laporan kasus asma -aidil dafitra
TRANSCRIPT
-
8/12/2019 Laporan Kasus Asma -Aidil Dafitra
1/20
1
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi
episodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas.1 Asma penyakit
gangguan inflamasi kronis saluran pernafasan yang dihubungkan dengan hiperresponsif,
keterbatasan aliran udara yang reversibel dan gejala pernafasan.2 Asma sebagai kumpulan
tanda dan gejala wheezing (mengi) dan atau batuk dengan karakteristik sebagai berikut:
timbul secara episodik dan atau kronik, cenderung pada malam hari/dini hari (nocturnal),
musiman, adanya faktor pencetus diantaranya aktivitas fisik dan bersifat reversibel baik
secara spontan maupun dengan pengobatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada
pasien/keluarganya, sedangkan sebab-sebab lain sudah disingkirkan. Asma terdiri atas tiga
hal yaitu obstruksi saluran nafas yang reversibel, hiperaktif saluran nafas serta inflamasi
saluran nafas.3,4
Global Initiative for Asthma (GINA) mendefinisikan asma sebagai gangguaninflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast,
eosinofil, dan limfosit T. Padaorang yang rentan inflamasi ini menyebabkan mengi berulang,
sesak nafas, rasatertekan di dada dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari.4
2. Epidemiologi
Asma merupakan peyakit kronik yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia
dan termasuk 10 besar penyakit penyebab kesakitan dan kematian di indonesia. Asma
mempunyai distribusi bifasik yaitu prevalensi tertinggi penyakit ini terjadi pada saat usia
anak kemudian pada usia pertengahan dan dewasa tua. sekitar separuh kasus timbul sebelum
usia 10 tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun.4
Prevalensi asma di seluruh dunia adalah sebesar 8-10% pada anak dan 3-5% pada
dewasa, dan dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar 50%. Di Amerika kunjungan
pasien asma pada pasien berjenis kelamin perempuan di bagian gawat darurat dan akhirnyamemerlukan perawatan di rumah sakit dua kali lebih banyak daripada pasien pria. Di
-
8/12/2019 Laporan Kasus Asma -Aidil Dafitra
2/20
2
Australia, Kanada dan Spanyol dilaporkan bahwa kunjungan pasien dengan asma akut
dibagian gawat darurat berkisar antara 1-12%.5
Hasil penelitian International study on asthma and alergies in childhoodpada tahun
2006, menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma meningkat dari 4,2%
menjadi 5,4%.6
Di Indonesia belum ada data epidemiologi yang pasti namun diperkirakan berkisar 3-
8%. Penelitian yang dilakukan oleh Anggia (2005) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
didapatkan kelompok umur terbanyak yang menderita asma adalah 25-34 tahun sebanyak 17
orang (24,29%) dari 70 orang, dan perempuan lebih banyak dari pada laki-laki (52,86%).7
Dua pertiga penderita asma bronkial merupakan asma bronkial alergi (atopi) dan 50%
pasien asma bronkial berat merupakan asma bronkial atopi. Asma bronkial atopi ditandai
dengan timbulnya antibodi terhadap satu atau lebih alergen seperti debu, tungau rumah, bulu
binatang dan jamur. Atopi ditandai oleh peningkatan produksi IgE sebagai respon terhadap
alergen. Prevalensi asma bronkial non atopi tidak melebihi angka 10%. Asma bronkial
merupakan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan. Data pada
penelitian saudara kembar monozigot dan dizigot, didapatkan kemungkinan kejadian asma
bronkial diturunkan sebesar 60-70%.
8
3. Patofisiologi
Pemicu yang berbeda akan menyebabkan eksaserbasi asma oleh karena inflamasi
saluran nafas atau bronkospasme akut atau keduanya. Sesuatu yang dapat memicu serangan
asma ini sangat bervariasi antara satu individu dengan individu yang lain. Beberapa hal
diantaranya adalah alergen, polusi udara, infeksi saluran nafas, kelelahan, perubahan cuaca,
makanan, obat atau ekspresi emosi yang berlebihan, rinitis, sinusitis bakterial, menstruasi,
refluks gastroesofageal dan kehamilan.1
-
8/12/2019 Laporan Kasus Asma -Aidil Dafitra
3/20
3
Berikut adalah gambar patofisiologi dari asma.
Gambar 1.Patofisiologi Asma
9
Alergen akan memicu terjadinya bronkokonstriksi akibat dari pelepasan Ig E
dependent dari sel mast saluran pernafasan dari mediator, termasuk diantaranya histamin,
prostaglandin, leukotrien sehingga akan terjadi kontraksi otot polos. Keterbatasan aliran
udara yang bersifat akut ini kemungkinan juga terjadi oleh karena saluran pernafasan pada
pasien asma sangat hiperresponsif terhadap bermacam-macam jenis serangan. Akibatnya
keterebatasan aliran udara timbul oleh karena adanya pembengkakan dinding saluran nafas
dengan atau tanpa kontraksi otot polos. Peningkatan permeabilitas dan kebocoran
mikrovaskular berperan terhadap penebalan dan pembengkakan pada sisi luar otot polos
saluran pernafasan.10
Penyempitan saluran pernafasan yang bersifat progresif yang disebabkan oleh
inflamasi saluran pernafasan dan atau peningkatan tonus otot polos bronkhioler merupakan
gejala serangan asma akut dan berperan terhadap peningkatan resistensi aliran, hiperinflasi
pulmoner, dan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi.1
-
8/12/2019 Laporan Kasus Asma -Aidil Dafitra
4/20
4
Pada penderita asma bronkial karena saluran nafasnya sangat peka (hipersensitif)
terhadap adanya partikel udara, sebelum sempat partikel tersebut dikeluarkan dari tubuh,
maka jalan nafas (bronkus) memberi reaksi yang sangat berlebihan (hiperreaktif), maka
terjadilah keadaan dimana10:
Otot polos yang menghubungkan cincin tulang rawan akan berkontraksi /memendek. Produksi kelenjar lendir yang berlebihan Bila ada infeksi akan terjadi reaksi sembab /udem saluran nafas
Proses inflamasi kronik pada asma akan meimbulkan kerusakan jaringan yang secara
fisiologis akan diikuti oleh proses penyembuhan (healing process) yang menghasilkan
perbaikan (repair) dan pergantian selsel mati/rusak dengan sel-sel yang baru. Proses
penyembuhan tersebut melibatkan regenerasi jaringan yang rusak dengan jenis sel parenkim
yang sama dan pergantian jaringan yang rusak dengan jaringan peyambung yang
menghasilkan jaringan skar. Pada asma, kedua proses tersebut berkontribusi dalam proses
penyembuhan dan inflamasi yang kemudian akan menghasilkan perubahan struktur yang
mempunyai mekanisme sangat kompleks dan banyak belum diketahui dikenal dengan
airway remodeling. Hasil akhir dari semua ini adalah penyempitan rongga saluran nafas.
Akibatnya menjadi sesak nafas, batuk keras bila paru mulai berusaha untuk membersihkan
diri, keluar dahak yang kental bersama batuk, terdengar suara nafas yang berbunyi yang
timbul apabila udara dipaksakan melalui saluran nafas yang sempit. Suara nafas tersebut
dapat sampai terdengar keras terutama saat mengeluarkan nafas.9
Obstruksi aliran udara merupakan gangguan fisiologis terpenting pada asma.
Gangguan ini akan menghambat aliran udara selama inspirasi dan ekspirasi dan dapat dinilai
dengan tes fungsi paru yang sederhana sepertiPeak Expiratory Flow Rate(PEFR) dan FEV1
(Forced Expiration Volume). Ketika terjadi obstruksi aliran udara saat ekspirasi yang relatif
cukup berat akan menyebabkan pertukaran aliran udara yang kecil untuk mencegah
kembalinya tekanan alveolar terhadap tekanan atmosfer maka akan terjadi hiperinflasi
dinamik. Besarnya hiper inflasi dapat dinilai dengan derajat penurunan kapasitas cadangan
fungsional dan volume cadangan. Fenomena ini dapat pula terlihat pada foto toraks yang
memperlihatkan gambaran volume paru yang membesar dan diafragma yang mendatar.1
Penyempitan saluran napas asma bronkial disebabkan oleh reaksi inflamasi kronik
yang didahului oleh factor pencetus, beberapa factor yang sering menjadi pencetus seranganasma adalah11:
-
8/12/2019 Laporan Kasus Asma -Aidil Dafitra
5/20
5
A. Faktor penjamu, faktor pada pasien
1. Aspek genetik2. Kemungkinan alergi3. Saluran napas yang memang mudah terangsang4. Jenis kelamin5. Ras/etnik
B. Faktor l ingkungan
1. Bahan-bahan di dalam ruangan :- Tungau debu rumah
- Binatang, kecoa
2. Bahan-bahan di luar ruangan- Tepung sari bunga
- Jamur
3. Makanan-makanan tertentu, Bahan pengawet, penyedap,pewarna makanan
4. Obat-obatan tertentu5. Iritan (parfum, bau-bauan merangsang, household spray )6. Ekspresi emosi yang berlebihan7. Asap rokok dari perokok aktif dan pasif8. Polusi udara dari luar dan dalam ruangan9. Infeksi saluran napas10.Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika melakukan
aktivitas fisik tertentu.
11. Perubahan cuaca
-
8/12/2019 Laporan Kasus Asma -Aidil Dafitra
6/20
6
4. Klasifikasi
Klasifikasi berdasrkan derajat asma dapat dibagi11:
1. Intermitena) Gejala klinis 1 kali/ minggu tetapi < 1 kali/hari
b) Gejala malam >2 kali perbulanc) Serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidurd) Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) 80% nilai prediksi atau arus
puncak ekspirasi (APE) 80% nilai terbaik
e) Variability APE 20% - 30%3. Persisten Sedang
a) Gejala setiap harib) Gejala malam > 1 kali/mingguc) Serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidurd) Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) 60% - 80% nilai prediksi atau arus
puncak ekspirasi (APE) 60% - 80% nilai terbaik
e) Variability APE >30%4. Persisten Berat
a) Gejala terus menerusb) Gejala malam seringc) Sering kambuhd) Aktivitas fisik terbatase) Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) 60 % nilai prediksi atau arus
puncak ekspirasi (APE) 60% nilai terbaik
f) Variability APE > 30%
-
8/12/2019 Laporan Kasus Asma -Aidil Dafitra
7/20
7
5. Gambaran Klinis
Keluhan dan gejala tergantung dari berat ringannya pada waktu serangan. Pada
serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tidak
khas.Keluhan-keluhan yang dirasakan12:
Nafas berbunyi Sesak nafas BatukPada pemeriksaan fisik ditemukan:
Cemas/gelisah/panik/berkeringat Tekanan darah meningkat Nadi meningkat Pulsus paradoksus : penurunan tekanan darah sisitolik lebih dari 10 mmHg pada
waktu inspirasi
Frekuensi pernapasan meningkat Sianosis Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi Ekspirasi mememanjang Wheezing
6. Diagnosis
Diagnosis dari asma umumnya tidak sulit, diagnosis asma didasari oleh gejala yang
episodik, gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat didada dan variability yang
berkaitan dengan cuaca. Anamnesis yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis, ditambah
dengan pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal paru terutama reversibility kelainan faal
paru, akan lebih meningkatkan nilai diagnostik.12
a. AnamnesisRiwayat perjalanan penyakit, faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap asma, riwayat
keluarga dan riwayat adanya alergi.14
-
8/12/2019 Laporan Kasus Asma -Aidil Dafitra
8/20
8
b. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik pada pasien asma tergantung dari derajat obstruksi saluran napas.
Tekanan darah biasanya meningkat, frekuensi pernapasan dan denyut nadi juga
meningkat, ekspirasi memanjang disertai ronkhi kering, mengi (wheezing) dapat dijumpai
pada pasien asma.14
c. Pemeriksaan penunjang Darah (terutama eosinofil, IgE) Spirometri
Spirometri adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur faal ventilasi paru.
Reversibilitas penyempitan saluran napas yang merupakan cirri khas asma dapat
dinilai dengan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan kapasitas vital paksa
(FVC) sebanyak 20% atau lebih sesudah pemberian bronkodilator.13
Uji provokasi bronkusUji provokasi bronkus membantu menegakkan diagnosis asma. Pada penderita dengan
gejala asma dan faal paru normal sebaiknya dilakukan uji provokasi bronkus.
Pemeriksaan uji provokasi bronkus merupakan cara untuk membuktikan secara
objektif hiperaktivitas saluran napas pada orang yang diduga asma. Uji provokasibronkus terdiri dari tiga jenis yaitu uji provokasi dengan beban kerja (exercise),
hiperventilasi udara dan allergen non-spesifik seperti metakolin dan histamin.10
Foto ToraksPemeriksaan foto toraks dilakukan untuk menyingkirkan penyakit lain yang
memberikan gejala seperti gagal jantung kiri, obstruksi saluran napas, pneumothoraks.
Pada serangan asma yang ringan, gambaran radiologik paru biasanya tidak
memperlihatkan adanya kelainan.14
7. Diagnosa Banding3
Bronkitis kronisBronkitis kronik ditandai dengan batuk kronik yang mengeluarkan sputum 3 bulan
dalam setahun untuk setidaknya 2 tahun. Gejala umum batuk yang disertai sputum
dan perokok berat. Gejala dimulai dengan batuk pagi, lama kelamaan disertai mengi
dan menurunkan kemampuan jasmani.
-
8/12/2019 Laporan Kasus Asma -Aidil Dafitra
9/20
9
Gagal jantung kiriDulu gagal jantung kiri dikenal dengan asma kardia dan timbul pada malam hari
disebut paroxysmal nocturnal dispnea. Pasien tiba-tiba terbangun pada malam hari
karena sesak, tetapi sesak menghilang atau berkurang bila duduk. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan kardiomegali dan edem paru.
Emfisema paruSesak nafas merupakan gejala utama emfisema, sedangkan batuk dan mengi jarang
menyertai
Emboli paruHal- hal yang dapat menimbulkan emboli paru adalah gagal jantung. Disamping
gejala sesak napas, pasien batuk dengan disertai darah (haemptoe).14
8. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan adalah meningkatkan dan mempertahankan kualitas
hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Tujuan penatalaksanaan asma13:
a. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asmab. Mencegah eksaserbasi akutc. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkind. Mengupayakan aktivitas normale. Menghindari efek samping obatf. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation)g. Mencegah kematian karena asma
Penatalaksanaan asma bronkial terdiri dari pengobatan non medikamentosa dan pengobatan
medikamentosa13:
1. Pengobatan non medikamentosa- Peyuluhan- Menghindari faktor pencetus- Pengendalian emosi- Pemakaian oksigen
-
8/12/2019 Laporan Kasus Asma -Aidil Dafitra
10/20
10
2. Pengobatan MedikamentosaPada prinsipnya pengobatan asma dibagi menjadi dua golongan yaitu antiinflamasi
merupakan pengobatan rutin yang bertujuan mengontrol penyakit serta mencegah serangan
dikenal pengontrol, dan bronkodilator yang merupakan saat serangan untuk mencegah
eksaserbasi/serangan dikenal dengan pelega.
a. Antiinflamasi (pengontrol)
Kortikosteroid adalah agen anti inflamasi yang paling potensial dan merupakan antiinflamasi yang secara konsisten efektif sampai saat ini. Efeknya secara umum adalah
untuk mengurangi inflamasi akut maupun kronik, menurunkan gejala asma,
memperbaiki aliran udara, mengurangi hiperresponsivitas saluran napas, mencegah
eksaserbasi asma, dan megurangi remodeling saluran napas. Kortikosteroid terdiri dari
kortikosteroid inhalasi dan sistemik.
KromolinMekanisme yang pasti kromolin belum sepenuhnya dipahami, tetapi diketahui
merupakan antiinflamasi non steroid, menghambat penglepasan mediator dari sel mast.
MetilsantinTeofilin adalah bronkodilator yang juga mempunyai efek ekstrapulmoner seperti
antiinflamasi.
Agonis beta-2 kerja lamaTermasuk di dalam agonis beta-2 kerja lama inhalasi adalah salmeterol dan formoterol
yang mempunyai waktu kerja la (>12 jam). Pada pemberian jangka lama mempunyai
efek inflamasi walaupun kecil.
Leukotriene modifiersObat ini merupakan antiasma yang relatif baru dan pemberiannya melalui oral. Selain
bersifat bronkodilator juga mempunyai efek anti inflamasi.
-
8/12/2019 Laporan Kasus Asma -Aidil Dafitra
11/20
11
Tabel 1. Obat-obat antiinflamasi pada asma bronkial
b. Bronkodilator
Agonis beta 2 kerja singkatTermasuk golongan ini adalah Salbutamol, terbutalin, fenoterol dan prokaterol yang
telah beredar di Indonesia. Pemberian dapat secara inhalasi atau oral, pemberian secara
inhalasi mempunyai onset yang lebih cepat dan efek samping yang minimal.
-
8/12/2019 Laporan Kasus Asma -Aidil Dafitra
12/20
12
MetilxantinTermasuk dalam bronkodilator walau efek bronkodilatasinya lebih lama disbanding
agonis beta 2.
AntikolinergikPemberian secara inhalasi. Mekanisme kerjanya memblok efek pelepasan asetilkolin
dari saraf kolinergik pada jalan nafas. Menimbulkan bronkodilator dengan menurunkan
tonus vagal instrinsik, selain itu juga menghambat reflek bronkokonstriksi yang
disebabkan iritan.
Tabel 2. obat-obat bronkodilator pada Asma bronkial
-
8/12/2019 Laporan Kasus Asma -Aidil Dafitra
13/20
13
9. Prognosis
Mortalitas akibat asma sedikit nilainya. Gambaran yang paling akhir menunjukkan
kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari populasi beresiko yang berjumlah kira-kira 10
juta. Sebelum dipakai kortikosteroid, secara umum angka kematian penderita asma wanita
dua kali lipat penderita asma pria. Juga suatu kenyataan bahwa angka kematian serangan
asma dengan usia lebih tua lebih banyak, kalau serangan asma diketahui dan di mulai sejak
kanak-kanak dan mendapat pengawasan yang cukup kira-kira 20 tahun, hanya 1% yang tidak
sembuh dan didalam pengawasan tersebut kalau sering mengalami serangan common cold
29% akan mengalami serangan ulangan.15
-
8/12/2019 Laporan Kasus Asma -Aidil Dafitra
14/20
14
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. ELW
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
Alamat : JL. sukajadi, pekanbaru
Masuk RS : 07 Januari 2014
ANAMNESIS(Auto-anamnesis)
Keluhan Utama
Sesak nafas sejak 1 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
- Sejak 20 tahun SMRS, pasien mengeluhkan sesak nafas. Sesak napas dirasakan bilapasien terpapar debu dan cuaca dingin, dan terlalu lelah (beraktivitas berat). Sesak
terutama pada malam hari. Sesak nafas timbul saat cuaca dingin dan hujan serta saat
pasien banyak melakukan aktivitas yang berat. Gejala sesak napas 1 kali dalam
seminggu, gejala sesak napas malam >2 kali dalam sebulan, sesak napas dirasakan
mengganggu aktivitas dan tidur. Pasien pernah dirawat di RSUD AA dan di diagnosa
asma oleh dokter Spesialis Paru.
- 3 hari SMRS pasien mulai mengeluhkan sesak napas dan batuk-batuk. Sesak napasbertambah bila pasien batuk, dan napas berbunyi ngik. Pasien menggunakan obat
semprot untuk mengatasinya.
-
8/12/2019 Laporan Kasus Asma -Aidil Dafitra
15/20
15
- 1 hari SMRS sesak napas muncul kembali dan sesak dirasakan semakin berat, sesakbertambah jika pasien batuk dan berbicara serta nafas berbunyi ngik. Pasien hanya
mengucapkan beberapa kata ketika berbicara. Pasien juga mengeluhkan batuk-batuk,
berdahak, dahak bewarna putih, tidak berdarah. Demam (-). Pasien dibawa ke RSUD
Arifin Achmad dan dirawat inap.
Riwayat Penyakit Dahulu
Didiagnosis asma sejak 20 tahun yang laluRiwayat Penyakit Keluarga
Riwayat asma dalam keluarga (+) yaitu nenek pasienRiwayat pekerjaan, sosial ekonomi dan kebiasaan
Pasien bekerja sebagai IRT Pasien tidak merokok.
Pemeriksaan Umum
- Kesadaran : Komposmentis- Keadaan Umum : tampak sakit sedang- Tekanan Darah : 120/80mmHg- Nadi : 110 x/menit- Napas : 28 x/menit- Suhu : 36,4 0C
Pemeriksaan Fisik
Kepala-Leher
- Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, diameter 3 mm, reflekscahaya +/+
- Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), JVP 5-2 cmH2O
-
8/12/2019 Laporan Kasus Asma -Aidil Dafitra
16/20
16
Toraks
- Paru : Inspeksi : Bentuk dinding dada normal dan gerakan dinding dadasimetris.
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Ekspirasi memanjang, wheezing (+/+)
- Jantung : Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihatPalpasi : I kordis teraba di RIC V 1 jari medial LMC
Perkusi : Batas jantung kanan : Linea sternalis dekstra
Batas jantung kiri : 1 jari medial LMC sinistra
Auskultasi : Suara jantung normal, bising (-)
- Abdomen : Inspeksi : Perut datar, venektasi (-)Palpasi : Perut supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien
tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Akral hangat, Edema (-), clubbing finger (-)
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 7 Januari 2014
Hb : 12 gr/dL
Leukosit : 11.200/mm3
Ht : 36,6 %
Trombosit : 338.000/mm3
Glu : 127 mg/dL
BUN : 11 mg/dL
Kreatinin : 0,67 mg/dl
AST : 44 IU/L
ALT : 43 IU/L
Albumin : 3,8 g/dL
Ureum : 23,5 mg/dL
-
8/12/2019 Laporan Kasus Asma -Aidil Dafitra
17/20
12
RESUME
Ny. ELW, 36 tahun datang ke RSUD AA dengan keluhan utama sesak nafas sejak satu hari
SMRS. Sesak dirasakan semakin berat, sesak dirasakan semakin memberat jika pasien batuk
dan berbicara serta nafas berbunyi ngik, dan mengganggu aktivitas. Pasien juga
mengeluhkan batuk berdahak, dahak bewarna putih. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
frekuensi pernapasan meningkat, auskulltasi didapatkan ekspirasi memanjang, wheezing (+)
di kedua lapangan paru.
DIAGNOSA KERJA
Asma akut sedang
DAFTAR MASALAH
Sesak Batuk
RENCANA PEMERIKSAAN
Spirometri Rontgen thorak
RENCANA PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi : - Istirahat
- Hindari Faktor pencetus
Farmakologi : - O2NRM 8-10 L/ menit
- IVFD D 5% drip aminofilin 16gtt/menit
- Inj. Dexametason 3x1 Amp
- Nebulizer Combivent 3x1
- Salbutamol 3x2 g
- OBH syr 3x1
-
8/12/2019 Laporan Kasus Asma -Aidil Dafitra
18/20
13
Follow Up
7 Januari 2014
S : sesak napas sudah berkurang, batuk berdahak sudah berkurang
O : TD120/80mmHg, Nadi80x/I, RR24x/i, T36,4 oC
Auskultasi : Wheezing (+/+)
A : Asma akut sedang
P : - O2 4-5 L/ menit
- IVFD D 5%
- Inj. Dexametason 3x1 Amp
- Amynophylin 360 j/12 jam
- Nebulizer Combivent 3x1
- Salbutamol 3x2 g
- OBH syr 3x1
-
8/12/2019 Laporan Kasus Asma -Aidil Dafitra
19/20
14
PEMBAHASAN
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis asma bronkial sedang pada asma persisten
ringan karena adanya keluhan sesak napas yang timbul bila cuaca dingin, atau ketika
beraktivitas berat. Bila sesak napas timbul terdapat suara ngik. Sesak terutama timbul pada
malam hari. Gejala sesak napas 1 kali dalam seminggu, gejala sesak napas malam > 2 kali
dalam sebulan, sesak napas dirasakan mengganggu aktivitas dan tidur. Hal ini sesuai dengan
kriteria klasifikasi derajat asma persisten ringan berdasarkan gambaran klinis. pasien
bertambah sesak jika pasien berbicara. Hal ini sesuai kriteria beratnya serangan asma. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya ekspirasi memanjang, wheezing pada kedua paru.
Asma bronkial dicirikan sebagai suatu penyakit kesulitan bernapas, batuk, dada sesak,
dan adanya wheezing episodik. Gejala asma dapat terjadi secara spontan atau mungkin
diperberat dengan pemicu yang berbeda setiap pasien.
Frekuensi asma mungkin memburuk di malam hari oleh karena tonus bronkomotor
dan reaktifitas bronkus mencapai titik terendah antara jam 3-4 pagi, meningkatkan gejala
bronkokontriksi. Khas pada asma yaitu penyempitan/obstruksi proksimal dari bronkus kecil
pada tahap inspirasi dan ekspirasi. Penyempitan ini disebabkan oleh : a) spasme otot polos
bronkus, b) edema mukosa bronkus, c) sekresi kelenjar bronkus meningkat.
Terjadinya kontraksi otot polos bronkus tersebut karena lepasnya macam-macam
mediator dari sel mast atau basofil akibat adanya allergen atau antigen (Ag) yang telah terikat
oleh immunoglobulin E yang menancap pada permukaan sel mast atau basofil. Setelah terjadi
obstruksi lalu disusul adanya sembab mukosa dan keluarnya secret dalam lumen bronkus.
Adanya kontriksi, sembab, dan secret tersebut menyebabkan sesak napas.
Terapi pengobatan asma meliputi beberapa hal diantaranya yaitu menjaga saturasi
oksigen arteri tetap adekuat dengan oksigenisasi, membebaskan obstruksi jalan napas dengan
pemberian bronkodilator inhalasi kerja cepat (2-agonis dan antikolinergik) dan mengurangi
inflamasi saluran napas serta mencegah kekampuhan dengan pemberian kortikosteroid
sistemik yang awal.
-
8/12/2019 Laporan Kasus Asma -Aidil Dafitra
20/20
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Rengganis I. Diagnosis dan tatalaksana Asma bronkial. Dept.Ilmu penyakit dalamFKUI RSCM.Maj Kedokt Indon, Vol.58(11) Nop.2008:2
2. Riyanto BS, Hisyam B. Obstruksi saluran pernafasan akut. Dalam : Buku ajarilmu penyakit dalam, jilid 2. Jakarta : Pusat penerbitan ilmu penyakit dalam
FKUI, 2006. 981-4.
3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Asma (Pedoman Diagnosis danPenatalaksanaan di Indonesia). Jakarta: 2004. p. 3-79
4. GINA (Global Initiative for Asthma);Pocket Guide for Asthma Management andPrevension In Children. http://www. Ginaasthma.org.2006.
5. Marleen FS, Yunus F. Asma pada usia lanjut. Jurnal respirologi Indonesia. 2008;28. 165-73
6. Michel FB, Neukirch F, Bouquet J, Asthma : a world problem of public health.Bull Acad Natl med 1995 ; 179 (2) ; 279-93, 293-7.
7. Anggia D. Profil Penderita Asma Bronkial yang dirawat Inap di Bagian ParuRSUD Arifin Achmad Pekanbaru Periode Januari-Desember 2005. Pekanbaru: FK
UNRI.2006.
8. Sastrawan IGP, Suryana K, Rai IBN. Prevalensi asma bronkial atopi pada pelajardi Desa Tenganan. Jurnal Penyakit Dalam. 2008;9(1):48-53.
9. Widjaya A. Patogenesis Asma. Makalah Ilmiah Respirologi 2003. Surakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, 2003. p. 27.
10.Asma bronkial. 2008. http://www.medicastro.com.11.Asma. Yayasan asma indonesia. 2004. http://www.infoasma.org/.12.Mangunnegoro dkk. Asma pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di indonesia.
Jakarta: Balai penerbit FK UI, 2004. 3-79
13.Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R. Kapita selekta kedokteran. Edisi III. Jakarta:Media Aesculapius FKUI. 2001. 477-82
14.Sundaru H. Asma bronkial. Dalam ilmu penyakit dalam. Edisi III. Jakarta : Balaipenerbit FKUI. 2001. 21-7,
15.Danususanto H. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipokrates.2000. 196-224