laporan kesuburan tanah

85
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas makhluk hidup yang indentik dengan bahan buangan yang tidak memiliki nilai, kotor, kumuh, dan bau. Sampah organik seperti dedaunan yang berasal dari taman, jerami, rerumputan, dan sisasisa sayur, buah, yang berasal dari aktivitas rumah tangga (sampah domestik) memang sering menimbulkan berbagai masalah. Baik itu masalah keindahan dan kenyamanan maupun masalah kesehatan manusia, baik dalam lingkup individu, keluarga, maupun masyarakat. Masalah- masalah seperti timbulnya bau tak sedap maupun berbagai penyakit tentu membawa kerugian bagi manusia maupun lingkungan disekitarnya, baik meteri maupun psikis. Melihat fakta tersebut, tentu perlu adanya suatu tindakan guna meminimalkan dampak negatif yang timbul dan berupaya meningkatkan semaksimalmungkin dampak positifnya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan sampah

Upload: petrus-hery

Post on 07-Aug-2015

184 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan kesuburan tanah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas makhluk hidup yang indentik

dengan bahan buangan yang tidak memiliki nilai, kotor, kumuh, dan bau.

Sampah organik seperti dedaunan yang berasal dari taman, jerami,

rerumputan, dan sisasisa sayur, buah, yang berasal dari aktivitas rumah tangga

(sampah domestik) memang sering menimbulkan berbagai masalah. Baik itu

masalah keindahan dan kenyamanan maupun masalah kesehatan manusia,

baik dalam lingkup individu, keluarga, maupun masyarakat. Masalah-masalah

seperti timbulnya bau tak sedap maupun berbagai penyakit tentu membawa

kerugian bagi manusia maupun lingkungan disekitarnya, baik meteri maupun

psikis. Melihat fakta tersebut, tentu perlu adanya suatu tindakan guna

meminimalkan dampak negatif yang timbul dan berupaya meningkatkan

semaksimalmungkin dampak positifnya.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meminimalkan dampak

negatif yang ditimbulkan sampah organik domestik adalah mengolah sampah

tersebut dengan teknik komposter tanpa penambahan aktivator pengomposan,

disamping terdapat berbagai teknik pengolahan lain (dengan penambahan

aktivator pengomposan) menghasilkan produk yang bernilai lebih, baik dari

segi nilai ekonomi yaitu memiliki suplemen bagi tanaman. Meskipun dalam

metode ini tidak ditambahkan aktivator pengomposan,namun ke dalamnya

ditambahkan organik agen (serbuk gergaji dan kotoran hewan) yang berfungsi

memacu pertumnuhan mikroba dan manambah unsur hara dalam kompos.

Dalam melakukan teknik penomposan, ada berbagai hal yang perlu

diperhatikan agar proses pengomposan berjalan dengan cepat sehingga masa

Page 2: Laporan kesuburan tanah

2

panen relatif singkat dan cepat. Hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah

proses pencacahan yang sebisa mungkin halus sehingga mudah di

dekomposisi, kelembaban dan aerasi yang mendukung kerja mikroorganisme,

maupun kadar karbon dan Nitrogen yang ideal.

B. Maksud dan Tujuan

1. Pembuatan Probiotik

2. Membuat kompos dari bahan organik

3. Mengamati suhu dan keasaman kompos dalam pengomposan

4. Mengamati kadar C- Organik kompos pada proses pengomposan

5. Mengamati kadar N kompos pada proses pengomposan

6. Mengamati rasio C/N pada proses pengomposan

7. Mengamati kemampuan pupuk dalam menyerap air pada kondisi suhu

kamar

8. Mengamati kemampuan pupuk untuk larut dalam air

Page 3: Laporan kesuburan tanah

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kompos

Kompos merupakan bahan organik yang telah membusuk beberapa bagian

(partially decomposed) sehingga berwarna gelap, mudah hancur (crumbled),

dan memiliki aroma seperti tanah (earthy). Kompos dibuat melalui proses

biologi, yaitu seperti penguraian pada jaringan tumbuhan oleh organisme yang

ada dalam tanah (soil). Ketika proses pembusukan selesai, kompos akan

berwarna coklat kehitaman dan menjadi material bubuk bernama humus.

Pengerasan (crusting) tanah di permukaan dapat dicegah dengan pemberian

kompos. Jika kompos mengandung sejumlah kecil tanah, maka kompos

tersebut akan bermanfaat sebagai bagian dari media pertumbuhan untuk

tanaman dan akan mengawali tumbuhnya buah dari tanaman tersebut

(Starbuck, 2004)

Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian

secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan

organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan

mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat.

(Rynk , 1992)

Kompos merupakan hasil perombakan bahan organik oleh mikrobia

dengan hasil akhir berupa kompos yang memiliki nisbah C/N yang rendah.

Bahan yang ideal untuk dikomposkan memiliki nisbah C/N sekitar 30,

sedangkan kompos yang dihasilkan memiliki nisbah C/N < 20. Bahan organik

yang memiliki nisbah C/N jauh lebih tinggi di atas 30 akan terombak dalam

waktu yang lama, sebaliknya jika nisbah tersebut terlalu rendah akan terjadi

kehilangan N karena menguap selama proses perombakan berlangsung.

Page 4: Laporan kesuburan tanah

4

Kompos yang dihasilkan dengan fermentasi menggunakan teknologi mikrobia

efektif dikenal dengan nama bokashi. Dengan cara ini proses pembuatan

kompos dapat berlangsung lebih singkat dibandingkan cara konvensional.

(Anonim, 2011)

Kompos dapat menambah kandungan bahan organik dalam tanah yang

dibutuhkan tanaman. Bahan organik yang terkandung dalam kompos dapat

mengikat partikel tanah. Ikatan partikel tanah ini dapat meningkatkan

penyerapan akar tanaman terhadap air, mempermudah penetrasi akar (root

penetration) pada tanah, dan memperbaiki pertukaran udara (aeration) dalam

tanah, sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Kompos dapat

mendukung berjalannya gerakan pertanian organik (organic farming) yang

tidak menggunakan bahan kimia dan pestisida dalam pertanian (Soejono,

2004).

B. Keasaman

PH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur

dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH

antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH antara 7 hingga 14. pH

tanah menunjukan derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara

konsentrasi H+ dan OH ֿ dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+ dalam

larutan tanah lebih banyak dari OH ֿ, maka suasana larutan tanah menjadi

asam. Sebaliknya bila konsentrasi OH ֿ lebih banyak dari konsentrasi H+ maka

suasana menjadi basa. pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat

penting karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti nitrogen (N),

Kalium (K), Phospor (P), dan unsur lain yang dibutuhkan tanaman dalam

jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan dari penyakit. pH

tanah merupakan salah satu sifat kimia tanah. Banyak petani yang sudah

mendengar tentang pH tanah, akan tetapi belum bisa mengerti pentingnya

Page 5: Laporan kesuburan tanah

5

mengetahui pH tanah dan bagaimana cara mengukurnya. Apalagi untuk

mengukur pH tanah dibutuhkan alat yang mahal, sehingga petani tidak pernah

memiliki kesempatan untuk mengukur langsung pH tanah mereka. Padahal

dengan mengetahui pH tanah yang ada di dalam lahan, mereka dapat menjaga

kesuburan tanah. Pentingnya mengetahui pH tanah adalah sebagai berikut :

Mengetahui mudah tidaknya unsur-unsur hara dalam tanah diserap oleh

tanaman. Unsur hara akan mudah diserap oleh tanaman (akar tanaman) pada

pH netral.

Menunjukan adanya kemungkinan unsur-unsur beracun. Tanah dengan pH

masam banyak ditemukan ion-ion Al yang memfiksasi unsur P, sehingga

unsur P sulit diserap oleh tanaman.

Mempengaruhi perkembangan organisme. Bakteri akan berkembang biak

dalam pH lebih dari 5,5, apabila pH kurang dari itu maka perkembangannya

akan terhambat. Jamur dapat berkembang biak pada pH dibawah 5,5 dan

diatas itu jamur harus bersaing dengan bakteri. (Usman dan Mawardi, 1995)

C. Temperatur

Temperatur atau suhu udara diukur dengan menggunakan alat termometer.

Temperatur di permukaan bumi berbeda-beda dari satu tempat ke tempat yang

lain. Perbedaan ini disebabkan oleh banyak faktor antara lain sebagai berikut

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002) :

1. Jumlah radiasi yang diterima oleh bumi dalam setiap waktu, dipengaruhi

oleh:

Jarak bumi dengan matahari yang selalu berubah

Sudut jatuhnya sinar matahari terhadap permukaan bumi

Lamanya waktu penyinaran matahari

Kondisi cuaca yang selalu berubah.

Page 6: Laporan kesuburan tanah

6

2. Pengaruh daratan dan lautan

Daratan memiliki sifat cepat menjadi panas dan cepat menjadi dingin

Lautan memiliki sifat lambat menerima panas dan lambat menjadi

dingin.

3. Pengaruh ketinggian tempat

Semakin tinggi letak suatu tempat, suhu semakin rendah. Hal ini

disebabkan oleh:

Adanya gradien penurunan suhu

Bumi menjadi salah satu sumber panas

Semakin tinggi suatu tempat, kerapatan udara semakin rendah

sehingga suhu semakin rendah.

4. Pengaruh angin

Angin akan menyebarkan suhu panas dan dingin di permukaan bumi.

Dari hasil pengamatan cuaca diperoleh rata-rata suhu dalam waktu

tertentu.

5. Pengaruh keadaan permukaan bumi (relief)

Daerah yang reliefnya kasar memiliki permukaan yang lebih luas

dibandingkan daerah yang mempunyai relief datar. Sehingga pemanasan

daerah yang mempunyai relief kasar lebih lambat dibandingkan

pemanasan di daerah relief datar.

6. Penyinaran matahari

Penyinaran matahari berupa proses pemindahan energi dalam bentuk

gelombang elektromagnetik tanpa perantara yang disebut radiasi. Radiasi

yang sampai ke permukaan bumi disebut insolasi. Lamanya penyinaran

matahari diukur menggunakan heliograf. Sinar matahari diterima

permukaan bumi melalui proses konduksi. Atmosfer bagian atas menjadi

lebih panas karena pancaran langsung dari sinar matahari.

Page 7: Laporan kesuburan tanah

7

7. Lama penyinaran

Pada musim panas tidak hanya sudut datang jatuhnya sinar matahari

saja yang lebih besar, tetapi lamanya penyinaran semakin panjang.

Akibatnya siang hari lebih panjang dibandingkan malam hari. Besarnya

insolasi sangat bergantung pada kondisi cuaca setempat.

D. Identifikasi Pupuk Anorganik

Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik,

kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan

tanaman. Dalam pengertian yang khusus, pupuk adalah suatu bahan yang

mengandung satu atau lebih hara tanaman. Berbicara tentang tanaman tidak

akan lepas dari masalah pupuk. Dalam pertanian modern, penggunaan materi

yang berupa pupuk adalah mutlak untuk memacu tingkat produksi tanaman

yang diharapkan. Seperti telah diketahui bersama bahwa pupuk yang

diproduksi dan beredar dipasaran sangatlah beragam, baik dalam hal jenis,

bentuk, ukuran, maupun kemasannya. Pupuk–pupuk tersebut hampir 90%

sudah mampu memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman, dari unsur

makro hingga unsur yang berbentuk mikro. Kalau tindakan pemupukan untuk

menambah bahan-bahan yang kurang tidak segera dilakukan tanaman akan

tumbuh kurang sempurna, misalnya menguning, tergantung pada jenis zat

yang kurang. (Rinsema,W.T.1983)

Menurut hasil penelitian setiap tanaman memerlukan paling sedikit 16

unsur (ada yang menyebutnya zat) agar pertumbuhannya normal. Dari ke 16

unsur tersebut, tiga unsur (Carbon, Hidrogen, Oksigen) diperoleh dari udara,

sedangkan 13 unsur lagi tersedia oleh tanah adalah Nitrogen (N), Pospor (P),

Kalium (K), Calsium (Ca), Magnesium (Mg), Sulfur atau Belerang (S), Klor

(Cl), Ferum atau Besi (Fe), Mangan (Mn), Cuprum atau Tembaga (Cu), Zink

atau Seng (Zn), Boron (B), dan Molibdenum (Mo). Tanah dikatakan subur

dan sempurna jika mengandung lengkap unsur-unsur tersebut diatas. Ke-13

Page 8: Laporan kesuburan tanah

8

unsur tersebut sangat terbatas jumlahnya di dalam tanah. Terkadang tanah pun

tidak mengandung unsur-unsur tersebut secara lengkap. Hal ini dapat

diakibatkan karena sudah habis tersedot oleh tanaman saat kita tidak henti-

hentinya bercocok tanam tanpa diimbangi dengan pemupukan. Kalau dilihat

dari jumlah yang disedot tanaman, dari ke-13 unsur tersebut hanya 6 unsur

saja yang diambil tanaman dalam jumlah yang banyak. Unsur yang

dibutuhkan dalam jumlah yang banyak tersebut disebut unsur makro. Ke-6

jenis unsur makro tersebut adalah N, P, K, S, Ca, dan Mg. (Marsono.2001)

Page 9: Laporan kesuburan tanah

9

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu Praktikum

Praktikum mata kuliah kesuburan tanah dilaksanakan di laboratorium ilmu

tanah universitas mercu buana yogyakarta, Dimulai pada bulan April sampai

Juni 2013.

B. Bahan dan Alat Praktikum

1. Probiotik

Ember Plastik

Autoklaf

Gelas Ukur 1 Liter

Gelas Ukur 100 ml

Timbangan Analitik

Urin Sapi (Pupuk Kandang)

Bekatul

Terasi

Tetes Tebu (gula jawa)

Air

2. Pengomposan

Ember Plastik

Gelas Ukur 1 liter

Gelas Ukur 100 ml

Timbangan Analitik

Probiotik

Sampah Organik

Page 10: Laporan kesuburan tanah

10

Abu Dapur

3. Suhu dan Keasaman

Thermometer

Pengukur Keasaman (pH meter)

Gelas Ukur 100 ml

Beker Glass

Timbangan Analitik

Sampah Organik (dalam proses pengomposan)

Air Suling

4. Kadar C-Organik

Labu Takar 50 ml

Pipet Ukur 10 ml dan 5 ml

Gelas Ukur 10 ml

Labu Erlenmeyer 250 ml

Buret

Timbangan Analitik

Botol Pemancar Air

K2Cr2O7 1 N

H2SO4 Pekat

H3PO4 85 %

Indikator Diphenylamine

5. Kadar N Total

Botol Timbangan

Gelas Piala 100 ml

Gelas Ukur 50 ml

Gelas Arloji

Oven

Labu Kjeldhal 100 ml

Buret 50 ml

Page 11: Laporan kesuburan tanah

11

Timbangan Analitik

H2SO4 Pekat ) 0.1 N

Serbuk CuSO4

K2SO4

Indikator Methyl Red

NaOH Pekat O.1 N

Air Suling

6. Rasio C/N

Kalkulator

Alat Tulis

Data Hasil Pengukuran C-Organik

Data Hasil Pengukuran N Total

7. Higroskopisitas

Timbangan Analitik

Sendok

Bak Plastik

Pupuk Anorganik

Kantong Plastik

Alat Tulis

8. Tingkat Kelarutan

Timbangan Analitik

Sendok

Bak Plastik

Kertas Saring

Beker Glass

Air

Pupuk Anorganik

Gelas Ukur

Alat Tuli

Page 12: Laporan kesuburan tanah

12

C. Cara Kerja

1. Probiotik

Bekatul 0.75 kg, terasi 0.125 kg, dan tetes tebu 50 ml (gula 5 ons)

direbus dengan air 5 liter sampai mendidih (± 15 menit) atau di

sterilisasi menggunakan autoklaf (1 atm selama 15-20 menit)

Hasil rebusan (sterilisasi) didinginkan

Menyiapkan urin sapi sebanyak 500 ml (pupuk kandang 500 g)

Setelah hasil rebusan (sterilisasi) dingin, kemudian dimasukkkan ke

dalam ember plastik dan ditambahkan 500 ml urin sapi (pupuk

kandang 500 g) sambil diaduk sampai rata

Campuran selanjutnya dibiarkan selama 3 hari dan setisp harinya

dilakukan pengadukan

Probiotik siap digunakan

2. Pengomposan

Mengambil sampah organik sebanyak 5 kg yang telah dipisahkan dari

bahan-bahan anorganik

Sampah organik dipotong – potong dengan ukuran kurang lebih 5 cm

Potongan sampah dicampur secara merata dengan probiotik sebanyak

0.5 liter

Sambil diaduk –aduk ditambahkan air sampai dicapai kelembaban

kurang lebih 30 % (jika dikepal tidak keluar air tetapi jika kepalan

dibuka akan berurai lagi)

Selanjutnya dimasukkan ke dalam ember dibagi 3 lapis

Masing- masing lapisan ditaburi dengan abu dapur (total yang

diperlukan 0.5 kg) kemudian ember ditutup

Setiap hari dilakukan pengukuran pH dan suhu pengomposan sampai

sampah menjadi kompos ( C/N ≤ 20 )

Page 13: Laporan kesuburan tanah

13

3. Suhu dan Keasaman

Pengamatan Temperatur dan derajat keasaman (pH) dilakukan setiap

hari sampai sampah menjadi kompos (C/N ≤ 20)

a. Pengukuran Temperatur

Menyiapkan alat pengukur temperatur (Thermometer)

Memasukkan (menancapkan) thermometer ke bagian tengah-tengah

pengomposan (± 15 cm dari peermukaan)

Setelah 5 menit thermometer diambil dan dicatat temperaturnya

Pengukuran dilakukan denagn cara yang sama pada bagian tengah

antara tepi dan tengah gundukan (diambil 2 tempat)

Tiga hasil pengukuran dibuat rata-rat

b. Derajad Keasaman (pH)

Mengambil contoh kompos 10 g dimasukkan ke dalam beker glass 50

ml

Menambahkan air suling sebanyak 25 ml ke dalam beker glass

Mengaduk air dalam beker glass sampai kompos menjadi larut

Larutan dibiarkan mengendap selama kurang lebih 30 menit

Setelah mengendap dilakukan pengukuran pH menggunakan pH meter

(kertas lakmus)

Diamati dan dicatat angka pada monitor menunjukkan angka berapa

4. Kadar C – Organik

Ditimbang bahan kompos kering 0.1 g, dimasukkan ke dalam labu

takar

Ditambahkan K2Cr2O7 1 N sebanyak 10 ml dengan pipet ukur

Ditambah H2SO4 pekat 10 ml dengan gelas ukur dan dikocok dengan

gerakan memutar

Page 14: Laporan kesuburan tanah

14

Warna harus tetap merah jingga, apabila warna menjadi hijau atau biru

ditambah lagi K2Cr2O7 1 N dan H2SO4 pekat (jumlah penambahan

dicatat), didiamkan lebih kurang 10 menit sampai larutannya dingin

Ditambahkan 5 ml H3PO4 85 % dan 1 ml Indikator Diphenylamine

Ditambahkan air suling sampai volumenya 50 ml

Dikocok dengan membolak balikkan sampai homogen dan mengendap

Diambil dengan pipet ukur 5 ml larutan jernih, kemudian dimasukkan

ke dalam labu erlenmeyer dan ditambahkan air suling 15 ml

Larutan dititrasikan dengan FeSO4 1 N, sehingga warna menjadi

kehijau-hijauan

Langkah ini diulang tanpa sampel untuk keperluan blangko

5. Kadar N Total

a. Destruksi

Ditimbang kompos dengan gelas arloji (kertas) yang bersih dan kering

seberat 250 mg. Ditimbang juga untuk analisis kadar air

Dimasukkan ke dalam labu kjeldal 100 ml dan ditambahkan H2SO4

pekat 2.5 ml

Dikocok sampai merata dan setelah itu dipanaskan dengan hati-hati

sampai asapnya hilang dan warna larutan menjadi putih kehijau-

hijauan atau tidak berwarna (pemanasan di dalam almari asam)

kemudian didinginkan

b. Destilasi

Setelah larutan di dalam tabung kjeldal dingin ditambahkan air suling

25-50 ml, kemudian larutan ditambahkan ke dalam labu destilasi. Cara

memasukkan larutan dengan menuangkan berulang-ulang dengan air

(dalam hal ini diusahakan agar butir-butir tanah tidak masuk)

Diambil gelas piala 100-150 ml dan diisi dengan H2SO4 0.1 N 10 ml,

diberi tetes Indikator methil hingga warna menjadi merah

Page 15: Laporan kesuburan tanah

15

Gelas piala ini ditempatkan di bawah alat pendingin destilasi

sedemikian rupa hingga ujung alat pendingin tersebut tercelup di

bawah permukaan asam

Ditambahkan dengan hati-hati (denagn gelas ukur) 20 ml NaOH pekat

(penambahan NaOH ini diusahakan melalui dinding labu destilasi).

Pekerjaan ini dilakukan menjelang saat (sebelum) destilasi dimulai

(tidak boleh lama)

Setelah itu destilasi dimulai dan dijaga supaya larutan di dalam gelas

tetap berwarna merah, kalau warna berubah (hilang) segera tambah

lagi H2SO4 0.1 N denagn jumlah yang diketahui. Destilasi berlangsung

selama sekitar 30 menit (dilihat nilai larutan itu mendidih)

Setelah larutan destilasi, gelas piala diambil (ingat api baru boleh

dipadamkan kalau gelas piala sudah diambil)

Bilas air suling ujung atas bawah alt pendingin (air suling ini

dimasukkan juga dalam gelas piala)

c. Titrasi

Larutan ddalam gelas piala dititrasi dengan NaOH 0.1 N sampai warna

hampir hilang

Pekerjaan 1 s/d 3 dilakukan juga untuk blangko, yaitu tanpa

pemakaian sampel

6. Rasio C/N

Menghitung perbandingan antara C- organik dengan N total

Apabila nilai C/N sudah memenuhi syarat untuk dipergunakan sebagai

pupuk (rasio C/N kompos ≤ 20), maka proses pengomposan

dihentikan

Page 16: Laporan kesuburan tanah

16

7. Higroskopisitas

Menimbang sampel pupuk sebanyak 10 gram

Menimbang kantong plastik tempat pupuk

Pupuk dimasukkan ke dalam kantong plastik yang terbuka

Kantong plastik berisi pupuk ditaruh ditempat yang aman dan

dibiarkan tetap terbuka

Pengamatan dilakukan setiap satu minggu satu kali dengan cara

menimbang pupuk bersama kantong plastiknya

Pengamatan dilakukan selama empat minggu (1 bulan)

8. Tingkat Kelarutan

Menimbang sampel pupuk sebanyak 10 gram

Memasukkan pupuk ke dalam gelas ukur

Menambahkan air ke dalam gelas ukur dengan volume dua kali lipat

volume pupuk

Setelah satu jam larutan pupuk disaring dengan kertas saring

Kertas saring dan endapan pupuk diangin-anginkan

Setelah kering pupuk dan kertas saring ditimbang

Endapan pupuk dibersihkan dan kertas saring ditimbang

Dari hasil penimbangan kita bisa mengetahui berapa endapan yang

diperoleh

Menghitung prosentase kelarutan

Page 17: Laporan kesuburan tanah

17

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Probiotik

Gambar 1. Probiotik Jadi

2. Kompos

Gambar 2. kompos Jadi

Page 18: Laporan kesuburan tanah

18

KADAR AIR

Kelompok 1

Berat botol + tutup ulangan I = 26.132 g

Berat botol + isi ulangan I = 37.706 g

Berat botol + tutup ulangan II = 25.279 g

Berat botol + isi ulangan II = 36.970 g

Ka I

Awal = 37.706 - 26.132 = 11.57 g

Konstan = 29.236 - 26.132 = 3.10 g

Ka = 11.57−3.10

11.57x 100 %

= 73.20 %

Ka II

Awal = 36.970 – 25. 279 = 11.69 g

Konstan = 28.630 – 25.279 = 3.35 g

Ka = 11.69−3.35

11.69x100 %

= 71.34 %

Rata- rata = 73.20+71.34

2

= 72.27 %

= 0.72

Kelompok 2

Berat botol + tutup ulangan I = 31.808

Botol + isi Ulanagn I = 41.376

Page 19: Laporan kesuburan tanah

19

Berat botol + tutup ulanagn II= 32.371

Botol +Isi ulanagn II = 43.522

Ka I

Awal = 41.376- 31.808

= 9.56

Konstan = 34.287 – 31.808

= 2.48

Ka = 9.56−2.48

9.56x100 %

= 74.05 %

Ka II

Awal = 43.522 – 32.371

= 11.15

Konstan = 35.453 – 32.371

= 3.08

Ka = 11.15−3.08

11.15x100 %

= 72.37 %

Kelompok 3

Beratbotol + tutup ulangan I = 25.884

Botol + isi Ulangan I = 41.496

Beratbotol + tutup ulanagn II = 25.669

Botol + Isi ulanagn II = 41.045

Ka I

Awal = 41.496 - 25.884

Page 20: Laporan kesuburan tanah

20

= 15.652

Konstan = 30.415 – 25.884

= 4.571

Ka = 15.652−4.571

15.652x100 %

= 70.80 %

Ka II

Awal = 41.045 – 25.669

= 15.376

Konstan = 29.141 – 25.669

= 3.472

Ka = 15.376−3.472

15.376x100 %

= 77.42 %

Rata -rata = 70.80+77.42

2

= 74.11 %

= 0.74

Kelompok 4

Berat botol + tutup ulangan I = 24,791

Botol + isi Ulangan I = 30,846

Berat botol + tutup ulangan II= 26,910

Botol +Isi ulanagn II = 32,953

Kadar Air sampel I

Page 21: Laporan kesuburan tanah

21

Awal = 30,846-24,791

= 6,055

Konstan = 28,365 – 24,791

= 3.574

Ka = Berat awal−Berat akhir

Berat awalx100 %

= 6,055−3,574

6,055x100 %

= 40,97 %

Kadar lengas sampel II

Awal =( Berat botol + Sampel ) – Berat Botol

= 32,953 – 26,910

= 6,043

Konstan = Berat Konstan – Berat Botol

= 30,454– 26,910

= 3,545

Ka = Berat awal−Berat akhir

Berat awalx100 %

= 6,043−3.544

6,043x100 %

= 41,35%

Page 22: Laporan kesuburan tanah

22

Rata-rata = 40,97 %+41,35 %

2

= 41,16 %

= 0,41

KADAR C-ORGANIK

Kelompok 1

Hasil titrasi

Blanko = 6,6 ml

Sampel = 1,0 ml

Berat sampel = 100 mg

Perhitungan C-Organik =

(B−A ) × normalitas FeSO4

100100+ka

× berat contoh(mg)x 10 x

10077

x100 %

= (6.6−1.0 ) x 0.2x 3

100100+0.72

x100× 10×

10077

×100%

= 3.36

100100.72

× 100×

100077

× 100 %

= 3.36

10000100.72

×1000

77× 100 %

Page 23: Laporan kesuburan tanah

23

= 3.36

99.29×

100077

×100 %

= 0.034 × 12.99× 100 %

= 44.17 %

Kadar LengasKelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok 4

Kelompok 5

Kelompok 6

0.7981 0.559 0.7645 0.838 0.582 0.666

Kadar Bahan Organik = Kadar C x 10058

= 44.17 x 10058

= 76,16

KADAR N TOTAL

N = (B−A ) ×normalitasNaOH ×14

100100+ka

×berat contoh (mg )×100 %

= (0.44−0.1)×0.1 ×14

100100+0.72

× 250×100

%

Page 24: Laporan kesuburan tanah

24

= 0.476

248.21 x 100%

= 0.19 %

Perhitungan C/N = 44.17 %0.19 %

=232.47 %

Kelompok 2

Titrasi blanko H2SO4 = 6.6 ml

Titrasi sampel = 2.5 ml

Perhitungan C-Organik =

(B−A ) × normalitas FeSO4

100100+ka

× berat contoh(mg)x 10 x

10077

x100 %

= (6.6−2.5 ) x 0.2 x 3

100100+0.73

x100× 10×

10077

×100 %

= 2.46

100100.73

×100×

100077

×100 %

= 2.46

10000100.73

×1000

77× 100 %

= 2.46

99.22×

100077

× 100 %

Page 25: Laporan kesuburan tanah

25

= 0.024 × 12.99× 100 %

= 32.20 %

KADAR N TOTAL

N = (B−A ) ×normalitasNaOH ×14

100100+ka

× berat cont oh (mg )×100 %

= (78.4−52.5)× 0.1 ×14

100100+0.73

× 250×100 %

= 36.2625000100.73

× 100 %

= 36.26

248.18×100 %

= 14.6 %

Perhitungan C/N = 32.20 %14.6 %

=2.20 %

Kelompok 3

Titrasi blanko H2SO4 = 6.6 ml

Page 26: Laporan kesuburan tanah

26

Titrasisampel = 3.7 ml

Perhitungan C-Organik =

(B−A ) × normalitas FeSO4

100100+ka

× berat contoh(mg)x 10 x

10077

x100 %

= (6.6−3.7 ) x 0.2 x3

100100+0.74

x100x 10 x

10077

x100 %

=0.02 x10 x10077

x 100%

= 25.97%

Kadar BahanOrganik = Kadar C x10058

= 25.97 x 1.724

= 44.77 %

KADAR N TOTAL

Destilasi = PenambahanHCl 0.01N 15 ml

Titrasi Blanko = 0.5 ml x 2.5 ml = 1.25 ml

Sampel = 0.3 ml

Page 27: Laporan kesuburan tanah

27

N = (B−A ) ×normalitasNaOH ×14

100100+ka

×berat contoh (mg )×100 %

= (1.25−0.3)× 0.1× 14

100100+0.74

× 250× 100 %

= 1.33

248.16x 100 %

= 0.54 %

Perhitungan C/N = 25.97 %0.54 %

=48.09 %

Kelompok 4

Hasil titrasi Blanko = 6,6 ml

Sampel =1,0 ml

Berat sampel = 100 mg

Perhitungan C-Organik =

(B−A ) × normalitas FeSO4

100100+ka

× berat contoh(mg)x 10 x

10077

x100 %

= ¿ (6.6−1.7 ) x 0.2 x 3

100100+0.41

x 100× 10×

10077

×100 %

Page 28: Laporan kesuburan tanah

28

= 2,94

100100.41

× 100×

100077

× 100 %

= 3.36

10000100.41

×1000

77× 100 %

= 3.36

99.59×

100077

×100 %

= 0,03 ×12.99 ×100 %

= 38,97 %

Kadar Bahan Organik = Kadar C x 10058

= 38,97 % x 10058

= 67,18

Kadar N Total

Destilasi Penambahan HCl = 15 ml

Titrasi Blanko = 0,5 ml

Sampel = 0,4 ml

Berat sampel = 250 mg

Page 29: Laporan kesuburan tanah

29

N = (B−A ) ×normalitasNaOH ×14

100100+ka

×berat contoh (mg )×100 %

= (0.915−0.4)×0.1 ×14

100100+0.41

× 250×100

%

= 0.721

248.98 x 100%

= 0.29 %

Perhitungan C/N =38.970.29

= 134.38 %

Tabel 1. Data C/N Rasio Kompos

Perlakuan Ulangan1 2

Cair 232,47 48,09Padat 2,2 134,38Total 234,67 182,47

Rata-rata 117,34 91,24SD 162,83 61,02

Variansi 26512,14 3722,98

SD 1 = √∑ Y 2−¿¿¿¿¿¿

Page 30: Laporan kesuburan tanah

30

= √ (232,47¿¿2+2,22)−234,672

22−1

¿

= √ 54047,14−275351

= √26512,14

=162,83

SD 2 = √∑ Y 2−¿¿¿¿¿¿

= √ ( 48,092+134,382 )−182,472

22−1

= √ 20370,63−16647,651

= √3722,98

= 61,02

Analisa C/N rasio

1. n kecil = n < 30, maka digunakan distribusi T

Page 31: Laporan kesuburan tanah

31

2. rumusan hipotesis dua arah

Ho = (μ1 – μ 2) = Do

Hi = (μ 1 – μ 2) ≠ Do

3. daerah kritis

Ho ditolak jika –t α2

< t hitung< t α2

α = 0,05

Ho ditolak jika –t 0,025 < t hitung< t 0,025

4. statistik pengujiX1 = 117,34 X2 = 91,24

S1 = 162,83 S1 = 61,02

N1 = 2 N2 = 2

5. t hitung =

( X 1−X 2 )−Do

√( S12

N 1 )+( S22

N 2 )=

(117,34−91,24 )−0

√( 162,832

2 )+( 61,022

2 )=

26,1

√13256,80+1861,72

= 26,1

1976,86

= 0,013

6. .... Ho ditolak jika –t α2

< t hitung < t α2

= -t0,25<0,013<t0,025

= -6,314<0,013<6,314

Interpretasi:

Page 32: Laporan kesuburan tanah

32

berati Ho ditolak, maka tidak ada beda nyata antara kompos yang terbuat

dari kotoran sapi cair dan kotoran sapi padat.

3. Suhu dan Keasaman

Hari ke

-1

Hari ke

-2

Hari ke

-3

Hari ke

-4

Hari ke

-5

Hari ke

-6

Hari ke

-7

Hari ke

-8

Hari ke

-9

Hari ke

-10

Hari ke

-11

Hari ke

-12

Hari ke

-13

Hari ke

-14

Hari ke

-1505

101520253035404550

SUHUPH

Grafik 1. Suhu dan Keasaman Kelompok 1

Hari ke

-1

Hari ke

-2

Hari ke

-3

Hari ke

-4

Hari ke

-5

Hari ke

-6

Hari ke

-7

Hari ke

-8

Hari ke

-9

Hari ke

-10

Hari ke

-11

Hari ke

12

Hari ke

-13

Hari ke

-14

Hari ke

-1505

101520253035404550

SUHUPH

Grafik 2. Suhu dan Keasaman Kelompok 2

Page 33: Laporan kesuburan tanah

33

Hari ke

-1

Hari ke

-2

Hari ke

-3

Hari ke

-4

Hari ke

-5

Hari ke

-6

Hari ke

-7

Hari ke

-8

Hari ke

-9

Hari ke

-10

Hari ke

-11

Hari ke

-12

Hari ke

-13

Hari ke

-14

Hari ke

-1505

1015202530354045

SUHUPH

Grafik 3. Suhu dan Keasaman Kelompok 3

Hari ke

-1

Hari ke

-2

Hari ke

-3

Hari ke

-4

Hari ke

-5

Hari ke

-6

Hari ke

-7

Hari ke

-8

Hari ke

-9

Hari ke

-10

Hari ke

-11

Hari ke

-12

Hari ke

-13

Hari ke

-14

Hari ke

-1505

1015202530354045

SUHUPH

Grafik 4. Suhu dan Keasaman Kelompok 4

4. Pupuk An-organik

Higroskopisitas

Tabel 2.

Page 34: Laporan kesuburan tanah

34

Tabel Hasil Pengamatan Higroskopisitas Kelompok 1

JenisPupuk Minggu I Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

rerata serapan rerata serapan rerata serapan rerata serapanZA 9.57 -0,43 9.95 -0,05 10,25 0,25 10,35 0,35

SP 36 10,52 0,52 10,63 0,63 10,75 0,75 10,7 0,7

Urea 10,08 0,08 10,55 0,55 11,6 1,6 12,5 2,5

Ponska 12,03 2,03 13,1 3,1 14,3 4,3 15,5 5,5

KCl 10,54 0,54 10,84 0,84 11,25 1,25 11,7 1,7

minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4-1

0

1

2

3

4

5

6

-0.43-0.05 0.25 0.350.520.63000000

00000030.75000000

00000030.70000000

00000010.08

0.55

1.6

2.52.03

3.1

4.3

5.5

0.540.84000000

00000011.25

1.7

ZASP 36UreaPonskaKCl

Grafik 5. Higroskopisitas kelompok 1

Tabel 3.

Hasil Pengamatan Higroskopisitas Kelompok 2

JenisPupuk Minggu I Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4rerata serapan rerata serapan rerata serapan rerata serapan

ZA 12,1 2,1 11,9 1,9 11,65 0,65 10,24 0,24SP 36 10,85 0,85 10,7 0,7 10,95 0,95 10,1 0,1Urea 11,25 1,25 11,35 1,35 12,25 2,25 10,27 0,27

Ponska 12,4 2,4 13,45 3,45 15,45 5,45 10,65 0,65KCl 11,4 1,4 11,5 1,5 12,1 2,1 10,25 0.25

Page 35: Laporan kesuburan tanah

35

minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 40

1

2

3

4

5

6

2.1 1.9

0.650000000000003 0.24

0.850000000000001

0.700000000000001

0.950000000000001

0.1

1.25 1.35

2.25

0.27

2.4

3.45

5.45

0.650000000000003

1.4 1.52.1

0.25

ZASP 36UreaPonskaKCl

Grafik 6. Higroskopisitas Kelompok 2

Tabel 4.

Hasil Pengamatan Higroskopisitas Kelompok 3

JenisPupuk Minggu I Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

rerata serapan rerata serapan rerata serapan Rerata

Serapan

ZA 12,05 2,05 11,2 1,2 10,95 0,95 11,1 1,1SP 36 11,65 1,65 11,25 1,25 10,55 0,55 10,6 0,6Urea 12,1 2,1 12,1 2,1 12,45 2,45 13,05 3,05

Ponska 13,1 3,1 13,6 3,6 14,8 4,8 16,05 6,05KCl 12,5 2,5 11,55 1,55 11,85 1,85 12,1 2,1

Page 36: Laporan kesuburan tanah

36

minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 40

1

2

3

4

5

6

7

2.05

1.2 0.950000000000001

1.11.65

1.25

0.55 0.600000000000001

2.1 2.12.45

3.053.13.6

4.8

6.05

2.5

1.551.85 2.1

ZASP 36UreaPonskaKCl

Grafik 7. Higroskopisitas Kelompok 3

Tabel 5.

Hasil Pengamatan Higroskopisitas Kelompok 4

JenisPupuk Minggu I Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4rerata serapan rerata serapan rerata serapan rerata serapan

ZA 10,67 0,67 10,08 0,08 10,92 0,92 10,98 0,98SP 36 10,6 0,6 10,7 0,7 10,68 0,68 10,7 0,7Urea 11,4 1,4 11,6 1,6 13,82 3,82 13,82 3,82

Ponska 12,73 2,73 13,83 3,83 14,6 4,6 15,83 5,83KCl 11,6 1,6 11,44 1,44 12 2 12,27 2,27

Page 37: Laporan kesuburan tanah

37

minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 40

1

2

3

4

5

6

7

0.670000000000003

0.08

0.92 0.980.600000000000001

0.700000000000001 0.68 0.70000000000

0001

1.4 1.6

3.82 3.82

2.73

3.83

4.6

5.83

1.6 1.442

2.27

ZASP 36UreaPonskaKCl

Grafik 8. Higroskopis Kelompok 4

Tingkat Kelarutan

Kelompok 1

% Kelarutan = 10−endapan

10×100 %

% Kelarutan Urea = 10−0.4

10×100 %=96 %

% Kelarutan ZA = 10−0.4

10×100 %=96 %

% Kelarutan Ponska = 10−2.51

10× 100 %=74.9%

Page 38: Laporan kesuburan tanah

38

% Kelarutan Sp36 = 10−8.22

10×100 %=17.8 %

% Kelarutan KCl = 10−0.34

10×100 %=96.6 %

Kelompok 2

% Kelarutan = 10−endapan

10×100 %

% Kelarutan Urea = 10−0.4

10×100 %=96 %

% Kelarutan ZA = 10−0.4

10×100 %=96 %

% Kelarutan Ponska = 10−2.51

10× 100 %=74.9%

% Kelarutan Sp36 = 10−8.22

10×100 %=17.8 %

% Kelarutan KCl = 10−0.34

10×100 %=96.6 %

Kelompok 3

% Kelarutan = 10−endapan

10×100 %

% Kelarutan Urea = 10−0.1

10×100 %=99 %

Page 39: Laporan kesuburan tanah

39

% Kelarutan ZA = 10−0.4

10×100 %=96 %

% KelarutanPonska = 10−3.4

10×100 %=66 %

% Kelarutan Sp36 = 10−8.5

10×100 %=15 %

% KelarutanKCl = 10−3.2

10× 100 %=68 %

Kelompok 4

% Kelarutan = 10−endapan

10x100 %

% Kelarutan Urea = 10−0.2

10x 100 %=98 %

% Kelarutan KCl = 10−0.96

10x100 %=90.4 %

% Kelarutan pondska = 10−1.32

10x 100 %=86.8 %

% Kelarutan SP36 = 10−8.45

10x100% = 15.5 %

% Kelarutan ZA = 10−0.16

10X 100 %=98.4 %

Page 40: Laporan kesuburan tanah

40

B. PEMBAHASAN

1. Kompos

Selama fase awal pengomposan, bakteri meningkat dengan cepat.

Berikutnya, bakteri berfilamen (actinomycetes), jamur, dan protozoa mulai

bekerja. Setelah sejumlah besar karbon (C) dalam kompos dimanfaatkan

(utilized) dan temperatur mulai turun, centipedes, milipedes, kutu, cacing

tanah, dan organisme lainnya melanjutkan proses pengomposan (Starbuck,

2004).

Organisme yang bertugas dalam menghancurkan material organik

membutuhkan nitrogen (N) dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, dalam

proses pengomposan perlu ditambahkan material yang mengandung nitrogen

agar berlangsung proses pengomposan secara sempurna. Material tersebut

salah satunya dapat diperoleh dari kotoran ternak (manure). Nitrogen akan

bersatu dengan mikroba selama proses penghancuran material organik.

Setelah proses pembusukan selesai, nitrogen akan dilepaskan kembali sebagai

salah satu komponen yang terkandung dalam kompos.

Fase kematangan (ripeness) , Kompos akan berubah menjadi gelap,

wangi, remah, dan mudah hancur. karenanya kompos sudah dapat digunakan.

Page 41: Laporan kesuburan tanah

41

Dalam proses pengomposan, harus dilakukan pengontrolan terhadap

kelembaban, aerasi (tata udara), temperatur, dan derajat keasaman (pH).

Kelembaban antara 50-60% merupakan angka yang cukup optimal pada

pembuatan kompos. Pengomposan secara aerob membutuhkan udara,

sehingga perlu dilakukan pembalikan (turning) pada kompos agar tercipta

pergerakan udara. Temperatur akan naik pada tahap awal pengomposan,

namun temperatur tersebut akan berangsur-angsur turun mencapai suhu kamar

pada tahap akhir. Keasaman kompos akan meningkat, karena bahan yang

dirombak menghasilkan asam-asam organik yang sederhana dan keasaman ini

akan kembali normal ketika kompos telah matang.(Starbuck, 2004)

Faktor faktor yang menentukan kualitas hasil pengomposan atau kualitas

adalah sbb:

a. Struktur Bahan Baku

Laju dekomposisi bahan organik juga tergantung dari sifat bahan yang

dikomposkan. Sifat bahan tanaman tersebut diantaranya jenis tanaman, umur,

dan komposisi kimia tanaman. Semakin muda umur tanaman, proses

dekomposisi akan berlangsung lebih cepat. Hal ini disebabkan kadar airnya

masih tinggi, kadar nitrogen tinggi, imbangan C/N yang sempit, serta

kandungan lignin yang rendah. Semakin banyak kandungan senyawa N,

bahan baku akan makin cepat terurai.  Hal ini disebabkan jasad-jasad renik

pengurai bahan ini memerlukan senyawa Nuntuk

perkembangannya. (Murbandono, 1995)

b. Ukuran Bahan Baku

Proses Pengomposan dapat dipercepat dengan mengecilkan ukuran bahan

sehingga luas permukaan kontak lebih tinggi dan menjadi lebih peka terhadap

aktivitas mikroorganisme.(Simamora, 2006) menyatakan Ukuran bahan baku

kompos akan mempengaruhi kecepatan proses pengomposan.  Semakin kecil

Page 42: Laporan kesuburan tanah

42

ukuran bahan (5-10 cm),  maka proses pengomposan akan berlangsung lebih

cepat.

c. Suhu

Pada proses pengomposan dimulai sebagian energi yang dihasilkan akan

meningkatkan suhu.  Peningkatan suhu merupakan indikator adanya proses

dekomposisi sebagai akibat hubungan kadar air dan kerja mikroorganisme.

Pada saat bahan organik dirombak oleh mikroorganisme maka dibebaskanlah

sejumlah energi berupa panas. Pada tahap awal pengomposan mikroorganisme

memperbanyak diri secara cepat dan menaikkan suhu (Dalzell et al., 1987)

d. Kadar air

Mikroorganisme membutuhkan air dalam kehidupan dan

pertumbuhannya Proses pengomposan berjalan baik pada kadar air awal

bahan sekitar 60-65%, karena pengaruh peningkatan suhu maka kadar air akan

meningkat lagi. Hal tersebut disebabkan karena aktivitas mikroorganisme.

Jumlah fungi yang beradaptasi dengan baik pada partikel bahan kompos jauh

lebih tinggi dibanding bakteri pada saat awal dekomposisi (fase aerobic)

sebab fungi mempunyai kemampuan menggunakan bahan-bahan polimerik

disamping dapat mereduksi kapasitas thermal pada kadar air rendah. Apabila

kadar air meningkat menjadi 80% (20-25 hari) proses menjadi anaerobic,

kemudian kadar air akan menurun, maka kapasitas thermal juga akan

menurun. (EPA, 1989).

e. Keseimbangan Nutrien (Rasio C/N).

Parameter nutrien yang paling penting dalam proses pembuatan kompos

adalah unsur karbon dan nitrogen. Dalam proses pengurai terjadi reaksi antara

karbon dan oksigen sehingga menimbulkan panas (CO2). Nitrogen akan

ditangkap oleh mikroorganisme sebagai sumber makanan. Apabila

mikroorganisme tersebut mati, maka nitrogen akan tetap tinggal dalam

Page 43: Laporan kesuburan tanah

43

kompos sebagai sumber nutrisi bagi makanan. Besarnya perbandingan antara

unsur karbon dengan nitrogen tergantung pada jenis sampah sebagai bahan

baku. Perbandingan C dan N yang ideal dalam proses pengomposan yang

optimum berkisar antara 20 : 1 sampai dengan 40 : 1, dengan rasio terbaik

adalah 30 : 1.

Hasil perhitungan kadar C/N rasio kompos tiap kelompok berbeda-beda,

hasilnya adalah: Kelompok 1 C/N rasionya adalah 232,47 %, Kelompok 2

C/N rasionya adalah 2,20 %, Kelompok 3 C/N rasionya adalah 48,09 %, dan

hasil perhitungan C/N rasio kelompok 4 adalah 134,38 %. Dari hasil

perhitungan C/N rasio kompos tiap kelompok tidak ada yang mendekati C/N

rasio kompos yaitu < 20 %. Hal ini dimungkinkan ada kesalahan pada saat

analisa kadar C dan N. Pada kelompok 2 analisa C/N organik dilakukan

sampai dengan 3 kali, karena saat praktikum kelompok kami melakukan

kesalahan, yaitu pada saat titrasi volume HCl sangat tinggi hampir mencapai

volume 80 ml. Faktor ini kemungkinan bisa dari human error atau bahkan

karena alat-alat laboratorium yang tingkat kebersihannya kurang diperhatikan

oleh laboran, dan pada saat destruksi nyala api tidak stabil bahkan sering

dimatikan. Ini juga dapat berpengaruh dalam analisa, sebab dapat

memperlama tingkat kejernihan bahan saat didestruksi, akibatnya untuk

langkah kerja selanjutnya yaitu destilasi akan terhambat.

f. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) ideal dalam proses pembuatan kompos secara

aerobik berkisar pada pH netral (6 – 8,5), sesuai dengan pH yang dibutuhkan

tanaman. Pada proses awal, sejumlah mikroorganisme akan mengubah

sampah organik menjadi asam-asam organik, sehingga derajat keasaman akan

selalu menurun. Pada proses selanjutnya derajat keasaman akan meningkat

secara bertahap yaitu pada masa pematangan, karena beberapa jenis

mikroorganisme memakan asam-asam organik yang terbentuk tersebut.

Page 44: Laporan kesuburan tanah

44

g. Aerasi

Aerasi yang baik sangat dibutuhkan agar proses dekomposisi

(pengomposan) bahan organik berjalan lancar. Aerasi (pengaturan udara) yang

baik ke semua bagian tumpukan bahan kompos sangat penting untuk

menyediakan oksigen bagi mikroorganisme dan membebaskan CO2 yang

dihasilkan. CO2 yang dihasilkan harus dibuang agar tidak menimbulkan zat

beracun yang merugikan mikroorganisme sehingga bisa menghambat

aktivitasnya. Dalam praktiknya, pengaturan aerasi dilakukan dengan cara

membalikkan tumpukan bahan kompos secara teratur. Selain itu, bisa juga

dengan pergerakan udara secara alami ke dalam tumpukkan kompos melalui

saluran-saluran aerasi.

h. Pengadukan (Homogenisasi)

Faktor lain yang berpengaruh terhadap proses pengomposan adalah

pengadukan. Bahan baku kompos terdiri dari campuran berbagai bahan

organik yang memiliki sifat terdekomposisi berbeda (ada yang mudah dan

sukar terdekomposisi). Apabila campuran bahan ini tidak diaduk, maka proses

dekomposisi tidak berjalan secara merata. Akibatnya, kompos yang dihasilkan

kurang bagus. Karena itu, sebelum dan selama proses pengomposan,

campuran bahan baku kompos harus diaduk sehingga mikroba perombak

bahan organik bisa menyebar secara merata. Dengan demikian, kinerja

mikroba perombak bahan organik bisa lebih efektif. Pengadukan sebaliknya

dilakukan seminggu sekali. Standar kualitas kompos kualitas kompos

biasanya diidentikan dengan kandungan unsur hara yang ada didalamnya,

kadarnya sangat tergantung dari bahan baku atau proses pengkomposan.

i. Pembalikan

Page 45: Laporan kesuburan tanah

45

Pengomposan secara aerobik memerlukan sejumlah besar oksigen,

terutama selama proses awal. Jika suplai oksigen terbatas, proses

pengkomposan menjadi anaerobik, sehingga proses terjadi lebih lambat dan

berbau. Kandungan oksigen dalam tumpukan akan berubah dengan

pembalikan secara manual. Pembalikan dibutuhkan juga pada saat adanya

perbedaan temperatur pada tumpukan. Ketersediaan oksigen, dan aktivitas

microbial akan berpengaruh terhadap temperatur tumpukan kompos.

Sepanjang proses pengomposan oksigen habis dengan cepat oleh mikroba

ketika terjadi proses metabolisme zat organik. Oksigen menjadikan proses

pengomposan jadi melambat dan menurunkan temperatur. Pemberian udara

pada pupuk kompos dengan pembalikan adalah untuk memastikan persediaan

oksigen yang cukup bagi mikroba. Ketersediaan Oksigen dan Pembalikan.

Kadar oksigen yang ideal adalah 10%-18%(kisaran yang dapat diterima

adalah 5%-20%). Jika tumpukan terlalu lembab maka proses pengomposan

akan terhambat, ini dikarenakan kandungan air akan menutupi rongga udara

didalam tumpukan, sehingga akan membatasi kadar oksigen dalam tumpukan.

Kekurangan oksigen mengakibatkan mikroorganisme aerobik mati dan akan

tergantikan oleh mikroorganis mean aerobik. Tetapi dengan adanya

pembalikan pada tumpukan kompos akan mengembalikan kondisi tumpukan

menjadi normal kembali . Aerasi sangat diperlukan untuk mengurangi kadar

air yang tinggi pada bahan organik yangakan dikomposkan dan untuk menjaga

agar pada proses pengomposan selalu ada udara segar.

2. Probiotik

Pupuk kompos merupakan dekomposisi bahan – bahan organik atau

proses perombakan senyawa yang komplek menjadi senyawa yang sederhana

dengan bantuan mikroorganisme. Aktivator Pengomposan yang digunakan

adalah kotoran ternak atau rumen sapi untuk mempercepat proses

pengomposan.

Page 46: Laporan kesuburan tanah

46

Pada hasil pengomposan dengan dua macam probiotik yaitu menggunakan

urin sapi dan kotoran sapi padat. Berdasarkan hasil analisis varians diperoleh

hasil bahwa pada penggunaan dua macam probiotik dalam pengomposan

hasilnya tidak ada pengaruhnya secara nyata terhadap hasil pengomposan.

Aktivator (starter kompos) merupakan dekomposer yang terdiri dari

bakteri pengurai, cendawan dan mikroba pengurai lainnya yang telah diisolasi

yang digunakan untuk mempercepat proses dekomposisi bahan organik.

Penggunanan aktivator ini (penggunaan probiotik dari kotoran sapi) dapat

mempercepat proses pengomposan dari 4 – 6 bulan menjadi 3 – 4 minggu.

3. Keasaman (pH)

Hasil pengukuran PH pada pemgomposan diperoleh hasil tiap kelompok

yaitu: kelompok 1 sebesar 7,97 , kelompok 2 sebesar 8,01 , kelompok 3 sebesar

7,94 dan kelompok 4 sebesar 8,02. Hasil dari keempat kelompok tersebut telah

diperoleh hasil dengan rata- rata PH pengomposan sebesar 7,99.

bahan organik dengan nilai pH antara 3 dan 11 dapat dikomposkan, pH

optimum berkisar antara 5,5 dan 8. Bakteri lebih  senang pada pH netral.

Fungi berkembang cukup baik pada kondisi pH agak masam. Kondisi alkalin

kuat menyebabkan kehilangan nitroge, hal ini kemungkinan terjadi apabila

ditambahkan kapur pada saat pengomposan berlangsung. Kondisi sangat asam

pada awal proses dekomposisi menunjukkan proses dekomposisi berlangsung

tanpa terjadi peningkatan suhu. Biasanya pH agak turun pada awal proses

pengomposan karena aktivitas bakteri yang menghasilkan asam.  Dengan

munculnya mikroorganisme lain dari bahan yang didekomposisi maka pH

bahan kembali naik setelah beberapa hari dan pH berada pada kondisi netral.

(Sutanto, 2002)

Derajat keasaman dapat menjadi faktor penghambat dalam proses

pembuatan kompos, yaitu dapat terjadi apabila :

Page 47: Laporan kesuburan tanah

47

pH terlalu tinggi (di atas 8) , unsur N akan menguap menjadi NH3. NH3 yang

terbentuk akan sangat mengganggu proses karena bau yang menyengat.

Senyawa ini dalam kadar yang berlebihan dapat memusnahkan

mikroorganisme.

pH terlalu rendah (di bawah 6), kondisi menjadi asam dan dapat menyebabkan

kematian jasad renik.

4. Temperatur (Suhu)

Proses biokimia dalam proses pengomposan menghasilkan panas yang

sangat penting bagi mengoptimumkan laju penguraian dan dalam

menghasilkan produk yang secara mikroorganisme aman digunakan. Pola

perubahan temperature dalam tumpukan sampah bervariasi sesuai dengan tipe

dan jenis mikroorganisme. Pada proses pengomposan dimulai sebagian energi

yang dihasilkan akan meningkatkan suhu.  Peningkatan suhu merupakan

indikator adanya proses dekomposisi sebagai akibat hubungan kadar air dan

kerja mikroorganisme. Pada saat bahan organik dirombak oleh

mikroorganisme maka dibebaskanlah sejumlah energi berupa panas. Pada

tahap awal pengomposan mikroorganisme memperbanyak diri secara cepat

dan menaikkan suhu.

Pada pengomposan aerobik, diawal  suhu meningkat pesat mulai dari 60OF

hingga hingga mencapai 160OF dimana aktifitas mikroorganisme

adalah mesophilic dan berikutnya thermophilic , setelah suhu mulai menurun

maka mikroorganisme mesophilic kembali aktif. Dan setelah suhu stabil

proses pematangan kompos mulai terjadi.Temperatur dan tinggi tumpukan

mempengaruhiMetabolisme mikroorganisme dalam tumpukanmenimbulkan

energi dalam bentuk panas. Panas yang ditimbulkan sebagian akantersimpan

di dalam tumpukan dan sebagian lagi terlepas pada proses penguapan atau

Page 48: Laporan kesuburan tanah

48

aerasi. Panas yang terperangkap di dalam tumpukan akan meningkatkan

temperatur tumpukan.

Hasil pengukuran suhu tiap kelompok pada saat proses pengomposan

yaitu sbb: kelompok 1 sebesar 31,81 °C, kelompok sebesar 2 31,46 °C,

kelompok 3 sebesar 29,90 °C dan kelompok 4 sebesar 30 °C. Dengan hasil

rata –rata suhu semua kelompok diperoleh hasil sebesar 30,8 °C. Nilai ini

tidak sesuai dengan teori, karena temperatur yang tepat saat pengomposan

berkisar antara 40 – 50 °C.

Adanya perbedaan suhu ini Kemungkinan ada beberapa faktor yaitu :

Saat pengomposan berlangsung sering kali tidak dilakukan pembalikan.

Proses pembalikan ini berfungsi sebagai aerasi Aerasi (pengaturan udara)

yang baik ke semua bagian tumpukan bahan kompos sangat penting untuk

menyediakan oksigen bagi mikroorganisme dan membebaskan CO2 yang

dihasilkan. CO2 yang dihasilkan harus dibuang agar tidak menimbulkan zat

beracun yang merugikan mikroorganisme sehingga bisa menghambat

aktivitasnya. Dalam praktiknya, pengaturan aerasi dilakukan dengan cara

membalikkan tumpukan bahan kompos secara teratur. Selain itu, bisa juga

dengan pergerakan udara secara alami ke dalam tumpukkan kompos melalui

saluran-saluran aerasi.

Kadar air pada bahan kurang

Mikroorganisme membutuhkan air dalam kehidupan dan pertumbuhannya

Proses pengomposan berjalan baik pada kadar air awal bahan sekitar 60-65%,

karena pengaruh peningkatan suhu maka kadar air akan meningkat lagi. Hal

tersebut disebabkan karena aktivitas mikroorganisme. Jumlah fungi yang

beradaptasi dengan baik pada partikel bahan kompos jauh lebih tinggi

dibanding bakteri pada saat awal dekomposisi (fase aerobic) sebab fungi

mempunyai kemampuan menggunakan bahan-bahan polimerik disamping

dapat mereduksi kapasitas thermal pada kadar air rendah. Apabila kadar air

Page 49: Laporan kesuburan tanah

49

meningkat menjadi 80% (20-25 hari) proses menjadi anaerobic, kemudian

kadar air akan menurun, maka kapasitas thermal juga akan menurun.

5. Pupuk An-organik

Pada praktikum kesuburan tanah mengidentifikasi pupuk yang bertujuan

untuk mengenal berbagai jenis pupuk dan mengidentifikasi sifat-sifat pupuk.

Disini Praktikan diperkenalkan berbagai jenis pupuk antara lain: pupuk ZA,

SP36, Urea, KCl dan Ponska. Dari hasil praktikum yang kami lakuakan

diperoleh hasil tingkat kelarutan dan higroskopisitas terhadap masing-masing

pupuk yaitu (Notohadiprawiro,dkk., 1997) :

ZA

pupuk amonium sulfat (ZA) yang memiliki sifat fisik sebagai berikut :

bentuk butiran lembut,warna putih gula, senyawa anorganik, kelarutan

cepat,mengalami higroskopisitas, grade pupuk (21-0-0) dan memiliki sifat

kimia sebagai berikut Rumus kimia (NH4)2SO4, kadar hara 21% N, sifat

fisiologis Asam.

SP36

pupuk SP36 (Ca H2PO4) yaitu dengan sifat fisik berbentuk Butiran kasar.

warna Abu-abu, Senyawa Anorganik, kelarutan Lambat, tidak Higroskopisitas

karena berbentuk butiran kasar, Grade pupuk : (0-36-0) artinya hanya

mengandung unsure hara,s ifat fisiologis Basa karena terdapat Ca pupuk

pupuk yang mengandung unsure Ca, Pada umumnya bersifat Basa.

Urea

pupuk Urea CO (NH2)2 dengan sifat fisik berbentuk butiran Kasar, warna

putih, senyawa anorganik, kelarutan Cepat, Higroskopisitas karena pupuk

berbentuk Kristal yang mudah menguap, grade pupuk (46-0-0) Artinya hanya

mengandung unsur hara primer 40% N, kadar hara : 46% N, sifat fisiologis

Asam karena banyak mengandung nitrogen yang terlalu  bayak apabila

pengapliasian terlalu banyak menyebabkan tanah menjadi masam.

Page 50: Laporan kesuburan tanah

50

KCl

pupuk KCl/MOP memiliki sifat fisika sebagai berikut ; bentuk butiran

lembut, warna merah+putih, senyawa anorganik, kelarutan cepat,

higroskopisitas, grade pupuk (0-0-60) dengan sifat fisik kadar hara 60% K2O,

sifat fisiolois Asam.

Ponska

Spesifikasi pupuk ponska

Nitrogen (N) : 15%

Fosfat (P2O5) : 15%

Kalium (K2O) : 15%

Sulfur (S) : 10%

Kadar air maksimal 2%

Bentuk butiran

Warna merah muda

Dikemas dalam kantong bercap kerbau emas dengan isi bersih 50 dan 20

kg.

Sifat, manfaat dan keunggulan pupuk PHONSKA

Higroskopis

Mudah larut dalam air

Mengandung unsur hara N, P, K dan S sekaligus

Kandungan unsur hara setiap butir pupuk merata

Larut dalam air sehingga mudah diserap tanaman

Sesuai untuk berbagai jenis tanaman

Meningkatkan produksi dan kualitas panen

Page 51: Laporan kesuburan tanah

51

Menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama, penyakit dan

kekeringan

Menjadikan tanaman lebih hijau dan segar karena banyak mengandung

butir hijau daun

Memacu pertumbuhan akar dan sistem perakaran yang baik

Memacu pembentukan bunga, mempercepat panen dan menambah

kandungan protein

Menjadikan batang lebih tegak, kuat dan dapat mengurangi risiko rebah

Memperbesar ukuran buah, umbi dan biji-bijian

Meningkatkan ketahanan hasil selama pengangkutan dan penyim-panan.

Memperlancar proses pembentukan gula dan pati.

BAB V

KESIMPULAN

1. Penggunaan probiotik dengan dua macam jenis yaitu dengan menggunakan

urin sapi dan kotoran sapi padat tidak ada pengaruhnya secara nyata pada saat

pengomposan.

2. Dari hasil pengomposan bahan organik, didapat hasil kompos dengan warna

kehitam – hitaman, kompos sedikit agak liat (bila dikepal masih menggumpal

dan masih keluar sedikit air) dan masih agak bau.

3. Hasil pengukuran suhu dan keasaman (pH) pada kompos diperoleh nilai

dengan rata-rata semua kelompok pH sebesar 7,99 dan suhu sebesar 30,8 °C.

4. Rasio C/N kompos diperoleh hasil tiap kelompok berbeda-beda yaitu:

kelompok 1sebesar 232,47 %, kelompok 2 sebesar 2,20 %, kelompok 3

sebesar 48,09 % dan kelompok 4 sebesar 134,38 %.

Page 52: Laporan kesuburan tanah

52

5. Dari indentifikasi pupuk organik yang kami lakukan, tingkat kelarutan

diurutkan dari paling tinggi ke terendah tingkat kelarutannya adalah: KCl,

Urea, ZA, Ponska dan SP36.

DAFTAR LAMPIRAN

DATA KELOMPOK 1

PUPUK ORGANIK (dengan probiotik kotoran sapi cair /urin)

Acara I Probiotik

Bahan urin sapi 500 ml

Acara III Suhu dan Keasaman

Hari ke- Ph Suhu1 6,26 352 7,12 343 6,90 34

Page 53: Laporan kesuburan tanah

53

4 7,70 345 7,80 33,36 8,28 337 8,21 298 8,54 329 8,40 3010 8,40 2811 8.22 27,312 8.23 2913 8,38 3914 8,52 3015 8,67 29,67

Acara IV Kadar C-organik

Hasil titrasi : Blanko : 6,6 ml Berat sampel : 100 mg

Sampel : 1,0 ml

Tabel pengamatan kadar C-organik

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4

Berat sampel

100 mg 100 mg 100 mg 100 mg

Titrasi blanko

6,6 ml 6,6 ml 6,6 ml 6,6 ml

Titrasi Sampel

1,0 ml 2,5 ml 3,7 ml 1,7 ml

Acara V Kadar N Total

Destilasi : Penambahan HCl 0,01N 34 ml

Titrasi : Blanko : 0,1 ml

Page 54: Laporan kesuburan tanah

54

Sampel : 0,1 ml

Berat sampel : 250 mg

Volume tirasi : 10 ml

Kadar Lengas Kompos

Sampel Berat Botol

Botol + Sampe

l

Berat Setelah di Oven (g)

16/5 17/5 22/5 23/5 23/5 24/5 24/5 28/5 29/5

1 26.132

37,706 30,754 29,272 29,265 29,266 29,243 29,280 29,234 29,236 konstan

2 25,279

36,970 30,139 28,653 28,556 28,660 28,637 28,676 28,631 28,630 konstan

PUPUK ANORGANIK

Acara VII Higroskopisitas

Berat Plastik : 0,5 g

Berat Awal : 10 g

Jenis Pupuk Minggu I Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2

ZA 10,04 9,09 10,04 9,85 10,3 10,2 10,6 10,1SP 36 10,03 11,01 10,24 11,01 10,5 11,0 10,3 11,1Urea 10,07 10,09 11,01 10,09 11,7 11,5 12,8 12,2

Ponska 12,01 12,05 13,13 13,06 13,7 14,9 14,9 16,1KCl 10,04 11,04 10,62 11,06 10,8 11,7 11,1 12,3

Page 55: Laporan kesuburan tanah

55

Acara VIII Tingkat Kelarutan

Berat Awal : 10 g

Jenis Pupuk Berat Pupuk+Kertas

(A)

Berat Kertas (B)

A – B

(C)

% kelarutan

ZA 1,8 1,2 0,6 94 %SP 36 9,5 1,9 7,6 24%Urea 2,2 2 0,2 98%

Ponska 5,3 2,4 2,9 71%KCl 4,6 2,2 2,4 76%

DATA KELOMPOK 2

Pengomposan dengan kotoran sapi padat

ACARA III. Suhu dan Keasaman

Pengamata

n ke-

pH Suhu

1 7,08 36

2 6,92 34

3 7,17 34

4 7,74 34

5 7,83 34

6 8,05 31,33

7 8,80 31,33

Page 56: Laporan kesuburan tanah

56

8 8,08 31

9 8,06 30

10 8,20 29

11 8,19 29,67

12 8,50 29,3

13 8,20 28,66

14 8,60 30

15 8,81 29,67

ACARA IV. Kadar C-organik

Titrasi blanko = 6,6 ml

Titrasi sampel = 2,5 ml

ACARA V. Kadar N total

Titrasi blanko ( H2SO4) : 78,4 ml

Titrasi sampel : 52,5 ml

ACARA VI. Rasio C/N

Botol + tutup ulangan I : 31,808 g

Botol + tutup ulangan II : 32, 371 g

Botol + isi ulangan I : 41,376 g

Page 57: Laporan kesuburan tanah

57

Botol + isi ulangan II : 43,522 g

Kadar Lengas Kompos

Sampel Berat Botol

Botol + Sampel

Berat Setelah di Oven (g)

16/5 17/5 22/5 23/5 23/5 24/5 24/5 28/51 31,808 41,376 36,584 34,325 34,332 34,315 34,287 34,287 konstan konstan

2 32,371 43,522 38,249 35,469 35,481 35,479 35,461 35,498 35,453 konstan

ACARA VII. Higroskopis

Pupuk 1 Mei 2013 8 Mei 2013 15 mei 2013 24 Mei 2013

I II I II I II I II

ZA 10,9 13,3 10,8 13 10 13,3 10,14 10,35

SP36 10,9 10,8 10,7 10,7 11 10,9 10,11 10,09

Urea 11,3 11,2 11,5 11,2 12,5 12 10,31 10,23

Ponska 12,5 12,3 13,5 13,4 15,4 15,5 10,64 10,66

KCl 11,3 11,5 11,5 11,5 12 12,2 10,25 10,25

ACARA VIII. Tingkat kelarutan

Pupuk Kertas+endapan

(gr)

Kertas saring (gr) Endapan (gr)

Urea 2,7 2,3 0,4

Page 58: Laporan kesuburan tanah

58

ZA 2,4 2 0,4

Ponska 5,45 2,94 2,51

SP36 10,9 2,68 8,22

KCl 2,39 2,05 0,34

Page 59: Laporan kesuburan tanah

59

DATA KELOMPOK 3

PUPUK ORGANIK

Acara I Probiotik

Bahan urin sapi 500 ml

Acara III Suhu dan Keasaman

Hari ke- Ph Suhu1 7,43 292 7,09 283 7,59 31,34 7,34 325 7,51 336 8,04 287 8,11 30,78 8,05 329 8,36 3010 8,20 3011 8,29 33,312 8,15 28,313 8,42 2714 8,27 26,615 8,33 29,33

Acara IV Kadar C-organik

Hasil titrasi : Blanko : 6,6 ml

Sampel : 3,7 ml

Berat sampel : 100 mg

Page 60: Laporan kesuburan tanah

60

Acara V Kadar N Total

Destilasi : Penambahan HCl 0,01N 15 ml

Titrasi : Blanko : 0,5 ml

Sampel : 0,3 ml

Berat sampel : 250 mg

Kadar Lengas Kompos

Sampel Berat Botol

Botol + Sampel

Berat Setelah di Oven (g)

16/5 17/5 22/5 23/5 23/5 24/5 24/5 28/5 29/51 25,84

441,496 35,161 30,416 30,415 konstan konstan konstan konstan konstan konstan

2 25,669

41,045 34,268 29,613 29,603 29,564 29,464 29,190 29,142 29,141 konstan

PUPUK ANORGANIK

Acara VII Higroskopisitas

Berat Plastik : 0,5 g

Berat Awal : 10 g

Jenis Pupuk Minggu I Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2

ZA 12 12,1 11,2 11,2 10,8 11,1 11 11,2SP 36 11,5 11,8 11,3 11,2 10,6 10,5 10,6 10,6Urea 12 12,2 12 12,2 12,5 12,4 13 13,1

Ponska 13 13,2 13,5 13,7 14,7 14,9 15,9 16,2KCl 12,5 12,5 11,4 11,7 11,8 11,9 12,1 12,1

Page 61: Laporan kesuburan tanah

61

Acara VIII Tingkat Kelarutan

Berat Awal : 10 g

Jenis Pupuk

Berat Pupuk+Kertas

(A)

Berat Kertas (B)

A – B

(C)

% kelarutan

ZA 2,4 2 0,4 96 %SP 36 11,5 3 8,5 15 %Urea 2,1 2 0,1 99 %

Ponska 5,9 2,5 3,4 66 %KCl 5,2 2 3,2 68 %

DATA KELOMPOK IV

Acara I Probiotik

Bahan kotoran sapi 500 g

Acara III Suhu dan Keasaman

Hari ke- Ph Suhu1 6,83 292 7,67 283 7,19 31,34 7,57 325 7,77 336 7,97 287 7,87 30,78 8,14 32,39 8,40 3110 8,37 2711 8,51 29,312 8,76 27,313 8,79 27,614 8,33 2715 8,55 27,33

Page 62: Laporan kesuburan tanah

62

Acara IV Kadar C-organik

Hasil titrasi : Blanko : 6,6 ml

Sampel : 1,7 ml

Berat sampel : 100 mg

Acara V Kadar N Total

Destilasi : Penambahan HCl 0,01N 15 ml

Titrasi : Blanko : 0,5 ml

Sampel : 0,4 ml

Berat sampel : 250 mg

Kadar Lengas Kompos

Sampe

l

Penimbangan ke-

Awal 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 30,846 26,197 26,86 26,183 26,181 26,173 26,183 26,167 26,166 konstan

2 32,953 28,407 28,364 28,366 28,365 konstan konstan Konstan Konstan konstan

PUPUK ANORGANIK

Acara VII Higroskopisitas

Berat Plastik : 0,5 g

Berat Awal : 10 g

Page 63: Laporan kesuburan tanah

63

Jenis

Pupuk

Sampel Bobot (gram)

1 2 3 4

KCL 1 11,5 11,7 12,02 12,33

2 11,17 11,18 11,97 12,21

SP 36 1 10,5 10,6 10,64 10,66

2 10,7 10,8 10,71 10,74

PONSKA 1 13,15 14,15 15,57 16,27

2 12,3 13,5 13,62 15,38

UREA 1 11,4 11,6 13,04 13,94

2 11,4 11,6 13,01 13,69

ZA 1 10,6 10,7 10,81 10,91

2 10,74 10,9 11,03 11,05

Acara VIII Tingkat Kelarutan

Berat Awal : 10 g

Jenis Pupuk Kertas + Pupuk

(gram)

Kertas (gram) Pupuk (gram)

UREA 2,8 2,6 0,2

KCL 2,68 1,72 0,96

PONSKA 3,83 2,51 1,32

SP 36 11,46 3,01 8,45

ZA 2,49 2,33 0,16

Page 64: Laporan kesuburan tanah

64

Gambar 1. Hasil pembuatan probiotik Gambar 2. Hasil Pembuatan Kompos

Gambar 3. pupuk anorganik Gambar 4. Hasil Destilasi

Gambar 5. Proses Dekstruksi

Page 65: Laporan kesuburan tanah

65

Gambar 6. Proses destilasi Gambar 7. Alat destilasi

Gambar 8. Higroskopisitas Gambar 9. Mahasiswa Praktikan