) pada anak balita mencapai 5,4% dan gizi kurang sebesar 13%

(Laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional, 2007).

Daerah-daerah berstatus kesehatan buruk nampaknya terkait dengan

komitmen pemerintah daerah yang dinilai masih rendah mewujudkan target

Millenium Development Goals (MDGs) di dalam sektor kesehatan.

Sebagaimana diketahui, lima dari delapan tujuan MDGs berada dalam bidang

kesehatan, sehingga bidang ini dapat disebut esensi dari pencapaian MDGs.

Ketiadaaan komitmen dari pemerintah daerah bisa diukur dari alokasi anggaran

daerah (APBD) untuk pembangunan kesehatan yang masih rendah. Anggaran

justru lebih banyak tersedot ke birokrasi dan sebagian pada pembangunan

infrastruktur.

Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan

Gizi Kurang pada Balita tertinggi berturut-turut adalah Aceh Tenggara (48,7%),

Rote Ndao (40,8%), Kepulauan Aru (40,2%), Timor Tengah Selatan (40,2%),

Simeulue (39,7%), Aceh Barat Daya (39,1%), Mamuju Utara (39,1%), Tapanuli

Utara (38,3%), Kupang (38,0%), dan Buru (37,6%). Sedangkan 10

kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita

terendah adalah Kota Tomohon (4,8%), Minahasa (6,0%), Kota Madiun (6,8%),

Gianyar (6,8%), Tabanan (7,1%), Bantul(7,4%), Badung (7,5%), Kota

Magelang (8,2%), Kota Jakarta Selatan (8,3%), dan Bondowoso (8,7%). 

Prevalensi nasional Gizi Lebih Pada Balita adalah 4,3%. Sebanyak 15

provinsi mempunyai prevalensi Gizi Lebih Pada Balita diatas prevalensi

2

Page 3: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

nasional, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu,

Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan

Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua.

Riskesdas menghasilkan berbagai peta masalah kesehatan dan

kecenderungannya, dari bayi lahir sampai dewasa. Misalnya, prevalensi gizi

kurang pada balita (BB/U<-2SD) memberikan gambaran yang fluktuatif dari

18,4 persen (2007) menurun menjadi 17,9 persen (2010) kemudian meningkat

lagi menjadi 19,6 persen (tahun 2013). Jika diamati dari bayi lahir, prevalensi

bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) berkurang dari 11,1 persen tahun

2010 menjadi 10,2 persen tahun 2013. Untuk cakupan imunisasi lengkap yang

angkanya meningkat dari 41,6 persen (2007) menjadi 59,2 persen (2013), akan

tetapi masih dijumpai 32,1 persen yang diimunisasi tapi tidak lengkap, serta 8,7

persen yang tidak pernah diimunisasi, dengan alasan takut panas, sering sakit,

keluarga tidak mengizinkan, tempat imunisasi jauh, tidak tahu tempat

imunisasi, serta sibuk/repot. Program pelayanan kesehatan anak yang juga

membaik adalah kunjungan neonatus (KN) lengkap meningkat dari 31,8 persen

(2007) menjadi 39,3 persen (2013), cakupan pemberian kapsul vitamin A (dari

71,5% tahun 2007 menjadi 75,5% tahun 2013). Menyusui hanya ASI saja

dalam 24 jam terakhir pada bayi umur 6 bulan meningkat dari 15,3 persen

(2010) menjadi 30,2 persen (2013), demikian juga inisiasi menyusu dini <1 jam

meningkat dari 29,3 persen (2010) menjadi 34,5 persen (2013).

Berdasarkan masalah dan data tersebut diatas, maka perlu dilakukan

pengkajian terhadap aspek gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

status gizi baik pada balita, WUS, BUMIL, dan hal-hal lain yang berkaitan

dengan gizi dan kesehatan dalam suatu kegiatan pelaksanaan yang disebut

sebagai Praktek Belajar Lapangan (PBL).

Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Aceh

sebagai salah satu institusi penyelenggaraan pendidikan nasional dengan

kekhususan ilmu gizi, baik gizi masyarakat, gizi klinik maupun institusi juga

3

Page 4: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

turut bertanggung jawab dalam mempersiapkan tenaga profesi gizi yang handal,

dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar dilakukan dikelas dan

dlapangan (dalam komoditas masyarakat). Mata kuliah dengan kegiatan belajar

lapangan ini disebut Praktek Belajar Lapangan (PBL).

Sesuai dengan kurikulum pendidikan Diploma III Gizi tahun 2003

bahwa pada Semester V (lima) mahasiswa diwajibkan mengikuti Praktek

Belajar Lapangan (PBL). Untuk mata kuliah Perencanaan Program Gizi (PPG)

kegiatan Praktek Belajar Lapangan dilakukan di masyarakat. Aspek yang harus

dicapai adalah agar mahasiswa mempunyai pengetahuan dan keterampilan

dalam pengenalan masalah, penyebab dan alternatif pemecahan masalah gizi di

masyarakat.

Praktek Belajar Lapangan (PBL) merupakan bagian dari mata kuliah

Perencanaan Program Gizi (PPG) dengan hitungan 3 SKS. Kegiatan ini

dirancang untuk memberikan pengalaman praktis dan melibatkan mahasiswa

dengan masyarakat secara aktif dalam proses kegiatan lapangan yang bertujuan

untuk menglihat masalah-masalah gizi pada khususnya dan masalah kesehatan

pada umumnya sekaligus memberikan kesempatan untuk melakukan intervensi

dalam rangka memecahkan masalah gizi dan kesehatan yang ada, sehingga

diharapkan mampu memberikan konstribusi bagi terselenggaranya gizi baik dan

pelayanan kesehatan yang optimal serta meningkatkan pengetahuan masyarakat

terhadap masalah gizi dan kesehatan yang dihadapinya dengan kegiatan yang

lebih terencana dan terkoordinasi.

B. Pengumpulan Data Dasar Gizi dan Kesehatan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui permasalahan gizi serta faktor-faktor yang

mempengaruhi status gizi pada balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas,

serta permasalahan gizi lainnya yg dominan terjadi di Aceh, terutama di Desa

Suak Pandan Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

4

Page 5: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui permasalahan gizi yang terjadi pada balita, ibu hamil,

ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya yang terjadi di

masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh

Barat.

b. Untuk mengetahui hubungan pola asupan konsumsi dengan masalah gizi

yang terjadi pada balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah

gizi lainnya yang terjadi di Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat.

c. Untuk mengetahui hubungan pola asuh dengan masalah gizi yang terjadi

pada balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya

yang terjadi di masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat.

d. Untuk mengetahui hubungan penyakit infeksi dengan masalah gizi yang

terjadi pada balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi

lainnya yang terjadi di Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga Kabupaten

Aceh Barat.

e. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan masalah gizi yang terjadi

pada balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya

yang terjadi di masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat.

f. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan masalah gizi yang

terjadi pada balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi

lainnya yang kerap terjadi di masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan

Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

g. Untuk mengetahui hubungan ketersediaan pangan dengan masalah gizi

yang terjadi pada balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah

gizi lainnya yang terjadi di masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan

Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

5

Page 6: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

h. Untuk mengetahui hubungan pendapatan dengan masalah gizi yang terjadi

pada balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya

yang terjadi di masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat.

i. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan masalah gizi yang terjadi pada

balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya yang

terjadi di masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga Kabupaten

Aceh Barat.

j. Untuk mengetahui hubungan konsumsi MP-ASI dengan masalah gizi yang

terjadi pada balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi

lainnya yang kerap terjadi di masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan

Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

C. Manfaat

a. Masyarakat yang berada dalam dalam wilayah kerja Desa Suak Pandan,

Kecamtan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat mengenal dan paham tentang

peran institusi pendidikan Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes RI

Aceh bagi gizi dan kesehatan masyarakat, serta masyarakat dapat

mengetahui bagaimana status gizi anak balita dilokasi penelitian sehingga

mereka dapat melakukan usaha yang dapat mengurangi penyakit gizi.

b. Bagi institusi pendidikan, dapat menambah khazanah perpustakaan di

kampus Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Aceh, yang

berguna sebagai bahan bacaan dan pendukung untuk penelitian lebih lanjut.

c. Bagi Pemerintah dan Instansi terkait, sebagai informasi terutama bagi dinas

kesehatan dan Puskesmas, serta dinas pendidikan nasional dalam

merencanakan pembangunan dibidang kesehatan dan pendidikan untuk

meningkatkan status kesehatan balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.

6

Page 7: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang ada di latar belakang di atas, maka dapat

disusun perumusan masalah sebagai berikut : “Permasalahan apa sajakah yang

terjadi serta faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan masalah gizi pada

bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas serta masalah gizi lainnya di

Desa suak Pandan Kecamatan Samatiga kabupaten Aceh Barat?“.

E. Hipotesa

a. Ada hubungan permasalahan gizi yang terjadi pada balita, ibu hamil, ibu

menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya yang terjadi di masyarakat

Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

b. Ada hubungan pola asupan konsumsi dengan masalah gizi yang terjadi

pada balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya

yang terjadi di Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh

Barat.

c. Ada hubungan pola asuh dengan masalah gizi yang terjadi pada balita, ibu

hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya yang terjadi di

masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh

Barat.

d. Ada hubungan penyakit infeksi dengan masalah gizi yang terjadi pada

balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya yang

terjadi di Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

e. Ada hubungan pendidikan dengan masalah gizi yang terjadi pada balita,

ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya yang terjadi di

masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh

Barat.

f. Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan masalah gizi yang terjadi pada

balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya yang

7

Page 8: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

kerap terjadi di masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat.

g. Ada hubungan ketersediaan pangan dengan masalah gizi yang terjadi pada

balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya yang

terjadi di masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga Kabupaten

Aceh Barat.

h. Ada hubungan pendapatan dengan masalah gizi yang terjadi pada balita,

ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya yang terjadi di

masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh

Barat.

i. Ada hubungan sikap dengan masalah gizi yang terjadi pada balita, ibu

hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya yang terjadi di

masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh

Barat.

j. Ada hubungan konsumsi MP-ASI dengan masalah gizi yang terjadi pada

balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya yang

kerap terjadi di masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat.

8

Page 9: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. GIZI BURUK

1.1. Pengertian Gizi Buruk

Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan

nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi

menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut

kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut

marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi

pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya

perut (busung lapar). Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang

dinyatakan kekurangan zat gizi, atau dengan ungkapan lain status gizinya

berada di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang dimaksud bisa berupa

protein, karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu

istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan

kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya

kekurangan gizi menahun. (Nency, 2005)

Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui

dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun

(baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur

menurut suatu standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau

sedikit dibawah standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila

jauh dibawah standar dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah

salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau akut. (Pardede, J, 2006)

9

Page 10: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

1.2. Klasifikasi Gizi Buruk

a. Marasmus,

b. Kwashiorkor,

c. Marasmus-kwashiorkor.

1.2.1. Marasmus

Marasmus adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi

makanan sumber energi (kalori). Gejala yang timbul diantaranya muka

seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit

(kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan,

gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati

dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis

meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar.

Berikut adalah gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) :

a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar

lemak dan otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit

b. Wajah seperti orang tua

c. Iga gambang dan perut cekung

d. Otot paha mengendor (baggy pant)

e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa

lapar

a. Komplikasi:

1. Defisiensi Vitamin A

2. Dermatosis

3. Kecacingan

4. diare kronis

5. tuberculosis

10

Page 11: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

b. Pencegahan dan pengobatan

Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah

penting yaitu:

1. Atasi/cegah hipoglikemia (kadar gula dalam darah rendah)

Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian

pada anak dengan KEP berat/Gizi buruk. Pada hipoglikemia, anak

terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak sadar dan dapat

menerima makanan usahakan memberikan makanan saring/cair 2-

3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat

minum) berikan air gula dengan sendok. Jika anak mengalami

gangguan kesadaran, berikan infus cairan glukosa dan segera rujuk

ke RSU kabupaten.

2. Atasi/cegah hipotermia (suhu tubuh rendah)

Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah

dibawah 360 C. Pada keadaan ini anak harus dihangatkan. Cara

yang dapat dilakukan adalah ibu atau orang dewasa lain mendekap

anak di dadanya lalu ditutupi selimut (Metode Kanguru). Perlu

dijaga agar anak tetap dapat bernafas.

Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut

tebal, dan meletakkan lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak

boleh terlalu dekat apalagi sampai menyentuh anak. Selama masa

penghangatan ini dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur

(bukan ketiak) setiap setengah jam sekali. Jika suhu anak sudah

normal dan stabil, tetap dibungkus dengan selimut atau pakaian

rangkap agar anak tidak jatuh kembali pada keadaan hipothermia.

Tidak dibenarkan penghangatan anak dengan menggunakan botol

berisi air panas.

11

Page 12: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

3. Atasi/cegah dehidrasi

Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita

KEP berat/Gizi buruk dengan dehidrasi adalah :

a) Ada riwayat diare sebelumnya

b) Anak sangat kehausan

c) Mata cekung

d) Nadi lemah

e) Tangan dan kaki teraba dingin

f) Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.

a. Tindakan yang dapat dilakukan adalah :

1. Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap

setengah jam sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat

minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan memberi

minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan

sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut

ReSoMal.

2. Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi

buruk dapat menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika

anak tidak dapat minum, lakukankan rehidrasi intravena (infus)

cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan NaCL dengan

perbandingan 1:1.

4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan

keseimbangan elektrolit diantaranya :

a. Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma

rendah.

b. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)

12

Page 13: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Ketidak seimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema

dan, untuk pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan waktu

paling sedikit 2 minggu.

Berikan :

1. Makanan tanpa diberi garam/rendah garam.

2. Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X

(dengan penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr

gula atau bila balita KEP bisa makan berikan bahan makanan yang

banyak mengandung mineral ( Zn, Cuprum, Mangan, Magnesium,

Kalium) dalam bentuk makanan lumat/lunak.

Contoh bahan makanan sumber mineral :

Sumber Zink :daging sapi, hati, makanan laut, kacang

tanah, telur ayam

Sumber Cuprum : daging, hati.

Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai.

Sumber Magnesium : kacang-kacangan, bayam.

Sumber Kalium : jus tomat, pisang, kacang2an, apel,

alpukat, bayam, daging tanpa

lemak.

5. Obati/cegah infeksi

Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya

menunjukkan adanya infeksi seperti demam seringkali tidak

tampak, oleh karena itu pada semua KEP berat/Gizi buruk secara

rutin diberikan antibiotik spektrum luas dengan dosis yang sesuai.

6. Mulai pemberian makanan

Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase,

yaitu: Fase Stabilisasi, Fase Transisi, Fase Rehabilitasi

13

Page 14: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

a. Fase Stabilisasi ( 1-2 hari) :

Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat

hati-hati, karena keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas

homeostatik berkurang. Pemberian makanan harus dimulai

segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa

sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi

metabolisma basal saja.

Formula khusus seperti Formula WHO

75/modifikasi/Modisco ½ yang dianjurkan dan jadwal

pemberian makanan harus disusun sedemikian rupa agar dapat

mencapai prinsip tersebut diatas dengan persyaratan diet

sebagai berikut :

1. Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa

2. Energi : 100 kkal/kg/hari

3. Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari

4. Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100

ml/Kg bb/hari)

5. Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi

Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ dengan

menggunakan cangkir/gelas, bila anak terlalu lemah

berikan dengan sendok/pipet

6. Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ atau

pengganti dan jadwal pemberian makanan harus disusun

sesuai dengan kebutuhan anak.

Keterangan :

a. Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema,

maka tahapan pemberian formula bisa lebih cepat

dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)

14

Page 15: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

b. Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO

75/pengganti/Modisco ½ dalam sehari, maka berikan

sisa formula tersebut melalui pipa nasogastrik

( dibutuhkan ketrampilan petugas )

c. Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100

Kkal/Kg bb/hari

d. Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula

diturunkan menjadi setiap jam dan pada hari ke 5 s/d 7

diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam

e. Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir

minggu 1)

Pantau dan catat :

1. Jumlah yang diberikan dan sisanya

2. Banyaknya muntah

3. Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja

4. Berat badan (harian)

Selama fase ini diare secara perlahan berkurang

pada penderita dengan edema , mula-mula berat

badannya akan berkurang kemudian berat badan naik

Fasilitasi tumbuh-kejar (“catch up growth”)

Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan

fase rehabilitasi :

b. Fase Transisi (minggu ke 2) :

1. Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara

berlahan-lahan untuk menghindari risiko gagal jantung,

yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam

jumlah banyak secara mendadak.

2. Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-

1.0 g per 100 ml) dengan formula khusus lanjutan (energi

15

Page 16: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100 ml) dalam jangka

waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat

digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein

yang sama.

3. Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya

sedikit formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah

30 ml/kgbb/kali pemberian (200 ml/kgbb/hari).

Pemantauan pada fase transisi:

1. frekwensi nafas

2. frekwensi denyut nadi

Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi

> 25 kali /menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan,

kurangi volume pemberian formula. Setelah normal kembali,

ulangi menaikkan volume seperti di atas.

3. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan

Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi:

3. Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak

terbatas dan sering.

4. Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari

5. Protein 4-6 gram/kg bb/hari

6. Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula

WHO 100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI

tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.

Setelah fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi :

7. Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1½ dengan jumlah tidak

terbatas dan sering

8. Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari

9. Protein 4-6 g/kgbb/hari

16

Page 17: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

10. Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan

makanan Formula ( lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI

tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.

11. Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga

Pemantauan fase rehabilitasi :

Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan badan :

12. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.

13. Setiap minggu kenaikan bb dihitung.

14. Baik bila kenaikan bb 50 g/Kg bb/minggu.

15. Kurang bila kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-evaluasi

menyeluruh.

TAHAPAN PEMBERIAN DIET

FASE STABILISASI : FORMULA WHO 75 ATAU PENGGANTI

FASE TRANSISI : FORMULA WHO 75 FORMULA WHO

100 ATAU PENGGANTI

FASE REHABILITASI : FORMULA WHO 135 (ATAU PENGGANTI)

MAKANAN KELUARGA

5. Koreksi defisiensi nutrien mikro

Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami

kurang vitamin dan mineral. Walaupun anemia biasa terjadi,

jangan tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe). Tunggu

sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik

(biasanya pada minggu ke 2). Pemberian besi pada masa

stabilisasi dapat memperburuk keadaan infeksinya.

Berikan setiap hari :

a. Tambahan multivitamin lain

17

Page 18: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

b. Bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk

tablet besi folat atau sirup besi dengan dosis sebagai

berikut :

Dosis Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi :

UMUR

DAN

BERAT BADAN

1.1.1.1.1 TABLET

BESI/FOLAT

Sulfas ferosus 200 mg +

0,25 mg Asam Folat

Berikan 3 kali sehari

1.1.1.1.2 SIRUP BESI

Sulfas ferosus 150 ml

Berikan 3 kali sehari

6 sampai 12 bulan

(7 - < 10 Kg)¼ tablet 2,5 ml (1/2 sendok teh)

12 bulan sampai 5

tahun½ tablet 5 ml (1 sendok teh)

Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan dosis

tunggal sebagai berikut :

UMUR ATAU BERAT BADAN

PIRANTEL PAMOAT

(125mg/tablet)

(DOSIS TUNGGAL)

4 bulan sampai 9 bulan (6-<8 Kg) ½ tablet

9 bulan sampai 1 tahun (8-<10 Kg) ¾ tablet

1 tahun sampai 3 tahun (10-<14 Kg) 1 tablet

3 Tahun sampai 5 tahun (14-<19 Kg) 1 ½ tablet

Umur Kapsul Vitamin A Kapsul Vitamin A

18

Page 19: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

200.000 IU 100.000 IU

6 bln sampai 12 bln - 1 kapsul

12 bln sampai 5 Thn 1 kapsul -

6. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan

emosi/mental

Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan

perkembangan mental dan perilaku, karenanya berikan :

a. Kasih sayang

b. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan

c. Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari

d. Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh

e. Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan,

bermain dsb)

7. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.

Bila berat badan anak sudah berada di garis warna

kuning anak dapat dirawat di rumah dan dipantau oleh tenaga

kesehatan puskesmas atau bidan di desa. Pola pemberian makan

yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah setelah

pasien dipulangkan dan ikuti pemberian makanan seperti pada

lampiran 5, dan aktifitas bermain.

Nasehatkan kepada orang tua untuk :

1. Melakukan kunjungan ulang setiap minggu, periksa secara

teratur di Puskesmas

2. Pelayanan di PPG (lihat bagian pelayanan PPG) untuk

memperoleh PMT-Pemulihan selama 90 hari. Ikuti nasehat

pemberian makanan (lihat lampiran 5) dan berat badan anak

selalu ditimbang setiap bulan secara teratur di

posyandu/puskesmas.

19

Page 20: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

3. pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan

nutrien yang padat

4. penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau

Posyandu

5. Pemberian suntikan imunisasi sesuai jadwal

6. Anjurkan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000

SI atau 100.000 SI ) sesuai umur anak setiap Bulan Februari

dan Agustus.

Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase

yaitu fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas

kesehatan harus trampil memilih langkah mana yang sesuai untuk

setiap fase. Tata laksana ini digunakan pada pasien Kwashiorkor,

Marasmus maupun Marasmik-Kwashiorkor.

Bagan dan Jadwal Pengobatan :

No FASE STABILISASI TRANSISI REHABILITASIHari ke 1-2 Hari ke 2-7 Minggu ke-2 Minggu ke 3-7

1 Hipoglikemia2 Hipotermia3 Dehidrasi4 Elektrolit5 Infeksi6 MulaiPemberian

Makanan7 Tumbuh kejar

(Meningkatkan Pemberian Makanan)

8 Mikronutrien Tanpa Fe dengan Fe9 Stimulasi10 Tindak lanjut

A. Syarat Diet Penderita Marasmus Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT) :

1. Energi tinggi, yaitu 40-45 kkal/kg BB.

2. Protein tinggi, yaitu 2,0-2,5 g/kg BB.

20

Page 21: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

3. Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total.

4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.

5. Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal.

6. Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna.

Bahan Makanan Yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan :

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan

Sumber karbohidrat Nasi, Roti, mie,

makaroni, cake, tarcis,

puding, pastri, dodol,

ubi, gula pasir.

Sumber protein Daging sapi, ayam,

ikan, telur, susu, keju,

yoghurt dan es krim.

Dimasak dengan

banyak minyak atau

kelapa/santan kental.

Sumber protein nabati Semua jenis kacang-

kacangan, tempe, tahu

dan pindakas.

Dimasak dengan

banyak minyak atau

kelapa/santan kental

Sayuran Semua jenis sayuran,

terutama jenis bayam,

daun singkong, kacang

panjang, labu siam, dan

wortel, dengan teknik

pengolahan direbus,

dikukus dan ditumis

Dimasak dengan

banyak minyak atau

kelapa/santan kental.

Buah-buahan Semua jenis buah segar,

buah kaleng, buah

kering dan jus buah.

Lemak dan minyak Minyak goreng, Santan kental

21

Page 22: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

mentega, margarin,

santan encer dan salad

dressing.

Minuman Soft drink, madu, sirup,

teh dan kopi encer.

Minuman rendah

energi.

Bumbu Bumbu tidak tajam

seperti bawang merah,

bawang putih, laos,

salam dan kecap.

Bumbu yang tajam

seperti cabe dan merica.

1.2.2. Kwashiorkor

Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat

yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake

karbohidrat yang normal atau tinggi. Kwashiorkor bisanya terjadi pada

anak usia 1-3 tahun. Pertumbuhannya terhambat, jaringan otot lunak

dan kendor. Namun jaringan lemak dibawah kulit masih ada dibanding

bayi marasmus. Istilah kwashiorkor sendiri berasal dari bahasa salah

satu suku di Afrika yang berarti "kekurangan kasih sayang ibu".

Beberapa tanda khusus dari kwashiorkor adalah:

a. Selalu ada oedema (bengkak), terutama pada kaki dan tungkai

bawah. Sifatnya “pitting oedema”. Bayi tampak gemuk, muka

membulat (moon face), karena oedema. Cairan oedema sekitar 5-

20% dari jumlah berat badan yang diperhitungkan dari penurunan

berat badan ketika tidak oedema lagi (pada masa penyembuhan).

b. Rambut berubah menjadi warna kemerahan atau abu-abu, menipis

dan mudah rontok, apabila rambut keriting menjadi lurus.

c. Kulit tampak pucat dan biasanya disertai anemia.

22

Page 23: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

d. Terjadi dispigmentasi dikarenakan habisnya cadangan energi atau

protein. Pada kulit yang terdapat dispigmentasi akan tampak pucat.

Sering terjadi dermatitis (radang pada kulit). Kulit mudah luka

karena tidak adanya tryptophan dan nicotinamide, meskipun

kekurangan zinc bisa juga menjadi penyebab dermatitis. Pada

kasus kwashiorkor tingkat berat kulit akan mengeras seperti

keripik terutama pada persendian utama. Bibir retak-retak, lidah

pun menjadi lunak dan gampang luka.

e. Pada kwashiorkor, pengaruh terhadap sistem neurologi dijumpai

adanya tremor seperti Parkinson yang berpengaruh terhadap

jaringan (cabang) syaraf tunggal maupun syaraf kelompok pada

otot. Seperti otot mata sering terjadi terus berkedip, atau pada pita

suara yang menghasilkan suara getar serak/cengeng. Perubahan

mental juga terjadi misalnya bayi menjadi cengeng, apatis,

hilangnya nafsu makan dan sukar diberi makan/disulang. Gejala

anemia dan defisiensi mikronutrien juga sering dijumpai pada

kasus ini.

Ciri-ciri :

1. Rambut halus, jarang, dan pirang kemerahan kusam.

2. Kulit tampak kering (Xerosis) dan memberi kesan kasar dengan garis-

garis permukaan yang jelas.

3. Didaerah tungkai dan sikut serta bokong terdapat kulit yang

menunjukkan hyperpigmentasi dan kulit dapat mengelupas dalam

lembar yang besar, meninggalkan dasar yang licin berwarna putih

mengkilap.

4. Perut anak membuncit karena pembesaran hati.

5. Pada pemeriksaan mikroskopik terdapat perlemkan sel-sel hati.

23

Page 24: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake

protein yang berlansung kronis

1. Pola makan

Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak

untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan

mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan

mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih

menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan

ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein adri

sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah

dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan

nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor,

terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.

2. Faktor sosial

Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi,

keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan

untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung turun-

turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya

kwashiorkor.

3. Faktor ekonomi

Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat

memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak

tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi

kebutuhan proteinnya.

4. Faktor infeksi dan penyakit lain

Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP

dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan

gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan

menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.

24

Page 25: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Gejala klinis

a. Gagal untuk menambah berat badan

b. Pertumbuhan linear terhenti.

c. Edema gerenal (muka sembab, punggung kaki, perut yang membuncit)

d. Diare yang tidak membaik

e. Dermatitis, perubahan pigmen kulit (deskuamasi dan vitiligo).

f. Perubahan warna rambut menjadi kemerahan dan mudah dicabut.

g. Penurunan masa otot

h. Perubahan mental seperti lethargia, iritabilitas dan apatis dapat terjadi.

i. Perubahan lain yang dapat terjadi adala perlemakan hati, gangguan

fungsi ginjal, dan anemia.

j. Pada keadaan berat/ akhir (final stages) dapat mengakibatkan shock,

coma dan berakhir dengan kematian

Komplikasi

Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi

dikarenakan lemahnya sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan

potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat dicapai oleh anak dengan

riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik mengemukakan bahwa

kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat

menurunkan IQ secara permanen.

Penatalaksanaan/ terapi

Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya

kondisi anak. Keadaan shock memerlukan tindakan secepat mungkin

dengan restorasi volume darah dan mengkontrol tekanan darah. Pada

tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula sederhana,

dan lemak. Protein diberikan setelah semua sumber kalori lain telah dapat

menberikan tambahan energi. Vitamin dan mineral dapat juga diberikan.

25

Page 26: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Dikarenan anak telah tidak mendapatkan makanan dalam jangka waktu

yang lama, memberikan makanan per oral dapat menimbulkan masalah,

khususnya apabila pemberian makanan dengan densitas kalori yang tinggi.

Makanan harus diberikan secara bertahap/ perlahan. Banyak dari anak

penderita malnutrisi menjadi intoleran terhadap susu (lactose intolerance)

dan diperlukan untuk memberikan suplemen yang mengandung enzim

lactase.

1.2.3. Marasmic Kwashiorkor

Anak/bayi yang menderita marasmic-kwashiorkor mempunyai gejala

(sindroma) gabungan kedua hal di atas. Seorang bayi yang menderita

marasmus lalu berlanjut menjadi kwashiorkor atau sebaliknya tergantung

dari makanan/gizinya dan sejauh mana cadangan energi dari lemak dan

protein akan berkurang/habis terpakai.

Apabila masukan energi kurang dan cadangan lemak terpakai,

bayi/anak akan jatuh menjadi marasmus. Sebaliknya bila cadangan protein

dipakai untuk energi, gejala kwashiorkor akan menyertai. Hal ini dapat

terjadi pada anak yang dietnya hanya mengandung karbohidrat saja seperti

beras, jagung atau singkong yang miskin akan protein. Gagalnya

pertumbuhan kemungkinan akan menyertai pada kasus KEP-marasmus,

Kwashiorkor atau keduanya.

26

Page 27: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

a. Pencegahan kep

KEP disebabkan oleh multifaktor yang saling terkait

sinergis secara klinis maupun lingkungan (masyarakat).

Pencegahan hendaknya meliputi seluruh faktor secara simultan dan

konsisten. Meskipun KEP tidak sepenuhnya dapat diberantas,

tanpa harus menunggu, dapat segera dilaksanakan beberapa

tindakan untuk mengatasi keadaan :

1. Mengendalikan penyakit-penyakit infeksi, khususnya

diare:

a. Sanitasi : personal, lingkungan terutama

makanan dan peralatannya.

b. Pendidikan : Dasar, Kesehatan dan Gizi.

c. Program Imunisasi.

d. Pencegahan penyakit yang erat dengan lingkungan,

seperti TBC, nyamuk (malaria, DHF), parasit (cacing).

2. Memperkecil dampak penyakit-penyakit infeksi terutama diare

di wilayah yang sanitasi lingkungannya belum baik. Diarhea

merupakan penyakit endemo-epidemik yang menjadi salah satu

penyebab bagi malnutrisi. Dehidrasi awal dan re-feeding

secepat mungkin merupakan pencegahan untuk menghindari

bayi malnutrisi/KEP.

3. Deteksi dini dan manajemen KEP awal/ringan:

1) Memonitor tumbuh kembang dan status gizi Balita

secara kontinyu, misalnya dengan tolok ukur KMS.

2) Perhatian khusus untuk faktor “risiko tinggi” yang akan

berpengaruh kelangsungan status gizi (antara lain:

kemiskinan, ketidak tahuan, adanya penyakit infeksi).

4. Memelihara status gizi anak

27

Page 28: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

5. Dimulai sejak dalam kandungan, ibu hamil dengan gizi yang

baik diharapkan akan melahirkan bayi dengan status gizi yang

baik pula.

6. Setelah lahir segera diberi ASI eksklusif sampai usia 4 atau 6

bulan.

7. Pemberian makanan pendamping ASI (weaning food) bergizi,

mulai usia 4 atau 6 bulan secara bertahap sampai anak dapat

menerima menu lengkap keluarga.

8. Memperpanjang masa menyusui (prolong lactation) selama ibu

dan bayi menghendaki.

b. Penatalaksanaan

1. Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan

penanganan kegawatan)

1) Penanganan hipoglikemi

2) Penanganan hipotermi

3) Penanganan dehidrasi

4) Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

5) Pengobatan infeksi

6) Pemberian makanan

7) Fasilitasi tumbuh kejar

8) Koreksi defisiensi nutrisi mikro

9) Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental

10) Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh

2. Pengobatan penyakit penyerta

1. Defisiensi vitamin A

Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke

1, 2 dan 14 atau sebelum keluar rumah sakit bila terjadi

memburuknya keadaan klinis diberikan vit. A dengan dosis :

28

Page 29: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

a. umur > 1 tahun               : 200.000 SI/kali

b. umur 6 – 12 bulan          : 100.000 SI/kali

c. umur 0 – 5 bulan            :   50.000 SI/kali

Bila ada ulkus dimata diberikan :

a. Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin,

setiap 2-3 jam selama 7-10 hari\

b. Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5

hari

c. Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali

2. Dermatosis

Dermatosis ditandai adanya : hipo/hiperpigmentasi,

deskwamasi (kulit  mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif,

menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi sekunder,

antara lain oleh Candida.

Tatalaksana :

a. kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan

KmnO4 (K permanganat) 1% selama 10 menit

b. beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)

c. usahakan agar daerah perineum tetap kering

d. umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat

Zn peroral

3. Parasit/cacing

Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari

selama 3 hari, atau preparat antihelmintik lain.

4. Diare melanjut

Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada

perbaikan keadaan umum. Berikan formula

bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus

dan Giardiasis merupakan penyebab lain dari

29

Page 30: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan

tinja mikroskopik. Beri : Metronidasol 7.5 mg/kgBB

setiap 8 jam selama 7 hari.

5. Tuberkulosis

Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes

tuberkulin/Mantoux (seringkali alergi) dan Ro-foto

toraks. Bila positip atau sangat mungkin TB, diobati

sesuai pedoman pengobatan TB.

3. Tindakan kegawatan

a. Syok (renjatan)

Syok karena dehidrasi atau sepsis sering

menyertai KEP berat dan sulit membedakan  keduanya

secara klinis saja. Syok karena dehidrasi akan membaik

dengan cepat pada pemberian cairan intravena,

sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati

terhadap terjadinya overhidrasi.

Pedoman pemberian cairan :

Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1)

atau larutan Ringer dengan kadar dekstrosa 5%

sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama.

Evaluasi setelah 1 jam :

1) Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi

nadi dan pernapasan) dan status hidrasi syok

disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan

seperti di atas untuk 1 jam berikutnya, kemudian

lanjutkan dengan pemberian Resomal/pengganti,

per oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam selama 10

jam, selanjutnya mulai berikan formula khusus (F-

75/pengganti).

30

Page 31: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

2) Bila tidak ada perbaikan klinis  anak menderita

syok septik. Dalam hal ini, berikan cairan rumat

sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan transfusi

darah sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan

(dalam 3 jam). Kemudian mulailah pemberian

formula (F-75/pengganti)

6. Anemia berat

Transfusi darah diperlukan bila :

        Hb < 4 g/dl

        Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda

gagal jantung

Transfusi darah :

   Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.

Bila ada tanda gagal jantung, gunakan ’packed red

cells’ untuk transfusi dengan jumlah yang sama.

   Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat

transfusi dimulai.

Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal,

Hb-uria, syok). Bila pada anak dengan distres napas

setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau antara 4-6 g/dl,

jangan diulangi pemberian darah.

1.3. Faktor Penyebab Gizi Buruk

Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut :

1. Penyebab Langsung. Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang

dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita

penyakit kanker. Anak yang mendapat makanan cukup baik tetapi

sering diserang atau demam akhirnya menderita kurang gizi.

2. Penyebab tidak langsung, ketersediaan Pangan rumah tangga, perilaku,

31

Page 32: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor

kesehatan, tetapi juga merupakan masalah utama gizi buruk adalah

kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan

kerja. Oleh karena itu untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama

lintas sektor Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga dalam

memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam

jumlah yang cukup baik maupun gizinya.

Secara garis besar gizi buruk disebabkan oleh karena asupan

makanan yang kurang atau anak sering sakit, atau terkena infeksi.

Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor, antara

lain tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup salah

mendapat makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah.

Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang

sukar diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling

memperberat. Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan kurang gizi dan

kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem

pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi (Nency, 2005)

Kekurangan gizi merupakan suatu keadaan dimana terjadi

kekurangan zat-zat gizi ensensial, yang bisa disebabkan oleh: asupan

yang kurang karena makanan yang jelek atau penyerapan yang buruk

dari usus (malabsorbsi), penggunaan berlebihan dari zat-zat gizi oleh

tubuh, dan kehilangan zat-zat gizi yang abnormal melalui diare,

pendarahan, gagal ginjal atau keringat yang berlebihan. (Nurcahyo,

2008)

2. ANEMIA ZAT BESI PADA BALITA

2.1. Pengertian Anemia

Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan kadar

hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nili normal

32

Page 33: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

untuk kelompok orang yang bersangkutan. Kelompok ditentukan

menurut umur dan jenis kelamin, seperti yang terlihat di dalam tabel

di bawah ini.

Tabel 2. Batas normal Kadar Hemoglobin

Kelompok Umur Hemoglobin

Anak 6 bulan s/d 6 tahun 11

6 tahun s/d 14 tahun 12

Dewasa Laki-laki 13

Wanita 12

Wanita hamil 11

Sumber WHO

2.2. Patofisiologi Anemia

Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah)

dan juga diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat

besi yang terdapat dalam enzim juga diperlukan untuk mengangkut

elektro (sitokrom), untuk mengaktifkan oksigen (oksidase dan

oksigenase). Defisiensi zat besi tidak menunjukkan gejala yang khas

(asymptomatik) sehingga anemia pada balita sukar untuk dideteksi.

Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya

simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang

digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan besi. Pada

tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi,

berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah

protoporpirin yang diubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan

menurunya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan

cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Rb (Gutrie, 186 :303)

Bila sebagian dari feritin jaringan meninggalkan sel akan

33

Page 34: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

mengakibatkan konsentrasi feritin serum rendah. Kadar feritin serum

dapat menggambarkan keadaan simpanan zat besi dalam jaringan.

Dengan demikian kadar feritin serum yang rendah akan menunjukkan

orang tersebut dalam keadaan anemia gizi bila kadar feritin serumnya

<12 ng/ml. Hal yang perlu diperhatikan adalah bila kadar feritin serum

normal tidak selalu menunjukkan status besi dalam keadaan normal.

Karena status besi yang berkurang lebih dahulu baru diikuti dengan

kadar feritin.

Diagnosis anemia zat gizi ditentukan dengan tes skrining

dengan cara mengukur kadar Hb, hematokrit (Ht), volume sel darah

merah (MCV), konsentrasi Hb dalam sel darah merah (MCH) dengan

batasan terendah 95% acuan (Dallman,1990)

2.3. Penyebab Anemia Gizi Pada Balita

Penelitian di negara berkembang mengemukakan bahwa bayi

lahir dari ibu yang menderita anemia kemungkinan akan menderita

anemia gizi, mempunyai berat badan lahir rendah, prematur dan

meningkatnya mortalitas (Academi of Sciences, 1990).

Penyebab anemia gizi pada bayi dan anak (Soemantri, 1982):

a. Pengadaan zat besi yang tidak cukup

a) Cadangan zat besi pada waktu lahir tidak cukup.

b) Berat lahir rendah, lahir kurang bulan, lahir kembar

c) Ibu waktu mengandung menderita anemia kekurangan zat

besi yang berat

d) Pada masa fetus kehilangan darah pada saat atau sebelum

persalinan seperti adanya sirkulasi fetus ibu dan perdarahan

retroplasesta

b. Absorbsi kurang

1) Diare menahun

34

Page 35: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

2) Sindrom malabsorbsi

3) Kelainan saluran pencernaan

c. Kebutuhan akan zat besi meningkat untuk pertumbuhan, terutama pada

lahir kurang bulan dan pada saat akil balik.

d. Kehilangan darah

1) Perdarahan yang bersifat akut maupun menahun, misalnya pada

poliposis rektum, divertkel Meckel

2) Infestasi parasit, misalnya cacing tambang.

2.4. Pengaruh Anemia Pada Balita

1. Terhadap kekebalan tubuh (imunitas seluler dan

humoral)

Kekurangan zat besi dalam tubuh dapat lebih

meningkatkan kerawanan terhadap Penyakit infeksi. Seseorang

yang menderita defisiensi besi (terutama balita) lebih mudah

terserang mikroorganisme, karena kekurangan zat besi

berhubungan erat dengan kerusakan kemampuan fungsional

dari mekanisme kekebalan tubuh yang penting untuk menahan

masuknya penyakit infeksi.

Fungsi kekebalan tubuh telah banyak diselidiki pada

hewan maupun manusia. Meskipun telah banyak publikasi

yang mengatakan bahwa kekurangan besi menimbulkan

konsekwensi fungsional pada sistem kekebalan tubuh, tetapi

tidak semua peneliti mencapai kesepakatan tentang kesimpulan

terhadap abnormalitas pada fungsi kekebalan spesifik.

Laporan klinis yang pertama-tama dilaporkan pada

tahun 1928 oleh Mackay (dikutip oleh Scrimshaw-2)

mengatakan bahwa bayi-bayi dari keluarga-keluarga miskin di

London yang menderita bronchitis dan gastroenteritis menjadi

35

Page 36: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

berkurang setelah mereka mendapat terapi zat besi. Lebih

lanjut di Alaska, penyakit diare dan saluran pernafasan lebih

umum ditemui pada orang-orang eskimo dan orang-orang asli

yang menderita defisiensi besi. Meningitis lebih sering

berakibat fatal pada anak-anak dengan kadar hemoglobin di

atas 10,1 g/dl.

2. Imunitas humoral

Peranan sirkulasi antibodi sampai sekarang dianggap

merupakan pertahanan utama terhadap infeksi, dan hal ini

dapat didemonstrasikan pada manusia. Pada manusi

kemampuan pertahanan tubuh ini berkurang pada orang-orang

yang menderita defisiensi besi.

Nalder dkk mempelajari pengaruh defisiensi besi

terhadap sintesa antibodi pada tikus-tikus dengan menurunkan

setiap 10% jumlah zat besi dalam diit. Ditemukan bahwa

jumlah produksi antibodi menurun sesudah imunisasi dengan

tetanus toksoid, dan penurunan ini secara proporsional sesuai

dengan penurunan jumlah, zat besi dalam diit. Penurunan fifer

antibodi tampak lebih erat hubungannya dengan indikator

konsumsi zat besi, daripada dengan pemeriksaan kadar

hemoglobin, kadar besi dalam serum atau feritin, atau berat

badan.

3. Imunitas sel mediated

Invitro responsif dari limfosit dalam darah tepi dari

pasien defisiensi besi terhadap berbagai mitogen dan antigen

merupakan topik hangat yang saling kontraversial. Bhaskaram

dan Reddy menemukan bahwa terdapat reduksi yang nyata

jumlah sel T pada 9 anak yang menderita defisiensi besi.

Sesudah pemberian Suplemen besi selama empat minggu,

36

Page 37: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

jumlah sel T naik bermakna.

Srikanti dkk membagi 88 anak menjadi empat

kelompok menurut kadar hemoglobin yaitu defisiensi besi

berat (Hb<8,0 g/dl). Pada anak yang defisiensi besi sedang (Hb

antara 8,0 - 10,0 g/dl), defisiensi ringaan (Hb antara 10,1 - 12,0

g/dl), dan normal (Hb > 12 g/dl). Pada anak yang defisiensi

berat dan sedang terjadi depresi respons terhadap PHA oleh

limfosit, sedangkan pada kelompok defisiensi ringan dan

normal tidak menunjukkan hal serupa. Keadaan ini diperbaiki

dengan terapi besi.

4. Fagositosis

Faktor penting lainnya dalam aspek defisiensi besi

adalah aktivitas fungsional sel fagositosis. Dalam hal ini,

defisiensi besi dapat mengganggu sintesa asam nukleat

mekanisme seluler yang membutuhkan metaloenzim yang

mengandung Fe. Schrimshaw melaporkan bahwa sel-sel

sumsum tulang dari penderita kurang besi mengandung asam

nukleat yang sedikit dan laju inkorporasi (3H) thymidin

menjadi DNA menurun.

Kerusakan ini dapat dinormalkan dengan terapi besi.

Sebagai tambahan, kurang tersedianya zat besi untuk enzim

nyeloperoksidase menyebabkan kemampuan sel ini membunuh

bakteri menurun.

Anak-anak yang menderita defisiensi besi

menyebabkan persentase limfosit T menurun, dan keadaan ini

dapat diperbaiki dengan suplementasi besi. Menurunnya

produksi makrofag juga dilaporkan oleh beberapa peneliti.

Secara umum sel T, di mana limfosit berasal, berkurang pada

hewan dan orang yang menderita defisiensi besi. Terjadi

37

Page 38: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

penurunan produksi limfosit dalam respons terhadap mitogen,

dan ribonucleotide reductase juga menurun. Semuanya ini

dapat kembali normal setelah diberikan suplemen besi.

5. Terhadap kemampuan intelektual

Telah banyak penelitian dilakukan mengenai hubungan

antara keadaan kurang besi dan dengan uji kognitif. Walaupun

ada beberapa penelitian mengemukakan bahwa defisiensi besi

kurang nyata hubungannya dengan kemunduran intelektual

tetapi banyak penelitian membuktikan bahwa defisiensi besi

mempengaruhi pemusnahan perhatian (atensi), kecerdasan (IQ)

, dan prestasi belajar di sekolah. Denganl memberikan

intervensi besi maka nilai kognitif tersebut naik secara nyata.

Salah satu penelitian di Guatemala terhadap bayi

berumur 6-24 bulan. Hasil, penelitian tsb menyatakan bahwa

ada perbedaan skor mental (p<0,05) dan skor motorik (p<0,

05) antara kelompok anemia kurang besi dengan kelompok

normal.

Pollit, dkk melakukan penelitian di Cambridge terhadap

15 orang anak usia 3-6 tahun yang menderita defisiensi besi

dan 15 orang anak yang normal, status besinya sebagai kontrol.

Pada awal penelitian anak yang menderita defisiensi besi

menunjukkan skor yang lebih rendah daripada anak yang

normal terhadap uji oddity learning. Setelah 12 minggu

diberikan preparat besi dengan skor rendah pada awal

penelitian, menjadi normal status besinya diikuti dengan

kenaikan skor kognitif yang nyata sehingga menyamai skor

kognitif anak yang normal yang dalam hal ini sebagai

kelompok kontrol.

38

Page 39: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

2.5. Keluhan Dan Gejala Anemia Gizi

Rasa lemah, letih, hilang nafsu makan, menurunya daya

konsentras dan sakit kepala atau pening adalah gejala awal anemia.

Pada kasus yang lebih parah, sesak nafas disertai gejala lemah jantung

dapat terjadi. Untuk memastikan, diagnosa perlu dilakukan

pemeriksaan laboratorium, diantaranya dilakukan penentuan kadar

hemoglobin atau hematokrit dalam darah (Kardjati Sakit, 1985).

3. GAKY (Gangguan Kekurangan Yodium)

Gangguan akibat kekurangan yodium adalah sekumpulan gajala yang

dapat ditimbulkan karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara

terus-menerus dalam waktu cukup lama (Depkes RI, 2000).

Gangguan akibat kekurangan yodium di Indonesia merupakan salah satu

masalah kesehatan masyarakat yang serius mengingat dampaknya sangat besar

terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Selain berupa

pembesaran kelenjar gondok dan hipotiroid, kekurangan yodium jika terjadi pada

wanita hamil mempunyai risiko terjadinya abortus, lahir mati, sampai cacat

bawaan pada bayi yang lahir berupa gangguan perkembangan saraf, mental, dan

fisik yang disebut kretin. Semua gangguan ini dapat berakibat pada rendahnya

produktivitas kerja pada orang dewasa serta timbulnya berbagai permasalahan

sosial ekonomi masyarakat yang dapat menghambat pembangunan (Depkes RI,

2005).

Gejala kekurangan yodium adalah malas dan lamban, kelenjar tiroid

membesar, pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan

janin, dan dalam keadaan berat bayi lahir dalam keadaan cacat mental permanen

serta hambatan pertumbuhan yang dikenal sebagai kretinisme. Seorang anak

yang menderita kretinisme mempunyai bentuk tubuh abnormal dan IQ sekitar 20.

39

Page 40: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Kekurangan yodium pada anak-anak menyebabkan kemampuan belajar yang

rendah (Almatsier, 2009).

Menurut Arisman (2009) bahwa kekurangan yodium pada anak secara

khas terpaut dengan insidensi gondok. Angka kejadian gondok meningkat

bersama usia dan mencapai puncaknya setelah remaja. Kasus gondok pada anak

sekolah yang berusia antara 6-12 tahun dapat dijadikan petunjuk. Total Goitre

Rate (TGR) anak sekolah lazim digunakan sebagai petunjuk dalam perkiraan

besaran GAKY masyarakat suatu daerah. Penelitian terhadap anak sekolah yang

tinggal di daerah endemis menunjukkan gangguan kinerja belajar serta nilai

kecerdasan intelligence quotient (IQ).

Akar permasalahan GAKY yang semula disebabkan miskinnya unsur

yodium dalam air dan tanah, kemudian diperberat dengan adanya zat goitrogenik

dalam makanan yang dikonsumsi, makin banyak polutan sebagai dampak dari

modernisasi atau dari limbah industri. Selain itu juga karena adanya blocking

agent yang secara alami terdapat dalam air dan tanah di lingkungan tempat

tinggal, dan digunakannya alat kontrasepsi hormonal untuk menjarangkan

kelahiran, menyebabkan masalah GAKY yang merupakan masalah gizi laten

yang tak kunjung hilang (Widodo, 2004)

3.1 Masalah yang Timbul Akibat GAKY

Masalah yang dapat ditimbulkan GAKY antara lain:

1. Defisiensi pada janin

Pengaruh utama defisiensi yodium pada janin ialah kretinisme

endemis. Gejala khas kretinisme terbagi menjadi dua jenis, yaitu jenis

saraf yang menampilkan tanda dan gejala seperti kemunduran mental,

bisu-tuli dan diplegia spastik. Jenis kedua yaitu bentuk miksedema

yang memperlihatkan tanda hipotiroidisme dan dwarfisme.

2. Defisiensi pada bayi baru lahir

40

Page 41: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Selain berpengaruh pada angka kematian, kekurangan yang

parah dan berlangsung lama akan mempengaruhi fungsi tiroid bayi

yang kemudian mengancam perkembangan otak secara dini.

3. Defisiensi pada anak dan remaja

Kekurangan yodium pada anak khas terpaut dengan insiden

gondok. Angka kejadian gondok meningkat bersama usia, dan

mencapai puncaknya setelah remaja. Prevalensi gondok pada wanita

lebih tinggi daripada lelaki. Total Goitre Rate(TGR) anak sekolah

lazim digunakan sebagai petunjuk dalam perkiraan besaran GAKY

masyarakat suatu daerah. Gangguan pada anak dan remaja akibat

kekurangan yodium yaitu gondok, hipoiroidisme Juvenile dan

perkembangan fisik terhambat.

4. Defisiensi pada Dewasa

Pada orang dewasa, kekurangan yodium menyebabakan

keadaan lemas dan cepat lelah, produktifitas dan peran dalam

kehidupan sosial rendah (Isna, 2009). Gondok dan penyulit,

hipotiroidisme, hipertiroidisme diimbas oleh yodium.

5. Defisiensi pada ibu hamil

Pada ibu hamil menyebabkan keguguran spontan, lahir mati

dan kematian bayi, mempengaruhi otak bayi dan kemungkinan

menjadi cebol pada saat dewasa nanti. Seorang ibu yang menderita

pembesaran gondok akan melahirkan bayi yang juga menderita

kekurangan yodium. Jika tidak segera diobati, maka pada usia 1 tahun,

sudah akan terjadi pembesaran pada kelenjar gondoknya (Isna, 2009).

6. Defisiensi pada semua usia

Bentuk gangguannya adalah kepekaan terhadap radiasi nuklir

meningkat.

Dampak dari GAKY bukan hanya pembesaran kelenjar gondok

namun dapat berakibat lebih buruk yaitu penurunan tingkat kecerdasan

41

Page 42: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

yang dimulai pada masa janin hingga dewasa. Semakin muda usia

ketika terkena GAKY maka akan semakin berat akibatnya, terutama

pada susunan saraf pusat yang disebut kretin endemik tipe neurologik

yang terbentuk sejak dalam kandungan dan keadaan ini tidak dapat

dikoreksi (Syahbudin, 2002).

3.2 Penanggulangan dan Pencegahan GAKY

1. Penanggulangan

Penanggulangan yang dapat dilakukan antara lain:

a. Garam beryodium

Sesuai Keppres no 69, mewajibkan semua garam yang

dikonsumsi, baik manusia maupun hewan, diperkaya dengan

yodium sebanyak 30-80 ppm.

b. Suplementasi yodium pada binatang

c. Suntikan minyak beryodium (Lipiodol)

d. Kapsul minyak beryodium

2. Pencegahan

Secara relatif, hanya makanan laut yang kaya akan yodium,

yaitu sekitar 100 μg/100 gr. Pencegahan dilaksanakan melalui

pemberian garam beryodium. Jika garam beryodium tidak tersedia,

maka diberikan kapsul minyak beryodium setiap 3,6 atau 12 bulan,

atau suntikan ke dalam otot setiap 2 tahun. Berikut adalah kandungan

yodium dalam makanan.

Tabel Kandungan Yodium dalam Makanan

No Jenis makanan Kandungan

dalam keadaan

segar (µ/gram)

Kandungan

dalam keadaan

kering (µ/gram)

42

Page 43: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

1 Ikan air tawar 17-40 68-194

2 Ikan air laut 163-3180 471-4591

3 Kerang 308-1300 1292-4987

4 Daging hewan 27-97 -

5 Susu 35-56 -

6 Telur 93 -

7 Serealia biji 22-72 34-92

8 Buah 0-29 62-277

9 Tumbuhan polong 23-36 223-245

10 Sayuran 12-201 204-1636

4. STATUS GIZI

4.1 Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan seimbang antara asupan dan kebutuhan

zat gizi. Status gizi kurang terjadi karena defisiensi atau

ketidakseimbangan energi atau status gizi. Kelebihan dari konsumsi zat

gizi dan juga aktifitas fisik yang kurang akan menyebabkan obesitas.

Kekurangan gizi pada semua golongan umur dapat yang menyebabkan

mudahnya serangan penyakit lainnya serta lambatnya proses regenerasi

sel tubuh. Penggunaan makanan oleh tubuh tergantung ada pencernaan

serta penyerapan dan metabolisme zat gizi. Hal yang tergantung pada

kebersihan lingkungan dan ada tidaknya penyakit yang berpengaruh

terhadap penggunaan zat gizi untuk tercapainya status gizi yang optimal

(Almatsier, 2001).

4.2 Penilaian Status Gizi

Status gizi dapat dinilai secara langsung maupun tidak langsung.

Penilaian tidak langsung dapat dilakukan secara antropometri, klinis,

biokimia dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi secara tidak

43

Page 44: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

langsung dapat dilakukan melalui survei makanan, statistik vital dan

faktor ekologi. Dalam penilaian status gizi diperlukan beberapa parameter

yang kemudian disebut dengan indeks antropometri (Supariasa, dkk,

2002).

4.2.1 Penilaian Status Gizi Secara Langsung

1. Antropometri

Pengukuran antropometri adalah prengukuran

terhadap dimensi tubuh dan komposisi tubuh. Beberapa

pengukuran antropometri utama yang digunakan antara lain

adalah tinggi badan/strature (TB/PB), berat badan (BB),

lingkar lengan (dengan komponen lemak bawah kulit dan

otot tulang) dan lipatan lemak bawah kulit.

Berikut alat serta cara pengukuran untuk beberapa

pengukuran antropometri, diantaranya :

a. Pengukuran Tinggi Badan (TB/PB)

Pengukuran tinggi badan pada orang dewasa

menggunakan microtoice. Namun juga dapat digunakan

untuk anak yang berumur > 24 bulan. Untuk anak yang

berusia < 24 bulan, pengukuran panjang badan

dilakukan dengan menggunakan alat Baby Lenght

Board (BLB).

Langkah pengukuran TB dengan mikrotoice

1. Mikrotoice diletakkan didinding yag datar

2. Anak berdiri tegak lurus, pegang lutut anak agar

anak benar-benar dalam keadan lurus

3. Mata anak memandang lurus ke depan

4. Tekan pergelangan kaki anak

5. Bahu rata, kepala, punggung, bokong, betis dan

tumit kaki menempel ke dinding

44

Page 45: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

6. Tulis hasil di form

Langkah Pengukuran Panjang Badan dengan BLB

1. BLB diletakkan ditempat datar

2. Balita berbaring di bidang datar

3. Mata Balita memandang lurus ke atas

4. Tekan pergelangan kaki anak

5. Bila posisi anak sudah rata, gerakkan alat

pengukur sampai angka desimal terdekat

6. Tulis hasi di form

b. Pengukuran Berat Badan (BB)

Timbangan dacin ialah timbangan untuk

mengethaui berat badan anak 0-12 bulan. Sedangkan

untuk orang dewasa biasa digunakan timbangan injak

digital (seca).

Langkah pengukuran dengan Dacin

1. Pasang Dacin

2. Periksa Kekuatan dacin

3. Letakkan bandul geser pada angka nol,

4. Pasang celana Timbang/Kain Timbang

5. Seimbangkan dacin dengan Pasir dlm plastik

6. Anak ditimbang, seimbangkan dacin

7. Tentukan BB anak dg baca angka

8. Catat hasil penimbangan pd kertas (form)

9. Geser bandul ke angka Nol, tali pengaman dipasang

c. Pengukuran lingkar lengan dengan pita LLA

Pita LLA digunakan pada balita bila tinggi

badannya ≥ 65 cm. Ada 2 Jenis Pita LLA, yaitu Pita

LLA balita dan Pita LLA untuk Wanita Dewasa

Langkah Pengukuran LLA:

45

Page 46: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

1. Singsingkan lengan baju anak (lengan kiri)

2. Lihat letak bahu kiri dan siku tangan kiri

3. Minta anak untuk mengangkat tangan kiri hingga

membentuk sudut. Posisikan alat ukur LILA pada

bahu lalu tarik hingga siku

4. Beri tanda pada LILA pada pertengahan antara

bahu dan siku

5. Lalu lingkarkan alat ukur LILA

6. Pada saat mengukur alat ukur LILA jangan terlalu

ketat dan jangan terlalu longgar

7. Pengukuran LILA dapat dilakukan kepada balita

yang tingginya >=65 cm

2. Indeks Antropometri

Menurut Soekirman (2000) untuk mengetahui apakah

berat dan tinggi badan normal, lebih rendah atau lebih tinggi

dari yang seharusnya, maka dilakukan pembandingan dengan

suatu standar internasional yang ditetapkan oleh WHO. Untuk

mengetahui status gizi diperlukan indikator yang merupakan

kombinasi antara BB, TB dan Umur dimana masing-masing

indikator mempinyai makna tersendiri.

Indikator tersebut antara lain adalah sebagai berikut

(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007).

a. Berat Badan terhadap Umur (BB/U)

Merupakan indikator status gizi kurang saat

sekarang dan sensitif terhadap perubahan kecil. Dapat

digunakan untuk memonitor pertumbuhan dan

pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth

failure karena infeksi atau KEP. Kekurangan pemakaian

indeks ini adalah sulitnya mendapatkan umur yang

46

Page 47: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

akurat, keliru dalam mengintrepretasikan status gizi bila

terdapat edema dan kesalahan pengukuran yang dapat

disebabkan oleh pengaruh pakaian atau anak bergerak

saat ditimbang serta adanya hambatan dari srgi perspektif

budaya.

b. Tinggi Badan terhadap Umur (TB/U)

Merupakan indikator status gizi masa lalu dan

kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa.

Kekurangan pemakaian indeks ini adalah sulitnya

mendapatkan umur yang akurat dan perubahan tinggi

badan tidak banyak terjadi daalm waktu singkat dan perlu

dua orang untuk membantu mengukur tinggi anak.

c. Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linear

dengan tinggi badan. Indeks BB/TB merupakan indeks

yang independen terhadap umur. Merupakan indikator

untuk menilai status gizi saat kini diman umur tidak perlu

diketahui. Indeks ini dapat digunakan untuk mengetahui

proporsi badan gemuk, normal dan kurus.

d. Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT merupakan alat sederhana untuk memantau

status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan

dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka

mempertahankan berat badan normal memungkinkan

seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih

panjang. IMT hanya dapat digunakan untuk orang dewasa

yang berumur diatas 18 tahun (Supariasa, 2002).

e. LLA (Lingkar Lengan Atas)

47

Page 48: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan

untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah dan

cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang

susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang keadaan

jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit (Sirajuddin,

2012).

3. Biokimia

Pemeriksaan biokimia disebut juga pemeriksaan secara

laboratorium. Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan yang

digunakan untuk mendeteksi adanya defisiensi zat gizi pada

kasus yang lebih parah lagi, dimana dilakukan pemeriksaan

dalam suatu bahan biopsi sehingga dapat diketahui kadar zat

gizi atau adanya simpanan di jaringan yang paling sensitif

terhadap deplesi, uji ini disebut uji biokimia statis. Cara lain

adalah dengan menggunakan uji gangguan fungsional yang

berfungsi untuk mengukur besarnya konsekuensi fungsional

daru suatu zat gizi yang spesifik Untuk pemeriksaan biokimia

sebaiknya digunakan perpaduan antara uji biokimia statis dan

uji gangguan fungsional (Baliwati, 2004).

4. Klinis

Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi

berdasarkan perubahan yang terjadi yang berhubungan erat

dengan kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi.

Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang

terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa mulut, dan organ yang

dekat dengan permukaan tubuh (kelenjar tiroid) (Hartriyanti

dan Triyanti, 2007).

5. Biofisik

48

Page 49: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian

status gizi dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan

melihat perubahan struktur jaringan yang dapat digunakan

dalam keadaan tertentu, seperti kejadian buta senja (Supariasa,

2001).

4.2.2 Penilaian

Status Gizi

Secara

Tidak

Langsung

a. Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian

status gizi dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang

dikonsumsi oleh individu maupun keluarga. Data yang didapat

dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif

dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi,

sedangkan data kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dancara

seseorang maupun keluarga dalam memperoleh pangan sesuai

dengan kebutuhan gizi (Baliwati, 2004).

Ada beberapa metode pengukuran konsumsi makanan,

yaitu sebagai berikut :

a) Recall 24 jam (24 Hour Recall)

Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah

makanan serta minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam

yang lalu. Recall dilakukan pada saat wawancara dilakukan

dan mundur ke belakang sampai 24 jam penuh. Wawancara

menggunakan formulir recall harus dilakukan oleh petugas

yang telah terlatih. Data yang didapatkan dari hasil recall lebih

49

Page 50: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

bersifat kualitatif. Untuk mendapatkan data kuantitatif maka

perlu ditanyakan penggunaan URT (Ukuran Rumah Tangga).

Sebaiknya recall dilakukan minimal dua kali dengan tidak

berturut-turut. Recall yang dilakukan sebanyak satu kali kurang

dapat menggambarkan kebiasaan makan seseorang (Supariasa,

2001).

Metode recall sangat tergantung dengan daya ingat

individu, sehingga sebaiknya responden memiliki ingatan yang

baik agar dapat menggambarkan konsumsi yang sebenarnya

tanpa ada satu jenis makanan yang terlupakan. Recall tidak

cocok bila dilakukan pada responden yang di bawah 7 tahun

dan di atas 70 tahun. Recall dapat menimbulkan the flat slope

syndrome, yaitu kecenderungan responden untuk melaporkan

konsumsinya. Responden kurus akan melaporkan konsumsinya

lebih banyak dan responden gemuk akan melaporkan konsumsi

lebih sedikit, sehingga kurang menggambarkan asupan energi,

protein, karbohidrat, dan lemak yang sebenarnya (Supariasa,

2001).

Langkah-langkah metode food recall

1. Dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan

makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu

2. Responden menceritakan semua yang dimakan dan

diminum selama 24 jam yang lalu

3. Wawancara dilakukan oleh petugas dengan menggunakan

kuesioner terstruktur

a. Food Frequency Questionnaire (FFQ)

FFQ merupakan metode pengukuran konsumsi

makanan dengan menggunakan kuesioner untuk

memperoleh data mengenai frekuensi seseorang dalam

50

Page 51: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

mengonsumi makanan dan minuman. Frekuensi

konsumsi dapat dilakukan selama periode tertentu,

misalnya harian, mingguan, bulanan maupun tahunan.

Kuesioner terdiri dari daftar jenis makanan dan

minuman (Supariasa, 2001). Langkah-langkah metode

Food Frequency Questionnaire (FFQ)

a) Responden diminta memberi tanda (checklist)

pada daftar yang tersedia pada kuestionare

mengenai frekuensi penggunaan setiap jenis

bahan makanan atau makanan

b) Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi

penggunaan jenis bahan makanan terutama

sember zat gizi tergantung zat gizi yang ingin

diketahui pola konsumsinya selama periode waktu

tertentu

c) Lakukan analisis secara kualitatif

d) Hasil analisis hanya bersifat kualitatif berupa

frekuensi konsumsi setiap jenis bahan makanan

dan pola kebiasaan tentang jenis bahan makanan

yang sering dikonsumsi

e) Hasil frekuensi konsumsi setiap jenis bahan

makanan dapat dikelompokkan seperti setiap hari,

sering, jarang dan tidak pernah, sesuai kebutuhan

dan tujuan survei

b. Kelebihan Metode FFQ

1) Relatif murah dan sederhana

2) Dapat dilakukan sendiri oleh responden

3) Tidak membutuhkan latihan khusus

51

Page 52: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

4) Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan

antara penyakit dan kebiasaan  makan

c. Kekurangan Metode FFQ

1) Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari

2) Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data

3) Cukup menjemukan bagi responden

4) Perlu percobaan pendahuluan untuk menentukan

jenis bahan makanan yang akan masuk dalam daftar

kuesioner

5) Responden harus jujur dan mempunyai motivasi

tinggi.

b. Statistik Vital

Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian

status gizi melalui data-data mengenai statistik kesehatan yang

berhubungan dengan gizi, seperti angka kematian menurut umur

tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian, statistik

pelayanan kesehatan, dan angka penyakit infeksi yang berkaitan

dengan kekurangan gizi (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

c. Faktor Ekologi

Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi

karena masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor

ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik, dan lingkungan

budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk

mengetahui penyebab kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu

masyarakat yang nantinya akan sangat berguna untuk melakukan

intervensi gizi (Supariasa, 2001).

Menurut Bengoa (dikutip oleh Jelliffe, 1966), malnutrisi

merupakan masalah ekologi sebagai hasil yang saling

mempengaruhi (Multiple Overlapping) dan interaksi beberapa

52

Page 53: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

faktor fisik, biologi dan lingkungan budaya (Supariasa, dkk,

2002).

4.3 Klasifikasi Status Gizi

Penentuan klasifikasi status gizi diperlukan ada batasan-batasan

yang disebut dengan ambang batas. Batasan ini di setiap Negara relatife

berbeda, hal ini tergantung dari kesepakatan para ahli gizi di Negara

tersebut, berdasarkan hasil penelitian Empiris dan keadaan klinis.

Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku

yang di sebut reference. Baku antropometri yang sekarang digunakan di

Indonesia adalah WHO-NCHS.

Klasifikasi status gizi menurut standar WHO-NCHS

berdasarkan Depkes RI, 2002 adalah sebagai berikut :

INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS *)

Berat badan menurut umur (BB/U)

Gizi Lebih > + 2 SD

Gizi Baik ≥ -2 SD sampai +2 SD

Gizi Kurang < -2 SD sampai ≥ -3 SD

Gizi Buruk < – 3 SD

Tinggi badan menurut umur (TB/U) Normal ≥ 2 SD

Pendek (stunted) < -2 SD

Berat badan menurut tinggi badan

(BB/TB)

Gemuk > + 2 SD

Normal ≥ -2 SD sampai + 2 SD

Kurus (wasted) < -2 SD sampai ≥ -3 SD

Kurus sekali < – 3 SD

Sumber : Depkes RI, 2002

Ambang batas pengukuran LILA berdasarkan Sirajuddin, 2012.

Klasifikasi Batas ukur

53

Page 54: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Wanita usia subur

KEK <23,5 cm

Normal 23,5 cm

Bayi Usia 0-30 hari

KEP <9,5 cm

Normal 9,5 cm

Balita

KEP <12,5 cm

Normal 12,5 cm

Sumber : Sirajuddin 2012

Untuk mengetahui status gizi seseorang maka ada kategori ambang batas IMT

yang digunakan, seperti yang terlihat pada tabel 2.1 yang merupakan ambang batas

IMT untuk Indonesia.

Menurut WHO :

Kategori IMT (kg/m2)

Underweight <18,5

Normal 18,5-24,99

Overweight ≥25,00

Preobese 25,00 – 29,99

Obesitas tingkat 1 30,00 – 34,99

Obesitas tingkat 2 35,00 – 39,99

Obesitas tingkat 3 ≥ 40,0

Sumber : WHO (2000) dalam Gibson (2005)

4.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

a. Pengetahuan Gizi

54

Page 55: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Pengetahuan seseorang biasanya diperoieh dari pengalaman yang

berasal dari berhagai macam sumber, misalnya media massa,

elektronik, buku petunjuk, penyuluhan, dan kerabat dekat. (Yuwono,

1999).

Pengetahuan adalah konsep didalam pikiran manusia sebagai

hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali

dengankepercayaan, takhayul dan penerangan – penerangan yang

keliru. Pengetahuan bertujuan untuk mendapatkan kepastian serta

menghilangkan ketidakpastian dan adanya kepercayaan – kepercayaan

yang tidak dapat dibuktikan kebenaranya. Sedangkan pengetahuan gizi

merupakan pengetahuan gizi merupakan pemahaman masyarakat

tentang pemilihan bahan makanan sehat serta fungsinya bagi tubuh

yang dinilai berdasarkan jawaban responden terhadap pertanyaan yang

diajukan sesuai dengan kuesioner. (Suwondo, 1975).

Pengetahuan tentang pentingnya gizi dipengaruhi oleh 3

kenyataan, yaitu: {a) setiap gizi yang cukup adalah pentingnya

bagikesehatan dan kesejahteraan, (b) setiap orang hanya akan cukup

jika makanan yang dimakan mampu menyediakan zat gizi yang

diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal, pemeliharaan dan energi.

(c) gizi memberikan fakta – fakta yang perlu sehingga penduduk dapat

belajar dengan menggunakan pangan dengan lebih baik bagi

kesejahteraan.(Suharjo, 1986)

Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan

konsumsi sehari – hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi

yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi

bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi

baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh

cukupzat gizi yang dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang terjadi

apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi essential.

55

Page 56: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi

dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang

membahayakan. (Almatsier, 1989)

Semakin tinggi gizi seseorang akan semakin memperhitungkan

jenis dan makanan yang dipilih untuk dikonsumsi. Orang yang

pengetahuan gizinya rendah akan berperilaku memilih makanan yang

menarik panca indra dan tidak mengadakan pemilihan berdasarkan

nilai gizi makanan. Sebaliknya mereka yang semakin tinggi

pengetahuannya, lebih banyak mempergunakan mempertimbangkan

rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan tersebut, sehingga

seorang ibu dapat menyusun dan mengolah makanan yang bergizi bagi

keluarga. (Sediaoetama, 1989).

b. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha yang dilakaukan secara sadar, sengaja,

sistematis, dan terencana oleh orang dewasa kepada anak yang belum

dewasa yang merupakan bimbingan, pertolongan, dan kepemimpinan

dengan tujuan agar anak dapat mencapai tingkat kedewasaan jasmani

dan rohani (Astuti, 2000). Menurut tingkat atau jenjang pendidikan

terdiri dari :

1) Tingkat pendidikan dasar : pendidikan ditenipuli selama 9 tahun

antara lain harus menyelesaikan sekolah dasar dan lanjutan

tingkat menengah pertama.

2) Tingkat pendidikan menengah : telah tamat pendidikan dasar

waktu yaag ditempuh selama 12 tahun.

3) Tingkat pendidikan tinggi : pendidikan yang haras ditempuh

setelah menyelesaikan pendidikan menengah.

Menurut Notoatmojo (1984) yang dikutip oleh Astuti,

pendidikan adalah suatu proses yang unsur -unsurnya terdiri dari

masukan (input) yaitu sasaran pendidikan dan keluaran (output) yaitu

56

Page 57: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

suatu bentuk perilaku baru atau kemampuan dan sasaran pendidikan.

Proses tersebut dipengaruhi oleh perangkat lunak yang terdiri dari

kurikulum, pendidikan, metode. Serta perangkat keras yang terdiri dari

ruang buku-buku dan alat bantu pendidikan lain. Masukan dalam

pendidikan adaiah periiaku masyarakat yang sesuai dengan norma-

norma yang ada.

c. Pendapatan keluarga

Pendapatan rumah tangga adalah sejumlah penghasilan dan

penerimaan berupa uang atau barang dari semua anggota keluarga,

maupun penerimaan transfer. Tingkat pendapatan juga menentukan

pola makanan apa yang dibeli dengan uang tambahan tersebut (Berg,

1986).

Rendahnya pendapatan merupakan tantangan lain yang

menyebabkan orang – orang tak mampu membeli pangan dalam

jumlah yang diperlukan (Sajogyo, 1983). Pada pendapatan terendah,

maka hampir semua pendapatan akan dikeluarkan untuk makan

(Handayatu, 1994).

Orang miskin biasanya akan membelanjakan sebagian besar

pendapatan tambahan itu untuk makan. Sedangkan yang kaya tentu

akan lebih berkurang dari jumlah itu. Bagian untuk makanan padi -

padian akan menurun dan untuk makanan yang dibuat dari susu akan

bertambah jika keluarga-keluarga beranjak ke pendapatan tingkat

menengah. Semakin tinggi pendapatan, semakm bertambah besar pula

persentase pertambahan pembelanjaannya. Dengan demikian,

pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan

kuantitas (Berg, 1986).

Tingkat pendapatan juga menentukan pola makanan apa yang

dibeli dengan uang tersebut. Orang miskin akan membelanjakan

57

Page 58: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

sebagian besar pendapatanya untuk makanan. Jika pendapatan

meningkat, pembelanjaan untuk membeli makanan juga bertambah,

termasuk untuk buah-buahan, sayuran dan jenis makanan lainnya.

Dengan demikian pandapatan merupakan faktor yang selanjutnya akan

berpengaruh terhadap zat gizi (Soekirman, 1999).

d. Ketersediaan pangan

Bila ketersediaan pangan jauh lebih rendah dari perkiraan

kebutuhan, dapat menyebabkan masalah gizi kurang yang berat.

(Suhardjo, 1989)

Ketersediaan dalam keluarga penting diperhatikan karena

konsumsi makanan sehari-hari harus selalu ada untuk kelangsungan

hidup dan ketahanan tubuh seluruh anggota keluarga terutama balita

dan Anak-anak. (Soekirman, 2000).

e. Pola asuh

Pola asuh adalah praktek dirumah tangga yang diwujudkan

dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber

lainnya untuk kelangsungan pangan, pertumbuhan dan perkembangan

anak. Pola asuh yang baik akan mempengaruhi keadaan kesehatan dan

keadaan gizi anak. (Soekirman, 2000).

f. Lingkungan

Kebersihan lingkungan (sanitasi lingkungan) adalah

tersedianya air bersih dan sarana kesehatan yang terjangkau oleh setiap

keluarga yang membutuhkan makin dekat jangkauan keluarga

terhadap pelayanan dan sarana kesehatan ditambah dengan

pemahaman ibu tentang kesehatan, maka makin kecil resikoanak

terkenan penyakit dan kekurangan gizi. Semakin tinggi pengetahuan

masyarakat tentang pentingnya sanitasi lingkungan, akan

meningkatkan usaha masyarakat untuk menjaga kesehatan individu,

keluarga dan lingkungan. Apabila sanitasi lingkungan terjaga dengan

58

Page 59: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

baik maka kemungkinan timbulnya penyakit infeksi dapat dikurangi

(Soekirman, 2000)

Pelayanan kesehatan adalah akses atau jangkauan anak dan

keluarga terhadap upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan

kesehatan seperti imunisasi, penimbangan anak balita, penyuluhan

kesehatan dan gizi serta sarana kesehatan yang baik seperti :

Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit dan tersedianya air bersih.

Ketidak jangkauan pelayanan kesehatan karenan jauh atau tidak

mamapu membayar. Kurangnya pendidikan dan pengetahuan

merupakan kendalal masyarakat dan keluarga memanfaatkan secara

baik pelayanan kesehatan yang tersedia. Hal ini dapat berdampak juga

pada status gizi.

g. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah akses atau jangkauan anak dan

keluarga terhadap upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan

kesehatan seperti imuisasi, penimbangan anak balita, penyuluhan

kesehatan dan gizi, serta sarana kesehatan yang baik seperti :

Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit, dan tersedianya air bersih.

Ketidakjangkauan pelayanan kesehatan (karena jauh atau tidak mampu

membayar), kurangnya pendidikan dan pengetahuan merupakan

kendala masyarakat dan keluarga memanfaatkan secara baik pelayanan

kesehatan yang tersedia. Hal ini dapat berdampak juga pada status gizi

(Soekirman, 2000).

h. Pola Makan

Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik atau optimal

dimulai dengan penyediaan pangan yang cukup. Penyediaan pangan

yang cukup diperoleh melalui produksi pangan dalam negeri yaitu

pertanian dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk-pauk,

sayur-sayuran, dan buah-buahan (Almatsier, 2003). Pola konsumsi ini

59

Page 60: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

juga dapat mempengaruhi sattus kesehatan ibu, dimana pola konsumsi

yang kurang baik dapat menimbulkan suatu gangguan kesehatan atau

penyakit pada ibu. Pengukuran konsumsi makanan sangat penting

untuk mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan

hal ini dapat berguna untuk mengukur status gizi dan menemukan

faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi.

Klasifikasi tingkat konsumsi dibagi 5, Cut Of Points

menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).

Klasifikasi % AKG

Sangat tinggi >115 % AKG

Tinggi 106 – 115 % AKG

Sedang 95 – 105 % AKG

Cukup 85% - 94 % AKG

Rendah <85 % AKG

i. Sosial budaya

Banyak sekali penemuan yang menyatakan bahwa factor budaya

sangat berperan dalam proses terjadinya masalah gizi diberbagai

masyarakat dan Negara. Unsur-unsur budaya mampu menciptakan

suatu kebiasaan makan penduduk yang kadang-kadang bertentangan

dengan prinsip-prinsip ilmu gizi. Berbagai budaya memberikan

peranan dan nilai yang berbeda-beda trehadap pangan atau makanan.

Misalnya, bahan-bahan makanan tertentu suatu budaya masyarakat

dapat dianggap tabu untuk dikonsumsi dengan alasan tertentu,

sementara itu ada pangan yang dinilai sangat tinggi dari segi ekonomi

maupun sosial karena mempunyai peranan yang penting dalam

hidangan makanan pada suatu perayaan yang berkaitan dengan agama

atau kepercayaan. (suhardjo, 2005).

60

Page 61: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

j. Penyakit Infeksi

Infeksi biasa berhubungan deangan gangguan gizi. Infeksi sendiri

mengakibatkan si penderita kehilangan bahan makanan melalui

muntah-muntah dan diare. Selain itu juga penghancuran jaringan

tubuh akan mengikat karena dipakai untuk pembentukan protein atau

enzim-enzim yang diperlukan dalam usaha pertahanan tubuh.

Gangguan gizi dan infeksi sering bekerja secara sinergis, infeksi akan

memperburuk kemampuan seseorang untuk mengatasi penyakit

infeksi. Zat gizi dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh kembang guna

meneapai hasil yang optimal sesuai dengan kebutuhan. Apabila zat

gizi ini kurang, maka akan dapat mengakibatkan infeksi dan rawat gizi

pada remaja. Pada remaja yang kekurangan energi protein akan

menghambat pertumbuhan fisik dan kecerdasan.

61

Page 62: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

B. KERANGKA TEORI

62

Status GiziStatus Gizi

Penyakit InfeksiPenyakit Infeksi

Asupan MakanAsupan Makan

Ketersediaan PanganKetersediaan Pangan

Sosial BudayaSosial Budaya

Pola MakanPola Makan

Pelayanan KesehatanPelayanan Kesehatan

LingkunganLingkungan

Pola AsuhPola Asuh

Pendapatan KeluargaPendapatan Keluarga

Pendidikan Pendidikan

Pengetahuan Gizi Pengetahuan Gizi

Page 63: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Gambar Kerangka Teori Penelitian

C. KERANGKA KONSEP

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

63

Status gizi anak pada balita

Status gizi anak pada balita

Faktor yang mempengaruhi status

gizi

Faktor yang mempengaruhi status

gizi

Page 64: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

D. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur

Hasil ukur

Pengetahuan gizi

Pengetahuan dan pemahaman mengenai ilmu gizi dasar yang meliputi gizi seimbang

Wawancara Kuestioner Ordinal 1. Baik = >80%2.Sedang = 40-80%3. Kurang = <40%

Pendidikan Jenjang pendidikan formal terakhir yang ditamatkan oleh responden

Wawancara Kuestioner Ordinal 1. Tinggi = Diploma/PT2. Sedang = SMP dan SMA (sederajat)3. Rendah = SD dan tidak sekolah

Pendapatan kleuarga

Besarnya penghasilan responden perbulan

Wawancara Kuestioner Ordinal 1. Rendah, jika

Rp. 2.000.000

2. Tinggi, jika

Rp. 2.000.000Ketersediaan pangan

Tersedianya pangan bagi rumah tangga yang tercermuin dari tersedianya pangan yang cukup

Wawancara Kuestioner Ordinal 1. Cukup : ≥ rata-rata.2. Kurang : < rata-rata

Pola asuh Pola prilaku untuk mereaksi secara baik atau buruk.

Wawancara Kuestioner Ordinal 1. Baik = ≥ rata-rata.2. Kurang = < rata-rata

Lingkungan Keadaan yang sehat atau kebersihan lingkungan tempat tinggal

Observasi Chek list Ordinal 1. Baik : ≥ rata-rata.2. Kurang : < rata-rata

64

Page 65: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Pelayanan kesehatan

Suatu bentuk pelayanan yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat untuk kesehatan tubuh

Wawancara Kuestioner Ordinal 1. Baik : ≥ rata-rata.2. Kurang : < rata-rata

Pola makan Informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau kelompok orang (keluarga/rumah tangga) pada waktu tertentu

Wawancara Form FFQ dan food recall

Ordinal 1. Sangat Tinggi: >115 % AKG2. Tinggi : 106 – 115 % AKG3. Sedang : 95 – 105 % AKG4. Cukup : 85% - 94 % AKG 5. Rendah : <85 % AKG

Sosial budaya Suatau nilai yang dianut oleh seseorang yang dapat memberikan gambaran terhadap suatu objek yang didapat melalui proses belajar

Wawancara Kuestioner Ordinal 1. Baik : ≥ rata-rata.2. Kurang : < rata-rata

Penyakit infeksi

Orang yang mengalami gizi kurang daya tahan tubuh terhadap penyakit menjadi rendah sehingga mudah terkenan serangan penyakit infeksi

Wawancara Kuestioner Ordinal 1. Ada2. Tidak

Status gizi anak balita

Keadaan gizi anak berdasarkan BB/U, TB/U dan BB/PB

Mengukur berat badan dan tinggi atau panjang badan

1.BB menggunakan dacin2.TB menggunakan microtoice3. PB menggunakan BLB (Body Longht Board)

Ratio BB/U :1. Gizi lebih = > +2 SD 2. Gizi baik = -2 SD s/d +2 SD 3. Gizi kurang = -3 SD s/d <-2 SD 4. Gizi buruk = < -3 SD TB/U 1. Normal = ≥ -2 SD 2. Pendek = < -2

65

Page 66: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

SD BB/TB 1. Gemuk = > + 2 SD 2. Normal = -2 SD s/d +2 SD 3. Kurus = -3 SD s/d <-2 SD 4. Sangat kurus = < -3 SD

BAB III

METODE PENGUMPULAN DATA

A. Jenis dan Rancangan

Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional survey akan

menggambarkan tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan masalah gizi

masyarakat di kabupaten aceh tenggara.

B. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 24-29 November 2014

yang bertempat di Desa Suak Pandan Kecamatan Samtiga Kabupaten Aceh

Barat.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yang diambil dalam pengumpulan data dasar gizi kesehatan

ini adalah seluruh bayi, balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui di

kabupaten Aceh Tenggara.

2. Sampel

Sampel yang diambil dalam pengumpulan data dasar gizi kesehatan

ini adalah keseluruhan dari bayi, balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu

66

Page 67: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

menyusui. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara sebagai

berikut :

a. Menyusun sampling menurut kecamatan sampel, bayi/balita, Bumil

dan Buteki

b. Lalu dirandom, berikan teknik

random sampling (lampirkan)

c. Mengumpulkan dan membagi

sampel yang setara bagi peserta

PBL

D. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer penelitian ini meliputi data status gizi, asupan

makanan, pengetahuan, sikap, pendidikan, pendapatan, ketersediaan

pangan, penyakit infeksi, kesehatan linkungan, pelayanan kesehatan dan

pola asuh.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

keadaan umum lokasi penelitian meliputi luas wilayah, batas wilayah,

jumlah penduduk.

E. Cara Pengumpulan data

1. Data Primer

Data pola makan, pengetahuan, sikap, tindakan, pendidikan,

pendapatan, penyakit infeksi, pelayanan kesehatan di posyandu, dan

pemberian Imunisasi diperoleh dengan wawancara dengan menggunakan

kuesioner. Status gizi bayi/balita, ibu hamil dan ibu menyusui serta

67

Page 68: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Masyarakat diperoleh dengan Antropometri. Sedangkan data asupan zat gizi

diperoleh dengan menggunakan metode food recall.

2. Data Sekunder

Gambaran umum desa , luas dan batas wilayah, jumlah penduduk,

sarana dan prasarana umum, sarana pelayanan kesehatan, dan tenaga

pelayanan kesehatan diperoleh melalui penelusuran dokumen desa.

F. Pengolahan data

Untuk Pengolahan data pengetahuan pengasuh/ibu, perilaku

pengasuh/ibu, sikap pengasuh/ibu tentang gizi, asupan makanan balita, pola

makan balita, pendidikan pengasuh/ibu, pendapatan keluaraga, penyakit

infeksi, pelayanan kesehatan posyandu dan pemberian imunisasi terhadap

balita.

Data yang diperoleh di periksa kembali kelengkapannya kemudian

data tersebut dikelompokkan dan diberikan skor. Kemudian skor yang

diperoleh dijumlahkan hasilnya, dan dibandingkan dengan jumlah seluruh

sampel dan di hitung dengan menggunakan rumus Rata-rata sebagai berikut

=

Keterangan :

X : Rata-rata pengetahuan tentang gizi/perilaku tentang gizi/sikap

tentang gizi/ kesehatan lingkungan

n : jumlah nilai skor yang di dapat

N : jumlah sampel

Hasil yang diperoleh disajikan dalam skala ordinal dengan kategori sesuai

definisi operasional.

68

Page 69: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Status Gizi

Penilaian Status Gizi Balita

Z-Score

Untuk menilai status gizi balita, maka angka berat badan dan tinggi

badan setiap balita dikonversikan kedalam bentuk nilai terstandar (Z-

Score) dengan menggunakan baku antropometri WHO 2006.

Z-Score =

Selanjutnya berdasarkan nilai Z-score masing-masing indikator tersebut

ditentukan status gizi balita dengan batasan sebagai berikut.

Indeks BB/U

Gizi lebih, bila Z-Score terletak > 2 SD

Gizi normal, bila Z-Score terletak ≤ 2 SD s/d > -2 SD

Gizi kurang, bila Z-Score terletak ≤ - 2 SD s/d > -3 SD

Gizi buruk, bila Z-Score terletak ≤ - 3 SD

Indeks TB/U

Gizi lebih, bila Z-Score terletak > 2 SD

Gizi normal, bila Z-Score terletak ≤ 2 SD s/d > -2 SD

Gizi kurang, bila Z-Score terletak ≤ - 2 SD s/d > -3 SD

Gizi buruk, bila Z-Score terletak ≤ - 3 SD

Indeks BB/TB

Gizi lebih, bila Z-Score terletak > 2 SD

Gizi normal, bila Z-Score terletak ≤ 2 SD s/d > -2 SD

Gizi kurang, bila Z-Score terletak ≤ - 2 SD s/d > -3 SD

Gizi buruk, bila Z-Score terletak ≤ - 3 SD

69

Page 70: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

G. Analisa Data

1. Univariat

Analisa data deskritif masing – masing variabel telah di tabulasi untuk

melihat status gizi balita, asupan makanan balita, pengetahuan pengasuh/ibu,

sikap pengasuh/ibu, pendidikam pengasuh/ibu, pendapatan keluaraga,

ketersediaan pangan dalam keluaraga, penyakit infeksi, kesehatan lingkungan,

pelayanan kesehatan dan pola asuh pada balita.

2. Bivariat

Analisa tabel untuk mengetahui hubungan dua variabel dan dilakukan

uji statistik. Jenis uji statistik yang dilakukan sangat tergantung dari jenis

data/variabel yang akan dihubungkan..Uji yang biasa digunakan dengan Uji

Chi – Square dan T – Test dengan syarat kepercayaan 95 %.

3. Penyajian Data

Penyajian data disajikan dengan tekstular, tabular, grafikal,

1. Tekstular : Penyajian data dengan menggunakan teks atau narasi

2. Tabular : Penyajian data dengan menggunakan tabel

3. Grafikal : Penyajian data dengan menggunakan grafik

4. Gambar : penyajian ditambah gambar untuk memperkuat isi teks atau

narasi

4. Penentuan Masalah

Masalah gizi kurang pada balita

Mengukur status gizi balita

Melihat gejala-gejala klinis

5. Prioritas Masalah

Masalah Gizi Kurang:

70

Page 71: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Kekurangan Energi Protein (KEP), Marasmus, Kwarsiokor, Marasmus-

kwarsiokor

Anemia

Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Desa

Desa Suak Pandan terletak di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh

Barat dengan luas wilayah 325 hektar. Desa Suak Pandan mempunyai hasil

kebun berupa padi, karet, sawit, sayuran, dan buah. Mayoritas penduduk desa

suak pandan bekerja di bidang agraris dimana penghasilannya di peroleh dari

hasil perkebunan dan pertanian.

1. Batas Wilayah

Desa Suak Pandan, berbatasan dengan Desa Cot Simeureung dan

Suak Timah

2. Jumlah Penduduk

71

Page 72: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Desa Suak Pandan memiliki jumlah penduduk lebih kurang 547

jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 294 jiwa dan jumlah penduduk

perempuan sebanyak 253 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga di desa ini adalah

sebanyak 168 jiwa.

2. Sarana dan Prasarana Umum

Desa Suak Pandan memiliki beberapa sarana dan prasarana umum

diantaranya, balai desa, masjid, tempat wudhu, jalan desa, lapangan bola,

SD Suak Pandan, TK dan PAUD Suak Pandan.

3. Sarana Pelayanan Kesehatan

Sarana pelayanan kesehatan satu-satunya yang ada di Desa Suak

Pandan adalah Polindes. Kegiatan yang biasa dilakukan di Polindes tersebut

adalah imunisasi balita, pengukuran berat badan dan tinggi badan balita,

pemberian PMT, seperti pemberian bubur kacang hijau, biscuit, buah-

buahan untuk balita yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali.

4. Tenaga Pelayanan Kesehatan

Desa Suak Pandan memiliki 1 orang bidan desa yang dibantu oleh 6

orang kader posyandu.

72

Page 73: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

B. Hasil Survei

1. Hasil Univariat

a. Balita

Table I

Distribusi Karakteristik KK di desa Suak Pandan, Kecamatan Samatiga Kabupaten

Aceh Barat tahun 2014–2015

No. Karakteristik KK N %1. Umur KK

1. < 25 tahun2. 25 – 34 tahun3. 35 – 45 tahun4. > 45 tahun

111144

3.336.746.713.3

Jumlah 30 100

73

Page 74: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

2. Pendidikan KK1. Tidak Sekolah2. SD/MI3. SLTP4. SLTA5. Diploma/PT

078141

023.326.746.73.3

Jumlah 30 1003. Total Pendapatan Keluarga

(bulan)1. Tinggi2. Rendah

723

23.376.7

Jumlah 30 1004. Pengeluaran Keluarga dari

Pendapatan1. Tinggi2. Rendah

822

26.773.3

Jumlah 30 1006. Pekerjaan Kepala Keluarga

1. 1. PNS/BUMN/TNI/POLRI2. 2. Petani/Berkebun3. 3. Pedagang/Wiraswasta4. 4. Buruh5. 5. Nelayan6. 6. Lain-lain5

0107454

033.323.313.316.713.3

Jumlah 30 100Dari table diatas, terlihat bahwa umur kepala keluarga yang paling banyak

adalah berkisar antara 35-45 tahun yaitu sebanyak 14 orang KK (46.7%), umur KK

dibawah 25 tahun 1 orang, hal ini dikarenakan kepala keluarganya adalah seorang

ibu, sehingga ada kepala keluarga yang usianya dibawah 25 tahun. Umur 25-34 tahun

ada 11 orang yaitu sekitar 36,7%. Sedangkan umur diatas 45 tahun ada 4 orang

(13,3%). Pada umumnya mayoritas pekerjaan dari penduduk desa Suak Pandan

adalah bertani/berkebun, dalam data ini kami mendapatkan penduduk yang bekerja

sebagai petani 10 orang (33,3%). Untuk pendidikan KK yang tertinggi di tempuh

adalah jenjang pendidikan SLTA yaitu sebanyak 14 orang (46,7%). Pendapatan

dengan kategori tinggi yaitu diatas Rp 1.750.000 sebanyak 7 KK, atau 23,3%,

74

Page 75: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

pengeluaran terbanyak/tertinggi dengan kategori diatas Rp 1.200.000 adalah

sebanyak 8 KK dengan presentasi 26.7%.

Tabel 2

Distribusi karakteristik Ibu di desa Suak Pandan, Kecamatan Samatiga, Kabupaten

Aceh Barat tahun 2013 – 2014

No Karakteristik RespondenTotal

N %1. Umur Responden

< 25 tahun1. 25 – 34 tahun2. 35 – 45 tahun3. >45 tahun

22080

6.6866.6626.66

0Jumlah 30 100

75

Page 76: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

2. Pekerjaan Ibu1. 1. PNS/BUMN/TNI/POLRI2. 2. Petani/Berkebun3. 3. Pedagang/Wiraswasta4. 4. Buruh5. 5. Nelayan6. 6. Lain-lain (Ibu Rumah Tangga)

0110028

03.333.33

00

93.34

Jumlah 30 1003. Pendidikan Ibu

1. Tidak Sekolah2. SD/MI3. SLTP4. SLTA5. Diploma/PT

068115

020

26.6636.6616.68

Jumlah 30 100

Dari table diatas, didapatkan bahwa umur ibu yang < 25 tahun ada 2 orang

(6,68%), umur 25-34 tahun 20 orang (66,66%), umur 35-45 tahun 8 orang (26,66%),

sedangkan umur > 45 tahun tidak ada. Mayoritas pekerjaan para ibu di desa Suak

Pandan adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 28 orang (93,34%). Tingkat

pendidikan ibu yang paling banyak adalah lulusan SLTA 11 orang (36,66%), dan 5

orang (16.68%) mengenyam pendidikan perguruan tinggi/diploma.

Tabel 3.

Distribusi Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Responden di desa Suak Pandan,

Kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014 - 2015

No. VariabelTotal

N %1. Pengetahuan tentang gizi

1. Baik 2. Sedang 3. Kurang

1029

3.330

96.7Jumlah 30 100

2. Sikap terhadap Gizi

76

Page 77: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

1. Baik 2. Sedang 3. Kurang

12180

40600

Jumlah 30 1003. Perilaku Gizi

1. Baik 2. Sedang 3. Kurang

14142

46.746.76.7

Jumlah 30 100

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa ibu yang berpengetahuan baik hanya 1

orang (3.33%), 96,7% lainnya berpengetahuan kurang. Untuk sikap, ibu yang

memiliki sikap baik sebanyak 12 orang (40%), dan sedang 18 orang (60%). Perilaku

gizi yang baik dan sedang dimiliki oleh masing-masing 14 orang ibu (46,7%), perlaku

gizi kurang hanya 2 orang (6,7%).

Tabel 4

Persentase Balita menurut Satus Gizi BB/U, TB/U, BB/TB di desa Suak Pandan,

Kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat tahun 2014 - 2015

No. Status Gizi IndikatorTotal

N %1. BB/U 1. Lebih

2. Normal 3. Kurang4. Buruk

61644

2053.3313.3413.34

Jumlah 30 1002. TB/U 1. Normal 14 46.7

77

Page 78: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

2. Stunting 16 53.3

Jumlah 30 1003. BB/TB 1. Gemuk

2. Normal3. Kurus4. Kurus Sekali

52500

16.6783.33

00

Jumlah 30 100

Dari table diatas, dengan jumlah balita sebanyak 30 orang, didapatkan bahwa

status gizi BB/U (4 kategori) dengan indicator gizi lebih sebanyak 20%, normal

53,33%, gizi kurang dan gizi buruk masing-masing 13,34%. Status gizi berdasarkan

TB/U (2 kategori) dengan indicator normal sebanyak 46,7% dan stunting sebanyak

53,3%. Sedangkan status gizi berdasarkan BB/TB dengan indicator gemuk sebanyak

16,67%, normal 83,33%, kurus dan kurus sekali 0%.

Tabel 5

Frekuensi Penyakit Infeksi Pada Balita di desa Suak Pandan, Kecamatan Samatiga,

Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014 – 2015

No. Frekuensi Penyakit balita tiga bulan terakhir

TotalN %

1. Tidak Pernah2. Pernah

273

9010

Jumlah 30 100Dari table diatas, dapat dilihat bahwa balita yang pernah menderita penyakit

infeksi dalam 3 bulan terakhir adalah 3 orang balita dengan presentase 10%,

sedangkan balita yang tidak pernah mengalami penyakit infeksi dalam tiga bulan

terakhir berjumlah 27 balita dengan presentase 90%.

Tabel 6

Asupan Zat Gizi Makro Balita di desa Suak Pandan, kecamatan Samatiga, Aceh Barat

Tahun 2014– 2015

No. Asupan Zat Gizi Makro Total

78

Page 79: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

N %1. Asupan Energi

1. Sangat tinggi2. Tinggi3. Baik4. Cukup5. Rendah

400026

13.3000

86.67Jumlah 30 100

2. Asupan KH1. Sangat tinggi2. Tinggi3. Baik4. Cukup5. Rendah

241113

803.333.333.3310

Jumlah 30 1003. Asupan Lemak

1. Sangat tinggi2. Tinggi3. Baik4. Cukup5. Kurang

000030

0000

100Jumlah 30 100

4. Asupan Protein1. Sangat tinggi2. Tinggi3. Baik4. Cukup5. Rendah

914115

303.3313.33.3350

Jumlah 30 100Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa, asupan energy rata-rata rendah

yaitu terdapat pada 26 balita (86,67%) sedangkan asupan yang sangat tinggi terdapat

pada 4 balita (13.3%). Asupan KH dengan kategori sangat tinggi terdapat pada 24

balita (80%), sedangkan asupan lemak semua balita tergolong kategori kurang.

Asupan protein juga lebih banyak tergolong kedalam kategori rendah yaitu sebanyak

15 balita (50%), setengah dari jumlah balita yang kami wawancarai.

79

Page 80: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Tabel 7

Asupan Zat Gizi Mikro Balita di desa Suak Pandan, kecamatan Samatiga, Aceh Barat

Tahun 2013 – 2014

No Asupan zat gizi mikro Total N %

1 Asupan Ca1. Sangat tinggi2. Tinggi3. Baik4. Cukup5. Rendah

543315

16.6713.33

101050

80

Page 81: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Jumlah 30 1002. Asupan Fe

1. Sangat tinggi2. Tinggi 3. Baik 4. Cukup 5. Rendah

621021

206.673.33

070

Jumlah 30 1003. asupan vitamin C

1. Sangat tinggi2. Tinggi3. Baik 4. Cukup5. Rendah

300027

1000090

Jumlah 30 1004. Asupan vitamin A

1. Sangat tinggi2. Tinggi3. Baik4. Cukup5. Rendah

002325

00

6.6610

83.34Jumlah 30 100

Untuk distribusi zat gizi mikro, berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa

asupan kalsium (Ca) kebanyakan tergolong rendah, yaitu setengah dari jumlah balita

yang diwawancarai. Asupan Fe juga tergolong rendah yaitu sebanyak 21 balita (70%)

asupan Fe nya masih rendah. Untuk vitamin C juga kebanyakan tergolong rendah

yaitu terdapat pada 27 balita (90%). Vitamin A untuk kategori cukup ada 3 balita

(10%), baik 2 balita (6.66), rendah pada 25 balita (83,34).

b. Ibu Hamil

1) Karakteristik KK

Tabel 8

Distribusi Karakteristik KK di desa Suak Pandan, Kecamatan Samatiga Kabupaten

Aceh Barat 2014 – 2015

No. Karakteristik KK N %

81

Page 82: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

1. Umur KK5. < 25 tahun6. 25 – 34 tahun7. 35 – 45 tahun8. > 45 tahun

0310

075250

Jumlah 4 1002. Pekerjaan KK

1. PNS/BUMN/TNI/POLRI2. Petani/Berkebun3. Pedagang/Wiraswasta4. Buruh5. Nelayan6. Lain-lain

003010

00750250

Jumlah 4 100

3. Pendidikan KK1. Tidak Sekolah2. SD/MI3. SLTP4. SLTA5. Diploma/PT

00040

000

1000

Jumlah 4 1004. Total Pendapatan Kepala keluarga

1. Tinggi 2. Rendah

22

5050

Jumlah 4 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa yang berumur 25-34 tahun berjumlah 3

orang dengan presentase 75%, yang berumur 35-45 tahun berjumlah 1 orang dengan

presentase 25%. Pekerjaan kepala keluar\ga yang bekerja sebagai pedagang

berjumlah 3 orang dengan presentase 75%, dan yang bekerja sebagai nelayan

berjumlah 1 orang dengan presentase 25%. Pendidikan terakhir kepala keluarga

SLTA berjumlah 4 dengan presentase 100%. Pendapatan keluarga yang tinggi

berjumlah 2 orang dengan presentase 50% dan yang berpendapatan rendah berjumlah

2 orang dengan presentase 50%.

2) Karakteristik Ibu Hamil

82

Page 83: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Tabel 9

Distribusi Karakteristik Ibu Hamil di desa Suak Pandan, Kecamatan Samatiga,

Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 – 2014

No. Karakteristik Ibu N %1. Umur ibu

6. < 25 tahun7. 25 – 34 tahun8. 35 – 45 tahun9. > 45 tahun

1300

257500

Jumlah 4 1002. 1. PNS/BUMN/TNI/POLRI

2. Petani/Berkebun3. Pedagang/Wiraswasta4. Buruh5. Nelayan6. Lain-lain

000004

00000

100Jumlah 4 100

3. Pendidikan Ibu1. Tidak Sekolah2. SD/MI3. SLTP4. SLTA5. Diploma/PT

00121

00255025

Jumlah 4 100Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa yang berumur 25-34 tahun berjumlah 3

orang dengan presentase 75%, yang berumur >25 tahun berjumlah 1 orang dengan

presentase 25%. Pekerjaan ibu hamil yang bekerja sebagai ibu rumah tangga

berjumlah 4 orang dengan presentase 100%, Pendidikan terakhir ibu hamil SLTA

berjumlah 2 dengan presentase 50%, yang berpendidikan SLTP 1 orang dengan

presentase 25%, dan yang berpendidikan diploma/PT berjumlah 1 orang dengan

presentase 25 %.

Tabel 10

83

Page 84: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Status Gizi Ibu Hamil berdasarkan LILA di desa Suak Pandan, Kecamatan Samatiga,

Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014 – 2015

No. Status Gizi IndikatorTotal

N %1. LILA 1. Normal

2. KEK40

1000

Jumlah 4 100

Dari hasil data diatas, dapat kita lihat bahwa tidak ada ibu hamil di Desa suak

pandan yang mengalami KEK, semua ukuran LLA nya normal.

c. Ibu Menyusui

1) Karakteristik Kepala Keluarga

Tabel 11

Distribusi Karaktristik Kepala Keluarga di desa Suak Pandan, Kecamatan Samatiga,

Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014 – 2015

No. Karakteristik Kepala KeluargaTotal

N %1. Umur

1. < 25 tahun 0 0

84

Page 85: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

2. 25-34 tahun 3. 35-45 tahun4. < 45 tahun

310

75250

Jumlah 4 1002. Pekerjaan Kepala Keluarga

1. PNS/BUMN/TNI/POLRI2. Petani/Berkebun3. Pedagang/Wiraswasta4. Buruh5. Nelayan6. Lain-lain

02110

05025250

Jumlah 4 1003. Pendidikan Kepala Keluarga

1. Tidak Sekolah 2. SD/MI3. SLTP4. SLTA5. Diploma/PT

01120

02525500

Jumlah 4 1004. Total Pendapatan Kepala

Keluarga1. Tinggi 2. Rendah

04

0100

Jumlah 4 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa yang berumur 25-34 tahun berjumlah 3

orang dengan presentase 75%, yang berumur 35-45 tahun berjumlah 1 orang dengan

presentase 25%. Pekerjaan kepala keluarga yang bekerja sebagai pedagang berjumlah

2 orang dengan presentase 50%, yang bekerja sebagai nelayan 1 orang dengan

presentase 25%,dan yang bekerja sebagai buruh berjumlah 1 orang dengan presentase

25%. Pendidikan terakhir kepala keluarga SLTA berjumlah 2 dengan presentase 50%

yang berpendidikan SLTP 1 orang dengan presentase 23% dan yang berpendidikan

SD/MI berjumlah 1 orang dengan presentase 25%. Pendapatan rendah berjumlah 4

orang dengan presentase 100%.

85

Page 86: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

2) Karakteristik Ibu menyusui

Tabel 12

Distribusi Karaktristik Ibu menyusui di desa Suak Pandan, kecamatan Samatiga,

Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014 – 2015

No. Karakteristik Ibu HamilTotal

N %1. Umur

1. < 25 tahun2. 25-34 tahun 3. 35-45 tahun

121

255025

86

Page 87: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

4. < 45 tahun 0 0Jumlah 4 100

2. Pekerjaan Ibu6. PNS/BUMN/TNI/POLRI7. Petani/Berkebun8. Pedagang/Wiraswasta9. Buruh10. Nelayan11. Lain-lain

000004

00000

100

Jumlah 4 1003. Pendidikan Ibu

1. Tidak Sekolah2. SD/MI3. SLTP4. SLTA5. Diploma/PT

01120

02525500

Jumlah 4 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa yang berumur >25 tahun berjumlah 1

orang dengan presentase 25%, yang berumur 25-34 tahun berjumlah 2 orang dengan

presentase 50%, yang berumur 35-45 tahun berjumlah 1 orang dengan presentase

25%. Pendidikan terakhir ibu menyusui SLTA berjumlah 2 dengan presentase 50%,

yang berpendidikan SLTP 1 orang dengan presentase 25%, yang berpendidikan

SD/MI 1 orang dengan presentase 25%.

Tabel 13

Status Gizi Ibu Menyusui di desa Suak Pandan, kecamatan Samatiga, Kabupaten

Aceh Barat Tahun 2014 – 2015

No. Status Gizi Indikator TotalN %

1. LILA 1. KEK2. Normal

04

0100

Jumlah 4 1002. IMT 1. Kurus

2. Normal03

075

87

Page 88: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

3. Lebih 1 25Jumlah 4 100

Dari paparan table diatas dapat dilihat bahwa, 4 orang ibu menyusui yang ada

di Desa Suak Pandan sama sekali tidak ada yang mengalami KEK. Sedangkan untuk

IMT Ibu menyusui, 75% normal, dan 25% gizi lebih.

d. Kebiasaan Sarapan Anak Sekolah

Tabel 14.

Kebiasaan sarapan anak sekolah

Kebiasaan Makan Anak Sekolah n %

Baik 27 75

Kurang 9 25

Jumlah 36 100

Jadi, sebanyak 27 Anak sekolah memiliki kebiasaan makan yang baik dengan

persentase 75%.

e. Makanan Pantangan

Tabel 15.

Makanan Pantangan

KelompokAda Tidak Total

N % n % n %

Balita  0 0  30 100 30 100%

88

Page 89: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Bumil 3 75% 1 25% 4 100%

Busui 4 100%  0 0  4 100%

Jadi, semua balita tidak memiliki pantangan terhadap makanan. Sedangkan

ibu hamil sebanyak 75% memiliki pantangan. Dan ibu menyusui memiliki pantangan

terhadap makanan dengan persentase 100%.

f. Penggunaan bahan pangan oleh keluarga

Tabel 16.

Penggunaan Bahan Pangan Keluarga

Bahan

Pangan

Menurut

Jenis

Frekuensi Konsumsi

Sering Jarang Tidak Pernah Total

n % n % n % n %

Karbohidrat 60 100 0 0 0 0 60 100

89

Page 90: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

protein

hewani

60 100 0 0 0 0 60 100

protein

nabati

20 33 10 17 15 25 45 75

sayuran A 6 10 23 38.3 31 51.7 60 100

sayuran B 33 55 17 28.3 10 16.7 60 100

Buah-

buahan

8 13.3 15 25 37 61.7 60 100

Lemak 12 20 45 75 3 5 60 100

Jadi, sumber KH yang dikonsumsi oleh masyarakat di Desa Suak Pandan

sebanyak 100% kategori Baik, sumber Protein Hewani sebanyak 100% kategori

Baik, Sumber Protein nabati sebanyak 20% (sering) Kategori kurang baik, sumber

sayuran A sebanyak 10% (sering) kategori kurang baik, sumber sayuran B sebanyak

55% (sering) kategori kurang baik, sumber buah-buahan sebanyak 13,3% (sering)

kurang baik, sumber lemak sebanyak 20% (sering) kurang baik.

g. Imunisasi Balita

Tabel 17.

Imunisasi Balita

Status

Imunisasi

N %

Lengkap 20 66,67

Tidak lengkap 7 23,33

90

Page 91: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Tidak pernah 3 10

Jumlah 30 100

Jadi, sebanyak 20 balita telah mendapatkan imunisasi lengkap dengan

persentase 66,67%.

2. Hasil Bivariat

A. Balita

1) Hubungan Pendidikan dengan Status Gizi

a) Hubungan pendidikan KK dengan Status Gizi TB/U

Tabel 18.

No Pendidikan KK Status Gizi TB/U Total Stunting Normal

n % N % n %1. SD/MI 6 85.7 1 14.3 7 1002. SLTP 5 62.5 3 37.5 8 1003. SLTA 8 57.1 6 42.9 14 1004. Diploma/PT 0 0 1 100 1 100Total 19 63.3 11 36.7 30 100

Dapat dilihat dari table diatas, bahwa dari variable pendidikan KK, terdapat 7

KK berpendidikan SD/MI, 6 balita yang berstatus gizi stunting, dan 1 balita yang

normal. Untuk 8 KK yang berpendidikan tingkat SLTP, ada 5 balita yang stunting

dan 3 balita normal. 14 KK dengan pendidikan hingga SLTA, terdapat 8 balita yang

stunting dan 6 balita berstatus gizi normal. 1 KK yang berpendidikan tingkat

diploma/perguruan tinggi balita berstatus gizi normal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan kepala

keluarga dengan status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P > 0,05 (0,325).

91

Page 92: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

b) Hubungan Pendidikan KK dengan Status Gizi BB/TB

Tabel 19.

No Pendidikan KK Status Gizi BB/TB Total Gemuk Normal

n % n % n %1. SD/MI 1 85.7 6 14 7 1002. SLTP 2 25 6 75 8 1003. SLTA 2 14.3 12 85.7 14 1004. Diploma/PT 0 0 1 100 1 100Total 5 16.7 25 83.3 30 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 7 KK yang mengenyam pendidikan

akhir SD/MI 1 balita berstatus gizi gemuk, 6 balita bersatatus gizi normal. 8 KK yang

berpendidikan SLTP, 2 balitanya gemuk dan 6 balita lainnya normal. Untuk 14 KK

yang mengenyam pendidikan hingga tingkat SLTA, 12 balitanya normal, dan 2 balita

gemuk. 1 orang KK yang berpendidikan akhir hingga tingkat perguruan tinggi

memiliki 1 balita normal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan kepala

keluarga dengan status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P > 0,05 (0,877).

c) Hubungan Pendidikan KK dengan Status Gizi BB/U

Tabel 20.

No.Pendidikan

KK

Status gizi BB/UTotal

Lebih Kurang Normal Gizi burukn % n % n % n % N %

1. SD/MIN 0 0 4 57.1 2 28.6 1 14.3 7 1002. SLTP 0 0 6 75 2 25 0 0 8 1003. SLTA 1 7.1 10 71.4 3 21.4 0 0 14 1004. Diploma/PT 0 0 1 100 0 0 0 0 1 100

92

Page 93: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Total 1 3.3 21 70.0 7 23.3 1 3.3 30 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pendidikan SD/MI yang menjadi

pendidikan terakhir dari 7 KK 4 balitanya bersatatus gizi normal, 2 balita kurang, dan

1 yang berstatus gizi buruk. Untuk 8 KK yang berpendidikan akhir SLTP tidak ada

balitanya yang berstatus gizi buruk dan gizi lebih, 6 balita normal, 2 balita kurang.

Dari 14 KK yang berpendidikan SLTA 1 balita bergizi lebih, tidak ada balita yang

berstatus gizi buruk, 3 balita lainnya bergizi kurang. 1 KK yang menempuh

pendidikan akhir di perguruan tinggi, balitanya berstatus gizi normal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan kepala

keluarga dengan status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P > 0,05 (0,825).

d) Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi TB/U

Tabel 21.

No Pendidikan ibu Status Gizi TB/U Total Stunting Normal

n % n % n %1. SD/MI 4 66.7 2 33.3 6 1002. SLTP 5 62.5 3 37.5 8 1003. SLTA 8 72.7 3 27.3 11 1004. Diploma/PT 2 40 3 60 5 100Total 19 63.3 11 36.7 30 100

Dari data diatas dapat dilihat bahwa, ibu yang berpendidikan SD/MI ad 6 ibu,

4 balita berstatus gizi stunting, daan 2 balita normal. Untuk 8 ibu yang berpendidikan

akhir SLTP 5 balita stunting dan 3 balita lainnya normal. 11 ibu yang berpendidikan

akhir SLTA 8 balitanya stunting, 3 balita lainnya normal. Ibu yang mengenyam

pendidikan hingga perguruan tinggi ada 5 ibu,2 balitanya stunting, dan 3 lainnya

normal.

93

Page 94: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu

dengan status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P > 0,05 (0,655).

e) Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi BB/TB

Tabel 22.

No. Pendidikan ibuStatus gizi BB/TB

TotalGemuk normal

n % n % n %1. SD/MIN 1 16.7 5 83.3 6 1002. SLTP 0 0 6 75 8 1003. SLTA 1 7.1 10 71.4 11 1004. Diploma/PT 0 0 1 100 5 100

Total 1 3.3 21 70.0 30 100

Dari data diatas dapat dilihat bahwa pendidikan akhir SD/MI dari 6 ibu ada 1

balitanya yang berstatus gizi gemuk, 5 normal. 8 ibu yang berpendidikan akhir SLTP,

1 balitanya gemuk, 7 balita normal. Untuk 11 orang ibu yang berpendidikan akhir

SLTA balitanya yang gemuk ada 2 balita, sedangkan yang normal 9 balita. Ibu yang

mengenyam pendidikan perguruan tinggi ada 5 orang, dengan 1 balitanya berstatus

gizi gemuk, dan 4 orang balita normal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu

dengan status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P > 0,05 (0,984).

f) Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi BB/U

Tabel 23.

No.Pendidikan

KK

Status gizi BB/UTotal

Lebih Kurang Normal Gizi burukn % n % n % n % N %

1. SD/MIN 0 0 3 50 3 50 0 0 6 1002. SLTP 0 0 5 62.5 2 25.0 1 12.5 5 100

94

Page 95: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

3. SLTA 1 9.1 8 72.7 2 18.2 0 0 11 1004. Diploma/PT 0 0 5 100 0 0 0 0 5 100

Total 1 3.3 21 70.0 7 23.3 1 3.3 30 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, dari 30 Ibu yang diwawancarai, 6 ibu

berpendidikan akhir SD/MI, 3 balita berstatus gizi normal, dan 3 balita lainnya

berstatus gizi kurang. Untuk ibu yang berpendidikan akhir SLTP terdapat 8 ibu,

dengan 5 balita berstatus gizi normal, 2 kurang, dan 1 orang gizi buruk. 11 orang ibu

mengenyam pendidikan akhir hingga SLTA, 1 gizi lebih, 8 normal, 2 kurang. Untuk

pendidikan akhir diploma/PT ditempuh oleh 5 ibu, dank e 5 balitanya berstatus gizi

normal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu

dengan status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P > 0,05 (0,468).

2) Hubungan pendapatan dengan Status Gizi

a) Hubungan pendapatan KK dengan status gizi TB/U

Tabel 24.

NoPendapatan KK

Status Gizi TB/U TotalStunting Normal

95

Page 96: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

N % N % N %1. Tinggi 3 42.9 4 57.1 7 1002. Rendah 16 69.6 7 30.4 23 100

Total 19 63.3 11 36.7 30 100

Dari hasil tabel diatas, 7 KK yang memiliki pendapatan tinggi, 3 balitanya

mengalami stunting, 4 balita lainnya memiliki status gizi normal. Untuk 23 KK yang

memiliki pendapatan rendah,16 balita mengalami stunting, sedangkan 7 balita lainnya

memiliki status gizi normal

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendapatan kepala

keluarga dengan status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P > 0,05 (0,403).

b) Hubungan Pendapatan KK dengan status gizi BB/TB

NoPendapatan KK

Status Gizi TB/U TotalStunting Normal

N % N % N %1. Tinggi 3 42.9 4 57.1 7 1002. Rendah 16 69.6 7 30.4 23 100

Total 19 63.3 11 36.7 30 100Tabel 25.

96

Page 97: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Berdasarkan tabel diatas, 7 KK dengan pendapatan tinggi memliki 1 balita

yang gemuk, dan 6 balita lainnya normal. Untuk pendapatan KK kategori rendah

sebanyak 23 KK dengan 4 balita gemuk dan 19 balita normal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendapatan kepala

keluarga dengan status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P > 0,05 (1,000).

c) hubungan pendapatan KK dengan Status Gizi BB/U

Tabel 26.

No Pendapatan Kk Status Gizi BB/U TotalLebih Normal Kurang Gizi Buruk

N % N % N % N % N F1. Tinggi 0 0 6 85.7 1 14.3 0 0 7 1002. Rendah 1 4.3 15 65.2 6 26.1 1 4.3 23 100

total 1 3.3 21 70.0 7 23.3 1 3.3 30 100.

Berdasarkan tabel diatas, dapat kita lihat bahwa dari 7 pendapatan KK yang

tergolong kedalam kategori tinggi 6 status gizi balita normal, dan 1 balita kurang.

Sedangkan untuk 23 KK yang memiliki pendapatan rendah, ada 1 balita yang

memiliki status gizi lebih, 15 balita normal, 6 kurang, dan 1 orang gizi buruk.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendapatan kepala

keluarga dengan status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P > 0,05 (0,741).

3) Hubungan Penyakit Infeksi dengan status Gizi

a) Hubungan penyakit infeksi dengan status gizi BB/U

Tabel 27.

NOPENYAKIT

INFEKSISTATUS GIZI total

lebih Normal kurang Gizi buruk

97

Page 98: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

n % n % n % n % n %1 Pernah 1 12,5 5 62,5 2 25 0 0 8 1002 Tidak pernah 6 27,3 12 54,5 3 13,6 1 4,5 22 100

total 7 23,3 17 56,7 5 16,7 1 3,3 30 100

Dapat dilihat untuk variable penyakit infeksi, dari 22 balita yang tidak pernah

mengalami penyakit infeksi terdapat 12 balita yang berstatus gizi normal, 6 balita

gizi lebih, 3 balita gizi kurang dan 1 balita gizi buruk. Sedangkan pada 8 balita yang

pernah mengalami penyakit infeksi terdapat 5 balita berstatus gizi normal, 1 balita

gizi lebih, dann 2 balita gizi kurang.

Hasil analisa statistik menggunakan Fisher’s Exact test pada derajat

kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara penyakit

infeksi dengan status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P >0,05 yaitu

(0,698).

b) Hubungan penyakit infeksi dengan status gizi TB/U

Tabel 28.

NoPenyakit infeksi

Status gizitotal

Stunting Normaln F n F n f

1 Pernah 6 75 2 25 8 1002 Tidak

pernah13 59,1 9 40,9 22 100

total 19 63,3 11 36,7 30 100

Dapat dilihat untuk variable penyakit infeksi, dari 22 balita yang tidak pernah

mengalami penyakit infeksi terdapat 13 balita stunting dan 9 balita normal.

Sedangkan 8 balita yang pernah mengalami penyakit infeksi terdapat 6 balita

stunting dan 2 balita normal.

Hasil analisa statistik menggunakan Fisher’s Exact test pada derajat

kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara penyakit

98

Page 99: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

infeksi dengan status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P >0,05 yaitu

(0,672).

c) Hubungan penyakit infeksi dengan status gizi BB/TB

Tabel 29.

NoPenyakit infeksi

Status gizitotal

gemuk NormalN F n F n f

1 Pernah 1 12,5 7 87,5 8 1002 Tidak

pernah4 18,2 18 81,8 22 100

total 5 12,5 25 87,5 30 100

Dapat dilihat untuk variable penyakit infeksi, dari 22 balita yang tidak pernah

mengalami penyakit infeksi terdapat 18 balita berstatus gizi normal dan 4 balita

gemuk. Sedangkan 8 balita yang pernah mengalami penyakit infeksi terdapat 7 balita

berstatus gizi normal dan 1 balita gemuk.

Hasil analisa statistik menggunakan Fisher’s Exact test pada derajat

kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara penyakit

infeksi dengan status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P >0,05 yaitu

(1,000).

4) Hubungan Pengetahuan dengan Status Gizi

a) Hubungan Pengetahuan ibu dengan status gizi TB/U

Tabel 30.

NoPengetahuan

Ibu

Status Gizi TB/UTotal

Stunting NormalN % N % N %

1 Kurang 18 62,1 11 37,9 29 100

99

Page 100: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

2 Baik 1 100 0 0 1 100Total 19 63,3 11 36,7 30 100

Dari data diatas, diketahui bahwa dari 29 ibu yang berpengetahuan kurang, 18

balitanya berstatus gizi stunting, dan 11 normal. Sedangkan pada seorang ibu dengan

pengetahuan baik, balitanya berstatus gizi stunting.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu

dengan status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P > 0,05 (1,000).

b) Hubungan Pengetahuaan ibu dengan status Gizi BB/TB

Tabel 31.

NoPengetahuan

Ibu

Status Gizi BB/TBTotal

Gemuk NormalN % N % N %

1 Kurang 5 17,2 24 82,8 29 1002 Baik 0 0 1 100 1 100

Total 5 16,7 25 83,3 30 100

Dari data diatas, dapat lihat bahwa, dari 29 ibu yang berpengetahuan kurang,

24 baliata bersatatus gizi normal, dana 6 balita stunting. Sedangkan pada 1 ibu yang

berpengetahuan baik, 1 balitanya normal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu

dengan status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P > 0,05 (1,000).

c) Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi BB/U

Tabel 32.

NoPengetahuan

Ibu

Status Gizi BB/UTotal

Lebih NormalKurang Gizi

BurukN F N F F N N F N F

1 Kurang 1 3,4 21 72,4 6 20,7 1 3,4 29 100

100

Page 101: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

2 Baik 0 0 0 0 1 100 0 0 1 100Total 1 3,3 21 70 7 23,3 1 3,3 30 100

Dari hasil tabel diatas, dapat diketahui bahwa, dari 29 ibu yang

berpengetahuan kurang, 21 balita normal, 1 balita bergizi lebih, 6 kurang, dan 1 balita

bergizi buruk. Sedangkan pada ibu yang berpengetaahuan baik, status gizi balitanya

kurang.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu

dengan status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P > 0,05 (0,334).

5) Hubungan Sikap dengan status gizi

a) Hubungan sikap ibu dengan status gizi TB/U

Tabel 33.

No Sikap ibu Status Gizi TB/U Total Stunting Normal

n % n % n %1. sedang 11 61.1 7 38.9 18 1002. baik 8 66.7 4 33.3 12 100Total 19 63.3 11 36.7 30 100

Berdasarkan data diatas, bisa dilihat bahwa tidak ada ibu yang bernilai sikap

kurang. Sikap ibu dengan kategori sedang ada 18 ibu dengan 11 balita stunting, dan 7

normal. Sikap ibu yang berkategori baik 12 ibu memiliki 8 balita dengan status gizi

stunting, dan 4 balita lainnya bestatus gizi normal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan status

gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P > 0,05 (1,000)

b) Hubungan Sikap ibu dengan status gizi BB/TB

Tabel 34.

101

Page 102: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

No Sikap ibu Status Gizi TB/U Total Stunting Normal

n % n % n %1. sedang 11 61.1 7 38.9 18 1002. baik 8 66.7 4 33.3 12 100Total 19 63.3 11 36.7 30 100

Dari data diatas dapat dilihat, bahwa 18 ibu dengan kategori sikap sedang,

status gizi balita yang gemuk ada 3 balita dan 15 balita lainnya normal. Untuk ibu

yang kategori sikapnya baik berjumlah 12 orang, dengan 5 balita gemuk, dan 25

balita normal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan status

gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P > 0,05 (1,000).

c) Hubungan sikap ibu dengan status gizi BB/U

Tabel 35.

No. Sikap Status gizi BB/U

TotalLebih Normal Kurang Gizi buruk

n % n % n % n % N %1. Sedang 0 0 11 61.1 6 33.3 1 5.6 18 1002. Baik 1 8.3 10 83.3 1 8.3 0 0 12 100

Total 1 3.3 21 70.0 7 23.3 1 3.3 30 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 18 ibu yang berkategori

sikap sedang memiliki 11 balita berstatus gizi normal, 6 kurang, dan 1 orang berstatus

gizi buruk. Untuk 12 ibu yang berkategori sikap baik 1 balitanya bergizi lebih, 10

normal, 1 bergizi kurang, dan tidak ada yang bergizi buruk.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan status

gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P > 0,05 (0,203).

102

Page 103: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

6) Hubungan perilaku dengan Status gizi

a) Hubungan Perilaku ibu dengan status gizi TB/U

Tabel 36.

No Perilaku ibu Status Gizi TB/U Total Stunting Normal

n % n % N %1. Kurang 2 100 0 0 2 1002. sedang 9 64.3 5 35.7 14 1003. baik 8 57.1 6 42.9 14 100Total 19 63.3 11 36.7 30 100

Dari hasil tabel diatas, dapat dilihat bahwa 2 ibu memiliki skor perilaku

kategori kurang, terlihat 2 balita memiliki status gizi gemuk, dan tidak ada yang

berstatus gizi normal. Ibu yang memiliki skor perilaku sedang ada 14 ibu , 9 balita

berstatus gizi gemuk, dan 5 lainnya sedang. Untuk 14 ibu yang memiliki skor

kategori baik, ada 8 balita yang berstatus gizi gemuk, dan 6 lainnya berstatus gizi

normal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku ibu dengan

status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P > 0,05 (0,498).

b) Hubungan Prilaku Ibu dengan status Gizi BB/TB

Tabel 37.

No Perilaku ibu Status Gizi BB/TB Total gemuk Normal

n % n % N %1. Kurang 0 0 2 100 2 1002. sedang 4 28.6 10 71.4 14 100

103

Page 104: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

3. baik 1 7.1 13 92.9 14 100Total 5 16.7 25 83.3 30 100

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa terdapat 30 ibu, untuk variable kategori

perilaku kurang ada 2 ibu, dengan status gizi balita stunting 0, dan 2 orang yang

status gizi normal. Variable kategori baik balita yang memiliki status gizi stunting 1

orang, dan status gizi normal 13 balita, dari 14 ibu.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku ibu dengan

status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P > 0,05 (0,254).

c) hubungan perilaku ibu dengan status gizi BB/U

Tabel 38.

No. Sikap Status gizi BB/U

TotalLebih Normal Kurang Gizi buruk

n % n % n % N % N %1. kurang 1 50 1 50 0 0 0 0 2 1002. Sedang 0 0 9 64.3 4 28.6 1 7.1 143. Baik 0 8.3 11 83.3 3 8.3 0 0 14 100

Total 1 3.3 21 70.0 7 23.3 1 3.3 30 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat, dari 30 ibu yang diwawancarai

terdapat 2 ibu yang memiliki skor kategori kurang dengan status gizi balita lebi 1

balita, dan status gizi normal 1 orang. Untuk skor kategori kurang dimiliki oleh 14

ibu dengan status gizi balita normal 9, kurang 4 balita. Skor kategori baik dimilki

oleh 14 ibu dengan status gizi balita normal 11 orang, dan 3 balita berstatus gizi

kurang.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara perilaku ibu dengan status

gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P < 0,05 (0,013).

104

Page 105: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

7) Hubungan Asupan Zat Gizi Makro balita dengan Status Gizi

a) Hubungan Asupan energy dengan status gizi TB/U

Tabel 39.

No Asupan EnergiStatus Gizi TB/U

TotalStunting Normal

N F N F N F1 Rendah 18 69,2 8 30,8 26 1002 Sangat tinggi 1 25 3 75 4 100

Total 19 63,3 11 36,7 30 100

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa asupan energy rendah terdapat pada 26

balita, balita yang berstatus gizi normal ada 8 balita, dan balita yang berstatus gizi

stunting sebanyak 18 balita. Untuk kategori asupan energy sangat tinggi, terdapat 1

balita yang berstatus gizi stunting, dan 3 balita lainnya berstatus gizi normal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan energy dengan

status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P < 0,05 (0,249).

b) Hubungan Asupan energy dengan status gizi BB/TB

Tabel 40.

No Asupan EnergiStatus Gizi BB/TB

TotalGemuk Normal

N F N F N F1 Rendah 5 19,2 21 80,8 26 1002 Sangat tinggi 0 0 4 100 4 100

Total 5 16,7 25 83,3 30 100Dari data diatas dapat dilihat bahwa, dari 26 balita yang memiliki asupan

energy rendah, 5 balita berstatus gizi gemuk, dan 21 balita lainnya normal. Untuk

asupan energy sangat tinggi, tidak ada balita yang berstatus gizi gemuk, dan 4 balita

berstatus gizi normal.

105

Page 106: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan energy dengan

status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P < 0,05 (0,810).

c) Hubungan asupan energy dengan status gizi BB/U

Tabel 41.

NoAsupan Energi

Status Gizi BB/UTotal

Lebih NormalKurang Gizi

BurukN F N F F N N F N F

1 Rendah 1 3,8 20 76,9 4 15,4 1 3,8 26 1002 Sangat

tinggi0 0 1 25

3 75 0 04 100

Total 1 3,3 21 70 7 23,3 1 3,3 30 100

Dari data diatas dapat dilihat bahwa, dari 26 balita yang memiliki asupan

energy rendah 1 balita berstatus gizi lebih, 20 balita normal, 4 balita kurang, dan 1

balita gizi buruk. Dari 4 balita yang memiliki asupan energy sangat tinggi terdapat 1

balita gizi normal dan 3 kurang status gizinya.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan energy dengan

status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P < 0,05 (0,074).

a) Hubungan asupan protein dengan status gizi TB/U

Tabel 42.

NoAsupan Protein

Status Gizi TB/UTotal

Stunting NormalN F N F N F

106

Page 107: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

1 Rendah 8 61,5 5 38,5 13 1002 Cukup 1 100 0 0 1 1003 Baik 2 50 2 50 4 1004 Tinggi 1 100 0 0 1 1005 Sangat tinggi 7 63,6 4 36,4 11 100

Total 19 63,3 11 36,7 30 100

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa asupan protein rendah terdapat pada 13

balita, 5 balita yang berstatus gizi normal, dan 8 balita yang berstatus gizi stunting.

Dari 1 balita yang asupan proteinnya cukup termasuk dalam stunting. Dari 4 balita

yang asupan proteinnya baik terdapat 2 balita stunting dan 2 balita normal. Dari 1

balita yang asupan proteinnya tinggi termasuk dalam stunting. Dan untuk kategori

asupan protein sangat tinggi, terdapat 7 balita yang berstatus gizi stunting, dan 4

balita lainnya berstatus gizi normal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan

status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P < 0,05 (0,830).

b) Hubungan asupan protein dengan status gizi BB/TB

Tabel 43.

NoAsupan Protein

Status Gizi BB/TBTotal

Gemuk NormalN F N F N F

1 Rendah 3 23,1 10 76,9 13 1002 Cukup 0 0 1 100 1 1003 Baik 1 25 3 75 4 1004 Tinggi 0 0 1 100 1 1005 Sangat tinggi 1 9,1 10 90,9 11 100

Total 5 16,7 25 83,3 30 100Dari data diatas, dapat dilihat bahwa asupan protein rendah terdapat pada 13

balita, 3 balita gemuk, dan 10 balita normal. Dari 1 balita yang asupan proteinnya

cukup termasuk dalam gizi normal. Dari 4 balita yang asupan proteinnya baik

terdapat 1 balita gemuk dan 3 balita normal. Dari 1 balita yang asupan proteinnya

107

Page 108: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

tinggi termasuk dalam normal. Dan untuk kategori asupan protein sangat tinggi,

terdapat 1 balita gemuk, dan 10 balita lainnya berstatus gizi normal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan

status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P < 0,05 (0,837).

c) Hubungan asupan protein dengan status gizi BB/U

Tabel 44.

NoAsupan Protein

Status Gizi BB/UTotal

Lebih NormalKurang Gizi

BurukN F N F F N N F N F

1 Rendah 1 7,7 9 69,2 2 15,4 1 7,7 13 1002 Sangat

tinggi0 0 1 100

0 0 0 01 100

3 Baik 0 0 2 50 2 50 0 0 4 1004 Tinggi 0 0 1 100 0 0 0 0 1 1005 Sangat

tinggi0 0 8 72,7

3 27,3 0 011 100

Total 1 3,3 21 70 7 23,3 1 3,3 30 100

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa 13 dari 30 balita asupan proteinnya

rendah, 1 balita normal, 9 balita normal, 2 kurang, dan 1 balita gizi buruk. Dari 30

balita hanya 1 balita yang asupan proteinnya cukup dan berstatus gizi normal. Untuk

asupan energy dengan kategori baik terdapat pada 4 balita, 2 balita normal, dan 2

balita lainnya berstatus gizi kurang. Untuk asupan protein tinggi terdapat pada 1

balita dan berstatus gizi normal. Asupan protein dengan kategori sangat tinggi

terdapat pada 11 balita, dengan 8 balita berstatus gizi normal, dan 3 lainnya berstatus

gizi kurang.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan

status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P < 0,05 (0,950).

108

Page 109: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

a) Hubungan asupan lemak dengan status gizi BB/U

Tabel 45.

NoAsupan Lemak

Status Gizi BB/UTotal

Lebih NormalKurang Gizi

BurukN F N F F N N F N F

1 Rendah 1 4,2 17 70,8 5 20,8 1 4,2 24 1002 Sangat

tinggi0 0 1 50

1 50 0 02 100

3 Baik 0 0 1 100 0 0 0 0 1 1004 Tinggi 0 0 1 50 1 50 0 0 2 1005 Sangat

tinggi0 0 1 100

0 0 0 01 100

Total 1 3,3 21 70 7 23,3 1 3,3 30 100

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa asupan lemak rendah terdapat pada 24

balita dan salah satunya mengalami gizi buruk. Dari 2 balita yang asupan lemaknya

cukup terdapat 1 balita gizi normal dan 1 balita kurang. Satu balita yang asupan

lemaknya baik termasuk gizi normal. Dari 2 balita yang asupan lemaknya tinggi

terdapat 1 balita gizi normal dan 1 balita kurang. Satu balita yang asupan lemakya

sangat tinggi termasuk gizi normal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan lemak dengan

status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P < 0,05 (0,997).

b) Hubungan asupan lemak dengan status gizi BB/TB

Tabel 46.

NoAsupan Lemak

Status Gizi BB/TBTotal

Gemuk NormalN F N F N F

1 Rendah 4 16,7 20 83,3 24 100

109

Page 110: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

2 Cukup 0 0 2 100 2 1003 Baik 0 0 1 100 1 1004 Tinggi 1 50 1 50 2 1005 Sangat tinggi 0 0 1 100 1 100

Total 5 16,7 25 83,3 30 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 30 balita yang

diwawancarai 24 diantaranya berkategori asupan lemak rendah, 4 berstatus gizi

gemuk, dan 20 balita lainnya berstatus gizi normal. Asupan lemak cukup terdapat

pada 2 balita dan berstatus gizi normal. Asupan lemak cukup terdapat pada 1 balita

dengan status gizi normal. Untuk asupan lemak tinggi terdapat pada 2 balita, masing-

masing berstatus gizi gemuk dan normal. Sedangkan asupan lemak sangat tinggi

terdapata pada 1 balita dengan status gizi normal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan lemak dengan

status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P < 0,05 (0,663).

c) Hubungan asupan lemak dengan status gizi TB/U

Tabel 47.

NoAsupan Lemak

Status Gizi TB/UTotal

Stunting NormalN F N F N F

1 Rendah 16 66,7 8 33,3 24 100

110

Page 111: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

2 Cukup 1 50 1 50 2 1003 Baik 1 100 0 0 1 1004 Tinggi 1 50 1 50 2 1005 Sangat tinggi 0 0 1 100 1 100

Total 19 63,3 11 36,7 30 100

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa asupan lemak rendah terdapat pada 24

balita terdapat 16 balita stunting dan 8 balita normal. Dari 2 balita yang asupan

lemaknya cukup terdapat 1 balita gizi normal dan 1 balita stunting. Satu balita yang

asupan lemaknya baik termasuk balita stunting. Dari 2 balita yang asupan lemaknya

tinggi terdapat 1 balita gizi normal dan 1 balita stunting. Satu balita yang asupan

lemakya sangat tinggi termasuk gizi normal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan lemak dengan

status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P < 0,05 (0,640).

a) Hubungan asupan KH dengan status gizi TB/U

Tabel 48.

NoAsupan

Karbohidrat

Status Gizi TB/UTotal

Stunting NormalN F N F N F

1 Rendah 2 66,7 1 33,3 3 1002 Cukup 0 0 1 100 1 1003 Baik 0 0 1 100 1 1004 Tinggi 1 100 0 0 1 1005 Sangat tinggi 16 66,7 8 33.3 24 100

Total 19 63,3 11 36,7 30 100

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa asupan karbohidrat rendah terdapat pada

3 balita terdapat 2 balita stunting dan 1 balita normal. Dari balita yang asupan

karbohidratnya cukup termasuk gizi normal. Satu balita yang asupan karbohidratnya

baik termasuk balita normal. Balita yang asupan karbohidratnya tinggi termasuk

111

Page 112: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

stunting. Balita yang asupan karbohidratnya sangat tinggi termasuk gizi normal ada 8

balita.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan karbohidrat

dengan status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P < 0,05 (0,384).

b) Hubungan asupan KH dengan status gizi BB/TB

Tabel 49.

NoAsupan

Karbohidrat

Status Gizi BB/TBTotal

Gemuk NormalN F N F N F

1 Rendah 1 33.,3 2 66,7 3 1002 Cukup 0 0 1 100 1 1003 Baik 0 0 1 100 1 1004 Tinggi 0 0 1 100 1 1005 Sangat tinggi 4 16,7 20 83,3 24 100

Total 5 16,7 25 83,3 30 100

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa asupan karbohidrat rendah terdapat pada

3 balita terdapat 1 balita gemuk dan 2 balita normal. Balita yang asupan

karbohidratnya cukup, baik dan tinggi termasuk gizi normal. 24 balita yang asupan

karbohidratnya sangat tinggi 20 balita termasuk gizi normal dan 4 balita termasuk

gemuk.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan karbohidrat

dengan status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P < 0,05 (0,878).

c) Hubungan asupan KH dengan status gizi BB/U

Tabel 50.

No Asupan Karbohidrat

Status Gizi BB/U TotalLebih Normal Kurang Gizi

Buruk

112

Page 113: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

N F N F F N N F N F1 Rendah 1 33,3 1 33,3 1 33,3 0 0 3 1002 Sangat tinggi 0 0 1 100 0 0 0 0 1 1003 Baik 0 0 1 100 0 0 0 0 1 1004 Tinggi 0 0 1 100 0 0 0 0 1 1005 Sangat tinggi 0 0 17 70,8 6 25 1 4,2 24 100

Total 1 3,3 21 70 7 23,3 1 3,3 30 100

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa asupan karbohidrat rendah terdapat pada

3 balita, masing-masing 1 balita termasuk dalam kategori lebih, normal, dan kurang.

Balita yang asupan karbohidratnya cukup, baik dan tinggi termasuk gizi normal.

Balita yang asupan karbohidratnya sangat tinggi terdapat 17 balita termasuk gizi

normal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan karbohidrat

dengan status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P < 0,05 (0,523).

\

8.Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro dengan status gizi balita

a) Hubungan asupan Ca dengan status gizi BB/U

Tabel 51.

no Asupan Status Gizi BB/u Total

113

Page 114: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Ca lebih normal kurang Gizi burukn % n % n % N % n %

1. Rendah 1 5.6 11 61.1 4 22.2 2 11.1 18 1002. Cukup 2 66.7 0 0 0 0 1 33.3 3 1003. Sedang 1 33.3 2 66.7 0 0 0 0 3 1004. Tinggi 0 0 1 100 0 0 0 0 1 1005. Sangat

tinggi2 40 2 40 0 0 1 20 5 100

Total 6 20 16 53.3 4 13.3 4 13.3 30 100

Dapat dilihat untuk variable asupan calsium, dari 18 balita yang kategori

asupan calsiumnya rendah terdapat 4 balita berstatus gizi kurang, dan 2 balita

berstatus gizi buruk. Dari 3 balita yang kategori asupan calsiumnya cukup terdapat 2

balita yang berstatus gizi lebih dan 1 balita yang berstatus gizi buruk. Dan dari 3

balita yang kategori asupan calsiumnya sedang terdapat 2 balita yang berstatus

normal dan 1 balita yang berstatus gizi lebih. Balita yang asupan calsiumnya tinggi

termasuk dalam status gizi normal. Dan dari 5 balita yang asupan calsium sangat

tingggi tedapat 2 balita yang berstatus gizi normal dan 2 balita yang berstatus gizi

lebih.

Hasil analisa statistik menggunakan chi - square test pada derajat

kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori

asupan calsium dengan status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P > 0,05

yaitu (0,339).

b) Hubungan asupan Ca dengan status gizi BB/TB

Tabel 52.

No Asupan Ca Status Gizi BB/TB Total gemuk Normal

114

Page 115: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

n % n % N %1. rendah 3 16.7 15 83.3 18 1002. cukup 0 0 3 100 3 1003. sedang 1 33.3 2 66.7 3 1004. tinggi 0 0 1 100 1 1005. Sangat tinggi 1 20 4 80 5 100total 5 16.7 25 83.3 30 100

Dapat dilihat untuk variable asupan calsium, dari 18 balita yang kategori

asupan calsiumnya rendah terdapat 3 balita gemuk, dan 15 balita berstatus gizi

normal. Dari 3 balita yang kategori asupan calsiumnya cukup berstatus gizi normal.

Dan dari 3 balita yang kategori asupan calsiumnya sedang terdapat 2 balita yang

berstatus normal dan 1 balita gemuk. Balita yang asupan calsiumnya tinggi termasuk

dalam status gizi normal. Dan dari 5 balita yang asupan calsium sangat tingggi

tedapat 4 balita yang berstatus gizi normal dan 1 balita gemuk.

Hasil analisa statistik menggunakan chi - square test pada derajat

kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori

asupan calsium dengan status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P > 0,05

yaitu (0,837).

c) Hubungan asupan Ca dengan status gizi TB/U

Tabel 53.

No Asupan Ca Status Gizi TB/U Total Stunting Normal

115

Page 116: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

n % n % N %1. Rendah 12 66.7 6 33.3 18 1002. Cukup 2 66.7 1 33.3 3 1003. Sedang 2 66.7 1 33.3 3 1004. Tinggi 0 0 1 100 1 1005. Sangat tinggi 3 60 2 40 5 100total 19 63.3 11 36.7 30 100

Dapat dilihat untuk variable asupan calsium, dari 18 balita yang kategori

asupan calsiumnya rendah terdapat 12 balita berstatus stunting, dan 6 balita

berstatus gizi normal. Dari 3 balita yang kategori asupan calsiumnya cukup dan

sedang terdapat 2 balita stunting dan 1 balita yang berstatus gizi normal. Balita yang

asupan calsiumnya tinggi termasuk dalam status gizi normal. Dan dari 5 balita yang

asupan calsium sangat tingggi tedapat 2 balita yang berstatus gizi normal dan 3

balita yang stunting.

Hasil analisa statistik menggunakan chi - square test pada derajat

kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori

asupan kalsium dengan status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P > 0,05

yaitu (0,760).

a) Hubungan asupan Fe dengan status gizi BB/U

Tabel 54.

no Asupan Fe

Status Gizi BB/u Totallebih normal kurang Gizi buruk

116

Page 117: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

n % n % n % N % n %1. Rendah 4 23.5 9 52.9 2 11.8 2 11.8 17 1002. Sedang 1 50 1 50 0 0 0 0 2 1003. Tinggi 1 33.3 1 33.3 0 0 1 33.3 3 1004.. Sangat

tinggi0 0 5 62.5 2 25 1 12.5 8 100

Total 6 20 16 53.3 4 13.3 4 13.3 30 100

Dapat dilihat untuk variable asupan Fe, dari 17 balita yang kategori asupan

Fe rendah terdapat 2 balita berstatus gizi kurang, dan 2 balita berstatus gizi buruk.

Dan dari 2 balita yang kategori asupan Fe sedang terdapat 1 balita yang berstatus

normal dan 1 balita yang berstatus gizi lebih. 3 balita yang asupan Fe tinggi 1 balita

termasuk dalam status gizi normal dan 1 balita termasuk dalam status gizi lebih. Dan

dari 8 balita yang asupan Fe sangat tingggi tedapat 5 balita yang berstatus gizi

normal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi - square test pada derajat

kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori

asupan Fe dengan status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P > 0,05 yaitu

(0,745).

b) Hubungan asupan Fe dengan status gizi BB/TB

Tabel 55.

no Asupan Fe Status Gizi BB/TB Total

117

Page 118: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

gemuk Normal

n % n % N %

1 rendah 3 17.6 14 82.4 17 100

2 sedang 2 100 0 0 2 100

3 tinggi 0 0 3 100 3 100

4 Sangat tinggi 0 0 8 100 8 100

total 5 16.7 83.3 100 30 100

Dapat dilihat untuk variable asupan Fe, dari 17 balita yang kategori asupan

Fe rendah terdapat 3 balita gemuk, dan 14 balita berstatus gizi normal. Dan dari 2

balita yang kategori asupan Fe sedang berstatus gemuk. 3 balita yang asupan Fe

tinggi termasuk dalam status gizi normal. Dan dari 8 balita yang asupan Fe sangat

tinggi berstatus gizi normal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi - square test pada derajat

kepercayaan 95% menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kategori

asupan Fe dengan status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P > 0,05 yaitu

(0,007).

c) Hubungan asupan Fe dengan status gizi TB/U

Tabel 56.

No Asupan Fe Status Gizi TB/U Total Stunting Normal

n % n % N %1. Rendah 13 76.5 4 23.5 17 1002. Sedang 2 100 0 0 2 1003. Tinggi 1 33.3 2 66.7 3 1004. Sangat tinggi 3 37.5 5 62.5 8 100total 19 63.3 11 36.7 30 100

118

Page 119: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Dapat dilihat untuk variable asupan Fe, dari 17 balita yang kategori asupan

Fe rendah terdapat 13 balita berstatus stunting, dan 4 balita berstatus gizi normal.

Dari 2 balita yang kategori asupan Fe sedang terdapat 2 balita stunting. Dari 3 balita

yang kategori asupan Fe tinggi terdapat 1 balita stunting dan 2 balita berstatus gizi

normal. Dan dari 8 balita yang asupan Fe sangat tingggi tedapat 5 balita yang

berstatus gizi normal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi - square test pada derajat

kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori

asupan Fe dengan status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P > 0,05 yaitu

(0,117).

a) Hubungan asupan vitamin C dengan status gizi BB/U

Tabel 57.

no Asupan C

Status Gizi BB/u Totallebih normal kurang Gizi burukn % n % n % N % n %

1. Rendah 4 14.8 15 55.6 4 14.8 4 14.8 27 1002. Sangat

tinggi2 66.7 16 53.3 4 13.3 4 13.3 30 100

Total 6 20 16 53.3 4 13.3 4 13.3 30 100

Dapat dilihat untuk variable asupan vitamin C, dari 27 balita yang kategori

asupan vitamin C rendah terdapat 4 balita berstatus gizi kurang, dan 4 balita

berstatus gizi buruk. Dan dari 3 balita yang asupan vitamin C sangat tingggi tedapat

1 balita yang berstatus gizi normal dan 2 balita yang berstatus gizi lebih.

Hasil analisa statistik menggunakan chi - square test pada derajat

kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori

asupan vitamin C dengan status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P > 0,05

yaitu (0,190).

119

Page 120: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

b) Hubungan asupan Vitamin C dengan status gizi BB/TB

Tabel 58.

No Asupan Ca Status Gizi BB/TB Total gemuk Normal

n % n % N %1. rendah 4 14.8 23 85.2 27 1002. Sangat tinggi 1 33.3 2 66.7 3 100total 5 16.7 25 83.3 30 100

Dapat dilihat untuk variable asupan vitamin C, dari 27 balita yang kategori

asupan vitamin C rendah terdapat 4 balita gemuk, dan 23 balita berstatus gizi

normal. Dan dari 3 balita yang asupan vitamin C sangat tingggi 1 balita gemuk dan

2 balita berstatus gizi normal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi - square test pada derajat

kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori

asupan vitamin C dengan status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P > 0,05

yaitu (0,433).

c) Hubungan asupan vitamin C dengan status gizi TB/U

Tabel 59.

No Asupan Vitamin C

Status Gizi TB/U Total Stunting Normal

n % n % N %1. Rendah 17 63 10 37 27 1002. Sangat tinggi 2 66.7 1 33.3 3 100total 19 63.3 11 36.7 30 100

Dapat dilihat untuk variable asupan Fe, dari 27 balita yang kategori asupan

vitamin C rendah terdapat 17 balita berstatus stunting, dan 10 balita berstatus gizi

normal. Dan dari 3 balita yang asupan vitamin C sangat tingggi tedapat 2 balita

stunting dan 1 balita yang berstatus gizi normal.

120

Page 121: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Hasil analisa statistik menggunakan chi - square test pada derajat

kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori

asupan vitamin C dengan status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P > 0,05

yaitu (1.000).

a) Hubungan Vitamin A dengan status gizi BB/U

Tabel 60.

no Asupan Vitamin A

Status Gizi BB/u Totallebih normal kurang Gizi burukn % n % n % N % N %

1. Sedang 1 50 1 50 0 0 0 0 2 1002. Tinggi 1 33.3 2 66.7 0 0 0 0 3 1003. Sangat

tinggi5 20 14 56 5 20 1 4 25 100

Total 7 23.3 17 56.7 5 16.7 1 3.3 30 100

Dapat dilihat untuk variable asupan vitamin A, dari 2 balita yang kategori

asupan vitamin A sedang terdapat 1 balita berstatus normal. Dari 3 balita yang

kategori asupan vitamin A tinggi terdapat 2 balita yang berstatus gizi normal. Dari

25 balita yang kategori asupan vitamin A sangat tinggi terdapat 14 balita yang

berstatus gizi normal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi - square test pada derajat

kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori

asupan vitamin A dengan status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P > 0,05

yaitu (0,908).

121

Page 122: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

b) Hubungan asupan vitamin A dengan status gizi TB/U

Tabel 61.

No Asupan Vitamin A

Status Gizi TB/U Total Stunting Normal

n % n % N %1. sedang 1 50 1 50 2 1002. tinggi 3 100 0 0 3 1003. Sangat tinggi 15 60 10 40 25 100total 19 63.3 11 36.7 30 100

Dapat dilihat untuk variable asupan vitamin A, dari 2 balita yang kategori

asupan vitamin A sedang terdapat masing-masing 1 balita yang stunting dan normal.

Dari 3 balita yang kategori asupan vitamin A tinggi terdapat 3 balita yang stunting.

Dari 25 balita yang kategori asupan vitamin A sangat tinggi terdapat 15 balita

stunting dan 10 balita normal.

Hasil analisa statistik menggunakan chi - square test pada derajat

kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori

asupan vitamin A dengan status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P > 0,05

yaitu (0,366).

c) Hubungan vitamin A dengan status gizi BB/TB

Tabel 62.

No Asupan Ca Status Gizi BB/TB Total gemuk Normal

n % n % N %1. sedang 0 0 2 100 2 1002. tinggi 1 33.3 2 66.7 3 1003. Sangat tinggi 4 16 21 84 25 100total 5 16.7 25 83.3 30 100

Dapat dilihat untuk variable asupan vitamin A, dari 2 balita yang kategori

asupan vitamin A sedang terdapat 2 balita gizi normal. Dari 3 balita yang kategori

asupan vitamin A tinggi terdapat 2 balita gizi normal dan 1 balita gemuk. Dari 25

122

Page 123: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

balita yang kategori asupan vitamin A sangat tinggi terdapat 25 balita gizi normal

dan 5 balita gemuk.

Hasil analisa statistik menggunakan chi - square test pada derajat

kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori

asupan vitamin A dengan status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P >

0,05 yaitu (0,604).

B.Ibu Hamil

1. Hubungan Pendidikan KK dengan Status Gizi Ibu hamil

a) Hubungan Pendidikan KK dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA

Tabel 63.

No. Pendidikan kkStatus gizi LILA

TotalNormal

N % N %1. SLTA 4 100 4 100

Total 4 100 4 100

Dapat dilihat bahwa, dari 4 ibu hamil yang diwawancarai didaptkan bahwa ke

4 KK memiliki pendidikan terakhir SLTA dan kesemua ibu hamil memiliki status

gizi normal.

b)Hubungan pendidikan ibu dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA

tabel 64.

No. Pendapatan kkStatus gizi LILA

TotalNormal

N % N %1. SLTA 4 100 4 100

Total 4 100 4 100

123

Page 124: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa, semua kategori status gizi ibu hamil

normal, dari berbagai jenjang pendidikan akhir yang ditempuh 4 ibu hamil, 2 orang

lulusan SLTA, 1 orang lulusan SLTP dan 1 orang lainnya lulusan diploma/PT.

2.Hubungan pekerjaan KK dengan status gizi ibu hamil

a) hubungan pekerjaan KK dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA

Tabel 65.

No. Pendidikan kkStatus gizi LILA

TotalNormal

N % N %1. pedagang 3 100 3 1002. Nelayan 1 100 1 100

Total 4 100 4 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 4 KK yang diwawancarai, ada 3

KK yang bekerja sebagai pedagang/wiraswasta dan 1 KK bekerja sebagai nelayan.

Walaupun bidang pekerjaan yang ditekuni 4 KK ada yang berbeda, tetapi status gizi

ibu hamil semuanya normal.

b)hubungan pekerjaan ibu dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA

Tabel 66.

No. Pekerjaan ibuStatus gizi LILA

TotalNormal

N % N %1. Lain-lain 4 100 4 100

Total 4 100 4 100

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa ke 4 ibu bekerja di bidang lain-lain, lain-

lain disini adalah ibu rumah tangga, dan ke 4 ibu hamil tersebut berstatus gizi normal.

124

Page 125: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

3.Hubungan pendapatan Keluarga terhadap status gizi ibu hamil berdasarkan LILA

Tabel 67.

No. Pendapatan keluargaStatus gizi LILA

TotalNormal

N % N %1. Tinggi 2 100 2 1002. Rendah 2 100 2 100

Total 4 100 4 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa, dari 4 keluarga yang

diwawancarai, 2 keluarga berpendapatan rendah dan 2 keluarga lagi berpendapatan

tinggi. Namun, semua status gizi ibu hamil adalah normal.

C. Ibu Menyusui

1. Hubungan pendidikan KK dengan status gizi ibu menyusui

a) Hubungan pendidikan KK dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan

LILA

Tabel 68.

No. Pendidikan keluargaStatus gizi LILA

TotalNormal

N % N %1. SD/MI 1 100 1 1002. SLTP 1 100 1 1003. SLTA 2 100 2 100

Total 4 100 4 100

Dari data diatas dapat dilihat bahwa dari 4 KK yang diwawancarai ada 1 KK

yang berpendidikan akhir SD/MI, 1 KK berpendidikan akhir SLTP, dan 2 KK

berpendidikan akhir SMA. Dari kesemua jenjang pendidikan akhir tersebut semua

status gizi ibu menyusui normal jika dilihat berdasarkan LILA.

125

Page 126: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

b) Hubungan pendidikan KK dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan IMT

Tabel 69.

No.Pendidikan

KK

Status gizi IMTTotal

Normal LebihN % n % n %

1. SD/MIN 1 100 0 0 1 1002. SLTP 1 100 0 0 1 1003. SLTA 1 100 1 100 2 100

Total 3 75.0 1 25.0 4 100

Berdasarkan data dari tabel diatas, 4 KK yang diwawancarai, 1 KK

berpendidikan akhir SD/MI, 1 KK berpendidikan akhir SLTP dan 2 orang KK

berpendidikan akhir SLTA. Dari 4 KK tersebut status gizi ibu menyusui dari 1 KK

yang menempuh jenjang pendidikan akhir SLTA salah satunya berstatus gizi lebih.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan KK dengan

status gizi ibu menyusui berdasarkan IMT dimana nilai P < 0,05 (0,513).

c) Hubungan pendidikan ibu dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan LILA

Tabel 70.

No. Pendidikan keluargaStatus gizi LILA

TotalNormal

N % N %1. SD/MI 1 100 1 1002. SLTP 1 100 1 1003. SLTA 2 100 2 100

Total 4 100 4 100

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa dari 4 ibu menyusui yang

diwawancarai, 1 ibu berpendidikan akhir SD/MI, 1 SLTP,dan 2 SLTA, semua ibu

menyusui berstatus gizi normal.

d) Hubungan pendidikan ibu dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan IMT

126

Page 127: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Tabel 71.

No.Pendidikan

KK

Status gizi IMTTotal

Normal LebihN % n % N %

1. SD/MIN 1 100 0 0 1 1002. SLTP 1 100 0 0 1 1003. SLTA 1 100 1 100 2 100

Total 3 75.0 1 25.0 4 100

Berdasarkan data dari tabel diatas, 4 ibu menyusui yang diwawancarai, 1 ibu

berpendidikan akhir SD/MI adalah ibu berstatus gizi normal , 1 ibu berpendidikan

akhir SLTP juga ibu yang berstatus gizi normal. Dan 2 orang ibu berpendidikan akhir

SLTA 1 ibu berstatus gizi normal dan 1 ibu berstatus gizi lebih.

Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan

95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu

menyusui dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan IMT dimana nilai P < 0,05

(0,513).

2. Hubungan Pekerjaan KK dengan Status gizi ibu menyusui

a. Hubungan pekerjaan KK dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan

LILA

Tabel 72.

No. Pendidikan kkStatus gizi LILA

TotalNormal

N % N %1. Petani/berkebun 2 100 2 1002. Perdagang 1 100 1 1003. Buruh 1 100 1 100

Total 4 100 4 100

Berdasarkan data dari tabel diatas, 4 KK yang diwawancarai, 2 KK yang

bekerja sebagai petani/berkebun, 1 KK pedagang/wiraswasta, dan 1 KK buruh adalah

KK ibu menyusui yang berstatus gizi normal berdasarkan LILA.

127

Page 128: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

b) Hubungan pekerjaan KK dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan IMT

Tabel 73.

No. Pekerjaan kkStatus gizi IMT

TotalNormal

N % N %1. Petani/berkebun 2 100 2 1002. Perdagang 1 100 1 1003. Buruh 1 100 1 100

Total 4 100 4 100

Berdasarkan data dari tabel diatas, 4 KK yang diwawancarai, 2 KK yang

bekerja sebagai petani/berkebun, 1 KK pedagang/wiraswasta, dan 1 KK buruh adalah

KK ibu menyusui yang berstatus gizi normal berdasarkan IMT.

c)Hubungan pekerjaan ibu dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan LILA

Tabel 74.

No. Pekerjaan ibuStatus gizi LILA

TotalNormal

N % N %1. Lain-lain 4 100 4 100

Total 4 100 4 100

Berdasarkan data dari tabel diatas, 4 ibu menyusui yang diwawancarai terdapat

4 ibu menyusui yang bekerja sebagai ibu rumah tangga yang berstatus gizi normal

berdasarkan LILA.

d)Hubungan Pekerjaan ibu dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan IMT

Tabel 75.

No. Pekerjaan ibu Status gizi IMT Total

128

Page 129: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

NormalN % N %

1. Lain-lain 4 100 4 100Total 4 100 4 100

Berdasarkan data dari tabel diatas, 4 ibu menyusui yang diwawancarai

terdapat 4 ibu menyusui yang bekerja sebagai ibu rumah tangga yang berstatus gizi

normal berdasarkan IMT.

3.Hubungan pendapatan Keluarga dengan status gizi ibu menyusui

a) hubungan pendapatan keluarga dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan LILA

Tabel 76.

No. Pendapatan ibuStatus gizi LILA

TotalNormal

N % N %1. Rendah 4 100 4 100

Total 4 100 4 100

Berdasarkan data dari tabel diatas, 4 ibu menyusui yang diwawancarai

terdapat 4 ibu menyusui yang pendapatan keluarganya tergolong rendah dan berstatus

gizi normal berdasarkan LILA.

b) Hubungan pendapatan keluarga dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan IMT

Tabel 77.

No. Pendidikan Status gizi IMT Total

129

Page 130: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

KKNormal Lebih

N % n % n %1. Rendah 3 75 1 25 4 100

Total 3 75.0 1 25.0 4 100

Berdasarkan data dari tabel diatas, 4 ibu menyusui yang diwawancarai

terdapat 4 ibu menyusui yang pendapatan keluarganya tergolong rendah, 3 ibu

berstatus gizi normal dan 1 ibu berstatus gizi lebih berdasarkan IMT.

D. Pembahasan

Dari hasil survei yang telah dilakukan di desa Suak Pandan Kecamatan

Samatiga Kabupaten Aceh Barat yang berlangsung selama 3 hari pada 24-26

November 2014 didapatkan responden balita yang berjumlah 30 KK, ibu hamil 4

KK, ibu menyusui 4 KK, dan 22 KK umum. Tingkat pendidikan rata-rata

responden terdapat pada tingkat SMA/MA. Jenis pekerjaan kepala keluarga

responden rata-rata adalah petani sedangkan istrinya rata-rata bekerja sebagai ibu

rumah tangga.

Menurut Notoatmojo (1984), pendidikan adalah suatu proses yang unsur -

unsurnya terdiri dari masukan (input) yaitu sasaran pendidikan dan keluaran

(output) yaitu suatu bentuk perilaku baru atau kemampuan dan sasaran

pendidikan. Proses tersebut dipengaruhi oleh perangkat lunak yang terdiri dari

kurikulum, pendidikan, metode. Serta perangkat keras yang terdiri dari ruang

buku-buku dan alat bantu pendidikan lain. Masukan dalam pendidikan adaiah

perilaku masyarakat yang sesuai dengan norma- norma yang ada.

Dari hasil survey yang telah dilakukan, didapatkan bahwa tingkat

pendapatan keluarga yang ada di desa Suak Pandan rata-rata berada pada

tingkatan rendah. Hal ini belum cukup bagus untuk dapat meningkatkan derajat

kesehatan khususnya peningkatan status gizi. Begitu pula dengan pengeluan

setiap KK responden yang masih rendah pula.

130

Page 131: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Pendapatan rumah tangga adalah sejumlah penghasilan dan penerimaan

berupa uang atau barang dari semua anggota keluarga, maupun penerimaan

transfer. Tingkat pendapatan juga menentukan pola makanan apa yang dibeli

dengan uang tambahan tersebut (Berg, 1986).

Rendahnya pendapatan merupakan tantangan lain yang menyebabkan

orang-orang tak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan

(Sajogyo, 1983). Pada pendapatan terendah, maka hampir semua pendapatan

akan dikeluarkan untuk makan (Handayatu, 1994).

Dari hasil survei yang telah dilakukan, didapatkan bahwa tingkat

pengetahuan ibu yang ada di desa Suak Pandan rata-rata berada pada tingkatan

kurang. Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh faktor pendidikan dan kurangnya

informasi yang berkembang di dalam masyarakat. Untuk variabel sikap dan

tindakan didapatkan bahwa sikap dan tindakan ibu yang ada di desa Suak Pandan

rata-rata berada pada tingkatan sedang dan baik. Hal ini sudah cukup bagus untuk

dapat meningkatkan derajat kesehatan khususnya peningkatan status gizi.

Menurut Almatsir (1989), Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang

pemilihan dan konsumsi sehari – hari dengan baik dan memberikan semua zat

gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi bahan

makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status

gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukupzat gizi yang dibutuhkan

tubuh. Status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau

lebih zat gizi essential. Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh

memperoleh zat gizi dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek

yang membahayakan.

Status gizi bayi berdasarkan kategori BB/U dan TB/U banyak yang sudah

termasuk normal atau gizi baik. Sedangkan status gizi bayi berdasarkan kaategori

TB/U banyak yang stunting. Dan bayi yang tidak pernah mengalami penyakit

infeksi lebih banyak dari pada bayi yang mengalami penyakit infeksi. Setelah

dianalisa banyak bayi yang asupan energinya rendah, banyak bayi yang asupan

131

Page 132: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

karbohidratnya sangat tingggi, banyak bayi yang asupan lemaknya kurang, dan

banyak bayi yang asupan protein rendah. Dan asupan zat gizi mikro seperti Ca,

Fe, vitamin A, dan vitamin C termasuk dalam rendah.

Data status gizi ibu hamil berdasarkan LILA didapat bahwa semua ibu

hamil yang berjumlah 4 orang ibu termasuk dalam normal atau status gizi baik.

Status gizi ibu menyusui berdasarkan LILA normal, sedangkan menurut IMT 3

orang ibu berstatus gizi normal dan 1 orang ibu berstatus gizi lebih atau gemuk.

132

Page 133: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Balita

a. Tidak ada hubungan antara pendidikan kk/ibu dengan status gizi TB/U,

BB/TB, dan BB/U.

b. Tidak ada hubungan antara pendapatan dengan status gizi TB/U, BB/TB,

dan BB/U.

c. Tidak ada hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi TB/U,

BB/TB, dan BB/U.

d. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi TB/U, BB/TB,

dan BB/U.

e. Tidak ada hubungan antara sikap dengan status gizi TB/U, BB/TB, dan

BB/U.

f. Tidak ada hubungan antara prilaku dengan status gizi TB/U dan BB/TB.

Ada hubungan antara prilaku dengan status gizi BB/U.

g. Tidak ada hubungan antara asupan energi, karbohidrat, lemak, dan protein

dengan status gizi TB/U, BB/TB, dan BB/U.

h. Tidak ada hubungan antara asupan calsium, vitamin A, vitamin C dengan

status gizi TB/U, BB/TB, dan BB/U

i. Tidak ada hubungan antara asupan zat besi dengan status gizi TB/U, dan

BB/U. Ada hubungan antara asupan dengan status gizi BB/TB.

2. Ibu Hamil

a. Tidak ada hubungan antara pendidikan kk/ibu dengan status gizi

berdasarkan LLA.

b. Tidak ada hubungan antara pekerjaan kk/ibu dengan status gizi

berdasarkan LLA.

133

Page 134: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

c. Tidak ada hubungan antara pendapatan dengan status gizi berdasarkan

LLA.

3. Ibu Menyusui

a. Tidak ada hubungan antara pendidikan kk/ibu dengan status gizi

berdasarkan IMT atau LLA.

b. Tidak ada hubungan antara pekerjaan kk/ibu dengan status gizi

berdasarkan IMT atau LLA.

c. Tidak ada hubungan antara pendapatan dengan status gizi berdasarkan

IMT atau LLA.

B. Saran

Untuk meningkatkan derajat kesehatan, khususnya status gizi pada balita, ibu

menyusui, dan ibu hamil, diperlukan adanya peningkatan pelayanan kesehatan

berdasarkan rancangan beberapa program, misalnya seperti penyuluhan, konsultasi

gizi, promosi kesehatan, dan lain sebagainya di desa Suak Pandan yang dapat

meningkatkan pengetahuan, sikap, tindakan, dan asupan sehingga seluruhnya berada

dalam tingkat yang baik/normal.

134

Page 135: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2001. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Berg, A & Sajogyo. 1986). Pendidikan Untuk Gizi Yang Lebih Baik. Rajawali.

Jakarta.

Depkes. 2001. Gizi Seimbang Menuju Hidup Sehat bagi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui

Pedoman Petugas Puskesmas. Jakarta.

Depkes. 1995. Tiga Belas Pesan Dasar Gizi Seimbangrogram Penanggulangan

Anemia Gizi pada Wanita Usia Subur (WUS). Jakarta.

Hartriyanti, Y. & Triyanti. (2007). Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional.

Inza. Bandung.

Kemenkes. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan No 416 tahun 1990 tentang Syarat-

syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta.

______2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah

Makan dan Restoran. Jakarta.

Sediaoetama, AD. 1989. Ilmu Gizi. Dian Rakyat. Jakarta.

Sirajuddin, S. 2012. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia dan

Antropometri. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Suhardjo. 1986. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara. Bogor.

______. 2005.Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Ditjen

Dikti. Jakarta.

Soeparman & Suparmin. 2001. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair: Suatu

Pengantar. EGC. Jakarta.

Supariasa, IDN dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta.

Syafiq, A dkk. 2011. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

135

Page 136: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

Lampiran Hasil BivariatA. Balita

1. Hubungan Pendidikan dengan Status Gizia. Hubungan pendidikan KK dengan Status Gizi TB/U

pendidikan KK * status gizi TB/U Crosstabulation

status gizi TB/U

Totalstunting normal

pendidikan KK

SD/MI Count 6 1 7

% within pendidikan KK

85.7% 14.3% 100.0%

SLTP Count 5 3 8

% within pendidikan KK

62.5% 37.5% 100.0%

SLTA Count 8 6 14

% within pendidikan KK

57.1% 42.9% 100.0%

diploma/PT Count 0 1 1

% within pendidikan KK

.0% 100.0% 100.0%

Total Count 19 11 30

% within pendidikan KK

63.3% 36.7% 100.0%

136

Page 137: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

b. Hubungan Pendidikan KK dengan Status Gizi BB/TBpendidikan KK * status gizi BB/TB Crosstabulation

status gizi BB/TB

TotalGemuk normal

pendidikan KK

SD/MI Count 1 6 7

% within pendidikan KK

14.3% 85.7% 100.0%

SLTP Count 2 6 8

% within pendidikan KK

25.0% 75.0% 100.0%

SLTA Count 2 12 14

% within pendidikan KK

14.3% 85.7% 100.0%

diploma/PT Count 0 1 1

% within pendidikan KK

.0% 100.0% 100.0%

Total Count 5 25 30

% within pendidikan KK

16.7% 83.3% 100.0%

137

Page 138: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

c. Hubungan Pendidikan KK dengan Status Gizi BB/Upendidikan KK * status gizi BB/U Crosstabulation

status gizi BB/U

TotalLebih normal kurang gizi buruk

pendidikan KK

SD/MI Count 0 4 2 1 7

% within pendidikan KK

.0% 57.1% 28.6% 14.3% 100.0%

SLTP Count 0 6 2 0 8

% within pendidikan KK

.0% 75.0% 25.0% .0% 100.0%

SLTA Count 1 10 3 0 14

% within pendidikan KK

7.1% 71.4% 21.4% .0% 100.0%

diploma/PT

Count 0 1 0 0 1

% within pendidikan KK

.0% 100.0% .0% .0% 100.0%

Total Count 1 21 7 1 30

% within pendidikan KK

3.3% 70.0% 23.3% 3.3% 100.0%

138

Page 139: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

d. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi TB/Upendidikan ibu * status gizi TB/U Crosstabulation

status gizi TB/U

Totalstunting normal

pendidikan ibu SD/MI Count 4 2 6

% within pendidikan ibu

66.7% 33.3% 100.0%

SLTP Count 5 3 8

% within pendidikan ibu

62.5% 37.5% 100.0%

SLTA Count 8 3 11

% within pendidikan ibu

72.7% 27.3% 100.0%

diploma/PT Count 2 3 5

% within pendidikan ibu

40.0% 60.0% 100.0%

Total Count 19 11 30

% within pendidikan ibu

63.3% 36.7% 100.0%

139

Page 140: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

e. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi BB/TBpendidikan ibu * status gizi BB/TB Crosstabulation

status gizi BB/TB

TotalGemuk normal

pendidikan ibu SD/MI Count 1 5 6

% within pendidikan ibu

16.7% 83.3% 100.0%

SLTP Count 1 7 8

% within pendidikan ibu

12.5% 87.5% 100.0%

SLTA Count 2 9 11

% within pendidikan ibu

18.2% 81.8% 100.0%

diploma/PT Count 1 4 5

% within pendidikan ibu

20.0% 80.0% 100.0%

Total Count 5 25 30

% within pendidikan ibu

16.7% 83.3% 100.0%

140

Page 141: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

f. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi BB/Upendidikan ibu * status gizi BB/U Crosstabulation

status gizi BB/U

Totallebih normal kuranggizi

buruk

pendidikan ibu

SD/MI Count 0 3 3 0 6

% within pendidikan ibu

.0% 50.0% 50.0% .0% 100.0%

SLTP Count 0 5 2 1 8

% within pendidikan ibu

.0% 62.5% 25.0% 12.5% 100.0%

SLTA Count 1 8 2 0 11

% within pendidikan ibu

9.1% 72.7% 18.2% .0% 100.0%

diploma/PT

Count 0 5 0 0 5

% within pendidikan ibu

.0% 100.0% .0% .0% 100.0%

Total Count 1 21 7 1 30

% within pendidikan ibu

3.3% 70.0% 23.3% 3.3% 100.0%

2. Hubungan pendapatan dengan Status Gizi

141

Page 142: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

a. Hubungan pendapatan KK dengan status gizi TB/Upendapatan KK * status gizi TB/U Crosstabulation

status gizi TB/U

Totalstunting normal

pendapatan KK Tinggi Count 3 4 7

% within pendapatan KK

42.9% 57.1% 100.0%

Rendah Count 16 7 23

% within pendapatan KK

69.6% 30.4% 100.0%

Total Count 19 11 30

% within pendapatan KK

63.3% 36.7% 100.0%

b. Hubungan Pendapatan KK dengan status gizi BB/TBpendapatan KK * status gizi BB/TB Crosstabulation

status gizi BB/TB

Totalgemuk normal

pendapatan KK Tinggi Count 1 6 7

% within pendapatan KK

14.3% 85.7% 100.0%

Rendah Count 4 19 23

% within pendapatan KK

17.4% 82.6% 100.0%

Total Count 5 25 30

% within pendapatan KK

16.7% 83.3% 100.0%

c. hubungan pendapatan KK dengan Status Gizi BB/U

142

Page 143: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

pendapatan KK * status gizi BB/U Crosstabulation

status gizi BB/U

Totallebih normal kurang gizi buruk

pendapatan KK

tinggi Count 0 6 1 0 7

% within pendapatan KK

.0% 85.7% 14.3% .0% 100.0%

rendah Count 1 15 6 1 23

% within pendapatan KK

4.3% 65.2% 26.1% 4.3% 100.0%

Total Count 1 21 7 1 30

% within pendapatan KK

3.3% 70.0% 23.3% 3.3% 100.0%

3. Hubungan Penyakit Infeksi dengan status Gizia. Hubungan penyakit infeksi dengan status gizi BB/U

penykit_infeksi * SG_BBU Crosstabulation

SG_BBU

Totallebih normal kurang gizi buruk

penykit_infeksi

pernah Count 1 5 2 0 8

% within penykit_infeksi

12.5% 62.5% 25.0% .0% 100.0%

tidak pernah Count 6 12 3 1 22

% within penykit_infeksi

27.3% 54.5% 13.6% 4.5% 100.0%

Total Count 7 17 5 1 30

% within penykit_infeksi

23.3% 56.7% 16.7% 3.3% 100.0%

b. Hubungan penyakit infeksi dengan status gizi TB/U

143

Page 144: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

penykit_infeksi * SG_TBU Crosstabulation

SG_TBU

Totalstunting normal

penykit_infeksi

Pernah Count 6 2 8

% within penykit_infeksi

75.0% 25.0% 100.0%

tidak pernah Count 13 9 22

% within penykit_infeksi

59.1% 40.9% 100.0%

Total Count 19 11 30

% within penykit_infeksi

63.3% 36.7% 100.0%

c. Hubungan penyakit infeksi dengan status gizi BB/TB penykit_infeksi * SG_BBTB Crosstabulation

SG_BBTB

Totalgemuk normal

penykit_infeksi

pernah Count 1 7 8

% within penykit_infeksi

12.5% 87.5% 100.0%

tidak pernah Count 4 18 22

% within penykit_infeksi

18.2% 81.8% 100.0%

Total Count 5 25 30

% within penykit_infeksi

16.7% 83.3% 100.0%

4. Hubungan Pengetahuan dengan Status Gizi

144

Page 145: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

a. Hubungan Pengetahuan ibu dengan status gizi TB/Upengetahuan ibu * status gizi TB/U Crosstabulation

status gizi TB/U

Totalstunting normal

pengetahuan ibu kurang Count 18 11 29

% within pengetahuan ibu

62.1% 37.9% 100.0%

baik Count 1 0 1

% within pengetahuan ibu

100.0% .0% 100.0%

Total Count 19 11 30

% within pengetahuan ibu

63.3% 36.7% 100.0%

b. Hubungan Pengetahuaan ibu dengan status Gizi BB/TBpengetahuan ibu * status gizi BB/TB Crosstabulation

status gizi BB/TB

Totalgemuk normal

pengetahuan ibu kurang Count 5 24 29

% within pengetahuan ibu

17.2% 82.8% 100.0%

baik Count 0 1 1

% within pengetahuan ibu

.0% 100.0% 100.0%

Total Count 5 25 30

% within pengetahuan ibu

16.7% 83.3% 100.0%

c. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi BB/U

145

Page 146: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

pengetahuan ibu * status gizi BB/U Crosstabulation

status gizi BB/U

Totallebih normal kurangGizi

buruk

pengetahuan ibu

kurang

Count 1 21 6 1 29

% within pengetahuan ibu

3.4% 72.4% 20.7% 3.4% 100.0%

baik Count 0 0 1 0 1

% within pengetahuan ibu

.0% .0% 100.0% .0% 100.0%

Total Count 1 21 7 1 30

% within pengetahuan ibu

3.3% 70.0% 23.3% 3.3% 100.0%

5. Hubungan Sikap dengan status gizia. Hubungan sikap ibu dengan status gizi TB/U

Sikap_ibu * SG_TBU Crosstabulation

SG_TBU

Totalstunting normal

Sikap_ibu sedang Count 11 7 18

% within Sikap_ibu 61.1% 38.9% 100.0%

% within SG_TBU 57.9% 63.6% 60.0%

kurang Count 8 4 12

% within Sikap_ibu 66.7% 33.3% 100.0%

% within SG_TBU 42.1% 36.4% 40.0%

Total Count 19 11 30

% within Sikap_ibu 63.3% 36.7% 100.0%

% within SG_TBU 100.0% 100.0% 100.0%

b. Hubungan Sikap ibu dengan status gizi BB/TB

146

Page 147: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

sikap ibu * status gizi BB/TB Crosstabulation

status gizi BB/TB

Totalgemuk normal

sikap ibu sedang Count 3 15 18

% within sikap ibu

16.7% 83.3% 100.0%

baik Count 2 10 12

% within sikap ibu

16.7% 83.3% 100.0%

Total Count 5 25 30

% within sikap ibu

16.7% 83.3% 100.0%

c. Hubungan sikap ibu dengan status gizi BB/U

sikap ibu * status gizi BB/U Crosstabulation

status gizi BB/U

Totallebih normal kuranggizi

buruk

sikap ibu sedang Count 0 11 6 1 18

% within sikap ibu

.0% 61.1% 33.3% 5.6% 100.0%

baik Count 1 10 1 0 12

% within sikap ibu

8.3% 83.3% 8.3% .0% 100.0%

Total Count 1 21 7 1 30

% within sikap ibu

3.3% 70.0% 23.3% 3.3% 100.0%

6. Hubungan perilaku dengan Status gizia. Hubungan Perilaku ibu dengan status gizi TB/U

147

Page 148: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

perilaku ibu * status gizi TB/U Crosstabulation

status gizi TB/U

Totalgemuk normal

perilaku ibu kurang Count 2 0 2

% within perilaku ibu

100.0% .0% 100.0%

sedang Count 9 5 14

% within perilaku ibu

64.3% 35.7% 100.0%

baik Count 8 6 14

% within perilaku ibu

57.1% 42.9% 100.0%

Total Count 19 11 30

% within perilaku ibu

63.3% 36.7% 100.0%

b. Hubungan Prilaku Ibu dengan status Gizi BB/TBperilaku ibu * status gizi BB/TB Crosstabulation

status gizi BB/TB

Totalstunting normal

perilaku ibu kurang Count 0 2 2

% within perilaku ibu

.0% 100.0% 100.0%

sedang Count 4 10 14

% within perilaku ibu

28.6% 71.4% 100.0%

baik Count 1 13 14

% within perilaku ibu

7.1% 92.9% 100.0%

Total Count 5 25 30

% within perilaku ibu

16.7% 83.3% 100.0%

c. hubungan perilaku ibu dengan status gizi BB/U

148

Page 149: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

perilaku ibu * status gizi BB/U Crosstabulation

status gizi BB/U

TotalLebih normal Kurang gizi buruk

perilaku ibu kurang Count 1 1 0 0 2

% within perilaku ibu

50.0% 50.0% .0% .0% 100.0%

sedang Count 0 9 4 1 14

% within perilaku ibu

.0% 64.3% 28.6% 7.1% 100.0%

baik Count 0 11 3 0 14

% within perilaku ibu

.0% 78.6% 21.4% .0% 100.0%

Total Count 1 21 7 1 30

% within perilaku ibu

3.3% 70.0% 23.3% 3.3% 100.0%

7. Hubungan Asupan Zat Gizi Makro balita dengan Status Gizia. Hubungan Asupan energy dengan status gizi TB/U

asupan energi * status gizi TB/U Crosstabulation

status gizi TB/U

Totalstunting normal

asupan energy rendah Count 18 8 26

% within asupan energi

69.2% 30.8% 100.0%

sangat tinggi Count 1 3 4

% within asupan energi

25.0% 75.0% 100.0%

Total Count 19 11 30

% within asupan energi

63.3% 36.7% 100.0%

149

Page 150: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

b. Hubungan Asupan energy dengan status gizi BB/TBasupan energi * status gizi BB/TB Crosstabulation

status gizi BB/TB

Totalgemuk normal

asupan energy Rendah Count 5 21 26

% within asupan energi

19.2% 80.8% 100.0%

sangat tinggi Count 0 4 4

% within asupan energi

.0% 100.0% 100.0%

Total Count 5 25 30

% within asupan energi

16.7% 83.3% 100.0%

c. Hubungan asupan energy dengan status gizi BB/U

asupan energi * status gizi BB/U Crosstabulation

status gizi BB/U

Totallebih Normal kuranggizi

buruk

asupan energy

Rendah Count 1 20 4 1 26

% within asupan energy

3.8% 76.9% 15.4% 3.8% 100.0%

sangat tinggi

Count 0 1 3 0 4

% within asupan energy

.0% 25.0% 75.0% .0% 100.0%

Total Count 1 21 7 1 30

% within asupan energy

3.3% 70.0% 23.3% 3.3% 100.0%

d. Hubungan asupan protein dengan status gizi TB/U

150

Page 151: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

asupan protein * status gizi TB/U Crosstabulation

status gizi TB/U

Totalstunting normal

asupan protein Rendah Count 8 5 13

% within asupan protein

61.5% 38.5% 100.0%

cukup Count 1 0 1

% within asupan protein

100.0% .0% 100.0%

baik Count 2 2 4

% within asupan protein

50.0% 50.0% 100.0%

tinggi Count 1 0 1

% within asupan protein

100.0% .0% 100.0%

sangat tinggi Count 7 4 11

% within asupan protein

63.6% 36.4% 100.0%

Total Count 19 11 30

% within asupan protein

63.3% 36.7% 100.0%

e. Hubungan asupan protein dengan status gizi BB/TB

151

Page 152: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

asupan protein * status gizi BB/TB Crosstabulation

status gizi BB/TB

Totalgemuk normal

asupan protein Rendah Count 3 10 13

% within asupan protein

23.1% 76.9% 100.0%

Cukup Count 0 1 1

% within asupan protein

.0% 100.0% 100.0%

Baik Count 1 3 4

% within asupan protein

25.0% 75.0% 100.0%

Tinggi Count 0 1 1

% within asupan protein

.0% 100.0% 100.0%

sangat tinggi Count 1 10 11

% within asupan protein

9.1% 90.9% 100.0%

Total Count 5 25 30

% within asupan protein

16.7% 83.3% 100.0%

f. Hubungan asupan protein dengan status gizi BB/U

152

Page 153: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

asupan protein * status gizi BB/U Crosstabulation

status gizi BB/U

TotalLebih Normal kuranggizi

buruk

asupan protein

Rendah Count 1 9 2 1 13

% within asupan protein

7.7% 69.2% 15.4% 7.7% 100.0%

Cukup Count 0 1 0 0 1

% within asupan protein

.0% 100.0% .0% .0% 100.0%

Baik Count 0 2 2 0 4

% within asupan protein

.0% 50.0% 50.0% .0% 100.0%

Tinggi Count 0 1 0 0 1

% within asupan protein

.0% 100.0% .0% .0% 100.0%

sangat tinggi

Count 0 8 3 0 11

% within asupan protein

.0% 72.7% 27.3% .0% 100.0%

Total Count 1 21 7 1 30

% within asupan protein

3.3% 70.0% 23.3% 3.3% 100.0%

g. Hubungan asupan lemak dengan status gizi BB/U

153

Page 154: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

asupan lemak * status gizi BB/U Crosstabulation

status gizi BB/U

Totallebih normal kuranggizi

buruk

asupan lemak

Rendah Count 1 17 5 1 24

% within asupan lemak

4.2% 70.8% 20.8% 4.2% 100.0%

Cukup Count 0 1 1 0 2

% within asupan lemak

.0% 50.0% 50.0% .0% 100.0%

Baik Count 0 1 0 0 1

% within asupan lemak

.0% 100.0% .0% .0% 100.0%

Tinggi Count 0 1 1 0 2

% within asupan lemak

.0% 50.0% 50.0% .0% 100.0%

sangat tinggi

Count 0 1 0 0 1

% within asupan lemak

.0% 100.0% .0% .0% 100.0%

Total Count 1 21 7 1 30

% within asupan lemak

3.3% 70.0% 23.3% 3.3% 100.0%

h. Hubungan asupan lemak dengan status gizi BB/TB

154

Page 155: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

asupan lemak * status gizi BB/TB Crosstabulation

status gizi BB/TB

TotalGemuk normal

asupan lemak Rendah Count 4 20 24

% within asupan lemak

16.7% 83.3% 100.0%

Cukup Count 0 2 2

% within asupan lemak

.0% 100.0% 100.0%

Baik Count 0 1 1

% within asupan lemak

.0% 100.0% 100.0%

Tinggi Count 1 1 2

% within asupan lemak

50.0% 50.0% 100.0%

sangat tinggi Count 0 1 1

% within asupan lemak

.0% 100.0% 100.0%

Total Count 5 25 30

% within asupan lemak

16.7% 83.3% 100.0%

i. Hubungan asupan lemak dengan status gizi TB/U

155

Page 156: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

asupan lemak * status gizi TB/U Crosstabulation

status gizi TB/U

TotalStunting normal

asupan lemak Rendah Count 16 8 24

% within asupan lemak

66.7% 33.3% 100.0%

Cukup Count 1 1 2

% within asupan lemak

50.0% 50.0% 100.0%

Baik Count 1 0 1

% within asupan lemak

100.0% .0% 100.0%

Tinggi Count 1 1 2

% within asupan lemak

50.0% 50.0% 100.0%

sangat tinggi Count 0 1 1

% within asupan lemak

.0% 100.0% 100.0%

Total Count 19 11 30

% within asupan lemak

63.3% 36.7% 100.0%

j. Hubungan asupan KH dengan status gizi TB/U

156

Page 157: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

asupan KH * status gizi TB/U Crosstabulation

status gizi TB/U

Totalstunting normal

asupan KH Rendah Count 2 1 3

% within asupan KH

66.7% 33.3% 100.0%

Cukup Count 0 1 1

% within asupan KH

.0% 100.0% 100.0%

Baik Count 0 1 1

% within asupan KH

.0% 100.0% 100.0%

Tinggi Count 1 0 1

% within asupan KH

100.0% .0% 100.0%

sangat tinggi Count 16 8 24

% within asupan KH

66.7% 33.3% 100.0%

Total Count 19 11 30

% within asupan KH

63.3% 36.7% 100.0%

k. Hubungan asupan KH dengan status gizi BB/TB

157

Page 158: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

asupan KH * status gizi BB/TB Crosstabulation

status gizi BB/TB

TotalGemuk normal

asupan KH Rendah Count 1 2 3

% within asupan KH

33.3% 66.7% 100.0%

Cukup Count 0 1 1

% within asupan KH

.0% 100.0% 100.0%

Baik Count 0 1 1

% within asupan KH

.0% 100.0% 100.0%

Tinggi Count 0 1 1

% within asupan KH

.0% 100.0% 100.0%

sangat tinggi Count 4 20 24

% within asupan KH

16.7% 83.3% 100.0%

Total Count 5 25 30

% within asupan KH

16.7% 83.3% 100.0%

l. Hubungan asupan KH dengan status gizi BB/U

158

Page 159: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

asupan KH * status gizi BB/U Crosstabulation

status gizi BB/U

TotalLebih normal kuranggizi

buruk

asupan KH

Rendah Count 1 1 1 0 3

% within asupan KH

33.3% 33.3% 33.3% .0% 100.0%

Cukup Count 0 1 0 0 1

% within asupan KH

.0% 100.0% .0% .0% 100.0%

Baik Count 0 1 0 0 1

% within asupan KH

.0% 100.0% .0% .0% 100.0%

Tinggi Count 0 1 0 0 1

% within asupan KH

.0% 100.0% .0% .0% 100.0%

sangat tinggi

Count 0 17 6 1 24

% within asupan KH

.0% 70.8% 25.0% 4.2% 100.0%

Total Count 1 21 7 1 30

% within asupan KH

3.3% 70.0% 23.3% 3.3% 100.0%

8. Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro dengan status gizi balitaa. Hubungan asupan Ca dengan status gizi BB/U

159

Page 160: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

asupan_ca * bb/u Crosstabulation

bb/u

TotalLebih normal kuranggizi

buruk

asupan_ca

Rendah Count 1 11 4 2 18

% within asupan_ca

5.6% 61.1% 22.2% 11.1% 100.0%

Cukup Count 2 0 0 1 3

% within asupan_ca

66.7% .0% .0% 33.3% 100.0%

Sedang Count 1 2 0 0 3

% within asupan_ca

33.3% 66.7% .0% .0% 100.0%

Tinggi Count 0 1 0 0 1

% within asupan_ca

.0% 100.0% .0% .0% 100.0%

sangat tinggi

Count 2 2 0 1 5

% within asupan_ca

40.0% 40.0% .0% 20.0% 100.0%

Total Count 6 16 4 4 30

% within asupan_ca

20.0% 53.3% 13.3% 13.3% 100.0%

b. Hubungan asupan Ca dengan status gizi BB/TB

160

Page 161: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

asupan_ca * bb/tb Crosstabulation

bb/tb

TotalGemuk normal

asupan_ca Rendah Count 3 15 18

% within asupan_ca

16.7% 83.3% 100.0%

Cukup Count 0 3 3

% within asupan_ca

.0% 100.0% 100.0%

Sedang Count 1 2 3

% within asupan_ca

33.3% 66.7% 100.0%

Tinggi Count 0 1 1

% within asupan_ca

.0% 100.0% 100.0%

sangat tinggi Count 1 4 5

% within asupan_ca

20.0% 80.0% 100.0%

Total Count 5 25 30

% within asupan_ca

16.7% 83.3% 100.0%

c. Hubungan asupan Ca dengan status gizi TB/U

161

Page 162: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

asupan_ca * tb/u Crosstabulation

tb/u

Totalstunting normal

asupan_ca Rendah Count 12 6 18

% within asupan_ca

66.7% 33.3% 100.0%

cukup Count 2 1 3

% within asupan_ca

66.7% 33.3% 100.0%

sedang Count 2 1 3

% within asupan_ca

66.7% 33.3% 100.0%

tinggi Count 0 1 1

% within asupan_ca

.0% 100.0% 100.0%

sangat tinggi Count 3 2 5

% within asupan_ca

60.0% 40.0% 100.0%

Total Count 19 11 30

% within asupan_ca

63.3% 36.7% 100.0%

d. Hubungan asupan Fe dengan status gizi BB/U

162

Page 163: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

asupan_FE * BB/U Crosstabulation

BB/U

TotalLEBIHNORM

ALKURA

NGGIZI

BURUK

asupan_FE

Rendah Count 4 9 2 2 17

% within asupan_FE

23.5% 52.9% 11.8% 11.8% 100.0%

Sedang Count 1 1 0 0 2

% within asupan_FE

50.0% 50.0% .0% .0% 100.0%

Tinggi Count 1 1 0 1 3

% within asupan_FE

33.3% 33.3% .0% 33.3% 100.0%

sangat tinggi

Count 0 5 2 1 8

% within asupan_FE

.0% 62.5% 25.0% 12.5% 100.0%

Total Count 6 16 4 4 30

% within asupan_FE

20.0% 53.3% 13.3% 13.3% 100.0%

e. Hubungan asupan Fe dengan status gizi BB/TB

163

Page 164: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

asupan_FE * BB/TB Crosstabulation

BB/TB

TotalGEMUKNORMA

L

asupan_FE Rendah Count 3 14 17

% within asupan_FE

17.6% 82.4% 100.0%

Sedang Count 2 0 2

% within asupan_FE

100.0% .0% 100.0%

Tinggi Count 0 3 3

% within asupan_FE

.0% 100.0% 100.0%

sangat tinggi Count 0 8 8

% within asupan_FE

.0% 100.0% 100.0%

Total Count 5 25 30

% within asupan_FE

16.7% 83.3% 100.0%

f. Hubungan asupan Fe dengan status gizi TB/U

164

Page 165: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

asupan_FE * TB/U Crosstabulation

TB/U

TotalSTUNTIN

GNORMA

L

asupan_FE Rendah Count 13 4 17

% within asupan_FE

76.5% 23.5% 100.0%

Sedang Count 2 0 2

% within asupan_FE

100.0% .0% 100.0%

Tinggi Count 1 2 3

% within asupan_FE

33.3% 66.7% 100.0%

sangat tinggi Count 3 5 8

% within asupan_FE

37.5% 62.5% 100.0%

Total Count 19 11 30

% within asupan_FE

63.3% 36.7% 100.0%

g. Hubungan asupan vitamin C dengan status gizi BB/U asupan_vitC * bb/u Crosstabulation

bb/u

Totallebih normal kuranggizi

buruk

asupan_vitC

Rendah Count 4 15 4 4 27

% within asupan_vitC

14.8% 55.6% 14.8% 14.8% 100.0%

sangat tinggi

Count 2 1 0 0 3

% within asupan_vitC

66.7% 33.3% .0% .0% 100.0%

Total Count 6 16 4 4 30

% within asupan_vitC

20.0% 53.3% 13.3% 13.3% 100.0%

h. Hubungan asupan Vitamin C dengan status gizi BB/TB

165

Page 166: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

asupan_vitC * bb/tb Crosstabulation

bb/tb

Totalgemuk normal

asupan_vitC Rendah Count 4 23 27

% within asupan_vitC

14.8% 85.2% 100.0%

sangat tinggi Count 1 2 3

% within asupan_vitC

33.3% 66.7% 100.0%

Total Count 5 25 30

% within asupan_vitC

16.7% 83.3% 100.0%

i. Hubungan asupan vitamin C dengan status gizi TB/U

asupan_vitC * tb/u Crosstabulation

tb/u

Totalstunting Normal

asupan_vitC Rendah Count 17 10 27

% within asupan_vitC

63.0% 37.0% 100.0%

sangat tinggi Count 2 1 3

% within asupan_vitC

66.7% 33.3% 100.0%

Total Count 19 11 30

% within asupan_vitC

63.3% 36.7% 100.0%

j. Hubungan Vitamin A dengan status gizi BB/U

166

Page 167: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

asupan vitA * sg bb/u Crosstabulation

sg bb/u

Totallebih normal kuranggizi

buruk

asupan vitA

sedang Count 1 1 0 0 2

% within asupan vitA

50.0% 50.0% .0% .0% 100.0%

tinggi Count 1 2 0 0 3

% within asupan vitA

33.3% 66.7% .0% .0% 100.0%

sangat tinggi

Count 5 14 5 1 25

% within asupan vitA

20.0% 56.0% 20.0% 4.0% 100.0%

Total Count 7 17 5 1 30

% within asupan vitA

23.3% 56.7% 16.7% 3.3% 100.0%

k. Hubungan asupan vitamin A dengan status gizi TB/U

167

Page 168: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

asupan vitA * sg tb/u Crosstabulation

sg tb/u

Totalstunting normal

asupan vitA Sedang Count 1 1 2

% within asupan vitA

50.0% 50.0% 100.0%

% within sg tb/u 5.3% 9.1% 6.7%

Tinggi Count 3 0 3

% within asupan vitA

100.0% .0% 100.0%

% within sg tb/u 15.8% .0% 10.0%

sangat tinggi Count 15 10 25

% within asupan vitA

60.0% 40.0% 100.0%

% within sg tb/u 78.9% 90.9% 83.3%

Total Count 19 11 30

% within asupan vitA

63.3% 36.7% 100.0%

% within sg tb/u 100.0% 100.0% 100.0%

l. Hubungan vitamin A dengan status gizi BB/TB

168

Page 169: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

m. asupan vitA * sg bb/tb Crosstabulation

sg bb/tb

Totalgemuk normal

asupan vitA Sedang Count 0 2 2

% within asupan vitA

.0% 100.0% 100.0%

% within sg bb/tb .0% 8.0% 6.7%

Tinggi Count 1 2 3

% within asupan vitA

33.3% 66.7% 100.0%

% within sg bb/tb 20.0% 8.0% 10.0%

sangat tinggi Count 4 21 25

% within asupan vitA

16.0% 84.0% 100.0%

% within sg bb/tb 80.0% 84.0% 83.3%

Total Count 5 25 30

% within asupan vitA

16.7% 83.3% 100.0%

% within sg bb/tb 100.0% 100.0% 100.0%

B. Ibu Hamil

169

Page 170: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

1. Hubungan Pendidikan KK dengan Status Gizi Ibu hamila. Hubungan Pendidikan KK dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA

Pendidikan KK * status gizi LILA Crosstabulation

status gizi LILA

TotalNormal

Pendidikan KK

SLTA Count 4 4

% within Pendidikan KK

100.0% 100.0%

Total Count 4 4

% within Pendidikan KK

100.0% 100.0%

b. Hubungan pendidikan ibu dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILAPendidikan KK * status gizi LILA Crosstabulation

status gizi LILA

TotalNormal

Pendidikan KK

SLTA Count 4 4

% within Pendidikan KK

100.0% 100.0%

Total Count 4 4

% within Pendidikan KK

100.0% 100.0%

2. Hubungan pekerjaan KK dengan status gizi ibu hamil

170

Page 171: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

a. hubungan pekerjaan KK dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILAPekerjaan KK * status gizi LILA Crosstabulation

status gizi LILA

TotalNormal

Pekerjaan KK pedagang/wiraswasta Count 3 3

% within Pekerjaan KK

100.0% 100.0%

nelayan Count 1 1

% within Pekerjaan KK

100.0% 100.0%

Total Count 4 4

% within Pekerjaan KK

100.0% 100.0%

b. hubungan pekerjaan ibu dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILAPekerjaan Ibu * status gizi LILA Crosstabulation

status gizi LILA

TotalNormal

Pekerjaan Ibu lain-lain Count 4 4

% within Pekerjaan Ibu

100.0% 100.0%

Total Count 4 4

% within Pekerjaan Ibu

100.0% 100.0%

3. Hubungan pendapatan Keluarga terhadap status gizi ibu hamil berdasarkan LILA

171

Page 172: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

pendapatan keluarga * status gizi LILA Crosstabulation

status gizi LILA

TotalNormal

pendapatan keluarga tinggi Count 2 2

% within pendapatan keluarga

100.0% 100.0%

rendah Count 2 2

% within pendapatan keluarga

100.0% 100.0%

Total Count 4 4

% within pendapatan keluarga

100.0% 100.0%

C. Ibu Menyusui1. Hubungan pendidikan KK dengan status gizi ibu menyusui

a. Hubungan pendidikan KK dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan LILApendidikan KK * status gizi LILA Crosstabulation

status gizi LILA

TotalNormal

pendidikan KK

SD/MI Count 1 1

% within pendidikan KK

100.0% 100.0%

SLTP Count 1 1

% within pendidikan KK

100.0% 100.0%

SLTA Count 2 2

% within pendidikan KK

100.0% 100.0%

Total Count 4 4

% within pendidikan KK

100.0% 100.0%

b. Hubungan pendidikan KK dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan IMT

172

Page 173: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

pendidikan KK * status gizi IMT Crosstabulation

status gizi IMT

Totalnormal Lebih

pendidikan KK

SD/MI Count 1 0 1

% within pendidikan KK

100.0% .0% 100.0%

SLTP Count 1 0 1

% within pendidikan KK

100.0% .0% 100.0%

SLTA Count 1 1 2

% within pendidikan KK

50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 3 1 4

% within pendidikan KK

75.0% 25.0% 100.0%

c. Hubungan pendidikan ibu dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan LILApendidikan ibu * status gizi LILA Crosstabulation

status gizi LILA

Totalnormal

pendidikan ibu SD/MI Count 1 1

% within pendidikan ibu

100.0% 100.0%

SLTP Count 1 1

% within pendidikan ibu

100.0% 100.0%

SLTA Count 2 2

% within pendidikan ibu

100.0% 100.0%

Total Count 4 4

% within pendidikan ibu

100.0% 100.0%

d. Hubungan pendidikan ibu dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan IMT

173

Page 174: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

pendidikan ibu * status gizi IMT Crosstabulation

status gizi IMT

Totalnormal lebih

pendidikan ibu SD/MI Count 1 0 1

% within pendidikan ibu

100.0% .0% 100.0%

SLTP Count 1 0 1

% within pendidikan ibu

100.0% .0% 100.0%

SLTA Count 1 1 2

% within pendidikan ibu

50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 3 1 4

% within pendidikan ibu

75.0% 25.0% 100.0%

2. Hubungan Pekerjaan KK dengan Status gizi ibu menyusuia. Hubungan pekerjaan KK dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan LILA

174

Page 175: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

pekerjaan KK * status gizi LILA Crosstabulation

status gizi LILA

Totalnormal

pekerjaan KK petani/berkebun Count 2 2

% within pekerjaan KK

100.0% 100.0%

pedagang/wiraswasta Count 1 1

% within pekerjaan KK

100.0% 100.0%

Buruh Count 1 1

% within pekerjaan KK

100.0% 100.0%

Total Count 4 4

% within pekerjaan KK

100.0% 100.0%

b. Hubungan pekerjaan KK dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan IMT

175

Page 176: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

pekerjaan KK * status gizi IMT Crosstabulation

status gizi IMT

Totalnormal

pekerjaan KK petani/berkebun Count 2 2

% within pekerjaan KK

100.0% 100.0%

pedagang/wiraswasta Count 1 1

% within pekerjaan KK

100.0% 100.0%

Buruh Count 1 1

% within pekerjaan KK

100.0% 100.0%

Total Count 4 4

% within pekerjaan KK

100.0% 100.0%

c. Hubungan pekerjaan ibu dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan LILApekerjaan ibu * status gizi LILA Crosstabulation

status gizi LILA

Totalnormal

pekerjaan ibu lain-lain Count 4 4

% within pekerjaan ibu

100.0% 100.0%

Total Count 4 4

% within pekerjaan ibu

100.0% 100.0%

d. Hubungan Pekerjaan ibu dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan IMT

176

Page 177: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

pekerjaan ibu * status gizi IMT Crosstabulation

status gizi IMT

Totalnormal

pekerjaan ibu lain-lain Count 4 4

% within pekerjaan ibu

100.0% 100.0%

Total Count 4 4

% within pekerjaan ibu

100.0% 100.0%

3. Hubungan pendapatan Keluarga dengan status gizi ibu menyusuia. hubungan pendapatan keluarga dengan status gizi ibu menyusui

berdasarkan LILA

pendapatan keluarga * status gizi LILA Crosstabulation

status gizi LILA

TotalNormal

pendapatan keluarga rendah Count 4 4

% within pendapatan keluarga

100.0% 100.0%

Total Count 4 4

% within pendapatan keluarga

100.0% 100.0%

b. Hubungan pendapatan keluarga dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan IMT

177

Page 178: Laporan Pbl Suak Pandan Fix

pendapatan keluarga * status gizi IMT Crosstabulation

status gizi IMT

Totalnormal lebih

pendapatan keluarga rendah Count 3 1 4

% within pendapatan keluarga

75.0% 25.0% 100.0%

Total Count 3 1 4

% within pendapatan keluarga

75.0% 25.0% 100.0%

178