laporan pbl 7 fix

41
LAPORAN PBL 7 BLOK NEUROLOGY AND SPECIFIC SENSE SYSTEMS “Kupingku ...” Tutor : dr. Ika Murti Kelompok IV Gohlena Raja N.C. G1A009009 Istiani Danu P. G1A009018 Prasastie Gita W. G1A009023 David Santoso G1A009031 Famila G1A009044 Alfian Tagar A.P. G1A009064 Herlinda Yudi S. G1A009080 Dhayksa Cahya P. G1A009088 Rahma Dewi A. G1A009081 Semba Anggen R. G1A009085 UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Upload: febrilia-mutiara-sari

Post on 07-Dec-2015

244 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Laporan Pbl 7 Fix

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pbl 7 Fix

LAPORAN PBL 7

BLOK NEUROLOGY AND SPECIFIC SENSE SYSTEMS

“Kupingku ...”

Tutor :

dr. Ika Murti

Kelompok IV

Gohlena Raja N.C. G1A009009

Istiani Danu P. G1A009018

Prasastie Gita W. G1A009023

David Santoso G1A009031

Famila G1A009044

Alfian Tagar A.P. G1A009064

Herlinda Yudi S. G1A009080

Dhayksa Cahya P. G1A009088

Rahma Dewi A. G1A009081

Semba Anggen R. G1A009085

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEDOKTERAN

PURWOKERTO

2012

Page 2: Laporan Pbl 7 Fix

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh telinga tengah,

tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media dibagi atas

otitis media supuratif dan non-supuratif, dimana masing-masing memiliki bentuk

akut dan kronis.

Otitis media pada anak-anak sering disertai dengan infeksi pada saluran

pernafasan atas. Pada penelitian terhadap 112 pasien ISPA didapatkan 30%

mengalami otitis media akut dan 8% sinusitis. Epidemiologi seluruh dunia

terjadinya otitis medua berusia 1 tahun sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia

3 tahun sekitar 83%.

Resiko kekambuhan otitis media terjadi pada beberapa factor, antara lain usia

<5 tahun, infeksi pernafasan, perokok, dan laki-laki.

Kasus yang akan dibahas kali ini adalah mengenai seorang anak lelaki

berusia 6 tahun yang menderita otitis medua akut karena komplikasi dari rhinitis.

1

Page 3: Laporan Pbl 7 Fix

BAB II

PEMBAHASAN

Informasi I

RPS

Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun, datang ke poliklinik diantar ibunya

dengan keluhan keluar cairan dari telinga kiri yang dirasakan sejak 2 hari yang

lalu. Cairan yang keluar berwarna putih, kenyal dan tidak berbau. Tiga hari yang

lalu pasien mengalami nyeri pada telinga kiri, namum sekarang nyeri sudah

hilang. Pasien juga mengeluh demam dan batuk pilek sejak 1 minggu yang lalu.

Keluhan adanya cairan pada telinga kali ini merupakan keluhan yang pertama kali

dirasakan. Pasien merupakan siswa kelas 1 Sekolah Dasar di kelurahan Berkoh.

Seminggu yang lalu, Ibu pasien juga mengalami keluhan batuk pilek yang disertai

demam.

Anamnesis

1. Identitas

Nama Pasien : An. Laki-laki

Umur : 6 tahun

2. RPS

Keluhan utama : keluar cairan dari telinga kiri

Onset : 2 hari yang lalu

Kronologis : 2 hari yang lalu, pasien mengeluarkan cairan putih, kenyal,

dan tidak berbau dari telinga kiri. Tiga hari yang lalu pasien

mengalami nyeri pada telinga kiri, namum sekarang sudah

tidak nyeri lagi. Pasien juga mengeluh demam dan batuk

pilek sejak 1 minggu yang lalu.

Gejala penyerta : nyeri pada telinga kiri, demam, batuk pilek.

RPK : ibu pasien mengalami batuk pilek disertai demam.

RPD : pasien belum pernah mengalami keluhan tersebut.

RPSos : siswa kelas 1 SD kelurahan Berkoh.

2

Page 4: Laporan Pbl 7 Fix

Identifikasi masalah

1. Anatomi telinga

2. Fisiologi pendengaran

3. Rhinitis

3

Page 5: Laporan Pbl 7 Fix

Analisis Masalah

1. Anatomi telinga

Telinga terdiri atas 3 bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga

dalam. Selain berfungsi sebagai organ pendengaran, telinga juga berperan

sebagai alat keseimbangan tubuh manusia. Telinga dipersarafi oleh saraf

cranial VII (N. Vestibulocochlearis) yang terbagi menjadi N. Vestibularis yang

bertugas mempertahankan keseimbangan tubuh dan N. Cochlearis yang

bertugas menyalurkan impuls pendengaran ke lobus temporal korteks serebri.

Bagian-bagian telinga yaitu: Telinga luar terdiri atas auricula yang merupakan

lempeng tulang rawan elastis tipis dilapisi kulit yang berfungsi mengumpulkan

getaran udara dan meatus acusticus externus yang merupakan suatu saluran

berbentuk tabung berkelok yang menghubungkan dan menyalurkan gelombang

suara dari auricula ke membrana tympani (Snell, 2006).

Telinga tengah merupakan suatu ruangan (celah) sempit berisi udara di dalam

pars petrossus os temporalis yang dilapisi oleh membrana mukosa. Ruangan

ini berisi tulang-tulang pendengaran (os maleus, os incus, dan os stapes) yang

berfungsi menyalurkan getaran dari membrana tympani ke perilimfe telinga

dalam. Selain itu di ruangan telinga tengah juga terdapat saluran eustachius

(tuba auditiva) yang menghubungkan telinga dalam dengan nasofaring dan

berfungsi menyeimbangkan tekanan udara di dalam cavum tympani dengan

nasofaring (Snell, 2006).

Telinga dalam merupakan bagian paling medial dari organ telinga yang

terdiri atas labyrinthus osseus yang tersusun atas sejumlah rongga di dalam

tulang dan labyrinthus membranaceus yang tersusun atas sejumlah saccus dan

ductus membranosa di dalam labyrinthus osseus. Labyrinthus osseus terdiri

dari vestibulum yang di dalamnya terdapat sacculus dan utriculus labyrinthus

membranaceus, canalis semicircularis yang di dalamnya terdapat ductus

semicircularis, dan cochlea (rumah siput). Sementara labyrinthus

membranaceus merupakan struktur yang terletak di dalam labyrinthus osseus

dan berisi endolimfe yang dikelilingi perilimfe. Struktur paling utama yang

ada pada labyrinthus membranaceusi adalah utriculus dan sacculus. Sacculus

merupakan struktur berbentuk bulat dan berhubungan dengan utriculus yang

4

Page 6: Laporan Pbl 7 Fix

merupakan bagian terbesar dari 2 buah sacculus yang ada. Canalis

semicircularis bersama dengan sacculus dan utriculus membentuk apparatus

vestibularis yang berfungsi untuk mendeteksi posisi dan gerakan kepala serta

penting untuk keseimbangan dan koordinasi gerakan kepala, mata, dan tubuh.

Sedangkan cochlea berperan pada proses pendengaran pada manusia (Snell,

2006).

Snell, R.S. 2006. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Ed. 5.

Jakarta: EGC.

2. Fisiologi pendengaran

a. Gelombang suara disalurkan ke membrane timpani

b. Membran timpani bergerak menggetarkan ossicula auditiva ke oval

window

c. Terbentuk gelombang tekanan pada perilimfe skala vestibular round

window tertekan ketika stapes bergerak masuk

d. Gelombang tekanan menekan membrane basillaris

5

Page 7: Laporan Pbl 7 Fix

e. Menggerakkan sel rambut menekan membrana tectorial buka kanal

ion membrane plasma sel rambut jalarkan impuls

3. Informasi diteruskan lewat neuron bipolar ganglia spiralis cabang

cochlear N. VIII nuclei cochlear di medulla oblongata

4. Informasi diteruskan ke colliculus inferior mesencephalon nucleus

geniculatum medial thalamus capsula interna crus posterior

radiation acustica cortex cerebri lobus temporalis area 41

5. Informasi diolah menjadi penginterpretasian suara.

3. Rhinitis

Rhinitis dibagi menjadi rhinitis akut dan kronik. Rhinitis akut dibagi

menjadi rhinitis akut simpleks, common cold, dan coryza, sedangkan rhinitis

kronik dibagi menjadi rhinitis spesifik dan nonspesifik.

Secara klinis, rhinitis akut terbagi dalam 4 stadium, yaitu:

1. Stadium iskemi, terjadi 2-3 hari setelah masa inkubasi. Merasa panas di

nasofaring, gatal di mukosa hidung, dan bersin-bersin.

1. Stadium hiperemis, terjadi dalam beberapa jam, rinorea yang awalnya

bersifat serous menjadi mukus, sering ada demam dan hidung tersumbat.

2. Stadium infeksi sekunder, rhinorea yang keluar berupa discharge

kekuningan sampai kehijauan, kental, sering ada sakit tenggorokan

3. Stadium resolusi, terjadi 4-10 hari setelah masa inkubasi apabila daya

tahan tubuh baik.

Informasi 2

RPD

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat DM disangkal

Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat kejang sebelumnya disangkal

Riwayat trauma disangkal

Sasaran Belajar

6

Page 8: Laporan Pbl 7 Fix

1. Sekret telinga yang berbau

Penampilan sekret yang dikeluarkan dari telinga perlu diperhatikan. Sekret

yang berwarna hijau kebiruan menandakan Pseudomonas sebagai kuman

penyebab, sekret yang kuning pekat sering kali disebabkan oleh

Staphylococcus, dan sekret yang berbau busuk sering kali mengandung kuman

anaerob.

2. Pemeriksaan Otoskopi dan Interpretasi

a. Cara Pemeriksaan

a. Menggunakan otoskop (untuk memeriksa telinga kanan penderita,

otoskop dipegang tangan kanan begitu sebaliknya)

b. Memasukan spekulum otoskop dengan lembut ke dalam liang telinga

c. Tangan yang memegang otoskop bersandar pada kepala penderita;

tangan yang tidak memegang mengatur posisi aurikula

d. Mengarahkan spekulum otoskop ke arah anterior, kemudian menilai

membran tympani (cone of light membran tympani)

(Boies, 1997)

b. Interpretasi

A. Stadium oklusi

Membran timpani tamoak normal/ keruh pucat

B. Stadium hiperemis

Pembuluh darah melebar di membran timpani/ seluruhnya tampak

hiperemis dan edema.

C. Stadium supurasi

Edema hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel

superficial dan terbentuk eksudat purulen di cavum timpani. Membran

timpani menonjolkeluar (bulging) kearah telinga.

D. Stadium perforasi

Membran timpani ruptur

E. Stadium resolusi

Sekret berkurang dan akhirnya kering.

(Boies, 1997)

7

Page 9: Laporan Pbl 7 Fix

3. Histologi Organ Pendengaran

Telinga luar, terdiri dari (Junqueira, 2007) :

1. Aurikula

Dibungkus oleh perikondrium yang mengandung serat elastic

Terdiri dari tulang rawan elastic

Jaringan kulit tipis, posterior lebih tebal dari anterior

Folikel rambut, glandula sudorifera

Lobus aurikula jaringan adiposa

2. Meatus akustikus eksternus

Sepertiga bagian luar berupa tulang rawan elastis, dua pertiga bagian

dalam bagian dari os temporal

Kulitnya dilapisi oleh perikondrium dan perioestium

sepertiga luar dilapisi oleh rambut kasar

Meatus akustikus eksternus mengandung kelenjar sebasea dan kelenjar

seruminosa (modifikasi glandula sudorifera tubuler bergelung,

apokrin) yang menyekresikan serumen yang bersifat bakterisid dan

berwarna kecoklatan

Lumen kelenjar besar dan epitelnya selapis gepeng

3. Membran Timpani

Semi transparan , lonjong dan seperti kerucut

Terdiri dari dua lapisan berupa serat kolagen dan fibroblast serta jalinan

tipis serat elastik (bagian luar radial dan bagian dalam melingkar)

Bagian luar membran timpani dilapisi kulit tipis tanpa rambut /

kelenjar, didalamnya dilapisi mukosa dengan sel epitel gepeng, lamina

propria tipis dan sedikit serat kolagen dan kapiler

Pars flaccid/membran Shrapnell: kuadran anterosuperior, daerah

segitiga kecil yang lunak, tidak terdapat serat kolagen.

Pars tensa: bagian terbesar di luar pars flaccid

Telinga tengah, terdiri dari (Junqueira, 2007) :

1. Kavum Timpani

8

Page 10: Laporan Pbl 7 Fix

Dilapisi mukosa yang terdiri dari epitel selapis gepeng di dekat muara

tuba eustachius, sel kuboid silia di bagian tepi, lamina propria tipis,

dan periosteum

Isi: udara

Posterior: berhubungan dengan ruangan-ruangan processus mastoideus

Anterior: berhubungan dengan tuba Eustachii

2. Ossicula auditiva (tulang pendengaran)

terdiri dari 3 tulang yang menghubungkan membrana timpani dengan

foramen ovalis: os maleus, os incus, os stapes

dihubungkan oleh sendi diartrosis dan disokong oleh ligamentum halus

memiliki fungsi meneruskan getaran dari membrana timpani ke cairan

di telinga dalam

3. Tuba eustachius

Merupakan saluran antara bagian anterior kavum timpani dan

bagian lateroposterior nasofaring dengan lumen sempit dan gepeng.

Sepertiga anterior disokong oleh tulang, di dua pertiga posterior dilapisi

oleh tulang rawan dan di lateral dilapisi oleh jaringan ikat fibrosa. Hampir

seluruh tuba dilapisi oleh tulang rawan elastin, tetapi di dekat ujung faring

dilapisi tulang rawan hialin. Bagian tulang tuba relatif tipis, terdiri dari

epitel kolumnar rendah bersilia selapis atau berlapis, lamina propria tipis.

Bagian tulang rawan , terdiri dari sel kolumnar tinggi bersilia dan di

lamina propria banyak limfosit. Mukosa dekat nasofaring: kelenjar

tubuloalveolar, sel goblet, limfosit.

Fungsi abnormal tuba Eustachius merupakan faktor yang penting

pada otitis media. Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan

rongga telinga tengah dengan nasofaring, yang terdiri atas tulang rawan

pada dua pertiga ke arah nasofaring dan sepertiganya terdiri atas tulang

(Djaafar, 2007).

Tuba Eustachius biasanya dalam keadaan steril serta tertutup dan

baru terbuka apabila udara diperlukan masuk ke telinga tengah atau pada

saat mengunyah, menelan dan menguap. Pembukaan tuba dibantu oleh

kontraksi muskulus tensor veli palatini apabila terjadi perbedaan tekanan

9

Page 11: Laporan Pbl 7 Fix

telinga tengah dan tekanan udara luar antara 20 sampai dengan 40 mmHg.

Tuba Eustachius mempunyai tiga fungsi penting, yaitu ventilasi, proteksi,

dan drainase sekret. Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara

dalam telinga tengah selalu sama dengan tekanan udara luar. Proteksi,

yaitu melindung telinga tengah dari tekanan suara, dan menghalangi

masuknya sekret atau cairan dari nasofaring ke telinga tengah. Drainase

bertujuan untuk mengalirkan hasil sekret cairan telinga tengah ke

nasofaring (Djaafar, 2007; Kerschner, 2007).

Telinga dalam, terdiri dari (Junqueira, 2007) :

1. Labirin oseosa

a. Vestibulum

b. Saluran semisirkularis tulang

c. Cochlea

2. Labirin membranosa

a. Utrikulus

Lapisan luar : lapisan fibrosa

Lapisan tengah : jaringan ikat vaskular halus

Lapisan dalam : sel gepeng dan kuboid rendah

*Pada daerah khusus terdapat :

Sel gelap : inti tidak teratur, sitoplasma mengandung vesikel

bersalut , vesikel licin dan sedikit lipid

Sel terang : terdapat sedikit mikrovili , sitoplasma mengadung

sedikit ribosom dan mitokondria

b. Sakulus

Makula sakuli – duktus sakulus dan utrikulus menyatu menjadi duktus

endolimfatikus dilapisi oleh epitel kuboid sampai gepeng, dekat ujung

ada kolumnar tinggi berupa sel gelap dan sel terang.

c. Duktus semisirkularis (anterior, posterior dan lateral) , berisi cairan

endolimfe

10

Page 12: Laporan Pbl 7 Fix

Pada duktus semisirkularis mengalami pelebaran yang disebut ampula

dan berisi krista ampula. Krista ampula mengandung epitel sensoris ,

terbagi dua : sel rambut dan sel penyokong

3. Koklea

Skala vestibuli : dinding dilapisi jaringan ikat tipis dengan epitel

selapis gepeng

Skala media : dibentuk oleh stria vascularis dengan epitel bertingkat

dan mengandung anyaman kapiler intraepitelial yang terbentuk dari

pembuluh-pembuluh darah yang mendarahi jaringan ikat di

ligamentum spirale.

Skala timpani : dilapisi jaringan ikat tipis dengan epitel sepalis gepeng

4. Organ Corti

Mengandung sel rambut yg berespon terhadap frekuensi suara

berbeda.suara berbeda. 3 - 5 sel rambut luar & 1 baris sel rambut

dalam.3 - 5 sel rambut luar & 1 baris sel rambut dalam.

Kedua jenis sel rambut berupa sel silindris dengan inti di kedua jenis

sel rambut berupa sel silindris dengan inti dibasal, & banyak

mitokondria.

Ciri khas dari sel ini: susunannya berbentuk huruf W

Sel rambut luar & dalam memiliki ujung saraf afferen &efferen.

Badan sel dari neuron bipolar afferen organ corti terletak dalam pusat

tulang pada modiolus dan membentuk ganglion spiralis.

Informasi 3

Pemeriksaan Otoskopi

Telinga kanan Telinga kiri

Aurikula Edema (-), hiperemi (-),

massa (-)

Edema (-), hiperemi (-),

massa (-)

Pre-aurikula Edema (-), hiperemi (-),

massa (-), fistula (-),

abses (-)

Edema (-), hiperemi (-),

massa (-), fistula (-),

abses (-)

Retro-aurikula Edema (-), hiperemi (-), Edema (-), hiperemi (-),

11

Page 13: Laporan Pbl 7 Fix

massa (-), fistula (-),

abses (-)

massa (-), fistula (-),

abses (-)

Palpasi Nyeri pergerakan

aurikula (-), nyeri tekan

tragus (-)

Nyeri pergerakan

aurikula (-), nyeri tekan

tragus (-)

MAE Edema (-), hyperemia (-),

serumen (-), furunkel (-)

Edema (-), hyperemia (-),

serumen (-), secret (+)

berwarna putih dan

kental, furunkel (-)

Membran timpani Intak, berwarna putih,

conus of light (+)

Perforasi (+) sentral aktif,

conus of light (-)

Interpretasi info 3:

Pada aurikula, pre aurikula, retro aurikula dan palpasi semua dalam keadaan

normal baik telinga kanan maupun telinga kiri. Pada meatus acusticus eksterna

telinga kiri didapatkan secret (+) berwarna putih kental yang menandakan adanya

otore, sedangkan MAE telinga kanan normal. Pada membran timpani telinga

kanan terdapat perforasi (+) sentral yang menandakan terdapat lubang ditengaj

pada membran timpani, aktif yang menagrtikan terus keluar sekret berwarna putih

dari telinga kanan. Conus of light (+) pada telinga kiri kemungkinan disebabkan

oleh adanya cairan yang keluar terus sehingga menyebabkan conus of light (-).

Dari informasi 5 ini didapatkan bahwa terdapat kelainan pada telinga kiri.

Informasi 4

Tes Pendengaran

Kanan Kiri

Rinne + -

Weber Lateralisasi ke kiri

Schwabach Sama dengan pemeriksa memanjang

Interpretasi Info 4:

Tes schwabach memanjang yang artinya terdapat tuli konduktif pada telinga kiri.

12

Page 14: Laporan Pbl 7 Fix

Informasi 5

Pemeriksaan Hidung dengan Rhinoskopi Anterior

Cavum Nasi Kanan Cavum Nasi Kiri

Mukosa Hidung Hiperemis (+), secret (+),

mucus purulen, massa (-)

Hiperemis (+), secret (+),

mucus purulen, massa (-)

Konkha Udem (+), hipertrofi (+) Udem (+), hipertrofi (+)

Interpretasi Info 5

Dari informasi 5 didapatkan konkha hipertrofi (+) yang menandakan bahwa

rhinitis sudah kronik.

4. Otitis Media Akut

a. Definisi

Otitis media akut ialah peradangan telinga tengah yang mengenai sebagian

atau seluruh periosteum dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.

Gejala dan tanda klinik lokal atau sistemik dapat terjadi secara lengkap atau

sebagian, baik berupa otalgia, demam, gelisah, mual, muntah, diare, serta

otore, apabila telah terjadi perforasi membran timpani (Kerschner, 2007).

b. Etiologi

a. Bakteri

Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering. Menurut

penelitian, 65-75% kasus OMA dapat ditentukan jenis bakteri

piogeniknya melalui isolasi bakteri terhadap kultur cairan atau efusi

telinga tengah. Kasus lain tergolong sebagai non-patogenik karena

tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Tiga jenis bakteri

penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae

(40%), diikuti oleh Haemophilus influenzae (25-30%) dan Moraxella

catarhalis (10-15%). Kira-kira 5% kasus dijumpai patogen-patogen

yang lain seperti Streptococcus pyogenes (group A beta-hemolytic),

13

Page 15: Laporan Pbl 7 Fix

Staphylococcus aureus, dan organisme gram negatif (Mansjoer, 1999).

Staphylococcus aureus dan organisme gram negatif banyak ditemukan

pada anak dan neonatus yang menjalani rawat inap di rumah sakit.

Haemophilus influenzae sering dijumpai pada anak balita. Jenis

mikroorganisme yang dijumpai pada orang dewasa juga sama dengan

yang dijumpai pada anak-anak. Sumbatan pada tuba eustachius

merupakan penyebab utama dari otitis media. Pertahanan tubuh pada

silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi

kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga. Selain itu, ISPA juga

merupakan salah satu faktor penyebab yang paling sering. Pada anak-

anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan

terjadinya otitis media akut (Kerschner, 2007).

b. Virus

Virus juga merupakan penyebab OMA. Virus dapat dijumpai tersendiri

atau bersamaan dengan bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling

sering dijumpai pada anak-anak, yaitu respiratory syncytial virus

(RSV), influenza virus, atau adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-kira

10-15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus.

Virus akan membawa dampak buruk terhadap fungsi tuba Eustachius,

menganggu fungsi imun lokal, meningkatkan adhesi bakteri,

menurunkan efisiensi obat antimikroba dengan menganggu mekanisme

farmakokinetiknya (Kerschner, 2007). Dengan menggunakan teknik

polymerase chain reaction (PCR) dan virus specific enzyme-linked

immunoabsorbent assay (ELISA), virus-virus dapat diisolasi dari

cairan telinga tengah pada anak yang menderita OMA pada 75% kasus

(Buchman, 2003).ba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak

horisontal (Djaafar, 2007).

c. Epidemiologi

Hampir 85% anak mempunyai paling sedikit satu episode otitis media akut

pada umur 3 tahun, dan 50% anak akan mempunyai dua episode atau lebih.

Bayi dan anak kecil berisiko paling tinggi untuk otitis media, frekuensi

14

Page 16: Laporan Pbl 7 Fix

insiden adalah 15-20% dcngan puncak terjadi dari umur 6-36 buIan dan 4-6

tahun. Anak yang menderita otitis media pada umur tahun pertama

mempunyai kenaikan risiko penyakit akut kumat atau kronis. Sesudah

episode pertama. sekitar 40% anak menderita efusi telinga-tengah yang

menetap selama 4 minggu dan 10% menderita efusi yang masih ada pada 3

bulan. Insiden penyakit cenderung menurun sebagai fungsi dari umur

sesudah umur 6 tahun. Insiden tinggi pada laki-laki, kelompok sosio-

ekonomi yang lebih rendah, suku aslii Alaska, suku asli Amerika, dan lebih

tinggi pada orang kulit putih daripada orang kulit hitam. Insiden juga

beitambah pada musim dingin (winter) dan awal musim semi luar negeri

(Behrman, 2000).

d. Faktor risiko

Faktor risiko terjadinya otitis media adalah umur, jenis kelamin,

ras, faktor genetik, status sosioekonomi serta lingkungan, asupan air susu

ibu (ASI) atau susu formula, lingkungan merokok, kontak dengan anak

lain, abnormalitas kraniofasialis kongenital, status imunologi, infeksi

bakteri atau virus di saluran pernapasan atas, disfungsi tuba Eustachius,

inmatur tuba Eustachius dan lain-lain (Kerschner, 2007).

Faktor umur juga berperan dalam terjadinya OMA. Peningkatan

insidens OMA pada bayi dan anak-anak kemungkinan disebabkan oleh

struktur dan fungsi tidak matang atau imatur tuba Eustachius. Selain itu,

sistem pertahanan tubuh atau status imunologi anak juga masih rendah.

Insidens terjadinya otitis media pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding

dengan anak perempuan. Anak-anak pada ras Native American, Inuit, dan

Indigenous Australian menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi

dibanding dengan ras lain. Faktor genetik juga berpengaruh. Status

sosioekonomi juga berpengaruh, seperti kemiskinan, kepadatan penduduk,

fasilitas higiene yang terbatas, status nutrisi rendah, dan pelayanan

pengobatan terbatas, sehingga mendorong terjadinya OMA pada anak-

anak. ASI dapat membantu dalam pertahanan tubuh. Oleh karena itu,

anak-anak yang kurangnya asupan ASI banyak menderita OMA.

15

Page 17: Laporan Pbl 7 Fix

Lingkungan merokok menyebabkan anak-anak mengalami OMA yang

lebih signifikan dibanding dengan anak-anak lain. Dengan adanya riwayat

kontak yang sering dengan anak-anak lain seperti di pusat penitipan anak-

anak, insidens OMA juga meningkat. Anak dengan adanya abnormalitas

kraniofasialis kongenital mudah terkena OMA karena fungsi tuba

Eustachius turut terganggu, anak mudah menderita penyakit telinga

tengah. Otitis media merupakan komplikasi yang sering terjadi akibat

infeksi saluran napas atas, baik bakteri atau virus (Kerschner, 2007).

e. Klasifikasi

Otitis media terbagi atas :

a. Otitis media supuratif, terdiri dari :

1) Otitis Media Supuratif akut = otitis media akut

(OMA)

1) Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK/OMP)

b. Otitis media non supuratif, terdiri dari :

1) Otitis Media Serosa Akut (barotraumas)

1) Otitis Media Serosa Kronis

(Djaafar, 2007)

f. Patogenesis dan Patofisiologi

Terjadinya insiden otitis media akut pada anak cukup tinggi. Hal

ini dikarenakan kombinasi beberapa faktor, yang perlu diperhatikan adalah

disfungsi tuba eustachii dan kerentanan anak terhadap infeksi saluran

pernapasan atas. Tuba eustachii membuka ke dalam ruang telinga tengah

anterior dan menghubungkan struktur tersebut dengan nasofaring. Epitel

yang melapisinya adalah epitel saluran pernapasan dan dikelilingi oleh

tulang serta sebagian besar oleh kartilago. Tuba eustachii pada anak

berbeda dengan dewasa. Tuba eustachii pada anak berstruktur lebih

horizontal, pendek, dan lebar (Behrman, 2000).

Tuba eustachii secara normal tertutup pada saat istirahat dan

terbuka pada saat menelan atau menguap karena kerja otot tensor veli

16

Page 18: Laporan Pbl 7 Fix

palatini, yang berasal dari dasar tengkorak dan berinsersi di sebelah lateral

ke dalam palatum mole. Tuba eustachii melindungi telinga tengah dari

sekresi nasofaring, yang memberikan drainase sekresi dari dalam telinga

tengah ke dalam nasofaring, dan memungkinkan keseimbangan tekanan

udara dengan tekanan atmosfer pada telinga tengah. Obstruksi mekanik

atau fungsional tuba eustachii dapat mengakibatkan efusi telinga tengah,

Obstruksi mekanik intrinsik dapat merupakan akibat dari infeksi atau

alergi, sedangkan obstruksi ekstrinsik dapat disebabkan kareba adenoid

obstruktif atau tumor nasofaring. Kolaps yang menetap pada tuba eustachii

selama menelan dapat mengakibatkan obstruksi fungsional akibat

pengurangan kekakuan tuba, dan mekanisme pembukaan yg tidak efisien

atau keduanya. Obstruksi fungsional yang sering terjadi pada bayi dan

anak disebabkan karena jumlah kekakuan dan kartilago yang mendukung

tuba lebih sedikit daripada jumlah dan kekakuannya pada anak yang lebih

tua dan prang dewasa. Karena tuba eustachii sangat berhubungan dengan

otot-otot yang melekat pada palatum mole dan karena itu merupakan

bagian dan dasar tengkorak, penderita dengan anomali atau kelainan pada

daerah ini seperti palatum mole pemderita penderita dan anak dengan

sindrom Down, mempunya insiden yang jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan disfungsi tuba eustachii dan otitis media kronis dengan efusi

(Behrman, 2000).

Obstruksi tuba eustachii mengakibatkan tekanan telinga tengah

negatif dan jika menetap mengakibatkan efusi telinga tengah transudatif.

Drainase efusi terhambat oleh pengangkutan mukosiliare yang terganggu

dan oleh tekanan negatif terus-menerus. Bila tuba eustachii tidak secara

total terobstruksi secara mekanik, kontaminasi ruang telinga tengah dari

sekresi nasofaring dapat terjadi karena refluks (terutama bila membrana

timpani mengalami perforasi atau bila ada timpanoplasti tuba) karena

aspirasi (dari tekanan telinga tengah yang sangat negatif) atau karena

peniupan (insufflasi) selama menangis, penutupan hidung, bersin, dan

penelanan bila hidung terobstruksi. Perubahan cepat tekanan sekelilingnya

atau barotrauma selama menyelam air yang dalam atau terbang dapat juga

17

Page 19: Laporan Pbl 7 Fix

mengakibatkan efusi telinga tengah akut yang dapat hemorragik. Bayi dan

anak kecil mempunyai tuba eustachii yang lebih pendek, daripada anak

yang lebih tua dan oarng dewasa, yang membuatnya lebih rentan terhadap

refluks sekresi nasofaring ke dalam ruang telinga tengah dan terhadap

perkembangan otitis media akut (Behrman, 2000).

Anak kecil memiliki frekuensi tinggi dalam infeksi virus saluran

pernapasan atas. Infeksi ini mungkin menyebabkan edema mukosa tuba

eustachii sehingga menycbabkan penambahan disfungsi tuba eustachii.

Pembesaran reaktif jaringan limfoid, seperti adenoid atau jaringan pada

orifisium tuba eustachii. dapat juga secara mekanik menyekat fungsi tuba

dan mcmberikan tempat radang. Adanya infeksi virus terbukti menambah

adhesi bakteria pada jaringan nasofaring (Behrman, 2000).

Otitis media akut memiliki beberapa stadium klinis antara lain :

1. Stadium oklusi tuba eustachius

a. Terdapat gambaran retraksi membran timpani.

b. Membran timpani berwarna normal atau keruh pucat

c. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa virus.

2. Stadium hiperemis

a. Pembuluh darah tampak lebar dan edema pada

membran timpani. 

b. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang

serosasehingga sukar terlihat.

3. Stadium supurasi

a. Membran timpani menonjol ke arah luar. 

b. Sel epitel superfisila hancur.

c. Terbentuk eksudat purulen di kavum timpani.

d. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri

di telinga tambah hebat.

4. Stadium perforasi

a. Membran timpani ruptur.

b. Keluar nanah dari telinga tengah.

c. Pasien lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.

18

Page 20: Laporan Pbl 7 Fix

5. Stadium resolusi

a. Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan

akan normal kembali.

b. Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan

mengering.

c. Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan

daya tahan tubuh baik.

(Iskandar, 2006)

19

Page 21: Laporan Pbl 7 Fix

20

Page 22: Laporan Pbl 7 Fix

Perforasi membran timpani

21

Perforasi membran timpani

Page 23: Laporan Pbl 7 Fix

Patogenesis dan Patofisiologi (otorrhoae dan nyeri telinga)

Saluran pernafasan terinfeksi kuman patogen

kuman patogen menginfeksi nasofaring

infeksi menyebar ke OFTA, masuk ke tuba eustachius (pada anak-anak lebar,

pendek, horizontal)

edema mukosa nasofaring dan tuba eustachius

oklusi tuba eustachius

gangguan ventilasi gangguan drainase

udara tidak dapat masuk ke sekret dan cairan

telinga tengah di telinga

tengah tidak

dapat dialirkan

ke tuba

eustachius

O2 tidak terabsorbsi ke telinga

tengah

tekanan negatif di telinga tengah

+ keadaan anaerob

Retraksi membrana timpani

cairan dan sekret (serous) terakumulasi di telinga tengah, serta

22

Stadium Oklusi

Stadium Hiperemis

Page 24: Laporan Pbl 7 Fix

vasodilatasi pembuluh darah membrana timpani sebagai respon inflamasi

Peningkatan laju pertumbuhan kuman

Transudasi cairan dan sekret di telinga tengah

Penekanan dan penonjolan membran timpani Nyeri Telinga

Iskemia sel membran timpani

Nekrosis sel membran timpani

Peningkatan risiko perforasi membrana timpani

Otorrhoae (jika membrana timpani mengalami perforasi)

g. Penatalaksanaan

Pengobatan OMA tergntung stadium penyakitnya.

Pada stadium oklusi, penggobatan terutama bertujuan untuk membuka

kembali tuba eustachius, sehingga tekanan negatif pada telinga tengah

hilang, sehingga diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5 % dalam

larutan fisiologik untuk anak <12 tahun, atau HCl efedrin 1 % dalam

larutan fisiologik untuk anak > 12 tahun dan pada orang dewasa.

Sumber infeksi harus diobati

Antibiotik diberikan jika penyebabnya kuman, bukan oleh virus atau alergi

Stadium Presupurasi adalah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika.

Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan

miringotomi.

Antibiotik yang dianjurkan ialah golongan penisilin (ampicillin)..

23

Stadium Perforasi

Stadium Supurasi

Page 25: Laporan Pbl 7 Fix

Antibiotik yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau ampicilin.

Terapi awal diberikan penicillin intramuscular agar didapatkan konsentrasi

yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang

terselubung,. Gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kkekambuhan.

Pemberian antibiotika dianjurkan minimal 7 hari . Bila pasien alergi

terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.

Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50 – 100 mg/kgBB per hari,

dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mb/kgBB dibagi dalam 3 dosis,

atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari

Pada stadium oklusi diberikan Obat tetes hidung HCl Efedrin 1%,

antibiotic bila karena kuman dan miringotomi

Pada stadium supurasi disamping diberikan antibiotik, idealnya harus

disertai dengan miringotomi, bila membran timpani masih utuh.

Dengan miringotomi gejal – gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat

dihindari.

Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang

terlihat keluarnya sekret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang

diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3 – 5 hari serta

antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat

menutup kembali dalam waktu 7 – 10 hari

Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali,

sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup.

Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang

telinga luar melalui perforasi membran timpani. Keadaan ini dapat

disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa teling tengah. Pada keadaan

demikian, antibiotika dapat dilajutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu

24

Page 26: Laporan Pbl 7 Fix

setrelah pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi

mastoiditis.

(Behrman, 2000).

6. Komplikasi

Sebelum ada antibiotik, komplikasi paling sering pada OMA ialah abses

subperiosteal sampai komplikasi yang berat seperti meningitis dan abses otak.

Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan

pendengaran permanen.

a. Komplikasi telinga tengah

1. Perforasi resisten

2. Erosi tulang pendengaran

3. Paralisis nervus fasialis

b. Komplikasi telinga dalam

1. Fistel labirin

2. Labirinthis supuratif

3. Tuli saraf

c. Komplikasi ekstradural

1. Abses ekstradural

2. Thrombosis sinus latteralis

3. Petrositis

d. Komplikasi ke susunan saraf pusat

1. Meningitis

2. Abses otak

3. Hidrosefalus otitis

25

Page 27: Laporan Pbl 7 Fix

BAB III

KESIMPULAN

a. Secara garis besar otitis media dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu otitis

media akut dan otitis media kronik.

b. Otitis media sering terjadi pada anak-anak oleh karena tuba eustachius pada

anak lebih pendek, lebar dan horizontal yang menyebabkan mudahnya untuk

kuman masuk.

c. Terdapat 5 stadium pada otitis media. Pada pasien ini terdapat pada stadium

perforasi

d. Pada prinsipnya, penatalaksanaan otitis media tergantung pada stadium

penyakitnya. Pada stadium perforasi diberikan antibiotik, H2O2 3% selama 3

– 5 hari

26

Page 28: Laporan Pbl 7 Fix

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, dan Arvin. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15

Volume 3. Jakarta : EGC.

Buchman, C.A., Levine, J.D., Balkany, T.J., 2003. Infection of the Ear. In: Lee,

K.J., ed. Essential Otolaryngology Head and Neck Surgery. 8th ed. USA:

McGraw-Hill Companies, Inc.

Djaafar, Z.A., Helmi, Restuti, R.D., 2007. Kelainan Telinga Tengah. Dalam:

Soepardi, E.A., ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Iskandar, Nurabaiti,.et all. 2006. Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan THT,

Jakarta : Fakultas Kedokteran Universits Indonesia

Kerschner, J.E., 2007. Otitis Media. In: Kliegman, R.M., ed. Nelson Textbook of

Pediatrics. 18th ed. USA: Saunders Elsevier.

Mansjoer et all. 1999. Otitis Media Akut dalam Kapita Selekta Kedokteran, edisi

ketiga. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.

27