laporan kerja praktek
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Sistem Pembangkitan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Poso 6 Sulewana Poso Kapasitas 1000KWTRANSCRIPT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Besarnya kebutuhan energi listrik di pulau sulawesi yakni di provinsi
Sulawessi Tengah dan Sulawesi Selatan maupun provinsi lainnya yang ada di
pulau sulawesi, baik untuk kebutuhan pasokan listrik industri maupun untuk
kebutuhan penerangan rumah tinggal, menyebabkan krisis energi di Indonesia
khususnya di pulau sulawesi semakin meningkat. Berdasarkan data PLN wilayah
VII Sulutenggo tahun 2011 daftar tunggu calon pelanggan baru baik untuk
kebutuhan industri maupun penerangan rumah tinggal sudah melebihi ambang
batas wajar nasional, oleh karena itu potensi alam yang ada di Kabupaten Poso
Kecamatan Sulewana Sulawesi Tengah yakni sungai poso yang bermuara dari
danau poso merupakan sumber energi potensial yang dapat digunakan untuk
menangani krisis Energi Nasional khususnya di Pulau Sulawesi dengan
membangun beberapa unit Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang
berkapasitas besar yakni dengan potensi daya terpasang 755 MW.
Adapun unit-unit Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang akan di
bangun yaitu PLTA Poso-1 dengan kapasitas 160 MW, PLTA Poso-2 dengan
kapasitas 195 MW dan PLTA Poso-3 dengan kapasitas 400 MW. Untuk saat ini
PLTA Poso-2 merupakan proyek awal dalam mega project ini, dimana
prensentase progressnya sudah mencapai 95% dan diperkirakan akhir tahun 2012
1

sudah bisa mensuplay kebutuhan energi listrik untuk sebagian provinsi di pulau
sulawesi yakni provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.
Selain unit-unit Pembangkit Listrik Tenaga Air dengan kapasitas besar,
PT.Bukaka Teknik Utama dengan perusahaan pelaksana proyek yakni PT.Poso
Energy juga membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air dengan kapasitas kecil
atau yang lebih di kenal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH) dengan kapasitas masing-masing PLTMH Poso-5 2×500 Kw dan
PLTMH Poso-6 1×1000Kw. Dimana output dari kedua PLTMH tersebut
digunakan untuk mensuplay kebutuhan tenaga listrik di Kecamatan Sulewana dan
untuk kebutuhan tenaga listrik di internal proyek.
Untuk mengetahui bagaimana proses konversi energi potensial dari air
sungai poso menjadi energi listrik, maka penulis mengambil study tentang
Pembangkitan Tenaga Listrik yang dihasilkan oleh PLTMH Poso-6 dengan
kapasitas 1000Kw.
1.2. Tujuan dan Manfaat
1.2.1.Tujuan
1) Mengetahui bagaimana proses konversi energi potensial air sungai poso
menjadi energi listrik pada PLTMH Poso-6 1000Kw.
2) Mengetahui masalah-masalah apa saja yang terjadi saat mengonversi
energi potensial air sungai poso menjadi energi listrik pada PLTMH
Poso-6 1000Kw, serta bagaimana cara menanggulanginya.
2

1.2.2.Manfaat
Di harapkan bagi para pembaca, setelah membaca dan mempelajari laporan
ini dapat lebih memahami tentang Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH) serta pemecahan masalah yang terjadi pada proses pengkonversian
energi potensial air menjadi energi listrik.
1.3. Sistematika Penulisan
Penulis mencantumkan sistematika penulisan dalam laporan ini untuk
lebih memudahkan dan lebih memahami laporan ini secara keseluruhan, maka
sistematika pembahasan disusun atas beberapa sub-sub pembahasan. Adapun
sistematika pembahasan dalam laporan ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan dan manfaat, dan
sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM
Bab ini menjelaskan profil perusahaan atau instansi tempat Penulis
melakukan kerja praktek, struktur organisasinya, dan landasan teori
yang mendukung dalam penyusunan kerja praktek ini.
BAB III METODOLOGI
Bab ini menjelaskan tentang waktu dan tempat kerja praktek,
bahan dan alat kerja yang di gunakan, tahap – tahap yang di
lakukan selama kerja praktek berlangsung.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
3

Bab ini menjelaskan tentang hasil dan pembahasan dari apa yang
Penulis dapatkan selama pelaksanaan kerja praktek yang
berlangsung lebih dua bulan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran berdasarkan materi-
materi yang terdapat pada bab-bab sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka yang memuat panduan – panduan yang di gunakan selama
penyusunan laporan ini serta lampiran yang berisi keterangan, tabel, dan
gambar yang mendukung isi laporan ini.
4

BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Gambaran Umum Instansi
2.1.1. Sejarah Singkat PT.Poso Energy
Cikal bakal didirikannya PT.Poso Energy ini berawal dari melihat
kebutuhan akan tambahan kapasitas pembangkit listrik masa depan di Pulau
Sulawesi dan melihat potensi alam yang ada diwilayah pulau tersebut, Poso
Energy memprakarsai pembangunan PLTA Poso-2 dengan memanfaatkan aliran
air sungai Poso yang bersumber dari danau Poso. Proses pembangunan PLTA
Poso-2 dirintis sejak tahun 2003 dengan persiapan proyek dibawah koordinator
PT.Hadji Kalla dan persiapan studi kelayakan internal dibantu oleh konsultan
PT.Bukaka Hydropower Engineering and Consulting, anak Perusahaan dari
PT.Bukaka Teknik Utama.
Kemudian pada tanggal 31 mei 2005 PT.Poso Energy sebagai Perusahaan
pelaksana proyek PLTA Poso-2 dibentuk berdasarkan Akte No.5, Notaris Andy
Aziz, SH. yang berkedudukan di Tanggerang dan telah disahkan oleh Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia denga Surat Keputusan No.
W29-00018-HT01.01-HT2006 tanggal 1 September 2006. Anggaran Dasar
Perusahaan telah mengalami perubahan ,yang terahir mengenai susunan Direksi
Perseroan dengan akta No.2 tanggal 16 Oktober 2006 oleh Notaris Andy Aziz,
SH.
5

Adapun maksud dan tujuan pendirian perusahaan adalah:
1. Berusaha dalam bidang industri dan jasa pembangkit listrik
tenaga air (PLTA)
2. Berusaha dalam bidang jasa operator (pelaksana) dan
distributor energi listrik tenaga air
3. Berusaha dalam bidang konsultasi energy.
2.1.2. Susunan Pengurus
Bertindak sebagai Chief Executive Officer PT.Poso Energy adalah Bapak
Ir.Achmad Kalla yang memiliki pengalaman panjang dalam bidang Industrial
Engineering and Construction, terutama dalam posisinya sebagai Direktur Utama
PT. Bukaka Teknik Utama yang saat ini juga merupakan Group Company dari
Hadji Kalla.
Berdasarkan Pernyataan Keputusan/Persetujuan Pemegang Saham di luar
Rapat No. 7 tanggal 24 April 2007 dan kemudian Akte Notaris No. 7 tanggal 24
April 2007 oleh Notaris Andy Azis, susunan Dewan Komisaris dan Direksi
Perusahaan adalah sebagai berikut:
Susunan Komisaris
Komisaris Utama : Solihin Yusuf Kalla
Komisaris : Ir. H. Halim Kalla
Komisaris : Ny. Dra. Hj. Fatimah Kalla
Susunan Direksi
6

Direktur Utama : Ir. Achmad Kalla
Direktur : Drs. H. Suhaeli Kalla
Direktur : Ir Heru Priyadi Husaini, MsE. MBA
Direktur : Ir. Mohammad Imron Zubaidy
2.1.3. Legalitas Perusahaan
PT.Poso Energy yang melaksanakan pembangunan proyek PLTA Poso-2
di Desa Sulewana,Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi
Tangah ini memiliki kantor pusat dan berkedudukan di alamat:
Kantor Pusat : Jl. Amil No.07,Pejaten Barat,Pasar Minggu
Jakarta Selatan
Telepon : (021) 799 0218
Fax : (021) 798 5164
Kegiatan Design and Engneering dilakukan di:
Kantor : Bukaka Engineering Center, Jl.Raya
Bekasi Nagorong Km19,5 Cileungsi Bogor
Adapun surat-surat perijinan yang telah dimiliki PT.Poso Energy
diantaranya adalah sebagai berikut:
a). Tanda Daftar Perusahaan (TDP) No.09.03.1.40.48192, tanggal
29 Desember 2005 dikeluarkan oleh Kepala Dinas Perindustrian
dan Perdagangan, selaku Kepala Kantor Pendaftaran Perusahaan
Provinsi DKI Jakarta berlaku sampai dengan 29 Desember 2010.
b). Surat Keterangan Domisili Perusahaan No.
2036/1.824/VII/2005, tanggal 18 Juli 2005, yang dikelurakan oleh
Kepala Kelurahan Pejaten Barat.
7

c). Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) No. 02.291.068.9-017.000
dikeluarkan oleh Dirjen Pajak Kantor Pelayanan Pajak Jakarta
Selatan.
d). Surat Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
No.142/I/PMDN/2005, tanggal 26 September 2005, yang
dikeluarkan oleh Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM) Republik Indonesia.
e). Surat Persetujuan dari BKPM atas Pemberian Fasilitas
keringanan Bea Masuk dan Pembebasan PPN atas pemasukan
Barang Modal seharga USD 108.408.800 untuk PT.Poso Energy
dengan No.79/Pabean/2006 tanggal 3 Maret 2006
f). Surat Ijin Prinsip dari Bupati No.466.2/1996, tanggal 23
Oktober 2004 atas nama PT.Hadji Kalla.
g). Surat Keputusan Ijin Lokasi dan Pembebasan Tanah dari
Bupati Poso No.188.45/3355/205, tanggal 29 Agustus 2005 untuk
pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso
1,2 dan 3 atas nama PT.Hadji Kalla.
h). Surat Ijin Prinsip dari Gubernur Sulawessi Tengah No.671-
21/297/DISTAMBEN-G-ST/2004, tanggal 23 November 2004
dalam rangka Izin Usaha Pembangkit Listrik Tanaga Air (PLTA)
Poso atas nama PT.Hadji Kalla.
i). Surat Ijin Prinsip dari Gubernur Sulawessi Tengah
No.671.21/300/DISTAM-G-ST, tanggal 25 Oktober 2004 tentang
Pembangunan Jaringan Transmisi 150 KV atas nama PT.Hadji
Kalla.
j). Surat Persetujuan dari Bupati Poso atas AMDAL, RKL, dan
RPL PLTA Poso-2 didesa Sulewana Kecamatan Pamona Utara
tanggal 3 Agustus 2005 termasuk lembar pengesahan oleh komisi
AMDAL Daerah Kabupaten Poso atas nama PT.Hadji Kalla.
k). Surat Persetujuan dari Bupati Luwu, Bupati Kolaka, Bupati
Kolaka Utara dan Bupati Luwu Timur untuk izin Pembangunan
8

Jaringan Transmisi 275 KV untuk penyaluran daya yang
dibangkitkan oleh PLTA Poso-2 dan melewati Sulteng,Sulsel,dan
Sulawesi Tenggara atas nama PT.Hadji Kalla.
l). Surat Ijin Usaha Kelistrikan untuk Umum (IUKU) yang
dikeluarkan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) No.724-12/43/600.3/2005, tanggal 12 Agustus 2005 atas
nama PT.Hadji Kalla.
m). Heads of Agreement (HoA) antara PT.Poso Energy dengan
PT.PLN (Persero) tanggal 16 Januari 2007 tentang pembelian
energi listrik dari PLTA Poso.
2.1.4. Pemegang Saham
Grup Usaha PT.Hadji Kalla dan PT.Bukaka Teknik Utama memiliki peran
yang dominan di dalam proyek PLTA Poso-2 ini. Grup Usaha tersebut
memberikan sinergi yang kuat terhadap keberlangsungan proyek, dimana
PT.Hadji Kalla sebagai pemegang saham mayoritas yaitu sebesar 80% ,
memberikan dukungan permodalan dan keuangan yang kuat, dan PT.Bukaka
Teknik Utama memberikan kontribusi personil dan tenaga ahli yang
berpengalaman di bidang Engineering,Procurement and Construction pada
Proyek-proyek Pembangkit dan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik di Indonesia.
Sementara kepemilikan saham 20% oleh Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan
Islam Hadji Kalla lebih dimaksudkan agar untuk menjalankan fungsi sosial
Proyek kepada masyarakat di masa depan melalui pembagian deviden kepada
Yayasan.
9

2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) merupakan suatu
pembangkit skala kecil yang mengubah energi potensial air menjadi kerja
mekanis, memutar turbin dan generator untuk menghasilkan daya listrik skala
kecil. Mikrohidro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik
yang mengunakan energi air. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber
daya (resources) penghasil listrik adalah memiliki kapasitas aliran dan ketinggian
tertentu dan instalasi. Semakin besar kapasitas aliran maupun ketinggiannya dari
istalasi maka semakin besar energi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan
energi listrik.
Air yang mengalir dengan kapasitas dan ketinggian tertentu di salurkan
menuju Rumah Pembangkit (Power House). Di Rumah Pembangkit, instalasi air
tersebut akan menumbuk turbin, dalam hal ini turbin dipastikan akan menerima
energi air tersebut dan mengubahnya menjadi energi mekanik berupa berputamya
poros turbin. Poros yang berputar tersebut kemudian ditransmisikan /
dihubungkan ke generator dengan mengunakan kopling. Dari generator akan
dihasilkan energi listrik yang akan masuk ke sistem kontrol arus listrik sebelum
dialirkan ke rumah-rumah atau keperluan lainnya (beban). Begitulah secara
ringkas proses Mikrohidro, merubah energi aliran dan ketinggian air menjadi
energi listrik.
Terdapat sebuah peningkatan kebutuhan suplai daya ke daerah-daerah
pedesaan di sejumlah negara, sebagian untuk mendukung industri-industri, dan
10

sebagian untuk menyediakan penerangan di malam hari. Kemampuan pemerintah
yang terhalang oleh biaya yang tinggi dari perluasan jaringan listrik, sering
membuat Mikro Hidro memberikan sebuah alternatif ekonomi ke dalam jaringan.
Ini karena Skema Mikro Hidro yang mandiri, menghemat biaya dari jaringan
transmisi dan karena skema perluasan jaringan sering memerlukan biaya peralatan
yang mahal.
Sebuah skema mikrohidro memerlukan dua hal, yaitu debit air dan
ketinggian jatuh air atau yang biasa disebut dengan head untuk menghasilkan
tenaga yang bermanfaat. Ini merupakan suatu konversi tenaga, menyerap tenaga
dari bentuk ketinggian dan aliran dan menyalurkan tenaga dalam bentuk daya
listrik atau gagang mekanik. Tidak ada sistem konversi yang daya yang dapat
mengirim sebanyak yang diserap, akan tetapi sebagain daya hilang oleh sistem itu
sendiri dalam bentuk gesekan, panas dan sebagainya.
Pada pengukuran debit air, sering dihadapkan dengan keterbatasan data dan
waktu yang tersedia sehingga pengukuran air sepanjang tahun tidak
memungkinkan. Sebagai jalan keluar, pengukuran debit dilakukan pada musim
kemarau, dengan asumsi debit air yang terukur mendekati kondisi ketersediaan air
minimum sepanjang tahun. Pada tahap perencanaan, perhitungan potensi daya
suatu lokasi dilakukan pada 70%-80% debit air terukur tersebut,untuk menjamin
ketersediaan air sepanjang tahunnya itu. Dengan demikian, konsep PLTMH
direncanakan dengan memanfaatkan kondisi debit air minimum sepanjang tahun,
untuk menjamin PLTMH beroperasi pada output optimum sepanjang tahun.
11

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) merupakan suatu
bentuk perubahan tenaga dari tenaga air dengan ketinggian dan debit tertentu
menjadi tenaga listrik, dengan menggunakan turbin air dan generator. Daya
(power) yang dihasilkan dapat dihitung dengan rumus :
PG = 9,8 . Q . Hg . η
Dimana :
PG = Potensi daya (kW)
9,8 = Konstanta gravitasi m/det2
Q = Debit aliran air (m3/s)
Hg = Head kotor (m)
η = Efisiensi dari sistem
Daya yang keluar dari generator dapat diperoleh dari perkalian efisiensi
turbin dan generator dengan daya yang keluar secara teoritis. Bentuk pembangkit
tenaga mikro-hidro adalah bervariasi, tetapi prinsip kerjanya adalah sama, yaitu
Perubahan tenaga potensial air menjadi tenaga listrik. Perubahan memang tidak
langsung, tetapi berturut-turut melalui perubahan sebagai berikut :
- Tenaga potensial Tenaga kinetik
- Tenaga kinetik Tenaga mekanik
- Tenaga mekanik Tenaga listrik
Tenaga potensial adalah tenaga air karena berada pada ketinggian. Tenaga
kinetik adalah tenaga air karena mempunyai kecepatan. Tenaga mekanik adalah
tenaga kecepatan air yang terus memutar turbin. Tenaga elektrik adalah hasil dari
generator yang berputar akibat berputarnya turbin.
12

2.2.2. Prinsip kerja PLTMH
Prinsip kerja PLTMH yang paling utama adalah memanfaatkan
semaksimal mungkin energi air yang dapat ditangkap oleh peralatan utamanya
yang disebut turbin/kincir air. Efisiensi kincir air yang dipilih untuk menangkap
energi air tersebut menentukan besarnya energi mekanik atau energi poros guna
memutar generator listrik.
2.2.3. Komponen PLTMH
Situasi umum PLTMH yang biasa ditemui di Indonesia dapat di lihat pada
gambar dibawah ini.
Gambar 1. Miniatur PLTMH
PLTMH mempunyai beberapa bagian penting yang mendukung
kemampuan kerjanya. Komponen penting yang ada antara lain:
1. Bendungan (Weir) dan Bangunan Penyadap (Intake)
13

Bendungan merupakan bagian yang sangat penting pada suatu pembangkit
listrik tenaga air, karena bendungan merupakan tempat penampungan air.
Bendungan untuk instalasi PLTMH dapat berupa bendungan beton atau
bendungan beronjong. Pemilihan jenis bendungan yang terbaik untuk suatu
tempat tertentu merupakan suatu masalah kelayakan teknis dan biaya.
Gambar 2. Bendungan (Weir)
Gambar 3. Bangunan Penyadap (Intake)
14

Kelayakan dipengaruhi oleh keadaan topografi, geologis dan cuaca.
Perlengkapan lainnya adalah penjebak/saringan sampah. Pada umumnya PLTMH,
merupakan pembangkit type run of river sehingga bangunan intake dibangun
berdekatan dengan bendungan dengan memilih dasar sungai yang stabil dan aman
terhadap banjir.
2. Saluran Pembawa ( Head Pond )
Saluran Pembawa merupakan saluran yang mengalirkan air dari intake
menuju pipa pesat dengan menjaga ketinggian muka airnya. Saluran ini biasanya
mempunyai kemiringan relative kecil. Tipe saluran pembawa biasanya sangat
tergantung pada kondisi topografi geologi daerah yang dilewati, dan dapat berupa
saluran terbuka, pipa ataupun terowongan, baik bertekanan ataupun tidak
bertekanan. Konstruksi saluran penghantar dapat berupa pasangan batu kali atau
hanya berupa tanah yang digali. Pada saluran penghantar yang panjang perlu
dilengkapi dengan saluran pelimpah untuk setiap jarak tertentu. Jika terjadi banjir
pada saluran tersebut, kelebihan air akan terbuang melalui saluran pelimpah.
15

Gambar 4. Saluran Pembawa ( Head Pond )
3. Kolam Pengendap
Kolam ini biasanya dibuat dengan memperdalam dan memperlebar
sebagian saluran penghantar dan menambahnya dengan saluran penguras.
Fungsinya untuk mengendapkan pasir dan menyaring kotoran yang hanyut,
sehingga air yang masuk ke turbin relatif bersih.
Gambar 5. Kolam Pengendap
16

4. Bak Penenang (Forebay)
Bak penenang (forebay) terletak diujung saluran pembawa. Fungsi bak
penenang secara kasar ada dua jenis.
a.) Mengontrol perbedaan debit dalam penstock dan sebuah
saluran pembawa karena fluktuasi beban.
b.) Pemindahan sampah terakhir (tanah dan pasir, kayu yang
mengapung, dll.)
Gambar 6. Bak Penenang (Forebay)
Struktur bak penenang terdiri dari bak pengendap (setting basin), saluran
pelimpah (spillway), trashrack, dan bak penenang sendiri. Bangunan ini sering
kali dikenal dengan istilah head tank sebagai reservoir air yang terletak pada sisi
atas untuk aliran ke unit turbin yang terletak dibagian bawah. Beda jatuh air ini
yang dikenal dengan head. Kapasitas bak penenang didefinisikan sebagai
kedalaman air dan panjang bak penenang. Untuk menentukan kapasitas dari bak
penennang digunakan persamaan yaitu:
Vsc = As×dsc=B×L×dsc
17

Dimana :
As = area bak penenang
B = lebar bak penenang
L = panjang bak penenang
Dsc = kedalaman air dari kedalaman aliran yang sama dari sebuah saluran
ketika menggunakan debit maksimum menuju kedalaman kritis dari ujung
tanggul untuk menjebak pasir dalam sebuah bak penenang.
Untuk menghemat panjang pipa pesat, biasanya kolam atas ini diletakkan sedekat
mungkin diatas powerhouse. Bak penenang dilengkapi dengan saluran pelimpah
dan saringan agar sampah tidak masuk kedalam pipa pesat.
5. Pipa Pesat (Penstock)
Pipa pesat (penstock) merupakan pipa pengatur dengan diameter besar,
berfungsi untuk menyalurkan air dari bendungan ke sudu-sudu turbin. Pipa pesat
umumnya terbuat dari baja, bisa juga dengan beton bertulang dan kayu dan tempat
pemasukan pipa pesat terdapat saringan halus, sedangkan untuk pengosongan pipa
terdapat pintu air.
18

Gambar 7. Pipa Pesat (Penstock)
Proses konversi energi dari energi potensial hidrolik menjadi energi
kinetik yang akan dirubah menjadi energi mekanik oleh unit turbin terjadi melalui
pemanfaatan potensi air yang berkumpul di bak penenang (head tank). Air dari
bak penenang mengalir melalui penstock (pipa pesat) menuju turbin yang terdapat
didalam rumah pembangkit.
Untuk menentukan diameter dari penstock (pipa pesat) digunakan
persamaan yaitu:
D = H-1/7 x Qd3/7
Di mana :
D = diameter pipa pesat (m)
H = perkiraan tinggi jatuh bersih (m)
Qd = desain debit (m3/dt)
19

6. Pondasi dan Dudukan Pipa Pesat
Dudukan pipa pesat harus mampu menahan beban statis dan dinamis dari
pipa pesat dan air yang mengalir di dalamnya. Untuk itu, harus dihindari belokan -
belokan karena akan mengakibatkan gaya yang cukup besar.
Gambar 8. Pondasi dan Dudukan Pipa Pesat
Bila gaya ini tak dapat ditahan oleh tanah (misalnya karena luas
penampang dudukan pipa pesat terlalu kecil), maka pipa pesat akan terdorong -
bergeser dan rusak. Untuk itu, perencanaan dimensi dudukan pipa pesat ini harus
dilakukan secara matang, tentu saja berdasarkan kondisi tanah yang ada pada
lokasi PLTMH.
7. Rumah Pembangkit (Power House)
Di dalam rumah pembangkit (power house), dipasang turbin dan generator
yang selalu mendapat beban dinamis dan bergetar, Dalam desain powerhouse,
pondasi turbin - generator harus dipisahkan dari pondasi bangunan power house.
Di samping itu perlu dipikirkan keleluasaan bongkar pasang turbin dan generator.
20

Persoalan ini masih ditambah lagi dengan perlunya saluran pembuang di dalam
sampai keluar powerhouse.
Gambar 9. Rumah Pembangkit (Power House)
Didalam Rumah Pembangkit ini terdapat beberapa komponen PLTMH
yang berperan sangat penting dalam pengkonversian energi potensial air menjadi
energi listrik, antara lain:
a.) Turbin air
Turbin air merupakan mesin penggerak mula (primer mover engine)
dimana air sebagai fluida kerjanya. Air mempunyai sifat alami mengalir dari
tempat yang lebih tinggi menuju ke tempat yang lebih rendah, dalam hal ini air
memiliki energi potensial. Proses aliran energi potensial ini berangsur-angsur
berubah menjadi energi kinetis, di dalam turbin energi kinetis tersebut diubah
menjadi energi mekanis yaitu dengan terputarnya runner turbin. Selanjutnya
energi mekanis dari runner turbin ditransmisikan ke poros generator dan
mengubahnya menjadi energi listrik.
21

Gambar 10. Turbin Air
b.) Generator
Generator bekerja berdasarkan prinsip percobaan faraday yaitu
memutar magnet dalam kumparan atau sebaliknya. ketika magnet digerakkan
dalam kumparan maka terjadi perubahan fluks gaya magnet di dalam kumparan
dan menembus tegak lurus terhadap kumparan sehingga menyebabkan beda
potensial antara ujung-ujung kumparan (yang menimbulkan listrik).
Gambar 11. Generator
22

c.) Governor
Governor berfungsi untuk mengatur putaran turbin agar selalu serempak
dengan frekuensi generator (putaran turbin dan frekuensi) dapat berubah-ubah
dengan terjadinya perubahan pemakaian beban listrik.
Untuk mengatur perubahan beban tidak dapat kita lakukan dengan manual,
karena adanya kesulitan-kesulitan sebagai berikut :
a. Perubahan beban tidak dapat diduga sesuai dengan pemakaian listrik
b. Konstruksi relative besarc. Menambah biaya operasional
Gambar 12. Governor
d.) Panel Eksitasi
Sistem eksitasi adalah sistem pasokan listrik DC sebagai penguatan pada
generator listrik atau sebagai pembangkit medan magnet, sehingga suatu generator
dapat menghasilkan energi listrik dengan besar tegangan keluaran generator
bergantung pada besarnya arus eksitasinya.
23

Gambar 13. Panel Eksitasi
Sistem ini merupakan sistem yang vital pada proses pembangkitan listrik
dan pada perkembangannya, sistem Eksitasi pada generator listrik ini dapat
dibedakan menjadi 2 macam yaitu, Sistem Eksitasi dengan menggunakan sikat
(brush excitation) dan Sistem Eksitasi tanpa sikat (brushless excitation)
e.) Panel Distribusi dan Proteksi
Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber
daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen melalui jaringan
distribusi sedangkan sistem proteksinya berfungsi untuk melindungi peralatan-
peralatan listrik yang lain dari gangguan jaringan maupun gangguan dari
generator dan gangguan lainnya seperti gangguan tegangan lebih (over voltage),
tegangan kurang (under voltage), serta gangguan over frekuensi.
24

Gambar 14. Panel Distribusi dan Proteksi
f.) Transformator
Khusus pada unit pembangkit, transformator yang digunakan adalah
Transformator step up, dimana funsinya adalah menaikan tegangan keluaran dari
generator menuju ke jaringan distribusi. Dalam hal ini pada PLTMH Poso-6
Tegangan yang dinaikan sebesar 6,3 KV dari keluaran generator menjadi 20 KV
menuju saluran distribusi.
Gambar 15. Transformator
25

BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Kerja Praktek
Pelaksanaan kerja praktek berlangsung dari tanggal 21 Mei sampai dengan
tanggal 20 Juli 2012. Kegiatan kerja praktek dilaksanakan di PT.Poso Energy,
Penulis melaksanakan kerja praktek dibagian divisi operator Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Poso-6 dengan kapasitas daya output 1000KW.
Serta membantu melakukan penanganan terhadap permasalahan dan kerusakan
yang terjadi.
3.2. Bahan dan Alat Kerja Praktek
Selama kerja praktek, penulis menggunakan beberapa perangkat atau
peralatan yang digunakan untuk melalukan kegiatan kerja praktek di divisi
operator Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Poso-6,antara lain:
1) Toolset
Gambar 16. Toolset
26

Keterangan:
1.Obeng Plus dan Minus
2.Tespen
3.Tang kombinasi dan sejenisnya
4.Kunci berbagai ukuran
5.Palu
2) Alat ukur (AVO meter)
3) Peralatan keamanan kerja (Helm dan sepatu kerja)
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Selama mengikuti proses kerja praktek, dalam melakukan pengumpulan
data penulis menggunakan metode observasi. Penulis melakukan observasi
terhadap setiap proses kerja yang berjalan di divisi Pembangkitan Tenaga Listrik
Poso-6 PT.Poso Energy, baik dalam hal pengoperasian maupun cara-cara
penanganan permasalahan yang sering terjadi, serta melakukan dialog dengan
beberapa tenaga ahli mengenai berbagai penanganan masalah yang tidak bisa
kami selesaikan sendiri.
27

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Selama dua bulan kegiatan kerja praktek berjalan, penulis mendapatkan
beberapa permasalahan dalam bidang pembangkitan dan kualitas output daya
listrik untuk konsumen, adapun beberapa permasalahan tersebut adalah sebagai
berikut:
1.) Frekuensi dan tegangan yang dihasilkan tidak stabil
ini diakibatkan oleh beban yang di tanggung Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang berkapsitas 1000KW ini sangat
berfluktuasi dan faktor sistem pengaturan beban yang belum handal.
Dalam hal ini 80% beban yang di tanggung oleh Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) merupakan motor listrik 3 fasa dengan
kapasitas rata-rata 15KVA yang beroperasi di internal proyek PLTA
Poso.
2.) Automatic Governor Hidrolic Pump tidak bekerja dengan baik
Yaitu ketidakseimbangan suplai air yang masuk keturbin dengan beban
yang sementara di tanggung oleh generator. Efek samping dari
gangguan jenis ini adalah generator tidak mampu berakselerasi dengan
beban sehingga sistem proteksi akan mendeteksi terjadinya overload
28

lalu mentripkan sistem yang berakibat pada putusnya distribusi tenaga
listrik ke konsumen.
3.) Timbulnya percikan api pada karbon sikat arang eksitasi
Ini diakibatkan oleh faktor teknis, dimana umur dari sikat arang eksitasi
sudah melebihi standar prosedur. Efek dari ganguan ini adalah pasokan
arus DC menuju poros generator menjadi berkurang dari keadaan
normal dan berimbas pada fluks magnet yang dihasilkan sehingga
tegangan keluaran generator berada dibawah tegangan normal.
4.) Aliran air menuju penstock tersumbat
Akibatnya tekanan air pada turbin menjadi rendah di bawah normal dan
berimbas pada generator mengalami under speed dan tidak mampu
melayani beban sehingga operator akan mentripkan sistem.
4.2. Pembahasan
Dari permasalahan – permasalah yang ada pada sistem PLTMH Poso-6
1000KW ini, telah dilakukan beberapa upaya dalam mengatasi masalah tersebut
antara lain:
1). Untuk mengatasi permasalahan Frekuensi dan Tegangan yang tidak
stabil dapat dilakukan dengan pemasangan AVR (Automatic Voltage
Regulator) pada unit pembangkit, dimana AVR ini dirancang untuk
menstabilkan regulasi tegangan, jika tegangan output generator
29

menurun, maka AVR akan bekerja menambah arus belitan medan
melalui panel eksitasi. Dan sebaliknya jika tegangan output generator
menaik, maka AVR akan mengurangi arus belitan medan sehingga
tegangan output generator diharapkan tetap stabil.
2). Untuk mengatasi permasalahan Automatic Governor Hidrolic Pump
yang tidak bekerja dengan baik, biasanya operator dan tenaga
maintenance akan melakukan pengecekan pada tabung hidrolik
governor yang merupakan sumber permasalahan penyebab macetnya
pompa hidrolik, dalam hal ini oli pada tabung hidrolik sudah
terkontaminasi dengan udara(o2) dan dalam kurun waktu tertentu akan
mengendap menjadi uap air dan uap air ini akan menggangu performa
kerja pompa hidrolik governor. Oleh karena itu untuk menstabilkan
performa kerja pompa hidrolik dilakukan pembuangan gas atau udara
yang berada pada tabung hidrolik tersebut dengan membuka katup
tabung hidrolik secara kontinyu hingga tekanan oli pada tabung hidrolik
sesuai dengan settingan awal. Apabila tekanan oli pada pompa hidrolik
sudah normal selanjutnya dilakukan sinkronisasi dengan turbin dan
generator. Indikator bahwa pompa hidrolik sudah bekerja dengan baik
adalah jika beban naik maka governor akan membuka secara perlahan
katup air yang masuk kerturbin hingga mencapai keadaan steady state
(beban seimbang dengan putaran generator) dalam hal ini frekuensi
berada pada range 50Hz - 51,5 Hz. Dan begitu juga sebaliknya, apabila
beban turun.
30

3). Timbulnya percikan api pada karbon sikat arang eksitasi dapat diatasi
dengan menggantinya dengan karbon sikat arang yang baru, adapun
langkah-langkah yang harus dilakukan adalah, pertama sistem di switch
off (generator dalam keadaan mati), semua terminal dari panel eksitasi
di grounding (ditanahkan) untuk menetralkan listrik sisa (induksi),
apabila dipastikan terminal sudah tidak bertegangan dilanjutkan dengan
membuka karbon sikat arang yang telah aus dan menggantinya dengan
karbon sikat arang yang baru. Setelah terpasang dengan baik, grounding
terminal eksitasi di lepas dan sistem di switch on, indikator bahwa
karbon sikat arang bekerja dengan baik adalah tidak timbulnya
percikan api (arus eksitasi berada pada range 114,5 -116 A), serta
frekuensi dan tegangan berada dalam keadaan normal.
4.) Cuaca yang ekstrim dan sistem intake yang tidak sesuai standar
merupakan penyebab utama tersumbatnya aliran air ke penstock ,di
musim penghujan debit air sungai poso menjadi naik dan membawa
sisa-sisa sampah hutan masuk ke intake (bendungan), dan dalam kurun
waktu tertentu sisa-sisa sampah ini menempel pada saringan air menuju
penstock yang berakibat pada berkurangnya pasokan air yang mengalir
ke turbin dan berimbas pada generator yang mengalami under speed
pada saat berbeban. Untuk mengatasi hal ini, sistem harus di switch off
dan katup governor berada pada posisi full close, selanjutnya saringan
air pada intake dibersihkan. Untuk memastikan pasokan air keturbin
sudah normal sistem harus di switch on dan mengecek tekanan air yang
31

masuk turbin (tekanan air normal pada PLTMH Poso-6 adalah 10 Bar),
apabila tekanan air sudah mencapai 10 bar, maka generator siap
dibebani (beroperasi).
32

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab IV, dapat di tarik beberapa kesimpulan yaitu :
Bahwa dalam pembangkitan suatu tenaga listrik baik dalam skala besar
maupun kecil harus selalu memperhatikan kualitas dan kontinyunitas dari tenaga
listrik yang dihasilkan tersebut. Dalam hal ini kualitas listrik yang dimaksud
adalah kestabilan atau regulasi tegangan dan frekuensi yang dihasilkan dari unit
pembangkit tersebut tidak melebihi regulasi yang ditetapkan oleh standar PLN
yakni ± 5% dari kondisi normal.
Sedangkan kontinyunitas tenaga listrik yang dimaksud adalah
kemampuan suatu unit pembangkit untuk terus menyalurkan tenaga listrik ke
konsumen tanpa adanya gangguan, namun hal ini sangat sulit diterapkan dalam
suatu pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik, mengingat efesiensi dan
kehandalan suatu sistem pembangkit sangatlah mustahil untuk mencapai 100%,
hal ini disebabkan oleh faktor alam maupun faktor teknis lainnya seperti human
error dan efeisensi dari peralatan. Oleh karena itu untuk meminimalisir hal
tersebut terjadi maka diperlukan sistem peralatan yang handal dan kesiapan dari
tenaga teknis terkait untuk selalu berinovasi dan mengevaluasi unit-unit
pembangkit melalui data-data harian yang ada.
33

5.2. Saran
Mengingat MegaProject PLTA Poso Unit 1-2 dan 3 yang diperkirakan
selesai pada tahun 2017 mendatang. Dengan perencanaan daya terpasang sebesar
755MVA, dipastikan sistem yang mengelola pembagian beban dari unit-unit
pembangkit tersebut sangatlah kompleks dan sistem yang mampu mengelolanya
adalah SCADA (Supervisory Control And Data Aquisition).
Oleh karena itu penulis menyarankan kepada pihak Perusahaan dalam hal
ini PT.Poso energy untuk melakukan training tentang sistem SCADA kepada
seluruh mahasiswa ataupun siswa SMK yang melakukan kerja praktek di
perusahaan tersebut. Selain dari pihak perusahaan penulis juga mengharapkan
Jurusan Teknik Elektro UNTAD kedepannya mempunyai kurikulum baru dengan
mata kuliah khusus mengenai sistem kontrol SCADA.
34

DAFTAR PUSTAKA
Dunia Listrik : http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/09/panduan-pembangunan-pembangkit-listrik.html diakses : 2 agustus 2012
Wikipedia : Mikrohidro, http://id.wikipedia.org/wiki/Mikrohidro diakses: 30 juli 2012
Poso Energy : http://www.hidroproyek.com/poso/thumbnails.php?album diakses : 2 agustus 2012
Buwono, Hendro, 2008, Automatic Voltage Regulator Pada Generator Tiga Fasa, Teknik Elektro, Malang
Marsudi, Djiteng, 2005. Pembangkitan Energi Listrik. Erlangga, Surabaya
Diesel Emergensi, Materi kursus Teknisi Turbin/Mesin PLTA Modul II, PT PLN Jasa Pendidikan dan Pelatihan, Jakarta 1995.
35