laporan magk dasar (sisca n uun) rsud raden mattaher jambi thn 2011

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang / Perumusan Masalah Study Kasus Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) di suatu negara yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang yang sehat dan berstatus gizi baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui perbaikan gizi dalam keluarga maupun pelayanan gizi dalam individu yang karena suatu hal mereka harus tinggal di suatu institusi kesehatan diantaranya rumah sakit. Masalah gizi klinis adalah masalah yang ditinjau secara individu mengenai apa yang terjadi dalam tubuh seseorang yang seharusnya ditanggulangi secara individu. Adanya kecenderungan peningkatan penyakit yang terkait dengan gizi nutrition related desease pada semua kelompok yang rentan dan ibu hamil, bayi, anak, remaja, dewasa dan usia lanjut semakin dirasakan perlunya penanganan khusus. Semua ini memerlukan pelayanan gizi yang bermutu untuk mempertahankan status gizi optimal 1

Upload: nelfi-fitria

Post on 20-Dec-2015

67 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Management Asuhan Gizi Klinik Rumah Sakit

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan MAGK Dasar (Sisca n Uun) RSUD Raden Mattaher Jambi Thn 2011

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang / Perumusan Masalah Study Kasus

Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap

kualitas sumber daya manusia (SDM) di suatu negara yang digambarkan melalui

pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan tingkat pendidikan. Tingkat

pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang yang sehat dan berstatus

gizi baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk

meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi yang bertujuan

untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui perbaikan gizi dalam keluarga

maupun pelayanan gizi dalam individu yang karena suatu hal mereka harus

tinggal di suatu institusi kesehatan diantaranya rumah sakit.

Masalah gizi klinis adalah masalah yang ditinjau secara individu mengenai

apa yang terjadi dalam tubuh seseorang yang seharusnya ditanggulangi secara

individu. Adanya kecenderungan peningkatan penyakit yang terkait dengan gizi

nutrition related desease pada semua kelompok yang rentan dan ibu hamil, bayi,

anak, remaja, dewasa dan usia lanjut semakin dirasakan perlunya penanganan

khusus. Semua ini memerlukan pelayanan gizi yang bermutu untuk

mempertahankan status gizi optimal sehingga tidak terjadi kurang gizi untuk

mempercepat penyembuhan.

Ikterus berarti gejala kuning karena penumpukan bilirubin dalam aliran

darah yang menyebabkan pigmentasi kuning pada plasma darah yang

menimbulkan perubahan warna pada jaringan yang memperoleh banyak aliran

darah tersebut. Jaringan permukaan yang kaya elastin seperti sklera dan

permukaan bawah lidah biasanya pertama kali menjadi kuning. Ikterus biasanya

baru dapat dilihat kalau kadar bilirubin serum mencapai 2 - 3 mg/dl. Kadar

bilirubin serum normal 0,3 – 1 mg/dl.

1

Page 2: Laporan MAGK Dasar (Sisca n Uun) RSUD Raden Mattaher Jambi Thn 2011

Bilirubin adalah zat yang terbentuk sebagai akibat dari proses pemecahan

Hemoglobin (darah merah) pada sistem RES dalam tubuh. Selanjutnya mengalami

proses konjugasi di liver, dan akhirnya diekskresi (dikeluarkan) oleh liver ke

empedu, kemudian ke usus.

Banyaknya darah merah (hemoglobin) yang dipecah, bisa menyebabkan

anemia pada penderita ikterus. Oleh sebab itu, banyak dari penderita ikterus juga

mengalami anemia.

Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan diatas, maka penulis tertarik

mengambil permasalahan diatas sebagai study kasus dengan judul

”Penatalaksanaan Diit Pada Pasien Ikterus Cholelitiasis di Ruang Rawat Inap

Bedah (III1) RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2011”

B. Tujuan Umum dan Khusus Study Kasus

a. Tujuan umum

Mahasiswa mengetahui, memahami dan melaksanakan pelayanan gizi pada

pasien dengan penyakit ikterus cholelitiasis diruang rawat inap khususnya ruang

perawatan bedah (III1).

b. Tujuan khusus

a. Diketahuinya data identitas pasien, riwayat penyakit terdahulu dan

sekarang serta kebiasaan makan pasien

b. Diketahuinya status gizi pasien

c. Mahasiswa mampu menganamnesa kebutuhan zat-zat gizi pasien yang

menderita ikterus

d. Mahasiswa mampu memonitoring perkembangan diit pasien dan

memonitoring intake zat gizi pasien serta perjalanan penyakit pasien.

C. Manfaat Penelitian

a. Bagi institusi

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan mengenai penatalaksanaan diit

pada pasien ikterus cholelitiasis sehingga institusi lebih dapat memperhatikan

permasalahan yang muncul pada kasus tersebut serta cara penanggulangannya.

2

Page 3: Laporan MAGK Dasar (Sisca n Uun) RSUD Raden Mattaher Jambi Thn 2011

b. Bagi pasien

Memberikan motivasi kepada pasien atau keluarga dalam usaha

penyembuhan penyakit dengan memberikan terapi diit dan diharapkan dapat

menerapkan diit dengan baik di dalam maupun di luar rumah sakit guna mencapai

status gizi optimal.

c. Bagi mahasiswa

Menambah pengetahuan keterampilan dan pengalaman dalam

penatalaksanaan diit pada penderita ikterus cholelitiasis.

3

Page 4: Laporan MAGK Dasar (Sisca n Uun) RSUD Raden Mattaher Jambi Thn 2011

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Ikterus Cholelitiasis

Ikterus berarti gejala kuning karena penumpukan bilirubin dalam aliran

darah yang menyebabkan pigmentasi kuning pada plasma darah yang

menimbulkan perubahan warna pada jaringan yang memperoleh banyak aliran

darah tersebut. Jaringan permukaan yang kaya elastin seperti sklera dan

permukaan bawah lidah biasanya pertama kali menjadi kuning. Ikterus biasanya

baru dapat dilihat kalau kadar bilirubin serum mencapai 2 - 3 mg/dl. Kadar

bilirubin serum normal 0,3 – 1 mg/dl.

Gejala ikterus berhubungan erat dengan metabolisme bilirubin. Dalam

metabolisme bilirubin terdapat 5 faktor penting yaitu :

a. Pembentukan

b. Pengangkutan

c. Penyerapan

d. Konjugasi

e. Ekskresi

Bilirubin adalah zat yang terbentuk sebagai akibat dari proses pemecahan

Hemoglobin (zat darah merah) pada sistem RES dalam tubuh. Selanjutnya

mengalami proses konjugasi di liver dan akhirnya diekskresi (dikeluarkan) oleh

liver ke empedu, kemudian ke usus. Ikterus terjadi secara teoritik berdasarkan

gangguan metabolisme kelima faktor tersebut.

Disfungsi atau gangguan faktor-faktor tersebut dapat timbul akibat :

1. Kelainan herediter atau kongenital

2. Infeksi

3. Trauma

4. Batu empedu

5. Penyakit degeneratif

Untuk mengklasifikasikan ikterus dapat berdasarkan  :

1. Tempat anatomi lesi patologik yang menyebabkan ikterus

(prehepatik, hepatik dan pascahepatik).

4

Page 5: Laporan MAGK Dasar (Sisca n Uun) RSUD Raden Mattaher Jambi Thn 2011

2. Sebab patologik (infeksi, trauma dan sebagainya)

3. Jenis perubahan dalam metabolisme bilirubin.

Kolelitiasis (kalkuli / kalkulus, batu empedu) merupakan suatu keadaan

dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesika felea) dari

unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu yang memiliki ukuran, bentuk

dan komposisi yang bervariasi.

Kolelitiasis tidak lazim dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda, tapi

insidennya sering terjadi pada individu yang berusia di atas 40 tahun dan semakin

meningkat pada usia 75 tahun. Berdasarkan survei, satu dari tiga orang yang

berusia >75 tahun akan memiliki batu empedu.

Kolelitiasis disebut juga batu empedu, gallstones atau biliary calculus.

Istilah kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung

empedu. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang

membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu.

Empedu normal terdiri dari 70% garam empedu (terutama kolik dan asam

chenodeoxycholic), 22% fosfolipid (lesitin), 4% kolesterol, 3% protein dan 0,3%

bilirubin. Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna namun

yang paling penting adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh

perubahan susunan empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu.

Ikterus kolelitiasis merupakan penyakit kelainan hati yang mengakibatkan

warna kuning pada penderita yang disebabkan oleh terjadinya batu empedu yang

menghambat ekskresi empedu sehingga kadar bilirubin total, bilirubin direk dan

bilirubin indirek menjadi meningkat. Warna kuning pada tubuh penderita biasanya

terlihat jelas pada sklera dan daerah lidah.

5

Page 6: Laporan MAGK Dasar (Sisca n Uun) RSUD Raden Mattaher Jambi Thn 2011

Diagram Metabolisme Bilirubin

6

ERITROSIT

Hemoglobin

HEM GLOBIN

Bilirubin IndirekBESI/Fe Terjadi pada limfa dan makrofag

Bilirubin berikatan dengan albumin

Terjadi dalam plasma darah

Melalui Hati

Bilirubin berikatan dengan glukoronat / gula residu bilirubin

direk

Bilirubin direk dieksresi ke kandung empedu

Kandung empedu ke duodenum

Bilirubin direk dieksresi melalui urine dan feses

Melalui Duktus Biliaris

Page 7: Laporan MAGK Dasar (Sisca n Uun) RSUD Raden Mattaher Jambi Thn 2011

B. Pathogenesis Ikterus Cholelitiasis

Terdapat  4 mekanisme umum di mana ikterus dan hiperbilirubinemia

dapat  terjadi :

1. Pembentukan bilirubin secara berlebihan.

Penyakit hemolitik atau peningkatan kecepatan destruksi sel darah

merah merupakan penyebab utama dari pembentukan bilirubin yang

berlebihan. Ikterus yang timbul sering disebut ikterus hemolitik. Konjugasi

dan transfer pigmen empedu berlangsung normal, tetapi suplai bilirubin tak

terkonjugasi melampaui kemampuan. Beberapa penyebab ikterus hemolitik

yang sering adalah hemoglobin abnormal (hemoglobin S pada anemia sel

sabit), sel darah merah abnormal (sterositosis herediter),  antibodi dalam

serum (Rh atau autoimun), pemberian beberapa obat-obatan dan beberapa

limfoma atau pembesaran (limpa dan peningkatan hemolisis). Sebagaian kasus

ikterus hemolitik dapat diakibatkan oleh peningkatan destruksi sel darah

merah atau prekursornya dalam sumsum tulang (thalasemia, anemia

persuisiosa, porfiria). Proses ini dikenal sebagai eritropoiesis tak efektif.

Kadar bilirubin tak terkonjugasi yang melebihi 20 mg / 100 ml pada bayi

dapat mengakibatkan kern ikterus.

2. Gangguan pengambilan bilirubin tak terkonjugasi oleh hati

Pengambilan bilirubin tak terkonjugasi yang terikat albumin oleh sel-

sel hati dilakukan dengan memisahkannya dari albumin dan mengikatkan pada

protein penerima. Hanya beberapa obat yang telah terbukti menunjukkan

pengaruh terhadap pengambilan bilirubin oleh sel-sel hati, asam flafas pidat

(dipakai untuk mengobati cacing pita), nofobiosin, dan beberapa zat warna

kolesistografik. Hiperbilirubinemia tak terkonjugasi dan Ikterus biasanya

menghilang bila obat yang menjadi penyebab dihentikan.

3. Gangguan konjugasi bilirubin

Hiperbilirubinemia tak terkonjugasi yang ringan ( < 12,9 / 100 ml )

yang mulai terjadi pada hari ke dua sampai ke lima lahir disebut Ikterus

Fisiologis pada Neonatus. Ikterus Neonatal yang normal ini disebabkan oleh

kurang matangnya enzim glukoronik transferase. Aktivitas glukoronil

tranferase biasanya meningkat beberapa hari setelah lahir sampai sekitar

minggu kedua, dan setelah itu ikterus akan menghilang.

4. Penurunan ekskresi bilirubin terkonjugasi dalam empedu akibat

faktor intrahepatik yang bersifat obstruksi fungsional atau mekanik

Gangguan eskresi bilirubin, baik yang disebabkan oleh faktor-faktor

fungsional maupun obstruksi, terutama mengakibatkan hiperbilirubinemia

7

Page 8: Laporan MAGK Dasar (Sisca n Uun) RSUD Raden Mattaher Jambi Thn 2011

terkonjugasi. Karena bilirubin terkonjugasi larut dalam air, maka bilirubin ini

dapat diekskresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin dan kemih

berwarna gelap. Urobilinogen feses dan urobilinogen kemih sering berkurang

sehingga terlihat pucat. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai

bukti-bukti kegagalan ekskresi hati lainnya, seperti peningkatan kadar fosfate

alkali dalam serum, AST, Kolesterol, dan garam-garam empedu. Peningkatan

garam-garam empedu dalam darah menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

Ikterus yang diakibatkan oleh hiperbilirubinemia terkonjugasi biasanya lebih

kuning dibandingkan dengan hiperbilirubinemia tak terkonjugasi. Perubahan

warna berkisar dari kuning jingga muda atau tua sampai kuning hijau bila

terjadi obstruksi total aliran empedu perubahan ini merupakan bukti adanya

ikterus kolestatik, yang merupakan nama lain dari ikterus obstruktif.

Kolestatik dapat bersifat intrahepatik (mengenai sel hati, kanalikuli, atau

kolangiola ) atau ekstra hepatik (mengenai saluran empedu di luar hati).Sedangkan pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap:

a. Pembentukan empedu yang supersaturasi

b. Nukleasi atau pembentukan inti batu

c. Berkembang karena bertambahnya pengendapan

Kelarutan kolesterol merupakan masalah yang terpenting dalam

pembentukan semua batu, kecuali batu pigmen. Supersaturasi empedu dengan

kolesterol terjadi bila perbandingan asam empedu dan fosfolipid (terutama lesitin)

dengan kolesterol turun di bawah harga tertentu. Secara normal kolesterol tidak

larut dalam media yang mengandung air empedu dipertahankan dalam bentuk cair

oleh pembentukan koloid yang mempunyai inti sentral kolesterol, dikelilingi oleh

mantel (kulit) yang hidrofilik dari garam empedu dan fosfolipid (lesitin). Jadi

sekresi kolesterol yang berlebihan (karena empedu adalah saluran utama yang

mengeluarkan bahan inti dari badan), kadar asam empedu rendah, atau terjadi

sekresi lesitin merupakan keadaan yang litogenik.

Frekuensi terjadinya cholelithiasis meningkat pada diabetes mellitus,

kehamilan, anemia hemolitik dan anemia perniciosa (ketidakmampuan sum-sum

tulang menghasilkan eritrosit).

Jenis batu empedu terdiri dari:

1. Batu kolesterol. Terjadi karena metabolisme kolesterol yang terganggu.

Sifat-sifatnya adalah: lonong, besar, putih, biasanya satu, ringan, bila

8

Page 9: Laporan MAGK Dasar (Sisca n Uun) RSUD Raden Mattaher Jambi Thn 2011

dipotong bersusunan radier, terdiri atas kolesterol; bila ada infeksi

tercampur dengan kalsium bilirubin.

2. Batu pigmen, terjadi karena gangguan metabolisme bilirubin tak

terkonjugasi. Sifat-sifatnya adalah: berganda, kecil, hitam atau coklat,

rapuh, terdiri atas bilirubin.

3. Batu campuran, terjadi karena infeksi. Frekuensinya terbanyak (80%)

sifat-sifatnya adalah: berlapis (empedu+kolesterol), susunannya kosentrik,

kuning-tengguli, berfaset, berinti lender.

C. Gambaran Klinis Ikterus Cholelitiasis

Pada ikterus cholelitiasis, warna kuning pada tubuh penderita terjadi

karena adanya batu empedu yang menghambat eksresi empedu. Hal ini

mengakibatkan kadar bilirubin total, bilirubin direk dan bilirubin indirek menjadi

meningkat. Akibatnya beberapa bagian tubuh penderita menjadi berwarna kuning,

seperti pada sklera dan lidah.

Cholelithiasis terjadi empat kali lebih banyak pada wanita daripada pada

pria antara usia 20-50 tahun. Setelah usia 50 tahun resiko cholelithiasis menjadi

sama antara wanita dan pria. Batu kolesterol lebih sering ditemukan pada orang-

orang kulit putih, sedangkan pada orang-orang asia yang paling sering ditemukan

adalah batu pigmen. Dengan fenomena ini dapat disimpulkan bahwa faktor

genetika juga memiliki peran dalam pembentukan batu empedu.

D. Diagnosis Ikterus Cholelitiasis

Untuk menegakkan diagnosa pada penyakit ikterus cholelitiasis perlu

dilakukan urutan-urutan dari anamnesis yang teliti hingga pemeriksaan fisik

maupun penunjang sehingga penanganannya dapat disesuaikan dengan komplikasi

yang diderita pasien. Diagnosis ditegakkan berdasarkan data penunjang berupa

data hasil laboratorium, hasil pemeriksaan fisik, dan wawancara dengan pasien

maupun keluarga pasien.

Beberapa hasil laboratorium yang diperlukan yaitu nilai bilirubin total,

bilirubin direk, bilirubin indirek dan hemoglobin (Hb). Untuk pemeriksaan fisik

9

Page 10: Laporan MAGK Dasar (Sisca n Uun) RSUD Raden Mattaher Jambi Thn 2011

dapat dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Selain itu, untuk data antropometri

didapat dengan cara menimbang dan mengukur secara langsung.

E. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis :

1. Asimtomatik

2. Obstruksi duktus sistikus

3. Kolik bilier

4. Kolesistitis akut

5. Perikolesistitis

6. Peradangan pankreas (pankreatitis)-angga

7. Perforasi

8. Kolesistitis kronis

9. Hidrop kandung empedu

10. Empiema kandung empedu

11. Fistel kolesistoenterik

12. Batu empedu sekunder (Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali dan

batu empedu muncul lagi)

13. Ileus batu empedu (gallstone ileus)

Kolesistokinin yang disekresi oleh duodenum karena adanya makanan

menghasilkan kontraksi kandung empedu, sehingga batu yang tadi ada dalam

kandung empedu terdorong dan dapat menutupi duktus sistikus, batu dapat

menetap ataupun dapat terlepas lagi. Apabila batu menutupi duktus sitikus secara

menetap maka mungkin akan dapat terjadi mukokel, bila terjadi infeksi maka

mukokel dapat menjadi suatu empiema, biasanya kandung empedu dikelilingi dan

ditutupi oleh alat-alat perut (kolon, omentum), dan dapat juga membentuk suatu

fistel kolesistoduodenal. Penyumbatan duktus sistikus dapat juga berakibat

terjadinya kolesistitis akut yang dapat sembuh atau dapat mengakibatkan nekrosis

sebagian dinding (dapat ditutupi alat sekiatrnya) dan dapat membentuk suatu fistel

kolesistoduodenal ataupun dapat terjadi perforasi kandung empedu yang berakibat

terjadinya peritonitis generalisata.

10

Page 11: Laporan MAGK Dasar (Sisca n Uun) RSUD Raden Mattaher Jambi Thn 2011

Batu kandung empedu dapat maju masuk ke dalam duktus sistikus pada

saat kontraksi dari kandung empedu. Batu ini dapat terus maju sampai duktus

koledokus kemudian menetap asimtomatis atau kadang dapat menyebabkan kolik.

Batu yang menyumbat di duktus koledokus juga berakibat terjadinya ikterus

obstruktif, kolangitis, kolangiolitis, dan pankretitis.

Batu kandung empedu dapat lolos ke dalam saluran cerna melalui

terbentuknya fistel kolesitoduodenal. Apabila batu empedu cukup besar dapat

menyumbat pad bagian tersempit saluran cerna (ileum terminal) dan menimbulkan

ileus obstruksi.

F. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

Berdasarkan pada penyebabnya, maka manajemen penatalaksanaan

untuk penderita ikterus cholelitiasis diarahkan untuk mengurangi warna

kuning pada penderita dengan mencegah anemia yang lebih parah dan

mencegah terjadinya batu empedu. Pengobatan ini mempunyai tujuan

sebagai berikut :

1. Meningkatkan kadar hemoglobin darah (Hb)

2. Mencegah terbentuknya batu empedu

3. Menurunkan kadar bilirubin darah, bilirubin direk dan bilirubin

indirek

Metode terapi pada ikterus cholelitiasis adalah tranfusi darah pengganti,

pemberian cairan infus sesuai dengan kebutuhan pasien dan terapi obat.

b. Penatalaksanaan Gizi

1. Tujuan diit

Tujuan diit penyakit kandung empedu adalah untuk mencapai dan

mempertahankan status gizi optimal dan memberi istirahat pada kandung

empedu, dengan cara :

- Menurunkan berat badan pasien bila kegemukkan, yang dilakukan

secara bertahap

- Membatasi makanan yang menyebabkan kembung atau nyeri abdomen

11

Page 12: Laporan MAGK Dasar (Sisca n Uun) RSUD Raden Mattaher Jambi Thn 2011

- Memberikan makanan yang bergizi dan adekuat untuk pasien untuk

membantu proses penyembuhan pasien

- Mengatasi malabsorbsi lemak

2. Syarat diit

Syarat diit penyakit kandung empedu adalah :

- Energi sesuai kebutuhan. Bila kegemukan diberikan diet rendah energi.

Hindari penurunan berat badan yang terlalu cepat.

- Protein agak tinggi, yaitu 1 – 1,25 gr/kg BB.

- Pada keadaan akut, lemak tidak diperbolehkan sampai keadaan akutnya

mereda. Sedangkan pada keadaan kronis dapat diberikan 20 – 25% dari

kebutuhan energi total. Bila ada steatorea dimana lemak feses > 25 gr/

24 jam, lemak dapat diberikan dalam bentuk asam lemak rantai sedang

(MCT), yang mungkin dapat mengurangi lemak feses dan mencegah

kehilangan vitamin dan mineral.

- Bila perlu diberikan suplemen vitamin A, D, E dan K.

- Serat tinggi terutama dalam bentuk pektin yang dapat mengikat

kelebihan asam empedu dalam saluran cerna.

- Hindari bahan makanan yang dapat menimbulkan rasa kembung dan

tidak nyaman.

- Bentuk makanan mudah cerna

3. Jenis diit dan indikasi pemberian

Diit yang diberikan pada penatalaksanaan diit ikterus cholelitiasis

yang diberikan pada pasien yang tidak terlalu gemuk dan mempunyai

nafsu makan yang cukup adalah diet rendah lemak III. Menurut keadaan

pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini

cukup energi dan semua zat gizi.

Bahan makanan yang tidak dianjurkan:Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk diet penyakit kandung

empesu adalah semua makanan dan daging yang mengandung lemak, gorengan

dan makanan yang menimbulkan gas, seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak,

ketimun, durian dan nangka.

12

Page 13: Laporan MAGK Dasar (Sisca n Uun) RSUD Raden Mattaher Jambi Thn 2011

BAB III

GAMBARAN PENDERITA

A. ASSESMENT GIZI

a) Identitas pasien

1. Nama Pasien : Ny. Maimunah

2. Umur : 70 tahun

3. Jenis kelamin : perempuan

4. Berat badan sekarang : 32 kg

5. Tinggi badan : 145 cm

6. Pekerjaan pasien : Pedagang

7. Ruang rawat : Ruang Bedah / III1

8. Tanggal masuk RS : 7 Juni 2011

9. Tanggal skrining gizi : 8 Juni 2011

10. Diagnosa : Ikterus Cholelitiasis

11. Tanggal mulai pengkajian : 8 Juni 2011

12. Alamat : Jln. Harapan RT.03, Kuala Tungkal

b) Riwayat Penyakit

Pasien masuk rumah sakit karena pasien mengalami ikterik disekujur tubuh

(terutama pada sklera dan lidah pasien) serta pasien lemah karena kurangnya

asupan nutrisi bagi tubuh pasien.

Riwayat gizi: nafsu makan kurang, berpantangan makan daging sapi.

c) Skrining Gizi

No INDIKATOR HASIL1. Perubahan berat badan +2. Perubahan Asupan makan +3. Anoreksia -4. Mual +5. Muntah -6. Diare -7. Perubahan keadaan fungsional tubuh +8. Adanya gangguan stress metabolik +9. Kehilangan lemak subkutan +10. Kehilangan masa otot +11. Edema -12. Asites -

13

Page 14: Laporan MAGK Dasar (Sisca n Uun) RSUD Raden Mattaher Jambi Thn 2011

d) Pengukuran Antropometri

Berat badan : 32 Kg

Tinggi badan : 145 cm

BBi : 45 Kg

IMT = BB = 32 = 15.22% (kurus)

TB2(m) (1.45)2

e) Pemeriksaan Fisik Dan Klinis

Pemeriksaan Hasil Normal

KU lemah baik

Tekanan darah 150/100 mmHg 140/90 mmHg

f) Hasil pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 8 Juni 2011 :

Pemeriksaan Hasil NormalBilirubin total 21,2 mg/dl <1.0 mg/dlBilirubin direk 12.5 mg/dl <0.2 mg/dlBilirubin indirek 8.7 mg/dl -Protein total 4.7 gr/dl 6.4 – 8.4 gr/dlAlbumin 2.5 gr/dl 3.5 – 5.0 gr/dlGlobulin 2.2 gr/dl 3 – 3.6 gr/dlSGOT 100 U/L <40 U/LSGPT 81 U/L <41 U/L

g) Diatery history

a. Makan kurang teratur dan dengan jumlah tidak menentu

b. Suka mengkonsumsi sayuran

c. Suka mengkonsumsi makanan laut

d. Selama dirumah, jarang mengkonsumsi buah

e. Tidak suka mengkonsumsi daging sapi

f. Suka merokok

h) Diagnosa Medis

Ikterus cholelitiasis

14

Page 15: Laporan MAGK Dasar (Sisca n Uun) RSUD Raden Mattaher Jambi Thn 2011

B. DIAGNOSA GIZI

1. Domain intake

Problem Etiologi Sign (tanda)

Asupan makanan yang

kurang

Pola makan yang

tidak baik dan mual

terus menerus

Berat badan yang kurang

dan IMT = 15.22 kg/m2

2. Domain klinis

Problem Etiologi Sign (tanda)

Kelainan fungsi kandung

empedu

Terbentuknya batu empedu

pada saluran kandung

empedu

Hasil laboratorium

bilirubin total

3. Domain perilaku

Problem Etiologi Sign (tanda)

Pola makan yang

tidak baik

kurangnya pengetahuan

tentang hidup sehat

Penyakit yang

diderita pasien

C. INTERVENSI GIZI

1. Planning

Tujuan :

- Meningkatkan berat badan pasien hingga mencapai normal

- Memberikan makanan yang bergizi dan adekuat untuk pasien untuk

membantu proses penyembuhan pasien

- Menurunkan tekanan darah pasien, karena tekanan darah pasien tinggi

pada waktu masuk rumah sakit

- Memberikan konseling kepada pasien dan keluarga pasien tentang pola

makan yang baik dan benar serta memberi informasi tentang penyakit

yang diderita oleh pasien

Syarat diet :

Energi sesuai kebutuhan untuk mencapai berat badan normal.

Kebutuhan protein tinggi yaitu 1.25 gr/kg BB.

15

Page 16: Laporan MAGK Dasar (Sisca n Uun) RSUD Raden Mattaher Jambi Thn 2011

Kebutuhan lemak sedang yaitu 20 % dari kebutuhan energi total.

Kebutuhan karbohidrat cukup.

Asupan serat 30 gram/hari.

Konsumsi natrium dalam bentuk garam dapur yaitu 300 mg/hari.

Vitamin dan mineral cukup.

Diet : BB RG RL

Bentuk makanan : lunak

Cara pemberian : oral

Frekuensi pemberian : 3 x makanan pokok

Perhitungan Menggunakan Rumus (dengan indeks)

Kalori = 40 kkal x BBi

= 40 kkal x 45 kg = 1800 kkal

Protein = 1.25 gr x BBi

= 1.25 gr x 45 kg = 56.25 gr 56.25 gr x 4 = 225 kkal

Lemak = 20% x Energi total

= 20% x 1800 kkal = 360 kkal 360 kkal/9 = 40 gr

Karbohidrat = Energi total – (Energi protein + Energi lemak)

= 1800 kkal – (225 kkal + 360 kkal)

= 1215 kkal 1215 kkal/4 = 303.75 gr

16

Page 17: Laporan MAGK Dasar (Sisca n Uun) RSUD Raden Mattaher Jambi Thn 2011

Perencanaan Menu

Nama Bahan Makanan

Berat bahan makanan (gr)

E P L KH

Sarapan          Beras 50 g 180,5 kcal 2,3 g 0,3 g 39,8 gLauk hewani 50 g 171 kcal 9.2 g 9.4 g -Sayuran 100 g 75 kcal 2 g 2.8 g 7 gSusu Tropicana 20 g 65,45 kcal 4,81 g 0 g 11,63 gGula pasir 10 g 38,7 kcal 0 g 0 g 10 g

Energy = 530,65 kcal, Protein = 18,3 g, Lemak = 12.5 g, KH = 68,43 gMakan SiangBeras 75 g 270,8 kcal 5,0 g 0,5g 59,6 gLauk hewani 50 g 134,5 kcal 4.3 g 5.3 g 0.6 gLauk nabati 50 g 31 kcal 3.4 g 2.8 g 8.8 gSayuran 100 g 47 kcal 2 g 2.8 g 7 gBuah 100 g 32.0 kcal 0.6 g 0.4 g 7.2 gminyak kelapa 5 g 45,1 kcal - 5 g -Susu tropicana 20 g 65,45 kcal 4,81 g 0 g 11,63Gula pasir 10 g 38,7 g 0 g 0 g 10 g

Energy = 664,55 kcal, protein = 20,11 g, lemak = 16,8 g, KH = 104,83 gMakan Sore Beras 50 g 180,5 kcal 2,3 g 0,3g 39,8 gLauk hewani 50 g 77.5 kcal 4.3 g 5.3 g 0.6 gLauk nabati 50 g 118.4 kcal 4.2 g 2.8 g 8.8 gSayuran 100 g 75 kcal 2 g 2.8 g 7 gBuah 100 g 39.0 kcal 0.6 g 0.1 g 9.8 gminyak kelapa 5 g 45,1 kcal - 5 g -Susu tropicana 20 g 65,45 kcal 4,81 g 0 g 11,63Gula pasir 10 g 38,7 g 0 g 0 g 10 g

Energy = 639,65 kcal, protein = 18,21 g, lemak = 16,3 g, KH = 87,63 gTotal: energy = 1834,85 kcal, protein = 56,65 g, lemak = 45,6 g KH =

260,89 g

17

Page 18: Laporan MAGK Dasar (Sisca n Uun) RSUD Raden Mattaher Jambi Thn 2011

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Monitoring Perkembangan Status Gizi

Dari pengamatan selama 5 hari berat badan pasien dapat dipantau, tapi

perubahan yang terjadi tidak terlalu signifikan. Status gizi pasien dapat dilihat dari

IMT pasien pada saat masuk yaitu 15,22 kg/m2 dan mengalami perubahan selama

pasien dirawat dirumah sakit karena pasien termasuk pasien yang memiliki selera

makan yang baik. Berdasarkan hasil pengamatan selama 5 hari, keadaan pasien

sudah mulai kelihatan lebih baik daripada saat masuk rumah sakit.

B. Monitoring Data Klinis

Hasil pengamatan data klinis yang dilakukan selama 5 hari pada pasien

dapat dilihat pada tabel berikut :

PemeriksaanHasil Pemeriksaan

Normal8 Juni 2011

9 Juni 2011

10 Juni 2011

11 Juni 2011

12 Juni 2011

Tekanan darah

150/100 mmHg

120/60 mmHg

120/80 mmHg

120/80 mmHg

120/80 mmHg

110/70-140/90 mmHg

Keadaan umum

Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Baik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan tekanan darah.

Hasil pemeriksaan fisik pasien sudah normal. Tapi keadaan umum pasien masih

lemah. Hal ini mungkin karena dipengaruhi oleh faktor usia pasien yang sudah

tua.

C. Monitoring Intake Zat Gizi Penderita

Makanan dari rumah sakit :

Zat Gizi

Hari MonitoringKebutuhan

Hari-1 % Hari-2 % Hari-3 % Hari-4 % Hari-5 %Kalori 1554,8 84,74 1588,3 86,56 1386,4 75,56 1498,4 81,66 1654,0 90,14 1834.85 kkalProtein 46,6 82,26 51,4 90,73 49,8 87,91 49,8 87,91 53,8 94,97 56.65 grLemak 41,6 91,23 39,5 86,62 37,6 82,46 37,6 82,46 44,4 97,37 45.6 gr

KH 248,5 95,25 256,0 98,13 212,2 81,34 240,2 92,07 259,8 99,58 260.89 gr

Dari hasil pengamatan selama 5 hari, pasien hanya makan makanan yang

diberikan dari rumah sakit. Pasien diberikan diet rendah garam dan rendah lemak

18

Page 19: Laporan MAGK Dasar (Sisca n Uun) RSUD Raden Mattaher Jambi Thn 2011

(RGRL) dengan bentuk makanan berupa bubur. Dengan kalori 1834.85 kkal,

protein 56.65gr, lemak 45.6gr, karbohidrat 260.89gr dan natrium 300gr. Dari hasil

pengamatan asupan pasien sudah mulai meningkat mendekati kebutuhannya.

Tapi ada beberapa waktu makan, asupan pasien agak berkurang dari hari

sebelumnya atau waktu makan yang sebelumnya. Setelah diwawancarai, pasien

mengaku tidak menyukai beberapa menu makanan seperti tempe tanpa perubahan

bentuk (masih dalam bentuk tempe). Tapi pasien menyukai menu yang lunak,

seperti menu yang di tim dan berkuah.

D. Perkembangan Penyakit Penderita

Setelah dilakukan pengamatan beberapa hari, keadaan pasien semakin

membaik setelah diberikan diet dan pemberian obat pada pasien yang dapat dilihat

dari keadaan umum pasien dan beberapa keluhan pasien sudah berkurang, dengan

infus berupa cairan RL (ringer laktat) yang masih dipasang. Tekanan darah pasien

sudah mulai normal.

E. Perkembangan Diet penderita

Pelaksanaan diet pasien selama 5 hari study kasus dilakukan, berdasarkan

kebutuhan pasien dengan keadaan pasien yang memiliki status gizi kurus, pasien

diberikan diet BBRGRL selama 2 hari pengamatan dan diet NLRGRL selama 3

hari pengamatan karena kondisi pasien yang sudah mulai membaik.

Pada hari pertama study kasus makanan yang diberikan pada pasien tidak

dimakan habis, masih ada makanan yang bersisa. Makanan yang paling banyak

bersisa yaitu tim tempe. Pasien mengatakan tidak terlalu menyukai tempe yang di

tim seperti pada menu yang disediakan. Pada hari kedua sampai hari kelima

pelaksanaan study kasus, pasien sudah banyak makan makanan yang diberikan

oleh rumah sakit dengan diet yang telah ditentukan oleh ahli gizi, tanpa tambahan

makanan dari luar.

Pasien juga telah diberikan konsultasi. Konsultasi dilakukan setiap waktu

mengantar makanan ke pasien. Konsultasi yang diberikan tentang pengaturan

makan untuk pasien dan memberikan motivasi pada pasien untuk mematuhi diet

yang telah diberikan.

19

Page 20: Laporan MAGK Dasar (Sisca n Uun) RSUD Raden Mattaher Jambi Thn 2011

Selain itu, untuk diet rendah garam II hanya berlaku pada saat pasien

masuk rumah sakit. Hal ini dikarenakan tekanan darah pasien cenderung normal

setelah beberapa hari pengamatan. Pada hari 1, pasien diberi diet rendah garam II.

Sedangkan pada hari 2 – 5, pasien diberi diet rendah garam III setelah tekanan

darah pasien sudah mulai normal.

Berikut ini adalah grafik yang berisi perkembangan diit yang diberikan

pada pasien selama 5 hari pengamatan :

Grafik energi

Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa asupan yang rendah

terdapat pada hari ke 3 dan hari 4 pengamatan. Berdasarkan pengamatan yang

telah dilakukan, hal ini disebabkan oleh penyesuaian pasien dengan diet baru

yang diberikan. Pada hari 1 dan hari 2, pasien diberikan makanan dalam

bentuk bubur, sedangkan pada hari 3 sampai pada hari 5 pengamatan pasien

mendapatkan nasi lunak.

Grafik protein

Sedangkan untuk protein, asupan yang paling rendah terdapat pada

hari ketiga yaitu sebanyak 79% dari kebutuhan yang sudah direncanakan.

Grafik lemak

20

Page 21: Laporan MAGK Dasar (Sisca n Uun) RSUD Raden Mattaher Jambi Thn 2011

Untuk asupan lemak, asupan yang paling rendah terdapat pada

pengamatan hari ketiga dan keempat. Dilihat dari grafik, konsumsi lemak

pasien relatif stabil dan seimbang.

Grafik karbohidrat

Untuk karbohidrat, asupan yang paling rendah terdapat pada

pengamatan hari ketiga, yaitu sebesar 80%. Dilihat dari konsumsi selama

pengamatan, konsumsi pasien cenderung baik dan pasien tidak pernah

makan makanan dari luar karena pasien mengatakan ingin mematuhi diet

yang diberikan oleh rumah sakit.

21

Page 22: Laporan MAGK Dasar (Sisca n Uun) RSUD Raden Mattaher Jambi Thn 2011

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pasien dirawat diruang perawatan bedah karena mengalami keluhan sakit

dibagian dada dan mengalami ikterus (warna kuning) pada sklera dan

kulit.

2. Pasien diberi diet Rendah Garam dan Rendah Lemak (RGRL) dengan

pemberian 3 kali makanan pokok.

3. Selain itu, pasien juga mengalami anemia dan pada saat masuk rumah

sakit tekanan darah juga diatas normal.

4. Pasien diberikan cairan infus dan tranfusi darah pada hari ketiga sebanyak

dua kantung dengan golongan darah B, Rh (+).

5. Keadaan umum pasien sudah mulai membaik, ditandai dengan sudah

berkurangnya keluhan dari pasien dan nafsu makan yang sudah membaik

serta dari keadaan fisik berupa kurangnya warna kuning pada sklera dan

tubuh pasien.

6. Pasien diberikan diet rendah garam dan rendah lemak (RGRL) dengan

bentuk makanan berupa bubur. Dengan kalori 1834.85 kkal, protein

56.65gr, lemak 45.6gr, karbohidrat 260.89gr dan natrium 300gr. Dari hasil

pengamatan asupan pasien sudah mulai meningkat mendekati

kebutuhannya.

7. Pada hari pertama dan kedua, pasien diberi diet RGRL dengan bentuk

makanan bubur. Tapi pada hari ketiga sampai kelima pasien diberi diet

RGRL dengan bentuk makanan lunak. Hal ini karena keadaan pasien yang

sudah mulai membaik.

B. Saran

1. Diharapkan kepada keluarga pasien dapat menerapkan diit yang diberikan

selama masa perawatan dan setelah pasien pulang kerumah.

2. Diharapkan kepada keluarga pasien untuk memotivasi pasien untuk

menerapkan diet yang telah ditetapkan.

22

Page 23: Laporan MAGK Dasar (Sisca n Uun) RSUD Raden Mattaher Jambi Thn 2011

3. Pasien hendaknya diingatkan mematuhi diit yang diberikan dan pasien

dapat memahami tentang pentingnya diit tersebut bagi kesehatan pasien.

4. Pasien dapat mematuhi jadwal makan, jumlah makanan sesuai kebutuhan

dan jenis bahan makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh pasien

sesuai dengan penyakit yang diderita oleh pasien.

23