laporan kasus dan referat

47
Laporan Kasus dan Referat (Tinjauan Pustaka) Ilmu Penyakit Dalam “Struma dan Hiperglikemia” Disusun oleh : Nama : Trilia Mandasari NIM : 2010.2040.1011.091 Kelompok : B-12 Pembimbing dr. Agatha Maharani, Sp.PD

Upload: guruhkurniawan

Post on 16-Feb-2015

99 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Dan Referat

Laporan Kasus dan Referat (Tinjauan Pustaka) Ilmu Penyakit Dalam

“Struma dan Hiperglikemia”

Disusun oleh :

Nama : Trilia Mandasari

NIM : 2010.2040.1011.091

Kelompok : B-12

Pembimbing

dr. Agatha Maharani, Sp.PD

LABORATORIUM SMF ILMU PENYAKIT DALAMFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2012

Page 2: Laporan Kasus Dan Referat

BAB 1

PENDAHULUAN

Pertumbuhan dan fungsi dari kelenjar tiroid paling sedikit dikendalikan

empat mekanisme : yaitu sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid klasik, dimana

hormon pelepas tirotropin hipotalamus (TRH) merangsang sintesis dan pelepasan

dari hormon perangsang tiroid hipofisis anterior (TSH), yang kemudian pada

gilirannya merangsang sekresi hormon dan pertumbuhan oleh kelenjar tiroid ;

kemudian diadininase hipofisis dan perifer, yang memodifikasi efek dari T4 dan

T3; autoregulasi dari sintesis hormon oleh kelenjar tiroid sendiri dalam

hubungannya dengan suplai iodinnya; dan stimulasi atau inhibisi dari fungsi tiroid

oleh autoantibodi reseptor TSH.

Pengelolaan kelainan kelenjar tiroid dilakukan dengan melakukan uji

kadar hormon TSH dan tiroksin bebas, didasari atas patofisiologi yang terjadi,

sehingga akan didapatkan pengelolaan menyeluruh.

Diagnosis dari penyakit tiroid telah banyak disederhanakan dengan

dikembangkannya assay yang peka untuk TSH dan tiroksin bebas. Suatu

peningkatan TSH dan tiroksisn bebas yang rendah menetapkan diagnosis dari

hipotoroidisme, dan TSH yang tersupresi serta FT4 yang meningkat menetapkan

dari hipertiroidisme.

Akan dibahas terperinci tentang kelenjar tiroid dan kelainan pada kelenjar

tiroid pada referat ini.

Page 3: Laporan Kasus Dan Referat

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Struma

Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh

karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa

gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.

Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar

tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di

bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma

dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita

suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan

berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan

elektrolit. Bila pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang

besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan

disfagia.

2.2 Anatomi dan Fungsi Tiroid

Tiroid berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar tiroid

merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak pada leher

bagian bawah di sebelah anterior trakea. Kelenjar ini merupakan kelenjar

endokrin yang paling banyak vaskularisasinya, dibungkus oleh kapsula yang

berasal dari lamina pretracheal fascia profunda. Kapsula ini melekatkan tiroid

ke laring dan trakea. Kelenjar ini terdiri atas dua buah lobus lateral yang

dihubungkan oleh suatu jembatan jaringan isthmus tiroid yang tipis dibawah

kartilago krikoidea di leher, dan kadangkadang terdapat lobus piramidalis

yang muncul dari isthmus di depan laring.

Kelenjar tiroid terletak di leher depan setentang vertebra cervicalis 5

sampai thoracalis 1, terdiri dari lobus kiri dan kanan yang dihubungkan oleh

isthmus. Setiap lobus berbentuk seperti buah pear, dengan apeks di atas sejauh

linea oblique lamina cartilage thyroidea, dengan basis di bawah cincin trakea 5

atau 6. Kelenjar tiroid mempunyai panjang ± 5 cm, lebar 3 cm, dan dalam

Page 4: Laporan Kasus Dan Referat

keadaan normal kelenjar tiroid pada orang dewasa beratnya antara 10 sampai

20 gram. Aliran darah kedalam tiroid per gram jaringan kelenjar sangat tinggi

(+ 5 ml/menit/gram tiroid).

Thyroid Gland in SituAntedor View

Page 5: Laporan Kasus Dan Referat

Tiroid terdiri dari nodula-nodula yang tersusun dari folikel-folikel

kecil yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh suatu jaringan ikat. Setiap

folikel dibatasi oleh epitel kubus dan diisi oleh bahan proteinaseosa berwarna

merah muda yang disebut koloid.

Sel-sel epitel folikel merupakan tempat sintesis hormon tiroid dan

mengaktifkan pelepasannya dalam sirkulasi. Zat koloid, triglobulin,

merupakan tempat hormon tiroid disintesis dan pada akhirnya disimpan.7 Dua

hormon tiroid utama yang dihasilkan oleh folikel-folikel adalah tiroksin (T4)

dan triiodotironin (T3). Sel pensekresi hormon lain dalam kelenjar tiroid yaitu

sel parafolikular yang terdapat pada dasar folikel dan berhubungan dengan

membran folikel, sel ini mensekresi hormon kalsitonin, suatu hormon yang

dapat merendahkan kadar kalsium serum dan dengan demikian ikut berperan

dalam pengaturan homeostasis kalsium.

Tiroksin (T4) mengandung empat atom yodium dan triiodotironin (T3)

mengandung tiga atom yodium. T4 disekresi dalam jumlah lebih banyak

dibandingkan dengan T3, tetapi apabila dibandingkan milligram per

milligram, T3 merupakan hormon yang lebih aktif daripada T4.

Fungsi utama hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan aktivitas

metabolik seluler. Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan

mempercepat proses metabolisme. Efeknya pada kecepatan metabolisme

Page 6: Laporan Kasus Dan Referat

sering ditimbulkan oleh peningkatan kadar enzim-enzim spesifik yang turut

berperan dalam konsumsi oksigen, dan oleh perubahan sifat responsif jaringan

terhadap hormon yang lain. Hormon tiroid mempengaruhi replikasi sel dan

sangat penting bagi perkembangan otak. Adanya hormon tiroid dalam jumlah

yang adekuat juga diperlukan untuk pertumbuhan normal. Melalui efeknya

yang luas terhadap metabolisme seluler, hormon tiroid mempengaruhi setiap

sistem organ yang penting. Kelenjar tiroid berfungsi untuk mempertahankan

tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar optimal sehingga mereka

berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi 02 pada sebagian

besar sel di tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat,

dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal.

Hormon-hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel,

perkembangan dan metabolisme energi. Efek-efek ini bersifat genomic,

melalui pengaturan ekspresi gen, dan yang tidak bersifat genomic, melalui

efek langsung pada sitosol sel, membran sel, dan mitokondria. Hormon tiroid

juga merangsang pertumbuhan somatis dan berperan dalam perkembangan

normal sistem saraf pusat. Hormon ini tidak esensial bagi kehidupan, tetapi

ketiadaannya menyebabkan perlambatan perkembangan mental dan fisik,

Page 7: Laporan Kasus Dan Referat

berkurangnya daya tahan tubuh terhadap dingin, serta pada anak-anak timbul

retardasi mental dan kecebolan (dwarfisme). Sebaliknya, sekresi tiroid yang

berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takikardia, tremor, dan

kelebihan pembentukan panas.

Dua jenis hormon berbeda yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid

membentuk hormon tiroid yaitu tiroksin dan triiodotironin. Kedua hormon ini

merupakan asam amino dengan sifat unik yang mengandung molekul iodium

yang terikat pada struktur asam amino.

2.2.1 Tiroksin (T4)

Hormon tiroksin (T4) mengandung empat atom iodium dalam

setiap molekulnya. Hormon ini disintesis dan disimpan dalam keadaan

terikat dengan protein di dalam sel-sel kelenjar tiriod; pelepasannya ke

dalam aliran darah terjadi ketika diperlukan. Kurang lebih 75%

hormon tiroid terikat dengan globulin pengikat-protein (TBG; thyroid-

binding globulin). Hormon tiroid yang lain berada dalam keadaan

terikat dengan albumin dan prealbumin pengikat tiroid. Bentuk T4

yang terdapat secara alami dan turunannya dengan atom karbon

asimetrik adalah isomer L. D-Tiroksin hanya memiliki sedikit aktivitas

bentuk L.

Page 8: Laporan Kasus Dan Referat

Hormon tiroid yang bersirkulasi dalam plasma terikat pada

protein plasma, diantaranya :

1) globulin pengikat tiroksin (TBG).

2) prealbumin pengikat tiroksin (TBPA).

3) albumin pengikat tiroksin (TBA).

Dari ketiga protein pengikat tiroksin, TBG mengikat tiroksin

yang paling spesifik. Selain itu, tiroksin mempunyai afinitas yang lebih

besar terhadap protein pengikat ini di bandingkan dengan

triiodotironin. Secara normal 99,98% T4 dalam plasma terikat atau

sekitar 8 µg/dL (103 nmol/L); kadar T4 bebas hanya sekitar 2 ng/dL.

Hanya terdapat sedikit T4 dalam urin. Waktu paruh biologiknya

panjang (6-7 hari), dan volume distribusinya lebih kecil jka

dibandingkan dengan cairan ekstra seluler (CES) sebesar IOL, atau

sekitar 15% berat tubuh.

2.2.2 Triiodotironin (T3)

Hormon yang merupakan asam amino dengan sifat unik yang

mengandung molekul iodium yang terikat pada asam amino ini hanya

mengandung tiga atom iodium saja dalam setiap molekulnya. Hormon

tiroksin juga di bentuk di jaringan perifer melalui deiodinasi T4.

Hormon triiodotironin (T3) lebih aktif daripada hormon tiroksin (T4).

T4 dan T3 disintesis di dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi

molekul-molekul tirosin yang terikat pada linkage peptida dalam

Tiroid HipofisisT4 TSH

T4 bebas(0,002 µg/Dl)

T4 T4

Terikat protein plasma (8 µg/Dl) Terikat protein jaringan

Page 9: Laporan Kasus Dan Referat

triglobulin. Kedua hormon ini tetap terikat pada triglobulin sampai

disekresikan. Sewaktu disekresi, koloid diambil oleh sel-sel tiroid,

ikatan peptida mengalami hidrolisis, dan T3 serta T4 bebas dilepaskan

ke dalam kapiler.

Triiodotironin mempunyai afinitas yang lebih kecil terhadap

protein pengikat TBG dibandingkan dengan tiroksin, menyebabkan

triiodotironin lebih mudah berpindah ke jaringan sasaran. Faktor ini

yang merupakan alasan mengapa aktivitas metabolik triiodotironin

lebih besar.

T3 mugkin dibentuk melalui kondensasi monoidotirosin (MIT)

dengan diidotirosin (DIT). Dalam tiroid manusia normal, distribusi

rata-rata senyawa beriodium untuk T3 adalah 7%. Kelenjar tiroid

manusia mensekresi sekitar 4 µg (7 nmol) T3. Kadar T3 plasma adalah

sekitar 0,15 µg/dL (2,3 nmol/L), dari 0,15 µg/dL yang secara normal

terdapat dalam plasma, 0,2% (0,3 ng/dL) berada dalam keadaan bebas.

Sisa 99,8% terikat pada protein, 46% pada TBG dan sebagian besar

sisanya pada albumin, dengan pengikatan transtiretin sangat sedikit.

ProteinKonsentrasi

Plasma (mg/dL)

Jumlah Hormon Terikat yang berikulasi (%)

T4 T3

Globulin pengikattiroksin (TBG)

2 67 46

Transterin (Praalbuminpengikat tiroksin,TBPA)

15 20 1

Albumin 3500 13 53

2.3 Patogenesis Struma

Struma terjadi akibat kekurangan yodium yang dapat menghambat

pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid sehingga terjadi pula

penghambatan dalam pembentukan TSH oleh hipofisis anterior. Hal tersebut

memungkinkan hipofisis mensekresikan TSH dalam jumlah yang berlebihan.

TSH kemudian menyebabkan sel-sel tiroid mensekresikan tiroglobulin dalam

jumlah yang besar (kolid) ke dalam folikel, dan kelenjar tumbuh makin lama

makin bertambah besar. Akibat kekurangan yodium maka tidak terjadi

Page 10: Laporan Kasus Dan Referat

peningkatan pembentukan T4 dan T3, ukuran folikel menjadi lebih besar dan

kelenjar tiroid dapat bertambah berat sekitar 300-500 gram.

Selain itu struma dapat disebabkan kelainan metabolik kongenital yang

menghambat sintesa hormon tiroid, penghambatan sintesa hormon oleh zat

kimia (goitrogenic agent), proses peradangan atau gangguan autoimun seperti

penyakit Graves. Pembesaran yang didasari oleh suatu tumor atau neoplasma

dan penghambatan sintesa hormon tiroid oleh obat-obatan misalnya

thiocarbamide, sulfonylurea dan litium, gangguan metabolik misalnya struma

kolid dan struma non toksik (struma endemik).

Page 11: Laporan Kasus Dan Referat

2.4 Klasifikasi Struma

2.4.1 Berdasarkan Fisiologisnya

Berdasakan fisiologisnya struma dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

a. Eutiroidisme

Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar

tiroid yang disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di

bawah normal sedangkan kelenjar hipofisis menghasilkan TSH

Page 12: Laporan Kasus Dan Referat

dalam jumlah yang meningkat. Goiter atau struma semacam ini

biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher

yang jika terjadi secara berlebihan dapat mengakibatkan kompresi

trakea.

b. Hipotiroidisme

Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional

kelenjar tiroid sehingga sintesis dari hormon tiroid menjadi

berkurang. Kegagalan dari kelenjar untuk mempertahankan kadar

plasma yang cukup dari hormon. Beberapa pasien hipotiroidisme

mempunyai kelenjar yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai

kelenjar tiroid akibat pembedahan/ablasi radioisotop atau akibat

destruksi oleh antibodi autoimun yang beredar dalam sirkulasi.

Gejala hipotiroidisme adalah penambahan berat badan, sensitif

terhadap udara dingin, dementia, sulit berkonsentrasi, gerakan

lamban, konstipasi, kulit kasar, rambut rontok, mensturasi

berlebihan, pendengaran terganggu dan penurunan kemampuan

bicara. Gambar penderita hipotiroidisme dapat terlihat di bawah

ini.

Page 13: Laporan Kasus Dan Referat
Page 14: Laporan Kasus Dan Referat

c. Hipertiroidisme

Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat

didefenisikan sebagai respon jaringan jaringan tubuh terhadap

pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan. Keadaan ini

dapat timbul spontan atau adanya sejenis antibodi dalam darah

yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya produksi

hormon yang berlebihan tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi

besar. Gejala hipertiroidisme berupa berat badan menurun, nafsu

makan meningkat, keringat berlebihan, kelelahan, leboh suka udara

dingin, sesak napas. Selain itu juga terdapat gejala jantung

berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian atas, mata melotot

(eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok, dan atrofi

otot. Gambar penderita hipertiroidisme dapat terlihat di bawah ini.

Page 15: Laporan Kasus Dan Referat
Page 16: Laporan Kasus Dan Referat

2.4.2 Berdasarkan Klinisnya

Secara Minis pemeriksaan Minis struma toksik dapat dibedakan

menjadi sebagai berikut

a. Struma Toksik

Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma

diffusa toksik dan struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa

lebih mengarah kepada perubahan bentuk anatomi dimana struma

Page 17: Laporan Kasus Dan Referat

diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lain. Jika tidak

diberikan tindakan medis sementara nodusa akan memperlihatkan

benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan (struma

multinoduler toksik).

Struma diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan

hipermetabolisme karena jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon

tiroid yang berlebihan dalam darah. Penyebab tersering adalah

penyakit Grave (gondok eksoftalmik/exophtalmic goiter), bentuk

tiroktosikosis yang paling banyak ditemukan diantara

hipertiroidisme lainnya.

Perjalanan penyakitnya tidak disadari oleh pasien meskipun

telah diiidap selama berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk

reseptor TSH beredar dalam sirkulasi darah, mengaktifkan reseptor

tersebut dan menyebabkan kelenjar tiroid hiperaktif.

Meningkatnya kadar hormon tiroid cenderung

menyebabkan peningkatan pembentukan antibodi sedangkan

turunnya konsentrasi hormon tersebut sebagai hasilpengobatan

penyakit ini cenderung untuk menurunkan antibodi tetapi bukan

mencegah pembentukyna.32 Apabila gejala gejala hipertiroidisme

bertambah berat dan mengancam jiwa penderita maka akan terjadi

krisis tirotoksik. Gejala klinik adanya rasa khawatir yang berat,

mual, muntah, kulit dingin, pucat, sulit berbicara dan menelan,

koma dan dapat meninggal.

b. Struma Non Toksik

Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang

dibagi menjadi struma diffusa non toksik dan struma nodusa non

toksik. Struma non toksik disebabkan oleh kekurangan yodium

yang kronik. Struma ini disebut sebagai simple goiter, struma

endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di daerah yang

air minumya kurang sekali mengandung yodium dan goitrogen

yang menghambat sintesa hormon oleh zat kimia.

Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu

Page 18: Laporan Kasus Dan Referat

nodul, maka pembesaran ini disebut struma nodusa. Struma nodusa

tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme dan hipotiroidisme

disebut struma nodusa non toksik. Biasanya tiroid sudah mulai

membesar pada usia muda dan berkembang menjadi multinodular

pada saat dewasa. Kebanyakan penderita tidak mengalami keluhan

karena tidak ada hipotiroidisme atau hipertiroidisme, penderita

datang berobat karena keluhan kosmetik atau ketakutan akan

keganasan. Namun sebagian pasien mengeluh adanya gejala

mekanis yaitu penekanan pada esofagus (disfagia) atau trakea

(sesak napas), biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul

perdarahan di dalam nodul.

Struma non toksik disebut juga dengan gondok endemik,

berat ringannya endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi

yodium urin. Dalam keadaan seimbang maka yodium yang masuk

ke dalam tubuh hampir sama dengan yang diekskresi lewat urin.

Kriteria daerah endemis gondok yang dipakai Depkes RI adalah

endemis ringan prevalensi gondok di atas 10 %-< 20 %, endemik

sedang 20 % - 29 % dan endemik berat di atas 30 %.

2.5 Epidemiologi Struma

2.5.1 Distribusi dan Frekuensi

a. Orang

Data rekam medis Divisi Ilmu Bedah RSU Dr. Soetomo

tahun 2001-2005 struma nodusa toksik terjadi pada 495 orang

diantaranya 60 orang laki-laki (12,12 %) dan 435 orang perempuan

(87,8 %) dengan usia terbanyak yaitu 31-40 tahun 259 orang (52,3

2%), struma multinodusa toksik yang terjadi pada 1.912 orang

diantaranyal7 orang laki-laki (8,9 %) dan 174 perempuan (91,1%)

dengan usia yang terbanyak pada usia 31-40 tahun berjumlah 65

orang (34,03 %).

b. Tempat dan Waktu

Penelitian Ersoy di Jerman pada tahun 2009 dilakukan

Page 19: Laporan Kasus Dan Referat

palpasi atau pemeriksaan benjolan pada leher dengan meraba leher

1.018 anak ditemukan 81 anak (8,0%) mengalami struma endernis

atau gondok.35 Penelitian Tenpeny K.E di Haiti pada tahun 2009

menemukan PR struma endemis 26,3 % yang dilakukan

pemeriksaan pada 1.862 anak usia 6-12 tahun.

Penelitian Arfianty di Kabupaten Madiun tahun 2005

dengan sampel 40 anak yang terdiri dari 20 anak penderita gondok

dan 20 anak bukan penderita gondok menunjukan PR GAKY 31,9

% di Desa Gading (daerah endemik) dan 0,65 % di Desa Mejaya

(daerah non endemik).

2.5.2 Determinan Struma

a. Host

Kasus struma lebih sering terjadi pada perempuan

dibandingkan laki-laki namun dengan bertambah beratnya

endemik, perbedaan seks tersebut hampir tidak ada. Struma dapat

menyerang penderita pada segala umur namun umur yang semakin

tua akan meningkatkan resiko penyakit lebih besar. Hal ini

disebabkan karena daya tahan tubuh dan imunitas seseorang yang

semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.

Berdasarkan penelitian Hemminichi K, et al yang dilakukan

berdasarkan data rekam medis pasien usia 0-75 tahun yang dirawat

di rumah sakit tahun 1987-2007 di Swedia ditemukan 11.659 orang

(50,9 %) mengalami struma non toxic, 9.514 orang (41,5 %)

Graves disease, dan 1.728 orang (7.54%) struma nodular toxic.

b. Agent

Agent adalah faktor penyebab penyakit dapat berupa unsur

hidup atau mati yang terdapat dalam jumlah yang berlebihan atau

kekurangan. Agent kimia penyebab struma adalah goitrogen yaitu

suatu zat kimia yang dapat menggangu hormogenesis tiroid.

Goitrogen menyebabkan membesarnya kelenjar tiroid seperti yang

terdapat dalam kandungan kol, lobak, padi-padian, singkong dan

goitrin dalarn rumput liar. Goitrogen juga terdapat dalam obat-

Page 20: Laporan Kasus Dan Referat

obatan seperti propylthiouraci, lithium, phenylbutazone,

aminoglutethimide, expectorants yang mengandung yodium secara

berlebih.

Penggunaan terapi radiasi juga merupakan faktor penyebab

struma yang merupakan salah satu agen kimia karsinoma tiroid.

Banyak terjadi pada kasus anak-anak yang sebelumnya

mendapatkan radiasi pada leher dan terapi yodium radioaktif pada

tirotoksikosis berat serta operasi di tempat lain di mana

sebelumnya tidak diketahui. Adanya hipertiroidisme

mengakibatkan efek radiasi setelah 5-25 tahun kemudian.

c. Environment

Struma endemik sering terdapat di daerah-daerah yang air

minumya kurang sekali mengandung yodium. Daerah-daerah

dimana banyak terdapat struma endemik adalah di Eropa,

pegunungan Alpen, pegunungan Andes, Himalaya di mana iodinasi

profilaksis tidak menjangkau masyarakat. Di Indonesia banyak

terdapat di daerah Minangkabau, Dairi, Jawa, Bali dan Sulawesi.

Berdasarkan penelitian Mafauzy yang dilakukan di Kelantan

Malaysia pada tahun 1993 dari 31 daerah yang dibagi menjadi tiga

bagian yaitu wilayah pesisir, pedalamam serta diantara pantai dan

pedalaman. Sebanyak 2.450 orang dengan usia >15 tahun

ditemukan PR GAKY 23 % di wilayah pesisir dengan kelompok

usia terbanyak pada usia 36-45 tahun (33,9 %) , 35,9 % di wilayah

pedalaman pada usia 15-25 tahun (39,6 %) dan 44,9 % diantara

pedalaman dan pesisir pantai pada usia 26-35 tahun (54,3 %).

Berdasarakan penelitian Juan di Spanyol pada tahun 2004

terhadap 634 orang yang berusia 55-91 tahun diperiksa ditemukan

325 orang (51,3 %) mengalami goiter multinodular non toxic, 151

orang (23,8 %) goiter multinodular toxic, 27 orang (4,3%) Graves

disease, dan 8 orang (1,3 %) simple goiter.

Page 21: Laporan Kasus Dan Referat

2.6 Pencegahan

2.6.1 Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk

menghindari diri dari berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan

yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya struma adalah :

a. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola

perilaku makan dan memasyarakatkan pemakaian garam yodium

b. Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti

ikan laut

c. Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam

beryodium setelah dimasak, tidak dianjurkan memberikan garam

sebelum memasak untuk menghindari hilangnya yodium dari

makanan

d. Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi.

Cara ini memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan

garam karena dapat terjangkau daerah luas dan terpencil. lodisasi

dilakukan dengan yodida diberikan dalam saluran air dalam pipa,

yodida yang diberikan dalam air yang mengalir, dan penambahan

yodida dalam sediaan air minum.

e. Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk

di daerah endemik berat dan endemik sedang. Sasaran

pemberiannya adalah semua pria berusia 0-20 tahun dan wanita 0-

35 tahun, termasuk wanita hamil dan menyusui yang tinggal di

daerah endemis berat dan endemis sedang. Dosis pemberiannya

bervariasi sesuai umur dan kelamin.

f. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%)

diberikan 3 tahun sekali dengan dosis untuk dewasa dan anak-anak

di atas 6 tahun I cc dan untuk anak kurang dari 6 tahun 0,20,8 cc.

2.6.2 Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya mendeteksi secara dini suatu

penyakit, mengupayakan orang yang telah sakit agar sembuh.

menghambat progresifitas penyakit yang dilakukan melalui beberapa

Page 22: Laporan Kasus Dan Referat

cara yaitu :

a. Diagnosis

1) Inspeksi

Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan

penderita yang berada pada posisi duduk dengan kepala sedikit

fleksi atau leher sedikit terbuka. Jika terdapat pembengkakan

atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu lokasi,

ukuran, jumlah nodul, bentuk (diffus atau noduler kecil),

gerakan pada saat pasien diminta untuk menelan dan pulpasi

pada permukaan pembengkakan.

2) Palpasi

Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien

diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi. Pemeriksa

berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid dengan

menggunakan ibu jari kedua tangan pada tengkuk penderita.

3) Tes Fungsi Hormon

Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan

perantara tes-tes fungsi tiroid untuk mendiagnosa penyakit

tiroid diantaranya kadar total tiroksin dan triyodotiroin serum

diukur dengan radioligand assay. Tiroksin bebas serum

mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi ~ ang secara

metabolik aktif. Kadar TSH plasma dapat diukur dengan assay

radioimunometrik. Kadar TSH plasma sensitif dapat dipercaya

sebagai indikator fungsi tiroid. Kadar tinggi pada pasien

hipotiroidisme sebaliknya kadar akan berada di bawah normal

pada pasien peningkatan autoimun (hipertiroidisme). Uji ini

dapat digunakan pada awal penilaian pasien yang diduga

memiliki penyakit tiroid. Tes ambilan yodium radioaktif (RAI)

digunakan untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam

menangkap dan mengubah yodida.

4) Foto Rontgen leher

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma

Page 23: Laporan Kasus Dan Referat

telah menekan atau menyumbat trakea (jalan nafas).

5) Ultrasonografi (USG)

Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran

gondok akan tampak di layar TV. USG dapat memperlihatkan

ukuran gondok dan kemungkitian adanya kista/nodul yang

mungkin tidak terdeteksi waktu pemeriksaan leher. Kelainan-

kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG antara lain kista,

adenoma, dan kemungkinan karsinoma.

6) Sidikan (Scan) tiroid

Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi

radioaktif bernama technetium-99m dan yodium125/ yodium

131 ke dalam pembuluh darah. Setengah jam kemudian

berbaring di bawah suatu kamera canggih tertentu selama

beberapa menit. Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah

teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang utama adalh fungsi

bagian-bagian tiroid.

7) Biopsi Aspirasi Jarum Halus

Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan

suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum tidak nyeri, hampir

tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian

pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena

lokasi biopsi kurang tepat. Selain itu teknik biopsi kurang benar

dan pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu

karena salah intrepertasi oleh ahli sitologi.

b. Penatalaksanaan Medis

Ada beberapa macam untuk penatalaksanaan medis jenis

jenis struma antara lain sebagai berikut:

1) Operasi/Pembedahan

Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen

yang kurang sering dibandingkan Jengan yodium radioaktif.

Terapi ini tepat untuk para pasien hipotiroidisme yang tidak

mau mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak dapat

Page 24: Laporan Kasus Dan Referat

diterapi dengan obat-obat anti tiroid. Reaksi-reaksi yang

merugikan yang dialami dan untuk pasien hamil dengan

tirotoksikosis parah atau kekambuhan. Pada wanita hamil atau

wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik atau

pil KB), kadar hormon tiroid total tampak meningkat. Hal ini

disebabkan makin hanyak tiroid yang terikat oleh protein maka

perlu dilakukan pemeriksaan kadar T4 sehingga dapat

diketahui keadaan fungsi tiroid.

Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar

kelenjar tiroid, sebelum pembedahan tidak perlu pengobatan

dan sesudah pembedahan akan dirawat sekitar 3 hari.

Kemudian diberikan obat tiroksin karena jaringan timid yang

tersisa mungkin tidak cukup memproduksi hormon dalam

jumlah yang adekuat dan pemeriksaan laboratorium untuk

menentukan struma dilakukan 3-4 minggu setelah tindakan

pembedahan.

2) Yodium Radioaktif

Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis

yang tinggi pada kelenjar tiroid sehingga menghasilkan ablasi

jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi maka pemberian

yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50 %.

Yodium radioaktif tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid

sehingga memperkecil penyinaran terhadap jaringan tubuh

lainnya. Terapi ini tidak meningkatkan resiko kanker, leukimia,

atau kelainan genetik35 Yodium radioaktif diberikan dalam

bentuk kapsul atau cairan yang harus diminum di rumah sakit,

obat ini ini biasanya diberikan empat minggu setelah operasi,

sebelum pemberian obat tiroksin.

3) Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid

Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma,

selama ini diyakini bahwa pertumbuhan sel kanker tiroid

dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu untuk menekan TSH

Page 25: Laporan Kasus Dan Referat

serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga

diberikan untuk mengatasi hipotiroidisme yang terjadi sesudah

operasi pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid

(tionamid) yang digunakan saat ini adalah propiltiourasil (PTU)

dan metimasol/karbimasol.

2.6.3 Pencegahan Tertier

Pencegahan tersier bertujuan untuk mengembalikan fungsi

mental, fisik dan sosial penderita setelah proses penyakitnya

dihentikan. Upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Setelah pengobatan diperlukan kontrol teratur/berkala untuk

memastikan dan mendeteksi adanya kekambuhan atau penyebaran.

b. Menekan munculnya komplikasi dan kecacatan

c. Melakukan rehabilitasi dengan membuat penderita lebih percaya

diri, fisik segar dan bugar serta keluarga dan masyarakat dapat

menerima kehadirannya melalui melakukan fisioterapi yaitu

dengan rehabilitasi fisik, psikoterapi yaitu dengan rehabilitasi

kejiwaan, sosial terapi yaitu dengan rehabilitasi sosial dan

rehabilitasi aesthesis yaitu yang berhubungan dengan kecantikan.

Page 26: Laporan Kasus Dan Referat

\2

Page 27: Laporan Kasus Dan Referat

Summary of data base Clue and cue Problem listInitial

diagnosisPlanning

Diagnosis Therapy Monitoring Education

Identitas

Nama : Ny. K

Umur : 46 tahun

Jenis Kelamin : ♀

Alamat : Megaluh,

Jombang

Pekerjaan : IRT

Agama : Islam

Suku : Jawa

No.RM : 14.07.22

Tanggal Pemeriksaan : 21

September 2012, pukul

12.00 WIB

Anamnesis

KU : Dada berdebar-

debar

RPS : Dada berdebar-

debar sejak 3

minggu ini

♀, 46 tahun

Pembesaran kelenjar

tiroid simetris (+), ø

4 x 3 cm, batas jelas,

konsistensi padat,

mobile, ikut

bergerak saat

menelan, tidak

berdungkul, nyeri

tekan (-), bruit (-).

Fatigue (+), nyeri

kepala (+), palpitasi

(+), tremor (+),

hiperhidrosis (+),

ujung jari tangan

& kaki kesemutan

kaki eksoftalmus

(-).

Hiperglikemia

Struma dengan

hiperglikemia

- Struma Toxic

- Struma Non-

toxic

- Pemeriksaan DL

dan kolesterol

- Pemeriksaan T3,

T4, TSH

- Thyroid

scanning

- Pemeriksaan

HbA1C

- Pemeriksaan

FNAB

- Pemeriksaan

EKG

- X-Foto dada &

leher

- PTU dosis 300

mg tiap 4-6 jam.

- Propanolol dosis

60-80 mg tiap 6

jam per oral

- Diazepam 3-5

mg, 3x1

- Tindakan bedah

- Radioterapi

- Hormonal terapi

- Kemoterapi

- Keluhan

- Vital sign

- Tanda- tanda

krisis tiroid

- Efek samping

obat

- Gula darah

- Informasi

pada pasien &

keluarga

tentang

penyakit

pasien,

pemeriksaan

penunjang

yang akan

dilakukan dan

efek samping

obat

- Informasi

pada pasien

bila sewaktu

waktu

keluhan

bertambah

berat

Page 28: Laporan Kasus Dan Referat

Summary of data base Clue and cue Problem listInitial

diagnosisPlanning

Diagnosis Therapy Monitoring Education

dirasakan parah

dalam 3 hari

terakhir, mbliur (+),

mual (+), muntah

setiap kali makan

(+), perut kembung

dan terasa sebah,

akhir-akhir ini

pasien merasa

mudah lelah,

berkeringat banyak,

jari tangan

gemetaran, ujung

jari tangan dan kaki

kesemutan dan

terasa tebal.

Benjolan di leher

sejak 2 tahun yang

lalu, awalnya kecil,

kemudian

membesar dan tidak

nyeri. BAB sering

±Sx/hari, BAK

dalam batas normal.

Diabetes

Mellitus

Diabetes

Mellitus Tipe 2

- Pemeriksaan

GDA

- Pemeriksaan

GDP 2JPP

- TTGO

- Pemeriksaan

HbA 1 C

- RI 3x6 U sc

- Diet DM

- Olah raga

(misalnya

sesak),

penurunan

kesa.laran)

segera ke RS

Page 29: Laporan Kasus Dan Referat

Summary of data base Clue and cue Problem listInitial

diagnosisPlanning

Diagnosis Therapy Monitoring Education

RPD : Hipertensi

disangkal, Diabetes

Mellitus ± 2 tahun

dengan riwayat

minum obat

glibenclamide 1-0-

0), Benjolan leher

tidak pernah periksa

hanya minum obat

beli sendiri dari

apotek.

Pemeriksaan FisikTD : 140/90mmHg

N : 112 x/mnt

RR : 22x/mnt

S : 360 C

K/U : Composmentis

GCS : 456

Kepala:An -/-, Ict -/-, Cyan -/-,Dyps (-), Exsoftalmus (-/-)

Leher :Pembesaran kelenjar tiroidsimetris (+), ø 4 x 3 cm,

Page 30: Laporan Kasus Dan Referat

Summary of data base Clue and cue Problem listInitial

diagnosisPlanning

Diagnosis Therapy Monitoring Education

batas jelas, konsistensipadat, mobile, ikutbergerak saat menelan,tidak berdungkul, nyeritekan (-), bruit (-).Pembesaran KGB (-),JVP An, deviasi trachea(-) Thorax :Inspeksi : Bentuk dadasimetris, retraksiintercostal dansupraklavikula -/Palpasi : dada simetris,sela iga normal, deviasitrakhea (-)

Perkusi :

Sonor Sonor

Sonor Sonor

Sonor Sonor

Auskultasi : Suara napas

Vesikuler Vesikuler

Vesikuler Vesikuler

Vesikuler Vesikuler

Page 31: Laporan Kasus Dan Referat

Summary of data base Clue and cue Problem listInitial

diagnosisPlanning

Diagnosis Therapy Monitoring Education

Wh -/-, Rh -/-

Cor : S1S2 tunggal, gallop (-)

murmur(-)

Abdomen : flat, supel,

massa (-), nyeri tekan (-)

dan hipokondrium dextra

(+), BU (+) N, pulsasi

epigastrium (-).

Genetalia: dbN

Extremitas :

AKHM

+ +

+ +

Edema

- -

- -

GDA : 325 mg/dL