laporan kobal samalona

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dan mempunyai panjang pantai 81.000 km yang kaya akan terumbu karang dan biota laut lainnya seperti ganggang, timun laut, dan sebagainya. Organisme yang digunakan sebagai obat selama ini kebanyakan dari organisme darat, sedangkan organisme yang berasal dari laut seperti rumput laut, spons dan lain-lain belum banyak mendapat perhatian. Substansi bioaktif terutama terdapat pada biota laut. Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh biota lautyaitu tentang struktur kimia, biosintetis, perubahan dan metabolisme, penyebaran secara alami, dan fungsi biologis dari senyawa organik. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit.

Upload: maretrin-sesa

Post on 18-Dec-2015

239 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan screening fitokimia kobal di samalona

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangIndonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dan mempunyai panjang pantai 81.000 km yang kaya akan terumbu karang dan biota laut lainnya seperti ganggang, timun laut, dan sebagainya. Organisme yang digunakan sebagai obat selama ini kebanyakan dari organisme darat, sedangkan organisme yang berasal dari laut seperti rumput laut, spons dan lain-lain belum banyak mendapat perhatian.Substansi bioaktif terutama terdapat pada biota laut. Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh biota lautyaitu tentang struktur kimia, biosintetis, perubahan dan metabolisme, penyebaran secara alami, dan fungsi biologis dari senyawa organik. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi terutama tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut.Uji fitokimia ini dilakukan untuk mengetahui komponen bioaktif apa yang terdapat didalam suatu sampel uji seperti senyawa fenolik, flavonoid, saponin, alkaloid, steroid, terpenoid, dan karotenoid.1.2 Tujuan PraktikumAdapun tujuan dilaksanakan kuliah lapangan ini yaitu :1. Untuk mengetahui kandungan senyawa Terpenoid Laut dalam biota laut.2. Untuk mengetahui kandungan senyawa Alkaloid Laut dalam biota laut.3. Untuk mengetahui kandungan senyawa Fenolik Laut dalam biota laut.4. Untuk mengetahui kandungan senyawa Steroid Laut dalam biota laut.5. Untuk mengetahui kandungan senyawa Karatenoid Laut dalam biota laut.6. Untuk mengetahui kandungan senyawa Saponin Laut dalam biota laut.7. Untuk mengetahui kandungan senyawa Flavonoid Laut dalam biota laut.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan mungkin satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase tertentu. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai molekul sinyal. Singkatnya, metabolit sekunder digunakan organisme untuk berinteraksi dengan lingkungannya (Zaesty, 2012).

2.1 Terpenoid LautTerpenoid adalah turunan molekul terpen yang mengandung atom lain selain atom karbon dan hidrogen, biasanya mengandung atom oksigen dalam bentuk gugus hidroksil, karbonil, karboksilat dan telah ditemukan pula terpenoid halogen, terutama yang memiliki gugus klor dan brom. Kelompok senyawa terpen dikenal sebagai metabolit sekunder, dihasilkan oleh organisme melalui jalur biogenetik asam mevalonat. Biosintesis terpenoid menggunakan prazat precursor asetil koenzim-A, selanjutnya melalui asam mevalonat membentuk isopren sebagai senyawa antara untuk menghasilkan molekul terpen dan selanjutnya menghasilkan terpenoid melalui reaksi-reaksi fungsionalisasi seperti oksidasi, halogenasi (Hanapi., 2014).Definisi Terpenoid merupakan kelompok metabolit sekunder terbesar. Saat ini hampir dua puluh ribu jenis terpenoid telah teridentifikasi. Kelompok ini merupakan derivat dari asam mevalonat atau prekursor lain yang serupa dan memiliki keragaman struktur yang sangat banyak. Struktur terpenoid merupakan satu unit isopren (C5H8) atau gabungan lebih dari satu unit isopren, sehingga pengelompokannya didasarkan pada jumlah unit isopren penyusunnya (Zaesty, 2012).Molekul terpenoid yang dihasilkan oleh organisme laut sangat beragam dan banyak diantaranya tidak ditemukan pada organisme darat. Banyak penelitian menunjukkan bahwa terpenoid yang berasal dari bahan alam laut memiliki sifat bioaktivitas yang sangat kuat, lebih kuat daripada terpenoid yang berasal dari bahan alam darat. Selain itu, juga telah ditemukan berbagai molekul terpenoid yang spesifik dihasilkan oleh organisme laut tertentu yang berfungsi sebagai sarana interaksi dan alat pertahanan untuk kelangsungan hidupnya. Banyak diantara kelompok senyawa terpenoid memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai bahan obat baru (Hanapi., 2014).

2.2 Steroid LautPada umumnya steroid laut ditemukan dalam bentuk sterol. Sterol adalah kelompok steroid yang mengandung gugus hidroksil. Meskipun steroid yang dihasilkan oleh organisme darat dan laut memiliki kerangka dasar yang sama yakni 1,2-siklopentanoperhidropenantren namun kedua kelompok ini ditemukan banyak yang memiliki perbedaan pada subtituen dan jenis rantai sampingnya. Steroid adalah salah satu kelompok metabolit sekunder yang sangat melimpah, berbagai jenis hormon merupakan turunan steroid dan lazim disebut hormone steroid. Steroid dalam organisme dihasilkan melalui jalur biogenetik asam mevalonat dengan prazat asetilkonenzim-A (Hanapi., 2014).Steroid merupakan senyawa organik alam yang tergolong sebagai metabolit sekunder. Senyawa ini banyak ditemukan pada jaringan tubuh manusia, hewan maupun tumbuhan. Semua kerangka steroid merupakan kerangka dasar yang spesifik berupa kerangka steran yaitu siklopentano-fenantrena yang terhidrogenasi penuh. Biasanya cincin rangka ini diberi nama A, B, C dan D. Penomoran atom karbonnya mempunyai konformasi kursi pada steroid yang berada di alam. Cincin B, C dan D selalu trans terhadap lainnya, sedangkan cincin A dan B dapat trans atau cis (Anonim, 2012).

2.3 Alkaloid LautAlkaloid termasuk kelompok molekul metabolit sekunder yang terseber luas di alam dan banyak juga ditemukan dalam biota laut. Nitrogen merupakan ciri utama dari kelompok senyawa ini baik sebagai bahagian dari cincin heterosiklik maupun sebagai gugus subtituen pada cincin. Pada umumnya molekul alkaloid disintesis dalam organisme dengan menggunakan asam amino sebagai prazat atau precursor sintesis. Meskipun ada juga sebagian kecil alkaloid disintesis tidak menggunakan asam amino sebagai prekursor, kelompok ini dikenal sebagai pseudoalkaloid. Karakteristik kimiawi alkaloid bersifat basa, hal ini tercermin pada penamaan alkaloid yang berasal dari kata alkali yang berarti bersifat basa. Sifat basa molekul alkaloid disebabkan oleh adanya gugus nitrogen yang bersifat basa melekat pada molekul alkaloid (Hanapi.,2014).Alkaloid merupakan senyawa yang mengandung atom nitrogen yang tersebar secara terbatas pada tumbuhan. Alkaloid kebanyakan ditemukan pada Angiospermae dan jarang pada Gymnospermae dan Cryptogamae. Senyawa ini cukup banyak jenisnya dan terkadang memiliki struktur kimia yang sangat berbeda satu sama lain, meskipun berada dalam satu kelompok (Zaesty, 2012).

2.4 Flavonoid LautSenyawa Flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa fenolik alam dan dikenal pula sebagai senyawa aromatik alam karena memiliki kerangka dasar aromatik. (Anonim., 2013).

2.5 Saponin LautSaponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam tumbuhan. Saponin memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika direaksikan dengan air dan dikocok maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama. Saponin mudah larut dalam air dan tidak larut dalam eter (Anonim., 2012).

2.6 Fenolik LautFenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada tumbuhan. Fenolik memiliki cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksi (OH-) dan gugus-gugus lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakan memiliki gugus hidroksi lebih dari satu sehingga disebut sebagai polifenol. Fenol biasanya dikelompokkan berdasarkan jumlah atom karbon pada kerangka penyusunnya (Zaesty, 2012).Kelompok terbesar dari senyawa fenolik adalah flavonoid, yang merupakan senyawa yang secara umum dapat ditemukan pada semua jenis tumbuhan. Biasanya, satu jenis tumbuhan mengandung beberapa macam flavonoid dan hampir setiap jenis tumbuhan memiliki profil flavonoid yang khas. Kerangka penyusun flavonoid adalah C6C3C6. Inti flavonoid biasanya berikatan dengan gugusan gula sehingga membentuk glikosida yang larut dalam air. Pada tumbuhan, flavonoid biasanya disimpan dalam vakuola sel. Secara umum, flavonoid dikelompokkan lagi menjadi kelompok yang lebih kecil (sub kelompok) yaitu (Zaesty, 2012):1. Flavon, contoh: luteolin,1. Flavanon, contoh: naringenin,1. Flavonol, contoh: kaempferol,1. Antosianin 1. Calkon.Beberapa jenis flavon, flavanon dan flavonol menyerap cahaya tampak, sehingga membuat bunga dan bagian tumbuhan yang lain berwarna kuning atau krem terang. Sedangkan jenis-jenis yang tidak berwarna merupakan zat penolak makan bagi serangga (contoh: katecin) ataupun merupakan racun (contoh: rotenon). Rutin, yang merupakan glikosida flavonol yang tersebar di hampir semua jenis tumbuhan, juga merupakan zat penolak makan yang kuat bagi serangga polifagus, seperti Schistocerca americana. Sementara itu paseolin, dilaporkan merupakan glikosida flavonol yang paling efektifsebagai zat penolak makan bagi serangga (Zaesty, 2012).Pada percobaan dengan kumbang pemakan akar, Costelytra zealandica, paseolin memberikan nilai FD50 yang sangat rendah, yaitu 0.03 ppm.Tanin merupakan senyawa polifenol dengan berat molekul antara 500 sampai dengan 20000 dalton. Pada sel tumbuhan, tanin selalu berikatan dengan protein sehingga disebut merupakan zat yang menurunkan nilai nutrisi dari jaringan tumbuhan bagi pemakannya (Zaesty, 2012).

2.7 Karatenoid LautKarotenoid adalah kelompok terpen yang tersebar luas di alam baik padaorganisme darat maupun organisme laut, banyak berfungsi sebagai zat pewarna alami. Pigmen yang terdapat pada biota laut seperti pada bunga karang, alga dan organisme laut lainnya, menunjukkan warna jingga, merah, kuning dan ungu cerah umumnya dari karotenoid. Pada umumnya karotenoid tidak larut dalam air tapi larut dalam pelarut organik ataupun lemak. Karotenoid dibagi atas dua kelompok besar yaitu karotena adalah karotenoid yang molekulnya hanya terdiri dari hidrokarbon, dan xantofil adalah karotenoid yang mengandung atom oksigen selain hidrogen dan karbon. Karotenoid dihasilkan melalui jalur biogenetik asam mevalonat berlanjut pada jalur karotenogenesis, hal ini menjadi petunjuk dan sangat mendukung kajian dalam pengembangan kemotaksonom. Pada umumnya karotenoid tergolong sebagai tetraterpen yang memiliki 40 atom karbon dan tersusun dari 8 isopren. Beberapa karotenoid yang telah ditemukan dalam biota laut antara lain pada Paracentrotuslividus ditemukan -karoteonoid (2.278), -karoteonoid (2.279), - karoteonoid (2.280) juga ekinenon (4-okso--karoten) (2.281) (Hanapi., 2014).

2.8 Acropora hyacinthusAcropora hyacinthus merupakan karang yang banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter. Ciri-ciri terumbu karang ini koralitnya terlihat seperti piringan. Cabangnya tipis. Radial koralit berbentuk mangkok. Umumnya berwarna krem, coklat, keabu-abuan, hijau, biru dan merah muda. Sepintas karang ini mirip dengan A. cytherea, A. Spicifera dan A. Tanegashimensis. Tersebar dari perairan Indonesia, dan Australia. Karang ini umumnya banyak hidup di perairan yang dangkal (Anonim, 2010).

2.9 Tridacna derasaTridacna derasa terdapat di seluruh perairan pantai Indonesia, kecuali pantai Sumatera bagian utara. Daerah hidupnya terumbu karang dan tempat yang banyak patahan-patahan karangnya. Kerang ini tidak mempunyai demibrankhiayang lengkap. Ukiran radial primer dan sekundernya rendah. Letakktenidiasangat ke depan dan berpangkal jauh dari mulut.Umbomengarah ke belakang. Pada umur tiga tahun panjangnya 15,5 cm (Anonim, 2014).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010, Jenis-Jenis Terumbu Karang, (online)https://kvp2131tika.word press.com /species/menurut-jenis/, diakses pada 05 Mei 2015 pukul 22.43 WITA.

Anonim, 2012, Praktikum Uji Fitokimia (Rosella, Flavonoid, Saponin, Steroid, (online)http://seputarjurnalpangan.blogspot.com/2012/07/praktikum-ujifitoki mi a-rosella_16.html, diakses pada 05 Mei 2015 pukul 22.16 WITA.

Anonim, 2013, Praktikum Uji Fitokimia (Flavonoid, Saponin, Alkaloid, Karatenoid Steroid), (online)http://seputarjurnalpangan.blogspot.com/2012/07/praktikum-ujifitokimia-rosella_16.html, diakses pada 05 Mei 2015 pukul 22.16 WITA.

Anonim, 2014, Tujuh Kerang Raksasa di Indonesia, (online)http://pertaniandan peternakanku.blogspot.com/2014/02/tujuh-kerang-raksasa-di-indonesia.html, diakses pada 05 Mei 2015 pukul 22.39 WITA.

Usman, H., 2014, Kimia Organik Bahan Alam Laut, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Zaesty, A., 2012, Metabolit Sekunder, http://arifzaestyuns.blogspot.com, diakses pada 15 Mei 2015 pukul 20.45 WITA.

BAB IIIMETODE PERCOBAAN

3.1 Bahan PercobaanBahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah etanol, FeCl3, bubuk Mg, pasir, kloroform-amoniak 0,05 N, kloroform-akuades 1:1, kloroform, akuades, arang, H2SO4 pekat, CH3COOH anhidrat, HCl pekat, H2SO4 2 N, pereaksi Meyer, dietil eter, KOH alkoholik 20 %, kertas saring, kapas, sampel Acropora hyacinthus, dan sampel Tridacna derasa.

3.2 Alat PercobaanAlat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, gelas kimia, pinset, pipet tetes, penjepit tabung, gunting, kaca preparat, kompor gas, lumpang atau mortar, sikat tabung, corong, sendok tanduk, dan batang pengaduk.

3.3 Prosedur PercobaanMetode skreening dilakukan untuk mengatahui kandungan fitokimia yang terdapat dalam sampel Acropora hyacinthus dan sampel Tridacna derasa yaitu senyawa fenolik, flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, alkaloid, dan karotenoid. Adapun prosedur percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

2 g Sampel segar

dipotong halusdimasukkan ke dalam sebuah tabung reaksidimaserasi dengan etanol panas (di atas penangas air selama 15 menitsaring panas-panas ke dalam tabung reaksi dan biarkan seluruh etanol menguap sampai kering

FiltratResidu

tambahkan kloroform dan air suling (1:1) masing-masing sebanyak 5 mLkocok dipindahkan ke dalam tabung reaksi, biarkan sejenak sehingga terbentuk larutan 2 lapisan kloroform-airdipisahkan

Lapisan airLapisan kloroform

digunakan untuk uji kandungan fenolik, flavanoid, dan saponindigunakan untuk uji steroid dan terpenoid

Hasil

Hasil

1. Pemeriksaan Senyawa Fenolik

Lapisan Air

dimasukkan ke dalam plat tetesditambahkan pereaksi FeCl3 (Terbentuk warna biru/ungu menandakan adanya kandungan fenolik)

Hasil

2. Pemeriksaan Senyawa Flavonoid (Tes Sianidin)

Lapisan Air

dipipet ke dalam tabung reaksi dimasukkan bubuk Mgditeteskan asam klorida (HCl) pekat (Terbentuk warna orange sampai merah menandakan adanya flavonoid/ kecuali untuk isoflavon)

Hasil3. Pemeriksaan Saponin

Lapisan Air

dipipet ke dalam tabung reaksi dikocok dengan kuat (Terbentuknya busa yang permanen dalam beberapa menit yang menunjukkan adanya saponin)

Hasil

4. Pemeriksaan Steroid dan Terpenoid

Lapisan Kloroform

dimasukkan ke dalam pipet pasteur yang di dalamnya terdapat arang (norit)filtrat yang keluar dari pipet dimasukkan ke dalam tiga lubang pada plat tetesdibiarkan sampai keringke dalam satu lubang ditambahkan asam sulfat (H2SO4) pekatke dalam lubang yang lain ditambahkan setetes asam asetat anhidrat dan setetes asam sulfat pekat, satu lubang yang lain digunakan sebagai blanko (Terbentuknya warna biru ungu menandakan adanya steroid, sedangkan bila terbentuk warna merah menunjukkan adanya kandungan terpenoid)

Hasil

5. Pemeriksaan Kandungan Alkaloid

2 g Sampel segar

dipotong kecil-kecildihaluskan dalam lumpang dengan menambahkan sejumput pasirditambahkan 10 mL kloroformkembali dihaluskanditambahkan 10 mL kloroform-amoniak 0,05 N, diaduk/digerus lagi perlahandisaring larutan dengan corong kecil dan dimasukkan hasil saringan ke dalam sebuah tabung reaksi

FiltratResidu

ditambahkan 10 tetes asam sulfat 2 N dan kocok perlahan tabung reaksi tersebut, biarkan hingga terbentuk lapisan asam dan kloroformdipisahkan

Lapisan KloroformLapisan asam

ditambahkan setetes pereaksi Meyer

Hasil

6. Pemeriksaan terhadap Karotenoid

2 g Sampel segar

dirajang halusdimaserasi dengan etanol

Ekstrak Etanol pekat

dimaserasi dengan dietil eter 25 mL

Fraksi eter

disafonifikasi 5 mL dengan KOH alkoholik 20%warna merah orange (terang) memberikan indikasi

HasilBAB VKESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa:1. Kandungan fitokimia yang terdapat dalam sampel Acropora hyacinthus adalah alkaloid.2. Kandungan fitokimia yang terdapat dalam sampel Tridacna derasa adalah saponin.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Taksonomi Sampel4.1.1 Taksonomi Acropora hyacinthusKingdom: AnimaliaFilum: CnidariaKelas: AnthozoaOrdo: SclerctiniaFamili: AcroporidaeGenus: AcroporaSpesies: Acropora hyacinthus

4.1.2 Taksonomi Tridacna derasaKingdom: AnimaliaFilum: MolluscaKelas: BivalviaOrdo: VeneroidaFamili: CardiidaeGenus: TridacnaSpesies: Tridacna derasa

4.2 Hasil Pengamatan4.2.1 Hasil Uji Fitokimia pada Acropora hyacinthusBerdasarkan uji kandungan fitokimia pada sampel Acropora hyacinthus yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :NoFenolikFlavonoidSaponinSteroidTerpenoidAlkaloidKarotenoid

1------

4.2.2 Hasil Uji Fitokimia pada Tridacna derasaBerdasarkan uji kandungan fitokimia pada sampel Tridacna derasa yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :NoFenolikFlavonoidSaponinSteroidTerpenoidAlkaloidKarotenoid

1------

4.3 PembahasanFenolik adalah salah satu kelompok fitokimia yang banyak terdapat di alam, memiliki fungsi fisiologis dan morfologis yang penting bagi tanaman. Sebagai kelompok senyawa bioaktif terbanyak, fenolik mempunyai beragam peran biologis, diantaranya sebagai penarik untuk serangga penyebuk (pollinator), mempengaruhi pigmentasi tanaman, sebagai antioksidan, dan agensia pelindung terhadap sinar ultra-violet. Senyawa fenolik tidak hanya mencakup molekul-molekul yang memiliki struktur polifenol yaitu beberapa gugus hidoksil pada cincin aromatis, tetapi juga molekul dengan satu cincin fenol, misalnya asam fenolik dan alkohol fenolik. Berdasarkan uji kandungan senyawa fenolik yang dilakukan, sampel Acropora hyacinthus dan Tridacna derasa tidak mengandung senyawa fenolik karena tidak terbentuk warna biru atau ungu setelah ditambahkan dengan pereaksi FeCl3.Flavonoid adalah termasuk kelompok senyawa fenolik alam karena memiliki gugus hidroksil dan dikenal pula sebagai senyawa aromatik alam karena memiliki kerangka dasar aromatik. Berdasarkan uji kandungan senyawa flavonoid yang dilakukan, sampel Acropora hyacinthus dan sampel Tridacna derasa tidak mengandung flanonoid, karena tidak terbentuk warna jingga sampai merah setelah ditambahkan bubuk Mg dan ditetesi HCl pekat. Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan membentuk busa yang banyak jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam. Berdasarkan uji saponin yang dilakukan, sampel Acropora hyacinthustidak mengandung saponin karena tidak terbentuk busa yang cukup banyak setelah dikocok.sedangkan sampel Tridacna derasamengandung saponin yang ditandai dengan terbentuknya busa yang cukup banyak setelah dikocok dengan kuat dan bertahan selama beberapa menit. Steroid pada organism laut pada umumnya ditemukan dalam bentuk sterol. Dimana sterol ini adalah kelompok yang mengandung gugus hidroksil. Steroid merupakan salah satu metabolit sekunder yang sangat melimpah. Terpenoid adalah salah satu senyawa organik alam yang besar jumlahnya yang tersusun dari beberapa unit isopren. Terpenoid yang dihasilkan dari biota laut memiliki sifat bioaktivitas yang sangat kuat.Berdasarkan uji steroid dan terpenoid yang dilakukan, sampel Acropora hyacinthus dan Tridacna derasa tidak mengandung steroid dan terpenoid karena tidak terbentuk warna biru ungu yang menandakan adanya steroid dan tidak terbentuk warna merah yang menandakan adanya kandungan terpenoid.Alkaloid adalah senyawa yang memiliki unsur nitrogen dan umumnya terdapat sebagai heterosiklik. Karena memiliki unsur nitrogen, kelompok senyawa ini bersifat sebagai basa dan umumnya berasa pahit. Senyawa alkaloid bersifat basa, karena berasal dari kata alkalis. Alkaloid terdistribusi secara luas pada tanaman maupun biota laut. Berdasarkan uji alkaloid yang dilakukan, sampel Acropora hyacinthus mengandung alkaloid yang ditandai dengan terbentuknya larutan yang keruh, sedangkan pada sampel Tridacna derasa tidak mengandung alkaloid. Karotenoid adalah suatu kelompok pigmen yang berwarna kuning, orange, atau merah orange, dan ungu cerah. Karotenoid mempunyai sifat tidak larut dalam air akan tetapi larut sempurna dalam lemak atau pelarut organik. Berdasarkan uji karotenoid yang dilakukan, sampel Acropora hyacinthus tidak mengandung karotenoid, karena tidak terjadi perubahan warna. Sama halnya dengan sampel Tridacna derasa tidak mengandung karotenoid.