laporan kasus mata - pterygium - marleen

31
LAPORAN KASUS PTERYGIUM Pembimbing: dr. Agah Gadjali, SpM dr. Gartati Ismail, SpM dr. Henry A. W, SpM dr. Hermansyah, SpM dr. Mustafa K. Shahab, SpM Disusun oleh: Marleen 07120110032 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

Upload: nisa-moneyz

Post on 10-Dec-2015

220 views

Category:

Documents


32 download

DESCRIPTION

ddd

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Mata - Pterygium - Marleen

LAPORAN KASUS

PTERYGIUM

Pembimbing:

dr. Agah Gadjali, SpM

dr. Gartati Ismail, SpM

dr. Henry A. W, SpM

dr. Hermansyah, SpM

dr. Mustafa K. Shahab, SpM

Disusun oleh:

Marleen

07120110032

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. 1 RADEN SAID SUKANTO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

PERIODE 17 AGUSTUS 2015 – 19 SEPTEMBER 2015

Page 2: Laporan Kasus Mata - Pterygium - Marleen

BAB I

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

1 Nama : Tn. M A

2 Umur : 33 tahun

3 Jenis kelamin : Pria

4 Tanggal lahir : 18-03-1982

5 Agama : Islam

6 Kebangsaan/ suku : Indonesia/ Jawa

7 Pendidikan : SMA

8 Perkerjaan : Buruh pabrik

9 Alamat : KP Malaka Tegal Kunir Kidul Maur, Tangerang

10 Status : Menikah

11 Tanggal pemeriksaan : 27 agustus 2015

II. Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 27 Agustus 2015.

Keluhan utama : Adanya selaput kemerahan pada mata kanan pasien yang

semakin hari semakin mendekati bagian hitam mata pasien sejak 2 tahun lalu.

Keluhan tambahan : Adanya rasa mengganjal pada mata kanan dan kiri

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Poliklinik Mata RS Polri Sukanto dengan keluhan

muncul selaput berwarna putih kemerahan pada mata kanan dan kiri sejak 2 tahun

yang lalu. Selaput ini berbentuk segitiga. Pada awalnya, pasien mengatakan

munculnya selaput ini hanya berada di mata kanan dan kiri dekat hidung (tidak

mengenai bagian hitam mata) sejak 2 tahun yang lalu. Lalu, selaput yang tumbuh

ini semakin menjalar mendekati bagian hitam mata pasien. Pasien juga mengeluh

ada rasa mengganjal pada mata kanan dan kiri sejak 2 tahun terakhir. Keluhan

mata merah dan terasa kering terdapat sejak 1 tahun lalu hilang timbul dengan

Page 3: Laporan Kasus Mata - Pterygium - Marleen

sendirinya. Pasien belum menggunakan obat untuk mengatasi keluhannya.

Keluhan mata gatal dan keluarnya kotoran mata yang banyak disangkal. Rasa

nyeri dan bengkak disangkal. Gangguan pada penglihatan juga disangkal oleh

pasien. Keluhan pandangan menjadi kabur, berbayang ataupun berkabut

disangkal.

Riwayat trauma pada mata disangkal. Riwayat mata terkena bahan kimia

disangkal. Penggunaan kacamata ataupun kontak lens disangkal. Riwayat penyakit

mata sebelum muncul selaput disangkal. Pasien mengaku belum pernah

mengalami hal yang serupa.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien menyangkal pernah mengalami riwayat trauma pada mata.

Pasien menyangkal menggunakan kacamata sebelumnya.

Pasien menyangkal memiliki riwayat penggunaan lensa kontak sebelumnya.

Riwayat diabetes mellitus: disangkal

Riwayat hipertensi: disangkal

Riwayat alergi makanan atau obat: disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Anggota keluarga denga sakit yang sama disangkal.

Riwayat diabetes mellitus: disangkal.

Riwayat hipertensi: disangkal.

Riwayat Kebiasaan:

Pasien mengaku sering terpapar sinar matahari dan matanya sering terkena

debu akibat bekerja di pabrik benang. Pasien tidak menggunakan topi ataupun

kacamata. Pasien juga merupakan pengguna kendaraan bermotor, yang biasanya

menggunakan helm tanpa kaca pelindung mata. Pasien mengaku tinggal di daerah

yang panas.

Page 4: Laporan Kasus Mata - Pterygium - Marleen

III. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis:

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital

Tekanan darah: 120/80

Nadi : 84 kali/menit

Respirasi : 18 kali/menit

Suhu : 36.6 °C

Status Oftalmologi

OD OS

Visus 5/5 E 5/5 E

Kedudukan bola mata Ortoforia

Gerakan bola mata

Tekanan intraokular N/palpasi N/palpasi

Palpebra superior Hiperemis (-) ; edema (-) ;

nyeri tekan (-) ;benjolan (-)

Hiperemis (-) ; edema (-) ;

nyeri tekan (-) ; benjolan

(-)

Palpebra inferior Hiperemis (-) ; edema (-) ;

nyeri tekan (-) ;benjolan (-)

Hiperemis (-) ; edema (-) ;

nyeri tekan (-) ; benjolan

(-)

Konjungtiva tarsalis superior Hiperemis (-) ; papil (-) ;

folikel (-) ; sikatriks (-) ;

sekret (-)

Hiperemis (-) ; papil (-) ;

folikel (-) ; sikatriks (-) ;

sekret (-)

Konjungtiva tarsalis inferior Hiperemis (-) ; papil (-) ;

folikel (-) ; sikatriks (-) ;

sekret (-)

Hiperemis (-) ; papil (-) ;

folikel (-) ; sikatriks (-) ;

sekret (-)

Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva (-) ; Injeksi konjungtiva (-) ;

Page 5: Laporan Kasus Mata - Pterygium - Marleen

injeksi siliar (-) ;

perdarahan (-)

injeksi siliar (-) ;

perdarahan (-) ;

Kornea Infiltrat (-) ; ulkus (-) ;

sikatriks (-)

Terdapat selaput berbentuk

segitiga di bagian nasal

yang sudah melewati

limbus kornea tetapi tidak

lebih dari 2 mm melewati

kornea

Infiltrat (-) ; ulkus (-) ;

sikatriks (-)

Terdapat selaput

berbentuk segitiga di

bagian nasal yang sudah

melewati limbus kornea

tetapi tidak lebih dari 2

mm melewati kornea

Bilik mata depan Dalam, jernih Dalam, jernih

Iris Berwarna coklat, kripte (+),

sinekia anterior (-), sinekia

posterior (-)

Berwarna coklat, kripte

(+), sinekia anterior (-),

sinekia posterior (-)

Pupil Bulat, isokor, berada di

sentral, refleks cahaya (+),

diameter 3mm

Bulat, isokor, berada di

sentral, refleks cahaya (+),

diameter 3mm

Lensa Jernih, shadow test (-) Jernih, shadow test (-)

Vitreus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Page 6: Laporan Kasus Mata - Pterygium - Marleen
Page 7: Laporan Kasus Mata - Pterygium - Marleen

IV. Resume

Seorang pria, 33 tahun, datang dengan keluhan utama munculnya selaput

berwarna kemerahan pada mata kanan dan kiri yang semakin hari semakin

mendekati bagian hitam mata sejak 2 tahun yang lalu. Selaput berbentuk

triangular dibagian nasal dengan bagian sentral terletak dipinggir kornea. Pasien

juga mengeluhkan adanya rasa mengganjal pada mata kanan dan kiri. Keluhan

mata merah dan mata kering terdapat serta hilang timbul dengan sendirinya

Pasien sering terpapar sinar matahari dan debu pabrik serta sering

beraktivitas diluar ruangan tanpa menggunakan topi atau kacamata. Pasien

mengaku belum pernah mengalami hal serupa sebelumnya. Pasien mengaku

tidak menggunakan kacamata.

Pada pemeriksaan oftalmologis, pemeriksaan kornea pada oculi dextra

dan sinistra ditemukan adanya selaput berbentuk segitiga dibagian nasal yang

sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2 mm melewati kornea.

Pemeriksaan visus:

Visus OD : 5/5 E

Visus OS : 5/5 E

V. Diagnosis Kerja

Pterygium ODS derajat II

VI. Diagnosis Banding

Pseudopterygium

Pinguekula

VII. Penatalaksanaan

Diagnostik :

Pemeriksaan fisik :

Slit Lamp : untuk melihat jaringan fibrovaskular pada permukaan

konjungtiva

Page 8: Laporan Kasus Mata - Pterygium - Marleen

Terapi

Non medikamentosa

Anjuran untuk mengurangi aktivitas diluar ruangan.

Anjuran untuk memakai topi dan kacamata saat beraktivitas diluar ruangan

atau sewaktu bekerja.

Medikamentosa

Steroid topical : CendoXitrol® (Polimyxin B, Neomycin, Dexamethason)

tetes mata 3 kali 1 tetes selama 5 – 7 hari pada oculi dextra

Air mata artifisial (1 tetes 4 kali sehari) ; Cendo lyteers

Tindakan bedah

Pro eksisi pterygium dengan teknik conjunctival autograft dengan pemberian

mytomicin C intraoperatif.

Monitoring :

Gejala : Selaput tumbuh semakin mendekati pupil atau sama saja, rasa perih

dan mengganjal sama saja atau semakin memburuk.

Edukasi :

Edukasi mengenai penyakit pasien

Komplikasi : gangguan penglihatan, iritasi berulang.

Edukasi mengenai terapi pterigium

Guna obat: untuk meredakan keluhan tapi tidak menghilangkan

selaput dan bahwa terapi definitive adalah pembedahan.

Edukasi pasien untuk control setelah operasi

Page 9: Laporan Kasus Mata - Pterygium - Marleen

Komplikasi post-op : infeksi konjungtiva, reaksi material jahitan,

terbentuknya granuloma, rekuren.

VIII. Prognosis

Quo ad vitam :Bonam

Quo ad fungsionam :Dubia ad bonam

Quo ad sanationam :Dubia ad bonam

Page 10: Laporan Kasus Mata - Pterygium - Marleen

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membrane yang menutupi sclera dan kelopak bagian

belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini.

Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin

bersifat membasahi bola mata terutama kornea.

Konjungtiva terdiri atas tiga bagian,

yaitu :

- Konjungtiva tarsal yang menutupi

tarsus, konjungtiva tarsal sukar

digerakkan dari tarsus.

- Konjungtiva bulbi menutupi

sclera dan mudah digerakkan dari

sclera dibawahnya.

- Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat

peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan

jaringan di bawahnya sehinga bola mata mudah bergerak.

1. Kornea

2. Lensa

3. Fornix

4. Marginal Konjungtiva

Page 11: Laporan Kasus Mata - Pterygium - Marleen

5. Palpebral portion of lacrimal gland

6. Tarsal konjungtiva

Pterigium

1. Definisi

Pterigium berasal dari bahasa latin pterigeon yang artinya adalah sayap. Pterigium

merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degenerative

dan invasif. Merupakan pertumbuhan tidak ganas dan lambat. Pertumbuhan berasal

dari jaringan subkonjungtiva dan dapat mencapai kornea, karenanya dapat

mengganggu penglihatan.

Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal

konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. Pterigium berbentuk segitiga dengan

puncak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium mudah meradang dan bila

terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah. Pterigium dapat

mengenai kedua mata.

2. Epidemiologi

Pterigium tersebar luas di seluruh dunia. Lebih umum pada daerah beriklim panas

dan kering. Berhubungan erat dengan sinar UV langsung. Umumnya laki-laki lebih

sering terkena dibandingkan perempuan. Pada umur 20-40 tahun, biasanya lebih

mudah terkena, namun prevalensi nya lebih tinggi pada umur 40 tahun.

3. Etiologi

Page 12: Laporan Kasus Mata - Pterygium - Marleen

Pterigium diduga disebabkan iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar matahari, dan

udara yang panas. Etiologinya tidak diketahui dengan jelas, dan diduga merupakan

suatu neoplasma, radang, dan degenerasi. Hubungan antara sinar UV dengan

pertumbuhan pterigium sangat erat. Orang yang lebih sering bekerja diluar ruangan

lebih mudah terkena. Pterigium juga berhubungan erat dengan basal cell carcinoma,

polymorphous light eruption, porphyria cutanea tarda, dan xeroderma pigmentosa.

4. Patogenesis

Patogenesis terbentuknya pterigium belum begitu jelas, namun ada

beberapa hipotesa terbentuknya pterigium. Hipotesa yang pertama adalah

berdasarkan factor angiogenesis, seringnya terpapar sinar UV membuat

perubahan biologi pada membran bowman. Protein yang berubah pada

membrane bowman tersebut membentuk factor angiogenik atau pteriogenik.

Sinar UV dapat memicu pertumbuhan hiperplasi pada sel di bagian

limbal. Sel tersebut dapat menginvasi kornea dan limbus yang pertumbuhan

nya secara sentripetal terhadap kornea dan limbus. Hal ini menjelaskan

bentuk segitiga atau sayap pada pterigium.

Selain itu dalam pembentukan pterigium, sekalipun sangat berhubungan

erat dengan sinar UV, namun tidak lepas dengan adanya mikrotrauma. Hal ini

Page 13: Laporan Kasus Mata - Pterygium - Marleen

menjelaskan mengapa debu adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan

pterigium. Ketika sinar UV masuk ke mata bersamaan dengan adanya

mikrotrauma, maka akan terjadi perubahan yang akhirnya membuat

hilangnya kolagenase dan mata menjadi kering. Hal ini menginduksi

extracellular matrix untuk berakumulasi. Lalu terjadi reaksi fibroblastic yang

akhirnya menyebabkan pterigium.

Sinar UV membuat penipisan pada sel langerhan di bagian limbus

(stocker’s line).

5. Klasifikasi

Grade 1 . Jika pterigium hanya sebatas limbus kornea

Grade 2 . Jika pterigium sudah melewati limbus dan belum mencapai pupil, tidak

lebih dari 2mm melewati limbus.

Grade 3 . Jika pterigium sudah melebihi grade 2 tetapi tidak melebihi pinggiran pupil

mata dalam keadaan cahaya normal (diameter pupil 3mm)

Grade 4 : Jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil sehingga mengganggu

penglihatan.

Page 14: Laporan Kasus Mata - Pterygium - Marleen

6. Tipe klinis pterigium

Progresif:

• Tebal

• Kemerahan

• Terlihat adanya pembuluh darah

• Pada puncaknya terlihat bagian opak yang disebut sebagai cap yang dikenal

sebagai Stocker’s line

Athropic / stationary:

• Tipis

• Vaskularisasi tidak terlihat

• Tidak memiliki cap

7. Tipe lain dari pterigium

Double Pterygium

Pterigium berulang

Pterigium malignan

8. Manifestasi klinik

Pterigium dapat tidak memberikan keluhan atau akan memberikan keluhan mata

iritatif, merah dan mungkin menimbulkan astigmat yang akan memberikan keluhan

gangguan penglihatan. Pterigium dapat disertai dengan keratitis pungtata dan dellen

Page 15: Laporan Kasus Mata - Pterygium - Marleen

(penipisan kornea akibat kering), dan garis besi (iron line dari stocker) yang terletak

di ujung pterigium.

Kadang pterigium dapat menimbulkan rasa perih, dan rasa mengganjal saat berkedip.

Pasien dengan pterigium mungkin juga datang dengan keluhan gatal pada mata.

9. Diagnosis

Anamnesis :

Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan pasien seperti mata

merah, munculnya selaput yang progresif, tidak ada penurunan penglihatan.

Selain itu perlu juga dinyatakan adanya riwayat banyak bekerja di luar

ruangan pada daerah dengan pajanan sinar matahari yang tinggi atau berdebu

Pemeriksaan fisik :

Diagnosa Pterigium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik

menggunakan slit lamp.

Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan tambahan dapat dilakukan pada pterigium terutama

apabila pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan. Pemeriksaan berupa

topografi kornea untuk menilai seberapa besar komplikasi berupa

astigmatisme ireguler yang disebabkan oleh pterigium.

10. Diagnosis banding

Pseudopterigium

Page 16: Laporan Kasus Mata - Pterygium - Marleen

Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat.

Sering pseudopterigium ini terjadi pada proses penyembuhan tukak kornea, sehingga

konjungtiva menutupi kornea. Letak pseudopterigium ini pada daerah konjungtiva

yang terdekat dengan proses kornea sebelumnya.

Untuk membandingkan antara pterigium dengan pseudopterigium, dapat dilihat dari

riwayat pasien. Pseudipterigium merupakan hasil dari inflamasi kornea yang

diakibatkan oleh iritasi bahan kimia, perforasi kornea, atau ulkus kornea yang lama,

dimana memicu pertumbuhan konjungtiva ke kornea.

Dibedakan dengan pterigium dengan adanya riwayat inflamasi sebelumnya, selain itu

pseudopterigium umumnya hanya ada pada satu mata, bentuk pseudopterigium tidak

berbentuk “wing” atau sayap, dan tidak progresif. Selain itu beda pterigium dengan

pseudopterigium dapat dilihat dari letaknya, pseudopterigium tidak harus pada celah

kelopak atau fisura palpelbra juga pada pseudopterigium ini dapat diselipkan sonde

dibawahnya.

Pinguekula

Pinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan pada orang

tua, terutama yang matanya sering mendapat rangsangan sinar matahari, debu, dan

angin panas. Letak bercak ini pada celah kelopak mata terutama di bagian nasal.

Page 17: Laporan Kasus Mata - Pterygium - Marleen

Pinguekula merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva. Pembuluh

darah tidak masuk ke dalam pinguekula akan tetapi bila meradang atau terjadi iritasi,

maka sekitar bercak degenerasi ini akan terlihat pembuluh darah yang melebar.

Pinguekula dibedakan dengan pterigium menggunakan slit lamp. Pinguekula hanya

sebatas limbus dan konjungtiva. Pinguekula tidak mencapai kornea.

11. Penatalaksanan

a. Non-farmakologi

Page 18: Laporan Kasus Mata - Pterygium - Marleen

Pada pasien dengan Pterigium, tatalaksana non farmakologi dapat dilakukan dengan

melindungi mata pasien dari sinar UV atau sinar matahari. Hal ini dilakukan untuk

mengurangi resiko pterigium bertambah parah. Selain itu pasien diharapkan untuk

menghindari debu, udara panas, dan juga aktivitas diluar ruangan.

b. Farmakologi

Terapi farmakologi diberikan tergantung pada keluhan pasien, apabila pasien

mengeluhkan mata kering, maka di berikan pengganti air mata. Apabila terjadi iritasi

dan radang, diberikan steroid topical.

c. Pembedahan

Pembedahan pada pasien dengan pterigium dilakukan apabila,

- pertumbuhan pterigium sudah mengganggu penglihatan,

- Inflamasi berulang

- Pterigium yang walaupun hanya di periferal namun mengganggu penglihatan

dengan membuat adanya astigma tinggi.

- Gangguan pergerakan bola mata dengan diplopia.

- Alasan kosmetik, untuk alasan ini harus dijelaskan pada pasien bahwa

pterigium dapat berulang.

Pembedahan yang dapat dilakukan pada pasien pterigium adalah pro eksisi dengan

teknik conjunctival autograft.

12. Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul akibat pterigium adalah gangguan penglihatan.

Gangguan penglihatan karena pterigium dapat terjadi karena pterigium yang sudah

tumbuh melewati pupil, atau dapat karena mengganggu visual axis. Selain itu

pterigium dapat menyebabkan iritasi pada mata

Page 19: Laporan Kasus Mata - Pterygium - Marleen

13. Pencegahan

Pencegahan pterigium dapat dilakukan dengan menghindari paparan langsung

terhadap sinar matahari, udara panas, dan debu. Apabila seseorang harus berhadapan

dengan aktivitas luar ruangan, maka disarankan untuk menggunakan kaca mata

hitam.

14. Prognosis

Prognosis pterigium adalah baik karena tidak selalu mengganggu atau memberikan

simtom. Pterigium dapat kembali lagi atau muncul kembali terutama pada pasien

dengan umur dibawah 40 tahun.

Page 20: Laporan Kasus Mata - Pterygium - Marleen

BAB 3

PEMBAHASAN KASUS

Pada anamnesis, seorang pria 33 tahun ditemukan gejala yang khas

pada pterygium yaitu munculnya selaput pada bagian putih mata dekat

hidung berbentuk segitiga dengan bagian tengah di pinggir bagian hitam bola

mata, serta adanya rasa mengganjal. terdapat keluhan mata merah dan mata

kering dirasakan hilang timbul dengan sendirinya. Pasien tidak memiliki

keluhan gangguan penglihatan, sekret, gatal, bengkak dan nyeri. Hal ini dapat

menyingkirkan diagnosa mata merah dengan visus turun bersamaan dengan

menyingkirkan diagnosa mata merah dengan belek.

Dari anamnesis, pada riwayat kebiasaan didapatkan pasien sering beraktivitas

diluar ruangan, tanpa memakai topi ataupun kacamata pelindung sehingga sering

terkena paparan UV serta pasien juga mengaku bekerja sebagai buruh pabrik benang

sehingga sering terpapar debu. Hal ini mendukung diagnosis pterygium karena sering

terpapar dengan sinar UV serta benda asing seperti debu merupakan salah satu faktor

resiko dari pterygium.

Dari pemeriksaan fisik, pada oculi dextra dan sinistra ditemukan selaput berbentuk

triangular dari bagian nasal yang melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2

mm melewati kornea. Berdasarkan kriteria derajat klinis menurut Youngson,

makaditegakkan diagnosis pterygium oculi dextra dan sinistra derajat II. Untuk

membedakan pterigium dengan diagnose banding lain adalah posisi pterigium itu

sendiri. Pada pseudopterigium, jaringan muncul tidak harus dari bagian nasal atau

temporal, namun bisa dari mana saja. Selain itu dari anamnesa dapat ditemukan

riwayat sakit mata sebelumnya. Pterigium juga dapat dibedakan dengan pinguekula

dari lokasinya. Pada pinguekula, benjolan hanya ada di batas limbus dan

konjungtiva. Pinguekula tidak pernah mengganggu kornea. Dari pemeriksaan fisik

pasien ini, dilihat bahwa jaringan segitiga tersebut melewati batas limbus.

Page 21: Laporan Kasus Mata - Pterygium - Marleen

Pada tatalaksana non medikamentosa, dianjurkan kepada pasien untuk

mengurangi aktivitas di luar ruangan dan memakai topi dan kacamata jika berada di

luar ruangan atau sedang bekerja di pabrik. Hal ini dimaksudkan untuk

meminimalisir paparan UV sehingga kemungkinan terjadinya progresivitas penyakit

berkurang serta meminimalisir debu yang dapat mengiritasi mata.

Padatatalaksanamedikamentosa, diberikan obat tetes mata

CendoXitrol® (Polimyxin B, Neomycin, Dexamethason) 3 kali 1 tetes pada

mata kanan dan kiri. Diharapkan kortikosteroid dalam kombinasi ini dapat

meredakan gejala iritasi yang terjadi.

Terapisurgikal yang dianjurkan kepada pasien adalah eksisi pterygium

dengan teknik conjunctival autograft dengan pemberian mytomycin C

intraoperatif. Teknik conjunctival autograft dipilih karena tingkat

kekambuhannya yang rendah. Pemberian mytomycin C intraoperatif

dipertimbangkan pada kasus ini karena kasus tingkat kekambuhan pterygium

diharapkan menurun dengan pemberian mytomycin C karena MMC

menghambat sintesis fibroblas sehingga dapat mencegah rekurensi penyakit

tersebut.

Page 22: Laporan Kasus Mata - Pterygium - Marleen

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophthalmology. 2008. Classification and

Management of Conjunctival Disorders. Singapore: Lifelong Education

Ophthalmologist. pp 165-167.

2. Bandyopadhyay, Ranjana. Ijpmolnline. 2010.

http://www.ijpmonline.org/article.asp?issn=0377-

4929;year=2010;volume=53;issue=4;spage=692;epage=695;aulast=Bandyop

adhyay.

3. Ilyas,Sidharta. 2005. Kelopak Mata. Dalam Penuntun Ilmu Penyakit Mata.

3rd edisi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hlm : 58-60

4. lusby, Franklyn W. Medine Plus. 2008.

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001011.htm (accessed

2015).

5. Sebastian, Roberto. Diagnostic Pathology. 2013.

http://www.diagnosticpathology.org/content/8/1/32.

6. Subramaniam, Dr Ramya. Ejournal Ophtalmology. 2011.

http://www.ejournalofophthalmology.com/ejo/ejo40.html.

7. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. 2000. Palpebra dan Aparatus Lakrimalis.

Dalam Oftamologi umum. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika. Hal 81-82

8. Vision, Mission for. Anatomy of the human eye. 2005.

http://www.images.missionforvisionusa.org/anatomy/2005/11/conjunctiva-

answers.html.

9. Web MD. 2014. http://www.webmd.boots.com/eye-health/guide/pterygium.

10. Youngson, Liutenant Colonel R.M. Ramcjournal. 1970.

http://www.ramcjournal.com/content/116/3/126.full.pdf.