laporan kasus campak
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan kasus pasien anak dnegan campak. campak adalah penyakit yang disebabkan virus yang dapat menyerang anak, terutama anak dengan status gizi yang buruk.TRANSCRIPT

Hari,
tanggal
Subyektif Objektif Assessment
dan planning
Jumat/
16
November
2012
Pasien mendapat
imunisasi DPT combo
di posyandu. Lengan
kiri bekas suntikan
mengalami bengkak
dan kemerahan serta
pasien menjadi rewel.
malam hari pasien
sumer-sumer.
Sabtu-
Minggu/
17-18
November
2012
Pasien masih sumer-
sumer
Senin/19
November
2012
Pasien demam tinggi
berobat ke dokter
spesialis anak
namun demam tambah
tinggi
Selasa/ 20
November
2012
(Demam hari ke-5)
MRS pukul 06.35
Demam tinggi.
Diare cair + ampas,
lendir (-) , darah (-)
3x/ hari.
Muntah 1x
Batuk kering (+)
frekuensi jarang.
perut kembung (-)
kejang (-)
KU: lemah
Kesadaran: composs mentis
T: 38,10C
CRT < 3 detik
Pulmo : ves +/+, Rh -/-, wz -/-
Cor : S1S2 Tunggal, murmur (-)
Lab :
GDA: 83 mg/dl
Hb :12,1 g/dl
Leu : 13.000 / cmm
Diff. count : 2/-/7/41/45/5
A : hipertermi
P :
infuse D5 1/4NS
690cc/24 jam
inj. Norages 90 mg
prn
ceftriaxone 2 x 120
mg
1

PCV : 38 %
Trombosit : 384.000/ cmm
Rabu/ 21
November
2012
(demam hari ke- 6)
Demam tinggi (naik-
turun)
Diare cair + ampas,
lendir (-) , darah (-)
3x/ hari.
Batuk kering (+)
frekuensi jarang.
perut kembung (-)
kejang (-)
Pilek (+)
Mata merah (+)
Makan/ minum +/+
KU : lemah
Kesadaran : compos mentis
T : 36,90C-380C
Turgor cukup
Mata cowong (-)
BAk lancar seeprti biasa.
Lab :
Uriene lengkap
Leukost 5-6 L/P
Eritrosit 2-3 L/P
Epitel banyak
A : hipertermi
P :
infuse D5 1/4NS
690cc/24 jam
inj. Norages 90 mg
prn
ceftriaxone 2 x 200
mg
Kamis
22
November
2012
Pulang paksa dari RS
Demam (-)
mata merah (-)
batuk kering
(+) jarang
BAB masih
lembek
Selama di
rumah anak
bai-baik saja.
Jumat/
23
November
2012
(hari ke- 8 semenjak
demam)
Pasien kembali MRS
pukul 14.00
Ruam- ruam di
seluruh tubuh.
Muncul
pertama kali di
KU : lemah, rewel
Kesadran : compos mentis
T :37,20C
HR :100 x / menit
RR: 40 x/ menit
a/i/c/d : -/-/-/-
Ruam makulopapular eritema region
fascialis, thorax, abdomen,
A : morbili
P :
Infuse D51/4NS
700cc/24 jam
Pareacetamol 70
mg/ x prn.
2

daerah wajah.
Sejak pagi
nampak lemah
dan malas
bermain
Demam (-)
batuk kering
(+)
BAB cair +
ampas, lender
(-) darah (-).
Kurang lebih
4x tiap kali
kentrut keluar
feses sedikit-
sedikit.
BAK lancar
seperti biasa.
punggung, extremitas
(region thorax, abdomen dan
punggung bersifat konfluen, pada
regio ekstremitas atas dan bawah
bersifat discrete)
conjungtivitis (-)
koplik spot (-)
pembesaran KGB leher (-)
dada : simetris, retraksi ICS (-)
pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wz -/-
cor : S1S2 tunggal, murmur (-)
abd : meteorismus (-)
Bising usus (+)
Akral hangat (+)
Kaku kuduk (-)
Sabtu/
24
November
2012
Demam (-)
Batuk (-)
Ruam di daerah
dahi mulai
menghilang
ruam di badan
mulai
berkurang.
Makan/minum :
berkurang
BAB / BAK
lancar seperti
biasa.
Ku : cukup
Kesadaran : compos mentis
T : 37,70C
HR : 130 x/ menit
RR : 40 x/menit
Ruam makulopapuler eritema region
fascialis berubah menjadi macula
hiperpigmentasi.
Ruam makulopapular eritema pada
region thorax, abdomen dan
punggung berubah mendi macula
eritema
Ruam makulopapular eritema region
extremitas masih tetap.
A : morbili
P :
Infuse D51/4NS
500cc/24 jam
Paracetamol 70
mg/x prn
San-B-plex 1x
0,3
Interhistin 3 x 1
cth
Vitamin A
100.000 1x
3

Pulmo : ves +/+, Rh -/-, Wz -/-
Cor S1S2 tunggal, murmur (-)
Abdomen : meteorismus (-)
Bising usus (+)
Akral hangat
Minggu/
25
November
2012
Demam (-)
Batuk (-)
Pilek (-)
diare 3x cair +
ampas, lendir
(-), darah (-)
ruam mulai
berkurang
Makan/minum :
berkurang
BAK lancar
seperti biasa.
Ku : cukup
Kesadaran : compos mentis
T : 37,50C
HR : 120 x/ menit
RR : 40 x/menit
region fascialis didapatkan macula
hiperpigmentasi.
Ruam makulopapular eritema pada
region thorax, abdomen dan
punggung berubah mendi macula
hiperpigmentasi
Ruam makulopapular eritema region
extremitas menjadi macula eritema.
Pulmo : ves +/+, Rh -/-, Wz -/-
Cor S1S2 tunggal, murmur (-)
Abdomen : meteorismus (-)
Bising usus (+)
Akral hangat
A: Morbili
P : Infuse
D51/4NS
500cc/24 jam
Paracetamol 70
mg/x prn
San-B-plex 1x
0,3
Interhistin 3 x 1
cth
Senin/
26
November
2012
Demam (-)
Batuk (-)
Pilek (-)
diare 4x cair +
ampas, lendir
(-), darah (-)
ruam berubah
di seluruh
Ku : cukup
Kesadaran : compos mentis
T : 36,90C
HR : 138 x/ menit
RR : 38 x/menit
region fascialis, thorax, abdomen
dan punggung didapatkan macula
A : morbili
P :
Paracetamol 70
mg/x prn
San-B-plex 1x
0,3
Interhistin 3 x
4

badan, tang
dan kaki
menjadi
memudar
berubah warna
menjadi
kecoklatan
makaan/minum
: berkurang
BAK lancar
seperti biasa.
hiperpigmentasi.
Macula eritema region extremitas
menjadi macula hiperpigmentasi.
Pulmo : ves +/+, Rh -/-, Wz -/-
Cor S1S2 tunggal, murmur (-)
Abdomen : meteorismus (-)
Bising usus (+)
Akral hangat
1/4 cth
Selasa/
27
November
2012
Demam (-)
Batuk (-)
Pilek (-)
diare 1x cair +
ampas, lendir
(-), darah (-)
masih terdapat
ruam
kecoklatan di
tubuh, tangan
dan kaki
makaan/minum
: berkurang
BAK lancar
seperti biasa.
Ku : cukup
Kesadaran : compos mentis
T : 36,90C
HR : 120 x/ menit
RR : 36 x/menit
region fascialis, thorax, abdomen
punggung dan extremitas didapatkan
macula hiperpigmentasi.
Pulmo : ves +/+, Rh -/-, Wz -/-
Cor S1S2 tunggal, murmur (-)
Abdomen : meteorismus (-)
Bising usus (+)
Akral hangat
A: morbili
P : anak boleh pulang
5

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit campak merupakan penyebab kematian pada anak-anak di seluruh dunia
yang meningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta orang
yang menderita campak. Di Indonesia diperkirakan lebih dari 30.000 anak meninggal setiap
tahun karena komplikasi yang diakibatkan oleh penyakit campak. (1)
Program pencegahan dan pemberantasan campak di Indonesia pada saat ini berada
pada tahap reduksi dengan pengendalian dan pencegahan KLB (Kejadian Luar Biasa). Hasil
pemeriksaan sampel darah dan urin penderita campak pada saat KLB menunjukkan IgM
positif sekitar 70-100 persen. Insiden rate semua kelompok umur dari laporan rutin
Puskesmas dan Rumah Sakit selama tahun 1992-1998 cenderung menurun, terutama terjadi
penurunan yang tajam pada semua kelompok umur. Tahun 1997-1999 kejadian campak dari
hasil penyelidikan KLB cenderung meningkat, kemungkinan hal ini terjadi berkaitan dengan
dampak krisis pangan dan gizi, namum masih perlu dikaji secara mendalam dan
komprehensive. (4)
Campak sangat menular, sekitar 90% kontak terhadap orang yang rentan akan
terserang penyakit. Campak jarang subklinis. Sebelum penggunaan vaksin campak, puncak
insiden pada umur 5-10 tahun, kebanyakan orang dewasa lemah imun.Saat ini di Amerika
Serikat, campak terjadi paling sering pada anak umur sekolah yang belum di imunisasi serta
pada remaja dan orang dewasa muda yang telah di imunisasi . (2)
Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan tiga
stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. Nama lain penyakit
ini adalah campak, measles, atau rubeola. Penularan terjadi secara droplet dan kontak
langsung dengan pasien. Virus morbili terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama
stadium kataral sampai 24 jam setelah timbul bercak di kulit. Biasanya seseorang akan
mendapat kekebalan seumur hidup bila telah sekali terinfeksi oleh campak. (2) (3)
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah case report ini adalah :
6

1. Apakah morbili itu ?
2. Bagaimana perjalanan klinis pasien morbili ?
3. Bagaimana cara mendiagnosa morbili ?
4. Apa saja diagnosis banding dari morbili ?
5. Bagaimana penatalaksaan morbili ?
7

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi
Campak yang disebut juga dengan, morbili, measles atau rubeola merupakan
suatu penyakit infeksi akut yang sangat menular, disebabkan oleh paramixovirus.
Penyakit ini ditularkan melalui percikan liur (droplet) yang terhirup, ditandai oleh tiga
stadium, kataral, erupsi serta konvalesensi.(2) (5)
2.2 Epidemiologi
Berdasarkan hasil penyelidikan lapangan KLB campak yang dilakukan Subdit
Surveilans dan Daerah pada tahun 1998-1999, kasus-kasus campak terjadi karena
anak belum mendapat imunisasi cukup tinggi, mencapai sekitar 40–100 persen dan
mayoritas adalah balita (>70 persen).(4)
2.3 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh golongan paramyxovirus, yaitu virus RNA dari
famili Paramixofiridae, genus Morbillivirus. Hanya satu tipe antigen yang diketahui.
Selama masa prodromal dan selama waktu singkat sesudah ruam tampak, virus
ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin. Virus dapat tetap aktif selama
sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar (4) (6)
2.4 Patofisiologi
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan
berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan
kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama.
Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua
setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses keradangan
merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat
udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan
penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C :
coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala
panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi
8

(pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler
warna kemerahan.Virus dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat dan
menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun dan
hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah
menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya
terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.(7)
2.5 Manifestasi Klinik
Panas meningkat dan mencapai puncak pada hari 4-5 ketika ruam timbul
Coryza yang terjadi sukar dibedakan dengan common cold yang berat. Membaik
dengan cepat ketika panas turun.
Conjunctivitis ditandai dengan mata merah pada konjunctiva disertai keradangan
dengan keluhan fotofobia.
Cough merupakan akibat kerdangan epitel saluran napas, mencapai puncak pada
saat erupsi dan menghilang setelah beberapa minggu.
Muncul koplik’s spot sekitar 2 hari sebelum ruam muncul (hari 3-4) dan cepat
menghilang setalah beberapa jam atau beberapa hari. Koplik’s spot adalah
sekumpulan noktah putih pada epitel bukal yang merah, yang merupakan tanda
klinis yang pathogonomik untuk morbili.
Ruam makulopapuler semula berwarna kemerhan. Ruam ini muncul pertama pada
daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga dan menyebar kea rah perifer
sampai kaki. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga pada muka dan dad
menjadi confluent. Ruam ini membedakan dengan rubella yang ruamnya discrate
dan tidak mengalami desquamasi. Telapak tangan dan kaki tidak mengalami
desquamasi. (7)
2.6 Pemeriksaan Fisik
Masa inkubasi 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3
stadium, yaitu : (4)(7)(8)
1. Stadium kataral (prodormal).
9

Stadium ini berlangsung selama 2-4 sumber lain menyebutkan 4-5 hari
disertai gambaran klinis seperti demam, malaise, batuk, fotopobia,
konjungtivitis, dan coryza. Menjelang akhir dari stadium kataral dan 24 jam
sebelum timbul enantem, terdapat bercak koplik berwarna putih kelabu
sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokasinya di mukosa bukal
yang berhadapan dengan molar bawah. Gambaran darah tepi leukopeni dan
limfositosis. (4)(7)(8)
2. Stadium erupsi
Ditandai dengan timbulnya eritema berbentuk makula-papula disertai
menaiknya suhu badan, Coryza dan batuk bertambah. Ruam ini muncul
pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga kemudian
menyebar dengan cepat pada seluruh muka, leher, lengan atas dan bagian atas
dada pada sekitar 24 jam pertama. Selama 24 jam berikutnya ruam menyebar
ke seluruh punggung, abdomen, seluruh lengan, dan paha. Ruam umumnya
saling rengkuh sehingga pada muka dan dada menjadi confluent. Bertahan
selama 5-6 hari. Suhu naik mendadak ketika ruam muncul dan sering
mencapai 40-40,5 °C.Ruam mencapai anggota bawah pada hari ke 3, dan
menghilang sesuai urutan terjadinya. (4)(7)(8)
3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang menimbulkan bekas yang berwarna lebih tua atau
hiperpigmentasi (gejala patognomonik) yang lama kelamaan akan hilang
sendiri. Selain itu ditemukan pula kelainan kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini
merupakan gejala patognomonik untuk morbilli. Pada penyakit-penyakit lain
dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi.
Suhu menurun sampai normal kecuali bila ada komplikasi (4)(7)(8)
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau meningkat
apabila ada komplikasi infeksi bakteri.
2. Pemeriksaan antibodi IgM merupakan cara tercepat untuk memastikan adanya
infeksi campak akut. Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2 hari 10

pertama munculnya rash, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM
dilakukan pada hari ketiga untuk menghindari adanya false negative. Titer IgM
mulai sulit diukur pada 4 minggu setelah muncul rash.
3. IgG antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash muncul, terbanyak IgG dapat
dideteksi 1 minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah onset. IgG masih dapat
ditemukan sampai beberapa tahun kemudian.
4. Virus measles dapat diisolasi dari urine, nasofaringeal aspirat, darah yang diberi
heparin, dan swab tenggorok selama masa prodromal sampai 24 jam setelah
timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam
dalam suhu kama (8)
2.8 Diagnosis
Diagnosis morbili biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejal klinis. Pemeiksaan
laboratorium jarang dilakukan. Mekanisme diagnose morbili dapat dilakukan melalui
anamnesa, pemeriksaan fisik, serta dapat dibantu dengan pemeriksaan penunjang seperi
dipaparkan pada table berikut :
Anamnesis Demam tinggi terus- menerus 38.5oC atau lebih disertai batuk, pilek,
nyeri menelan, mata merah, dan silau kena cahaya, seringk kali diikuti
diare. Pada hari ke 4-5 demam timbul ruam kulit didahului oleh suhu
yang meningkat lebih tinggi dari semula. Saat ruam timbul, batuk
dandiare tambah parah sehingga anak mengalami sesak atau dehidrasi. (7)
Pemeriksaan
fisiskMasa inkubasi 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang
dibagi dalam 3 stadium, yaitu : (4)(7)(8)
1. Stadium kataral (prodormal).
Stadium ini berlangsung selama 2-4 atau 4-5 hari disertai gambaran
klinis seperti demam, malaise, batuk, fotopobia, konjungtivitis, dan
coryza. Menjelang akhir dari stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul
enantem, terdapat bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung
jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokasinya di mukosa bukal yang
11

berhadapan dengan molar bawah. Gambaran darah tepi leukopeni dan
limfositosis. (4)(7)(8)
2. Stadium erupsi
Ditandai dengan timbulnya eritema berbentuk makula-papula disertai
menaiknya suhu badan, Coryza dan batuk bertambah. Ruam ini muncul
pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga
kemudian menyebar dengan cepat pada seluruh muka, leher, lengan atas
dan bagian atas dada pada sekitar 24 jam pertama. Selama 24 jam
berikutnya ruam menyebar ke seluruh punggung, abdomen, seluruh
lengan, dan paha. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga pada muka
dan dada menjadi confluent. Bertahan selama 5-6 hari. Suhu naik
mendadak ketika ruam muncul dan sering mencapai 40-40,5 °C.Ruam
mencapai anggota bawah pada hari ke 3, dan menghilang sesuai urutan
terjadinya. (4)(7)(8)
3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang menimbulkan bekas yang berwarna lebih tua atau
hiperpigmentasi (gejala patognomonik) yang lama kelamaan akan hilang
sendiri. Selain itu ditemukan pula kelainan kulit bersisik.
Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbilli.
Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit
menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai normal
kecuali bila ada komplikasi (4)(7)(8)
Pemeriksaan
penunjag
1. Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau
meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.
2. Pemeriksaan antibodi IgM anti campak.
3. Pemeriksaan untuk komplikasi :
a. Ensefalopati/ ensefalitis : pemeriksaan cairan serebrispinalis, kadar
elektrolit darah dan analiasa gas darah.
b. Enteritis : feses lengkap
12

c. Bronkopnemonia : dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisa
gas darah. (7)
2.9 Differensial Diagnosis
Diagnosis banding dan cara mebedakan morbili dengan infeksi virus yang
menimbulkan gejala demam dan ruam pada anak dapat dilihat pada table dibawah ini :
Penyakit Penyebab Musim Transmisi Inkubasi Prodormal Gambaran dan struktur ruam enamtema
Rubella (German measles, minor measles)
Virus rubella
Bayi, dewasa muda
Droplet pernapasan
14-21 Malaise, demam tidak tinggi, pembesaran kelenjar leher, belakang telinga, dan oksipital; 0-4 hari
Diskrit, nonkonfluen, makula dan papula berwarna merah muda, dimulai dari wajah dan menyebar ke bawah; 1-3 hari
Berbagai makula eritematus pada palatum molle
Roseola (exanthema subitum)
HHV 6 dan 7
Bayi (6 bulan-2 tahun)
Tidak diketahui; saliva atau karier tanpa gejala
5-15 (?) Rewel, demam tinggi, 3-4 hari, pembesaran kelenjar servikal dan oksipital
Ruam timbul ketika suhu tubuh menurun.Makula diskrit pada tubuh dan leher; ruam mendadak timbul lalu menghilang; 0,5-2 hari; beberapa pasien tanpa ruam
Berbagai makula eritematus pada palatum molle
13

Fifth disease (erythema infectiosum
Parvovirus B19
Prepubertal Droplet pernapasan; transfuse darah;plasenta
5-15 Nyeri kepala, malaise, mialgia, sering demam
Eritema lokal pada pipi (slapped cheek); eritema merah muda pada tubuh dan ekstremitas; mungkin gatal; ruam mungkin tertunda masa prodromal hingga 3-7 hari; berlangsung 2-4 hari; dapat berulang 2-3 minggu kemudian
Tidak ada
Chickenpox (varicella)
Virus varicella-zoster
1-14 tahun Droplet pernapasan
12-21 Demam Papula pruritik, vesikel dengan berbagai derajat; 2-4 tumbuh, kemudian menjadi krusta; tersebar pada tubuh dan kemudian wajah dan ekstremitas; 7-10 hari; terulang beberapa tahun kemudian mengikuti distribusi dermatomal (zoster, shingles)
Mukosa mulut, lidah
Enteroviruses
Coxsackievirus, ECHOvirus, dan lain-lain
Bayi, young children
Fekal-oral 4-6 Bervariasi; rewel, demam, nyeri tenggorok, mialgia, nyeri kepala
Tangan-kaki-mulut: vesikel di lokasi tersebut; Yang lain: tidak spesifik, biasanya halus, nonkonfluen, ruam makular atau makulopapular, jarang petekie, urtikaria, atau vesikel; berlangsung 3-7 hari
Ya
Mononucleosis
Virus Epstein-Barr
Anak-anak, remaja
Kontak dekat; saliva, transfusi darah
28-49 Demam, adenopati, edema palpebra, nyeri tenggorok, hepatosplenomegali, malaise, limfositosis
Makulopapular atau morbiliformis pada tubuh dan ekstremitas, mungkin konfluen; sering dipicu pemberian ampisilin atau alopurinol; ruam pada 15-50% berbetuk drug-induced; berlangsung 2-7 hari
Bervariasi
Sumber:
Lembo RM. Fever and rash. Dalam: Kliegman RM, Greenbaum LA, Lye PS, editor. Practical strategies in pediatric diagnosis and therapy.
Edisi kedua. Elsevier Saunders. Philadelphia, 2004; 997-1015
14

2.10 Penatalaksanaan
Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari :
Pemberian cairan yang cukup
Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran
dan adanya komplikasi
Suplemen nutrisi
Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder
Anti konvulsi apabila terjadi kejang
Pemberian vitamin A
Indikasi rawat inap : hiperpireksia (suhu > 39,00 C), dehidrasi, kejang, asupan
oral sulit, atau adanya komplikasi. (6)(7)
Campak tanpa komplikasi :
Hindari penularan
Tirah baring di tempat tidur
Vitamin A 100.000 IU, apabila disetai malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap
hari
Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan disesuaikan
dengan tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya komplikasi. (6)(7)
Campak dengan komplikasi :
Ensefalopati/ensefalitis
Antibiotika bila diperlukan, antivirus dan lainya sesuai dengan PDT ensefalitis
Kortikosteroid, bila diperlukan sesuai dengan PDT ensefalitis
Kebutuhan jumlah cairan disesuaikan dengan kebutuhan serta koreksi terhadap
gangguan elektrolit
15

Bronkopneumonia :
Antibiotika sesuai dengan pedoman terapi pneumonia
Oksigen nasal atau dengan masker
Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa, gas darah dn elektrolit
Enteritis : koreksi dehidrasi sesuai derajat dehidrasi Pada kasus campak
dengan komplikasi bronkhopneumonia dan gizi kurang perlu dipantau
terhadap adanya infeksi TB laten. Pantau gejala klinis serta lakukan uji
Tuberkulin setelah 1-3 bulan penyembuhan.
Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang/buruk. (6)(7)
2.11Pencegahan
Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya
diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin
MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya
mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis
pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
Selain itu penderita juga harus disarankan untuk istirahat minimal 10 hari dan makan
makanan yang bergizi agar kekebalan tubuh meningkat. (6)
2.12Komplikasi
Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga keadaan
ini menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti: (4)
1. Bronkopnemonia
Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus campak atau oleh pneumococcus,
streptococcus, staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian
bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit
menahun seperti tuberkulosis, leukemia dan lain-lain. (4)
2. Komplikasi neurologis
16

Kompilkasi neurologis pada morbili seperti hemiplegi, paraplegi, afasia, gangguan
mental, neuritis optica dan ensefalitis. (4)
3. Encephalitis morbili akut
Encephalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian rendah.
Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah 1:1000 kasus, sedangkan
ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000
dosis. (4)
4. SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis)
SSPE yaitu suatu penyakit degenerasi susunan saraf pusat. Ditandai oleh gejala yang
terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik, kejang, dan
koma. Perjalan klinis lambat, biasanya meninggal dalam 6 bulan sampai 3 tahun
setelah timbul gejala spontan. Meskipun demikian, remisi spontan masih dapat terjadi.
Biasanya terjadi pada anak yang menderita morbili sebelum usia 2 tahun.
Immunosuppresive measles encephalopathy
Didapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita defisiensi imunologik
karena keganasan atau karena pemakaian obat-obatan imunosupresi (4)
2.13 Prognosa
Bila keadaan umum penderita baik tanpa disetai dengan komplikasih, maka
prognosisnya baik, tapi prognose buruk pada keadaan umum buruk, anak yang sedang
menderita penyakit kronis atau bila ada komplikasi. Angka kematian telah menurun pada
tahun-tahun ini sampai tingkat rendah pada semua kelompok umur, terutama akren
akeadaan sosioekonomi membaik.(4)
17

18

BAB III
RESPONSI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
II. SUBYEKTIF
III. OBYEKTIF
IV. ASSESMENT
V. PLANING
19

FOLLOW UP PASIEN
Hari,
tanggal
Subyektif Objektif Assessment
dan planning
Jumat/
16
November
2012
Pasien mendapat imunisasi
DPT combo di posyandu.
Lengan kiri bekas suntikan
mengalami bengkak dan
kemerahan serta pasien
menjadi rewel. malam hari
pasien sumer-sumer.
Sabtu-
Minggu/
17-18
November
2012
Pasien masih sumer-sumer
Senin/19
November
2012
Pasien demam tinggi
berobat ke dokter spesialis
anak namun demam
tambah tinggi
Selasa/ 20
November
2012
(Demam hari ke-5)
MRS pukul 06.35
Demam tinggi.
Diare cair + ampas, lendir
(-) , darah (-)3x/ hari.
Muntah 1x
Batuk kering (+) frekuensi
jarang.
perut kembung (-)
kejang (-)
KU: lemah
Kesadaran: composs
mentis
T: 38,10C
CRT < 3 detik
Pulmo : ves +/+, Rh -/-,
wz -/-
Cor : S1S2 Tunggal,
murmur (-)
Lab :
GDA: 83 mg/dl
Hb :12,1 g/dl
Leu : 13.000 / cmm
Diff. count :
A : hipertermi
P :
infuse D5 1/4NS
690cc/24 jam
inj. Norages 90 mg
prn
ceftriaxone 2 x 120
mg
20

2/-/7/41/45/5
PCV : 38 %
Trombosit : 384.000/
cmm
Rabu/ 21
November
2012
(demam hari ke- 6)
Demam tinggi (naik- turun)
Diare cair + ampas, lendir
(-) , darah (-) 3x/ hari.
Batuk kering (+) frekuensi
jarang.
perut kembung (-)
kejang (-)
Pilek (+)
Mata merah (+)
Makan/ minum +/+
KU : lemah
Kesadaran : compos
mentis
T : 36,90C-380C
Turgor cukup
Mata cowong (-)
BAk lancar seeprti biasa.
Lab :
Uriene lengkap
Leukost 5-6 L/P
Eritrosit 2-3 L/P
Epitel banyak
A : hipertermi
P :
infuse D5 1/4NS
690cc/24 jam
inj. Norages 90 mg
prn
ceftriaxone 2 x 200
mg
Kamis
22
November
2012
Pulang paksa dari RS
Demam (-)
mata merah (-)
batuk kering (+)
jarang
BAB masih lembek
Selama di rumah anak
bai-baik saja.
Jumat/
23
November
2012
(hari ke- 8 semenjak demam)
Pasien kembali MRS pukul
14.00
Ruam- ruam di
seluruh tubuh.
Muncul pertama kali
di daerah wajah.
Sejak pagi nampak
KU : lemah, rewel
Kesadran : compos
mentis
T :37,20C
HR :100 x / menit
RR: 40 x/ menit
a/i/c/d : -/-/-/-
21

lemah dan malas
bermain
Demam (-)
batuk kering (+)
BAB cair + ampas,
lender (-) darah (-).
Kurang lebih 4x tiap
kali kentrut keluar
feses sedikit-sedikit.
BAK lancar seperti
biasa.
conjungtivitis (-)
koplik spot (-)
pembesaran KGB leher (-)
dada : simetris, retraksi
ICS (-)
pulmo : Ves +/+, Rh -/-,
Wz -/-
cor : S1S2 tunggal,
murmur (-)
abd : meteorismus (-)
Bising usus (+)
Ruam makulopapular
eritema region fascialis,
thorax, abdomen,
punggung, extremitas
(region thorax, abdomen
dan punggung bersifat
konfluen, pada regio
ekstremitas atas dan
bawah bersifat discrete)
Akral hangat (+)
Kaku kuduk (-)
Sabtu/
24
November
2012
Anak tidak demam,
suhu tubuh 37,70C
Anak sudah tidak batu
lagi.
Ruam makulopapular
eritema di daerah dahi
menghilang tanpa
bekas.
Ruam di punggung
mulai berkurang.
22

Gambaran
makulopapular
eritema berubah
menjadi macula
eritema.
Anak menggaruk
daerah dengan
ruam kemungkinan
dirasa gatal.
Koplik spot tidak
ditemukan.
Minggu/
25
November
2012
Anak tidak demam,
suhu tubuh 37,50C
Anak sudah tidak batu
lagi
Anak diare 3x cair+
ampas, tidak ada
lendir atau darah
Gambaran
makulopapular
eritema pada wajah
hilang tanpa bekas.
Gambaran
makulopapular
eritema pada daerah
dada, abdomen, dan
punggung berubah
menjadi macula
kecoklatan (macula
hiperpigmentasi)
Makulopapular
eritema pada
23

ekstremitas berubah
menjadi macula
merah kecoklatan.
Senin/
26
November
2012
Selasa/
27
November
2012
BAB IV
PEMBAHASAN
24

DAFTAR PUSTAKA
1. Regina. 2008. Campak. FKMUI.
2. Faradilla, Nova . 2009. Campak (morbili) Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
Diakses dari http://yayanakhyar.wordpress.com/2009/10/11/campak-morbili/ pada
tanggal 25 November 2012 pukul 14. 47.
3. Referat makalah kedokteran. 2010. Campak/ Morbili. Referensi kedokteran
blogspot. Diakses dari http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/morbili-
campak.html tanggal 25 November 2012 pukul 14. 55
4. Syamsi, Anwarusy. 2009. Referat morbili (campak). Diakses dari
http://anwarusy.wordpress.com/2009/06/16/referat-morbili-campak/ tanggal 25
November 2012 pukul 15.33
5. Andriani, Julia. 2009. Morbili / Measles / Campak. Fakultas Kedokteran
Universitas Riau. Diakses dari
http://yayanakhyar.wordpress.com/2009/11/17/morbili-measles-campak/ tanggal
25 November 2012 pukul 15.39.
6. Kumpulan referat.2009. campak. Diakses dari http://referatku.blogspot.com/200
9/05/campak.html pada tanggal 25 November 2012 pukul 15.55.
7. Darmowandowo, Widodo. Setiono Basuki, parwati. 2008. Pedoman Dan
Diagnosa Terapi SMF kesehatan anak. Surabaya : rumah Sakit Dokter Sutomo
Surabaya.
8. Yuliana. 2008. CAMPAK (Morbili, Measles, Rubeola). Diakses dari
http://pediatricinfo.wordpress.com/2008/07/09/campak-morbili-measles-rubeola/
pada tanggal 25 November 2012 pukul 15.55
25